Disusun Oleh :
Kelas : X IPS 2
1.2.Rumusan Masalah
a. Jelaskan pengertian dan fungsi dari musik tradisional ?
b. Sebutkan Unsur dan elemen dalam musik tradisional?
c. Sebutkan karya-karya musik tradisional ?
d. Sebutkan keunikan dan karakteristik musik tradisional ?
e. sebutkan alat-alat musik tradisional ?
f. Sebutkan beberapa syair lagu musik tradisional ?
1.3.Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah agar para pembaca makalah
ini bisa lebih mengerti Musik tradisional dan berharap banyak bisa menjaga kekayaan seni
musik tanah air.
1.4.Manfaat Penulisan
a. Agar bisa mengerti pengertian dan fungsi dari musik tradisional.
1
b. Supaya bisa mengerti Unsur dan elemen dalam musik tradisional.
c. Untuk mengetahui apa saja karya-karya musik tradisional.
d. Agar bisa mengetahui keunikan dan karakteristik musik tradisional.
e. Bisa mengenal alat-alat musik tradisional.
f. Bisa mengetahui beberapa syair lagu musik tradisional.
2
BAB II
KAJIAN TEORI
Musik tradisional disebut juga musik daerah, yaitu merupakan jenis musik yang
muncul atau lahir dari budaya daerah secara turun-menurun.
b. Fungsi Musik Tradisional
Ø Fungsi Individual
Melalui musik seseorang dapat mengungkapkan atau mengekspresikan gejolak
jiwa, perasaan, atau kegalauan yang terpendam dalam dirinya. Melalui syair lagu yang
diubahnya, seniman musik dapat mengkritik atau memprotes kondisi yang ada
dilingkungannya, serta dapat pula mengungkapkan rasa cinta dan kekagumannya terhadap
sesame manusia, alam, dan sang pencipta. Jadi seni apapun termasuk seni musik yang
dapat dipakai sebagai media ekspresi yang dapat membaerikan kepuasan batin bagi
pencipanya.
Ø Fungsi Sosial
Musik memiliki peran yang besar dalam kehidupan manusia. Hal itu dapat kita
saksikan dimana musik sering diperdengarkan pada sebuah upacara adat, upacara
kenegaraan, penyambutan tamu, pesta, dan lain-lain. Apakah yang akan terjadi apabila
suatu pesta rakyat tanpa musik? Tentunya pesta itu tidak akan meriah. Sebuah pertunjukan
tari akan kacau apabila secara tiba-tiba musik yang mengiringinya berhenti ditengah jalan.
Hal yang sama akan terjadi pada gereja tanpa lonceng atau litany, atau masjid tanpa bedug.
Hal tersebut tentunya akan kehilangan roh kekhidmatannya.
Bagi masyarakat, kehadiran seni musik memiliki bermacam-macam fungsi social,
diantaranya sebagai berikut.
Ø Media Rekreasi atau Hiburan
Sebuah pagelaran musik ternyata mampu menciptakan kondisi tertentu yang
bersifat penyegaran dan pembaruan kondisi yang telah ada. Dalam hal ini, musik
memasuki psikologi kegembiraan massa sehingga mampu menghilagkan perasaan jenuh
dan bosan terkurung dalam kerutinan kehidupan. Melalui syair dan iringan musik, kita
dapat menikmati keindahannya.
Ø Media Komunikasi
Selain menggunakan bahasa verbal atau visual, jalinan komunikasi antaretnis,
bahkan antarnegara bisa dilakukan dengan seni musik. Saat ini terdapat fenomena baru
dalam mempertemukan karya pemusik tradisional dengan pemusik modern yang disebut
dengan kolaborasi. Melaliu bahasa musik, syair lagu serta alunan musik, pesan-pesan
tertentu dapat disampaikan dengan lebih indah.
3
Ø Media Pendidikan
Diantara tujuan pendidikan adalah membentuk manusia berbudi pekerti luhur.
Secara filosofis titik tekannya adalah obyek nilai dan moral pada diri anak tersebut. Seni
dapat dimanfaatkan untuk membimbing dan mendidik mental serta tingkah laku seseorng
agar berubah menjadi kondisi yang lebih baik, antara lain memperhalus perasaan, bersikap
santun, berprilaku lemah lembut, bermoral mulia, dan berbudi pekerti luhur.
Ø Media Pemujaan
Musik (vocal) memainkan peranan penting alam kegiatan beribadah atau kegiatan
keagamaan, seperti pemujaan kepada kepada sang Pencipta seperti yang dilakukan di Pura,
Gereja, atau Masjid. Dalam agama islam, lagu-lagu pujian banyak diiringi dengan pukulan
rebana, sedangkan di Gereja didiringi dengan piano, gitar atau alat msik lainnya.
4
f. Tempo
Tempo diartikan cepat lambatnya lagu yang dinyanyikan. Dahulu, pada partitur
lagu tradisional daerah tidak dicantumkan tanda temponya. Namun setelah masuknya
musik mancanegara, ada beberapa istilah dalam tempo lagu seperti largo=lambat,
moderato=sedang, allegro=cepat, dan sebagainya.
5
Siapa yang pernah tahu berapa jumlah pasti alat musik tradisional Indonesia.
Sungguh sebuah kekayaan intelektual milik budaya Indonesia yang tak ternilai harganya.
Namun dilain pihak banyak pula yang tidak mengetahui bahkan sama sekali belum pernah
mendengar alat musik tradisional tersebut dimainkan, ditengah derasnya industri musik
modern alat musik tradisional ini semakin terpinggirkan.
Alat musik tradisional yang merupakan alat musik khas Indonesia memiliki banyak
ragam dari berbagai daerah di Indonesia, namun banyak pula dari alat musik tradisional
Indonesia ‘dicuri’ oleh negara lain untuk kepentingan penambahan budaya dan seni
musiknya sendiri dengan mematenkan hak cipta seni budaya dari Indonesia.
6
penggabungan alat musik tiup,alat-alat musik gesek dan alat-alat musik perkusi. Biasanya
kesenian ini digunakan untuk mengantar pengantin atau dalam acara pawai daerah. Tapi
pada umumnya kesenian ini diadakan di suatu tempat yang akan dihadiri oleh masyarakat
Betawi secara luas layaknya sebuah orkes. Kesenian Tajidor juga terdapat di Kalimantan
Barat,sementara di Kalimantan Selatan sudah punah.
e. Kolintang
Kolintang adalah alat musik khas daerah Sulawesi Utara. Kolintang berasal dari
Minahasa. Kolintang terbuat dari kayu lokal yang ringan namun kuat seperti
telur,bandaran,wenang,kanikik kayu cempaka,dan yang mempunyai konstruksi fiber
paralel. Nama kolintang berasal dari suara tong(nada rendah),ting(nada tinggi),dan
tang(nada biasa). Dalam bahasa daerah,ajakan "Mari kita lakukan TONG TING TANG"
adalah "Mangemo kumolintang". Ajakan tersebut akhirnya berubah menjadi kata
kolintang.
f. Angklung
Angklung adalah alat musik tradisional Indonesia yg berasal dari Tanah
Sunda,terbuat dari bambu,yang dibunyikan dengan cara digoyangkan(bunyi disebabkan
oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yg bergetar dalam susunan
nada 2,3,sampai 4 nada dalam setiap ukuran,baik besar maupun kecil. Laras(nada) alat
musik angklung sebagai musik tradisi Sunda kebanyakan adalah salendro dan pelog.
7
b. Rinding
Alat Musik Tradisional Desa Beji Desa Beji memiliki alat musik tradisional yang
bernama Rinding. Masyarakat Desa Beji meyakini bahwa Rinding merupakan alat musik
warisan para leluhur, khususnya Kecamatan Ngawen dan sekitarnya.Bahan baku Rinding
adalah bambu. Rinding berukuran panjang sekitar 20 centimeter dan lebar sekitar 5
centimeter. Untuk menghasilkan suara, Rinding dimainkan dengan cara ditempelkan di
mulut dan ditiup. Bunyi musik akan tercipta dengan menarik tali berulang-ulang sesuai
nada. "Tidak semua orang dapat memainkan Rinding. Orang tua kami mengatakan bahwa
Rinding merupakan alat musik untuk menghormati arwah para leluhur," kata Sudiyo (70),
sesepuh pengelola Hutan Wonosadi. Rinding hanya dimainkan pada saat acara Sadranan di
Hutan Wonosadi. Sadranan merupakan ritual yang dilakukan setahun sekali setelah panen.
(BJ-33)
c. Rebana
Rebana merupakan alat music islami, terbuat dari papan kayu pilihan, dibulatkan
dengan pisau khusus dan dilobangi dengan mesin bubut dengan desain khusus pula. Pada
sisi sebelahnya dipasang kulit yang sudah dikeringkan dan disamak putih.
Eksistensi Rebana di desa Kaliwadas, kecamatan Bumiayu, Jawa tengahberawal
dari keuletan Bapak Madali ( alm ) dan Bapak Toip sebagai pembantu dalam membuat alat
music pengiring Sholawat ini pada tahun 1950-an. Saat itu pembuatan rebana boleh
dibilang masih sebagai pengisi waktu luang disela – sela kesibukan mereka bertani.
Pembeli serta penikmat suaranya yang khas pun masih terbatas orang – orang berusia tua
dan di daerah terdekat saja.
Jenis rebana saat itu hanya ada 2 macam :
Ø Rebana Syaraka dengan diameter 38 – 39 cm, tinggi 10 cm terbuat dari kayu mangga,
laban hingga sawo dan
Ø Rebana Jawa Klasik yang terbuat dari kayu kelapa ( Glugu ) sebagai adaptasi alat
music yang konon dipopulerkan oleh Sunan Kalijaga.
Tahun 1970-an H. Sulaiman ( alm ) seorang pengusaha dari Tasikmalaya yang
membuka tokoh aksesoris dari kerang – kerang laut di jalan pasar ikan, Jakarta datang
berkunjung. Beliau sempat tertarik melihat ketekunan dan kerajinan Bapak Toip yang
notabene ayah kami dalam membuat rebana sehingga kemudian mengajaknya membuka
usaha sendiri dan memberinya modal yang kelak menjadi modal gratis !
Kemudian dari tokoh dengan nama “Setia” inilah kemudian rebana dikenal luas.
Puncak kejayaannya terjadi pada tahun 1999 hingga sekarang.
d. Angklung
Angklung adalah alat musik multitonal ( bernada ganda ) yang secara tradisional
berkembang dalam masyarakat berbahasa Sunda di pulau Jawa bagian Barat. Alat music
ini dibuat dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan ( bunyi disebabkan oleh
benturan badan pipa bambu ) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan
nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Laras ( nada ) alat
music angklung sebagai music tradisi Sunda kebanyakan adalah Salendro dan Pelok.
Angklung terdaftar sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi
Manusia dari UNESCO sejak November 2010.
8
Asal – usul
Tidak ada petunjuk sejak kapan angklung digunakan, tetapi diduga bentuk
primitifnya telah digunakan dalam kultur Neolitikum yang berkembang di Nusantara
sampai awal penanggalan Modern, sehingga angklung merupakan bagian dari relic pra –
Hinduisme dalam kebudayaan Nusantara.
Catatan mengenai angklung baru muncul merujuk pada masa Kerajaan Sunda
( abad ke – 12 sampai abad ke – 16 ). Asal – usul terciptanya music bamboo, seperti
angklung berdasarkan pandangan hidup masyarakat Sunda yang agraris dengan sumber
kehidupan dari padi ( pare ) sebagai makanan pokoknya. Hal ini melahirkan mitos
kepercayaan terhadap Nyai Sri Pohaci sebagai lambang dewi padi pemberi kehidupan
( hirup – hurip ). Masyarakat Baduy, yang dianggap sebagai sisah – sisah masyarakat
sunda asli, menerapkan angklung sebagai bagian dari ritual mengawali penanaman Padi.
Permainan angklung gubrag di Jasinga, Bogor, adalah salah satu yang masih hidup sejak
lebih dari 400 tahun lampau. Kemunculannya berasal dari ritus padi. Angklung diciptakan
dan dimainkan untuk memikat dewi Sri turun kebumi agar tanaman Padi rakyat tumbuh
subur.
Jenis bamboo yang biasa digunakan sebagai alat music tersebut adalah bambu
hitam ( awi wulung ) dan bambu putih ( awu temen ). Tiap nada ( laras ) dihasilkan dari
bunyi bambunya yang terbentuk bilah ( wilahan ) setiap ruas bamboo dari ukuran kecil
hingga besar.
Dikenal oleh masyarakat Sunda sejak masa Kerajaan Sunda diantaranya sebagai
pengunggah semangat dalam pertempuran. Fungsi angklung sebagai pemompa semangat
rakyat masih terus terasa sampai pada masa penjajahan, sebab itu pemerintah Hindia
Belanda sempat melarang masyarakat menggunakan angklung, pelarangan itu sempat
membuat popularitas angklung menurun dan hanya dimainkan oleh anak – anak pada
waktu itu.
Selanjutnya lagu – lagu persembahan terhadap Dewi Sri tersebut disertai dengan
pengiring bunyi tabuh yang terbuat dari batang – batang bamboo yang dikemas sederhana
yang kemudian lahirlah struktur alat music bambu yang kita kenal sekarang bernama
angklung. Kemudian pula pada saat pesta panen dan seren taun dipersembahkan permainan
angklung. Terutama pada penyajian angklung yang berkaitan dengan upacara padi,
kesenian ini menjadi sebuah pertunjukan yang sifatnya arak – arakan atau helaran, bahkan
disebagian tempat menjadi iring – iringan Rengkonh dan Dongdang serta Jampana
( usungan pangan ) dan sebagainya.
Dalam perkembangannya, angklung berkembang dan menyebar ke seantero Jawa,
lalu ke Kalimantan dan Sumatera. Pada 1908 tercatat sebuah misi kebudayaan dari
Indonesia ke Thailand, antara lain ditandai penyerahan angklung, lalu permainan music
bambu ini pun sempat menyebar disana. Bahkan sejak 1966, Udjo Ngalagena_ tokoh
angklung yang mengembangkan teknik permainan berdasarkan laras – laras pelog,
salendro, dan madenda_mulai mengajarkan bagaimana bermain angklung kepada banyak
orang dari berbagai komunitas.
e. Bonang Barung
Bonang adalah alat music yang digunakan di Jawa Gamelan. Ini adalah kumpulan
gong kecil (kadang – kadang disebut “ ceret” atau “pot” ) ditempatkan secara horizontal ke
string dalam bingkai kayu ( Rancak ), baik 1 atau 2 baris lebar. Semua ceret memiliki bos
pusat, tapi disekitarnya yang lebih rendah bernada datar yang memiliki kepala, sedangkan
yang lebih tinggi memiliki melengkung 1. Masing – masing sesuai untuk pitch tertentu
9
dalam skala yang sesuai. Mereka biasanya memukul dengan tongkat berlapis ( tabuh ).
Bonang dapat dipalsukan terbuat dari perunggu, di las dan dingin dipalu besi, atau
kombinasi dari logam. Selain berbentuk gong bentuk ceret, ekonomis dipalu boning yang
terbuat dari besi atau plat kuningan dengan mengangkat bos sering ditemukan di Desa
Gamelan, di Suriname Gamelan gaya, dan dalam beberapa gamelan Amerika.
Bonang barung yang bernada 1 oktaf dibawah boning panerus, dan juga secara
umum mencapai 2 oktaf, kira – kira kisaran yang sama seperti demung dan saron
digabungkan. Ini adalah salah satu instrument yang paling penting dalam ansambel, karena
memberikan banyak isyarat untuk pemain lain dalam gamelan.
Bagian – bagian yang dimainkanoleh boning barung lebih kompleks dari pada
banyak instrument dalam gamelan, dengan demikian, pada umumnya dianggap sebagai
instrument mengelaborasi. Kadang – kadang memainkan melodi berdasarkan balungan,
meskipun umumnya diubah dengan cara yang sederhana. Namun, juga dapat dimainkan
pola yang lebih kompleks yang diperoleh dengan menggabungkan barung dan panerus
patters, seperti saling silih bergantinya bagian ( imbal ) dan interpolasi dari pola melodi
jerau ( sekaran ). Tunggal, i-berbentuk, baris, boning juga merupakan instrument melodi
terkemuka di Sunda Degung. Boning mirip dengan Bali reong.
10
Butet tibo do mulak au apangmu ale butet
Masunta ingkon saut do talu ale butet
Masunta ingkon saut do talu ale butet
I doge doge doge (hi) dai doge (hi) doge (hi) doge
I doge doge doge (hi) dai doge (hi) doge (hi) doge
Butet haru patibu ma magodang ale butet
Asa adong da palang merah ale butet
Da palang merah ni negara ale butet
I doge doge doge (hi) dai doge (hi) doge (hi) doge
I doge doge doge (hi) dai doge (hi) doge (hi) doge
---
c. Lagu Ayam Den Lapeh Dari Provinsi Sumatera Barat
Luruihlah jalan Payakumbuah
Babelok jalan Kayu Jati
Dima hati indak kan rusuah
Ayam den lapeh, ohoi … ayam den lapeh
Mandaki jalan Pandaisikek
Manurun jalan ka Biaro
Di ma hati indak maupek
Awak takicuah, ohoi … ayam den lapeh
Reff:
Sikua capang sikua capeh
Saikua tabang sikua lapeh
Tabanglah juo nan karimbo
Ai lah malang juo
Pagaruyuang jo Batusangka
Tampek mandaki dek urang Baso
Duduak tamanuang tiok sabanta
Oi takana juo
Den sangko lamang nasi tuai
Kironyo tatumpah kuah gulai
Awak ka pasa alah usai
Oi lah malang denai
O hoi … ayam den lapeh
O hoi … ayam den lapeh
d. Lagu Injit-Injit dari Provinsi Jambi
Jalan jalan ke Tanah Deli
Sungguh indah tempat tamasya
Kawan jangan bersedih
Mari nyanyi bersama sama
Kalau pergi ke Surabaya
Naik prahu dayung sendiri
Kalau hatimu sedih
Ya rugi diri sendiri
Naik prahu ke Pulau Sribu
Sungguh malang nasibku
Punya teman diambil orang
Ramai sungguh Bandar Jakarta
Tempat orang mengikat janji
Walau teman tak punya hati
11
Senang dapat bernyanyi
Reff :
Injit injit semut
Siapa sakit naik diatas
Injit injit semut walau sakit
Jangan dilepas
e. Soleram - Provinsi Riau
Soleram
Soleram
Soleram
Anak yang manis
Anak manis janganlah dicium sayang
Kalau dicium merah lah pipinya
Satu dua
f. Lir Ilir - Provinsi Jawa Tengah
Lir ilir lir ilir tandure wong sumilir
Tak ijo royo royo
Tak sengguh panganten anyar
Cah angon cah angon penekna blimbing kuwi
Lunyu lunyu penekna kanggo mbasuh dodotira
Dodotira dodotira kumintir bedah ing pinggir
Dondomana jrumatana kanggo seba mengko sore
Mumpung padang rembulane
Mumpung jembar kalangane
Sun suraka surak hiyo
Tiga dan empat
Lima enam
Tujuh delapan
Kalau tuan dapat kawan baru sayang
Kawan lama ditinggalkan jangan
g. Bubuy Bulan - Sunda Provinsi Jawa Barat
Karangan / Ciptaan : Benny Korda
Bubuy bulan
Bubuy bulan sangray bentang
Panon poe
Panon poe disasate
Unggal bulan, unggal bulan
Unggal bulan abdi teang
Unggal poe,unggal poe
Unggal poe oge hade
Situ Ciburuy
laukna hese dipancing
Nyeredet hate
Ningali ngeplak caina
Duh eta saha nu ngalangkung
unggal enjing
Nyeredet hate
Ningali sorot socana
BAB III
12
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Musik tradisional adalah musik yang berkembang di daerah sekitar musik itu
berasal. Musik tradisional disebut juga musik daerah, yaitu merupakan jenis musik yang
muncul atau lahir dari budaya daerah secara turun-menurun. Musik tradisional sangat
banyak fungsinya dalam kehidupan sehari-hari baik dalam segi individual, sosial,
pendidika, agama dan lain sebagainya. Alat Musik Tradisional ini merupakan suatu
cirikhas sebuah bangsa, maka menjaga, memelihara dan melestarikan budaya dengan alat
alat musik tradisional merupakan kewajiban dari setiap individu, dengan kata lain
kebudayaan merupakan kekayaan yang harus dijaga dan dilestarikan oleh setiap suku
bangsa. Alat Musik tradisional juga dapat di kolaborasikan dengan musik moderen yang
tidak kala menarik untuk di saksikan.
3.2. Saran
Alat Musik Tradisional jangan pernah di tinggalkan karena musik tradisional
adalah warisan nenek moyang suatu bangsa yang di turunkan secara turun
temurun.Sebagai generasi muda penerus bangsa, kita memiliki kewajiban dalam
melestarikan budaya serta mempelajari budaya, terutama budaya Indonesia sendiri,
sehingga budaya atau tradisi yang berasal dari Indonesia tidak hilang bersama dengan
berkembangnya zaman.
13
Daftar Pustaka
http://fzhsafarina.blogspot.com/2013/07/budaya-alat-musik-tradisonal_7470.html. 10
November 2013.
14