MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen pengampu: H. Buhori Muslim.,M.Ag.
BANDUNG
2017 M/1438
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puja dan puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan
illahi rabbi yang mana pada kesempatan kali ini penyusun masih diberikan
kesempatan untuk menuntut dan menimba ilmu di Universitas Islam Negeri
Sunan Gunung Djati Bandung dan salah satu nikmat yang terbesar adalah
diberikannya hidup berupa kesehatan sehingga penyusun dalam mencari ilmu
dengan tidak adanya hambatan.
Sholawat beserta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, yang mana dengan hadirnya beliau dimuka bumi ini telah
memberikan berbagai fasilitas kehidupan dan telah merubah perkembangan
zaman, yang dulu kehidupan manusia penuh dengan peradaban jahiliyah dan
yang sekarang dengan hadirnya beliau telah merubah menjadi peradaban yang
penuh dengan etika dan tata krama dalam mencari kehiudpan dunia.
Alhmdulillah dalam kesempatan kali ini penyusun telah menyelesaikan
salah satu tugas Pancasila dan Kewarganegaraan yang berjudul Demokrasi
yang langsung dibimbing oleh Bapak H. Buhori Muslim M.Ag ,yang mana
selama penulisan penyusun tentunya masih terdapat beberapa kekurangan
dalam membuat makalah ini. Tentunya kekurangan tersebut sekirannya para
pembaca dapat memaklumi.
Kekurangan dan kelebihan makalah penyusun tentunnya memerlukan
masukan dari berbagai pihak sehingga dalam pembuatan makalah selanjutnya
dapat lebih baik lagi. Atas masukannya penyusun ucapkan terima kasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
2. Demokrasi pada Periode 1959-1965 ................................................................. 15
3. Demokrasi pada Periode 1965-1988 ................................................................. 17
4. Demokrasi pada Periode1998-sekarang ............................................................ 18
BAB III ............................................................................................................................. 23
PENUTUP ........................................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 24
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Makna dan Hakikat Demokrasi
Demokrasi berasal dari kata Yunani, demos dan kratos. Demos artinya
rakyat dan kratos berarti pemerintahan. Jadi, demokrasi artinya pemerintahan
rakyat, yaitu pemerintahan yang rakyatnya memegang peranan yang sangat
menentukan.
“(1) country with principles of government in which all adult citizens share
trought their ellected representatives; (2) country with governments which
encourages and allows rights of citizenship such as freedom of speech,
religion, opinion, and association, the assertion of rule of law, majority rule,
accompanied by respect for the rights of minorities, (3) society in which there
is treatment of each other by citizens as equals”
2
dilaksanakan dan segala permasalah mengenai kemasyarakatan (Heri &
Jumanta, 2010: 81)
3
B. Demokrasi Sebagai Pandangan Hidup
Demokrasi tidak tumbuh dan berkembang dengan sendirinya
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Demokrasi
sebagai way of life (pandangan hidup) dalam seluk beluk sendi kehidupan
bernegara baik oleh rakyat maupun oleh pemerintah. Karena itu harus ada
keyakinan di masyarakat bahwa demokrasi adalah sistem pemerintah yang
terbaik dibanding dengan sistem lainnya, menjadikan demokrasi sebagai
way of life yang menuntun tata kehidupan kemasyarakatan, kebangsaan,
pemerintahan dan kenegaraan.
Nurcholish Madjid berpendapat bahwa demokarasi adalah sebagai
suatu “cara” mencapai tujuan itu sendiri, sebagaimana halnya keterbukaan
adalah sebagai suatu cara bukan tujuan. Sehubung essensi demokrasi
adalah proses, maka beberapa hal seperti Willy Eicher berpendapat bahwa
demokrasi bukanlah suatu nilai statis yang terletak disuatu tempat di depan
kita, lalu kita bergerak menuju kesana untuk mencapainya. Demokrasi
suatu nilai yang dinamis karena nilai essensialnya adalah proses ke arah
yang lebih maju dan lebih baik dibanding dengan yang sedang dialami
oleh suatu masyarakat atau negara. Masyarakat disebut demokratis selama
ia bergerak tanpa berhenti menuju kepada yang lebih baik itu.
4
Meskipun begitu, kiranya perlu disadari bahwa demokrasi sebagai
cara atau jalan akan menentukan kualitas tujuan yang dicapai oleh suatu
masyarakat atau negara. Suatu tujuan yang dicapai secara demokratis akan
memiliki kualitas keabsahan yang lebih tinggi daripada yang dicapai
secara tidak demokratis. Bahwa pandangan hidup yang demokratis
bertumpu dengan teguh diatas asumsi bahwa cara harus bersesuaian
dengan tujuan
1. Negara Hukum
Konsepsi negara hukum (rechstaat atau rule of law) mengandung
pengertian bahwa negara memberikan perlindungan hukum bagi
warganegara melalui pelembagaan peradilan yang bebas dan tidak
memihak dan penjaminan hak asasi manusia. Istilah rechstaat dan the
rule of law pada hakekatnya berbeda. (Anas,2010 : 120)
5
Konsep Rechstaat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
6
3. Infrastruktur politik
Infrastruktur politik terdiri dari partai politik, kelompok
gerakan dan kelompok penenkan atau kelompok kepentingan. Partai
politik merupakan unsur kelembagaan politik yang anggota-
anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama
yakni memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik
dalam mewujudkan kebiijakan-kebijakanya. Kelompok gerakan yang
dikenal dengan sebutan organisasi masyasrakat merupakan
sekumpulan orang-orang yang berehimpun dalam satu wadah
organisasi yang berorientasi pada pemberdayaan warganya seperti
Muhammadiyah, Persis, NU dll. Sedangkan kelompok penekan atau
kelompok kepentingan merupakan sekelompok orang dalam sebuah
wadah organisasi yang didasarkan pada kriteria profesionalitas dan
keilmuan tertentu seperti AIPI (Asosiasi Ilmuwan Politik Indonesia),
PGRI, LIPI dan sebagainya. (Anas, 2010: 122)
D. Model-model Demokrasi
Menurut Asep Saepuloh (2011:138) dan Anas salahudin
(2011:123) ada beberapa model demokrasi yakni:
1. Demokrasi Liberal
Pemerintahan yang dibatasi oleh undang-undang dan
pemilihan umum bebas yang disesuaikan dalam waktu yang
sesuai. Negera-negara Afrika banyak menggunakan model ini,
tetapi hanya sedikit yang bisa bertahan.
2. Demokrasi Terpimpin
Semua tindakan pemimpin dipercaya rakyat, tetapi menolak
pemilu yang bersaing sebagai kendaraan untuk menduduki
kekuasaan.
3. Demokrasi sosial
Demokrasi yang menaruh kepedulian pada keadilan sosial
dan egaliterasi bagi persyaratan untuk memperoleh
kepercayaan.
7
4. Demokrasi Partisipasi
Menekankan hubungan timbal balik antara penguasa dan
yang dikuasai.
5. Demokrasi Consociational
Menekankan proteksi khusus bagi kelompok budaya yang
menekankan kerjasamayang erat diantara budaya yang
menekankan kerjasama yang erat diantara elit yang mewakili
bagian budaya masyarakat utama.
6. Demokrasi langsung
Rakyat mewujudkan kedaulatannya pada suatu Negara
dilakukan secara langsung. Legislatif sebagai lembaga
pengawasan, pemilihan pejabat eksekutif oleh rakyat melalui
pemilu.
8
melainkan sebagai sesuatu yang mendesak dan harus diimplementasikan
dalam interaksi social kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan.
Prisip-prinsip Negara demokrasi yang telah disebut diatas kemudian
dituangkan dalam konsep yang lebih praktis untuk dapat diukur dan
dicirikan.Ciri-ciri yang kemudian dijadikan parameter untuk mengukur
tingkat pelaksanaan demokrasi yang berjalan disuatu Negara. Untuk
mengukur suatu Negara atau pemerintahan dalam menjalankan tata
pemerintahannya dikatakan demokratis dapat dilihat dari empat
aspek.(Asep Saepuloh,2011:139)
9
sudah dengan sendirinya akan berjalan suatu proses yang memungkinkan
terbangun sebuah relasi yang baik, yakni suatu relasi kuasa yang simetris,
memi8liki samungan yang jelas, dan adanya mekanisme yang
memungkinkan check and balance terhadap kekuasaan yang dijalankan
eksekutif dan legislative. Amin Rais menambahkan kriteria lain sebagai
parameter demokrasi, yaitu:
10
budak belian, pedagang asing, perempuan dan anak-anak tidak dapat
menikmatinya
11
ilmun islam pada saat itu seperti Ibnu Khaldun, Al - Razi, Oemar
Khayam, Al-Khoarizmi dan sebagainya bukan hanya berhasil
mengsilisasikan pengetahuan versi Kuno dan warisan klasik ( Yunani
Kuno), melainkan berhasil menyesuaikan sesuai kebutuhan-kebutuhan
yang sesuai dengan alam pikir mereka sendiri. Karena itu seorang
orientalis Philip K.Hitti menyatakan bahwa dunia Islam telah memberi
sumbangan besar terhadap kemajuan dan perkembanganEropa melalui
terjemah-terjemah terhadap warisan Parsi dan Yunani Kuno dan
menyebrangkannya ke Eropa melalui Siri, Spanyol dan Sisilia. Negara-
negara tersebut merupakan arus penyembrangan ilmu pengetahuan dari
dunia Islam ke Barat (Asep Saepuloh 2011:141)
12
jaminan atas hak-hak politik rakyat. Sehingga kekuasaan pemerintah
diimbangi dengan kekuasaan parlement dan lembaga-lembaga hukum.
Gagasan inilah yang kemudian dinamakan konstitusionalisme(negara
hukum formal). Ciri penting demokrasi ini adalah sifat pemerintah yang
pasif pemerintah hanya menjadi pelaksana (tunduk pada) keinginan-
keinginan rakyat yang diperjuankan secara liberal (individualisme) untuk
menjadi keputusan parlemen. Konsep negara hukum formal mulai digugat
menjelang pertengahan abad ke 20 tepatnya setelah perang dunia.
Beberapa faktor yang mendorong lahirnya kecaman ini, seperti yang
dikemukakan oleh Maria Budiadjo, antara lain adalah akses-akses dalam
industrialisasi dan sistem kapitalis, tersebarnya paham sosialisme yang
menginginkan pembagian kekuasaan secara merata serta kemenangan
beberapa partai sosialdi eropa. Gagasan bahwa pemerintah dilarang
campur tangan dalam urudan negara bergeser dalam gagasan baru bahwa
pemerintah harus bertanggungjawab atas kesejahteraan rakyat. Gagasan
baru ini biasanya disebut sebagai Welfare State atau negar hukum material
dengan cirinya pemerintah diberikan fries Ermesen atau Pouvoir
Discreationnair” yaitu kebebasan untuk turut serta dalam kehidupan sosial
dan keleluasaan untuk terikat pada legislasi parlemen (wakil rakyat).(Asep
Saepuloh , 2011:142)
13
Charta dan dilanjutkan munculnya gerakan Renaissance dan reformasi
yang menekankan pada adanya hak atas hidup, hak kebebasan dan hak
memiliki. Selanjutnya pada abad ke 19 munculah gerakan demokrasi
konstitusional. Dari Demokrasi Konstitusional melahirkan demokrasi
Welfare State .(Asep Saepuloh , 2011:142)
14
tanggung jawab politik. Karena fragmentasi partai politik ,usia kabinet ini
tidak bertahan lama. Sekalipun koalisi di bangun,tetapi sangat mudah
pecah. Akibatnya destabilisasi politik nasional. Fakta-fakta itulah yang
mendorong Ir.Soekarno sebagai Presiden mengeluarkan dekrit Presiden 5
Juli yang menentukan berlakunya kembali UUD 1945,dan demokrasi
sistem parlementer berakhir. (Anas,2010:131)
15
Dalam pidato pada 17 Agustus 1959,Presiden Soekarno
menjelaskan pokok-pokok demokrasi terpimpin terbagi dalam dua
kategori :
16
3. Demokrasi pada Periode 1965-1988
Landasan formil dari periode ini yang dikenal dengan Orde Baru
adalah Pancasila,UUD 1945 serta ketetapan-ketetapan MPRS. Di lihat
dari manapun ,runtuhnya Orde Lama dan bangkitnya Orde Baru tetap
merupakan persoalan yang penting bagi bangsa Indonesia. Salah satu
hal relavan untuk ditinjau adalah dampak perubahan pemikiran
ekonomi dan sosial politik masyarakat Indonesia sebagai lahirnya Orde
Baru. Dampak yang lain juga bisa dilihat terhadap respon pemikiran
masyarakat islam Indonesia. Sebab ,bagaimanapun perubahan-
perubahan pada pemikira umumitu sangat mempengaruhi
perkembangan pola pikir Islam.Arbi sanit melihat bahwa Orde Baru
lahir untuk mengoreksi kelemahan orde sebelumnya terutama
mandeknya perekonomian dan ambruknya demokrasi . Apalagi dimata
para pendukung Orde Baru ,yang sepenuhnya didukung oleh Angkatan
Bersenjata,bahwa runtuhnya Orde Lama adalah akibat kekacauan utama
PKI dan antek-anteknya. (Anas,2010:133)
Oleh karena itu ,demokrasi pancasila dalam rezim orde baru hanya
sebagai retorika dan gagasan sebelum sampai pada tataran praktis atau
17
penrapan,.sebab dalam praket kenegaraan pemerintahan,dan
kebangsaan rezim ini sangat tidak memberikan ruang bagi kehidupan
berdemokrasi. Maka,ciri yang menonjo pada orde baru ini adalah:
18
Runtuhnya rezim orde baru itu menguak kebobrokan yang
dilakukan rezim,tak terkecuali nama Soeharto. Namun demikian ,tidak
lah adil manakala semua kesalahan orde baru ditimpakan hanya kepada
Soeharto . Kasus Soeharto merupakan kesalahan kolektif bangsa
Indonesia. Sebab,pemerintahan oerde baru menempatkan Soeharto
sebagai “ Tuhan Kecil “ yang mengakibatkan kesalahan tidak lagi bisa
di timpakan kepada nya sendiri. (Anas,2010:135)
Oleh karena itu runtuhnya orde reformasi merupakan bagian dari
proses sejarah kehidupan bangsa dan negara Indonesia,akan lebih baik
dibadingkan orde sebelumnya. Orde ini berorientasi pada penciptaan
“masyarakat madani” suatu masyarakat yang terbuka,demokratis dan
transaparan. (Anas,2010:135)
Masa reformasi sekarang ini belum dirasakan pda tingkat
pemerataan kesejahteraan di bandingkan dengan masa orde baru. Yang
menonjol pada reformasi ini,karena masih masa transisi
demokrasi,adalah peran dan fungsi partai politik yang semakin besar
dalam menentukan arah kehidupan bernegara dan berbangsa.
(Anas,2010:135)
(A.Ubaedillah,dkk,2008:52)
19
Perdebatan dan wacana tentang hubungan antara islam dan demokrasi
masih tetap menarik dan belum tuntas. Hampir semua kaum muslim
menunjukan reaksi terhadap istilah Demokrasi dan Demokratisasi.
Menurut John L.Esposito dan JP.Piscatori,reaksi negatif kaum muslim
terhadap demokrasi lebih merupakan suatu bentuk pertahan Islam dari
ketergantungan yang lebih jauh terhadap Barat.(A.Muchtar ,2014:151)
1. Islam dan Demokrasi adalah dua sistem politik yang berbeda . Islam
tidak bisa disubordinatkan dengan demokrasi ,karena Islam
merupakan sistem politik yang mandiri (self-sufficient). Hubungan
keduanya bersifat mutually exclusive. Islam dipandang sebagai sistem
politik alternatif terhadap demokrasi. Islam dan Demokrasi adalah dua
hal yang berbeda. Karena itu demokrasi sebagai konsep Barat tidak
tepat di ajukan sebagai acuan dalam bermasyarakat,berbangsa dan
berneagara. Islam adalah ilmu yang kaffah((yang sempurna,yang
mengatur segala aspek kehidupan manusia),ini di ungkapkan oleh elit
Kerajaan Arab dan elit politik Iran pada masa awal revolusi Iran.
(Anas,2010:137)
2. Islam berbeda dengan Demokrasi apabila demokrasi di defenisikan
secara prosedural seperti di pahami dan di praktikan di negara-negara
maju di Barat ,sedangkan Islam merupakan sistem politik demokratis
kalau demokrasi di defenisikan secara subtantif ,yakni kedaulatan di
tangan rakyat dan negara merupakan terjemahan dari kedaulatan
rakyat ini. Dengan demikian,dalam pandangan kelompok ini
demokrasi adalah konsep yang sejalan dengan islam setelah diadakan
penyesuaian penafsiran terhadap konsep demokrasi itu sendiri dianta
tokoh kelompok ini antara lain,al-Maududi ,M.Natsir dan Jalaludin
Rahmat .(Anas,2010:137)
20
3. Islam adalah sistem nilai yang membernarkan dan mendukung sistem
politik demokrasi seperti yang di praktikan negara-negara maju. Di
indonesia, pandangan yang ketiga ini tampaknya yang lebih dominan
karena demokrasi sudah menjdai bagian integral sistem pemerintahan
Indonesia dan negara-negara muslim lainnya. Diantara tokoh
kelompok ini antara lain Fahmi Huwaidi ,Robert-N.Bellah
,Nurcholish,Amin Rais, dan Abdurahman Wahid.
(A.Muchtar ,2014:151)
21
dunia islam. Disamping itu ,pengalaman empirik demokrasi dalam sejarah
islam memang sangat terbatas,kecuali bisa ditemukan pada masa
Rasulullah sendiri yang kemudian dilanjutkan olehempat orang
sahabatnya(Khulafaur -Rasyidin),setelah masa ini,sangat sulit menemukan
demokrasi di dunia islam secara empirik sampai sekarang ini.
(A.Muchtar ,2014:153)
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
24