Anda di halaman 1dari 5

‫ت َأ ْع َمالِنَا َم ْن‬ِ ‫ُور َأ ْنفُ ِسنَا َو ِم ْن َسيَِّئا‬ ِ ‫ َونَعُو ُذ بِاهللِ ِم ْن ُشر‬،ُ‫ـح ْم ُد هّلِل ِ الَّ ِذيْ نَـحْ َم ُدهُ َونَ

َ ْستَ ِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُره‬ َ ‫اَ ْل‬


‫ك لَهُ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن‬ َ ‫ َأ ْشهَ ُد َأ ْن الَّ ِإلَهَ ِإالَّ هللا َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْي‬،ُ‫ي لَه‬ َ ‫ َو َم ْن يُضْ لِلْ فَاَل هَا ِد‬،ُ‫ض َّل لَه‬ ِ ‫يَ ْه ِد ِه هللاُ فَاَل ُم‬
َ‫صالَةُ َوال َّسالَ ُم َعلَى َرسُوْ ِل هللاِ نَبِيِّنَا ُم َح َّمد َو َعلَى اَلِهَ َو اَصْ َحبِه‬ َّ ‫ َوال‬.ُ‫ي بَ ْع َده‬ َّ ِ‫ـح َّمداً َع ْب ُدهُ َو َرسُولُهُ الَنَب‬ َ ‫ُم‬
َ‫ق تُقَاتِ ِه فَقَ ْد فَاز َْال ُمتَّقُوْ ن‬
َّ ‫ي بِتَ ْق َوى اهللاِ َح‬ ِ ْ‫اعبَ َدهللاِ ُأو‬
َ ‫ص ْي ُك ْم َوِأيَّا‬ ِ َ‫َو َم ْن َّوااَل هُ اَ َّما بّ ْع ُد فَي‬

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Segala puji hanya milik Allah, Tuhan semesta alam. Kita sebagai hamba Allah
harus senantiasa meningkatkan keimanan dan berharap ampunan dari Allah.
Semoga segala amal ibadah yang kita senantiasa berada dalam keridloan Allah
SWT dan dijadikan amal ibadah yang sempurna di sisi-Nya. Aamiin

Shalawat dan salam semoga tercurah pada Nabi Muhammad SAW, teladan umat
Islam yang senantiasa menjunjung kemanusiaan, yang perangai-perangainya
dapat dijadikan kompas moral kehidupan, sikapnya yang sidik, amanah, tabligh,
dan fathanah dapat menjadi mata air keteladanan yang mencerahkan semesta.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Hari-hari ini kehidupan beragama hadir tanpa spiritualitas. Karena kehidupan


beragama kita hanya berisi pengulangan tanpa penghayatan mendalam atas
ajaran-ajaran Islam sehingga tidak menyentuh kedalaman kalbu manusia.
Terkadang salat yang kita kerjakan seperti hanya sebatas yang bersangkut paut
dengan hukum-hukum tentang syaratnya, rukunnya, sah dan batalnya saja.
Kita tidak lebih laiknya mesin yang diprogram untuk menegakan salat tanpa
merasakan kesan setelahnya.

Karenanya, dalam menjalankan agama, jangan sampai didasarkan atas suatu


konstruksi pemikiran yang sempit dan koridor-koridor normatif yang serba
membatasi. Melainkan harus diisi dengan nilai-nilai agama yang universal dan
merespon tantangan terkini. Dari itu Terdapat empat nilai yang paling esensial
dalam beragama.

Pertama, al-Tawhid (tauhid). Nilai dasar tauhid mengajarkan kepada kita


bahwa satu-satunya Wujud Mutlak adalah Allah, Dia-lah satu-satunya dzat yang
tidak bermula dan tidak berakhir (qadim dan baqa). Sedangkan manusia dan
segala makhluk-Nya adalah kenyataan yang masa kehidupannya tak lebih dari
dua atom perjalanan waktu karena keberadaan mereka yang senantiasa hancur
(fana). Yang fana adalah semesta, sedang Allah Swt adalah abadi.
Nilai tauhid pula menjadi dasar seluruh konsep dan aktivitas umat Islam, baik
ekonomi, politik, sosial maupun  budaya. Hakikat tauhid adalah penyerahan diri
yang bulat kepada kehendak Ilahi, baik menyangkut ibadah maupun muamalah,
dalam rangka menciptakan pola kehidupan yang sesuai kehendak Allah. Jadi
salat, hidup, mati, itu semuanya kita orientasikan hanya kepada Allah dan
karena Allah. Sebagaimana Firman Allah SWT:

‫اي َو َم َماتِ ْي هّٰلِل ِ َربِّ ْال ٰعلَ ِمي ۙ َْن‬ َ ‫قُلْ اِ َّن‬
َ َ‫صاَل تِ ْي َونُ ُس ِك ْي َو َمحْ ي‬
Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan
matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam (QS. Al-An’am: 162)

Tauhid tidaklah dimaksudkan sebagai doktrin keagamaan dalam pengertian


kepercayaan (belief), kewajiban (obligation), atau larangan (prohibition). Tapi
pembentuk prisma pandangan hidup yang menurunkan gagasan-gagasan mulai
dari etika, moral, pendidikan, maupun politik.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Yang Kedua, al-Ittiba’ (mengikuti). Nilai dasar beragama ini mengemukakan
tentang pentingnya setiap Muslim selalu menaati seluruh larangan dan perintah
Allah Swt sekaligus meneladani dan mengikuti Rasulullah Saw. Di dalam Al
Quran terdapat banyak ayat yang memerintahkan kaum Muslim untuk ittiba
Nabi Saw agar hidupnya selamat di dunia dan akhirat. Allah Swt berfirman:
‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اَ ِط ْيعُوا هّٰللا َ َواَ ِط ْيعُوا ال َّرسُوْ َل َواُولِى ااْل َ ْم ِر ِم ْن ُك ۚ ْم فَا ِ ْن تَنَازَ ْعتُ ْم فِ ْي َش ْي ٍء فَ ُر ُّدوْ هُ اِلَى‬
‫ك َخ ْي ٌر َّواَحْ َس ُن تَْأ ِو ْياًل‬ َ ِ‫هّٰللا ِ َوال َّرسُوْ ِل اِ ْن ُك ْنتُ ْم تُْؤ ِمنُوْ نَ بِاهّٰلل ِ َو ْاليَوْ ِم ااْل ٰ ِخ ۗ ِر ٰذل‬

Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul


(Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian,
jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah
(Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya
(An-Nisa’ Ayat 59).
Yang ketiga, al-Taysir (kemudahan). Nilai dasar yang ketiga ini merupakan
salah satu prinsip penting dalam Islam yang diberikan Allah agar manusia tetap
bersemangat dan tekun dalam menjalankan ajaran agama, terutama dalam
situasi sulit. Dalam kaidah usul fikih dinyatakan setiap kesulitan, pada
dasarnya, menuntut kemudahan (al-masyaqqah tajlib al-taysir). Salah satu
contoh kemudahan dalam beragama disebut dalam QS. Al-Baqarah: 185, yang
berbunyi:
‫ت ِّمنَ ْاله ُٰدى َو ْالفُرْ قَا ۚ ِن فَ َم ْن َش ِه َد ِم ْن ُك ُم ال َّش ْه َر‬ ِ َّ‫ي اُ ْن ِز َل فِ ْي ِه ْالقُرْ ٰا ُن هُدًى لِّلن‬
ٍ ‫اس َوبَيِّ ٰن‬ ْٓ ‫ضانَ الَّ ِذ‬ َ ‫َش ْه ُر َر َم‬
ۖ ‫ص ْمهُ ۗ َو َم ْن َكانَ َم ِر ْيضًا اَوْ ع َٰلى َسفَ ٍر فَ ِع َّدةٌ ِّم ْن اَي ٍَّام اُخ ََر ۗ ي ُِر ْي ُد هّٰللا ُ بِ ُك ُم ْاليُ ْس َر َواَل ي ُِر ْي ُد بِ ُك ُم ْال ُع ْس َر‬ ُ َ‫فَ ْلي‬
َ‫َولِتُ ْك ِملُوا ْال ِع َّدةَ َولِتُ َكبِّرُوا هّٰللا َ ع َٰلى َما ه َٰدى ُك ْم َولَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُوْ ن‬

Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai


petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara
kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam
perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang
ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan
bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu
mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang
diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur (QS. Al-Baqarah: 185).

Dengan prinsip kemudahan ini pula, tidak semua orang diwajibkan berpuasa.
Namun secara umum terdapat dua cara menebus utang puasa, yaitu: qadla dan
fidyah (QS. Al Baqarah: 184). Adanya berbagai kemudahan dalam ajaran Islam
ini agar memastikan umat Islam dapat menjalankan agama tanpa susah payah
dalam dimensi ruang dan waktu, dan mendorong agar rajin menjalankan agama,
lantaran bisa dilakukan dengan mudah dan tanpa kesulitan. Tidak heran pula
bila sekelas ulama besar kontemporer Yusuf Qaradlawi dalam kitab Al-Ijtihad fi
al-Syariati al-Islamiyyah menegaskan bahwa prinsip yang melandasi hukum
Islam adalah taysir atau kemudahan.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Keempat, nilai mashlahat. Selain taysir, prinsip utama lainnya dalam Islam
adalah maslahat. Lawan sepadan dari masalahat adalah mudlorot. Hal tersebut
berdasarkan hadis Nabi yang diriwayatkan Ahmad menyebut bahwa laa dlirara
wa laa dlirara¸ tidak mudlarat dan memudaratkan. Al-Ghazali dalam
kitab Mushtasfa min Ilm al-Usul berpendapat bahwa relasi yang terbangun antara
syariat dengan istislah (kemaslahatan) sangat erat sekali. Maslahat menurut al-
Ghazali adalah memelihara agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.
Adanya kemasalahatan dalam prinsip ajaran Islam menandakan bahwa
penderitaan merupakan sesuatu yang harus ditinggalkan. Sebab Islam tidak
mengajarkan pencapaian prestasi spiritual melalui penderitaan. Allah memang
memberikan penderitaan berupa sedikit ketakutan, kelaparan, dan kekurangan
‫‪harta, akan tetapi hal itu untuk mengangkat derajat manusia, sebagaimana‬‬
‫‪dalam QS. Al Baqarah ayat 155 yang berbunyi:‬‬

‫ت َوبَ ِّش ِر ال ٰ ّ‬
‫صبِ ِر ْينَ‬ ‫س َوالثَّ َم ٰر ۗ ِ‬ ‫ف َو ْالجُوْ ِ‬
‫ع َونَ ْق ٍ‬
‫ص ِّمنَ ااْل َ ْم َوا ِل َوااْل َ ْنفُ ِ‬ ‫َولَنَ ْبلُ َونَّ ُك ْم بِ َش ْي ٍء ِّمنَ ْالخَ وْ ِ‬

‫‪Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan,‬‬
‫‪kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira‬‬
‫‪kepada orang-orang yang sabar (QS. Al Baqarah: 155).‬‬

‫‪Demikianlah, khutbah singkat pada kesempatan ini, marilah kita menyelami‬‬


‫‪relung nilai-nilai beragama ini agar senantiasa hidup bahagia di dunia dan‬‬
‫‪akhirat. Semoga dalam menjalani kehidupan sehari-hari kita senantiasa dalam‬‬
‫‪keridloan Allah swt. Amin.‬‬

‫‪Semoga kita semua mampu menjadikan diri kita sebagai hamba yang bertakwa,‬‬
‫‪mengamalkan‬‬ ‫‪prilaku‬‬ ‫‪orang-orang‬‬ ‫‪yang‬‬ ‫‪bertakwa‬‬ ‫‪dan‬‬ ‫‪kelak‬‬ ‫‪dipanggil‬‬
‫‪menghadap kepada Allah dengan ketakwaan yang melekat di hati kita masing-‬‬
‫‪masing. Amin.‬‬

‫ت َوال ِّذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم َأقُ ْو ُل‬


‫ك هللاُ لِ ْي َولَ ُك ْم فِي ْالقُرْ آ ِن ْال َع ِظي ِْم‪َ ،‬ونَفَ َعنِ ْي َوِإيَّا ُك ْم بِ َما فِ ْي ِه ِم َن ْاآليَا ِ‬ ‫بَا َر َ‬
‫ب فَا ْستَ ْغفِر ُْوهُِإنَّهُ هُ َو‬‫قَ ْولِ ْي هَ َذا َوَأ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ ْال َع ِظ ْي َم لِ ْي َولَ ُك ْم َولِ َساِئ ِر ْال ُم ْسلِ ِمي َْن ِم ْن ُك ِّل َذ ْن ٍ‬
‫‪ْ .‬ال َغفُ ْو ُر ال َّر ِح ْي ُم‬

‫‪Khutbah Kedua‬‬

‫ك‬ ‫ي لَ ْواَل َأ ْن هَ َدانَا هللاُ‪َ ،‬أ ْشهَ ُد َأ ْن اَل ِإلهَ ِإاَّل هللاُ ْال َملِ ُ‬ ‫ْال َح ْم ُد هللِ الَّ ِذيْ هَ َدانَا لِه َذا َو َما ُكنَّا لِنَ ْهتَ ِد َ‬
‫صلِّ َعلَى ُم َح َّم ٍد َوآلِ ِه‬ ‫ق ْال َو ْع ِد اَأْل ِمي ُْن‪ ،‬اللّهُ َّم فَ َ‬
‫صا ِد ُ‬‫ق ْال ُمبِي ُْن َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َ‬ ‫ْال َح ُّ‬
‫ق تُقَاتِ ِه لَ َعلَّ ُك ْم‬ ‫َوَأصْ َحابِ ِه َو َم ْن تَبِ َعهُ ِإلَى يَ ْو ِم ال ِّدي ِْن‪َ ،‬أ َّما بَ ْع ُد‪ ،‬فَُأ ْو ِ‬
‫ص ْينِي َوِإيَّا ُك ْم بِتَ ْق َوى هللاِ َح َّ‬
‫‪،‬تُرْ َح ُم ْو َن‬

‫ُصلُّ ْو َن َعلَى النَّبِ ِّي‪ ،‬يَاَأيُّها َ الَّ ِذي َْن َءا َمنُ ْوا َ‬
‫صلُّ ْوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُم ْوا تَ ْسلِ ْي ًما اَللَّهُ َّم‬ ‫ِإ َّن هللاَ َو َمالَِئ َكتَهُ ي َ‬
‫اج ِه َو ُذرِّ يَّاتِ ِه َأجْ َم ِعي َْن‪.‬‬
‫ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َوَأصْ َحابِ ِه َوقَ َرابَتِ ِه َوَأ ْز َو ِ‬ ‫ص ِّل َو َسلِّ ْم َوبَ ِ‬ ‫َ‬
‫ت‪ِ ،‬إنَّ َ‬
‫ك‬ ‫ت اَْألحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َواَْأل ْم َوا ِ‬ ‫ت َو ْال ُمْؤ ِمنِي َْن َو ْال ُمْؤ ِمنَا ِ‬ ‫اَللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِ ِمي َْن َو ْال ُم ْسلِ َما ِ‬
‫ت‬‫اجا ِ‬ ‫اض َي ْال َح َ‬ ‫ت َويَا قَ ِ‬ ‫‪.‬قَ ِريْبٌ ُم ِجيْبُ ال َّد َع َوا ِ‬
‫ان َوِإيتَآِئ ِذي ْالقُرْ بَى َويَ ْنهَى َع ِن ْالفَحْ َشآ ِء‬ ‫ِعبَا َد هللاِ‪ِ ،‬إ َّن هللاَ يَْأ ُم ُر ُك ْم بِ ْال َع ْد ِل َو ْاِإل حْ َس ِ‬
‫َو ْال ُمن َك ِر َو ْالبَ ْغ ِي يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكر ُْو َن‪ .‬فَ ْاذ ُكرُوا هللاَ ْال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُكرْ ُك ْم َوا ْد ُع ْوهُ يَ ْستَ ِجبْ لَ ُك ْم‬
‫َولَ ِذ ْك ُر هللاِ َأ ْكبَ ُر‬

Anda mungkin juga menyukai