Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SYAHADATAIN
Maklah ini dibuat untuk melengkapi tugas mata kulian Pendidikan Agama

Disusun oleh;

Sri rhayau (KHGA19128)

Pipit nurcahya (KHGA19119)

Alpin faharul (KHGA19091)

1-C (D3 Keperawatan)

STIKES KARSA HUSADA GARUT

Jl.Nusa Indah No.24 Tarogong Kidul Garut 44151


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dua kalimat syahadat (Asyhadu alaa ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar

Rasulullah) merupakan rukun Islam yang pertama yang diatasnya didirikanamalan dan

tidak diterima suatu amal tanpa keduanya. Syahadat adalah penyaksian terhadap Allah

dan Nabi Muhammad sebagai Rasulullah.Kalimat syahadat sudah begitu populer di

kalangan umat Islam, karena syarat keislaman seseorang adalah wajib mengucapkan 2

kalimat syahadat. Di kalangan masyarakat awam 2 kalimat syahadat ini tidak bermakna

sama sekali. Mereka merasa telah beragama Islam jika telah mengucapkan 2 kalimat

syahadat yang tanpa makna sama sekali.

Kalimat syahadat seharusnya bukan sekedar diucapkan.Maknanya harus masuk ke

dalam hati nurani.Jika sekedar mengucapkan saja yang tanpa makna maka burung beo

pun juga bisa mengucapkannya. Kalimat syahadat harus benar-benar menjadi pondasi

dan titik berangkat bagi perjalanan seorang muslim menuju Tuhan. Meyakini dalam

hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkannya Adapun mengucapkan

syahadat dengan lisan dan mengingkarinya di dalam hati, ini adalah jalan orang-orang

munafik. Allah Ta’ala berfirman tentang mereka (yang artinya), ”Sesungguhnya orang-

orang munafik itu ditempatkan pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan

kamu sekali-kali tidak akan mendapati seorang penolong pun bagi mereka.” (QS. An

Nisaa : 145).
Sebaliknya, jika hanya meyakini dalam hati, tetapi tidak mengucapkannya dan

melaksanakan konsekuensinya, maka tidaklah bermanfaat keyakinannya itu.Sebagaimana

yang terjadi pada paman Nabi, Abu Thalib, dan sebagian besar kaum musyrikin

jahiliyyah. Pertanyaan kita sekarang ini mengapa kalimat syahadat ada 2, syahadat

pertama kita ‘menyaksikan’ Tuhan yang punya Nama Allah dan syahadat kedua kita

‘menyaksikan’ Nabi Muhammad sebagai Rasulullah? Dalam makalah ini materi yang

akan dibahas adalah tentang syahadatain yang terdiri dari syahadat tauhid dan syahadat

rasul beserta makna, keutamaan dan implementasinya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Pengertian syahadatain?

2. Urgensi syahadatain?

3. Memahami konsekuensi syahadatain?


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Syahadatain

A. Pengertian Syahadatain

Kata syahadatain merupakan isim tastniah dari isim mufrodnya

syahadat.Syahadatain artinya dua kalimat syahadat atau dua pernyataan persaksian

terhadap Allah dan Rasul-Nya.Syahadat berasal dari kata bahasa Arab yaitu syahida,

yang artinya ia telah menyaksikan,yaitu pemberitahuan tentang apa yang diketahui dan

diyakini kebenarannya dengan pasti.Syahadat menurut syari’at adalah pengakuan,

pembenaran dan keyakinan bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah ‘Azza

wa Jalla dan tiada sekutu bagi-Nya.

Syahadatain terdiri dari syahadat tauhid dan syahadat rasul, berikut penjelasannya:

1. SyahadatTauhid

Bunyi kalimat syahadat yang pertama sebagai berikut:

ُ‫أ َ ْش َهد ُ أَ ْن ََل ِإلَهَ إِ اَل للا‬

“Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah.” Dengan mengucapkan kalimat

ini berarti kita telah ‘menyaksikan’ Tuhan yang punya Nama Allah. Sebagaimana

dalam QS. Thaha ayat 14 yang berbunyi

‫َّللاُ َل إِلَهَ إَِل أَنَا فَا ْعبُدْنِي َوأَقِ ِم ال ا‬


:١٤ ‫صالة ِل ِذ ْك ِري‬ ‫ إِنانِي أَنَا ا‬-

“Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan yang berhakdisembah selain Aku, maka

sembahlah Aku dan laksanakanlahshalat untuk mengingat Aku”


Tuhan mengenalkan Diri-Nya dengan Nama Allah: Innanī Ana Allah

“Sesungguhnya AKU ini (bernama) ALLAH”. Kemudian Nabi Muhammad SAW

diperintah untuk mengenalkan Tuhan Yang Maha Esa dengan Nama ALLAH: Qul Huwa

Allahu Aḥad “Katakanlah (hai Muhammad) DIA itu (bernama) ALLAH, (DIA itu) Maha

Esa”.

Jadi, Allah itu adalah Nama Tuhan. Atau lebih tepatnya salah satu Nama Tuhan,

karena DIA mempunyai banyak Nama, yakni Al-Asma`ul Ḥusna. Nama-nama yang baik

bagi Tuhan ada 99 Nama (Allah, al-Raḥman, al-Raḥim, al-Malik, dan seterusnya). Tapi

Nama Allah adalah Nama yang mencakup seluruh Asma. Karena itulah Nama Allah

paling sering disebut. Tapi perlu diingat, Allah itu bukan Tuhan melainkan Nama Tuhan,

atau salah satu Nama Tuhan.

Makna Syahadat "Laa ilaaha illallah" Yaitu beri'tikad dan berikrar bahwasanya

tidak ada yang berhak disembah dan menerima ibadah kecuali Allah Subhanahu wa

Ta'ala, menta'ati hal terse-but dan mengamalkannya. La ilaaha menafikan hak

penyembahan dari selain Allah, siapa pun orangnya. Illallah adalah penetapan hak Allah

semata untuk disembah.

Jadi makna kalimat ini secara ijmal (global) adalah, "Tidak ada sesembahan yang

hak selain Allah". Khabar "Laa " harus ditaqdirkan "bi haqqi" (yang hak), tidak boleh

ditaqdirkan dengan "maujud " (ada). Karena ini menyalahi kenyataan yang ada, sebab

Tuhan yang disembah selain Allah banyak sekali. Hal itu akan berarti bahwa menyembah

Tuhan-Tuhan tersebut adalah ibadah pula untuk Allah. Ini Tentu kebatilan yang nyata.

Kalimat "Laa ilaaha illallah" telah ditafsiri dengan beberapa penafsiran yang batil,

antara lain:
a. "Laa ilaaha illallah" artinya: "Tidak ada sesembahan kecuali Allah", Ini adalah batil,

karena maknanya: Sesungguhnya setiap yang disembah, baik yang hak maupun yang

batil, itu adalah Allah.

b. "Laa ilaaha illallah" artinya:"Tidak ada pencipta selain Allah". Ini adalah sebagian dari

arti kalimat tersebut. Akan tetapi bukan ini yang dimaksud, karena arti ini hanya

mengakui tauhid rububiyah saja, dan itu belum cukup.

c. "Laa ilaaha illallah" artinya:"Tidak ada hakim (penentu hukum) selain Allah". Ini juga

sebagian dari makna kalimat " Laa ilaaha illallah". Tapi bukan itu yang dimaksud,

karena makna tersebut belum cukup.

Semua tafsiran di atas adalah batil atau kurang, karena tafsir-tafsir itu ada dalam

kitab-kitab yang banyak beredar. Sedangkan tafsir yang benar menurut salaf dan para

muhaqqiq (ulama peneliti), tidak ada sesembahan yang hak selain Allah seperti tersebut

di atas. Adapun Keutamaan syahadat tauhid ( Laa ilaaha illallah) yaitu:

a. Allah akan menghapuskan dosa-dosa orang yang bertauhid.

Dalilnya yaitu sabda Rasulullah Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam dalam sebuah

hadits qudsi, dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, ia berkata:”Aku mendengar

Rasulullah Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda, Allah Yang Maha Suci dan Maha

Tinggi berfirman:

‘…Wahai Bani Adam, seandainya engkau datang kepada-Ku dengan dosa

sepenuh bumi, sedangkan engkau ketika mati tidak menyekutukan Aku sedikitpun juga,

pasti Aku akan memberikan kepadamu ampunan sepenuh bumi pula’. (HR. at

Tirmidzi, ia berkata: “Hadits hasan ghorib”)


b. Allah Ta’ala akan menghilangkan kesulitan dan kesedihan di dunia dan akhirat bagi

orang yang bertauhid.

Allah Ta’ala berfirman:

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya

jalan keluar. Dan memberikannya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (QS.

ath Thalaq:2,3)

Seseorang tidak dikatakan bertakwa kepada Allah jika ia tidak bertauhid. Orang

yang bertauhid dan bertakwa, ia akan diberi jalan keluar dari berbagai problem hidupnya.

(Lihat al Qaulus Sadiid fi Maqaashid Tauhid, Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir as Sa’di)

c. Allah akan menjadikan dan menghiasi dalam hati seorang yang bertauhid dengan rasa

cinta kepada iman, serta menjadikan di dalam hatinya rasa benci kepada kekafiran,

kefasikan dan kedurhakaan.Allah Ta’ala berfirman:

“Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan (iman itu)

indah dalam hatimu, serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan

kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus.” (QS. al

Hujurat :7)

d. Tauhid merupakan satu-satunya sebab untuk mendapatkan ridha Allah. Dan orang

yang paling bahagia dengan syafa’at Nabi Muhammad Shalalallahu ‘Alaihi

Wassalam ialah orang yang mengucapkan laa ilaaha illallah dengan penuh keikhlasan

dari dalam hatinya.

Rasulullah Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:


“Orang yang paling berbahagia dengan mendapat syafa’atku pada hari Kiamat,

yaitu orang yang mengucapkan “Laa ilaaha illallah” secara ikhlas dari hatinya atau

jiwanya.” (HR. Bukharai, dari sahabat Abu Hurairah)

e. Allah Ta’ala menjamin akan memasukkan seorang yang bertauhid ke Surga.

Rasulullah Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Barangsiapa yang mati dan ia mengetahui bahwa tidak ada ilah yang berhak

diibadahi dengan benar melainkan Allah, maka ia masuk Surga.” (HR. Muslim, dari

sahabat ‘Utsman)

Barangsiapa yang mati dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu, ia

masuk Surga.” (HR. Muslim, dari sahabat Jabir)

f. Allah Ta’ala akan memberikan kemenangan, pertolongan, kejayaan dan kemuliaan

kepada orang yang bertauhid.

Allah Ta’ala berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia

akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad:7)

g. Allah Ta’ala akan memberikan kehidupan yang baik di dunia dan akhirat bagi

seorang yang bertauhid.

“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan

dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang

baik dan akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari

apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. an Nahl:97)

h. Tauhid akan mencegah seorang muslim kekal di neraka.

Rasulullah Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:


“Setelah penghuni surga masuk ke surga, dan penghuni neraka masuk ke neraka,

maka setelah itu Allah pun berfirman:’Keluarkan (dari neraka) orang-orang yang

didalam hatinya terdapat seberat biji sawi iman,’ maka mereka pun dikeluarkan dari

neraka, hanya saja tubuh mereka sudah hitam legam (bagaikan arang). Lalu mereka

dimasukkan ke sungai kehidupan, maka tubuh mereka tumbuh (berubah)

sebagaimana tumbuhnya benih yang berada di tepian sungai.Tidakkah engkau

perhatikan bahwa benih itu tumbuh berwarna kuning dan berlipat-lipat?”(HR.

Bukhari, dari Abu Sa’ad alkhudri)

i. Tauhid merupakan penentu bagi diterima atau ditolaknya amal manusia.

Sempurna atau tidaknya amal seseorang bergantung pada tauhidnya. Orang

yang beramal, tetapi tidak sempurna tauhidnya, misalnya riya, tidak ikhlas, berbuat

syirik, niscaya amalnya akan menjadi boomerang baginya, yakni tidak mendatangkan

kebahagiaan. Oleh karena itu, seluruh amal harus dilakukan dengan ikhlas karena

Allah, baik berupa shalat, zakat, shadaqah, puasa, haji dan lainnya.Allah Ta’ala

berfirman:

“Yang menciptakan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara

kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”

(QS. al Mulk:2)

Dalam ayat yang mulia tersebut, Allah menyebutkan dengan “amal yang

baik” , tidak dengan “amal yang banyak” . Amal, disebut baik atau shahih, bila

memenuhi dua syarat, yaitu ikhlas dan ittiba’ kepada Nabi Muhammad Shalalallahu

‘Alaihi Wassalam. Sebagaimana disebutkan dalam hadits, bahwa kalimat laa ilaaha
illallah, pada hari Kiamat nanti, lebih berat timbangannya dibandingkan langit dan

bumi dengan sebab ikhlas.

j. Orang yang bertauhid akan mendapatkan rasa aman dan petunjuk.

Orang yang tidak mentauhidkan Allah dengan sempurna, maka ia selalu was-

was, ia selalu dalam keadaan takut dan tidak tenang. Mereka takut kepada hari sial,

atau takut mempunyai anak lebih dari dua, takut terhadap masa depan, takut hartanya

lenyap dan seterusnya.

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukkan iman mereka

dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan,

dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. al An’am:82)

1. Syahadat Rasul

Bunyi syahadat yang kedua sebagai berikut:

ُ ‫أ َ ْش َهد ُ أَ ان محمدًا َر‬


ِ‫س ْو ُل للا‬

“Dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad itu adalah Rasulullah.” Dengan

mengucapkan kalimat ini berarti kita telah ‘menyaksikan’ Nabi Muhammad SAW

sebagai Rasulullah. Al-Quran menegaskan tentang hal ini yang artinya:

“(Nabi) Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara

kamu, tetapi dia Rasulullah dan penutup Nabi-nabi“. (QS. Al-Aḥzab: 40).

Makna Syahadat "Anna Muhammadan Rasulullah"

Yaitu mengakui secara lahir batin bahwa beliau adalah hamba Allah dan Rasul-Nya yang

diutus kepada manusia secara keseluruhan, serta mengamalkan konsekuensinya: mentaati

perintahnya, membenarkan ucapannya, menjauhi larangannya dan tidak

menyembah Allah kecuali dengan apa yang disyari'atkan.


2. Adapun makna syahadat bagi muslim yaitu:

Bagi penganut agama Islam, Syahadat memiliki makna sebagai berikut:

Pintu masuk menuju islam; syarat sahnya iman adalah dengan bersyahadatain (bersaksi

dengan dua kalimat syahadah).

a. inti sari ajaran islam; pokok dari ajaran Islam adalah syahadatain, sebagaimana ajaran

yang dibawa nabi-nabi dan rosul-rosul sebelumnya.

b. Pondasi iman; bangunan iman dan Islam itu sesungguhnya berdiri di atas dua kalimat

syahadah.

c. Pembeda antara muslim dengan kafir; hal ini berkenaan dengan hak-hak dan

kewajiban-kewajiban syariat yang akan diterima atau ditanggung oleh seseorang

setelah dia mengucapkan dua kalimat syahadah.

d. Jaminan masuk surga; Allah SWT memberi jaminan surga kepada orang yang

bersyahadatain.

B. Keutamaan Syahadatain

Orang yang menganggap cukup membacanya berulang-ulang disertai keyakinan

mendapat pahala besar, kebaikan, terjaga harta dan darah, tanpa memahami maknanya dan

mengamalkan tuntutannya. Orang yang bersaksi bahwa tidak ada illah selain Alloh dan

bahwa muhammad adalah Rasullullah,menegakkan shalat, menunaikan zakat. Jika mereka

melakukan hal itu maka darah dan harta mereka akan dilindungi kecuali dengan hak islam

dan perhitungan mereka ada pada Alloh ta'ala (Riwayat bukhari dan Muslim)

Seorang hamba yang bersaksi, bahwa tidak ada Tuhan selain Alloh, dan Muhammad

adalah hamba serta utusan-Nya dengan sebenar- benarnya keluar dari lubuk hati,Alloh pasti

mengharamkan dirinya dari api neraka. Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Alloh
dan aku adalah utusanNya. tidak ada seorang hambapun yang merasa bimbang terhalang

dari surga, ketika menghadap kepada Alloh dengan dua kalimat ini (Hr Muslim).

C. Implementasi Syahadatain

Syahadat dalam Islam merupakan rukun pertama dan sebagai dasar atau asas bagi

rukun-rukun lainnya. Syahadat merupakan pernyataan atau ikrar seorang hamba atas apa

yang diimaninya, atau juga sebagai ikrar dari persaksian seorang hamba atas ketuhanan

Allah Swt dan Muhammad bin Abdullah sebagai utusan-Nya dan meniadakan sifat

ketuhanan atas selain Allah. Oleh sebab itu pembahasan tentang syahadat sudah barang

tentu didalamnya membahas tentang iman yang berarti membahas pula tentang aqidah.

Berbicara tentang syahadat, berarti pula berbicara tentang dasar-dasar ajaran islam, tentang

ketauhidan, dan tentang keimanan.

Akan tetapi bukan berarti bahwa syahadat itu merupakan pekerjaan hati semata, karena

syahadat tergolong dalam ketentuan syara’, yakni sebagai rukun Islam yang pertama, maka

konsekwensinya adalah dilakukan sebagaimana rukun-rukun islam yang lainnya. Aqidah

jelas merupakan perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati dan pembenarannya kepada sesuatu.

Sebagai pernyataan keimanannya tentu harus mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai

keabsahan bahwa ia telah memeluk islam. Konsekuensinya adalah bahwa setiap orang yang

akan masuk Islam diwajibkan terlebih dahulu mengucapkan dua kalimat syahadat.

Tujuannya agar setiap muslim melakukan amalnya berdasarkan pada makna dua kalimat

syahadat dan dalam setiap tindakannya akan disertai keikhlasan, kejujuran, rendah hati, dan

berkeadilan. Dengan demikian orang yang mengamalkan rukun pertama adalah orang yang

bertakwa kepada Allah SWT.


Sehingga semua amalan yang kita lakukan pada intinya bertujuan untuk menjaga agar

tetap dalam kesaksian kita bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah hamba

dan utusannya. Keyakinan inilah yang harus kita pertahankan hingga mati menjemput raga

kita semua, sedangkan amal kita masih terhalang oleh banyak hal yang berkaitan dengan

kebendaan kita selama hidup di dunia.. Persaksian inilah yang akan ditanyakan nanti di alam

kubur sebagai pintu pertama seseorang mempertanggungjawabkan keimanannya di depan

Allah, yakni tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusan Allah. Pada

hakikatnya hidup kita ini merupakan kesaksian diri kita pada adanya Allah sebagai pencipta

alam raya dan sebagai Tuhan kita, kesaksian diri kita pada Dzat yang telah menunjukkan

manusia pada jalan kebenaran melalui para rasulnya, kesaksian kita pada kebenaran para

rasul dan dari semua yang datang dari diri mereka.


Intinya, sebagai ummat nabi Muhammad SAW kita hidup di dunia ini untuk kesaksian

bahwa tiada tuhan selain Allah, mengakui dan meyakini bahwa Muhammad SAW sebagai

hamba dan utusan Allah, mengimani semua yang datang dari beliau, termasuk tentang

para nabi dan para rasul Allah yang terdahulu. Setiap tindakan dan amal kita sudah

seharusnya bersandar pada prinsip syahadat tauhid dan syahadat rasul. Karena semua

amal yang kita lakukan adalah derifasi dari pernyataan atas keyakinan dan kesaksian tadi

dan tidak berdiri sendiri melainkan diatasnya

2.2 URGENSI SYAHADATAIN


Pentingnya dua kalimat syahadat adalah pintu gerbang
Untuk masuk Islam, orang harus menyatakan persaksiannya atas kebenaran Islam itu dengan

mengucapkan syahadatain. Syahadat tauhid merupakan pengakuan terhadap ketuhanan Allah

yang menurunkan sistem ini kepada Nabi-Nya. Syahadat rasul merupakan pengakuan bahwa

Muhammad saw. Harus dijadikan panutan dalam menjalankan Islam (muslim) yang memiliki

hak dan kewajiban yang sama dengan muslim yang lain, aman dan damai dalam naungan Islam.

Rasulullah saw. Bersabda,

“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka mengucapkan laa ilaha illallah,

apabila mereka telah mengucapkan laa ilaha illallah maka darah dan harta mereka menjadi suci.”

Mendengar laporan bahwa Usamah bin Zaid tetap memenggal musuh yang telah mengucapkan

syahadat, Rasulullah saw. marah dan mengatakan kepadanya,

“Mengapa tidak kau belah saja dadanya, sehingga engkau tahu isi hati dia yang sebenarnya!”

Syahadatain merupakan intisari ajaran Islam

Secara global Islam terdiri atas aqidah dan syari’ah. Sisi-sisi lain Islam yang terdiri dari ibadah,

akhlak, dan mu’amalat merupakan implementasi syahadat tauhid dan syahadat rasul ini.

Azas Perubahan

Ketika hendak membangun masyarakat baru di atas puing-puing jahiliyah, Rasulullah saw. tidak

mengawali perubahan itu dari politik, ekonomi, atau yang lain. Beliau saw. Mengawalinya

dengan merubah apa yang ada dalam jiwa. Hal paling penting yang ada di dalam jiwa itu adalah
keyakinan. Dengan syahadatain itu, terjadilah perubahan besar yang sangat mendasar dalam

seluruh aspek kehidupan generasi terbaik itu. Bangsa yang kecil, terisolir, dan terbelakang

tersebut kemudian menjadi bangsa terbaik yang pernah dilahirkan untuk seluruh bangsa. Mereka

hijrah dari jahiliyah menuju Islam, dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang.

Inti dakwah para rasul

Syahdatain dengan konsepsi semacam itulah yang didakwahkan para nabi dan rasul. Mereka

semua mengatakan “Fattaqullah wa athii’uuni!!!” (bertakwalah kepada Allah dan taatilah aku!).

Statemen mereka ini diabadikan Al-Qur’an dalam kisah-kisah para nabi yang tersebar di

berbagai surat.

Fadilah dan keutamaannya

Banyak fadilah dan keutamaan yang terkandung di dalam syahadatain, di antaranya seperti yang

dikatakan Rasul saw. sendiri:

“Barangsiapa mengucapkan laa ilaaha illallah, ia masuk surga.”

“Barangsiapa mati sedang ia mengetahui bahawa tidak ada tuhan selain Allah, ia masuk surga”

“Dua kata yang ringan diucapkan namun berat timbangannya, yakni: laa ilaaha illallah,

Muhammad rasulullah.”

Saat Rasul saw. mendakwahkan syahadatain di Makkah, masyarakat terbagi dua. Satu golongan

menerimanya dengan tulus, siap total menanggung segala konsekuensi dengan mempertaruhkan
seluruh jiwa dan raga. Golongan yang lain menolaknya dengan segala kebencian dan

permusuhan dengan mempertaruhkan segala jiwa dan raga pula. Kedua golongan tersebut, sangat

memahami makna dan konsekuensi dari syahadat ini.

2.3 KONSKUENSI SYAHADATAIN

[A]. Konsekuensi “Laa ilaha illallah”

Yaitu meninggalkan ibadah kepada selain Allah dari segala ma-cam yang dipertuhankan sebagai

keharusan dari peniadaan laa ilaaha illallah . Dan beribadah kepada Allah semata tanpa syirik

sedikit pun, sebagai keharusan dari penetapan illallah.

Banyak orang yang mengikrarkan tetapi melanggar konsekuensinya. Sehingga mereka

menetapkan ketuhanan yang sudah dinafikan, baik berupa para makhluk, kuburan, pepohonan,

bebatuan serta para thaghut lainnya.

Mereka berkeyakinan bahwa tauhid adalah bid’ah. Mereka menolak para da’i yang mengajak

kepada tauhid dan mencela orang yang beribadah hanya kepada Allah semata.

[B]. Konsekuensi Syahadat “Muhammad Rasulullah”

Yaitu mentaatinya, membenarkannya, meninggalkan apa yang dilarangnya, mencukupkan diri

dengan mengamalkan sunnahnya, dan meninggalkan yang lain dari hal-hal bid’ah dan muhdatsat

(baru), serta mendahulukan sabdanya di atas segala pendapat orang.

[C].Yang membatalkan syahadatain

Yaitu hal-hal yang membatalkan Islam, karena dua kalimat syahadat itulah yang membuat
seseorang masuk dalam Islam. Mengucap-kan keduanya adalah pengakuan terhadap

kandungannya dan konsisten mengamalkan konsekuensinya berupa segala macam syi’ar-syi’ar

Islam. Jika ia menyalahi ketentuan ini, berarti ia telah membatalkan perjanjian yang telah

diikrarkannya ketika mengucapkan dua kalimat syahadat tersebut.

Yang membatalkan Islam itu banyak sekali. Para fuqaha’ dalam kitab-kitab fiqih telah menulis

bab khusus yang diberi judul “Bab Riddah (kemurtadan)”. Dan yang terpenting adalah sepuluh

hal, yaitu: Syirik dalam beribadah kepada Allah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Artinya : Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala

dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya.” [An-Nisa’: 48]

“Artinya : … Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti

Allah mengharamkan kepadanya Surga, dan tempatnya ialah Neraka, tidaklah ada bagi orang-

orang zalim itu seorang penolong pun.” [Al-Ma’idah: 72]

Termasuk di dalamnya yaitu menyembelih karena selain Allah, misalnya untuk kuburan yang

dikeramatkan atau untuk jin dan lain-lain.

Orang yang menjadikan antara dia dan Allah perantara-perantara. Ia berdo’a kepada mereka,

meminta syafa’at kepada mereka dan bertawakkal kepada mereka. Orang seperti ini kafir secara

ijma’. Orang yang tidak mau mengkafirkan orang-orang musyrik dan orang yang masih ragu

terhadap kekufuran mereka atau mem-benarkan madzhab mereka, dia itu kafir.
Orang yang meyakini bahwa selain petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih sempurna

dari petunjuk beliau, atau hukum yang lain lebih baik dari hukum beliau. Seperti orang-orang

yang mengutamakan hukum para thaghut di atas hukum Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam

, mengutamakan hukum atau perundang-undangan manusia di atas hukum Islam, maka dia kafir.

Siapa yang membenci sesuatu dari ajaran yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa

sallam sekali pun ia juga mengamalkannya, maka ia kafir. Siapa yang menghina sesuatu dari

agama Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam atau pahala maupun siksanya, maka ia kafir.

Hal ini ditunjukkan oleh firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

“Artinya : Katakanlah: ‘Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan Rasul-Nya kamu selalu

berolok-olok?’ Tidak usah kamu minta ma`af, karena kamu kafir sesudah beriman.” [At-Taubah:

65-66]

Sihir, di antaranya sharf dan ‘athf (barangkali yang dimaksud adalah amalan yang bisa membuat

suami benci kepada istrinya atau membuat wanita cinta kepadanya/pelet). Barangsiapa

melakukan atau meridhainya, maka ia kafir. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

“Artinya : … sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada se-orangpun sebelum

mengatakan: ‘Sesungguhnya kami hanya co-baan (bagimu), sebab itu janganlah kamu

kafir’.”[Al-Baqarah: 102]

Mendukung kaum musyrikin dan menolong mereka dalam memusuhi umat Islam. Dalilnya

adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :


“Artinya : Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka

sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi

petunjuk kepada orang-orang yang zhalim.” [Al-Ma’idah: 51]

Siapa yang meyakini bahwa sebagian manusia ada yang boleh keluar dari syari’at Nabi

Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam , seperti halnya Nabi Hidhir boleh keluar dari syariat

Nabi Musa alaihis salam, maka ia kafir. Sebagaimana yang diyakini oleh ghulat sufiyah (sufi

yang berlebihan/ melampaui batas) bahwa mereka dapat mencapai suatu derajat atau tingkatan

yang tidak membutuhkan untuk mengikuti ajaran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam .

Berpaling dari agama Allah, tidak mempelajarinya dan tidak pula mengamalkannya. Dalilnya

adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

“Artinya : Dan siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-

ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya Kami akan memberikan

pembalasan kepada orang-orang yang berdosa.” [As-Sajadah: 22]

Syaikh Muhammad At-Tamimy berkata: “Tidak ada bedanya dalam hal yang membatalkan

syahadat ini antara orang yang bercanda, yang serius (bersungguh-sungguh) maupun yang takut,

kecuali orang yang dipaksa. Dan semuanya adalah bahaya yang paling besar serta yang paling

sering terjadi. Maka setiap muslim wajib berhati-hati dan mengkhawatirkan dirinya serta mohon

perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari hal-hal yang bisa mendatangkan murka

Allah dan siksaNya yang pedih.”


[Disalin dari kitab At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-Ali, Edisi Indonesia Kitab Tauhid 1,

Penulis Syaikh Dr Shalih bin Fauzan bin Abdullah bin Fauzan, Penerjemah Agus Hasan Bashori

Lc, Penerbit Darul H]


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tauhid berarti mengakui keesaan Allah, mengesakan Allah atau mengi’tikadkan bahwa

Allah SWT itu Esaatausatu,dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Syahadat adalah sebuah pernyataan

kepercayaan dalam keesaan Allah dan Rasulullah sebagai Rasul-Nya.Sebagai ummat nabi

Muhammad SAW, kita hidup di dunia ini untuk kesaksian bahwa tiada tuhan selain Allah,

mengakui dan meyakini bahwa Muhammad SAW sebagai hamba dan utusan Allah, mengimani

semua yang datang dari beliau, termasuk tentang para nabi dan para rasul Allah yang terdahulu.

Setiap tindakan dan amal kita sudah seharusnya bersandar pada prinsip syahadat tauhid dan

syahadat rasul. Karena semua amal yang kita lakukan adalah deri fasi dari pernyataan atas

keyakinan dan kesaksian tersebut dan tidak berdiri sendiri melainkan diatasnya.

B. Saran

Untuk pengembangan lebih lanjut maka penulis memberikan saran yang semoga bermafaat

bagi para pembaca yaitu:

1. Diharapkan kita bisa memahami pengertian dari syahadatain beserta makna dan bagaimana

mengimplementasikannya.

2. Diharapkan kita dapat lebih dalam mempelajari Ilmu Tauhid.

3.Diharapkan kita bisa mengambil pelajaran dari makalah ini.

Mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah terdapat kesalahan baik dalam penggunaan

bahasa maupun dalam penulisan makalah. Untuk mengembangkan makalah ini, perlu adanya

kritik serta saran dari pembaca.


DAFTAR PUSTAKA

http://abuzubair.wordpress.com/2007/08/28/syahadatain-dua-kalimat-syahadat.

http://Juni.Hartono.blogspot.com/2013/10/islami

Shaleh.2013.At-Tauhid, kitabtauhid.Jakarta: DarulHaq.

Anda mungkin juga menyukai