A.Makna Tauhid
Lafaz tauhid berasal dari kata "wahhada, yuwahhidu" yaitu meyakini bahwa sesuai itu
tunggal, sedangkan dalam istilah syar'i, Imam As-Safaarini mendefinisikannya "sebagai pengesaan
yang disembah (Allah) dengan beribadah (kepada-Nya) yang disertai keyakinan atas keesaan dzat,
sifat dan perbuatan-Nya." (Lawami'ul Anwar Al-Bahiyah : 1/57).
Kata "tauhid" memiliki beberapa istilah yang identik dengannya yaitu aqidah,
ushuluddin, ataupun sunnah, yang mana hal ini sering digunakan oleh para salaf sebagai
istilah lain dari kata "tauhid". Istilah ini, bukanlah istilah baru, sebagaimana yang dikatakan
oleh sebagian orang namun penamaannya bersumber dari hadits-hadits Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam diantaranya :
Artinya :
"Hendaknya perkara pertama yang engkau dakwahkan kepada mereka adalah syahadat laa
ilaha Illallah (tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah), dan dalam riwayat lain agar
mereka mentauhidkan Allah. (HR. Bukhari : 1395, dan Muslim : 19)
2) Hadits Amr bin Al-Ash radhiyallahu 'anhu bahwasanya ia bertanya keapda Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam tentang sedekah yang pahalanya ia hadiahkan kepada ayahnya
yang musyrik. Rasulullahpun menjawab :
Artinya :
"Sesungguhnya ayahmu jika dahulu berikrar dengan tauhid, lalu engkau berpuasa atau
memerdekakan budak atau bersedekah atasnya, maka (pahalanya) akan sampai kepadanya"
(HR. Ahmad : 6704).
Syarat Kalimat Tauhid Laa Ilaaha Illallaah
Wahab bin Munabbih rahimahullah berkata kepada orang yang bertanya kepadanya:
Bukankah La Ilaha Illallah kunci surga? Ia menjawab: Betul. Tetapi, tiada satu kunci-pun
kecuali ia memiliki gigi-gigi, jika kamu membawa kunci yang memiliki gigi-gigi, pasti
engkau dapat membuka pintu, namun jika engkau membawa kunci yang tidak ada gigi-
giginya pasti pintu itu tak akan terbuka. (HR. Bukhari dalam taliq).
Dan gigi-gigi kunci La Ilaha Illallah adalah syarat La Ilaha Illallah. Yaitu sebagai berikut:
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Saya bersaksi bahwa tiada tuhan
selain Allah dan aku adalah utusan Allah, tiada-lah seorang hamba bertemu Allah
(meninggal dunia) dengan membawa keduanya tanpa ada keraguan sedikitpun pasti ia
akan masuk surga. (HR. Muslim dari Abu Hurairah)
Mereka mengucapkan dengan lidahnya apa yang tidak ada dalam hatinya. (QS. Al-
Fath: 11)
Sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam; Tiada beriman salah seorang kalian
sehingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa. (HR. al Baihaqi; an Nawawi
berkata: hadits shahih, kami riwayatkan dalam kitab Al Hujjah dengan sanad shahih)
7. Mahabbah (kecintaan) yang meniadakan kebalikannya.
Tidak mungkin seorang hamba akan mengetahui dan menerimanya kecuali didasari
rasa cinta, sebagaimana rasa ikhlas yang akan meniadakan kesyirikan. Barangsiapa
mencintai Allah ia akan mencintai agama-Nya, barangsiapa yang tidak mencintainya
maka jangan diharap ia akan mencintai agama-Nya.
Tauhid adalah inti dan asas pokok ajaran Islam dan merupakan kewajiban pertama
dan utama bagi umat manusia, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
kepada Mu'adz :
"Hendaknya perkara pertama yang engkau dakwahkan kepada mereka adalah syahadat Laa
ilaha Illallah dalam riwayat lain- agar mereka mentauhidkan Allah."
Dan seseorang tidak dikatakan sebagai muslim dan beriman, kecuali jika ia memiliki
asas yang urgen ini, sebab itu tidaklah Allah mengutus Rasul-rasul, dan menurunkan kitab-
kitabNya melainkan demi terwujudnya "tauhid beserta konsekuensinya" dikalangan umat
manusia serta menjauhkan mereka dari segala bentuk kekufuran dan noda kesyirikan. Allah
berfirman :
Artinya : "Dan sesungguhnya kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan) "sembahlah Allah (saja) dan jauhilah Thaghut" (QS. An-Nahl : 36)
Bahkan manusia hidup dan tercipta serta diberikan rezeki dan berbagai sarana
kehidupan oleh Allah demi terealisasinya asas hidup yang paling urgen ini, sebagaimana
firman-Nya :
Artinya : "Dan saya tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-
Ku (QS. Adz-Dzariat : 56)
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa
selain (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya." (An-Nisa' : 48)
Merealisasikan tauhid adalah jalan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Sedangkan
menyalahinya merupakan jalan yang menjerumuskan kejurang kesengsaraan.
Merealisasikannya juga adalah sarana untuk menyatukan kalimat umat, merapatkan barisan
dan menghantarkan umat pada puncak kejayaan sebagaimana yang terwujud pada zaman
nabi, para sahabat dan khalifah-khalifah setelah mereka.
Dan Allah telah menjanjikan kepada mereka yang memiliki keimanan dan tauhid
murni keamanan dari rasa takut di dunia dan azab di akhirat serta hidayah yang menuntun
mereka ke jalan yang lurus. Allah berfirman :
Artinya : "orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukan iman mereka dengan
kezaliman (syirik) mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itulah
orang-orang yang mendapati petunjuk (Al-An'am : 82).