Anda di halaman 1dari 23

TEKNIK PEMBERIAN OBAT PARENTERAL

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok bidang studi Keterampilan Dasar
Praktik Kebidanan
Pembimbing Mata Kuliah:
Neneng Widaningsih, SST.,M.Keb.

Disusun Oleh :
Kelompok 2
Alya Idzni Indallah P17324116036
Asya Mustika P17324116011
Nirmala Wahyutriani P17324116030
Nufa Tirani P17324116042
Rani Aprilia P17324116049
Safitri Maryana P17324116001
Sekar Kinasih P17324116058
Yuni Lestari P17324116019

Kelas : 1 A
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN BANDUNG
POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

2
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Teknik
Pemberian Obat Parenteral”.

Tujuan makalah ini disusun adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Keterampilan
Dasar Kebidanan. Juga untuk mengetahui hal-hal berkaitan dengan anestesi pemberian obat
parenteral.

Penyusunan makalah ini tidaklah mungkin terselesaikan tanpa adanya bantuan dari semua
pihak. Pada kesempatan ini kami mengucapkan rasa terimakasih kepada:

1. Allah SWT yang telah membantu kami menyelesaikan tugas ini.

2. Ibu Neneng Widaningsih, S.ST.,M.Keb. selaku dosen Keterampilan Dasar Kebidanan.

3. Teman-teman kelas I A, khususnya kelompok 2 yang telah membantu menyelesaikan


tugas ini.

4. Orang tua yang telah memberikan kami dorongan semangat.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu kami memohon
kritik dan sarannya agar makalah ini mendekati kata sempurna. Sehingga pada akhirnya apa yang
kami harapkan dapat tersampaikan dengan baik.

Penulis berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Aamiin

Bandung, April 2017

1
Penulis

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................................2
1.4 Manfaat..............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Intrakutan...........................................................................................................3
a. Pengertian, Tujuan, dan Lokasi Penusukan....................................................3
b. Prosedur Kerja...............................................................................................4
2.2 Subkutan............................................................................................................6
a. Pengertian, Tujuan, dan Lokasi Penusukan....................................................6
b. Prosedur Kerja...............................................................................................7
2.3 Intravena............................................................................................................9
a. Pengertian, Tujuan, dan Lokasi Penusukan....................................................9
b. Prosedur Kerja.............................................................................................10
2.4 Intramuskular...................................................................................................12
a. Pengertian, Tujuan, dan Lokasi Penusukan..................................................12
b. Prosedur Kerja.............................................................................................14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................................................16
3.2 Saran................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................17

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sediaan parenteral merupakan sediaan steril. Sediaan ini diberikan melalui
beberapa rute pemberian, yaitu Intra Vena (IV), Intra Muskular (IM), Subcutaneus (SC),
dan Intra Cutaneus (IC). Obat yang diberikan secara parenteral akan di absorbsi lebih
banyak dan bereaksi lebih cepat dibandingkan dengan obat yang diberikan secara topical
atau oral. Salah satu tugas terpenting seorang bidan adalah memberi obat yang aman dan
akurat kepada klien. Obat merupakan alat utama terapi untuk mengobati klien yang
memiliki masalah. Obat bekerja menghasilkan efek terapeutik yang bermanfaat.
Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat
menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang
berbahaya bila kita memberikan obat tersebut tidak sesuai dengan anjuran yang
sebenarnya.

Perlu juga diketahui bahwa pemberian obat parenteral dapat menyebabkan resiko
infeksi. Resiko infeksi dapat terjadi bila bidan tidak memperhatikan dan melakukan
tekhnik aseptik dan antiseptik pada saat pemberian obat. Selain itu juga jika bidan
melakukan kesalahan dalam memberikan obat dengan cara injeksi, bisa berakibat fatal,
sehingga bidan dituntun harus selalu berhati-hati. Oleh karena itu, pada makalah ini akan
di bahas salah satu rute pemberian obat, yaitu rute pemberian obat secara parenteral,
memberikan obat pada pasien dengan menginjeksinya ke dalam tubuh.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara pemberian obat melalui Intra cutan?


2. Bagaimana cara pemberian obat melalui Sub cutan?
3. Bagaimana cara pemberian obat melalui Intra muscular?
4. Bagaimana cara pemberian obat melalui Intra vena?

1
1.3 Tujuan

1. Mengetahui cara pemberian obat melalui Intra cutan.


2. Mengetahui cara pemberian obat melalui Sub cutan.
3. Mengetahui cara pemberian obat melalui Intra muscular.
4. Mengetahui cara pemberian obat melalui Intra vena.

1.4 Manfaat
1. Sebagai bahan ajar bagi pembaca khusunya mahasiswa.
2. Sebagai bahan acuan menambah wawasan.
3. Dapat mengaplikasikannya sebagai seorang bidan yang profesional.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 INTRAKUTAN
a. Pengertian, Tujuan, dan Lokasi Penusukan
Injeksi intrakutan adalah pemberian obat ke dalam jaringan kulit tepat di bawah
epidermis atau dermis yang secara umum dilakukan pada daerah lengan, tangan bagisan
ventral dan dilakukan sebagai tes reaksi alergi terhadap jenis obat yang akan digunakan
(Uliyah, 2008).

Jarum yang digunakan untuk menyuntik biasanya jarum berukuran kecil, nomor
26-27 G,3/8’’-5/8’’, spuit 1ml, jumlah larutan yang digunakanpun tidak lebih dari
beberapa ml. saat penyuntikkan, jarum ditusukkan dekat sekali dipermukaan kulit dengan
posisi lubang jarum menghadap ke atas dan membuat sudut antara 10◦-15◦ dengan
permukaan kulit.

Obat yang diinjeksikan membentuk sebuah gunungan (benjolan) pada kulit.


Keunggulan penyuntikkan intrakutan antara lain reaksi tubuh terhadap obat yang
diinjeksikan mudah dilihat dengan cepat dan tingkat reaksinya juga dapat diketahui.

Tujuan prosedur Injeksi Intrakutan (IC):

a. Melaksanakan uji coba obat tertentu (skin test, penicillin)

b. Memberikan obat tertentu yang pemberiannya hanya dapat dilakukan dengan cara
suntikan intrakutan

c. Membantu menegakkan diagnose terhadap penyakit tertentu (tuberculin test)

Contoh obat yang diberikan menggunakan IC:

1. Vaksin Bacillus Calmette Guerrin (BCG) 0,05 ml

3
2. 0,1 ATS atau ADS + 0,9 NaCl untuk menetralisir endotoksin dari kuman tetanus
atau difteri.

3. Adrenalin 1%.

4. 0,1 ml vaksin sel diploid manusia (pasteur mariex) untuk vaksin rabies.

5. Ekstrak allergen.

6. Cefotaxime 1g: larutkan 1 vial Cefotaxime dengan 5 cc aquabidest/otsu wl,


setelah itu ambil sebanyak 0,1 cc menggunakan spuit 1 cc, tambahkan
aquabidest/otsu wl sebanyak 0,9 cc. Obat siap dilakukan skin test.

7. Ceftriaxone 1g: larutkan 1 vial Cefotaxime dengan 10 cc aquabidest/otsu wl (lihat


di brosur setiap antibiotik beda penambahan aquadesnya), setelah itu ambil
sebanyak 0,1 cc menggunakan spuit 1 cc, tambahkan aquabidest/otsu wl sebanyak
0,9 cc. Obat siap dilakukan skin test.

Lokasi penyuntikan intrakutan diantaranya :

a. Lengan atas: 3 jari dibawah sendi bahu, biasanya digunakan untuk menyuntikan
BCG.

b. Lengan bawah: bagian depan 1/3 dari lekukan siku, dikulit yang sehat jauh dari
pembuluh darah Digunakan untuk skin test dan tes Mantoux.

Indikasi dan kontra Indikasi Injeksi Intrakutan :

Indikasi Injeksi Intrakutan adalah pada klien yang akan dilakukan skin test
misalnya tes pada tuberculin atau tes terhadap reaksi alergi obat tertentu. Tidak ada
kontra indikasi pada injeksi intrakutan.

b. Prosedur Pelaksanaan Injeksi Intrakutan

A. Persiapan Alat dan Bahan

4
1. Baki yang bersih

2. Spuit dan jarum dengan ukuran yang sesuai (jarum 26-27 G,3/8’’-5/8’’, spuit 1
ml)

3. Obat yang diperlukan

4. Kapas DTT atau alcohol dalam tempatnya

5. Kasa atau bola kapas

6. Sarung tangan

7. Wadah sampah tajam

8. Bengkok

9. Wadah sampah kering atau basah

10. Larutan klorin dalam tempatnya

11. Buku catatan obat

B. Prosedur Kerja

1. Cuci tangan

2. Mempersiapkan alat

3. Mengidentifikasi pasien

4. Memperkenalkan diri

5. Menjelaskan prosedur pada pasien

6. Menanyakan pada pasien apakah ada alergi obat atau lateks

5
7. Menentukan lokasi penyuntikan yang tepat atau bagian dalam lengan bawah

8. Memakai sarung tangan

9. Menyiapkan obat yang diperlukan sesuai prosedur. Jika obat dalam bentuk tes

alergi, ambil obat 0,5 ml ditambah 0,5 ml aquades (lakukan sesuai prosedur

mencampur dua jenis obat dalam 1 spuit)

10. Membersihkan lokasi penyuntikan dengan kapas DTT secara memutar dari dalam

keluar. Jika menggunakan kapas alcohol, tunggu sampai mengering sebelum

jarum suntik diinsersikan

11. Membuka tutup jarum secara lurus, jangan dengan memutar

12. Meregangkan kulit pada daerah yang akan disuntik dengan tangan yang non

dominan

13. Menusukkan jarum dengan sudut 10◦-15◦ dengan bevel menghadap ke atas tepat

di bawah kuliat dengan tangan dominan

14. Menyuntikan obat dengan perlahan dan mantap. Sebuah gelemung putih harus

terbentuk

15. Mencabut jarum dengan cepat dengan sudut yang sama pada saat insersi

16. Menghindari atau tidak boleh melakukan masase atau menekan daerah suntikan.

Tidak boleh diperban

6
17. Membuang alat suntik dan jarum ke wadah sampah tajam, jangan menutup

kembali jarum suntik

18. Membuka sarung tangan

19. Mencuci tangan

20. Memberikan pendidikan atau informasi yang tepat tentang perawatan daerah

bekas suntikan dan memberitahu pasien untuk menunggu 20-30 menit

21. Melakukan observasi pasca injeksi

22. Mendokumentasikan prosedur pada status pasien dan catatan yang sesuai

2.2 SUBKUTAN
a. Pengertian, Tujuan, dan Lokasi Penusukan
Pemberian obat subkutan adalah pemberian obat melalui suntikan kebawah kulit
yang dapat dilakukan pada daerah lengan atas sebelah luar atau 1/3 bagian dari bahu,
paha sebelah luar, daerah dada, dan daerah sekitar umbilikus (abdomen). Pemberian obat
melalui subkutan ini pada umumnya dilakukan dalam program pemberian insulin yang
digunakan untuk mengontrol kadar gula darah. (Hidayat, 2008). Injeksi subkutan
memiliki efek sistemik.

Lokasi injeksi subkutan diantaranya :

1. lengan atas sebelah luar


2. paha sebelah luar
3. daerah dada, dan
4. daerah sekitar umbilikus (abdomen)

Tujuan injeksi subkutan adalah agar obat dapat menyebar dan diserap secara perlahan-
lahan. Teknik pemberian injeksi subkutan yaitu dengan menyuntikan jarum 45 derajat dari
permukaan kulit. Indikasi dan kontra indikasinya yaitu :

7
1. Indikasi : bisa dilakakukan pada pasien yang tidak sadar, tidak
mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan
obat secara oral, tidak alergi. Lokasinya yang ideal adalah lengan
bawah dalam dan pungguang bagian atas.
2. Kontra Indikasi : luka, berbulu, alergi, infeksi kulit

Prinsip pemberian obat parenteral (intrakutan, subkutan, intravena, intramuscular)


berdasarkan perbedaan sudut saat menyuntikan

b. Prosedur Pemberian Obat Subkutan

Jarum yang digunakan untuk injeksi subkutan adalah Jarum ukuran 25-gauge , 5/8 inci.

Alat dan Bahan :

1. Daftar buku obat/catatan, Jadwal pemberian obat.

2. Obat dalam tempatnya.

3. Spuit insulin.

4. Kapas alkohol dan tempatnya.

8
5. Cairan pelarut.

6. Bak injeksi.

7. Bengkok.

8. Perlak dan alasnya.

Prodesur Kerja:

1. Cuci tangan.

2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

3. Bebaskan daerah yang akan dilakukan suntikan atau bebaskan suntikan dari
pakaian. Apabila menggunakan baju maka buka atai lipat keatas.

4. Ambil obat dalam tempatnya sesuai dengan dosis yang akan diberikan, setelah itu
tempatkan pada bak ijeksi.

5. Desinfeksi dengan kapas alkohol

6. Tegangkan dengan tangan kiri ( daerah yang akan dilakukan suntikan subkutan).

7. Lakukan penusukan dengan lubang menghadap keatas dengan sudut 45 derajat


pada permukaan kulit.

8. Lakukan aspirasi, bila tidak darah semprotkan obat perlahan-lahan hingga habis.

9. Tarik spuit dan tahan dengan kapas alkohol. Masukkan spuit yang telah terpakai
kedalam bengkok.

10. Catat reaksi pemberian, tangggal, waktu pemberian , dan jenis/dosis obat.

11. Cuci tangan.

2.3 INTRAVENA
a. Pengertian, Tujuan, dan Lokasi
Beberapa jenis obat dapat dipakaikan secara intravena , dengan memasukan
langsung ke pembuluh darah . Dalam bahasa inggris , teknik ini sering disebut “push”

9
(dorong). Cara dorong memungkinkan penyerapan obat dengan segera dan sering
digunakkan dalam situasi darurat.

Pada pokoknya ada dua cara memasukan obat secara intravena :

1. Secara tidak langsung. Merupakan cara pemberian obat dengan


menambahkan / memasukan obat ke dalam media (wadah/selang).
2. Adapun cara memasukan obat langsung keperedaran darah adalah
memasukan melalui area suntik pada vena secara langsung. Lokasi
venanya ada vena mediana cubiti / cephalika (lengan), vena saphenosus
(tungkai), vena jugularis (leher), vena temporalis/frontalis (kepala). yang
bertujuan agar reaksi cepat dan langsung masuk pada pembuluh darah.

Kekurangan dari injeksi intravena ini diantaranya dapat menyebabkan emboli,


infeksi karena jarum tidak steril, hematoma, alergi, obat tidak dapat ditarik kembali, dan
membutuhkan keahlian khusus.

Contoh memasukan obat secara intravena

b. Prosedur Pemberian Obat Intravena

1. Pemberian obat intravena melalui selang

10
Alat dan bahan :

1. Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran

2. Obat dala tepatnya

3. Selang intravena

4. Kapas alcohol

Prosedur kerja :

1. Cuci tangan

2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

3. Periksa identitas pasien dan ambil obat kemudian masukan ke dalam spuit

4. Cari tmpat penyunikan obat pada daerah selang intravena

5. Lakukan disinfeksi dengan kasapas alcohol dan stop aliran

6. Lakukan penyuntikan dengan memasukn jarum spuit hingga menembus bagian


tengah dan masukan obat perlahan lahan kedalam selang intravena

7. Setelah selesai tarik spuit

8. Periksa kecepatan infuse dan observasi reaksi obat

9. Cuci tangan

10. Catat obat yang telah diberikan dan dosisnya

2. Pemberian obat intravena tidak langsung (via wadah)

Merupakan cara memberikan obat dengan menambahkan atau memasukan obat


kedalam wadah cairan intravena yang bertujuan untuk meminimalkan efek samping
dan mempertahankan kadar terspeutik dalam darah

Alat dan bahan :

11
1. Spuit dan jarum sesuai dengn ukuran

2. Obat dalam tempatnya

3. Wadah cairan (kantong/botol)

4. Kapas alcohol

Prosedur kerja :

1. Cuci tangan

2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

3. Periksa identitas pasien dan ambil obat kemudian masukan ke dalam spuit

4. Cari tempat penyuntikan obat pada daerah kantong

5. Lakukan disinfeksi dengan kapas alcohol dan stop aliran

6. Lakukan penyuntikam dengan memasukan jarum spuit menembus bagian tengah


dan masukkan obat perlahan lahan ke dalam kantong/wadah cairan

7. Setelah selesai tarik spuit dan campur larutan dengan membalikkan kantong
cairan dengan perlahan lahan dari satu ujung ke ujung lain

3. Pemberian obat intravena langsung

Cara memberikan obat melalui vena secara langsung , diantaranya vena


mediana cubiti/cephalika (lengan) , vena saphenous (tungkai) , vena juguralis
(leher) , vena frontalis/temporalis (kepala) , yang bertujuan agar reaksi cepat dan
langsung masuk pada pembuluh darah.

Alat dan bahan :

1. Daftar buku obat /catatan , jadwal pemberian obat

2. Obat dalam tempatnya

12
3. Spuit sesuai dengan jenis ukurannya

4. Kapas alcohol dalam tempatnya

5. Cairan pelarut

6. Bak instrument

7. Bengkok

8. Perlak dan alasnya

9. Karet pembendung (tourniquet)

Prosedur kerja :

1. Cuci tangan

2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

3. Bebaskan daerah yang disuntik dengan cara membebaskan daerah yang akan
dilakukan penyuntikan dari pakaian dan apabila tertutup buka atau keataskan

4. Ambil obat dalam tempatnya dengnan spuit sesuai dengan sosis yang akan
diberikan . Apabla obat berada dalam bentuk sediaan bubuk , maka larutkan
dengan pelarut (aquades steril)

5. Pasang perlak atau pengalas dibawah vena yang akan dilakukan penyuntikan

6. Kemudian tempatkan obat yang telah diambil pada bak injeksi

7. Desinfeksi dengan kapas alcohol

8. Lakukan pengikatan dengan tourniquet pada bagian atas daerah yang akan
dilakukan pemberian obat atau tegangkan dengan tangan / minta bantuan atau
membendung diatas vena yang akan dilakukan penyuntikan

9. Ambil spuit yang berisi obat

13
10. Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan memasukkan ke
pembuluh darah

11. Lakukan aspirasi bila sudah ada darah lepaskan karet pembendung (torniquet) lalu
semprotkan obat hingga habis

12. Setelah selesai ambl spuit dengan menarik dan lakukan penekanan pada daerah
penusukan dengan kapas alcohol , dan spuit yang telah digunakan letakkan ke
dalam bengkok

13. Catat reaksi pemberian , tanggal , waktu , dosis pemberian obat

14. Cuci tangan

2.4 INTRAMUSKULAR
a. Pegertian, Tujuan, dan Lokasi Penusukan
Menurut Hidayat (2008, 147), Pemberian obat intramuscular adalah cara
pemberian obat dengan memamsukan obat kedalam jaringan otot. Tujuan pemberian obat
dengan cara ini adalah agar absorbsi obat lebih cepat. Pemberian dengan cara
intramuscular memberikan efek sistemik pada tubuh.

Menurut wolf (1984,619-625), rute intramuskulat sering juga digunakan untuk


obat yang menimbulkan gangguan karena sedikit sekali ujung syaraf dalam jaringan otot
yang tebal.penyerapan berlangsung seperti pada pemakaian subkutan. Tetapi prosesnya
lebih cepat karena jaringan otot mengandung pembuluh darah yang lebih banyak.

Panjang jarum yang diperlukan untuk mencapai jaringan tersebut bervariasi dari
orang ke orang. Jarum yang paling banyak digunakan untuk injeksi intramuscular adalah
ukuran 22.panjang 11/2 inci.

Adapun lokasi yang digunakan untuk injeksi intramuscular yaitu :

1. Area dorsogluteal (pinggul bagian belakang)

14
2. Area ventro gluteal. Lokasi ini lebih disukai daripada area dorso gluteal untuk
menyuntik pasien anak. Karena tidak terdapat pembuluh darah atau tali syaraf
besar, lemak lebih sedikit area lebih bersih karena jarang terkontaminasi dan
pasien dapat berbaring terlentang ketika diinjeksi.

3. Otot vastus lateralis (otot paha). Otot ini makin sering direkomendasikan untuk
lokasi injeksi.ia merupakan otot yang tebal dan sedikit sekali atau goleh dikata
tidak ada reaksi yang serius.

4. Otot deltoid dan posterior trisep (bahu dan lengan atas. Otot ini jarang digunakan
untuk keperluan injeksi karena banyak pasien yang merasa lebih letih

5. Otot rektus femoris (otot lurus paha ). Otot ini hanya digunakan untuk injeksi
kalau tak dapat dilakukan ditempat lain karena banyak pasien yang merasa sakit
jika diinjeksi di daerah tersebut.

Lokasi penusukan intramuskular

b. Prosedur Pemberian Obat Intramuskular

Alat dan bahan :

1. Daftar buku obat atau catatan, jadwal pemberian obat

2. Obat dalam tempatnya

15
3. Spuit dan jarum sesuai ukuran

4. Kapas alcohol dalam tempatnya’

1. Cairan terlarut

2. Bak injeksi

3. Bengkok

Prosedur kerja :

1. Cuci tangan

2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

3. Ambil obat kemudian masukan kedalam spuit sesuai dengan dosis, setelah itu
letakan pada bak injeksi

4. Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan

5. Desinfeksi dengan kapas alcohol tempat yang akan dilakukan penyuntikan

6. Lakukan penyuntikan

 Pada daerah paha (anjurkan pasien untuk berbaring terlentang, dengan lutut
sedikit fleksi)

 Pada ventro gluteal anjurkan pasien untuk miring, tengkurap atau terlentang
dengan lutut dan punggul pada sisi yang akan dilakukan penyuntikan dalam
keadaan fleksi.

 Pada daerah dorso gluteal, anjurkan pasien untuk tengkurap dengan lutut
diputar ke arah dalam atau miring dengan lutut bagian atas dan pinggul
fleksi dan diletakan di depan tungkai bawah.

 Pada daerah deltoid (lengan atas), anjurkan pasien untuk dududk atau
berbaring mendatar dengan lengan atas fleksi

16
7. melakukan penusukan dengan posisi jarum tetap lurus

8. Setelah jarum masuk, lakukan aspirasi spuit. Bila tidak ada darah semprotkan obat
secara perlahan hingga habis.

9. Setelah selesai ambil spuit dengan menarik spuit dan tekan daerah penyuntikan
dengan kapas alcohol. Kemudian letakan spuit yang telah digunakan pada
bengkok

10. Catat reaksi jumlah dosis dan waktu pemberian

11. Cuci tangan

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Obat dapat diberikan dengan berbagai cara disesuaikan dengan kondisi pasien,
diantaranya : sub kutan, intra kutan, intra muscular, dan intra vena. Perbedaan dari setiap

17
teknit tersebut adalah dari lokasi penusukan dan prinsip penusukan. Subkutan merupakan
memasukan obat ke dalam lapisan subkutan. Intrakutan merupakan injeksi obat ke dalam
lapisan dermis. Intramuscular merupakan injeksi obat ke dalam otot. Intravena
merupakan injeksi obat ke dalam vena. Dalam pemberian obat ada hal-hal yang perlu
diperhatikan, yaitu indikasi dan kontra indikasi pemberian obat. Sebab ada jenis-jenis
obat tertentu yang tidak bereaksi jika diberikan dengan cara yang salah.

3.2 Saran
Setiap obat merupakan racun yang yang dapat memberikan efek samping yang
tidak baik jika kita salah menggunakannya. Hal ini tentunya dapat menimbulkan kerugian
bahkan akibatnya bisa fatal. Oleh karena itu, kita sebagai bidan, harus melaksanakan
tugas kita dengan sebaik-baiknya tanpa menimbulkan masalah-masalah yang dapat
merugikan diri kita sendiri maupun orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

18
Damayanti, Ika Putri.,dkk. (2015). Panduan lengkap keterampilan dasar kebidanan II.
Yogyakarta : Deepublish

Hidayat, AA. (2008). Pengantar kebutuhan dasar manusia. Jakarta : Salemba Medika
Kee, Joyce.L. (1996). Farmakologi : pendekatan proses keperawatan. Jakarta : EGC
Priharjo, R. (1995). Teknik pemberian obat bagi perawat. Jakarta : EGC
Uliyah, M. (2008). Praktikum keterampilan dasar praktik klinik aplikasi dasar-dasar praktik
kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Wolf, Lu verne.,dkk. (1984). Dasar-dasar ilmu keperawatan. Jakarta : Gunung Agung

19

Anda mungkin juga menyukai