Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

TENTANG KONFLIK & KEKERASAN DI LINGKUNGAN


SEKITAR

DISUSUN OLEH :

INTAN WAHYU YUNIYARTA

KELAS : XI US2

ABSEN : 16
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Konflik timbul sebagai akibat dari adanya kenyataan bahwa di masyarakat selalu terdapat
persebaran kekuasaan yang terbatas untuk orang atau kelompok tertentu saja. Akibatnya ialah
bertambahnya kekuasaan pada suatu pihak dengan sendirinnya berarti berkurangnya kekuasaan
pada pihak-pihak lainnya. Konflik merupakan gejala kemasyarakatan yang senantiasa melekat di
dalam kehidupan setiap masyarakat sehingga tidak mungkin dihilangkan.

Konflik hanya akan hilang bersama hilangnya masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, yang
dapat dilakukan adalah mengendalikan agar konflik yang terjadi di antara berbagai kekuatan
sosial yang saling berlawanan tidak berkembang menjadi kekerasan (violence).

2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kekerasan?


2. Bagaimana caranya agar kekerasan tidak dapat muncul di masyarakat?
3. Bagaiman cara mengendalikan konflik sosial?
4. Apakah penyebab terjadinya kekerasan?
5. Tujuan
6. Mengetahui penjelasan mengenai kekerasan yang berdampak negatif bagi masyarakat
dan diri sendiri.
7. Mengetahui penyebab konflik dan kekerasan.
8. Mengetahui para pendapat ahli dan beberapa teori.
 
 
 
 
 
 
 
 
BAB II
PEMBAHASAN
KONFLIK DAN KEKERASAN

1. Pengertian Kekerasan

Kekerasan adalah konflik-konfllik sosial yang tidak dapat terkendali oleh masyarakat atau
mengabaikan sama sekali norma dan nilai sosial yang ada sehingga terwujudnya tindakan
merusak (destruktif).

Kekerasan tidak akan muncul apabila kelompok-kelompok yang saling bertentangan itu mampu
memenuhi 3 macam, yaitu:

 Masing-masing kelompok menyadari akan adanya situasi konflik di antara mereka dan
perlu dilaksanakan prinsip-prinsip keadilan secara jujur.
 Pengendalian konflik-konflik tersebut hanya mungkin dilakukan apabila berbagai
kekuatan sosial yang saling bertentangan itu terorganisir dengan jelas.
 Setiap kelompok yang terlibat di dalam konflik harus mematuhi aturan-aturan permainan
tertentu, suatu hal yang akan memungkinkan hubungan-hubungan sosial di antara mereka
menemukan suatu pola tertentu.

Ada 3 macam bentuk pengendalilan konflik sosial, yaitu:

1. Konsiliasi

Konsiliasi merupakan bentuk pegendalian konflik sosial melaui lembaga-lembaga tertentu yang
memungkinkan tumbuhnya pola diskusi dan pengambilan keputusan di antara pihak-pihak yang
berlawanan mengenai persoalan yang mereka pertentengkan.

Pada umumnya, konsiliasi terjadi pada kehidupan politik. Lembaga politik, berupa badan-badan
yang bersifat parlementer, di dalamnya terdapat berbagai kelompok yang saling bertemu satu
sama lain untuk mewujudkan pertentangan yang bersifat damai.

Lembaga politik ada 4 yang dimaksud adalah sebagai berikut:

 Lembaga yang bersifat otonom, mengambil keputusan tanpa campur tangan dari badan-
badan lain yang di luar.
 Lembaga yang bersifat monopolitis, mengambil keputusan hanya lembaga itu.
 Lembaga yang bersifat demokratis, mengambil keputusan dengan musyawarah.
 Lembaga tersebut haruslah sedemikian rupa sehingga berbagai kelompok kepentingan
yang berlawanan satu sama lainnya terikat kepada lembaga tersebut, mengambil
keputusan harus mengikat kelompok tersebut dengan para anggotanya.

2. Meditasi

Meditasi merupakan bentuk pegendalian konflik sosial melaui kedua belah pihak yang terlibat
konflik besama-sama bersepakat untuk menunjuk pihak ketiga yang akan memberikan nasehat .

3. Arbitrasi

Arbitrasi merupakan bentuk pegendalian konflik sosial melaui kedua belah pihak yang
bertentangan bersepakat untuk menerima atau terpaksa menerima pihak ketiga yang akan
memberikan keputusan.

1. Teori-teori Kekerasan

Menurut pendapat Gustave Le Bon (Sarwono, 2001: 203) bahwa kelompok memang lebih agresif
daripada individual, sebab jiwa kelompok lebih irasional, lebih implusif dan lebih kekanak-
kanakan daripada jiiwa individu sebagai perorangan.

1. Teori Faktor Individual

Menurut beberapa ahli, setiap perilaku kelompok, termasuk kekerasan, hura-hara, dan terorisme,
selalu berawal dari perilaku individual. Menurut teori ini, perilaku kekerasan yang dilakukan
oleh individual adalah agresivitas yang dilakukan oleh individu secara sendiri, baik secara
spontan maupun direncanakan dan perilaku kekerasan yang dilakukan bersama orang lain.
Selain faktor pribadi, penyebab dari perilaku kekerasan, yaitu:

 Kelainan jiwa (psikopat, psikoneurosis, frustasi)


 Pengaruh obat bius

Faktor yang bersifat sosial:

 Konflik rumah tangga


 Teritorial (mempertahankan wilayah)
 Budaya
 Media massa
1. Teori Faktor Kelompok

Menurut ahli, individu membentuk kelompok dan tiap-tiap kelompok memiliki identitas
kelompok. Identitas kelompok yang sering dijadikan alasan pemicu kerusuhan adalah
rasial/etnis.
Penelitian dilakukan untuk membuktikan kekerasan terjadi jika desprivasi (hasil perbandingan
antara harapan dan kenyataan) relatif. Semakin besar kesenjangan antara keduanya, semakin
besar kemungkinan terjadi perilaku agresif (kekerasan).

1. Teori Dinamika Kelompok

 Teori Deprivasi Relatif

Menurut teori ini, perilaku agresif kelompok dilakukan oleh kelompok kecil maupun kelompok
besar.

Menurut pendapat Gurr (Sarwono, 2001: 210) bahwa negara yang mengalami pertumbuhan yang
terlalu cepat mengkibatkan rakyatnya harus menghadapi perkembangan perekonomian
masyarakat yang jauh lebih maju daripada perkembangan perekonomian dirinya sendiri.

 Teori Kerusuhan Massa

Menurut pendapat N.J Smelser (Sarwono, 2001: 211) bahwa tahapan-tahapan terjadinya
kekerasan massa ada 5, yaitu:

 Situasi sosial yang memungkinkan timbulnya kerusuhan akibat struktur sosial tertentu,
tidak adanya sistem tanggung jawab dalam masyarakat.
 Tekanan sosial, yaitu kondisi karena sejumlah masyarakat merasa bahwa bnyak nilai dan
norma yang sudah dilanggar.
 Berkembangnya prasangka kebencian yang meluas terhadap suatu sasaran tertentu.
Sasaran kebencian ini yang mengawali/memicu suatu kerusuhan.
 Mobilisasi massa untuk beraksi, yaitu adanya tindakan nyata dari massa dan
mengorganisasikan diri mereka untuk bertindak. Sasaran ini ada dua, yaitu ditunjukkan
kepada objek yang langsung memicu kekerasan dan objek lain yang tidak ada
hubungannya dengan pihak lawan.
 Kontrol sosial, yaitu kemampuan aparat keamanan dan petugas untuk mengendalikan
situasi dan menghambat kerusuhan. Kontrol sosial berfungsi untuk meredakan kerusuhan
yang terjadi.
1. Teori Alternatif

 Teori Lingkungan Sosial

Menurut teori ini, hal yang terpenting ketika terjadi kekerasan adalah kondisi lingkungan sosial
tempat kerusuhan terjadi .

Menurut teori ini, kekacauan/kekerasan akan terjadi di sekolah jika kepemimpinan kepala
sekolah tidak memadai. Hal ini berlaku juga pada semua lingkungan sosial, tempat
individu/kelompok masyarakat berada tidak kondusif, bisa menjadi pendorong terjadinya
kekerasan.

 Teori Individual

Menurut pendapat MacPhail (Sarwono, 2001: 219) bahwa kekerasan/kerusuhan massal,


walaupun terjadi di tempat ramai dan melibatkan orang banyak, hanya dilakukan oleh orang-
orang tertentu saja. Artinya, tidak semua orang dalam kelompok adalah peserta/pelaku
kerusuhan.

Proses terjadinya kerusuhan menurut MacPhail, ada 3 tahap, yaitu:

 Proses berkumpulnya massa


 Aktivitas selama berlangsungnya hura-hara di kawasan itu
 Proses bubarnya massa
 Teori Ideologi

Menurut pendapat T.R Gurr (1990) bahwa kekerasan sangat dipengaruhi oleh ideologi.
Kekerasan yang sangat besar pengaruhnya mungkin saja dilakukan oleh sekelompok kecil orang
yang memiliki ideologi yang berbeda. Hubungan antara kelompok-kelompok kecil dengan
masyarakat luas tergantung pada penyaluran pandangan politik dalam masyarakat.
Penyaluran-penyaluran adalah dengan tersedianya wadah organisasi yang dapat menyalurkan
pandangan. Jika kelompok kecil yang berbeda pandangan merasa tidak ada wadah untuk
menyalurkan peran serta dalam kelompok yang lebih luas, maka akan berpotensi terjadi tindak
kekerasan/kekacauan yang banyak menimbulkan kerugian.
 
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kekerasan adalah konflik-konfllik sosial yang tidak dapat terkendali oleh masyarakat atau
mengabaikan sama sekali norma dan nilai sosial yang ada sehingga terwujudnya tindakan
merusak (destruktif).

Kekerasan tidak akan muncul apabila kelompok-kelompok yang saling bertentangan itu mampu
memenuhi 3 macam, yaitu:

 Masing-masing kelompok menyadari akan adanya situasi konflik di antara mereka dan
perlu dilaksanakan prinsip-prinsip keadilan secara jujur.
 Pengendalian konflik-konflik tersebut hanya mungkin dilakukan apabila berbagai
kekuatan sosial yang saling bertentangan itu terorganisir dengan jelas.
 Setiap kelompok yang terlibat di dalam konflik harus mematuhi aturan-aturan permainan
tertentu, suatu hal yang akan memungkinkan hubungan-hubungan sosial di antara mereka
menemukan suatu pola tertentu.

Ada 3 macam bentuk pengendalilan konflik sosial, yaitu:


1. Konsiliasi
2. Meditasi
3. Arbitrasi
Teori–teori kekerasan:
1. Teori faktor individual
2. Teori faktor kelompok
3. Teori dinamika kelompok
 Teori deprivasi relatif
 Teori kerusuhan massa
Teori alternatif
 Teori lingkungan sosial
 Teori individual
Teori ideologi
 
2. Saran
Kami dari kelompok 1 berharap agar generasi penerus bangsa dapat menghadapi konflik tidak
menggunakan kekerasan dan memecahkan masalah dengan cara yang lebih baik sesuai dengan
konflik itu sendiri. Sebagai WNI yang berbangsa dan bernegara harus saling menjaga kedamaian
dan kerukunan antar sesama masyarakat.
 
 
 DAFTAR PUSTAKA

http://hanzputara.blogspot.co.id/2012/12/makalah-konflik-dan-proses-politik.html
http://viviealfiahzone.blogspot.co.id/2012/12/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://ourpos.blogspot.co.id/2014/09/contoh-makalah-ips-konflik-sosial.html
Muin, Idianto. 2006. Sosiologi SMA/MA untuk kelas XI. Jakarta: Penerbit Erlangga

Anda mungkin juga menyukai