Anda di halaman 1dari 11

KITAB-KITAB ALLAH SERTA KISAH NABI AYUB,

NABI MUSA DAN NABI ISA

Makalah

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Pembelajaran Aqidah Akhlak

Dosen Pengampu:

Mohammad Jamil, Lc., M. Pd.I

Oleh:
Mentari Septyanengtyas 2019.02.02.1357
Nur Afifah 2019.02.02.1344

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-ANWAR
SARANG REMBANG
2021
KITAB-KITAB ALLAH SERTA KISAH NABI AYUB, NABI MUSA DAN NABI ISA

Oleh: Mentari dan Nur Afifah

A. Pendahuluan
Islam sebagai agama yang rohmatal lil alamin memiliki rukun-rukun serta aturan-
aturan yang harus ditaati oleh setiap umatnya. Aturan-aturan tersebut agar umat Islam
senantiasa hidup taat kepada perintah Allah dan menjahui larangan-larangan Allah.
Sedangkan rukun merupakan perkara yang wajib dilakukan oleh manusia. Salah satu
rukun tersebut adalah rukun Iman ang terdiri dari iman kepada Allah, iman pada malaikat,
iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada rsul-rasul Allah, hari akhir dan takdir atau
Qodho dan Qodhar Allah. Iman kepada kitab Allah merupakan rukun iman yang ke tiga,
iman kepada Allah hukumnya wajib bagi seluruh umat Islam di dunia. Kitab-kitab Allah
merupakan kalam Allah yang di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya kepada umatnya.
Allah menurunkan kitabnya agar dijadikan petunjuk serta pedoman hidup bagi seluruh
umat.
Salah satu kitab yang diturunkan oleh Allah melalui perantara rasulnya adalah al-
Qur`an. Al-Qur`an sebagai kitab suci umat Islam memiliki beberapa fungsi diantaranya
adalah petunjuk, petunjuk untuk menuju kemslahatan hidup di dunia maupun di akhirat.
Selain al-Qur`an Allah telah menurunkan kitab-kitab sebelumnya kepada para rasulnya
yakni kitab Taurat yang diturunkan kepada nabi Musa, Zabur kepada nabi Daud, Injil
kepada nabi Isa dan al-Qur`an kepada nabi Muhammad. KITA1
B. Kitab-Kitab Allah Serta Kisah Nabi Ayub, Nabi Musa dan Nabi Isa
1. Kitab-Kitab Allah

Secara etimologi kitab adalah bentuk Masdar dari kata ‫ كت اب‬yang berarti

menulis. Bentuk jama’ dari kata ‫كتب‬ berarti buku. Sedangkan secara terminologi

adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah Subḥānahu wa Ta’ālā kepada para nabi
dan rasul-Nya sebagai rahmat dan hidayah bagi seluruh umat manusia agar mencapai
kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Beriman kepada kitab-kitab Allah merupakan
rukun iman yang ketiga. Allah Subḥānahu wa Ta’ālā berfirman dalam Al-Qur`an
surah An-Nisa` ayat 136 :
ِ َ‫اب الَّ ِذي َنَّز َل َعلَى رسولِِه والْ ِكت‬
‫اب الَّ ِذي َأْنَز َل ِم ْن َقْب ُل‬ ِ َ‫يا َُّأيها الَّ ِذين آمنُوا ِآمنُوا بِاللَّ ِه ورسولِِه والْ ِكت‬
َ َُ َ ُ ََ َ َ َ َ

ً ِ‫ضالال بَع‬ ِ ِ ِِ ِ ِ ِ ‫ِ ِئ‬


‫يدا‬ َ ‫َو َم ْن يَ ْك ُف ْر بِاللَّه َو َمال َكته َو ُكتُبِه َو ُر ُسله َوالَْي ْوم اآلخ ِر َف َق ْد‬
َ ‫ض َّل‬
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan
kepada kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan
sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-
Nya, rasul-rasul-Nya dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu sesat sejauh-
jauhnya.
Allah Subḥānahu wa Ta’ālā menurunkan kitab-kitab-Nya supaya manusia
dapat melaksanakan keadilan, seperti dalam firman-Nya:

‫َّاس بِالْ ِق ْس ِط‬


ُ ‫وم الن‬
ِ ِ
َ ‫اب َوالْم َيزا َن لَي ُق‬
ِ ِ ِ
َ َ‫لََق ْد َْأر َس ْلنَا ُر ُسلَنَا بالَْبِّينَات َوَأْنَزلْنَا َم َع ُه ُم الْكت‬
Sesungguhnya kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti-bukti
yang nyata dan telah kami turunkan bersama mereka kitab dan neraca (keadilan) agar
manusia dapat berlaku adil. (QS Al-Hadid: 25)
Berikut ini adalah kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada rasul-Nya:
a. Taurat
Taurat artinya syari’at atau perintah. Kitab ini diturunkan kepada Nabi Musa
Alayhi al-Salām yang berisi tentang keyakinan untuk menyembah Allah
Subḥānahu wa Ta’ālā serta larangan menyembah berhala. Taurat juga
mejelaskan tentang kabar atas kedatangan Nabi Muhammad Ṣalla Allāh ‘Alaihy
wa Sallam. Adapun isi kitab taurat adalah sebagai berikut:
1) Perintah mengesakan Allah Subḥānahu wa Ta’ālā
2) Larangan menyembah patung dan berhala
3) Menghormati kedua orang tua
4) Larangan membunuh sesama manusia
5) Menghormati kedua orang tua
6) Larangan berbuat zina
7) Larangan menjadi saksi palsu
8) Larangan mengambil hak orang lain
b. Zabur
Zabur artinya tulisan. Kitab ini diturunkan kepada Nabi Daud Alayhi al-Salām
yang berisi tentang beberapa dzikir, pengajaran dan hikmah. Kitab Zabur
merupakan petunjuk atau wahyu dari Allah untuk Bani Israil.
c. Injil
Injil artinya kabar gembira. Kitab ini diturunkan kepada Nabi Isa yang berisi
tentang keterangan dan ajaran-ajaran yang membenarkan atau memperkuat
ajaran yang terdapat pada kitab-kitab sebelumnya.
d. Al-Qur`an
Al-Qur`an artinya bacaan. Kitab ini diturunkan kepada Nabi Muhammad Ṣalla
Allāh ‘Alaihy wa Sallam yang berisi tentang aqidah dan keimanan, ibadah,
muamalah, penciptaan manusia, kisah-kisah, hubungan manusia dengan Allah
dan pedoman hidup. Adapun pokok-pokok isi dalam al-Qur`an adalah:
1) Kepercayaan terhadap Allah Subḥānahu wa Ta’ālā, malaikat, kitab-kitab
Allah, rasul-rasul Allah, hari akhir dan takdir Allah
2) Tuntunan ibadah sebagai perbuatan yang menghidupkan jiwa tauhid
3) Janji dan akibat yaitu menjanjikan suatu pahala apabila ada seseorang
yang mau mengamalkan dan adanya akibat bagi orang yang
mengingkarinya
4) Hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat
5) Adanya sejarah bagi orang-orang terdahulu seperti nabi dan rasul

2. Kisah Nabi Ayub Alayhi al-Salām


Percakapan para malaikat yang memuji Nabi Ayub Alayhi al-Salām taat
beribadah, bersujud kepada Allah Subḥānahu wa Ta’ālā dan bersyukur atas nikmat
yang diterimanya didengarkan oleh Iblis. Sehingga Iblis segera mendatangi Nabi
Ayub Alayhi al-Salām untuk menggodanya dengan berbagai cara. Di antara cara yang
dilakukan oleh Iblis adalah menghasud Nabi Ayub Alayhi al-Salām seraya berkata:
“Wahai Tuhan, sesungguhnya Ayub yang menyembah, bertasbih dan bertahmid
menyebut nama-Mu, sebetulnya ia tidak ikhlas dan tidak setulus hati karena cinta dan
taat pada-Mu. Ia melakukan karena takut akan kehilangan semua kenikmatan yang
telah Engkau berikan.” Lalu Allah Subḥānahu wa Ta’ālā berfirman: “Sesungguhnya
Ayub adalah seorang hamba-Ku yang sangat taat kepada-Ku. Ia seorang mukmin
sejati, apa yang ia lakukan untuk mendekatkan dirinya kepada-Ku adalah semata-mata
didorong oleh iman yang teguh dan taat yang bulat kepada-Ku. Silahkan Iblis untuk
menggoda Nabi Ayub Alayhi al-Salām yang terkenal sebagai seorang yang beriman
dan bertakwa walaupun Kami uji dengan kemiskinan.”
Iblis pun menyamar sebagai seorang laki-laki dan mendatangi Nabi Ayub
Alayhi al-Salām seraya berkata; "Sungguh malang nasibmu, wahai Ayub, dulu kamu
orang kaya sekarang kamu miskin. Kasihan sekali dengan kamu.” Tetapi Nabi Ayub
Alayhi al-Salām menjelaskan dengan penuh ketabahan. “Segala puji bagi Allah
Subḥānahu wa Ta’ālā yang telah memberikan kepadaku nikmat dan nikmat itu
adalah milik Allah Subḥānahu wa Ta’ālā sehingga apabila Allah menghendaki
sewaktu-waktu nikmat dapat diambil kembali oleh Allah Subḥānahu wa Ta’ālā.”
Ketika Allah Subḥānahu wa Ta’ālā menguji lagi ketabahan Nabi Ayub Alayhi
al-Salām dengan kematian anak-anaknya yang saleh pada saat terjadi gempa bumi
yang dahsyat Iblis pun datang kembali untuk menghasut Nabi Ayub Alayhi al-Salām,
seraya berkata: "Wahai Ayub, apa yang ada padamu harta benda dan anak-anak kamu
semuanya telah diambil kembali oleh Allah Subḥānahu wa Ta’ālā.” Nabi Ayub
Alayhi al-Salām menjawab dengan penuh rendah hati: "Anak- anak itu adalah milik
Allah Subḥānahu wa Ta’ālā. Dia yang menghidupkan dan Dia juga yang mematikan.
Segala puji bagi Allah." Nabi Ayub Alayhi al-Salām tidak putus asa kepada Allah
Subḥānahu wa Ta’ālā walaupun telah kehilangan segala-galanya sepanjang tidak
kehilangan cinta kepada Allah Subḥānahu wa Ta’ālā. Dengan ujian yang bertubi-tubi
tersebut Nabi Ayub Alayhi al-Salām semakin yakin bahwa semua yang terjadi adalah
ujian dari Allah Subḥānahu wa Ta’ālā. Ujian untuk Nabi Ayub Alayhi al-Salām
merupakan bentuk cinta dan sayang Allah Subḥānahu wa Ta’ālā terhadap hambanya,
sebab ujian dan cobaan pada orang yang beriman merupakan cara Allah Subḥānahu
wa Ta’ālā meningkatkan keimanan dan ketaqwaan seorang hamba dan menghapus
segala dosa-dosanya.
Sikap Iblis tidak pernah puas dengan segala tipu dayanya kepada Nabi Ayub
Alayhi al-Salām. Iblis semakin bersemangat untuk menyesatkan Nabi Ayub Alayhi
al-Salām. Kini gilirannya Iblis menemui dan menghasud istri Nabi Ayub Alayhi al-
Salām yang terkenal sangat setia kepada suaminya. Melalui cara yang jitu ini,
akhirnya Rahmah istri Nabi Ayub Alayhi al-Salām terpedaya oleh Iblis agar
meninggalkan suaminya yakni Nabi Ayub Alayhi al-Salām Sebelum meninggalkan
Nabi Ayub Alayhi al-Salām, Rahmah berkata kepada suaminya, "Wahai suamiku,
sampai kapankah Tuhanmu mengazabmu! Dulu kita senang kita dikelilingi dengan
anak-anak yang saleh dan kesenangan harta benda yang banyak sehingga kita
dipandang tinggi oleh masyarakat, namun kini kita menjadi begini. Mengapa engkau
tidak mohon kepada Tuhan, wahai suamiku, agar Tuhan membebaskan kita dari
segala bentuk kesusahan ini.
Nabi Ayub Alayhi al-Salām memberi jawaban dengan pertanyaan: "Wahai
istriku, kau menyesali anak-anak yang telah pergi, harta yang telah habis dan penyakit
yang menimpa diriku ini. Aku ingin bertanya, berapa lama Allah Subḥānahu wa
Ta’ālā memberikan kehidupan yang senang dengan segala harta, kemewahan, anak-
anak dan kesehatan?” “Selama 80 Tahun,” jawab Rahmah singkat. Nabi Ayub Alayhi
al-Salām bertanya lagi, "Wahai isteriku, berapa lama kita menderita dan sengsara
dimuka bumi Allah Subḥānahu wa Ta’ālā ini?” “Selama 7 tahun”, jawab Rahmah.
Lalu Nabi Ayub Alayhi al-Salām berdoa kepada Allah Subḥānahu wa Ta’ālā. dengan
rendah hati: "Wahai Allah Subḥānahu wa Ta’ālā, aku malu untuk memohon agar
Engkau membebaskan aku dari penderitaan dan kesusahan ini. Aku malu, karena
nikmat yang telah Engkau berikan kepada kami selama 80 tahun sama sekali tidak
sebanding dengan kesusahan yang aku alami selama 7 tahun ini. Wahai Allah
Subḥānahu wa Ta’ālā, sesungguhnya isteriku telah dihasut setan, sehingga berbuat
maksiat, seandainya aku diberikan kesembuhan pasti akan aku cambuk isteriku 100
kali sebagai hukuman. Wahai isteriku Rahmah, aku sekarang tidak akan makan dan
minum kecuali dari tanganku sendiri! Aku tidak lagi meminta tolong kamu, wahai
isteriku, tinggalkan diriku dalam menerima ketentuan Allah Subḥānahu wa Ta’ālā.”
Bukan hanya istrinya, dua orang saudara Nabi Ayub Alayhi al-Salām juga
menggunjing bahkan menjauhinya setelah mengunjungi dan melihat kondisi Nabi
Ayub Alayhi al-Salām yang sedang tertimpah penyakit. Mereka tidak kuat berdekatan
dengan nabi Ayub Alayhi al-Salām karena baunya. Keduanya berdiri dari kejauhan,
salah satu dari keduanya berkata: “Andai Allah Subḥānahu wa Ta’ālā. mengetahui
kebaikan Ayub, ia tidak akan tertimpa musibah ini.” Nabi Ayub Alayhi al-Salām
bersedih atas sikap saudaranya tersebut yang telah berprasangka buruk kepada Allah
Subḥānahu wa Ta’ālā dan menuduh bahwa penyakit yang diderita tersebut adalah
akibat dari dosa besar yang dilakukannya. Dalam kesendirian itu, Nabi Ayub Alayhi
al-Salām terus berdoa, sebagaimana Allah Subḥānahu wa Ta’ālā berfirman di dalam
QS. Al-Anbiya ayat 83-84:

‫ني‬ ِ ‫وَأيُّوب ِإ ْذ نَادى ربَّه َأيِّن م َّسيِن الضُُّّر وَأنْت َأرحم َّ مِح‬
َ ‫الرا‬ َُ ْ َ َ َ َ َُ َ َ َ
‫ضٍّر َوآ َتْينَاهُ َْأهلَهُ َو ِم ْثلَ ُه ْم َم َع ُه ْم َرمْح َةً ِم ْن ِعْن ِدنَا َو ِذ ْكَرى‬ ِِ
ُ ‫استَ َجْبنَا لَهُ فَ َك َش ْفنَا َما بِه م ْن‬
ْ َ‫ف‬
‫ين‬ ِِ ِ
َ ‫ل ْل َعابد‬
Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika dia berdoa kepada Tuhannya, “(Ya Tuhanku),
sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang
dari semua yang penyayang. Maka Kami kabulkan (doa)nya, lalu Kami lenyapkan
penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan (Kami
lipat gandakan jumlah mereka) sebagai suatu rahmat dari Kami, dan untuk menjadi
peringatan bagi semua yang menyembah Kami. (QS Al-Anbiya : 83-84)
Do’a Nabi Ayub Alayhi al-Salām memohon kesembuhan tidak didasari karena
kepayahan dan keputus-asaannya menjalani hidup, tapi ketidak-relaannya. Sebab,
orang-orang yang berprasangka buruk kepada Allah Subḥānahu wa Ta’ālā mulai
bermunculan ketika itu. Mereka mengatakan, penyakit Ayub As. karena dosa-
dosanya. Perkataan semacam itu, bagi Nabi Ayub Alayhi al-Salām, tidak bisa
diterima. Bukan karena menyakiti perasaaannya, tapi karena prasangka buruk mereka
kepada Allah Allah Subḥānahu wa Ta’ā, sehingga Sayyidina Ayub Alayhi al-Salām
tidak bisa mendiamkannya. Ia tidak peduli orang akan menghardiknya sedemikian
rupa.
Dengan mengatakan, “penyakit yang menimpanya tidak lain karena dosa besar
yang dilakukannya,” secara tidak langsung mereka berprasangka buruk kepada Allah
Subḥānahu wa Ta’ālā karena menyempitkan rahmat-Nya yang luas dan kasih sayang-
Nya yang tak berhingga. Seakan-akan Tuhan itu mudah marah dan pendendam,
padahal tidak atas pertimbangan tersebut, Nabi Ayub Alayhi al-Salām memanjatkan
doa kepada Allah Subḥānahu wa Ta’ālā minta disembuhkan. Ia tidak mau lagi
mendengar prasangka buruk kepada Tuhan. Ia ingin semua orang terhindar dari dua
dosa sekaligus; pertama, dosa bermaksiat kepada Allah Subḥānahu wa Ta’ālā dan dua
bermaksiat kepada sesama manusia. Logika sederhananya begini, setelah sakit
menahun, perlahan-lahan penyakitnya berubah menjadi sumber prasangka, baik
kepada Tuhan maupun dirinya sendiri. Itu artinya penyakit yang dideritanya telah
menjadi penyebab dua maksiat sekaligus bagi yang berprasangka. Doa Nabi Ayub
Alayhi al-Salām dikabulkan oleh Allah Subḥānahu wa Ta’ālā penyakit kulit Nabi
Ayub Alayhi al-Salām sembuh seperti sedia kala. Dan ini adalah mukjizat dari Allah
Subḥānahu wa Ta’ālā yaitu peristiwa yang luar biasa yang datang dari Allah dan
hanya diberikan kepada para nabi dan rasul Allah Subḥānahu wa Ta’ālā. Akhirnya
Nabi Ayub Alayhi al-Salām pulih kembali seperti semula setelah sukses menghadapi
segala ujian dan cobaan dari Allah Subḥānahu wa Ta’ālā. Sehingga Nabi Ayub
Alayhi al-Salām terkenal sebagai seorang Rasul yang paling sabar.
Hikmah yang bisa dipetik dari kisah Nabi Ayyub Alayhi al-Salām adalah
a. Hendaklah beriman kepada Allah Subḥānahu wa Ta’ālā dengan benar seperti
yakin dengan ketentuan takdir bahwa semua manusia adalah milik Allah
Subḥānahu wa Ta’ālā.
b. Tidak berprasangka buruk pada Allah Subḥānahu wa Ta’ālā ketika mendapat
ujian dan cobaan.
c. Bersabar dalam menghadapi segala cobaan karena Allah Subḥānahu wa Ta’ālā
akan selalu bersama hamba-Nya yang beriman dan bertakwa.
d. Mengingat dan menyadari setiap ada kesulitan akan ada kebahagiaan.
3. Kisah Nabi Musa Alayhi al-Salām
Nabi Musa Alayhi al-Salām lahir di negeri Mesir. Saat itu Mesir diperintah
seorang raja yang zalim dan kejam. Raja Mesir tersebut Bernama Fir’aun. Ia mengaku
sebagai Tuhan dan memerintahkan rakyat untuk menyembahnya. Suatu malam
Fir’aun bermimpi bahwa kerajaannya dihancurkan oleh seorang pemuda dari Bani
Israil. Ia gelisah dan khawatir mimpinya menjadi kenyataan. Maka Fir’aun
memerintahkan prajuritnya untuk membunuh semua bayi laki-laki keturunan Bani
Israil. Setiap ibu hamil dari keturunan Bani Israil merasa ketakutan termasuk ibunda
Nabi Musa Alayhi al-Salām. Maka ketika Nabi Musa Alayhi al-Salām dilahirkan,
bayinya dihanyutkan ke Sungai Nil agar tidak dibunuh oleh Fir’aun. Lalu bayi itu
ditemukan oleh Asiyah, istri Fir’aun. Pada awalnya Fir’aun marah dan hendak
membunuhnya, akan tetapi Asiyah menyakinkan Fir’aun bahwa bayi itu kelak akan
bermanfaat bagi dirinya dan merayunya agar bisa diasuhnya.
Maka dicarilah ibu yang dapat menyusuinya. Berbagai wanita mencoba
menyusuinya tetapi bayi itu menolak, sampai akhirnya ibu Musa berhasil menyusui
bayinya tersebut. Suatu ketika, Firaun menggendong bayi Musa.Tiba-tiba, bayi Musa
menarik jenggot Fir’aun dengan keras. Fir’aun sangat marah dan hendak
membunuhnya.Untunglah, istrinya mencegahnya. Istrinya mengatakan bahwa bayi itu
tidak mengerti apa-apa. Fir’aun kurang percaya lalu memerintahkan pengawalnya
untuk membawakan sebongkah bara api dan sepotong makanan untuk diserahkan ke
bayi Musa. Bayi musa pun memasukkan bara api ke mulutnya. Barulah Fir’aun yakin
bahwa bayi itu belum tahu apa-apa.
Musa tumbuh dewasa. Suatu hari Musa melihat seorang anak pejabat yang
menganiaya seorang budak dari Bani Israil. Musa mengingatkan pemuda tersebut.
Bukannya berhenti pemuda itu justru menyerang Musa. Musa pun memukulnya. Tak
disangka pukulan Musa membuat pemuda itu mati. Musa pun bertobat. Fira’un marah
mendengar Musa menolong budak Bani Israil. Ia memerintahkan untuk menangkap
Musa. Musa pergi meninggalkan Mesir hingga ke negeri Madyan. Di sana ia ikut
menggembala kambing Nabi Syuaib Alayhi al-Salām. Nabi Syuaib Alayhi al-Salām
terkesan dengan ketekunan dan sifat baik Nabi Musa Alayhi al-Salām, maka iapun
menikahkan Musa dengan salah satu putrinya.
Suatu malam Nabi Musa Alayhi al-Salām menerima wahyu dari Allah
Subḥānahu wa Ta’ālā di bukit Sinai. Ia diperintah Allah Subḥānahu wa Ta’ālā untuk
menyampaikan dakwahnya kepada Fir’aun. Maka Musa pun berangkat ke Mesir
ditemani Nabi Harun Alayhi al-Salām untuk menyadarkan raja Fir’aun. Nabi Musa
Alayhi al-Salām mengingatkan Fira’un untuk menyembah Allah Subḥānahu wa
Ta’ālā. Fir’aun menolak dan mentertawakannya. Nabi Musa Alayhi al-Salām
mengeluarkan mukjizat tongkat yang berubah jadi ular dan tangan yang bisa
bercahaya. Fir’aun justru menyebut Musa tukang sihir. Maka dipanggillah tukang-
tukang sihir Firaun untuk mengalahkan Musa.
Tukang-tukang sihir melemparkan tali-tali yang berubah menjadi ular-ular
kecil yang banyak Allah Subḥānahu wa Ta’ālā memerintahkan Musa melempar
tongkatnya.Tongkat Nabi Musa Alayhi al-Salām berubah menjadi ular besar yang
memakan ular-ular kecil. Penyihir-penyihir Fir’aun menyerah dan tunduk pada Nabi
Musa Alayhi al-Salām. Fir’aun marah dan memerintahkan prajuritnya untuk
menangkap Musa dan semua pengikutnya. Nabi Musa Alayhi al-Salām dan
pengkutnya lari hingga ke pinggir laut Merah Allah Subḥānahu wa Ta’ālā
memerintahkan Musa untuk memukulkan tongkatnya ke laut, dan laut pun terbelah
sehingga Nabi Musa Alayhi al-Salām dan pengikutnya berhasil menyeberanginya.
Sementara itu Fir’aun dan bala tentaranya masih mengejar Nabi Musa Alayhi al-
Salām. Saat Fir’aun berada di tengah lautan, Nabi Musa Alayhi al-Salām memukulkan
kembali tongkatnya ke laut. Laut pun kembali menyatu hingga Fir’aun dan bala
tentaranya tenggelam di tengah laut.
Berikut ini adalah keteladanan Nabi Musa Alayhi al-Salām
a. Suka menolong, rajin bekerja sehingga Nabi Syuaib Alayhi al-Salām pun
menyukainya.
b. Nabi Musa Alayhi al-Salām berdakwah dengan penuh tawakal kepada Allah
Subḥānahu wa Ta’ālā.
c. Kesombongan, kejahatan, dan kedurhakaan akan mendatangkan murka dan
azab dari Allah Subḥānahu wa Ta’ālā. Maka jauhilah sikap sombong, jahat,
dan durhaka kepada Allah Subḥānahu wa Ta’ālā.
4. Kisah Nabi Isa Alayhi al-Salām
Nabi Isa Alayhi al-Salām adalah seorang putra yang lahir dari rahim wanita bernama
Maryam di Yerussalem. Beliau dilahirkan tanpa seorang ayah. Kisah kelahiran Nabi Isa
Alayhi al-Salām terdapat dalam firman Allah Subḥānahu wa Ta’ālā:
ِ َ‫ت بِِه م َكانًا ق‬
‫صيًّا‬ َ ْ ‫فَ َح َملَْتهُ فَا ْنتَبَ َذ‬
‫ت نَ ْسيًا َمْن ِسيًّا‬ ُّ ‫ت يَا لَْيتَيِن ِم‬ ِ ‫فََأجاءها الْمخاض ِإىَل ِج ْذ ِع الن‬
ُ ‫ت َقْب َل َه َذا َو ُكْن‬ ْ َ‫َّخلَة قَال‬
ْ ُ َ َ ََ َ
(22) maka dia (Maryam) mengandung, lalu dia mengasingkan diri dengan
kandungannya itu ketempat yang jauh. (23) Kemudian rasa sakit akan melahirkan
memaksanya (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia (Maryam) berkata “wahai,
betapa (baiknya) aku mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak
diperhatikan dan dilupakan. (QS Maryam: 22-23)
Pada saat usia kandungan Maryam masuk ke tahap melahirkan, dengan rasa sakit
Maryam memaksakan diri untuk bersandar ke pangkal pohon kurma. Maryam merasa
malu dengan apa yang telah terjadi padanya, dia khawatir dengan bencana kesedihan
yang akan diterimanya.1
Namun, setelah beberapa hari kelahiran Nabi Isa Alayhi al-Salām tersebut,
Maryam membawanya pulang ke kampung halaman. Banyak masyarakat kampung
halaman yang mencemoohkan Maryam karena membawa pulang bayi tanpa seorang
ayah. Mereka menuduh Maryam berbuat zina. Maryam pun tidak menanggapi
cemoohan masyarakat sekitar. Tiba-tiba Nabi Isa Alayhi al-Salām yang masih kecil
menjawab tuduhan masyarakat jika semua itu tidak benar. Masyarakat terkejut dan
bungkam. Ketika Nabi Isa Alayhi al-Salām tumbuh dewasa banyak keistimewaan-
keistimewaan yang dimilikinya diantaranya:
a. Mampu menyembuhkan orang sakit dan menyembuhkan orang yang buta

1
b. Menghidupkan orang mati
c. Berjalan di atas permukaan air
d. Menciptakan sesuatu dari tanah liat yang menyerupai burung
Dari penggalan cerita di atas dapat diambil hikmah yaitu tidak boleh dendam
terhadap orang-orang yang telah mencemoohi kita dan sifat gigih beliau dalam
memperjuangkan agama Allah Subḥānahu wa Ta’ālā meskipun banyak
masyarakat yang mencemoohinya.
C. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai