Anda di halaman 1dari 23

MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU

Kewarganegaraan Dese Yoeliani Wikaryo, M.Pd.

MAKALAH

DEMOKRASI PANCASILA DAN CIVIL SOCIETY

Disusun Oleh :
Kelompok 4

Firnanisa 210101010111
Nur Rahmi Latifah 210101010118

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


BANJARMASIN FAKULTAS TARBIYAH DAN
KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2021
KATA PENGANTAR

‫بـسم اهلل الرحمن الرحيـم‬

Alhamdulillah segala puja dan puji bagi Allah Swt. karena atas limpahan rahmat,
taufik, hidayah, dan inayah-Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini dengan semaksimal mungkin. Sholawat serta salam juga tidak lupa
selalu tercurah kepada junjungan kita Rasulullah Saw. keluarga, sahabat, serta
para pengikut beliau hingga hari akhir.
Atas izin Allah Swt. dan kerja sama dari teman-teman telah menyalurkan ide dan
pemikirannya. Alhamdulillah kami kami dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul Demokrasi Pancasila Dan Civil Society ini dengan tepat waktu.
Dalam penulisan makalah ini saya ucapkan terima kasih banyak kepada dosen
pengampu kami Ibu Dese Yoeliani Wikaryo, M.Pd. Pada mata kuliah
Kewarganegaraan yang telah membimbing sekaligus memberikan arahan
kepada kami.
Dengan segala keterbatasan kemampuan dan pengetahuan atau wawasan kami.
Oleh karena itu kami memohon maaf jika terdapat banyak kesalahan didalam
pembuatan makalah ini. Dan sekiranya kami bisa menerima kritik dan saran yang
dapat membangun dari para pembaca agar kedepannya bisa lebih baik lagi. Kami
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua.

Banjarmasin, 21 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................
ii

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................


1

A. Latar Belakang Masalah…………………………………………….. 1


B. Rumusan Masalah…………………………………………………… 1
C. Tujuan Penulisan Makalah………………………………………….. 2
D. Manfaat Penulisan Makalah………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3

A. Sejarah dan Makna Demokrasi ............................................................ 3


1. Sejarah Demokrasi .................................................................... 3
2. Makna Demokrasi ..................................................................... 5
B. Perkembangan Demokrasi Pancasila di Indonesia ............................... 8
1. Pelaksanaan Demokrasi pada Periode 1945-1949...................... 9
2. Pelaksanaan Demokrasi pada Periode 1949-1959...................... 10
3. Pelaksanaan Demokrasi pada Periode 1959-1965...................... 10 4.
Pelaksanaan Demokrasi pada Periode 1965-1998...................... 11
5. Pelaksanaan Demokrasi pada Periode 1998 sampai Sekarang ... 11
C. Perkembangan Civil Society dalam Demokrasi ................................... 11
1.Pengertian Civil Society ................................................................ 11
2.Sejarah Perkembangan Civil Society dalam Demokrasi ............... 13
3.Pemberdayaan Civil Society ......................................................... 15
4.Pendekatan dalam Upaya Pemberdayaan Civil Society ............... 15
BAB III PENUTUP ........................................................................................
17
Keimpulan ............................................................................................ 17
Saran ..................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
19
ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di indonesia telah banyak menganut sistem pemerintahan pada awalnya. Namun, dari
semua sistem pemerintahan, yang bertahan mulai dari era reformasi 1998 sampai saat
ini adalah sistem pemerintahan demokrasi. Meskipun masih terdapat beberapa
kekurangan dan kendala dari sana sini.
Sebagian kelompok merasa merdeka dengan diberlakukannya sistem demokrasi di
Indonesia. Artinya, kebebasan pers sudah menempati ruang yang sebebas-bebasnya
sehingga setiap orang berhak menyampaikan pendapat dan aspirasinya masing-
masing. Demokrasi merupakan salah satu bentuk atau mekanisme sistem
pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat atau negara
yang dijalankan oleh pemerintah. Semua warga negara memiliki hak yang setara
dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi
mengizinkan warga negara berpartisipasi baik secara langsung atau melalui
perwakilan dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum. Demokrasi
mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan adanya praktik
kebebasan politik secara bebas dan setara.
Demokrasi Indonesia dipandang perlu dan sesuai dengan pribadi bangsa Indonesia.
Selain itu yang melatar belakangi pemakaian sistem demokrasi di Indonesia. Hal itu
bisa kita temukan dari banyaknya agama yang masuk dan berkembang di Indonesia,
selain itu banyaknya suku, budaya dan bahasa, kesemuanya merupakan karunia Tuhan
yang patut kita syukuri.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka maka rumusan masalah, yaitu :
1. Bagaimana sejarah dan makna demokrasi?
2. Bagaimana perkembangan demokrasi pancasila di Indonesia?
3. Bagaimana Perkembangan civil society dalam demokrasi?

1
C . Tujuan Penulisan Makalah
Adapun penulisan makalah ini bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sejarah dan makna demokrasi
2. Untuk mengetahui perkembangan demokrasi pancasila di Indonesia
3. Untuk mengetahui perkembangan civil society dalam demokrasi

C. Manfaat Penulisan Makalah


Memperluas wawasan dan pengetahuan bagi kami dan teman- teman pembacanya.
mengetahui lebih dalam tentang “Demokrasi Pancasila dan civil Society”.

BAB II PEMBAHASAN

2
A. Sejarah Dan Makna Demokrasi

1. Sejarah Demokrasi

Terminologi demokrasi kini tak ubahnya sebuah slogan yang sangat menggoda

karena tampak menjanjikan suatu bentuk pemerintahan yang mengedepankan hidup

saling berdampingan, hal mana antara rakyat dan penguasa dapat duduk bersama

secara harmonis. Pada awal kelahirannya system demokrasi tidak diminati oleh

banyak orang.

Aristoteles dalam Politics, berpendapat bahwa demokrasi adalah bentuk

pemerintahan yang tidak begitu bernilai mengingat demokrasi memainkan peran

yang relatif kecil dalam politik saat itu. Polybius dan penulis lainnya melebarkan

ide mengenai demokrasi dengan menyatakan bahwa suatu konstitusi yang

merupakan campuran berimbang dari elemen- elemen monarkhi, aristokrasi, dan

demokrasi bisa stabil. Namun secara umum demokrasi saat itu dianggap agresif dan

tidak stabil serta cenderung mengarah pada tirani, seperti tercantum dalam buku

Plato yang berjudul Republic.1

Dalam perkembangannya, demokrasi dapat dimetaforakan sebagai lahan yang

subur dalam pengembangan politik pemerintahan. Tidak diragukan lagi bahwa

pada setiap perkembangan kearah pemerintahan demokrasi, tidak pernah sempurna

sehingga sering mengecewakan pendukungnya. Bentuk idealnya pun sering

berubah seiring dengan adanya perbaikan- perbaikan ide demokrasi itu sendiri.

Dasar bagi perluasan itu dibentuk oleh kenyataan bahwa demokrasi merupakan

suatu istilah Yunani, dengan alasan khusus untuk menggambarkan suatu perangkat

1 Edmund Burke, Speech to the Electors of Bristol; 3 November 1794. Lihat pula .Keneth Minogue,
“Democracy” dalam Adam Kuper & Jessica Kuper, The Social Sciences Encyclopedia, Second Edition
(London and New York: Routledge, 2004), h. 214. Lihat pula yang diadaptasi dari Aristoteles “Politics”
diterjemahkan oleh Benyamin Jowett, (Oxford University Press, 1921), h. 26-30.

3
kelembagaan yang berakar pada masa abad pertengahan. Unsur terpenting adalah

perwakilan. 2

Demokrasi sebagai suatu konsep ideal yang begitu meluas terutama sejak abad ke-

19 sampai sekarang, sebenarnya mengabaikan warga negara yang secara rasional

refleksif selalu melihat pilihan-pilihan yang terbuka bagi mereka secara luas.

Ilmuwan politik masa kini banyak memusatkan perhatiannya pada proses

demokrasi yang kadang juga irrasional. Mungkin ada benarnya, beberapa kalangan

mengatakan bahwa apatisme politik jauh lebih disukai daripada antusiasme politik

yang ada kalanya bisa membahayakan bentuk pemerintahan konstitusional.3

Ciri khas demokrasi-demokrasi modern adalah dua keistimewaan yang secara

hakiki membedakannya dari bentuk-bentuk pemerintahan yang lahir sebelumnya,

yakni kapasitasnya untuk mengintervensi di dalam lingkup masyarakatnya sendiri,

dan pengakuan terhadap kedaulatannya oleh suatu kerangka kerja legalistik

internasional dari negara-negara berdaulat yang serupa.4

Pada umumnya demokrasi dihubung-hubungkan dengan ikhtiar-ikhtiar bangsa

Yunani Kuno, yang dipandang sebagai pendiri peradaban Dunia Barat, oleh para

cendekiawan abad ke-18 yang mencoba memberdayakan eksperimeneksperimen

demokrasi perdana tersebut menjadi suatu pola dasar baru bagi organisasi politik

pascamonarki.4

2 Barry Holden, op.cit. h. 198

3 Sosio Didaktika: Social Science Education Journal, 2 (2), 2015, 125-135

4
OED Online. Oxford University Press. Diakses tanggal 28 November 2014.

4 Morris I. The Measure Of Civilization: How Social Development Decides The Fate Of Nations [buku
elektronik]. Princeton: Princeton University Press; 2013. Tersedia di: eBook Academic Collection
(EBSCOhost), Ipswich, MA. Diakses 18 Mei 2017.
4
Perjalanan sejarah demokrasi di Indonesia telah membuktikan bahwa tidak

selamanya demokrasi dilaksanakan sesuai dengan konstitusi. Kenyataan silih

bergantinya sistem demokrasi di Indonesia sejak awal kemerdekaan sampai

lahirnya Maklumat Wakil Presiden Nomor X, demokrasi terpimpin, demokrasi

Pancasila, sampai pada munculnya reformasi menunjukkan betapa dominannya

peranan (pemerintahan) negara dalam memberikan warna terhadap sistem

demokrasi di Negara Indonesia. Sementara rakyat sebagai pemegang kedaulatan

negara dipaksa mengikuti kemauan dan kekuatan elite politik yang sedang berkuasa

dalam menjalankan demokrasi.5

2. Makna Demokrasi

Kata demokrasi berasal dari kata Yunani demos dan kratos. Demos artinya
rakyat, kratos berarti pemerintahan. Jadi, demokrasi artinya pemerintahan rakyat,
yaitu pemerintahan yang rakyatnya memegang kendali penuh dalam menentukan
sistem pemerintahan. Dengan demikian menurut Dahl demokrasi dapat diartikan
sebagai sistem pemerintahan yang berlawanan dengan sistem pemerintahan yang
hanya di tangan seseorang (monarchi atau tirani) atau pemerintahan yang dipimpin
oleh beberapa orang saja (aristokrasi atau oligarki). 6
Dalam “The Advanced Learner’s Dictionary of Current English (Hornby, et
al., 1962:261) dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan “democracy” adalah : 7
a) Country with principles of government in which all adult citizens share
through their ellected representatives;
b) Country with government which encourages and allows rights of citizenship
such as freedom of speech, religion, opinion, and association, the assertion

5 ISSN : NO. 0854-2031 TERAKREDITASI BERDASARKAN SK.DIRJEN DIKTI


NO.55a/DIKTI/KEP/2006

6 Fachrudin, F. (2006). Agama dan Pendidikan Demokrasi : Pengalaman Muhammadiyah dan NU. Jakarta :
PT Alvabet. hlm. 26.
7 Hornby, A. S., Gatenby, E. V. Dan Wakefield, H. (1962) The Advanced Learner’s Dictionary of Current
English, London : Oxford University Press. hlm. 261.
5
of rule of law, majority rule, accompanied by respect for the rights of
minorities.
c) Society in which there is treatment of each other by citizens as equals”

Makna tersebut adalah bahwa demokrasi merujuk kepada konsep bahwa


yang dimaksud dengan demokrasi adalah kehidupan negara atau masyarakat yang
mana warga negara dewasa turut andil dalam pemerintahan melalui wakilnya yang
dipilih pemerintahannya mendorong dan menjamin kemerdekaan berbicara,
beragama, berpendapat, berserikat, menegakkan “rule of law”, dan adanya
pemerintahan mayoritas yaitu menghormati hak-hak kelompok minoritas: dan
masyarakat yang warga negaranya saling memberi peluang yang sama.8
Definisi demokrasi menurut kamus adalah pemerintahan oleh rakyat,
kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat dan dijalankan langsung oleh rakyat
atau oleh wakil-wakil yang mereka pilih dalam sistem pemilihan yang bebas. 9
Kesemuan pemaknaan tersebut di atas pada dasarnya merujuk kepada
ucapan Abraham Lincoln mantan Presiden Amerika Serikat, yang menyatakan
bahwa konsep dasar demokrasi adalah ”suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat,
dan untuk rakyat” atau the government from the people, by the people, and for the
people. 10
Prof. Dr. Notonagoro mengatakan bahwa Demokrasi Pancasila adalah
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dan permusyawaratan
perwakilan yang Berketuhanan Yang Maha Esa, yang berperikemanusiaan yang
adil dan beradab, yang mempersatukan Indonesia, dan yang berkepribadian sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
Prof. Dardji Darmodiharjo, Demokrasi Pancasila adalah paham demokrasi
yang bersumber kepada kepribadian dan falsafah hidup bangsa Indonesia, yang
perwujudannya seperti ke dalam ketentuan-ketentuan pembukaan UUD 1945.”11

8 Syarbaini, Syahrial. Membangun Karakter dan Kepribadian Melalui Pendidikan Kewarganegaraan, Graha
Ilmu Yogyakarta, 2006. hlm. 114-115.

9 Sunarso, Pendidikan Kewarganegaraan Buku Pegangan Mahasiswa, Universitas Negeri Yogyakarta.


Yogyakarta 2016. Hlm. 29.

10 Pabottinggi M, (2002) Demokrasi: Dimana Berkiprah Dimana Sekarat, Jakarta: Indonesian Center for
Civic Education (ICCE) UIN Syarif Hidayatullah. Hlm. 12.
11 Ibid., hlm. 39.
6
Dalam pandangan Nurcholish Madjid (sebagaimana dikutip oleh Sukron
Kamil, 2002), ditegaskan bahwa demokrasi bukanlah kata benda, tetapi lebih
merupakan kata kerja yang mengandung makna sebagai proses dinamis.12
Presiden Soeharto dalam Pidato Kenegaraan tanggal 16 Agustus 1967
merumuskan bahwa : “Demokrasi Pancasila berarti Demokrasi, Kedaulatan Rakyat
yang dijiwai dan diintegrasikan dengan sila-sila lainnya.'13
Menurut Noer demokrasi sebagai dasar hidup bernegara memberikan
pengertian bahwa pada tingkat terakhir rakyat memberikan ketentuan dalam
masalah masalah pokok mengenai kehidupannya, termasuk dalam menilai
kebijakan negara, karena kebijaksanaan tersebut menentukan kehidupan rakyat
(Noer, 1983: 207).
Menurut Mayo, sistem yang menunjukkan bahwa kebijaksanaan umum
ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh
rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan
politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik (Mayo,
1960: 70).
Menurut Budiarjo Ide demokrasi itu dianggap ambiguity atau mempunyai
arti ganda yaitu ketentuan mengenai lembaga-lembaga atau cara-cara yang dipakai
untuk melaksanakan ide, atau mengenai keadaan kultural serta historis yang
mempengaruhi istilah ide dan praktik demokrasi (Budiarjo, 1982: 50).
Sedangkan Menurut Mahasin pemakaian demokrasi sebagai prinsip hidup
bernegara sebenarnya telah melahirkan fiksi-yudiris ini telah terjadi tolak-tarik
kepentingan, atau kontrol, tolak-tarik antara negara masyarakat karena kemudian
negara terlihat memiliki pertumbuhannya sendiri sehingga lahirlah konsep tentang
negara organis (Mahasin, 1984: 2).14

B. Perkembangan Demokrasi Pancasila di Indonesia

Indonesia sering mengalami perubahan berlakunya Undang-Undang Dasar. Mulai


dari UUD 1945, Konstitusi RIS, UUD 1950, kembalinya UUD 1945 dan sampai
12 Al-Hakim, Suparlan, Pendidikan Kewarganegaraan. Madani, Malang 2014. Hlm. 190-191.

13 Sihombing, Frans Bona, Demokrasi Pancasila Dalam Nilai-Nilai Politik, Erlangga: Jakarta, 1982. Hlm. 9.
14 Rahayu, Ani Sri, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN), Bumi Aksara: Jakarta, 2014.hlm.
55-56.
7
dengan UUD 1945 setelah diamandemen pada tahun 2002. Secara konsepsional,
masing- masing UUD merumuskan pengertian dan pengaturan hakekat demokrasi
menurut visi penyusun konstitusi yang bersangkutan.
Pada awal kemerdekaan ketika UUD 1945 menjadi hukum dasar tertulis bagi
segenap bangsa Indonesia, muncul pergeseran gagasan ketatanegaraan yang
mendominasi pemikiran segenap pemimpin bangsa. Semula gagasan tentang
peranan negara dan peranan masyarakat dalam ketatanegaraan lebih dikedepankan.
Gagasan itu disebut gagasan pluralisme. Selanjutnya dengan melihat realita belum
mungkin dibentuknya lembaga-lembaga negara seperti dikehendaki UUD 1945
sebagai aparatur demokrasi yang pluralistik, muncullah gagasan organisme.
Gagasan tersebut memberikan legitimasi bagi tampilnya lembaga MPR, DPR, DPA
untuk sementara dilaksanakan Presiden dengan bantuan Komite Nasional15.
Praktek demokrasi berdasar UUD mengalami perkembangan demokrasi dalam tiga
masa. 16

a. Masa Republik Indonesia I, yaitu masa demokrasi yang menonjol peran


parlemen serta partai-partai yang pada masa itu dinamai demokrasi
parlementer;
b. Masa Republik Indonesia II, yaitu demokrasi terpimpin yang dalam
banyak aspek telah menyimpang dari demokrasi konstitusional yang secara
formil merupakan landasannya dan menunjukkan aspek demokrasi rakyat;
c. Masa Republik Indonesia III, yaitu masa demokrasi Pancasila yang
merupakan demokrasi konstitusional menonjolkan demokrasi presidensiil,
masa ini berakhir bersamaan dengan jatuhnya rezim Orde Baru yang
kemudian demokrasi Indonesia memasuki era baru yang di sebut era
reformasi, yang di awali dengan adanya perubahan UUD 1945 dengan
menonjolkan kebebasan berpolitik yang lebih nyata dan penguatan sistem
presidensil.16

15 Moh. Mahfud MD., Demokrasi Dan Konstitusi Di Indonesia, Rineka, Jakarta, 2003 hal. 44

16
Ibid., hal 45.

16 Darmawan Harefa, S.Pd., M.Pd.Drs. Fatolosa Hulu, M.M, Demokrasi Pancasila di Era
Kemajemukan. Jakarta: PM Publisher.2020.

8
Soehino meninjau dari segi perkembangan sistem demokrasi yang dianut dalam
penyelenggaraan sistem pemerintahannya, maka dikemukakan masa masa dianutnya
sistem demokrasi di Indonesia sebagai berikut;
1) 18 Agustus 1945 - 14 november 1949 menganut sistem demokrasi
konstitusional;
2) 14 November 1949 - 5 juli 1959 menganut sistem demokrasi liberal;
3) 5 Juli 1959 - 21 Maret 1968 menganut sistem demokrasi terpimpin;
4) 21 Maret 1968 - sekarang (berjalan hingga berakhirnya pemerintahan orde
baru 1998 menganut sistem demokrasi pancasila).

Berikut ini lebih jelas pembahasan diatas ;


a. Pelaksanaan Demokrasi pada Periode 1945-1949

Pada periode ini diletakkan beberapa hal yang menjadi dasar dari perkembangan
demokrasi Indonesia. Berikut beberapa hal mendasar tersebut yaitu:

1. Memberikan hak-hak politik dengan menyeluruh. Adanya batasan kekuasaan


2. kepada presiden dengan dibentuknya Komite Nasional Indonesia Pusat
(KNIP).
3. Terbentuknya partai politik yang menjadi peletakan awal dasar bagi sistem
kepartaian di Indonesia.
b. Pelaksanaan Demokrasi pada Periode 1949-1959
Periode kedua pemerintahan Indonesia terjadi pada 1949 sampai 1959 yang di
mana terjadi dua kali pergantian UUD.
Pada masa ini negara Indonesia menganut sistem demokrasi parlementer yang
dimana perwujudannya dapat kita temukan dalam kehidupan politik
Indonesia, yaitu:
1. Adanya Lembaga Perwakilan Rakyat

2. Adanya akuntabilitas pemegang jabatan dan politisi yang sangat tinggi.

3. Perkembangan kehidupan kepartaian yang sangat besar.

4. Melaksanakan pemilihan umum secara demokrasi tahun 1955.


9
5. Masyarakat bisa merasakan hak-hak dasar tanpa dikurangi sedikitpun.

6. Adanya perolehan otonomi daerah yang cukup luas dengan asas


desentralisasi.

c. Pelaksanaan Demokrasi pada Periode 1959-1965

Berikut ini beberapa karakteristik utama dari perpolitikan di era demokrasi


terpimpin, yaitu:
1. Partai politik menjadi elemen penopang kekuatan antarlembaga.

2. Terbentuknya Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

3. Melemahnya hak dasar manusia dalam mengkritik dan memberi saran.

4. Berkurangnya kebebesan pers, dengan adanya pelarangan terbit bagi surat


kabar dan majalah.
5. Setralisasi kekuasaan semakin dominan dalam hubungan pemerintah pusat
dan daerah.
d. Pelaksanaan Demokrasi pada Periode 1965-1998

Berikut beberapa karakteristik demokrasi Pancasila pada masa orde baru, yaitu:

1. Perpindahan kekuasaan eksekutif sangat langka terjadi.

2. Tertutupnya rekrutmen polik untuk mengisi pemerintahan.

3. Adanya persaingan tidak sehat dalam pemelihan umum yang dilaksanakan.

4. Melemahnya pelaksanaan hak dasar warga negara dan kebebasan


berpendapat.

e. Pelaksanaan Demokrasi pada Periode 1998 sampai Sekarang


Pelaksanaannya berbeda dari masa orde baru dan mirip dengan demokrasi
parlementer, yaitu di antaranya:
1. Pelaksanaan pemilu yang lebih demokratis.

2. Adanya perpindahan kekuasaan yang dilakukan mulai dari tingkat desa


sampai pemerintah pusat.

10
3. Hak dasar rakyat terjamin dengan adanya kebebasan berpendapat.

C. Perkembangan Civil Society dalam Demokrasi


1. Pengertian Civil Society

Masyarakat madani atau civil society berasal dari terjemahan istilah latin,
civilis societas, yang mula-mula dipakai oleh Marcos Tullios Cicero (106–43 S.M),
seorang orator dan pujangga Roma, pengertian itu mengacu pada gejala budaya
perorangan dan masyarakat. Masyarakat sipil sebagai sebuah masyarakat politik
(political society) yang memiliki kode hukum sebagai dasar pengaturan hidup.17
Yang mengatur pergaulan antar individu menandai keberadaban suatu jenis
masyarakat tersendiri itulah fungsi adanya hukum. Masyarakat seperti itu, pada
zaman dahulu adalah masyarakat yang berada di kota.
Dalam kehidupan kota, penghuninya telah berada hidupnya di bawah satu
bentuk hukum sipil (civil law) sebagai dasar dan yang mengatur kehidupan
bersama. Dan dapat dikatakan bahwa proses pembentukan masyarakat sipil itulah
yang sesungguhnya membentuk masyarakat kota.
Rahardjo menyatakan bahwa masyarakat madani merupakan terjemahan
dari bahasa Inggris, civil society. Istilah civil society sudah ada sejak Sebelum
Masehi. Orang yang pertama kali mencetuskan istilah ini ialah Marcos Tullios
Cicero. Civil society menurut Marcos Tullios Cicero ialah suatu komunitas politik
yang beradab seperti yang dicontohkan oleh masyarakat kota yang memiliki kode
hukum sendiri. Dengan konsep civility (kewargaan) dan urbanity (budaya kota),
maka kota dipahami bukan hanya sekadar konsentrasi penduduk, melainkan juga
sebagai pusat peradaban dan kebudayaan.
Pada zaman modern, istilah itu diambil dan dihidupkan lagi oleh John
Locke (1632–1704) dan Rousseau (1712–1778) untuk mengungkapkan
pemikirannya mengenai masyarakat dan politik. Locke umpamanya,
mendefinisikan masyarakat sipil sebagai “masyarakat politik” (political society).
Pengertian tersebut dihadapkan dengan pengertian tentang gejala “otoritas paternal”
(peternal authority) atau “keadaan alami” (state of nature) suatu kelompok manusia.

17 Asep Sulaiman, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bandung : CV. Arfino Raya: 2015. Hlm.
11
Ciri masyarakat sipil yaitu tata kehidupan politiknya yang terikat pada
hukum, dan adanya kehidupan ekonomi yang didasarkan kepada sistem uang
sebagai alat tukar, terjadinya kegiatan tukar-menukar atau perdagangan dalam suatu
pasar bebas, demikian pula terjadinya perkembangan teknologi yang dipakai

153
untuk menyejahterakan dan memuliakan hidup sebagai ciri dari suatu masyarakat
yang telah beradab.18
Dalam konsep Locke dan Rousseau belum dikenal pembedaan antara
masyarakat sipil dan negara. Karena pengertian negara lebih terkhusus lagi,
pemerintah, adalah bagian dan salah satu bentuk masyarakat sipil. Bahkan,
keduanya beranggapan bahwa masyarakat sipil adalah pemerintahan sipil, yang
membedakan diri dari masyarakat alami atau keadaan alami.

2. Sejarah Perkembangan Civil Society dalam Demokrasi

Sejarah perkembangan Menurut Aristoteles (384–322), masyarakat madani


(civil society) dipahami sebagai sistem kenegaraan dengan menggunakan istilah
kolonia politik (sebuah komunitas politik tempat warga dapat terlibat dalam
berbagai percaturan ekonomi politik dan pengambilan keputusan).19
Konsepsi Aristoteles ini diikuti oleh Marcos Tullios Cocerp (106–43)
dengan istilah Societis Civilies yaitu sebuah komunitas yang lain, tema yang
dikedepankan oleh Marcos Tullios Cicero ini lebih menekankan pada konsep
negara kota (city state), yakni untuk menggambarkan kerajaan, kota, dan bentuk
lainnya sebagai kesatuan yang terorganisasi.
Pada tahun 1767, wacana masyarakat madani ini dikembangkan oleh Adam
Fergoson dengan mengambil konteks sosiokultural, Fergoson menekankan
masyarakat madani (civil society) pada sebuah visi etis dalam kehidupan

18 Ibid,.hlm 154.

19 Ibid.,hlm. 155.
12
bermasyarakat. Paham ini digunakan untuk mengantisipasi perubahan sosial akibat
revolusi industri dan kapitalisme serta mencoloknya perbedaan antara publik dan
individu.
Kemudian pada tahun 1792, muncul wacana masyarakat madani (civil
society) yang memiliki penekanan dengan sebelumnya. Konsep ini memunculkan
Thomas Paine (1737–1803) yang menggunakan istilah masyarakat madani (civil
society) sebagai kelompok masyarakat yang memiliki posisi secara diametral
(sebagian bertentangan) dengan negara, bahkan dianggap sebagai antithesis
(pertentangan) dari negara. Dengan demikian, masyarakat madani (civil society)
menurut Thomas Paine adalah ruang di mana warga dapat mengembangkan
kepribadian dan memberi peluang bagi pemuasan kepentingannya secara bebas dan
tanpa paksaan.
Perkembangan wacana civil society selanjutnya dikemukakan oleh G.W.F
Hegel (1770–1831), Karl Marx (1818–1883), dan Antonio Gramsci (1891–1837).
Wacana masyarakat madani yang dikembangkan oleh ketiga tokoh ini menekankan
kepada masyarakat madani elemen ideologi kelas dominan. Pemahaman ini lebih
merupakan sebuah reaksi dari model pemahaman yang dilakukan oleh Paine (yang
menganggap masyarakat madani sebagai bagian terpisahnya dari negara).
Kehidupan bangsa Indonesia pasca reformasi dipusatkan dalam membangun
masyarakat Indonesia baru, dalam bentuk format civil society. Contohnya dari
program pendidikan, program pendidikan kewarganegaraan harus lebih
dikonsentrasikan sebagai :
1. Bidang kajian ilmiah yang difokuskan terhadap aspek sosial kultural
muitikultural.
2. Program dalam upaya membangun "kebajikan multikultural warga negara"
civic virtue) dan “budaya multikultural” (Civic culture)
3. Program kurikuler yang memiliki visi dan misi dalam mengembangkan kualitas
warga negara yang cerdas, demokratis dan religius.

Pengertian selanjutnya Civil Society adalah suatu gagasan yang diletakkan


di Indonesia untuk pemberdayaan masyarakat pluralis-multikultural dalam
hubungannya dengan organisasi negara. Cara pandang hubungan negara dengan

13
warga negara perlu direkonstruksi (dirancang kembali), dalam arti warga negara
harus dimaknai sebagai “mitra negara” yang mempunyai kedudukan sejajar.
Menurut Hikam Konseptualisasi civil society, hal ini dapat dikemukakan
sebagai wilayah-wilayah kehidupan sosial yang terorganisasi yang bercirikan,
antara lain :
a. Kesukarelaan (voluntary)
b. Keswasembadaan (self-generating), yaitu mampu mencukupi kebutuhan sendiri
c. Keswadayaan (self supporting), yaitu menghargai dan mengedepankan
kemampuan masyarakat daripada bantuan pihak lain.
d. Kemandirian tinggi berhadapan dengan negara
e. Keterikatan dengan norma-norma atau nilai-nilai hukum yang diikuti oleh
warganya

Civil Society dapat terwujud sebagai organisasi yang dibuat oleh


masyarakat diluar pengaruh negara, misalnya : lembaga swadaya masyarakat
(LSM), organisasi sosial budaya dan keagamaan, paguyuban, termasuk di dalamnya
juga kelompok-kelompok kepentingan.
Langenberg (dalam Subandi, 1996: Budiman, 1990) mengklasifikasi civil
society yang terdiri dari kelompok kelompok dan perkumpulan, pendidikan, tenaga
kerja, bisnis, partai politik, organisasi keagamaan, profesi, perdagangan, media,
seni, kelompok lokal, keluarga dan perkumpulan kekerabatan. 20

3. Pemberdayaan Civil Society

Untuk membangun hubungan negara dan masyarakat dapat ditempuh


melalui langkah langkah berikut :
1. Inventarisasi variabel yang melekat pada diri warga negara.
2. Inventarisasi variabel yang melekat pada organisasi negara.
3. Menghubungkan variabel yang melekat pada warga negara dengan variabel
yang melekat pada organisasi negara.
4. Mempersepsikan hubungan kedua variabel identik dengan hubungan hak dan
kewajiban antara keduanya.

20 Al Hakim, Suparlan, Pendidikan Kewarganegaraan, cetakan pertama, Madani, Malang, 2014, halaman
195-196.
14
5. Mencari dasar norma sebagai pembenar hubungan antara warga negara dengan
negara, yang bersumber dan jiwa dan nilai konstitusi.

Optimalisasi pelaksanaan hak dan kewajiban Civil Society menurut


Budiman konsep civil society selalu berkaitan dengan hak-hak dasar manusia yang
sering disebut dengan civil rights. (Budiman, 1990.3)

4. Pendekatan dalam Upaya Pemberdayaan Civil Society :


Pendekatan-pendekatan dalam upaya pemberdayaan Civil Society antara lain:
a. Pendekatan yuridis
Mengantarkan warga negara untuk memahami norma-norma formal yang
selanjutnya dengan norma itu akan memiliki sikap loyal terhadap konstitusi.21
b. Pendekatan struktural-fungsional
Diproyeksikan dalam mengalisis nilai fungsional terhadap sistem politik yang
digunakan sebagat wacana demokrasi dalam masyarakat pluralrs multkultural.
c. Pendekatan etika-moral
Digunakan sebagai wacana pembenaran terhadap tindakan sosial dan etika
sebagai perwujudan dari filsafat tingkah laku manusia.
d. Pendekatan empati
Menurut Bennett (1979) mendefinisikan empati sebagai seseorang yang berada
pada posisi orang lain. Dalam empati, berarti kita “berpartisipasi” pada
pengalaman orang lain.”

21 Ibid., hlm 196-197


15
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam perkembangannya, demokrasi dapat dimetaforakan sebagai lahan yang subur
dalam pengembangan politik pemerintahan. Tidak diragukan lagi bahwa pada setiap
perkembangan kearah pemerintahan demokrasi, tidak pernah sempurna sehingga
sering mengecewakan pendukungnya.
Ciri khas demokrasi-demokrasi modern adalah dua keistimewaan yang secara hakiki
membedakannya dari bentuk-bentuk pemerintahan yang lahir sebelumnya.
Makna demokrasi adalah kehidupan negara atau masyarakat yang mana warga negara
dewasa turut andil dalam pemerintahan melalui wakilnya yang dipilih
pemerintahannya mendorong dan menjamin kemerdekaan berbicara, beragama,
berpendapat, berserikat, menegakkan “rule of law”, dan adanya pemerintahan
mayoritas yaitu menghormati hak-hak kelompok minoritas: dan masyarakat yang
warga negaranya saling memberi peluang yang sama. Dan konsep dasar demokrasi
adalah ”suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat” atau the
government from the people, by the people, and for the people.
Perkembangan demokrasi pancasila di indonesia terbagi beberapa periode, antara
lain:

a. Pelaksanaan Demokrasi pada Periode 1945-1949


b. Pelaksanaan Demokrasi pada Periode 1949-1959
c. Pelaksanaan Demokrasi pada Periode 1959-1965
d. Pelaksanaan Demokrasi pada Periode 1965-1998
e. Pelaksanaan Demokrasi pada Periode 1998 sampai Sekarang
Masyarakat sipil atau (civil society) juga sering disebut masyarakat madani
merupakan sebuah masyarakat politik (political society) yang memiliki kode hukum
sebagai dasar pengaturan hidup.Yang mengatur pergaulan antar individu menandai
keberadaban suatu jenis masyarakat tersendiri itulah fungsi adanya hukum.
16
Pemberdayaan Civil Society meliputi : Membangun hubungan negara dan
masyarakat dan Optimalisasi pelaksanaan hak dan kewajiban Civil Society.
Pendekatan dalam upaya pemberdayaan Civil Society terdiri dari : Pendekatan yuridis,
pendekatan struktural-fungsional, pendekatan etika-moral, dan Pendekatan empati.

B. Saran
Demikianlah pembahasan tentang demokrasi pancasila dan civil society yang dapat
kami jelaskan melalui makalah ini, semoga para pembaca, pendengar dan dosen
pembimbing dapat memberikan kritik dan sarannya yang bersifat membangun, demi
kesempurnaan penyusunan makalah berikutnya, Terima kasih banyak.

17
DAFTAR PUSTAKA

Al Hakim, Suparlan, Pendidikan Kewarganegaraan, cetakan pertama, Madani,


Malang, 2014
Asep Sulaiman, 2015. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bandung : CV.
Arfino Raya
Burke, Edmund, 2004, Speech to the Electors of Bristol; 3 November 1794.
Dictionary of Current English, London : Oxford University Press.
DIDAKTIKA SOSIO, 2015: Social Science Education Journal,
Fachrudin, F. (2006). Agama dan Pendidikan Demokrasi : Pengalaman
Muhammadiyah dan NU. Jakarta : PT Alvabet.
Harefa, Darmawan ,2020.Demokrasi Pancasila di Era Kemajemukan. Jakarta: PM
Publisher.
Hornby, A. S., Gatenby, E. V. Dan Wakefield, H. (1962) The Advanced Learner’s
ISSN : NO. 0854-2031 TERAKREDITASI BERDASARKAN SK.DIRJEN DIKTI
NO.55a/DIKTI/KEP/2006
Keneth Minogue, “Democracy” dalam Adam Kuper & Jessica Kuper, The Social
Sciences Encyclopedia, Second Edition (London and New York: Routledge,)
Mahfud Mo. 2003, Demokrasi Dan Konstitusi Di Indonesia, Rineka, Jakarta Morris I.
The Measure Of Civilization: How Social Development Decides OED Online,
2014.Oxford University Press.
Pabottinggi M, (2002) Demokrasi: Dimana Berkiprah Dimana Sekarat, Jakarta:
Indonesian Center for Civic Education (ICCE) UIN Syarif Hidayatullah. Rahayu, Ani
Sri, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN), Bumi Aksara: Jakarta,
2014.
Sihombing, Frans Bona,1982. Demokrasi Pancasila Dalam Nilai-Nilai Politik,
Erlangga: Jakarta,.
Sunarso, 2016. Pendidikan Kewarganegaraan Buku Pegangan Mahasiswa,
Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
18
Syarbaini, Syahrial. 2006, Membangun Karakter dan Kepribadian Melalui Pendidikan
Kewarganegaraan, Graha Ilmu Yogyakarta.

Di indonesia telah banyak menganut sistem pemerintahan pada awalnya. Namun, dari
semua sistem pemerintahan, yang bertahan mulai dari era reformasi 1998 sampai saat
ini adalah sistem pemerintahan demokrasi. Meskipun masih terdapat beberapa
kekurangan dan kendala dari sana sini.

19

Anda mungkin juga menyukai