Mahkota Emas
Kaki tanganku tak bisa digerakan. Aku hanya terdiam beku di atas kursi
yang kududuki. Angin terus berhembus, padahal tak ada pintu atau
jendela yang terbuka. Bahkan kipas angin pun tak menyala. Aku pun
terpaku pada tv yang menyala kabur. Entah kenapa, aura dingin ini
putih, dengan mahkota emas di kepalanya. Siapa dia? Aku pun tidak
hanyalah mimpi.
Dan beberapa menit kemudian, cahaya terang itu meredup. Namun rasa
tahu. Tapi aku mencoba untuk membuka mata. Dan, pria itu hadir di
depanku, hanya menatapku dengan dingin. Mahkotanya menyala terang,
sendiri. Aku memang biadab, dan aku pantas mendapatkannya. Lalu pria
menulis apa saja yang ingin kutulis. Lalu semua aku akhiri dengan tanda