Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok bidang studi Keterampilan Dasar
Praktik Kebidanan
Pembimbing Mata Kuliah:
Neneng Widaningsih, SST.,M.Keb.
Disusun Oleh :
Kelompok 2
Alya Idzni Indallah P17324116036
Asya Mustika P17324116011
Nirmala Wahyutriani P17324116030
Nufa Tirani P17324116042
Rani Aprilia P17324116049
Safitri Maryana P17324116001
Sekar Kinasih P17324116058
Yuni Lestari P17324116019
Kelas : 1 A
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN BANDUNG
POLTEKKES KEMENKES BANDUNG
2
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Teknik
Pemberian Obat Parenteral”.
Tujuan makalah ini disusun adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Keterampilan
Dasar Kebidanan. Juga untuk mengetahui hal-hal berkaitan dengan anestesi pemberian obat
parenteral.
Penyusunan makalah ini tidaklah mungkin terselesaikan tanpa adanya bantuan dari semua
pihak. Pada kesempatan ini kami mengucapkan rasa terimakasih kepada:
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu kami memohon
kritik dan sarannya agar makalah ini mendekati kata sempurna. Sehingga pada akhirnya apa yang
kami harapkan dapat tersampaikan dengan baik.
Penulis berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Aamiin
1
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................................2
1.4 Manfaat..............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Intrakutan...........................................................................................................3
a. Pengertian, Tujuan, dan Lokasi Penusukan....................................................3
b. Prosedur Kerja...............................................................................................4
2.2 Subkutan............................................................................................................6
a. Pengertian, Tujuan, dan Lokasi Penusukan....................................................6
b. Prosedur Kerja...............................................................................................7
2.3 Intravena............................................................................................................9
a. Pengertian, Tujuan, dan Lokasi Penusukan....................................................9
b. Prosedur Kerja.............................................................................................10
2.4 Intramuskular...................................................................................................12
a. Pengertian, Tujuan, dan Lokasi Penusukan..................................................12
b. Prosedur Kerja.............................................................................................14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................................................16
3.2 Saran................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................17
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sediaan parenteral merupakan sediaan steril. Sediaan ini diberikan melalui
beberapa rute pemberian, yaitu Intra Vena (IV), Intra Muskular (IM), Subcutaneus (SC),
dan Intra Cutaneus (IC). Obat yang diberikan secara parenteral akan di absorbsi lebih
banyak dan bereaksi lebih cepat dibandingkan dengan obat yang diberikan secara topical
atau oral. Salah satu tugas terpenting seorang bidan adalah memberi obat yang aman dan
akurat kepada klien. Obat merupakan alat utama terapi untuk mengobati klien yang
memiliki masalah. Obat bekerja menghasilkan efek terapeutik yang bermanfaat.
Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat
menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang
berbahaya bila kita memberikan obat tersebut tidak sesuai dengan anjuran yang
sebenarnya.
Perlu juga diketahui bahwa pemberian obat parenteral dapat menyebabkan resiko
infeksi. Resiko infeksi dapat terjadi bila bidan tidak memperhatikan dan melakukan
tekhnik aseptik dan antiseptik pada saat pemberian obat. Selain itu juga jika bidan
melakukan kesalahan dalam memberikan obat dengan cara injeksi, bisa berakibat fatal,
sehingga bidan dituntun harus selalu berhati-hati. Oleh karena itu, pada makalah ini akan
di bahas salah satu rute pemberian obat, yaitu rute pemberian obat secara parenteral,
memberikan obat pada pasien dengan menginjeksinya ke dalam tubuh.
1
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
1. Sebagai bahan ajar bagi pembaca khusunya mahasiswa.
2. Sebagai bahan acuan menambah wawasan.
3. Dapat mengaplikasikannya sebagai seorang bidan yang profesional.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 INTRAKUTAN
a. Pengertian, Tujuan, dan Lokasi Penusukan
Injeksi intrakutan adalah pemberian obat ke dalam jaringan kulit tepat di bawah
epidermis atau dermis yang secara umum dilakukan pada daerah lengan, tangan bagisan
ventral dan dilakukan sebagai tes reaksi alergi terhadap jenis obat yang akan digunakan
(Uliyah, 2008).
Jarum yang digunakan untuk menyuntik biasanya jarum berukuran kecil, nomor
26-27 G,3/8’’-5/8’’, spuit 1ml, jumlah larutan yang digunakanpun tidak lebih dari
beberapa ml. saat penyuntikkan, jarum ditusukkan dekat sekali dipermukaan kulit dengan
posisi lubang jarum menghadap ke atas dan membuat sudut antara 10◦-15◦ dengan
permukaan kulit.
b. Memberikan obat tertentu yang pemberiannya hanya dapat dilakukan dengan cara
suntikan intrakutan
3
2. 0,1 ATS atau ADS + 0,9 NaCl untuk menetralisir endotoksin dari kuman tetanus
atau difteri.
3. Adrenalin 1%.
4. 0,1 ml vaksin sel diploid manusia (pasteur mariex) untuk vaksin rabies.
5. Ekstrak allergen.
a. Lengan atas: 3 jari dibawah sendi bahu, biasanya digunakan untuk menyuntikan
BCG.
b. Lengan bawah: bagian depan 1/3 dari lekukan siku, dikulit yang sehat jauh dari
pembuluh darah Digunakan untuk skin test dan tes Mantoux.
Indikasi Injeksi Intrakutan adalah pada klien yang akan dilakukan skin test
misalnya tes pada tuberculin atau tes terhadap reaksi alergi obat tertentu. Tidak ada
kontra indikasi pada injeksi intrakutan.
4
1. Baki yang bersih
2. Spuit dan jarum dengan ukuran yang sesuai (jarum 26-27 G,3/8’’-5/8’’, spuit 1
ml)
6. Sarung tangan
8. Bengkok
B. Prosedur Kerja
1. Cuci tangan
2. Mempersiapkan alat
3. Mengidentifikasi pasien
4. Memperkenalkan diri
5
7. Menentukan lokasi penyuntikan yang tepat atau bagian dalam lengan bawah
9. Menyiapkan obat yang diperlukan sesuai prosedur. Jika obat dalam bentuk tes
alergi, ambil obat 0,5 ml ditambah 0,5 ml aquades (lakukan sesuai prosedur
10. Membersihkan lokasi penyuntikan dengan kapas DTT secara memutar dari dalam
12. Meregangkan kulit pada daerah yang akan disuntik dengan tangan yang non
dominan
13. Menusukkan jarum dengan sudut 10◦-15◦ dengan bevel menghadap ke atas tepat
14. Menyuntikan obat dengan perlahan dan mantap. Sebuah gelemung putih harus
terbentuk
15. Mencabut jarum dengan cepat dengan sudut yang sama pada saat insersi
16. Menghindari atau tidak boleh melakukan masase atau menekan daerah suntikan.
6
17. Membuang alat suntik dan jarum ke wadah sampah tajam, jangan menutup
20. Memberikan pendidikan atau informasi yang tepat tentang perawatan daerah
22. Mendokumentasikan prosedur pada status pasien dan catatan yang sesuai
2.2 SUBKUTAN
a. Pengertian, Tujuan, dan Lokasi Penusukan
Pemberian obat subkutan adalah pemberian obat melalui suntikan kebawah kulit
yang dapat dilakukan pada daerah lengan atas sebelah luar atau 1/3 bagian dari bahu,
paha sebelah luar, daerah dada, dan daerah sekitar umbilikus (abdomen). Pemberian obat
melalui subkutan ini pada umumnya dilakukan dalam program pemberian insulin yang
digunakan untuk mengontrol kadar gula darah. (Hidayat, 2008). Injeksi subkutan
memiliki efek sistemik.
Tujuan injeksi subkutan adalah agar obat dapat menyebar dan diserap secara perlahan-
lahan. Teknik pemberian injeksi subkutan yaitu dengan menyuntikan jarum 45 derajat dari
permukaan kulit. Indikasi dan kontra indikasinya yaitu :
7
1. Indikasi : bisa dilakakukan pada pasien yang tidak sadar, tidak
mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan
obat secara oral, tidak alergi. Lokasinya yang ideal adalah lengan
bawah dalam dan pungguang bagian atas.
2. Kontra Indikasi : luka, berbulu, alergi, infeksi kulit
Jarum yang digunakan untuk injeksi subkutan adalah Jarum ukuran 25-gauge , 5/8 inci.
3. Spuit insulin.
8
5. Cairan pelarut.
6. Bak injeksi.
7. Bengkok.
Prodesur Kerja:
1. Cuci tangan.
3. Bebaskan daerah yang akan dilakukan suntikan atau bebaskan suntikan dari
pakaian. Apabila menggunakan baju maka buka atai lipat keatas.
4. Ambil obat dalam tempatnya sesuai dengan dosis yang akan diberikan, setelah itu
tempatkan pada bak ijeksi.
6. Tegangkan dengan tangan kiri ( daerah yang akan dilakukan suntikan subkutan).
8. Lakukan aspirasi, bila tidak darah semprotkan obat perlahan-lahan hingga habis.
9. Tarik spuit dan tahan dengan kapas alkohol. Masukkan spuit yang telah terpakai
kedalam bengkok.
10. Catat reaksi pemberian, tangggal, waktu pemberian , dan jenis/dosis obat.
2.3 INTRAVENA
a. Pengertian, Tujuan, dan Lokasi
Beberapa jenis obat dapat dipakaikan secara intravena , dengan memasukan
langsung ke pembuluh darah . Dalam bahasa inggris , teknik ini sering disebut “push”
9
(dorong). Cara dorong memungkinkan penyerapan obat dengan segera dan sering
digunakkan dalam situasi darurat.
10
Alat dan bahan :
3. Selang intravena
4. Kapas alcohol
Prosedur kerja :
1. Cuci tangan
3. Periksa identitas pasien dan ambil obat kemudian masukan ke dalam spuit
9. Cuci tangan
11
1. Spuit dan jarum sesuai dengn ukuran
4. Kapas alcohol
Prosedur kerja :
1. Cuci tangan
3. Periksa identitas pasien dan ambil obat kemudian masukan ke dalam spuit
7. Setelah selesai tarik spuit dan campur larutan dengan membalikkan kantong
cairan dengan perlahan lahan dari satu ujung ke ujung lain
12
3. Spuit sesuai dengan jenis ukurannya
5. Cairan pelarut
6. Bak instrument
7. Bengkok
Prosedur kerja :
1. Cuci tangan
3. Bebaskan daerah yang disuntik dengan cara membebaskan daerah yang akan
dilakukan penyuntikan dari pakaian dan apabila tertutup buka atau keataskan
4. Ambil obat dalam tempatnya dengnan spuit sesuai dengan sosis yang akan
diberikan . Apabla obat berada dalam bentuk sediaan bubuk , maka larutkan
dengan pelarut (aquades steril)
5. Pasang perlak atau pengalas dibawah vena yang akan dilakukan penyuntikan
8. Lakukan pengikatan dengan tourniquet pada bagian atas daerah yang akan
dilakukan pemberian obat atau tegangkan dengan tangan / minta bantuan atau
membendung diatas vena yang akan dilakukan penyuntikan
13
10. Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan memasukkan ke
pembuluh darah
11. Lakukan aspirasi bila sudah ada darah lepaskan karet pembendung (torniquet) lalu
semprotkan obat hingga habis
12. Setelah selesai ambl spuit dengan menarik dan lakukan penekanan pada daerah
penusukan dengan kapas alcohol , dan spuit yang telah digunakan letakkan ke
dalam bengkok
2.4 INTRAMUSKULAR
a. Pegertian, Tujuan, dan Lokasi Penusukan
Menurut Hidayat (2008, 147), Pemberian obat intramuscular adalah cara
pemberian obat dengan memamsukan obat kedalam jaringan otot. Tujuan pemberian obat
dengan cara ini adalah agar absorbsi obat lebih cepat. Pemberian dengan cara
intramuscular memberikan efek sistemik pada tubuh.
Panjang jarum yang diperlukan untuk mencapai jaringan tersebut bervariasi dari
orang ke orang. Jarum yang paling banyak digunakan untuk injeksi intramuscular adalah
ukuran 22.panjang 11/2 inci.
14
2. Area ventro gluteal. Lokasi ini lebih disukai daripada area dorso gluteal untuk
menyuntik pasien anak. Karena tidak terdapat pembuluh darah atau tali syaraf
besar, lemak lebih sedikit area lebih bersih karena jarang terkontaminasi dan
pasien dapat berbaring terlentang ketika diinjeksi.
3. Otot vastus lateralis (otot paha). Otot ini makin sering direkomendasikan untuk
lokasi injeksi.ia merupakan otot yang tebal dan sedikit sekali atau goleh dikata
tidak ada reaksi yang serius.
4. Otot deltoid dan posterior trisep (bahu dan lengan atas. Otot ini jarang digunakan
untuk keperluan injeksi karena banyak pasien yang merasa lebih letih
5. Otot rektus femoris (otot lurus paha ). Otot ini hanya digunakan untuk injeksi
kalau tak dapat dilakukan ditempat lain karena banyak pasien yang merasa sakit
jika diinjeksi di daerah tersebut.
15
3. Spuit dan jarum sesuai ukuran
1. Cairan terlarut
2. Bak injeksi
3. Bengkok
Prosedur kerja :
1. Cuci tangan
3. Ambil obat kemudian masukan kedalam spuit sesuai dengan dosis, setelah itu
letakan pada bak injeksi
6. Lakukan penyuntikan
Pada daerah paha (anjurkan pasien untuk berbaring terlentang, dengan lutut
sedikit fleksi)
Pada ventro gluteal anjurkan pasien untuk miring, tengkurap atau terlentang
dengan lutut dan punggul pada sisi yang akan dilakukan penyuntikan dalam
keadaan fleksi.
Pada daerah dorso gluteal, anjurkan pasien untuk tengkurap dengan lutut
diputar ke arah dalam atau miring dengan lutut bagian atas dan pinggul
fleksi dan diletakan di depan tungkai bawah.
Pada daerah deltoid (lengan atas), anjurkan pasien untuk dududk atau
berbaring mendatar dengan lengan atas fleksi
16
7. melakukan penusukan dengan posisi jarum tetap lurus
8. Setelah jarum masuk, lakukan aspirasi spuit. Bila tidak ada darah semprotkan obat
secara perlahan hingga habis.
9. Setelah selesai ambil spuit dengan menarik spuit dan tekan daerah penyuntikan
dengan kapas alcohol. Kemudian letakan spuit yang telah digunakan pada
bengkok
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Obat dapat diberikan dengan berbagai cara disesuaikan dengan kondisi pasien,
diantaranya : sub kutan, intra kutan, intra muscular, dan intra vena. Perbedaan dari setiap
17
teknit tersebut adalah dari lokasi penusukan dan prinsip penusukan. Subkutan merupakan
memasukan obat ke dalam lapisan subkutan. Intrakutan merupakan injeksi obat ke dalam
lapisan dermis. Intramuscular merupakan injeksi obat ke dalam otot. Intravena
merupakan injeksi obat ke dalam vena. Dalam pemberian obat ada hal-hal yang perlu
diperhatikan, yaitu indikasi dan kontra indikasi pemberian obat. Sebab ada jenis-jenis
obat tertentu yang tidak bereaksi jika diberikan dengan cara yang salah.
3.2 Saran
Setiap obat merupakan racun yang yang dapat memberikan efek samping yang
tidak baik jika kita salah menggunakannya. Hal ini tentunya dapat menimbulkan kerugian
bahkan akibatnya bisa fatal. Oleh karena itu, kita sebagai bidan, harus melaksanakan
tugas kita dengan sebaik-baiknya tanpa menimbulkan masalah-masalah yang dapat
merugikan diri kita sendiri maupun orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
18
Damayanti, Ika Putri.,dkk. (2015). Panduan lengkap keterampilan dasar kebidanan II.
Yogyakarta : Deepublish
Hidayat, AA. (2008). Pengantar kebutuhan dasar manusia. Jakarta : Salemba Medika
Kee, Joyce.L. (1996). Farmakologi : pendekatan proses keperawatan. Jakarta : EGC
Priharjo, R. (1995). Teknik pemberian obat bagi perawat. Jakarta : EGC
Uliyah, M. (2008). Praktikum keterampilan dasar praktik klinik aplikasi dasar-dasar praktik
kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Wolf, Lu verne.,dkk. (1984). Dasar-dasar ilmu keperawatan. Jakarta : Gunung Agung
19