Anda di halaman 1dari 28

DEMOKRASI

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen pengampu: H. Buhori Muslim.,M.Ag.

Disusun oleh : Kelompok 9


Nama : 1. Allinggia Cahyani
2. Elzsa Sudarisman Putri
3. Iqbal Ramdhany
Kelas/ Semester : A/ Genap

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA IPA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SUNAN GUNUNG


DJATI

BANDUNG

2017 M/1438
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puja dan puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan
illahi rabbi yang mana pada kesempatan kali ini penyusun masih diberikan
kesempatan untuk menuntut dan menimba ilmu di Universitas Islam Negeri
Sunan Gunung Djati Bandung dan salah satu nikmat yang terbesar adalah
diberikannya hidup berupa kesehatan sehingga penyusun dalam mencari ilmu
dengan tidak adanya hambatan.
Sholawat beserta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, yang mana dengan hadirnya beliau dimuka bumi ini telah
memberikan berbagai fasilitas kehidupan dan telah merubah perkembangan
zaman, yang dulu kehidupan manusia penuh dengan peradaban jahiliyah dan
yang sekarang dengan hadirnya beliau telah merubah menjadi peradaban yang
penuh dengan etika dan tata krama dalam mencari kehiudpan dunia.
Alhmdulillah dalam kesempatan kali ini penyusun telah menyelesaikan
salah satu tugas Pancasila dan Kewarganegaraan yang berjudul Demokrasi
yang langsung dibimbing oleh Bapak H. Buhori Muslim M.Ag ,yang mana
selama penulisan penyusun tentunya masih terdapat beberapa kekurangan
dalam membuat makalah ini. Tentunya kekurangan tersebut sekirannya para
pembaca dapat memaklumi.
Kekurangan dan kelebihan makalah penyusun tentunnya memerlukan
masukan dari berbagai pihak sehingga dalam pembuatan makalah selanjutnya
dapat lebih baik lagi. Atas masukannya penyusun ucapkan terima kasih.

Bandung, Februari 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
BAB II................................................................................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................... 2
A. Makna dan Hakikat Demokrasi............................................................................... 2
B. Demokrasi sebagai Pandangan Hidup.......................Error! Bookmark not defined.
C. Unsur-unsur Penegak Demokrasi............................................................................ 5
1. Negara Hukum .................................................................................................... 5
2. Masyarakat Madani(civil society) ....................................................................... 6
3. Infrastruktur politik ............................................................................................. 7
D. Model-model Demokrasi ........................................................................................ 7
1. Demokrasi Liberal .............................................................................................. 7
2. Demokrasi Terpimpin ........................................................................................ 7
3. Demokrasi sosial ................................................................................................. 7
4. Demokrasi Partisipasi ......................................................................................... 8
5. Demokrasi Consociational .................................................................................. 8
6. Demokrasi langsung............................................................................................ 8
7. Demokrasi tidak langsung ................................................................................... 8
E. Prinsip dan Parameter Demokrasi ........................................................................... 8
F. Sejarah dan Perkembangan Demokrasi di Dunia Barat ........................................ 10
1. Awal Mula Demokrasi ...................................................................................... 10
2. Demokrasi di Abad-abad pertengahan .............................................................. 11
3. Abad demokrasi di Inggris ................................................................................ 11
G. Sejarah Perkembangan Demokrasi di Indonesia. .................................................. 14
1. Demokrasi pada Periode 1945-1959 ................................................................. 14

ii
2. Demokrasi pada Periode 1959-1965 ................................................................. 15
3. Demokrasi pada Periode 1965-1988 ................................................................. 17
4. Demokrasi pada Periode1998-sekarang ............................................................ 18
BAB III ............................................................................................................................. 23
PENUTUP ........................................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Demokrasi sebagai suatu konsep yang mendasari sistem politik suatu


negara telah dijadikan dasar bagi banyak negara. Demokrasi merupakan salah satu
bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya untuk
mewujudkan kedaulatan rakyat atau negara yang dijalankan oleh pemerintah.
Karena semua warga negara memiliki hak yang setara dalam pengambilan
keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi mengizinkan warga
negara berpartisipasi baik secara langsung atau melalui perwakilan dalam
perumusan, pengembangan dan pembuatan hukum. Dengan latar belakang
tersebut maka makalah ini kami buat tentang demokrasi.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Makna dan Hakikat Demokrasi
Demokrasi berasal dari kata Yunani, demos dan kratos. Demos artinya
rakyat dan kratos berarti pemerintahan. Jadi, demokrasi artinya pemerintahan
rakyat, yaitu pemerintahan yang rakyatnya memegang peranan yang sangat
menentukan.

Di dalam The Advanced Learners Dictionary of Current English (Hornby,


dkk: 261) dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan demokrasi adalah :

“(1) country with principles of government in which all adult citizens share
trought their ellected representatives; (2) country with governments which
encourages and allows rights of citizenship such as freedom of speech,
religion, opinion, and association, the assertion of rule of law, majority rule,
accompanied by respect for the rights of minorities, (3) society in which there
is treatment of each other by citizens as equals”

Dari kutipan pengertian tersebut tampak bahwa kata demokrasi merujuk


kepada konsep kehidupan negara atau masyarakat dimana warga negara
dewasa turut berpartisipasi dalam pemerintahan melalui wakilnya yang
dipilih; pemerintahannya mendorong dan menjamin kemerdekaan berbicara,
beragama, berpendapat, berserikat, menegakkan rule of law, adanya
pemerintahan mayoritas yang menghormati hak-hak kelompok minoritas; dan
masyarakat yang warga negaranya saling memberi peluang yang sama.

Istilah demokrasi pertama kali dipakai di Yunani kuno, khususnya di kota


Athena, untuk menunjukan sistem pemerintahan yang berlaku disana. Kota-
kota di daerah Yunani pada waktu itu merupakan kota kecil. Penduduknya
tidak begitu banyak sehingga mudah dikumpulkan oleh pemerintah dalam
suatu rapat untuk bermusyawarah. Dalam rapat itu diambil keputusan
bersama mengenai garis-garis besar kebijaksanaan pemerintah yang akan

2
dilaksanakan dan segala permasalah mengenai kemasyarakatan (Heri &
Jumanta, 2010: 81)

Demokrasi merupakan sesuatu yang penting, karena nilai-nilai yang


dikandungnya sangat diperlukan sebagai acuan untuk menata kehidupan
berbangsa dan bernegara yang baik. Dengan kata lain, demokrasi dipandang
penting karena merupakan alat yang dapat digunakan untuk mewujudkan
kebaikan bersama atau masyarakat dan pemerintah yang baik (Good society
and good government). (Cholisin & Nasiwan, 2012: 88)

Inti demokrasi adalah “kekuasaan atau kedaulatan rakyat”. Rakyat seperti


apa yang dimaksudkan dalam demokrasi itu. Oleh Abraham lincoln (1809-
1865) demokrasi didefinisikan secara sederhana dan cukup populer yaitu
“Pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat”. Makna demokrasi
sebagai dasar hidup bermasyarakat dan bernegara mengandung pengertian
bahwa rakyatlah yang memberikan ketentuan dalam masalah-masalah
mengenai kehidupannya, termasuk dalam menilai kebijakan negara, karena
kebijakan tersebut akan menentukan kehidupan rakyat. Negara yang
menganut sistem demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan
kehendak dan kemauan rakyat. Jadi hakikat suatu pemerintahan yang
demokratis bila ketiga hal diatas dapat dijalankan dan ditegakkan dalam tata
pemerintahan. (Anas, 2010 : 114)

3
B. Demokrasi Sebagai Pandangan Hidup
Demokrasi tidak tumbuh dan berkembang dengan sendirinya
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Demokrasi
sebagai way of life (pandangan hidup) dalam seluk beluk sendi kehidupan
bernegara baik oleh rakyat maupun oleh pemerintah. Karena itu harus ada
keyakinan di masyarakat bahwa demokrasi adalah sistem pemerintah yang
terbaik dibanding dengan sistem lainnya, menjadikan demokrasi sebagai
way of life yang menuntun tata kehidupan kemasyarakatan, kebangsaan,
pemerintahan dan kenegaraan.
Nurcholish Madjid berpendapat bahwa demokarasi adalah sebagai
suatu “cara” mencapai tujuan itu sendiri, sebagaimana halnya keterbukaan
adalah sebagai suatu cara bukan tujuan. Sehubung essensi demokrasi
adalah proses, maka beberapa hal seperti Willy Eicher berpendapat bahwa
demokrasi bukanlah suatu nilai statis yang terletak disuatu tempat di depan
kita, lalu kita bergerak menuju kesana untuk mencapainya. Demokrasi
suatu nilai yang dinamis karena nilai essensialnya adalah proses ke arah
yang lebih maju dan lebih baik dibanding dengan yang sedang dialami
oleh suatu masyarakat atau negara. Masyarakat disebut demokratis selama
ia bergerak tanpa berhenti menuju kepada yang lebih baik itu.

Demokrasi diakui sebagai sebuah sistem nilai kemanusiaan, karena


dasarnya adalah karena demokrasi sesuai dengan nilai-nilai luhur
kemanusiaan. Demokrasi dinilai sesuai dengan tuntutan-tuntutan
kebutuhan non material manusia. Nilai-nilai demokratis akan dapat
memanusiakan manusia (humanization of man) sebab nilai-nilainya
bertitik tolak dari nilai-nilai luhur.

Negara disebut demokratis manakah didalamnya terjadi proses


karena pengertian demokrasi sebagai cara dan proses itu, tidaklah
mengherankan bahwa pelakasanaan prinsip-prinsip demokrasi sangat
beragam dari satu negara ke negara lainnya.

4
Meskipun begitu, kiranya perlu disadari bahwa demokrasi sebagai
cara atau jalan akan menentukan kualitas tujuan yang dicapai oleh suatu
masyarakat atau negara. Suatu tujuan yang dicapai secara demokratis akan
memiliki kualitas keabsahan yang lebih tinggi daripada yang dicapai
secara tidak demokratis. Bahwa pandangan hidup yang demokratis
bertumpu dengan teguh diatas asumsi bahwa cara harus bersesuaian
dengan tujuan

(Anas, 2010: 120)

C. Unsur-unsur Penegak Demokrasi

1. Negara Hukum
Konsepsi negara hukum (rechstaat atau rule of law) mengandung
pengertian bahwa negara memberikan perlindungan hukum bagi
warganegara melalui pelembagaan peradilan yang bebas dan tidak
memihak dan penjaminan hak asasi manusia. Istilah rechstaat dan the
rule of law pada hakekatnya berbeda. (Anas,2010 : 120)

Menurut marzuki wahid dalam bukunya yang bejudul “Fiqh


Indonesia” memberikan perbedaan antara rechstaat dan rule of law,
yaitu :
a. Rechstaat lahir dari suatu perjuangan menentang absolutism,
sehingga bersifat revolusioner. Sedangkan lahirnya Rule of
Law berkembang secara evolusiner.
b. Rechstaat bertumpu pada sistem hukum continental yang
disebut civil law atau modern roman law, yang lebih
menekankan pada aspek administratif. Sedangkan konsep dari
Rule of Law bertumpu pada sistem hukum anglo saxon yang
disebut common law. Sehingga penekanannya pada aspek
yudicial.

5
Konsep Rechstaat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

 Adanya perlindungan terhadap HAM


 Adanya pemisah dan pembagian kekuasaan pada lembaga
negara untuk menjamin perlindungan HAM
 Permerintah berdasarkan peraturan
 Adanya peradilan administrasi

Konsep The Rule of Law dcirikan sebagai berikut:

 Adanya supermasi aturan-aturan hukum


 Adanya kesamaan kedudukan dihadapan hukum
 Adanya jaminan perlindungan HAM

Dengan demikian, konsep negara hukum sebagai gabungan dari


kedua konsep diatas dicirikan sebagai berikut:

 Adanya jaminan perlindungan terhadap HAM


 Adanya supremasi hukum dalam penyelengaraan
pemerintahan
 Adanya pemisah dan pembagian kekuasaan negara
 Adanya lembaga peradilan yang bebas dan mandiri

(Anas, 2010: 121)

2. Masyarakat Madani(civil society)


Masyarakat madani dicirikan dengan masyarakat yang terbuka,
masyarakat yang bebas dari pengaruh kekuasaan dan tekanan negara,
masyarakat yang kritis dan berpartispasi aktif serta masyrakat egaliter.
Masyarakat madani merupakan elemen yang sangat signifikan dalam
membangun demokrasi. Sebab, salah satu syarat penting bagi
demokrasi adalah terciptanya partisipasi masyarakat dalam proses-
proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh negara atau
pemerintahan (Anas, 2010: 122)

6
3. Infrastruktur politik
Infrastruktur politik terdiri dari partai politik, kelompok
gerakan dan kelompok penenkan atau kelompok kepentingan. Partai
politik merupakan unsur kelembagaan politik yang anggota-
anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama
yakni memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik
dalam mewujudkan kebiijakan-kebijakanya. Kelompok gerakan yang
dikenal dengan sebutan organisasi masyasrakat merupakan
sekumpulan orang-orang yang berehimpun dalam satu wadah
organisasi yang berorientasi pada pemberdayaan warganya seperti
Muhammadiyah, Persis, NU dll. Sedangkan kelompok penekan atau
kelompok kepentingan merupakan sekelompok orang dalam sebuah
wadah organisasi yang didasarkan pada kriteria profesionalitas dan
keilmuan tertentu seperti AIPI (Asosiasi Ilmuwan Politik Indonesia),
PGRI, LIPI dan sebagainya. (Anas, 2010: 122)

D. Model-model Demokrasi
Menurut Asep Saepuloh (2011:138) dan Anas salahudin
(2011:123) ada beberapa model demokrasi yakni:

1. Demokrasi Liberal
Pemerintahan yang dibatasi oleh undang-undang dan
pemilihan umum bebas yang disesuaikan dalam waktu yang
sesuai. Negera-negara Afrika banyak menggunakan model ini,
tetapi hanya sedikit yang bisa bertahan.

2. Demokrasi Terpimpin
Semua tindakan pemimpin dipercaya rakyat, tetapi menolak
pemilu yang bersaing sebagai kendaraan untuk menduduki
kekuasaan.

3. Demokrasi sosial
Demokrasi yang menaruh kepedulian pada keadilan sosial
dan egaliterasi bagi persyaratan untuk memperoleh
kepercayaan.

7
4. Demokrasi Partisipasi
Menekankan hubungan timbal balik antara penguasa dan
yang dikuasai.

5. Demokrasi Consociational
Menekankan proteksi khusus bagi kelompok budaya yang
menekankan kerjasamayang erat diantara budaya yang
menekankan kerjasama yang erat diantara elit yang mewakili
bagian budaya masyarakat utama.

6. Demokrasi langsung
Rakyat mewujudkan kedaulatannya pada suatu Negara
dilakukan secara langsung. Legislatif sebagai lembaga
pengawasan, pemilihan pejabat eksekutif oleh rakyat melalui
pemilu.

7. Demokrasi tidak langsung


Mewujudkan kedaulatan rakyat tidak secara langsung
berhadapan dengan pihak eksekutif, tetapi melalui lembaga
perwakilan. Lembaga parlemen dituntut peka terhadap berbagai
hal berkaitan dengan hubungan kehidupan masyarakat dengan
pemirintah/Negara.

E. Prinsip dan Parameter Demokrasi


Suatu pemerintahan dikatakan demokrasi apabila dalam mekanisme
pemerintahannya mewujudkan prinsip-prinsip demokrasi. Menurut
Masykuri Abdillah (1999). Prinsip-prinsip demokrasi terdiri atas prinsip:
persamaan, kebebasan dan pluralitas. Sedangkan dalam pandangan Robert
A Dahl terdapat tujuh prinsip yang harus ada dalam sistem demokrasi
yaitu: control atas keputusan pemerintah, pemeliharaan yang teliti dan
jujur, hak memilih dan dipilih, kebebasan masyarakat pendapat tanpa ada
ancaman, kebebasan mengakses informasi, kebebasan berserikat (
Masyukuri Abdillah,1999).

Suasana kehidupan yang demokrasi merupakan dambaaan bagi umat


manusia termasuk manusia Indonesia. Karena itu demokrasi tidak boleh
menjadi gagasan yang utopus dan berada dalam alam retrotika semata,

8
melainkan sebagai sesuatu yang mendesak dan harus diimplementasikan
dalam interaksi social kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan.
Prisip-prinsip Negara demokrasi yang telah disebut diatas kemudian
dituangkan dalam konsep yang lebih praktis untuk dapat diukur dan
dicirikan.Ciri-ciri yang kemudian dijadikan parameter untuk mengukur
tingkat pelaksanaan demokrasi yang berjalan disuatu Negara. Untuk
mengukur suatu Negara atau pemerintahan dalam menjalankan tata
pemerintahannya dikatakan demokratis dapat dilihat dari empat
aspek.(Asep Saepuloh,2011:139)

Pertama, masalah pembentukan Negara. Kita percaya bahwa proses


pembentukan kekuasaan akan sangat menentukan bagaimana kualitas,
watak, dan pola hubungan yang akan terbangun. Untuk sementara ini,
pemilihan umum, dipercaya sebagai salah satu instrument guna
memungkinkan berlangsungnya suatu proses pembentukan suatu
pemerintah yang baik. .(Asep Saepuloh,2011:139)

Menurut Asep Saepuloh (2011:139) hal Kedua adalah dasar kekuasaan


Negara. Masalah ini menyangkut konsep legitimasi kekuasaan serta
pertanggungjawabannya langsung kepada rakyat. Ketiga susunan Negara.
Kekuasaan Negara dijadikan secara distributive untuk menghindari
penumpukan kekuasaan dalam satu “wilayah”. Penyelenggaraan
kekuasaan Negara sendiri haruslah diatur dalam tata aturan yang
membatasi dan sekaligus memberikan koridor dalam pelaksanaaannya,
aturan yang ada patut memastikan setidaknya dua hal utama, yakni:

1. Memungkinkan terjadinya desentralisasi, untuk menghindari


sentrlisasi.
2. Memungkinkan pembatasan, agar kekuasaan tidak menjadi tidak
terbatas.

Menurut Asep Saepuloh (2011:139) kembali, hal yang Keempat


adalah masalah control sosial. Apakah dengan berbagai koridor tersebut

9
sudah dengan sendirinya akan berjalan suatu proses yang memungkinkan
terbangun sebuah relasi yang baik, yakni suatu relasi kuasa yang simetris,
memi8liki samungan yang jelas, dan adanya mekanisme yang
memungkinkan check and balance terhadap kekuasaan yang dijalankan
eksekutif dan legislative. Amin Rais menambahkan kriteria lain sebagai
parameter demokrasi, yaitu:

a.) Adanya partisipasi dalam pembuatan keputusan


b.) Distribusi pendapatan secara adil
c.) Kesempatan memperoleh pendidikan
d.) Ketersediaan dan keterbukaan informasi
e.) Mengindahkan politik
f.) Kebebasan individu
g.) Semangat kerjasama
h.) Hak untuk proses

F. Sejarah dan Perkembangan Demokrasi di Dunia Barat

1. Awal Mula Demokrasi


Konsep demokrasi semula lahir dari pemikiran mengenai
hubungan negra dan hukum di Yunani Kuno dan dipraktekan dalam
hiduo bernegara antara abad ke- 9 SM sampai abad ke -4M. demokrasi
yang dipraktekan pada saat itu adalah demokrasi langsung (direct
demokrasi) artinya hak rakyat untuk membuat keputusan politik
dijalankan secara langsung oleh seluruh warga Negara berdasarkan
prosedur mayoritas. Sifat langsung itu berjalan secara efektif karena
Negara kota (City state) Yunani Kuno berlangsung dengan kondisi
sederhana dengan wilayah Negara yang hanya terbatas pada sebuah kota
kecil dengan jumlah penduduk sekitar 300.000 orang. Selain itu hak
ketentuan-ketentuan menikmati hak demokrasi hanya berlaku untuk
warga Negara yang resmi, sedangkan bagi warga Negara yang berstatus

10
budak belian, pedagang asing, perempuan dan anak-anak tidak dapat
menikmatinya

2. Demokrasi di Abad-abad pertengahan


Gagasan demokrasi Yunani Kuno berakhir pada abad pertengah.
Masyarakat abad Pertengahan dicirikan dengan struktur masyarakat yang
Feodal. Menurut Anas salahudin (2011:123) feodal adalah masyarakat
memiliki hak-hak tertentu dan Feodalisme mengembangkan sistem
peradilan untuk membela hak-hak tersebut, kemudian dicirikan dengan
kehidupan spiritual diluasi oleh Paulus dan pejabat agama, sedangkan
kehidupan politiknya ditandai oleh perebutan kekuasaan diantara para
bangsawan. Dengan demikian kehidupan social politik agama pada masa
ini ditentukan oleh elit-elit masyarkat yaitu kaum bangsawan dan kaum
agamawan. Karena itu demokrasi tidak muncul pada abad pertengahan
(kegelapan) (Asep Saepuloh, 2011:140)

3. Abad demokrasi di Inggris


Menjelang akhir abad pertengahan, tumbuh kembali keinginan
menghidupkan demokrasi. Lahirnya Magna Charta ( piagam besar)
sebagai suatu piagam yang memuat perjanjian antara kaum bangsawan dan
raja Jhon di inggris merupakan tonggak baru kemunculan demokrasi
empiric. Dalam magna Charta bahwa raja mengakui beberapa hak dan hak
khusus (prepeleges) bawahannya. Selain itu piagam tersebut juga memuat
dua prisip dasa: pertama, adanya pembatasan kekuasaan raja; kedua, hak
asasi manusia lebih penting daripada kedulatan raja(Asep Saepuloh,
2011:141)

Munculnya demokrasi juga dikarenakan adanya gerakan


Renaissance dan reformasi reformasi renaissance, merupakan gerakan
yang menghidupkan kembali minat pada sastra dan budaya Yunani Kuno.
Gerakan ini lahir dibarat karena adanya kontak dengan dunia Islam yang
ketika itu berada pada puncak kejayaan peradaban ilmu pengetahuan. Para

11
ilmun islam pada saat itu seperti Ibnu Khaldun, Al - Razi, Oemar
Khayam, Al-Khoarizmi dan sebagainya bukan hanya berhasil
mengsilisasikan pengetahuan versi Kuno dan warisan klasik ( Yunani
Kuno), melainkan berhasil menyesuaikan sesuai kebutuhan-kebutuhan
yang sesuai dengan alam pikir mereka sendiri. Karena itu seorang
orientalis Philip K.Hitti menyatakan bahwa dunia Islam telah memberi
sumbangan besar terhadap kemajuan dan perkembanganEropa melalui
terjemah-terjemah terhadap warisan Parsi dan Yunani Kuno dan
menyebrangkannya ke Eropa melalui Siri, Spanyol dan Sisilia. Negara-
negara tersebut merupakan arus penyembrangan ilmu pengetahuan dari
dunia Islam ke Barat (Asep Saepuloh 2011:141)

Peristiwa lain yang mendorong lahirnya kembali demokrasi di


Eropa, adalah sebuah gerakan revolusi agama pada abad ke-16 yang
bertujuan untuk memperbaiki keadaan dalam gerej akhatolik. Hasil dari
gerakan ini adanya peninjauan terhadap dokrin gereja yang berkembang
menjadi protestanisme. Kecaman dan dobrakan absolutism monarki dan
gereja didasarkan pada teori rasionalits sebagai “social-contract”
(perjanjian masyarakat) yang salah satu azasnya menentukan bahwa dunia
ini dikuasi oleh hukum yang timbul dari alam (natural law) yang
mengandung prinsip-prinsip keadilan yang universal, berlaku untuk semua
orang. Dengan demikian teori hukum alam merupakan usaha untuk
mendobrak pemerintah absolute dan menetapkan hak-hak politik rakyat
dalam satu asas yang disebut demokrasi ( pemerintahaan rakyat)(Asep
Saepuloh , 2011:141)

Pada kemunculannya kembali di Eropa, hak-hak politik rakyat dan


hak-hak politik rakyat dan hak-hak asasi manusia secara individu
merupakan tema dasar dalam pemikiran politik (ketatanegaraan). Untuk
itu, timbullah gagasan tentang cara membatasi kekuasaan pemerintah
melalui pembuatan konstitusi yang tertulis maupun tidak tertulis. Diatas
konstitusi inilah biasa ditentukan batas-batas kekuasaan pemerintahan dan

12
jaminan atas hak-hak politik rakyat. Sehingga kekuasaan pemerintah
diimbangi dengan kekuasaan parlement dan lembaga-lembaga hukum.
Gagasan inilah yang kemudian dinamakan konstitusionalisme(negara
hukum formal). Ciri penting demokrasi ini adalah sifat pemerintah yang
pasif pemerintah hanya menjadi pelaksana (tunduk pada) keinginan-
keinginan rakyat yang diperjuankan secara liberal (individualisme) untuk
menjadi keputusan parlemen. Konsep negara hukum formal mulai digugat
menjelang pertengahan abad ke 20 tepatnya setelah perang dunia.
Beberapa faktor yang mendorong lahirnya kecaman ini, seperti yang
dikemukakan oleh Maria Budiadjo, antara lain adalah akses-akses dalam
industrialisasi dan sistem kapitalis, tersebarnya paham sosialisme yang
menginginkan pembagian kekuasaan secara merata serta kemenangan
beberapa partai sosialdi eropa. Gagasan bahwa pemerintah dilarang
campur tangan dalam urudan negara bergeser dalam gagasan baru bahwa
pemerintah harus bertanggungjawab atas kesejahteraan rakyat. Gagasan
baru ini biasanya disebut sebagai Welfare State atau negar hukum material
dengan cirinya pemerintah diberikan fries Ermesen atau Pouvoir
Discreationnair” yaitu kebebasan untuk turut serta dalam kehidupan sosial
dan keleluasaan untuk terikat pada legislasi parlemen (wakil rakyat).(Asep
Saepuloh , 2011:142)

Dalam gagasan ini peran negara mendapat porsi yang lebih


dominan. Dalam legislasi, welfare state mempunyai tiga macam implikasi,
yaitu adanya hak inisiatif (membuat peraturan yang sesuai dengan undang-
undang tampan persetujuan terlebih dahulu dari parlemen), hak legislasi(
membuat peraturan yang sederajat dibawah UU) dan droit function(
menafsirkan sendiri aturan-aturan yang masih bersifat inisiatif)(Asep
Saepuloh , 2011:142)

Berdasarkan pernyataan diatas, sejarah dan perkembangan


demokrasi di Barat diawali berbentuk demokrasi langsung yang berakhir
pada abad pertengahan. Menjelang akhir abad pertengahan lahir Magna

13
Charta dan dilanjutkan munculnya gerakan Renaissance dan reformasi
yang menekankan pada adanya hak atas hidup, hak kebebasan dan hak
memiliki. Selanjutnya pada abad ke 19 munculah gerakan demokrasi
konstitusional. Dari Demokrasi Konstitusional melahirkan demokrasi
Welfare State .(Asep Saepuloh , 2011:142)

G. Sejarah Perkembangan Demokrasi di Indonesia.


Mengikuti periodesasi TIM ICCE UIN Jakarta,perkembangan
Demokrasi di Indonesia dapat di bagi dalam empat periode yaitu:

1. Demokrasi pada Periode 1945-1959


Demokrasi pada masa ini dikenal dengan sebutan Demokrasi
parlementer. Ternyata sistem ini kurang cocok untuk indonesia. Tahun
1945 – 1950, Indonesia masih berjuang menghadapi Belanda yang ingin
kembali ke Indonesia. Pada saat itu pelaksanaan demokrasi belum berjalan
dengan baik. Hal itu disebabkan oleh masih adanya revolusi fisik. Pada
awal kemerdekaan masih terdapat sentralisasi kekuasaan hal itu terlihat
Pasal 4 Aturan Peralihan UUD 1945 yang berbnyi sebelum MPR, DPR
dan DPA dibentuk menurut UUD ini segala kekuasaan dijalankan oleh
Presiden denan dibantu oleh KNIP. Untuk menghindari kesan bahwa
negara Indonesia adalah negara yang absolut pemerintah mengeluarkan :
a. Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945, KNIP
berubah menjadi lembaga legislatif.
b. Maklumat Pemerintah tanggal 3 Nopember 1945 tentang
Pembentukan Partai Politik.
c. Maklumat Pemerintah tanggal 14 Nopember 1945 tentang
perubahan sistem pemerintahn presidensil menjadi parlementer
Sistem parlementer mulai berlaku sebulan setelah kemerdekaan di
proklamirkan dan kemudian diperkuat dalam UUD 1995 dan 1950.
Menurut UUD 1950 yang menetapkan berlakunya sistem
parlementer,memiliki badan eksekutif yang terdiri dari Presiden sebagai
kepala negara konstitusional beserta mentri-menterinya yang mempunyai

14
tanggung jawab politik. Karena fragmentasi partai politik ,usia kabinet ini
tidak bertahan lama. Sekalipun koalisi di bangun,tetapi sangat mudah
pecah. Akibatnya destabilisasi politik nasional. Fakta-fakta itulah yang
mendorong Ir.Soekarno sebagai Presiden mengeluarkan dekrit Presiden 5
Juli yang menentukan berlakunya kembali UUD 1945,dan demokrasi
sistem parlementer berakhir. (Anas,2010:131)

2. Demokrasi pada Periode 1959-1965.


Demokrasi pada masa ini dikenaldengan Demokrasi Terpimpin.
Yang dimaksud dengan Demokrasi Terpimpin adalah

a. Demokrasi terpimpin adalah lawan dari demokrasi liberal. Ia


tetap demokrasi dan bukan diktator .Ia adalah demokrasi karya
untuk melaksanakan pembangunanan masyarakat adil dan
makmur.
b. Demokrasi Terpimpin secara prinsipil dapat di dasarkan pada
ajaran Pancasila.
c. Demokrasi terpimpin adalah demokrasi politik,demokrasi
sosial dan demokrasi ekonomi.
(A.Muchtar ,2014:146)

Sementara Roeslan Abdulgani menjelaskan bahwa yang dimaksud


dengan demokrasi terpimpin adalah ‘’yang memimpin bukanlah
seseorang,melainkan suatucita-cita revolusi kita,yang terkenal sebagai
Dasar Negara kita ,yakni Pancasila . Jadi yang mempimpin adalah
Pancasila’’. Sistem demokrasi terpimpin ini memberikan keleluasan
lebih besar kepada Partai Komunis Indonesia (PKI) untuk bergerak
dan menguasai panggung politik nasional .Juga,kebijakan Soekarno
tentang keputusannya membubarkan Masyumi Agustus 1960.
(A.Muchtar ,2014:146)

15
Dalam pidato pada 17 Agustus 1959,Presiden Soekarno
menjelaskan pokok-pokok demokrasi terpimpin terbagi dalam dua
kategori :

a. Tiap-tiap orang diwajibkan untuk berbakti kepada kepentingan


umum,masyarakat dan negara.
b. Tiap-tiap orang mendapat penghidupan layak dalam masyarakat
bangsa dan negara.
(Anas,2010:132)

Menurut Noor (2009:64) masa demokrasi terpimpin dalam banyak hal


telah banyak menyimpang dari demokrasi konstitusional dan lebih
menampilkan beberapab aspek dari demokrasi rakyat. Masa ini di tandai
dengan dominasi residen,terbatasnya peran partai politik ,perkembang
pengaruh komunis dan peran ABRI sebagai unsur sosial politik semakin
meluas

Munculnya Dekrit Presiden 5 Juli yang di pandang solusi dari


kemacetan publik melalui pembentukan kepemimpinan yang kuat dan
memberlakukan kembali UUD 1995 yang memberi peluang bagi Presiden
bertahan sekurang-kurangnya lima tahun. Namun ketetapan MPRS
No.III/1963 yang mengangkatIR.Soekarno sebagai presiden seumur hidup
telah “membatalkan pembatasan waktu lima tahun ini,dimana UUD 1945
memungkinkan presiden bisa dpilih kembali. di samping itu,banyak
tindakan yang menyimpang dari UUD ,misalnya misalnya tahun 1960
Ir.soekarno sebagai presiden membubarkan DPR hasil pemilihan umum
,padahal dalam penjelasan uud 1945 secara eksplisit di tentukan bahwa
presiden tidak mempunyai wewenang untuk berbuat demikian.
(Anas,2010:132)

16
3. Demokrasi pada Periode 1965-1988
Landasan formil dari periode ini yang dikenal dengan Orde Baru
adalah Pancasila,UUD 1945 serta ketetapan-ketetapan MPRS. Di lihat
dari manapun ,runtuhnya Orde Lama dan bangkitnya Orde Baru tetap
merupakan persoalan yang penting bagi bangsa Indonesia. Salah satu
hal relavan untuk ditinjau adalah dampak perubahan pemikiran
ekonomi dan sosial politik masyarakat Indonesia sebagai lahirnya Orde
Baru. Dampak yang lain juga bisa dilihat terhadap respon pemikiran
masyarakat islam Indonesia. Sebab ,bagaimanapun perubahan-
perubahan pada pemikira umumitu sangat mempengaruhi
perkembangan pola pikir Islam.Arbi sanit melihat bahwa Orde Baru
lahir untuk mengoreksi kelemahan orde sebelumnya terutama
mandeknya perekonomian dan ambruknya demokrasi . Apalagi dimata
para pendukung Orde Baru ,yang sepenuhnya didukung oleh Angkatan
Bersenjata,bahwa runtuhnya Orde Lama adalah akibat kekacauan utama
PKI dan antek-anteknya. (Anas,2010:133)

Pada operiode ini bisa saja disebut sebagai Demokrasi Pancasila


,sekalipun istilah ‘’Pancasila’’ disini lebih bernuansa politis dan
verbalismeformal semata. Nilai –nilai Pancasila lebih banyak dijelaskan
berdasarkan kekuasaan dan kepentingan politik penguasa. Trend yang
berkembang ada masa Orde Baru dalam kehidupan politik adalah
peranan militer dalam kehidupan politik yang sangat kuat dan dominan.
Civic mission telah kian sempuran mnenjadi dwi fungsi . Kaummiliter
telah menunjukan peranpentignya dalam usaha konsolidasi. Dalam
masalah ini,hubungan militer dala islam(sebagai bagian dari kekuatan
sipil),sangat ditentukan oleh kekuatan pandangan kedua-duanya. Pada
masa ini pula trend yang berkembang kuat adalah penerimaan pancasila
sebagai satu-satunya azas. (Anas,2010:134)

Oleh karena itu ,demokrasi pancasila dalam rezim orde baru hanya
sebagai retorika dan gagasan sebelum sampai pada tataran praktis atau

17
penrapan,.sebab dalam praket kenegaraan pemerintahan,dan
kebangsaan rezim ini sangat tidak memberikan ruang bagi kehidupan
berdemokrasi. Maka,ciri yang menonjo pada orde baru ini adalah:

a. Dominan nya peran ABRI


b. Birokratisasi dan sentralisasi pengambilan keputusan politik.
c. Fungsi partai politik.
d. Campur tangan pemerintah dalam berbagai urusan politik dan
publik
e. Masa mengambang.
f. Monolitisasi ideologi negara.
g. Inkorporasi lembaga non pemerintah.

4. Demokrasi pada Periode1998-sekarang


Periode pada pasca orde baru sering disebut dengan era
Reformasi periode ini erat hubungannya dengan gerakan reformasi
rakyat yang menuntut pelaksanaan demokrasi dan Ham secara
konsekuen. Tuntutan ini ditandai dengan lengsernya Presiden Soeharto
dari tampuk kekuasaan orde baru padaMei1998,setelah lebih dari tiga
puluh tahun berkuasa dengan demokrasi Pancasila nya.
(Komarudin,2008:46)
Runtuhnya rezim oerde baru membawa harapan baru bagi
tumbuhnya demokrasi di Indonesia yang menandakan tahap awal bagi
transisi demokrasi indonesia. Suatu transisi demokrasi bergantung
kepada empat faktor yaitu:
a. Komposisi elit politik.
b. Design institusi politik.
c. Kultur politik atau perubahan sikap terhadap politik dikalangan
elit dan non elit.
d. Peran civil society.

18
Runtuhnya rezim orde baru itu menguak kebobrokan yang
dilakukan rezim,tak terkecuali nama Soeharto. Namun demikian ,tidak
lah adil manakala semua kesalahan orde baru ditimpakan hanya kepada
Soeharto . Kasus Soeharto merupakan kesalahan kolektif bangsa
Indonesia. Sebab,pemerintahan oerde baru menempatkan Soeharto
sebagai “ Tuhan Kecil “ yang mengakibatkan kesalahan tidak lagi bisa
di timpakan kepada nya sendiri. (Anas,2010:135)
Oleh karena itu runtuhnya orde reformasi merupakan bagian dari
proses sejarah kehidupan bangsa dan negara Indonesia,akan lebih baik
dibadingkan orde sebelumnya. Orde ini berorientasi pada penciptaan
“masyarakat madani” suatu masyarakat yang terbuka,demokratis dan
transaparan. (Anas,2010:135)
Masa reformasi sekarang ini belum dirasakan pda tingkat
pemerataan kesejahteraan di bandingkan dengan masa orde baru. Yang
menonjol pada reformasi ini,karena masih masa transisi
demokrasi,adalah peran dan fungsi partai politik yang semakin besar
dalam menentukan arah kehidupan bernegara dan berbangsa.
(Anas,2010:135)

H. Konsep Islam Mengenai Demokrasi


Di tengah proses demokratisasi global ,banyak ahli demokrasi
diantaranya Larry Diamond,Juan J.Linze,Seymour Martin Lipset
menyimpulkan bahwa dunia islam tidak mempunyai prospek untuk
menjadi demokratis serta tidak mempunyai pengalaman demokrasi yang
cukup handal . (A.Ubaedillah,dkk,2008:51)

Hal ini juga dikemukakan oleh Samuel P.Huntington yang meragukan


dapat berjalan dengan prinsip-prinsip demokrasi yang yang secara kultural
lahir di Barat. Karena alasan inilah dunia islam di pandang tidak menjadi
bagian dari prosesgelombang demokratisasi dunia.

(A.Ubaedillah,dkk,2008:52)

19
Perdebatan dan wacana tentang hubungan antara islam dan demokrasi
masih tetap menarik dan belum tuntas. Hampir semua kaum muslim
menunjukan reaksi terhadap istilah Demokrasi dan Demokratisasi.
Menurut John L.Esposito dan JP.Piscatori,reaksi negatif kaum muslim
terhadap demokrasi lebih merupakan suatu bentuk pertahan Islam dari
ketergantungan yang lebih jauh terhadap Barat.(A.Muchtar ,2014:151)

John L.Esposito dan Piscatori memetakan hubungan islam dan


Demokrasi dalam tiga kelompok yakni

1. Islam dan Demokrasi adalah dua sistem politik yang berbeda . Islam
tidak bisa disubordinatkan dengan demokrasi ,karena Islam
merupakan sistem politik yang mandiri (self-sufficient). Hubungan
keduanya bersifat mutually exclusive. Islam dipandang sebagai sistem
politik alternatif terhadap demokrasi. Islam dan Demokrasi adalah dua
hal yang berbeda. Karena itu demokrasi sebagai konsep Barat tidak
tepat di ajukan sebagai acuan dalam bermasyarakat,berbangsa dan
berneagara. Islam adalah ilmu yang kaffah((yang sempurna,yang
mengatur segala aspek kehidupan manusia),ini di ungkapkan oleh elit
Kerajaan Arab dan elit politik Iran pada masa awal revolusi Iran.
(Anas,2010:137)
2. Islam berbeda dengan Demokrasi apabila demokrasi di defenisikan
secara prosedural seperti di pahami dan di praktikan di negara-negara
maju di Barat ,sedangkan Islam merupakan sistem politik demokratis
kalau demokrasi di defenisikan secara subtantif ,yakni kedaulatan di
tangan rakyat dan negara merupakan terjemahan dari kedaulatan
rakyat ini. Dengan demikian,dalam pandangan kelompok ini
demokrasi adalah konsep yang sejalan dengan islam setelah diadakan
penyesuaian penafsiran terhadap konsep demokrasi itu sendiri dianta
tokoh kelompok ini antara lain,al-Maududi ,M.Natsir dan Jalaludin
Rahmat .(Anas,2010:137)

20
3. Islam adalah sistem nilai yang membernarkan dan mendukung sistem
politik demokrasi seperti yang di praktikan negara-negara maju. Di
indonesia, pandangan yang ketiga ini tampaknya yang lebih dominan
karena demokrasi sudah menjdai bagian integral sistem pemerintahan
Indonesia dan negara-negara muslim lainnya. Diantara tokoh
kelompok ini antara lain Fahmi Huwaidi ,Robert-N.Bellah
,Nurcholish,Amin Rais, dan Abdurahman Wahid.
(A.Muchtar ,2014:151)

Sekalipun negara-negara muslim sudah memiliki pilihan untuk


menerapkan sistem demokrasi dalam kehidupan bernegara dan berbangsa,
tetapi belum berarti demokrasi itu dapat tumbuh dan berkembang secara
otomatis dan cepat . hal ini disebabkan oleh beberapa alasan teoritis:

Pertama Pemahaman dokrinal menghambat demokrasi. Hal ini di


sebabkan oleh kebanyakan kaum muslim yang cenderung memahami
demokrasi sebagai sesuatu yang bertentang dengan islam. Untuk itu,perlu
dikembangkan liberalisasi pemahaman keagamaan untuk mencari
konsensus dan sintesis antara pemahaman doktrin islam dengan teori-teori
modern seperti demokrasi dan kebebasan. (A.Muchtar ,2014:153)

Kedua Persoalan kultur .emokrasi sebenarnya telah di coba di negara-


negara muslim sejakparuh pertama abad 20 tetapi dalam pelaksanaannya
gagal. Terbiasa dengan otokrasi dan ketaatan fasif. Oleh karena
itu,langkah yang sangat diperlukan adalah penjelasan kultur karena
demokrasi tumbuh subur di Eropa,tetapi di wilayah dunia islam masih
tumbuh dan berkembang otoritarianisme. (A.Muchtar ,2014:153)

Ketiga Lambannya pertumbuhan demokrasi di dunia islam tak ada


dengan teologi maupun kultur ,melainkan lebih terkait dengan sifat
alamiah demokrasi itu sendiri. Oleh karena itu,untuk membangun
demokrasi di perlukan kesungguhan,kesabaran,dan diatas segalanya adalah
waktu,seperti diperlukan optimisme terhadap masa depan demokrasi di

21
dunia islam. Disamping itu ,pengalaman empirik demokrasi dalam sejarah
islam memang sangat terbatas,kecuali bisa ditemukan pada masa
Rasulullah sendiri yang kemudian dilanjutkan olehempat orang
sahabatnya(Khulafaur -Rasyidin),setelah masa ini,sangat sulit menemukan
demokrasi di dunia islam secara empirik sampai sekarang ini.
(A.Muchtar ,2014:153)

22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa Demokrasi itu artinya pemerintahan


rakyat, yaitu pemerintahan yang rakyatnya memegang peranan yang sangat
menentukan. Inti demokrasi adalah “kekuasaan atau kedaulatan rakyat”. Rakyat
seperti apa yang dimaksudkan dalam demokrasi itu. Oleh Abraham lincoln (1809-
1865) demokrasi didefinisikan secara sederhana dan cukup populer yaitu
“Pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat”. Makna demokrasi
sebagai dasar hidup bermasyarakat dan bernegara mengandung pengertian bahwa
rakyatlah yang memberikan ketentuan dalam masalah-masalah mengenai
kehidupannya, termasuk dalam menilai kebijakan negara, karena kebijakan
tersebut akan menentukan kehidupan rakyat

B. Saran

23
DAFTAR PUSTAKA

24

Anda mungkin juga menyukai