diakui sebagai bahasa nasional, merupakan suatu kekalahan bagi bahasa Belanda,
sebagai simbol ikrar, teks Sumpah Pemuda serta lagu kebangsaan Indonesia Raya
memakai bahasa Indonesia serta sekali gus diakuinya musik diatonis. Akhirnya
disimpulkan guna menetralisir keanekaragaman para pemuda Indonesia perana
musik nasioanl tidak lagi berpihak kepada etnis Jawa atau lainnya, tetapi harus
bersifat universal seperti dalam kedudukan musik diatonis. Oleh karena itu sistem
tangga nada selendro dan pelog yang mendasari lagu-lagu instrumen gamelan perlu
dihindari.4
B. Fungsi dan Jenis Lagu Perjuangan
Lagu Perjuangan Indonesia disebut dengan istilah musik fungsional yang diciptakan
untuk tujuan nasional. Dalam sejarah musik dikenal bahwa musik berfungsi
mengiringi peribadatan agama (ritual), musik mengiringi tari berfungsi sebagai
sarana hiburan. Fungsi primer lagu-lagu perjuangan Indonesia adalah sebagai
sarana upacara, dimana kedudukan para pemain dan peserta didalam seni
pertunjukan harus dilibatkan, hingga seni pertunjukan jenis ini bisa disebut the Art of
Participation. Fungsi sekunder lagu-lagu perjuangan sebagai media agitasi politik
berguna untuk membangkitkan semangat perjuangan melawan penindasan, dan
keberadaan jenis lagu-lagu ini di Indonesia pada masa perang kemerdekaan
jumlahnya cukup banyak. Sebagai seni pertunjukan dalam lagu-lagu perjuangan,
idiom musik barat dikemas berdasarkan kemampuan musikalitas masyarakat
pendukungnya. Unsur teknis bernyanyi tidak begitu penting, diutamakan makna
serta isi teks lagu bersifat agitasi disampaikan dan dihayati oleh seluruh masyarakat
Indonesia.
Secara umum pengertian lagu-lagu perjuangan adalah kemapuan daya upaya yang
muncul melalui media kesenian di dalam peranannya pada peristiwa sejarah
kemerdekaan di Indonesia. Upaya ini disebut sebagai sikap patriotis didalam
konteks sejarah sebelum dan sesudah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia
17 Agustus 1945. Dalam pengertian yang luas sebagai perasaan nasional lagu-lagu
perjuangan disebut sebagai lagu wajib, diajarkan mulai pada tingkat pendidikan
dasar, hingga perguruan tinggi dan wajib diketahui seluruh masyarakat Indonesia.
Berdasarkan peraturan pemerintah melalui Intruksi Menteri Muda Pendidikan dan
mars merupakan ornamentasi irama drum dalam tempo cepat, dengan aksen yang
kuat dikembangkan kedalam frase kunci mayor.
Di Indonesia lagu-lagu mars patriotik pada masa perang kemerdekaan digunakan
dalam bentuk yang sama oleh para pemuda yang dikirim bertempur ke garis depan.
Berlainan dengan jiwa semangat lagu mars propaganda Jepang yang diatur dan
ditentukan oleh Keimin Bunka Shidosho. Sebagai perasaan nasional dalam
perkembangannya jenis lagu-lagu ini dapat dibagi menjadi dua yaitu, pertama, fungsi
primer lagu mars bersifat konstruktif memiliki makna sebagai sarana upacara disebut
jenis magnetic song, yaitu lagu Kebangsaan Indonesia Raya ciptaan W.R.
Supratman, bila lagu ini berkumandang para peserta upacara harus berdiri tegap di
tempat dengan pandangan kedepan, hingga setiap warga negara akan dirinya
sebagai bangsa yang merdeka dan tidak jarang orang menitikan air mata atas
keagungan lagu tersebut. Kedua, fungsi sekunder lagu mars perjuangan bersifat
membangkitkan semangat cinta tanah air melawan penjajahan bersifat uraian
seperti pidato yang bersenandung memiliki makna agitasi disebut jenis rheoric song
dinyanyikan dalam prosesi berjalan contohnya adalah lagu Maju tak Gentar ciptaan
Cornel Simanjuntak, Sorak-sorak Bergembira ciptaan Cornel Simanjuntak, Hallohallo Bandung ciptaan Ismail Marzuki, Berkibarlah Benderaku ciptaan Bintang
Sudibyo, Hari Merdeka ciptaan H. Mutahar, Dari Barat Sampai Ketimur ciptaan R.
Sunaryo.
3. Lagu Percintaan
Pada masa revolusi di Indonesia selain jenis lagu himne dan mars, muncul pula
lagu-lagu perjuangan yang bernuansa percintaan erat kaitannya dengan perasaan
romantika para pemuda dalam suasana cinta yang mengharukan. Hampir semua
lagu-lagu jenis ini bercerita tentang perjuangan dan cinta yang dialami seor.