Anda di halaman 1dari 6

Tauhid

Perkataan tauhid berasal dari bahasa arab Wahhada – Yuhawwidu yang secara etimologis berarti
ke-Esaan, sehingga istilah mentauhidkan berarti, “Mengesakan”. Sementara para ulama ada yang
mendefinisikan tauhid berbeda, namun substansinya sama. Seperti Syekh Muhammad Abduh
mengatakan bahwa “ Tauhid adalah suatu ilmu yang membahas tentang wujud Allah, sifat – sifat
yang wajib tetap pada-Nya, sifat –sifat yang boleh disifatkan kepadaNya dan tentang sifat – sifat
yang sama sekali wajib dilenyapkan dari padaNya. Juga membahas tentang rosul- rosul Allah,
meyakinkan kerasulan mereka, apa yang boleh dihubungkan kepada mereka, dan apa yang terlarang
menghubungkan kepada mereka “.

Kedudukan Tauhid

Tauhid memiliki kedudukan yang sangat tinggi di dalam agama ini. Pada kesempatan kali ini kami
akan membawakan tentang kedudukan Tauhid Uluhiyah (ibadah), karena hal inilah yang banyak
sekali dilanggar oleh mereka-mereka yang mengaku diri mereka sebagai seorang muslim namun
pada kenyataannya mereka menujukan sebagian bentuk ibadah mereka kepada selain Alloh, baik itu
kepada wali, orang shaleh, nabi, malaikat, jin dan sebagainya.

Ø Tauhid Adalah Tujuan Penciptaan Manusia

Alloh berfirman, “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56) maksud dari kata menyembah di ayat ini adalah
mentauhidkan Alloh dalam segala macam bentuk ibadah sebagaimana telah dijelaskan oleh Ibnu
Abbas rodhiyallohu ‘anhu, seorang sahabat dan ahli tafsir. Ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa
tujuan penciptaan jin dan manusia di dunia ini hanya untuk beribadah kepada Alloh saja. Tidaklah
mereka diciptakan untuk menghabiskan waktu kalian untuk bermain-main dan bersenang-senang
belaka. Sebagaimana firman Alloh “Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada
di antara keduanya dengan bermain-main. Sekiranya Kami hendak membuat sesuatu permainan,
tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami. Jika Kami menghendaki berbuat demikian.” (Al Anbiya:
16-17). “Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-
main, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (Al-Mu’minun: 115)

Ø Tauhid Adalah Tujuan Diutusnya Para Rosul

Alloh berfirman, “Dan sungguh Kami telah mengutus rosul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
‘Sembahlah Alloh, dan jauhilah Thaghut itu’.” (An-Nahl: 36). Makna dari ayat ini adalah bahwa para
Rosul mulai dari Nabi Nuh sampai Nabi terakhir Nabi kita Muhammad shollallohu alaihi wa sallam
diutus oleh Alloh untuk mengajak kaumnya untuk beribadah hanya kepada Alloh semata dan tidak
memepersekutukanNya dengan sesuatu apapun. Maka pertanyaan bagi kita sekarang adalah
“Sudahkah kita memenuhi seruan Rosul kita Muhammad shollallohu alaihi wa sallam untuk
beribadah hanya kepada Alloh semata? ataukah kita bersikap acuh tak acuh terhadap seruan
Rosululloh ini?” Tanyakanlah hal ini pada masing-masing kita dan jujurlah…

Ø Tauhid Merupakan Perintah Alloh yang Paling Utama dan Pertama

Alloh berfirman, “Sembahlah Alloh dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun.
Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba
sahayamu. Sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-
banggakan diri.” (An-Nisa: 36). Dalam ayat ini Alloh menyebutkan hal-hal yang Dia perintahkan. Dan
hal pertama yang Dia perintahkan adalah untuk menyembahNya dan tidak menyekutukanNya.
Perintah ini didahulukan daripada berbuat baik kepada orang tua serta manusia-manusia pada
umumnya. Maka sangatlah aneh jika seseorang bersikap sangat baik terhadap sesama manusia,
namun dia banyak menyepelekan hak-hak Tuhannya terutama hak beribadah hanya kepada Alloh
semata.

Keutamaan “ Kalimat Laa Ilaha illallah ”

Ibnu Rajab dalam kalimatul ikhlas mengatakan, “ Kalimat tauhid (laa ilaha illallah) memiliki
keutamaan yang sangat agung yang tidak mungkin bisa dihitung “. Lalu beliau rahimahullah
menyebutkan beberapa keutamaan kalimat yang mulia ini. Di antara yang beliau sebutkan :

a) Kalimat ‘laa ilaha illallah’ merupakan harga surga

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar muadzin mengucapkan ‘ Asyhadu ‘alla ilaha illallah.
Lalu beliau mengatakan kepada muadzin tadi

“ Engkau terbebas dari neraka”.( H.R.Muslim no 876)

Nabi shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda,

“ Barang siapa yang akhir perkataanya sebelum meninggal dunia adalah ‘laa ilaha illallah’, maka dia
akan masuk surga ” ( HR Abu Daud.Dikatakan sohih oleh syekh Al Albani dalam Misykatul Mashobih
no 1621 ).

b) Kalimat “ Laa ilaha illallah “ adalah kebaikan yang paling utama

Abu Dzar berkata :

“ Katakanlah padaku wahai rosulullah, ajarilah aku amalan yang dapat mendekatkanku pada syurga
dan menjauhkan ku pada neraka.”Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “ Apabila engkau
melakukan kejelekan ( dosa ) , maka lakukanlah kebaikan karena dengan melakukan kebaikan itu
engkau akan mendapatkan sepuluh yang semisal.” Lalu Abu Dzar berkata lagi, “ Wahai rasulullah,
apakah laa ilaha ilallah merupakan kebaikan ? “ Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda , “ Kalimat
itu ( laa ilaha ilallah) merupakan kebaikan yang paling utama. Kalimat itu dapat menghapus dosa dan
kesalahan.”

c) Kalimat “ laa ilaha ilallah “ adalah dzikir yang paling utama

Hal ini sebagaimana terdapat pada hadist yang disandarkan kepada nabi shalallah alaihi wa sallam, “
Dzikir yang paling utama adalah bacaan “laa ilaha ilallah”.

d) Kalimat “laa ilaha ilallah” adalah amal yang paling utama, paling banyak ganjarannya, menyamai
pahala memerdekakan budak dan merupakan pelindung dari gangguan setan.

Sebagaimana dalam shohihain dari Abu Hurairoh r.a dari Nabi shalallahu alaihi wa sallam, beliau
bersabda:
“ Barang siapa mengucapkan “laa ilaha illallah wahdau laa syarika lah, lahul mulku wa lahul hamdu
wa huwa ‘ala kulli syay’in qodiir” (Tiada sembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali
Allah, tiada sekutu bagiNya, milikNya kerajaan dan segala pujian. Dialah yang Maha Kuasa atas
segala sesuatu) dalam sehari sebanyak 100 kali, maka baginya sama dengan sepuluh budak ( yg
dimemerdekakan ) , dicatat baginya 100 kebaikan, dihapus darinya 100 kejelekan, dan dia akan
terlindung dari setan pada siang hingga sore harinya, serta tidak ada yang lebih utama darinya
kecuali orang yang membacanya lebih banyak dari itu.” ( HR Bukhari dan HR Muslim)

e) Kalimat “ laa ilaha ilallah “ adalah kunci syurga, orang yang mengucapkannya bisa masuk syurga
lewat pintu yang dia suka.

Dari ‘ Ubadah bin shomit r.a, Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda,

“ Barang siapa mengucapkan ‘ saya bersaksi bahwa tiada sesembahan yang wajib di sembah dengan
benar kecuali Allah semata, tiada sekutu bagiNya, Muhammad adalah hambaNya dan utusanNya dan
bersaksi bahwa ‘isa adalah hamba allah dari anak hambaNya dan KalimatNya yang disampaikan
kepada Maryam serta Ruh dariNya, dan bersaksi pula bahwa syurga adalah benar adanya dan neraka
pun benar adanya, maka Allah pasti akan memasukkannya ke dalam syurga dari 8 pintu syurga mana
saja yang dia kehendaki,” (HR. Muslim).

Inilah sebagian diantara keutamaan kalimat syahadat Laa ilaha ilallah dan masih banyak lagi
keutamaan lainnya.

Kalimat Tauhid mengandung an-nafyu wa al-isbat

Nafyu itu MENIADAKAN artinya TIADA TUHAN SELAIN ALLAH.

dan Itsbat artinya MENETAPKAN stlh meniadakan kita

menetapkan bahwa bnr" tiada Tuhan selainNYA

ُ ِّ َ ُ َ َ َ َ َ َ ُ َّ
‫للا َل ِاله ِبق ْو ِل ِإيمانك ْم جدد ْوا‬‫ِاَل‬

Artinya: “Perbaharuilah selalu iman kalian dengan ucapan: “Laa ilaaha illallaah.”

Demikian pula kalimat syirik mempunyai berbagai arti tersembunyi dan sangat kecil, yang tidak
dapat tersclamatkan daripadanya, kecuali para ‘arif ahli hakikat dan orang-orang yang diberi kasyaf
yang dapat melihat kebenaran dengan mata telanjang. Ada kalanya seorang mukmin terkena sedikit
penyakit syirik, meskipun ia tidak menyadarinya.

Contohnya jika seorang percaya bahwa ada selain Allah swt yang dapat mendatangkan kebaikan dan
menolak malapetaka secara mandiri. Termasuk juga jika seorang mempunyai antusias untuk
berkuasa atas orang lain, menguasai hak-hak mereka, menyukai kedudukan, penghormatan dan
pujian dari manusia.

Sebagaimana sabda Baginda Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam:

ُ ُ
ْ ‫ت ف َا ِر‬
‫لّشك‬ ْ َّ ْ ْ ْ ْ َ ْ َّ
ِ ِ ‫النمل دبيب من أخف أم‬
Artinya: “Kemusyrikan di tengah umatku lebih tersembunyi dari merayapnya semut hitam.”

Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam sendiri menyebut riya’ dengan sebutan
syirik kecil. Adakalanya seorang menyekutukan Allah swt dengan dirinya sendiri atau dengan lainnya,
sedang ia tidak menyadarinya. Karena itu, seorang mukmin wajib menjaga dirinya dari syirik yang
samar, sebagaimana ia wajib menjaga dirinya dari syirik yang terlihat. Kemusyrikan dalam dimensi ini
tidak mempengaruhi pondasi iman yang menjadi sumber keselaniatan manusia, akan tetapi ia dapat
mengurangi kesempurnaannya.

Telah kami bicarakan sebelumnya, bahwa setiap muwahhid wajib menolak ketuhanan sesuatu selain
Allah swt, sekaligus merupakan sanggahan bagi kaum musyrikin dan mereka yang beranggapan
demikian. Kami menyebut keyakinan mereka rapuh, karena penuh berbagai angan-angan yang
timbul dari pemahaman dan pemikiran yang rapuh, yang menyebabkan rusaknya metabolisme
tubuh serta hilangnya akal.

Jikalau tidak, bagaimana mungkin hal itu dapat tersembunyi dari pcrasaan seorang yang mempunyai
indra penglihatan dan pendengaran, apalagi dari penglihatan dan pendengaran hati sanubari
seorang tentang wujud Allah swt yang menjadi satu-satunya sumber bagi segala sesuatu. Akan
tetapi, siapapun yang disesatkan oleh Allah swt, maka ia tidak akan memperoleh petunjuk, dan
siapapun yang diberi petunjuk oleh Allah swt, maka ia tidak akan tersesat oleh penyesat.

Mereka ituiah orang-orang yang dihilangkan pendengaran nya dan penglihatannya oleh Allah swt.
dan mereka dibiarkan dalam kesesatannya, sehingga mereka tidak dapat melihat kebenaran, mereka
tuli, bisu dan buta, dan mereka tidak akan kembali kepada jalan yang benar.

Dalam sebuah sya’ir disebutkan: “Sungguh amat mengherankan, bagaimana seorang dapat
menentang Allah swt atau mendurhakai-Nya? Padahal, pada setiap benda ada tanda-tanda yang
menyaksikan bahwa Allah swt adalah Tuhan Tang Maha Esa. Pada setiap benda yang bergerak
ataupun yang menetap ada saksi bahwa Allah swt adalah Tuhan Yang Maha Esa.”

Salah seorang ‘arifbillah berkata: “Siapapun yang minta bukti atas keesaan Allah swt, maka keledai
lebih mengenal Allah swt daripadanya.” Andaikata kami tidak meringkasnya, karena berbagai alasan
yang hanya diketahui oleh Allah swt, tentu kami akan menguraikan masalah ini panjang lebar,
sehingga orang yang berakal akan puas karenanya, dan Allah swt Maha Mengawasi apapun yang aku
ucapkan.

Macam-macam Tauhid

Berikut ini adalah beberapa macam tauhid.

Tauhid Rububiyah

Yaitu mengesakan Allah (Rabb) dalam segala perbuatan-perbuatannya. Artinya mempercayai dan
meyakini sepenuhnya bahwa hanya Allah Rabb yang menciptakan, menghidupkan, mengatur dan
lain-lain. Allah berfirman yang artinya: “Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam“. (Q.S Al-
Fatihah:2).

Tauhid Rububiyah ialah beriman bahwa Allah adalah pencipta, pengatur dan penguasa atas segala
sesuatu yang ada di alam semesta ini. Yang termasuk tauhid rububiyah diantaranya meliputi:
Beriman kepada Allah sebagai Yang Berhak Untuk Berbuat, seperti menciptakan apapun, pemberi
rezeki, yang menentukan qodo’ dan qodar, mematikan dan menghidupkan setiap makhluk dan
lainnya.

Tauhid Uluhiyah

Yaitu mengesakan Allah dengan cara ibadah, seperti sholat, dzikir, berdoa, bersholawat dan lain-
lainnya. Allah berfirman yang artinya: “Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, Tidak ada
Tuhan melainkan Dia“. (Q.S Al-Baqarah: 163). Selain itu, dapat kita lihat juga dalam Al-Qur’an surat
Al-Anbiya ayat 25, QS. An-Nahl ayat 36, QS. Al-An’am ayat 102, QS. Al-Bayyinah ayat 5.

Tauhid Asma’ dan Shifat

Yakni mengesakan Allah dengan nama dan sifat-sifatnya yang Dia jelaskan dalam kitab suciNya
maupun melalui lisan RasulNya. Yakni dengan menetapkan nama dan sifat yang Dia tetapkan dan
menafikan apa yang Dia nafikan, tanpa merubah atau mengingkari, menanyakan bagaimana ataupun
menyerupakan.

Akan tetapi kita beriman bahwa sesungguhnya Allah: “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan
Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat“. (QS. Asyura: 11)

Allah memiliki sifat yang tidak terbatas. Seperti Allah bersifat Ar-rohman dan Ar-rohim, Allah
memiliki rasa cinta kasih kepada setiap makhluknya tanpa batasan. Allah memberi dengan tidak
adanya batasan.
Tidak seperti hambanya yang memiliki batasan dalam cinta dan kasih sayang. Allah berfirman dalam
QS. Al-A’raf ayat 180 yang artinya: “Dan Allah memiliki asma-ul husna (nama-nama yang terbaik),
maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asma-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang
yang menyalahartikan nama-namaNya. Mereka kelak akan mendapat balasan terhadap apa yang
mereka kerjakan“.

Anda mungkin juga menyukai