MAKALAH KEWARGANEGARAAN
“DEMOKRASI DAN PENDIDIKAN DEMOKRASI”
KELAS D
ERNAWATI 1771041048
ALFIRA ADRIYANA 1771041051
SARI MELINDA TUMAKAKA 1771041076
MUH FAIS A YH 1771042026
FAKULTAS PSIKOLOGI
2019
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas
kehendaknya tim penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam upaya
menyelesaikan makalah mata kuliah kewarganegaraan, maka disusunlah makalah
ini untuk menggenapi.
Tim Penyusun nn
iii
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan
C. Tujuan ...........................................................................................................1
BAB II Pembahasan
A. Demokrasi .....................................................................................................2
BAB III
Penutup................................................................................................................19
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemerintahan yang demokratis selalu melibatkan rakyan dalam tiap
segmentasinya. Demokrasi merupakan sebuah sistem pemerintahan yang
mengutamakan persamaan hak dan kewajiban tiap-tiap warga negara. Dalam
pemerintahan yang demokratis, tiap warga negara berpartisipasi aktif dalam dalam
membangun sistem dan mewujudkan tujuan bersama dalam bernegara.
Demokrasi dalam hal ini mencakup kondisi, ekonomi, sosial, dan budaya
dimana memungkinkan untuk meraih kebebasan berpolitik yang setara. Sistem
demokrasi dipandang sesuai dengan identitas yang dimiliki Indonesia dan sangat
diperlukan dalam proses pembangunan sebuah negara yang berdaulat.
Dewasa ini, seringkali segelintir orang dalam pemerintahan melenceng dari
konsep demokrasi yang mana dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Penyimpangan dalam pemerintahan menjadi marak dan demokrasi tidak lagi
berjalan dengan baik. Makalah ini dibuat untuk mengokohkan konsep demokrasi
yang hilang dan telah lama terlupakan oleh segelintir warga negara.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu demokrasi?
2. Apa yang dimaksud dengan pendidikan demokrasi?
C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dalam mata
kuliah kewarganegaraan. Makalah ini juga bertujuan untuk memberikan tambahan
pemahaman kepada pembaca terkait dengan demokrasi dan pendidikan
demokrasi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEMOKRASI
1. PENGERTIAN DEMOKRASI
Secara epistemologis “demokrasi” terdiri dari dua kata yang berasal dari
bahasa yunani yaitu “demos” yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat dan
“cretein” atau “cratos” yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. Jadi secara bahasa
demos-cratein atau demos-cratos adalah keadaan negara dimana dalam sistem
pemerintahannya kedaulatan berada di tangan rakyat, kekuasaan tertinggi berada
dalam keputusan bersama rakyat, rakyat berkuasa, pemerintah rakyat dan oleh
rakyat (Sulisworo dkk, 2012).
Sementara itu, pengertian demokrasi secara istilah sebagaimana dikemukakan
para ahli sebagai berikut (Sulisworo dkk, 2012):
a. Joseph A. Schumpeter
Demokrasi merupakan suatu perencanaan institusional untuk mencapai
keputusan politik dimana individu-individu memperoleh kekuasaan untuk
memutuskan cara perjuangan kompetitif atas suara rakyat.
b. Sidney Hook
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana keputusan-keputusan
pemerintah yang penting secara langsung atau tidak langsung didasarkan pada
kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa.
c. Philippe C. Schmitter dan Terry Lynn Karl
Demokrasi sebagai suatu sistem pemerintahan dimana pemerintah dimintai
tanggung jawab atas tindakan-tindakan mereka di wilayah publik oleh
warganegara, yang bertinda secara tidak langsung melalui kompetisi dan
kerjasama dengan para wakil mereka yang terpilih.
d. Henry B. Mayo
Menyatakan demokrasi sebagai sistem politik merupakan suatu sistem yang
menunjukkan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-
wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala
3
yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana
terjaminnya kebebasan politik.
Kesimpulan dari beberapa pendapat diatas adalah bahwa hakikat demokrasi
sebagai suatu sistem bermasyarakat dan bernegara serta pemerintahan
memberikan penekanan pada keberadaan kekuasaan di tangan rakyat baik dalam
penyelenggaraan berada di tangan rakyat mengandung pengertian tiga hal, yaitu
(Sulisworo dkk, 2012):
a. Pemerintahan dari rakyat (government of the people)
Mengandung pengertian yang berhubungan dengan pemerintah yang sah dan
diakui dimata rakyat. Pemerintahan yang diakui adalah pemerintahan yang
mendapat pengakuan dan dukungan rakyat. Pentingnya legitimasi bagi suatu
pemerintahan adalah pemerintah dapat menjalankan roda birokrasi dan program-
programnya.
b. Pemerintahan oleh rakyat (government by the people)
Pemerintahan oleh rakyat berarti bahwa suatu pemerintahan menjalankan
kekuasaan atas nama rakyat bukan atas dorongan sendiri. Pengawasan yang
dilakukan oleh rayat dapat dilakukan secara langsung oleh rakyat maupun tidak
langsung (melalui DPR).
c. Pemerintahan untuk rakyat (government for the people)
Mengandung pengertian bahwa kekuasaan yang diberikan oleh rakyat kepada
pemerintah dijalankan untuk kepentingan rakyat. Pemerintah diharuskan
menjamin adanya kebebasan seluas-luasnya kepada rakyat dalam menyampaikan
aspirasinya baik melalui media pers maupun secara langsung.
3. SYARAT-SYARAT DEMOKRASI
Sulisworo, dkk (2012) menyebutkan syarat-syarat demokrasi sebagai berikut:
a. Perlindungan konstitusional
Perlindungan secara konstitusional atas ha-hak warga negara berarti hak-hak
warga negara itu dilindungi oleh konstitusi atau Undang-Undang Dasar.
b. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak
5
Badan kehakiman atau peradilan yang bebas dan tidak memihak artinya badan
atau lembaga itu tidak dapat dicampurtangani oleh lembaga manapun, termasuk
pemerintah, serta bertindak adil.
c. Pemilu yang bebas
Pemilihan umum yang bebas artinya pemilihan umum yang dilakukan sesuai
dengan hati nurani, tanpa tekanan atau paksaan dari pihak manapun.
d. Kebebasan untuk menyatakan pendapat
Kebebasan untuk menyatakan pendapat adalah kebebasan warga negara untuk
menyatakan pendapatnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, baik secara
lisan maupun tulisan.
e. Kebebasan berserikat
Kebebasan berorganisasi adalah kebebasan warga negara untuk menjadi
anggota organisasi politik maupun organisasi kemasyarakatan. Kebebasan
beroposisi adalah kebebasan untuk mengambil posisi diluar pemerintahan serta
melakukan control atau kritik terhadap kebijakan pemerintah.
f. Pendidikan kewarganegaraan
Pendidikan kewarganeraan dimaksudkan agar warga negara menyadari hak
dan kewajibannya sebagai warga negara, serta mampu menunjukkan
partisipasinya dalam kehidupan bernegara.
4. PRINSIP-PRINSIP DEMOKRASI
Sulisworo, dkk (2012) menyebutkan prinsip-prinsip demokrasi sebagai
berikut:
a. Adanya pembagian kekuasaan
Pembagian kekuasaan dalam negara berdasarkan prinsip demokrasi, dapat
mengacu pada pendapat mengenai trias politica. Kekuasaan negara terbagi
menjadi 3 bagian, yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Ketiga lembaga
tersebut memiliki kesejajaran sehingga tidak dapat saling menguasai.
b. Pemilihan umum yang bebas
Kedaulatan tertinggi dalam negara demokrasi berada di tangan rakyat. Namun
tentunya, kedaulatan tersebut tidak dapat dilakukan secara langsung oleh setiap
6
pada civil law, sedangkan the rule of law banya dikembangkan di negara-negara
Anglo Saxon yang bertumpu pada common law menitikberatkan pada judicial.
Konsep rechsstaat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1) Adanya perlindungan tentang HAM.
2) Adanya pemisahan dan pembagian kekuasaan pada lembaga negara untuk
menjamin perlindungan HAM.
3) Pemerintahan berdasarkan peraturan.
4) Adanya peradilan administrasi.
Adapun the rule of law dicirikan oleh:
1) Adanya supremasi aturan-aturan hukum.
2) Adanya kesamaan kedudukan di depan hukum.
3) Adanya jaminan perlindungan HAM.
Dengan demikian konsep negara hukum sebagai gabungan dari kedua konsep
diatas dapat dicirikan sebagai berikut:
1) Adanya perlindungan terhadap HAM.
2) Adanya supremasi hukum dan penyelenggaraan pemerintahan.
3) Adanya pemisahan dan pembagian kekuasaan pada lembaga negara.
4) Adanya lembaga peradilan yang bebas dan mandiri.
Dari pembahasan diatas, negara hukum baik dalam arti formal yaitu penegaan
hukum yang dihasilkan oleh lembaga legislative dalam penyelenggaraan negara,
maupun negara hukum dalam arti material yaitu selain menegakkan hukum, aspek
keadilan juga harus diperhatikan menjadi prasyarat terwujudnya demokrasi dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
b. Masyarakat Madani (Civil Society)
Masyarakat madani dicirkan dengan masyarakat terbuka, masyarakat yang
bebas dari pengaruh kekuasaan dan tekanan negara, masyarakat yang kritis dan
berpartisipasi aktif. Menurut Gellner, masyarakat madani bukan hanya merupakan
syarat penting bagi demokrasi semata, tetapi tatanan nilai dalam masyarakat
madani seperti kebebasan dan kemandirian juga merupakan sesuatu yang inhern
baik secara internal maupun eksternal.
9
c. Infrastrutur Politik
Infrastruktur politik terdiri dari partai politik, kelompok gerakan dan
kelompok penekan. Partai politik yaitu kelembagaan politik yang anggota-
anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, cita-cita yang sama. Kelompok
gerakan (movement group), yaitu merupakan sekumpulan orang yang berhimpun
dalam suatu wadah organisasi pada pemberdayaan warganya. Kelompok penekan
atau kelompok kepentingan (pressure/inters group), yaitu sekelompok orang
dalam wadah organisasi yang didasarkan pada kriteria profesionalitas dan
keilmuan tertentu.
6. MACAM-MACAM DEMOKRASI
a. Berdasarkan ideologi
Berdasarkan sudut pandang ideologi, sistem politik demokrasi dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu demokrasi konstitusional atau demokrasi liberal dan
demokrasi rayat.
1) Demokrasi konstitusional (demokrasi liberal)
Dasar pelaksanaan demokrasi konstitusional adalah kebebasa individu. Ciri
khas pemerintahan demokrasi konstitusional adalah kekuasaan pemerintahannya
terbatas dan tidak diperkenankan banyak campur tangan dan bertindak sewenang-
wenang terhadap warganya. Kekuasaan pemerintah dibatasi oleh konstitusi.
2) Demokrasi rakyat
Demokrasi rayat mencita-citakan kehidupan tanpa kelas sosial dan tanpa
kepemilikan pribadi. Demokrasi rakyat merupakan bentuk khusus demokrasi yang
memenuhi fungsi diktator proletar. Diktator proletar merujuk pada negara sosialis
dimana kaum proletar (kelas buruh) memegang kekuasaan politik.
b. Berdasarkan cara penyaluran kehendak rakyat
Berdasarkan cara penyaluran kehenda rakyat, sistem politik demokrasi dapat
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu demokrasi langsung, demokrasi perwailan
atau demokrasi representative, dan demokrasi perwakilan sistem referendum.
1) Demokrasi langsung
10
7. NILAI-NILAI DEMOKRASI
Menurut Zamroni (Maftuh, 2008) mengemukakan nilai demokrasi sebagai
berikut:
a. Toleransi
b. Bebas mengemukakan pendapat
c. Memahami keanekaragaman dalam masyarakat
d. Terbuka dalam berkomunikasi
e. Menjunjung nilai dan martabat kemanusiaan
f. Percaya diri atau tidak tergantung pada orang lain
g. Saling menghargai
h. Mampu mengekang diri
i. Kebersamaan dan keseimbangan
Menurut Hendry B. Mayo (Winarno, 2010) menyebutkan delapan nilai
demokrasi, yaitu sebagai berikut:
a. Menyelesaikan pertikaian-pertikaian secara damai dan sukarela.
b. Menjamin terjadinya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang
selalu berubah.
c. Pergantian penguasa dengan teratur.
d. Penggunaan paksaan sedikit mungkin.
e. Pengakuan dan penghormatan terhadap nilai keanekaragaman.
f. Menegakkan keadilan.
g. Memajukan ilmu pengetahuan.
h. Pengakuan dan penghormatan terhadap kebebasan.
12
yang baik harus diabsahkan oleh kebaikan cara yang ditempuh untuk meraihnya.
Demokrasi tidak terbayang terwujud tanpa ahklak yang tinggi.
d. Permufakatan yang jujur dan sehat
Suasana masyarakat demokratis dituntut untuk menguasai dan menjalankan
seni permusyawaratan yang jujur dan sehat itu guna mencapai permufaakatan
yang juga jujur dan sehat. Permufakatan yang dicapi melalui ”engineering”,
manipulasi atau merupakan permufakatan yang curang, cacat atau sakit, malah
dapat disebut sebagai penghianatan pada nilai dan semangat musyawarah.
Musyawarah yang benar dan baik hanya akan berlangsung jika masing- masing
pribadi atau kelompok yang bersangkutan memiliki kesediaan psikologis untuk
melihat kemungkinan orang lain benar dan diri sendiri salah, dan bahwa setiap
orang pada dasarnya baik, berkecenderungan baik, dan beriktikad baik.
e. Pemenuhan segi ekonomi
Masalah pemenuhan segi-segi ekonomi yang dalam pemenuhannya tidak lepas
dari perencanaan sosial-budaya. Warga dengan pemenuhan kebutuhan secara
berencana, dan harus memiliki kepastian bahwa rencana-rencana itu benar- benar
sejalan dengan tujuan dan praktik demokrasi. Dengan demikian rencana
pemenuhan kebutuhan ekonomi harus mempertimbangkan aspek keharmosian dan
keteraturan sosial.
f. Kerjasama antar warga untuk mempercayai iktikad baik masing- masing
Kerjasama antar warga untuk mempercayai iktikad baik masing- masing,
kemudian jalinan dukung- mendukung secara fungsional antara berbagai unsur
kelembagaan kemasyarakatan yang ada, merupakan segi penunjang efisiensi
untuk demokrasi. Pengakuan akan kebebasan nurani (freedom of conscience),
persamaan percaya pada iktikad baik orang dan kelompok lain (trust
attitude)mengharuskan adanya landasan pandangan kemanusiaan yang positif dan
optimis.
g. Pandangan hidup demokratis menyatu dengan pendidikan demokrasi.
Pandangan hidup demokrasi terlaksana dalam abad kesadaran universal
sekarang ini, maka nilai- nilai dan pengertian – pengertiannya harus dijadikan
unsur yang menyatu dengan sistem pendidikan kita. Perlu dipikirkan dengan
14
9. DEMOKRASI DI INDONESIA
Sulaiman (2016) mengemukakan bahwa perkembangan demokrasi di
Indonesia dapat diklasifikasi menjadi empat periode, yaitu:
a. Demokrasi periode 1945-1959
Demokrasi ini dikenal dengan demokrasi parlementer. Sistem demokrasi ini
mulai berlaku sejak sebulan kemerdekaan Indonesia diproklamasikan. Demokrasi
parlementer menonjolkan pernanan parlemen dan partai-partai. Pada masa ini
kelemahan demokrasi parlementer memberi peluang untuk dominasi partai-partai
politik dan DPR. Akibatnya persatuan yang digalang selama perjuangan melawan
musuh bersama menjadi kendor dan tidak dapat dibina menjadi kekuatan
konstruktif sesudah kemerdekaan.
b. Demokrasi periode 1950-1965
Demokrasi ini disebut dengan demokrasi terpimpin dengan ciri-ciri dominasi
politik presiden dan berkembangnya pengaruh komunis dan peranan ABRI dalam
penanggulangan politik nasional. Hal ini disebabkan oleh lahirnya dekrit presiden
5 Juli 1959 sebagai usaha untuk mencari jalan keluar dari kebuntuan politik
melalui pembentukan kepemimpinan yang kuat, sekaligus UUD 45 memberi
peluang seorang presiden untuk memimpin pemerintahan selama lima tahun,
tetapi ketetapan MPRS No.III/1963 yang mengangkat Ir. Soekarno sebagai
presiden seumur hidup. Artinya ketetapan ini telah membatalkan pembatasan watu
lima tahun sebagaimana ketetapan UUD 1945. Kepemimpinan presiden tanpa
batas ini melahirkan tindakan dan kebijakan yang menyimpang dari ketentuan-
ketentuan UUD 1945.
c. Demokrasi periode 1965-1998
15
Demokrasi ini merupaan era orde baru tepatnya pada masa pemerintahan
presiden Soeharto. Demokrasi ini adalah demokrasi konstitusional yang
menonjolkan sistem presidensial. Landasan formal periode ini dalah pancasial,
UUD 1945 dan ketetaapan MPRS/MPR dalam rangka meluruskan penyelewengan
terhadap UUD 1945 yang terjadi di masa demokrasi terpimpin. Namun dalam
perkembangannya peran presiden semakin dominan terhadap lembaga-lembaga
negara yang lain. Melihat pratek demokrasi pada masa ini, namun pancasila hanya
digunakan sebagai legitimasi politis penguasaan saat itu, sebab kenyataannya
yang dilaksanakan tidak sesuai dengan nilai-nilai pancasila. Hal ini menimbulkan
anggapan bahwa presiden Soeharto gagal dalam mengembangkan demokrasi
pancasila.
d. Demokrasi periode 1998-sekarang
Demokrasi ini dikenal dengan era reformasi. Era ini berhubungan erat dengan
gerakan reformasi yang menuntut pelaksanaan demokrasi dan HAM di tanah air
secara konsekwen. Kemudian tuntutan ini berahir dengan lengsernya presiden
Soeharto sebagai orang nomor satu di Indonesia pada tahun 1998, setelah
berkuasa lebih dari tiga puluh tahun dengan demokrasi pancasila.
Berdasarkan perundangan-undangan dan praktik pelaksanaan demokrasi,
terdapat beberapa perubahan pelaksana demokrasi pada era reformasi sekarang
ini, yaitu:
1) Pemilihan umum lebih demokratis
2) Partai politik lebih dari Satu
3) Pengaturan HAM
4) Lembaga demokrasi lebih berfungsi
5) Konsep trias politika masing-masing bersifat otonom penuh.
B. PENDIDIKAN DEMOKRASI
Udin (Sulaiman, 2016) menyatakan bahwa pendidikan demokrasi adalah
upaya sistematis yang dilakukan oleh negara dan masyarakat untuk memfasilitasi
individu warga negara agar memahami menghayati, mengamalkan, dan
16
mengembangkan konsep, prinsip, dan nilai demokrasi sesuai dengan status dan
perannya di masyarakat.
Pendidikan demokrasi harus dikembangkan melalui sosialisasi serius yang
dilakukan pemerintah dan masyarakat secara bersamasama dengan tujuan untuk
membekali nilai-nilai demokrasi kepada masyarakat dan diimplementasikan
dalam kehidupan bermasyarakat. Sosialisi pendidikan demokrasi dapat dilakukan
melalui berbagai program, baik program pelatihan dan melalui pendidikan formal
di sekolah. Pemerintah dan masyarakat harus bergerak secara bersamasama untuk
memberikan pendidikan demokrasi kepada masyarakat.
Secara formal formulasi pendidikan demokrasi wajib diinternalisasikan dalam
kurikulum pendidikan di sekolah. Guru dalam segala kegiatan mengajarnya
haruslah membekali dan mentransfer nilai-nilai demokrasi kepada peserta
didiknya. Srijanti dkk (Sulaiman, 2016) menyatakan bahwa untuk pembelajaran
demokrasi di sekolah dan di perkuliahan, maka terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh guru dan dosen, yaitu:
1. Menjadikan siswa dan mahasiswa sebagai subjek atau teman dalam proses
belajar atau perkuliahan. Memberikan kesempatan kepada siswa dan
mahasiswa untuk mengungkapkan pendapatnya sendiri dan menjawab suatu
pertanyaan.
2. Sebagai pendidik baik guru maupun dosen, sebaiknya belajar untuk berlapang
dada dalam menerima kritikan murid. Usahakan kritikan dianggap sesuatu
yang wajar terjadi, dan sebagai koreksi untuk memperbaiki kinerja guru dan
dosen.
3. Guru dan dosen mengembangkan sikap adil, terbuka, konsisten, dan bijaksana
dalam memberikan hukum kepada murid dan mahasiswa yang bersalah.
4. Guru dan dosen sebaiknya menghindari mencaci-maki atau memarahi murid
dan mahasiswa di hadapan teman-temannya, karena harga diri mereka akan
terkoyak.
Secara operasional guru dan dosen merupakan penggerak utama di sekolah
dan di perguruan tinggi terhadap pembentukan sikap demokrasi siswa dan
mahasiswa. Fuad (Sulaiman, 2016) menjelaskan, nilai-nilai demokrasi harus
17
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Secara bahasa demos-cratein atau demos-cratos adalah keadaan negara
dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada di tangan rakyat,
kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat, rakyat berkuasa,
pemerintah rakyat dan oleh rakyat. Hakikat demokrasi sebagai suatu sistem
bermasyarakat dan bernegara serta pemerintahan memberikan penekanan pada
keberadaan kekuasaan di tangan rakyat baik dalam penyelenggaraan berada di
tangan rakyat.
Pendidikan demokrasi adalah upaya sistematis yang dilakukan oleh negara dan
masyarakat untuk memfasilitasi individu warga negara agar memahami
menghayati, mengamalkan, dan mengembangkan konsep, prinsip, dan nilai
demokrasi sesuai dengan status dan perannya di masyarakat. Sekolah demokratis
merupakan sekolah yang dikelola dengan sturktur yang memungkinkan praktik-
praktik demokrasi itu terlaksan.
B. SARAN
Dalam penyusunan makalah kedepannya diharapkan dapat menambah lebiuh
banyak wawasan kewarganegaraan terkait demokrasi. Utamanya terkait dengan
pendidikan demokrasi yang masih minim informasi. Dalam penyusunan makalah
juga diharapkan lebih efisien dan sistematis.
20
DAFTAR PUSTAKA
Kamil, Syukron. (2002). Islam dan Demokrasi: Telaah Konseptual dan Historis.
Jakarta: Gaya Media.
Maftuh, Bunyamin. (2008). Pendidikan Resolusi Konflik: Membangun Generasi
Muda yang Mampu Menyelesaikan Konflik Secara Damai. Bandung: CV
Yasindo Multi Aspek.
Sulisworo, dkk. (2012). Bahan Ajar: Demokrasi. Yogyakarta: Universitas Ahmad
Dahlan.
Sulaiman. (2016). Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi. Banda
Aceh: Pena.
Taniredja, T. (2015). Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta:
Penerbit Ombak.
Winarno. (2010). Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Zubaidi. (2011). Pendidikan Karakter: Konsep dan Aplikasinya Dalam Lembaga
Pendidikan. Jakarta: Kencana.