PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu karakter produk hukum sangat berkaitan dengan kondisi politik dan
dinamika yang terjadi dalam masyarakat pada waktu itu. Mengapa demikian?
Karena karakter produk hukum dalam suatu bangsa akan terbentuk sesuai dengan
hukum di Indonesia karakter produk hukum mengacu kepada tujuan suatu Negara
(tujuan bangsa dan tujuan Negara itu subtansinya sama, hanya saja tujuan Negara
sering kali dianggap bersifat konstitutif karena dirumuskan secara resmi di dalam
pembukaan UUD 1945) yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945 secara
definitive tertuang di dalam alinea keempat pembukaan UUD 1945 yang meliputi:
berdasarkan pancasila dan UUD 45. Dalam hal ini produk dan karaktek politik
hukum dipengaruhi politik. Karena alasan bahwa hukum itu adalah produk politik
lembaga pembuatnya. Oleh sebab itu tidak jauh beda dengan kondisi pada tahun
1945-1955 juga demikian kondisinya, karena pada saat itu masih banyak
perkuat tidak siapnya Negara untuk merdeka dengan membuat produk hukum
sendiri, dan demi mengisi kekosongan yang ada setelah deklarasi kemerdekaan
1
Indonesia, dengan terpaksa produk hukum Colonial Belanda banyak diadopsi dan
digunakan oleh Negara Indonesia. Bahkan sampai detik ini, masih banyak produk
hukum zamam colonial belanda yang masih digunakan dalam hokum positif. Dan
bisa juga kita ketahui ada juga tarik ulur kepentingan yang lain berkaitan dengan
Perlu kita sadari semua hal ini juga tidak terlepas kondisi dan dinamika
masyarakat pada waktu itu, yang mempunyai perdedaan dari beberapa golongan
agama, ras, ideology, dan lain-lain.Dalam makalah ini penulis akan sedikit
mencoba membahas dari keadaan pada tahun 1945-1955, dimana dalam kajian ini
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
2
BAB II
PEMBAHASAN
menggagas tujuan dan dasar dari negara.Hal ini tidak lepas dari perbedaan
pandangan politik dan konsep tentang ketatanegaraan untuk negeri ini. Proses
politik hukum pada saat itu melahirkan dasar negara Pancasila dan UUD 1945.
Hal ini menjadi salah satu atau kemungkinan karakteristik bangsa Indonesia yang
Seiring dengan itu lembaga eksekutif berada pada posisi yang "kalah kuat"
dan keadaan politik berjalan secara tidak stabil. Kebebasan pers bila
dibandingkan dengan periode-periode lainnya, dapat dikatakan berjalan secara
baik; bahkan pada periode Demokrasi Liberal inilah peraturan sensor dan
pembredelan yang berlaku sejak zaman hindia belanda dicabut secara resmi.
Pada zaman periode Demokrasi Liberal, Konstitusi tertulis kita UUD 1945
Hal itu disebabkan oleh kenyataan bahwa negara yang baru merdeka ini kesulitan
membentuk lembaga-lembaga negara karena keadaan masih darurat dan suasana
3
revolusi sehingga bangsa kita sulit menentukan orang untuk menduduki lembaga-
lembaga formal demokrasi, apalagi lembaga demokrasi itu harus dibentuk oleh
rakyat melalui pemilu yang ketika itu belum mungkin dilakukan. Itulah sebabnya
dibantu sebuah komite nasional indonesia, memegang kekuasaan MPR, DPR, dan
DPA sebelum ketiga lembaga tersebut dapat dibentuk sesuai dengan ketentuan
UUD.
konfigurasi politik dengan demokratis senantiasa diikuti oleh produk hukum yang
konstitusi RIS ini tidaklah murni karena, misalnya DPR tidak dapat menjatuhkan
lembaga demokrasi dapat bekerja relatif efektif. Sistem parlemen ini kemudian
dikuatkan lagi di dalam negara Kesatuan Republik Indonesia yang kembali dianut
4
demokratis yang didasarkan atas UUDS 1950, dan hal ini memang telah
masyarakat melalui pers yang relatif bebas. Inilah periode perjalanan negara
Meskipun bukan hasil akhir, ini menandai partai Islam tidak lagi dihitung
Indonesia merdeka dan Pemilu 1955. Kalau merujuk hasil penelitian Herbert
Feith tahun 1945–1955, kekuatan politik sangat dipengaruhi lima aliran politik
Indonesia ada lima aliran politik, yaitu komunisme yang melahirkan Partai
Islam, dan Partai Nahdlatul Ulama, nasionalisme radikal yang tercermin pada
bergesek tapi menuju pada arah persatuan yang solid. Namun lompatan besar
sepuluh tahun itu terganggu oleh konstelasi politik Internasional yaitu: Tatanan
Dunia Berdasarkan Blok, yaitu“Blok Kanan dan Blok kiri”.Pada dasarnya kedua
blok ini adalah Imperialis, inilah yang mendasari Tan Malaka untuk mengucapkan
kalimat terkenalnya: “Kita tidak mau menjadi budak Imperialis Amerika pun tidak
5
mau menjadi Budak Moskow” lalu berdasarkan analisa ini maka Sukarno di tahun
1953, pada sebuah malam yang dingin ketika ia membaca buku-buku geopolitik
dan pada saat pemungutan suara, kepala pemerintahan telah dipegang oleh
yang disinyalir sebagai jembatan aspirasi rakyat. Hal ini ditandai dengan
Dalam maklumat 3 November 1945 itu disebutkan bahwa atas usul BP-
6
a. Pemerintah menyukai timbulnya partai-partai politik karena dengan
lagi.
Jumlah partai yang berdiri pada November-Desember 1945 mencapai 35
dalam daerah yang sama. Tetapi pada umumnya mereka tidak saling
7
Jumlah partai yang banyak dengan system proporsional pada keanggotaan
berkurangnya jumlah parpol, hal ini tidak berarti bahwa konflik ideologi
Pada era pemerintahan rezim Soekarno yang kemudian disebut orde lama
Kalimantan.
8
tentang kedudukan peraturan mengenai komite nasional daerah UU ini sangat
singkat, yang hanya memuat enam pasal yang ditetapkan ada tanggal 23
(Komite Nasional Daerah), sebagaimana kita ketahui bahwa pada masa awal
seperti yang dimaksud dalam UUD 1945. Ketentuan ini dapat dibaca dalam
nasional”.
di luar jawa dan Madura, mengingat situasi saat itu, Daerah Kesultanan
Yogyakarta dan Kasunan Surakarta di Solo pun juga tidak diatur secara jelas,
langsung dinyatakan berlaku oleh pemerintah Indonesia pada hari itu juga.UU
ini tidak mendapatkan pengesahan dari DPR sebagai yang diatur dalam UUD
1945, tetapi oleh BP-KNIP. UU No. 22 Tahun 1948 memuat hal-hal sebagai
berikut :
9
a. Pemerintah daerah dinyatakan terdiri atas DPRD dan DPD (Pasal 2:1)
c. Anggota DPD dipilih oleh dan dari anggota DPRD. Apabila anggota DPD
f. Sekretaris Daerah tidak dikenal, yang ada adalah sekretaris DPRD, yang
Dari enam poin tersebut di atas, dapat dicermati bahwa dalam UU No. 22
dan dengan mudah dapat kita tarik kesimpulan, bahwa UU No. 22 tahun 1948
Selain itu, dalam UU No. 22 tahun 1948, juga diatur dengan tegas dalam
pasal 26, bahwa DPRD dapat membela kepentingan daerah dan penduduknya
dihadapan pemerintah dan DPR. Dengan pasal tersebut dapat dikatakan bahwa
anggota-anggota DPR juga merupakan wakil rakyat yang juga dipilih dari
10
Dengan demikian yang dapat ditarik dari UU otonomi daerah ini adalah:
kekuasaan DPRD
Indonesia yang diwakili oleh Drs. Moh. Hatta telah mengambil kesepakatan
Jaya yang akan diserahkan kemudian, sikap mempertahankan Irian dan sikap
inilah yang kemudian menjadi kemelut yang hingga kini tetap menjadi
11
daerah, hal tersebut sesuai dengan ketentuan dalam pasal 131, 132 dan pasal
133 UUDS 1950. Dalam ketiga pasal tersebut ditegaskan antara lain:
pemerintah daerah
1950 yang berlaku di wilayah Indonesia timur juga tetap berlaku serta
UU No. 32 tahun 1956 ini, tercantum antara lain UU No. 22 tahun 1948, dan
pada saat UU No. 1 tahun 1945, dan UU No. 22 tahun 1948 dan UU No. 1
berotonomi, akan tetapi pasca Dekrit Presiden 5 Juli tahun 1959 pemerintahan
12
3. Hukum Tentang Agraria\
Pengertian agraria meliputi bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung
bersumber pada dua dua hokum, yaitu hukum adat dan kitab undang-undang
Pada tahun 1948 sudah dimulai usaha kongkret untuk menyusun dasar –
dasar hukum agraria yang baru, yang akan menggantikan hukum agraria
organisasi tani dan daerah, ahli-ahli hukum adat dan wakil dari serikat buruh
Sadjarwo.
Menurut Utrecht, landreform merupakan strategi politik agraria yang
para petani tak bertanah melawan kepentingan para tuan tanah. Kepentingan
dari dua golongan ini muncul pula di tingkat elite kenegaraan, dimana
13
Golongan kedua adalah golongan konservatif yang terdiri dari Partai-
partai Islam dan sebagian PNI.Inti dari pendapat golongan ini adalah
menjadi anggotaanya.
yang menyulitkan redistribusi tanah; dan kurangnya dukungan baik itu dari
baik itu oleh petani yang lapar tanah maupun tuan tanah.1[10]Sehingga dapat
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
mengacu pada konsepsi Nonet dan Selznick yang merujuk pada produk hukum
yang berkarakter responsive atau otonom, dan karakter produk hukum yang
mampu diciptakan akan terus dan selalu berkaitan dengan situasi perpolitikan
Negara tersebut. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa setiap produk hukum
periode 1945-1959, meskipun pernah berlaku sampai tiga macam UUD (UUD
1945 dan UUDS 1950), kehidupan politik berjalan secara demokratis meskipun
jika dilihat dari sudut UUD 1945 (Aturan Peralihan Pasal IV) pada awal
perjalanannya kehidupan politik Negara sangat memusat ditangan Presiden. Dan
15
kemudian seiring perkembangannya, kekuasaan tidak lagi terpusat di tangan
16
DAFTAR PUSTAKA
17