Anda di halaman 1dari 12

MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU

Pendidikan Aqidah Dr. Muhammad Noor Fuady, S.Ag., M.Ag.

MAKALAH
IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH DAN RASUL-NYA

Disusun Oleh:
Kelompok 11

Muhammad Riski Annur (210101010103)


Nur Khafizah Rizqi Aulia (210101010116)
Nur Rahmi Latifah (210101010118)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI
BANJARMASIN
2021
A. Pengertian Iman Kepada Kitab Allah SWT1

Iman adalah suatu kepercayaan atau keyakinan akan sesuatu yang letaknya
di dalam hati yang dapat mempengaruhi diri seseorang untuk bertindak dalam
segala hal dalam kehidupannya secara mantap sesuai dengan keyakinannya.
Dalam ajaran agama Islam, iman merupakan sesuatu yang sangat penting bagi
setiap umat muslim, karena dengan adanya keimanan yang tertanam di dalam diri
seseorang muslim maka akan dapat mengarahkannya ke jalan yang baik atau juga
yang buruk. Oleh karena itu setiap muslim diwajibkan untuk mempelajari dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Secara etimologi (bahasa) pengertian iman adalah meyakini, percaya, dan


membenarkan. Sedangkan secara terminologi (istilah) iman adalah meyakini di
dalam hati, diucapkan dengan lisan yaitu dengan lafadz "Asyhadu An La Ilaha Illa
Allah Wa Asyhadu Anna Muhammadar Rasullulah”, dan diamalkan dalam bentuk
perbuatan. Iman itu terletak di dalam hati seseorang. Implementasi keimanan yaitu
berupa ketakwaan yang dapat dilihat melalui perilaku. Untuk itu diperlukan
adanya keselarasan antara hati, lisan, dan perbuatan. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa iman adalah bentuk kepercayaan yang terletak di dalam hati seseorang
yang akan mempengaruhi tindakan dan perilaku.

Sedangkan pengertian kitab menurut bahasa berasal dari bahasa Arab yaitu
“kataba-yaktubu-kitabatan-kitaban"yang artinya tulisan. Adapun pengertian secara
terminologi adalah kumpulan dari suhuf atau lembaran yang tertulis dalam bentuk
buku yang diturunkan kepada para nabi.

Jadi, berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa yang


dimaksud dengan iman kepada kitab Allah SWT adalah meyakini atau
mempercayai kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah SWT kepada nabi yang
dijadikan sebagai pedoman bagi umat manusia. Iman kepada kitab Allah SWT
1
Afidiah Nur Ainun, dkk. 2018. Mengenal Aqidah dan Akhlak Islami. (CV. IQRO : Lampung 2018).
Hal. 41-43
termasuk ke dalam rukun iman yang ke tiga. Sebagai umat muslim kita wajib
untuk mempercayai kitab-kitab yang di turunkan Allah SWT, terutama bagi umat
muslim meyakini dengan sepenuh hati bahwa kitab suci Al-Quran merupakan
wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai
pedoman dan petunjuk dalam hidup umat manusia agar mendapatkan kebahagiaan
baik didunia maupun di akhirat.

B. Dalil-Dalil Iman Kepada Kitab Allah SWT

Dalil yang berkenaan dengan Iman kepada kitab Allah SWT, diantara
terdapat dalam Surah Al-Baqarah ayat 4 dan Surah An-Nissa ayat 136.

1. Al-Baqarah ayat 4

‫ك ۚ َوبِااْل ٰ ِخَر ِة ُه ْم يُ ْوقُِن ْو ۗ َن‬ ِ ِ ِ


َ ‫ك َو َمٓا اُنْ ِز َل ِم ْن َقْبل‬
َ ‫َوالَّذيْ َن يُْؤ ِمُن ْو َن مِب َٓا اُنْ ِز َل الَْي‬

artinya “Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah
diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta
mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat”. (Al-Baqarah : 4)

2. An-Nissa ayat 136

ِ ‫ٰب الَّ ِذ ْي َنَّز َل َع ٰلى ر ُس ْولِهٖ والْ ِكت‬


ْٓ‫ٰب الَّ ِذي‬ ِ ‫ٰيٓاَيُّ َها الَّ ِذيْن اٰ َمُن ْٓوا اِٰمُن ْوا بِال ٰلّ ِه ور ُس ْولِهٖ والْ ِكت‬
َ َ َ ََ َ
ِ ِ ِ ِ ۤ ِٰ ِ
ۢ ‫ض ٰلاًل‬ َ ‫اَْنَز َل م ْن َقْب ُل ۗ َو َم ْن يَّ ْك ُف ْر بِاللّه َو َم ٰل ِٕى َكتهٖ َو ُكتُبِهٖ َو ُر ُسلهٖ َوالَْي ْوم ااْل ٰخ ِر َف َق ْد‬
َ ‫ض َّل‬
‫بَعِْي ًدا‬

artinya “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah SWT
dan rasulnya dan kepada kitab yang Allah SWT turunkan kepada rasulnya serta
kitab yang Allah SWT turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada
Allah SWT, malaikat-malaikatnya, kitab-kitabnya, rasul-rasulnya, dan hari
kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya". (QS. An-
Nissa : 136)

C. Pengertian Iman Kepada Rasul2

Iman kepada Rasul Allah merupakan rukun iman yang ke 4 yang wajib
kita percayai dan yakini, dan seperti yang kita ketahui bahwa umat manusia sangat
sering melakukan perbuatan dosa sejak ribuan tahun lalu. Rasul diutus oleh Allah
untuk membimbing manusia ke jalan yang benar, sehingga bisa selamat dunia dan
akhirat. Rasul adalah manusia pilihan yang diberi wahyu oleh Allah untuk dirinya
sendiri dan mempunyai kewajiban untuk menyampaikan wahyu yang diberi Allah
untuk umatnya.

Menurut bahasa iman berasal dari bahasa Arab aminayu'minu-imanan


yang berarti yang berarti percaya. Terkait dengan aqidah, iman mengandung
makna Al- Tashdiq yakni pembenaran terhadap suatu hal, yang tidak dapat
dipaksakan oleh siapa pun karena iman terletak dalam hati yang hanya dapat
dikenali secara pribadi. Menurut syara', iman diartikan sebagai pembenaran
terhadap ajaran Nabi Muhammad Saw, yakni beriman kepada Allah SWT, para
malaikat, para nabi dan rasul, hari kiamat, qadha' dan qadar. Sebagaimana hadits
Rasul Saw. yang diriwayatkan oleh Abu Hurairih r.a mengenai pertanyaan
Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad tentang Iman : Artinya:

"Beritahukan aku tentang Iman". Lalu beliau bersabda: “Engkau beriman


kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari
akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk“.

Dengan demikian iman menurut istilah berarti keyakinan yang tertanam


dalam hati, diikrarkan dengan lisan dan diwujudkan dengan amal perbuatan.
Dalam hal ini iman merupakan kesatuan dan keselarasan antara hati, lisan atau
ucapan dan tingkah laku atau perbuatan terhadap segala hal yang dibawa oleh
Rasulullah Saw. baik itu yang terkandung dalam rukun iman ataupun yang lebih
2
Afidiah Nur Ainun, dkk. 2018. Mengenal Aqidah dan Akhlak Islami. (Lampung : CV. IQRO 2018).
Hal. 50-51.
luas dari itu, misalnya mengimani akan kewajiban Shalat, halal dan haram dan
sebagainya.

Beriman kepada rasul-rasul-Nya adalah rukun iman yang keempat, yaitu


memercayai bahwa Allah swt., telah mengutus para rasul-Nya untuk membawa
syi’ar agama atau membimbing umat manusia kepada jalan yang benar dan diridai
Allah. Jumlah rasul tidak diketahui secara pasti, namun ada ulama yang
mengatakan bahwa Allah swt., telah menurunkan nabi sebanyak 124.000 orang
dan rasul sebanyak 313 orang, dan jumlah inipun belum dipastikan dan
kemungkinan besar jumlahnya lebih banyak lagi. Hanya Allah yang mengetahui.3

Dari sekian banyak jumlah rasul dan nabi tersebut, hanya 25 orang yang
disebutkan dalam Al-Qur’an, sehingga para rasul dan nabi yang wajib kita ketahui
hanya 25 orang. Para nabi dan rasul tersebut adalah:

1. Nabi Adam a.s.


2. Nabi Idris a.s.
3. Nabi Nuh a.s.
4. Nabi Hud a.s.
5. Nabi Soleh a.s.
6. Nabi Ibrahim a.s.
7. Nabi Luth a.s.
8. Nabi Ismail a.s.
9. Nabi Ishak a.s.
10. Nabi Yaqub a.s.
11. Nabi Yusuf a.s.
12. Nabi Ayub a.s.
13. Nabi Suaeb a.s.
14. Nabi Musa a.s.
15. Nabi Harun a.s.
16. Nabi Zulkifli a.s.
17. Nabi Daud a.s.
3
Muhammad Amri. 2016. Aqidah Akhlak.(Makasar : Semesta Aksara). Hal 59-61
18. Nabi Sulaiman a.s.
19. Nabi Ilyas a.s.
20. Nabi Ilyasa a.s.
21. Nabi Yunus a.s.
22. Nabi Zakaria a.s.
23. Nabi Yahya a.s.
24. Nabi Isa a.s.
25. Nabi Muhammad saw.

Di antara kedua puluh lima rasul tersebut, ada yang disebut Ulul Azmi,
yang artinya rasul-rasul yang mempunyai keteguhan hati yang tak pernah goyah
dan mempunyai ketabahan yang luar biasa, kesabaran yang tak ada batasnya. Nabi
yang mendapatkan julukan Ulul Azmi adalah:

1. Nabi Nuh a.s.


2. Nabi Ibrahim a.s.
3. Nabi Musa a.s.
4. Nabi Isa a.s.
5. Nabi Muhammad saw.

D. Dalil tentang iman kepada rasul

Allah SWT berfirman dalam Al Qur'an surat Al - Hadid: 25

‫َّاس بِالْ ِق ْس ِۚط َواَْنَزلْنَا‬ ِ ِ


ُ ‫ٰب َوالْمْيَزا َن لَي ُق ْو َم الن‬
ِ ِ ِ
َ ‫لََق ْد اَْر َس ْلنَا ُر ُسلَنَا بالَْبِّينٰت َواَْنَزلْنَا َم َع ُه ُم الْكت‬

ٌّ ‫ب اِ َّن ال ٰلّهَ قَ ِو‬


‫ي‬ ِ ۗ ‫ص ُرهٗ َو ُر ُسلَ ٗه بِالْغَْي‬ ٰ ِ ِ ‫احْل ِديد فِي ِه بْأس ش ِدي ٌد َّومنافِع لِلن‬
ُ ‫َّاس َولَي ْعلَ َم اللّهُ َم ْن يَّْن‬ ُ ََ ْ َ ٌ َ ْ َ ْ َ
‫ࣖ َع ِز ْيٌز‬

terjemahnya: "Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul - rasul Kami dengan


membawa bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al - Kitab
dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan dan Kami
ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat
bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah
mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul - rasul Nya Padahal Allah
tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa”

E. Sifat-Sifat Rasul

Sifat-sifat Rasul dibagi menjadi 3 macam, yaitu sifat wajib bagi Rasul,
sifat mustahil bagi Rasul dan sifat jaiz bagi Rasul.

1. Sifat Wajib Bagi Rasul

Sifat wajib artinya sifat yang pasti ada pada Rasul. Tidak bisa disebut
sebagai seorang Rasul apabila tidak memiliki sifat-sifat ini. Sifat wajib bagi Rasul
ada 4, yaitu sebagai berikut:

a. Ash-Shiddiq

Ash-Shiddiq, yaitu Rasul selalu benar. Ada juga yang mengartikan bahwa,
Shiddiq adalah hadirnya suatu kekuatan yang dapat melepaskan diri dari sikap
dusta atau tidak jujur terhadap tuhannya, dirinya sendiri, maupun orang lain.

Setiap rasul pasti jujur setiap dalam ucapan dan perbuatannya. Apa-apa
yang telah disampaikan kepada manusia, baik berupa wahyu atau kabar harus
sesuai dengan apa yang telah diterima dari Allah tidak boleh dilebihkan atau
dikurangkan. Dalam artian bahwa apa yang di sampaikan kepada manusia pasti
benar adanya. Sebagaimana firman Allah:

َ‫ول فَ ُخ ُذوهُ َو َما َن َها ُك ْم َعْنهُ فَا ْنَت ُهوا ۚ َو َّات ُقوا اللَّهَ ۖ ِإ َّن اللَّه‬
ُ ‫الر ُس‬
َّ ‫َو َما آتَا ُك ُم‬

ُ ‫َش ِد‬
ِ ‫يد الْعِ َق‬
‫اب‬

Artinya:
"Apa yang diberikan rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang
dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah" (QS. Al-Hasyar: 7)

b. Al-Amanah

Amanah berarti bisa dipercaya baik lahir atau bathin. Sedangkan yang
dimaksud amanah disini bahwa setiap rasul adalah dapat dipercaya dalam setiap
ucapan dan perbuatannya. Masalah amanah ini tercantum dalam Al-Quran pada
surah Asy-syuara' ayat 143:

ِ
ٌ‫اِيِّنْ لَ ُك ْم َر ُس ْو ٌل اَمنْي‬

Artinya:

Sesungguhnya aku adalah seorang Rasul kepercayaan (yang lurus) kepadamu


(QS. Asy-Syuara: 143)

c. At-Tablig

Dalam makna Bahasa, tabligh berarti menyampaikan. Sedangkan dalam


makna istilah tabligh adalah menyampaikan ajaran-ajaran islam yang diterima dari
Allah SWT kepada umat manusia untuk dijadikan pedoman dan dilaksankan agar
memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. sudah menjadi kewajiban para rasul
untuk menyampaikan kepada manusia atas apa yang diterima dari Allah yang
berupa wahyu yang menyangkut masalah hukum-hukum agama. Sebagaimana
firman Allah:

‫ك‬ ِ ‫ك ۗواِ ْن مَّل َت ْفعل فَما بلَّ ْغت ِر ٰسلَتَهٗ ۗوال ٰلّه يع‬
َ ‫ص ُم‬ ِ َ ‫الرسو ُل بلِّ ْغ مٓا اُنْ ِز َل اِلَي‬
َْ ُ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ ِّ‫ك م ْن َّرب‬ ْ َ َ ْ ُ َّ ‫اَيُّ َها‬
‫س اِ َّن ال ٰلّهَ اَل َي ْه ِدى الْ َق ْو َم الْ ٰك ِف ِريْ َن‬
ِ ۗ ‫ِم َن النَّا‬

Artinya:

Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu.


Jika tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak
menyampaikan amanat-Nya. Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan)
manusia. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir. (QS.
Al-Maidah: 67

d. Al-Fathanah

Al-Fathanah, yaitu Rasul memiliki kecerdasan yang tinggi. Dalam


menyampaikan risalah Allah, tentu dibutuhkan kemampuan, diplomasi dan
strategi khusus agar supaya wahyu yang tersimpan di dalamnya hukum Allah dan
risalah yang disampaikan bisa diterima dengan baik oleh manusia. Sebagaimana
firman Allah:

‫ع َٰلى قَوْ ِم ٖ ۗه‬ ‫ك ُح َّجُتنَٓا اَٰتْين َٰهٓا اِْب ٰر ِهْي َم‬


َ ‫َوتِْل‬

Artinya:

Dan itulah hujjah kami yang kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi
kaumnya. (QS.Al-An’an: 83)

2. Sifat-Sifat Mustahil Bagi Rasul

Sifat mustahil bagi Rasul adalah sifat yang tidak mungkin ada pada diri
seorang Rasul atau sifat yang berlawanan dengan sifat yang wajib bagi Rasul.
Adapun sifat mustahil bagi Rasul tersebut ada 4:

a. Al-Kizzib

Al-Kizzib, yaitu mustahil Rasul itu bohong atau dusta. Semua perkataan
dan perbuatan Rasul tidak pernah bohong atau dusta. Sebagaimana firman Allah:

Yang artinya:

kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru(2). Dan tiadalah yang
diucapkannya itu (Al-Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya(3). Ucapannya itu
tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)(4). (QS.An-Najm: 2-4)
b. Al-Khianah

Al-Khianah, yaitu mustahil bagi Rasul itu Khianat. Semua yang


diamanatkan kepadanya pasti dilaksanakan. Sebagaimana firman Allah:

Yang artinya:

Ikutilah apa yang telah diwahyukan tuhanmu kepadamu (Muhammad), tidak ada
tuhan selain dia, dan berpalinglah dari orang-orang musyrik. (QS.Al-An’am: 106)

c. Al-Kitman

Al-Kitman, yaitu mustahil Rasul menyembunyikan kebenaran. Setiap


firman yang ia terima dari Allah SWT, pasti ia sampaikan kepada ummatnya.
Sebagaimana firman Allah:

Yang artinya:

“Katakanlah (Muhammad), “Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa


perbendaharaan Allah ada padaku, dan aku tidak mengetahui yang gaib dan aku
tidak (pula) mengatakan kepadamu bahwa aku malaikat. Aku hanya mengikuti
apa yang diwahyukan kepadaku.” Katakanlah, “Apakah sama orang yang buta
dengan orang yang melihat? Apakah kamu tidak memikirkan(nya)?”

d. Al-Baladah

Al-Baladah, yaitu mustahil Rasul itu bodoh. Meskipun Rasul itu tidak bisa
membaca dan menulis (ummi) tetapi beliau pandai. Firman Allah:

Yang artinya:

Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta janganlah
pedulikan orang-orang yang bodoh. (QS.Al-A’raf: 199)

3. Sifat-Sifat Jaiz Bagi Rasul

Sifat jaiz ini menjelaskan bahwa seorang Rasul merupakan manusia biasa
yang juga sering melakukan hal-hal manusiawi layaknya manusia pada umumnya.
Meski memiliki sifat jaiz atau sifat yang sama dengan manusia lainnya, namun hal
ini tidak mengurangi derajat Rasul di mata Allah SWT. Sifat jaiz ini dijeaskan
didalam ayat Al-Quran:

‫اه َذاِإاَّل بَ َشٌر ِم ْثلُ ُك ْميَْأ ُكلُ ِم َّماتَْأ ُكلُومَنِْن ُه َويَ ْشَرمُبِ َّماتَ ْشَربُو َن‬
َٰ ‫َم‬

Artinya:

“…(orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia makan seperti apa
yang kamu makan dan dia minum seperti apa yang kamu minum.” (QS. al-
Mu’minun: 33)

Rasulullah hanya memiliki satu sifat jaiz, yakni a’radhul basyariyah yang
mempunyai arti bahwa Rasul memiliki sifat yang sama sebagaimana manusia
lainnya. Misalnya, makan, minum, buang air, dan memiliki istri.

Bukan hanya menjelaskan bahwa Rasul memiliki kebiasaan manusiawi


seperti manusia pada umumnya, namun juga mempertegas kedudukan Rasul di
mata Allah SWT. Dengan adanya sifat jaiz ini, Rasul dianggap gak sama
kedudukannya dengan Allah SWT namun Rasul adalah manusia yang diangkat
derajatnya oleh Allah SWT.

Selain yang disebutkan diatas, Rasul juga memiliki sifat-sifat yang tidak
terdapat pada selain Rasul, yaitu sebagai berikut:

1. Ishmaturrasul, adalah Rasul orang yang ma’shum, terlindung dari dosa dan
salah dalam kemampuan pemahaman agama, ketaatan, dan menyampaikan wahyu
Allah SWT. Sehingga selalu siaga dalam menghadapi tantangan dan tugas
apapun.

2. Iltizamurrasul, adalah Rasul orang-orang yang selalu komitmen dengan apapun


yang mereka ajarkan. Mereka bekerja dan berdakwah dengan arahan dan perintah
Allah SWT. Meskipun dalam menjalankan perintah Allah SWT itu harus
berhadapan dengan tantangan-tantangan yang berat, baik dari dalam pribadinya
maupun dari para musuhnya. Rasul tidak pernah sejengkal pun menghindar atau
mundur dari perintah Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai