Anda di halaman 1dari 75

MAKNA DUA KALIMAT SYAHADAT

Kalimat Zikir Dua Kalimat Syahadat ini merupakan pondasi utama


ke-Islaman kita, sering kita dengar ketika suara azan berkumandang dan
kita baca ketika tasyahud awal maupun tasyahud awal ketika sholat.
Untuk menambah keimanan dan kekhusyukan kita dalam beribadah
kepada ALLOH taala, silahkan dipahami dan ditancapkan didalam hati
tulisan ttg Makna Dua Kalimat Syahadat yang kami kutip dari tulisan
salah seorang ikhwanuna hafidhahullahu taala.

Di mulai dari yang terpenting


Sebuah Pembahasan
Tentang Makna Laa Ilaha Illallah dan Konsekuesinya
Oleh : Abu Ibrahim Abdullah Bin Mudakir Al Jakarty
Wajib bagi setiap muslim untuk mempelajari ilmu agama ini, terutama hal
hal yang dengan ilmu tersebut seseorang bisa menegakkan agamanya,
Imam Ahmad pernah ditanya tentang apa yang diwajibkan atas seorang
hamba untuk mempelajarinya, berkata Imam Ahmad Rahimahullah :
Ilmu

yang

dengan

nya

seseorang

bisa

menegakkan

agamanya,

ditanyakan kepada beliau seperti apa,? beliau menjawab ilmu

yang

seseorang tidak boleh bodoh darinya, seperti sholat, zakat, dan shoum
(puasa) dan yang semisalnya. ( Silahkan lihat Kitab Al-Furuq, Ibnu
Muflih 1/525, Hasiyah Al Ushulus Tsalasah Ibnul Qasim )
Sebelum itu ada kewajiban yang paling agung yang kita harus memahami
dan mempelajarinya yaitu tauhid, kewajiban yang terpenting dari yang
terpenting lainnya, berkata Syaikh Sholeh Al-Fauzan Hafidzahullah :
Dan (mempelajari tauhid) perkara yang sangat penting, mempelajari atau
memahami tauhid lebih ditekankan atas kamu dari mengetahui hukum
sholat,

zakat, ibadah-ibadah

dan seluruh

perkara

agama

lainnya.

Dikarenakan mempelajari perkara ini adalah yang pertama dan pondasi,


dikarenakan sholat, zakat, haji, dan selainnya dari ibadah-ibadah tidaklah
sah apabila tidak dibangun atas dasar aqidah yang benar dan itulah
tauhid yang murni untuk Allah Azza wajalla ( Syarh Qawaidul Arba : 6
)
Dan diantara materi tauhid yang paling agung adalah penjelasan tentang
makna Laa Ilaha Illallah, bahkan kalimat Laa Ilaha Illallah adalah tauhid
itu sendiri. Dan pengetahuan tentang makna Laa Ilaha Illallah adalah
kenikmatan yang sangat agung, sebagaimana yang dikatakan oleh
Sufyan Bin Uyainah Rahimahullah : Tidaklah Allah memberi nikmat
atas seorang hamba dari hambanya yang lebih besar dari pengetahuan
mereka tentang makna Laa Ilaha Illallah ( Kalimatul Ikhlas Ibnu
Rajab : 103 ). Oleh karena itu kita harus bersemangat memahami
kalimat yang agung ini, kalimat yang menjadi sebab manusia diciptakan,
para Rasul diutus, kitab kitab diturunkan, dan karena sebab kalimat
inilah terbagi manusia menjadi orang orang yang beriman dan orang
orang kafir, kebahagian bagi penduduk surga

dan penderitaan bagi

penduduk neraka, kalimat Laa ilaha illallah adalah urwatul wutsqa (tali
yang kokoh), kalimat Laa ilaha illallah adalah rukun yang sangat agung
dari agama dan cabang yang sangat penting dari keimanan, dan kalimat
Laa ilaha illallah adalah jalan meraih surga dan selamat dari neraka.
( Silahkan lihat Fiqh AL Adiyah Wal Adzkar

Syaikh

Abdul

Razzaq Bin Abdul Muhsin Al Badr : 168, Dar Ibnu Affan )


Maka dari itu sangatlah mendesak bagi kita untuk memahami makna Laa
ilaha illallah dengan pemahaman yang benar. Berkata Syaikh Zaid Bin
Muhammad Al Madkholi Hafiidzahullah : Wajib atas setiap muslim
dan muslimah supaya mereka mempelajari rukun dan syarat Laa ilaha
Illallah secara global dan jelas ( Syarh Al-Ushulus Tsalasah, Syaikh
Zaid : 36 )
Keutamaan Laa Ilaha Illallah

Sebelum menjelaskan makna Laa ilaha illallah, alangkah pentingnya bagi


kita untuk mengetahui keutamaan Laa ilaha lllallah. Keutamaan Laa Ilaha
Illallah sangatlah banyak diantaranya adalah :
1.

Sebab Keberuntungan dan kebahagian, Sebagaimana sebuah


hadist, dari Thariq Al Mahariby Radiyallahu Anhu berkata, saya
melihat Rasululloh Shalallahu alaihi wassalam berjalan di pasar dzil
madzaz (nama sebuat tempat), memakai baju merah, dan beliau
Shalallahu alaihi wassalam bersabda : Wahai manusia katakanlah
oleh kalian Laa Ilaha Illallah supaya kalian beruntung ( HR. Ibnu
Khuzaimah di dalam shahihnya dengan sanad shahih han
dishahihkan oleh Syaikh Muqbil didalam shahihul Musnad jilid
1 hal : 535 )

2.

Diantara keutamaanya bahwasannya kalimat Laa Ilaha Illallah


sesuatu yang paling berat timbangannya. Sebagaimana sebuah
hadist, dari Abdullah bin Amr, Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam
bersabda: Sesungguhnya Allah akan membersihkan seseorang dari
umatku pada hari kiamat, dibentangkan baginya 99 sijjil (catatan
amal)

masing-masing

sijjil

sepanjang

pandangan

mata.

Lalu

dikatakan kepadanya: adakah sesuatu yang kamu ingkari dari hal ini,
apakah malaikat pencatatku yang terjaga mendzolimimu ? Ia
menjawab: Tidak wahai Rabbku. Kemudian ia ditanya, apakah kamu
punya (udzur) alasan atau kebajikan? ia menggelengkan kepalanya
(menunjukkan tidak punya) lalu menjawab tidak punya wahai Rabb.
lalu ia diberi tahu: Sesungguhnya kamu memiliki kebajikan di sisi
Kami

dan

kamu tidak akan didzalimi sedikitpun pada hari ini,

kemudian dikeluarkan baginya sebuah bithaqah (kartu yang berisi


catatan amal) yang di dalamnya tertulis Asyhadu anlaailaha
illallah

wa

asyhadu

anna

muhammadarrasulullah-

maka

dikatakan hadirkanlah dan timbanglah bitaqah tersebut, Maka ia


berkata: Wahai Rabb apa arti dari bithaqah (kartu) ini di banding
dengan sijjil (lembaran) ini Dikatakan kepadanya: Engkau tidak akan
didzalimi sedikitpun dan diletakkan sijjil (lembaran-lembaran) pada

sebuah daun timbangan dan bitaqah (kartu catatan amal Laa Ilaha
Illallah) pada daun timbangan lainnya, terangkatlah sijjil dan menjadi
beratlah bitaqah, tidak ada yang lebih berat bersama nama Allah
sesuatu apapun. ( HR Tirmidzi, didalam sunannya dan Ibnu
Majah dengan sanad shahih, di shahihkan oleh Syaikh Muqbil
didalam shahihul musnad jilid : 1 hal : 535 )
3.

Diantara keutamaan Laa ilaha illallah sebab dikeluarkan dari

neraka,
Sebagaimana dalam sebuah hadist, dari Anas bin Malik Radiyallahu
Anhu, bahwasanya Nabi Shalallahu alahi Wassalam bersabda : Di
keluarkan dari neraka bagi orang yang berkata Laa ilaha illallah dan
didalam

hatinya

terdapat

seberat

biji

sawi

dari

kebaikan

dan

dikeluarkan dari neraka bagi orang yang berkata Laa ilaha illallah dan
didalam hatinya ada kebaikan seberat biji tepung dan dikeluarkan dari
neraka bagi orang yang didalam hatinya ada kebaikan sebesar biji
bijian ( HR. Bukhari No : 44 dan Muslim No : 193 )
4.

Diantara keutamaan Laa Ilaha Illallah sebab selamat dari

neraka.
Sebagaimana

dalam

sebuah

hadist

dari

Ubadah

Bin

Shamit

Radiyalallahu Anhu berkata, saya mendengar Rasulullah Shalalahu


Alahi Wassalam bersabda, : Barangsiapa yang bersaksi Tidak ada ilah
( sesembahan ) yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad
utusan Allah maka diharamkan atasnya neraka . ( HR. Muslim No :
29 )
5.

Diantara keutamaan Laa Ilaha Illallah sebab dimasukkan

dalam surga.
Sebagaimana sebuah hadist dari Usman Bin Affan Radiyallahu Anhu
berkata,

Rasulullah

Shalalahu

Alaihi

Wassalam

bersabda

Barangsiapa yang mati dan ia mengetahui makna Laa ilaha illallah


maka ia masuk surga ( HR. Muslim No : 26 )

Keutamaan Laa ilaha illallah ini tidaklah didapat kecuali bagi yang
mengucapkan

Laa

ilaha

illallah,

memahami

maknanya

dan

mengamalkan konsekuensinya. Adapun bagi yang mengucapkan tanpa


mengetahui maknanya dan mengamalkan konsekuensinya maka ia
tidak mendapatkan keutamaan Laa ilaha illallah, bahkan keislamannya
tidak sah disisi Allah. Naudzubillah.
Berkata Syaikh Sulaiman Bin Abdullah Alu Syaikh Rahimahullah :
Barangsiapa yang bersaksi Laa ilaha illallah yaitu yang mengucapkan
kalimat ini, mengetahui maknanya, mengamalkan konsekuensinya secara
dzohir dan bathin, sebagimana yang di tunjukkan dalam firman Allah
Taala


.


.
















Maka ketahuilah, bahwasanya tidak ada ilah (sesembahan) yang

berhak disembah kecuali Allah dan mohon ampunlah atas dosamu dan
dosa

orang

orang

beriman laki-laki

dan

perempuan

hak

(tauhid)

Qs.

Muhammad : 19 ),

kecuali

orang

yang

mengakui

yang

dan

mereka

mengilmui. ( Qs. Adzukruf : 86 ),


adapun mengucapkannya tanpa mengetahui maknanya dan tidak
mengamalkan konsekuensinya, maka yang demikian itu tidaklah
bermanfaat menurut kesepakatan Ulama ( Taisirul Azizul Hamiid
Syarh Kitab Tauhid : 51 )
Oleh karena itu sangatlah mendesak bagi kita untuk memahami
makna Laa laha llallah, insya Allah akan di bahas disini secara
sederhana dan ringkas.
Makna Laa Ilaha Illallah

Makna Laa ilaha illallah adalah tidak ada ilah ( sesembahan ) yang berhak
disembah kecuali Allah, adapun sesembahan selain Allah sesembahan
yang bathil, tidak berhak untuk disembah.
Berkata Syaikh Ibnu Baaz Rahimahullah : Makna syahadat Laa Ilaha
Illallah

adalah

lamabuda

bihaqin

ilallah

Tidak

ada

ilah

(sesembahan) yang berhak disembah kecuali Allah ) ( Syarh Al


Ushulus Stalasah : 59 )
Seseorang dikatakan memahami makna Laa ilaha illallah, jika dia
mengetahui bahwasanya hanya Allah sematalah yang berhak disembah
dengan berbagai macam ibadah, selain Allah tidak berhak untuk
disembah dengan satu macam ibadah apapun dan siapapun orangnya.
Dia tidak berdoa kecuali hanya kepada Allah, dia tidak takut dengan takut
ibadah kecuali hanya kepada Allah, dia tidak bertawakal kecuali hanya
kepada Allah, seluruh ibadahnya dia serahkan hanya untuk Allah semata.
Inilah penafsiran yang benar dari makna Laa ilaha illallah, yang ditafsirkan
oleh para ulama ahlus sunnah wa jamaah, yaitu Tidak ada ilah
(sesembahan) yang berhak disembah kecuali hanya Allah semata.
Hal ini perlu diperhatikan karena disana ada penafsiran yang salah,
sebagimana yang disebutkan oleh Syaikh Sholeh Al Fauzan di dalam
kitabnya, Aqidah Tauhid. Penafsiran Makna Laa ilaha illallah yang salah itu
diantaranya :
1. Lamabuda Illah ( Tidak ada sesembahan kecuali Allah ) penafsiran
seperti ini penafsiran bathil dikarenakan maknanya setiap yang
disembah baik itu hak atau yang bathil adalah Allah.
2. Laa Kholiqo Illallah ( Tidak ada pencipta kecuali Allah ) Penafsiran
seperti ini hanya bagian dari makna Laa ilaha illallah bukanlah yang
diinginkan dari penafsiran kalimat ini. Karena penafsiran ini tidaklah
menetapkan kecuali tauhid rububiyah semata. Dan itu tidaklah cukup
karena tauhid jenis ini diakui oleh orang orang musyrik.

3. Laa Haakimiiyatu Illallah ( Tidak ada yang menetapkan hukum


kecuali Allah ) Penafsiran seperti ini hanyalah bagian dari makna Laa
ilaha illallah. Bukan ini penafsiran yang diiginkan dari makna ini,
dikarenakan penafsiran seperti ini tidaklah cukup. Misalnya jika dia
mentauhidkan Allah didalam masalah hukum saja, tetapi berdoa kepada
selain Allah atau memalingkan ibadah kepada selainnya maka tidaklah
dikatakan muwahid (orang yang mentauhidkan Allah).
Dan setiap penafsiran diatas adalah penafsiran bathil dan kurang. Saya
ingatkan penafsiran penafsiran diatas dikarenakan terdapat disebagian
kitab kitab yang beredar
( Silahkan lihat Aqidah Tauhid, Syaikh Sholeh Al-Fauzan : 50
51 )
Dari keterangan di atas jelaslah bagi kita bahwa makna Laailahaillallah
adalah Tidak ada Ilah ( sesembahan ) yg berhak disembah kecuali
Allah. Adapun menafsirkan kalimat Laailahaillallah dengan makna Tidak
ada tuhan selain Allah, Tidak ada yang mengatur selain Allah, Tidak ada
pencipta selain Allah adalah kurang dan menyelisihi Al Quran dan Sunnah.
Rukun Laa Ilaha Illallah
Kalimat Laailahaillallah memiliki 2 (dua) rukun, yaitu:
1. An-Nafyu (meniadakan) terletak pada kalimat ( Laailaha) Artinya
meniadakan seluruh sesembahan selain Allah Taala. Dan mengkafiri
sesembahan selain Allah. ( mengkafiri perbuatan peribadahan kepada
selain Allah, orang yang menyembah selain Allah, orang yang disembah
selain Allah yang ia ridho terhadap penyembahannya tersebut ).
2. Al-Itsbaat ( menetapkan ) pada kalimat ( Illallah )

artinya

menetapkan hanya Allah sematalah yang berhak disembah. Dan


mengamalkan konsekuensi tersebut. Dalil dua rukun ini adalah Firman
Allah Taala






..

Barangsiapa ingkar kepada thagut dan beriman kepada Allah, maka


sungguh dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang
tidak akan putus ( Qs. Al Baqarah : 256 )
) makna rukun yang pertama


.
Perkataan ini (



( Laa Ilaha)

perkataan (



) makna rukun yang kedua ( Illallah )
Allah Taala berfirman











Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu sembah, kecuali
Allah yang menciptakan ku ( Qs. Ibrahim : 26 27 )
Perkataan Ini ( ) makna rukun yang pertama (Laa Ilaha )

perkataan (
) makna rukun yang kedua ( Illallah )
( Kitab Aqidah Tauhid Syaikh Sholeh Al Fauzan Hal : 40 41 )
Seorang hamba harus memenuhi dua rukun ini didalam pengucapan
kalimat Laa ilaha illallah nya.
Syarat Laa Ilaha Illallah
Sebagaimana dari hasil penelitian dalil dalil Al Quran dan As Sunnah
bahwa syarat Laailahaillallah ada ada tujuh syarat sebagaimana akan
disebutkan disini.
[1] Ilmu (Mengilmui maknanya) yang meniadakan kebodohan
[2] Yakin yang meniadakan syak (keragu-raguan)
[3] Ikhlas yang meniadakan syirik
[4] Shidq ( jujur ) yang meniadakan dusta
[5] Mahabbah ( cinta ) yang meniadakan benci
[6] Inqiyad ( tunduk ) yang meniadakan sikap meninggalkan

[7] Qabul ( menerima ) yang meniadakan sikap menentang


( Silahkan lihat Aqidah Tauhid Syaikh Shalih Al Fauzan Al dan
Wajibat )
Penjelasan Syarat Laa Ilaha Illallah
Perlu diketahui bahwasanya yang di inginkan dari syarat Laa ilaha illallah
ini, bukanlah sekedar di hapal semata tanpa ada pengamalan secara
dzohir dan bathin. Karena tidaklah bermanfaat pengetahuan seseorang
tentang syarat Laa ilaha illallah atau bahkan menghafalnya tetapi tidak
terkumpul ke tujuh syarat ini pada amalan mereka. ( Silahkan lihat
Tanbihaat Al Mutahatimaat Al Marifat ala Kulli Muslim in wa
Muslim at, Ibrahim Bin Syaikh Sholih Al Qarawi : 41 Darus
Shamiy )
Berkata Syaikh Abdul Aziz Abdullah Ar Rajihiy Hafidzahullah :
Barangsiapa yang berkata Laa ilaha illallah dengan lisannya dan tidak
memenuhi syaratnya dari ikhlas, shidq (jujur), mahabbah (cinta) dan
inqiyad (tunduk) maka dia seorang musyrik. Dan Nabi Shalallahu Alaihi
Wassalam bersabda : Barangsiapa yang berkata tidak ada ilah
(sesembahan) yang berhak disembah kecuali Allah dan mengkafiri
sesembahan selain Allah maka diharamkan hartanya,

darahnya dan

perhitungannya disisi Allah . Dan hal ini yaitu tidak mengkafirkan apa
apa

yang

disembah

selain

Allah,

merupakan

bentuk

dia

tidak

mendatangkan syarat-syarat kalimat ini, kalimat Laa ilaha illallah yang dia
ucapkan dengan lisannya di batalkan oleh perbuatannya. ( Asilatu
Waajwibatu Fil Iman wal Kufri, Syaikh Abdul Aziz Abdullah Ar
Rajihiy dan lain lain : 45 )
Syarat pertama : Ilmu
Yaitu mengilmui makna Laa ilaha illallah, dari apa apa yang di nafikan
(ditiadakan)

dari

sesembahan

selain

Allah

dan

mengistbatkan

(menetapkan) hanya Allah sematalah yang berhaq untuk disembah.

Lawan dari syarat ilmu ini adalah al jahl (bodoh) yaitu bodah dari
pengetahuan tentang makna Laa ilaha illallah.
Allah Taala berfirman,

.
.





Maka ilmuilah (ketahuilah), bahwa sesungguhnya tidak ada ( ilah )
sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah. (QS. Muhammad :
19)
Inti ayat ini dijadikan dalil bahwa ilmu syarat Laa ilaha illallah

adalah

ayat ini dimulai dari perintah untuk mengilmui kalimat Laa ilaha illallah,
didahulukan ilmu dari ucapan dan perbuatan, hal ini menunjukkan ilmu
merupakan syarat Laa ilaha illallah
Begitu juga Allah Taala berfirman,











Kecuali orang yang bersaksi yang haq (laa ilaha illallah) dan mereka
menglimuinya ( QS. Az Zukhruf: 86 )
Inti ayat ini dijadikan dalil bahwa ilmu syarat Laa ilaha illallah adalah pada

ayat ini (
) bersaksi yang hak ( Laa ilaha illallah ) dengan



syarat ilmu
(
) mereka mengetahui makna yang terkandung

didalamnya.
Dari Utsman Bin Affan Radiyalallahu Anhu , beliau berkata bahwa
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
Barang siapa yang mati dalam keadaan mengilmui (mengetahui)
bahwa tidak ada ( ilah ) sesembahan yang berhaq disembah kecuali
Allah, maka dia akan masuk surga. ( HR. Muslim No : 26 )
Disyaratkan pada hadist ini, orang yang mengucapkan Laa ilaha illallah
masuk surga dengan syarat mengilmui maknanya.
Syarat kedua : Yakin

Yakin adalah hilangnya keraguan, yang demikian itu karena kuat dan
sempurnanya ilmu. Seseorang yang megucapkan kalimat Laa Ilaha Illallah
harus yakin terhadap kandungan kalimat ini dengan keyakinan yang
kokoh yang tidak tercampur oleh keraguan. Adapun lawan dari yakin
adalah Syak (keraguan), yaitu ragu terhadap kalimat ini. Naudzubillah.
Sebagaimana Allah Taala berfirman,


Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang
yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka
tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa
mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. ( QS. Al
Hujurat : 15 )
Inti ayat ini dijadikan dalil bahwa yakin syarat Laa Ilaha Illallah adalah
disyaratkan pada ayat ini kejujuran keimanan seseorang kepada Allah dan
Rasul Nya dengan tidak dicampuri keraguan (tidak ragu-ragu )
yang merupakan lawan dari yakin.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Barangsiapa yang bersaksi bahwa tidak ada yang ilah ( sesembahan )
yang berhak di sembah kecuali Allah dan aku adalah utusan Allah. Tidak
ada seorang hamba pun yang bertemu Allah (meninggal dunia) dengan
membawa kedua persaksian tersebut dalam keadaan tidak ragu-ragu
kecuali Allah akan memasukkannya ke surga. ( HR. Muslim no. 31)
Pada hadist ini disyaratkan orang yang mengucapkan Laa Ilaha Illallah
yang menjadi sebab dimasukkannya kedalam surga, dengan syarat tidak
ada keraguaan di dalam hatinya. Jika tidak ada syarat maka tidak ada
yang disyaratkan.
Syarat Ketiga : Ikhlas

Syarat yang ketiga adalah ikhlas yang meniadakan kesyirikan, kenifaqkan,


riya

dan

sumah.

Ikhlas

adalah

membersihkan

amal

dengan

membersihkan niat dari seluruh kotoran syirik.














.
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
ikhlas (memurnikan) ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama
yang lurus. ( QS. Al Bayyinah : 5 )
Inti ayat ini dijadikan dalil bahwa ikhlas syarat Laa Ilaha Illallah adalah
pada perkataan (dengan ikhlas




) , yaitu tidaklah mereka

diperintahkan untuk beribadah kecuali hanya kepada Allah semata


dengan mengikhlaskan ketaatan kepada Nya. Hal ini menunjukkan bahwa
ikhlas syarat dari Laa Ilaha Illallah.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Orang yang berbahagia karena mendapat syafaatku pada hari kiamat
nanti adalah orang yang mengucapkan laa ilaha illallah dengan ikhlas
dalam hatinya atau dirinya. ( HR. Bukhari no. 99 )
Pada hadist ini terkandung bahwa ikhlas adalah syarat kalimat laa ilaha
illallah. Dikarenakan tidaklah seseorang mendapat syafaat Nabi di akhirat
kelak kecuali bagi orang yang mengucapkan laa ilaha illallah dengan
syarat ikhlas dari hatinya.
Dari Itban Bin Malik Radiyallahu Anhu berkata, Rasulullah Shalallahu
Alaihi Wassalam bersabda : Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka
bagi orang yang mengucapkan laa ilaha illallah karena mengharap wajah
Allah ( HR. Bukhari No : 415 )
Pada hadist ini Allah mengharamkan bagi orang yang mengucapkan laa
ilaha illallah neraka, dengan syarat di ucapkan dengan niat yang ikhlas
mencari wajah Allah semata. Hal ini menunjukkan Ikhlas merupakan
syarat laa ilaha illallah.
Syarat Keempat : Shidq (jujur)

Syarat yang keempat ini adalah jujur, kejujuran yang meniadakan


kedustaan. Maka orang yang mengucapkan laa ilaha illallah diharuskan
jujur didalam hatinya, sesuai antara ucapan dan hatinya, adapun jika
mengucapkan laa ilaha illallah sementara hatinya mendustakan hal ini
seperti kondisi orang munafiq. Naudzubillah
Allah Taala berfirman








*




*


















Alif Laam Miin, Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan
hanya dengan mengatakan Kami telah beriman, dan mereka tidak di
uji. Dan sungguh, Kami telah menguji orang sebelum mereka, maka Allah
pasti mengetahui orang orang yang benar dan pasti mengetahui orang
orang yang dusta ( Qs. AL Ankabut : 1 sd 3 )
Allah mengkhabarkan pada ayat yang mulia ini, sebuah sunatullah bagi
orang yang mengaku beriman akan di uji, untuk menunjukkan kejujuran
imannya, apakah ia seorang yang jujur atau seorang yang dusta dalam
keimanannya. Maka shidq (jujur) merupakan syarat dari keimanan kepada
Allah
Dari Muadz Bin Jabbal Radiyallahu Anhu berkata, Rasulullah Shalallahu
Alaihi Wassalam bersabda : Tidaklah seseorang bersaksi bahwa tidak
ada ( ilah ) sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan
Muhammad adalah utusan-Nya dengan kejujuran dari dalam hatinya,
kecuali Allah akan mengharamkan neraka baginya. ( HR. Bukhari no.
128 Muslim : 32 )
Disyaratkan pada hadist ini orang yang mengucapkan laa ilaha illallah
yang diharamkan atasnya neraka, bagi orang yang mengucapkannya
yang bersumber dari hati yang jujur.
Syarat Kelima : Mahabbah ( cinta )
Yaitu mencintai kalimat ini dan mencintai kandungan kalimat ini.

Mahabbah ( cinta ) dibagi menjadi dua :


1.

Mahabbah ( cinta ) yang hukumnya wajib : Yaitu mahabbah

yang seorang tidak dihukumi sebagai seorang muslim kecuali ada pada
dirinya, seperti mencintai Allah, mencintai perkara yang Allah wajibkan
padanya dan meninggalkan apa yang diharamkan baginya. Maka jika
seseorang pada dirinya tidak ada Mahabbah jenis ini secara keseluruhan
atau mahabbah yang tidaklah dikatakan seseorang sebagai seorang
muslim kecuali ada mahabbah tersebut pada dirinya. Adapun jika
meremehkan sebagian dari kewajiban yang bukan termasuk jenis
mahabbah yang merupakan syarat sah keislaman seseorang maka
berkuranglah keimanannya sesuai peremahan kewajiban yang ia lakukan.
2.

Mahabbah ( cinta ) yang hukumnya sunnah : Yaitu cinta yang

menjadi pendorong dia melakukan perkara sunnah.


Adapun mahabbah ( cinta ) yang dimaksud disini adalah mahabah yang
merupakan syarat sah keislaman seseorang.
Allah Taala berfirman



Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan
tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka
mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya
kepada Allah. ( QS. Al Baqarah : 165 )
Inti ayat ini dijadikan dalil bahwa mahabbah (cinta) syarat Laa Ilaha
Illallah adalah bahwasanya mahabbah ( cinta ) adalah ibadah yang sangat
agung, yang seseorang tidaklah dikatakan sebagai orang beriman kecuali
dengannya.
Dari Anas Bin Malik Radiyallahu Anhu berkata, Rasulullah Shalallahu
Alaihi Wassalam bersabda : Tiga perkara yang jika ada pada diri
seseorang akan merasakan manisnya iman, Allah dan Rasul Nya lebih

di cintai dari selain keduanya, tidak mencintai seseorang kecuali karena


Allah, membenci kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkan
darinya sebagaimana bencinya jika dimasukkan kedalam neraka. ( HR.
Bukhari no : 16 dan Muslim no 43 )
Tidaklah seseorang mendapatkan manisnya iman kecuali mencintai Allah
dan Rasul Nya melebihi dari kecintaannya kepada yang lain.
Syarat Keenam : Inqiyad ( tunduk )
Allah Taala berfirman






.


















..


Dan barangsiapa berserah diri kepada Allah, sedang dia orang yang
berbuat kebaikkan maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada
buhul ( tali ) yang kokoh . ( Qs. Luqman : 22 )
Inti ayat ini dijadikan dalil dari inqiyad ( tunduk ) syarat Laa Ilaha Illallah
adalah pada perkataan ( berserah diri kepada Allah . ..




.





.). Jika tidak ada syarat maka tidak ada yang disyaratkan. Jika
seseorang tidak mendatangkan syarat inqiyad pada dirinya maka tidak
ada yang disyaratkan yaitu tidak ada islam pada dirinya ( islamnya tidak
sah )
Syarat Ketujuh : Qabul ( menerima )
Syarat yang ketujuh adalah Qabul ( menerima ), yaitu menerima
kandungan makna yang terkandung dari kalimat ini, dari meniadakan
dengan hati dan lisannya sesembahan selain Allah dan menetapkan
hanya Allah sematalah yang berhak disembah.
Lihatlah pada firman Allah taala,














.





.

Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi


peringatanpun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup
mewah di negeri itu berkata: Sesungguhnya kami mendapati bapakbapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah
pengikut jejak-jejak mereka.(Rasul itu) berkata: Apakah (kamu akan
mengikutinya juga) sekalipun aku membawa untukmu (agama) yang lebih
(nyata) memberi petunjuk daripada apa yang kamu dapati bapak
bapakmu

menganutnya?

Mereka

menjawab:

Sesungguhnya

kami

mengingkari agama yang kamu diutus untuk menyampaikannya. Maka


Kami binasakan mereka maka perhatikanlah bagaimana kesudahan
orang-orang yang mendustakan itu. ( QS. Az Zukhruf : 23-25 )
Di jelaskan pada ayat ini bahwasannya mereka menolak kebenaran yaitu
lawan dari syarat Laa ilaha illallah qabul ( menerima ) kebenaran maka
Allah mengadzabnya.
Perbedaan Inqiyad ( tunduk ) dan Qabul ( menerima )
Qabul lebih umum dari inqiyad, setiap inqiyad pasti qabul tidak setiap
qabul pasti inqiyad. Atau inqiyad mengikuti dengan perbuatan
Dari Abu Musa radhiyallahu anhu, dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam,
beliau bersabda,
Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang aku bawa dari Allah adalah
seperti air hujan lebat yang turun ke tanah. Di antara tanah itu ada yang
subur yang dapat menyimpan air dan menumbuhkan rerumputan. Juga
ada tanah yang tidak bisa menumbuhkan rumput (tanaman), namun
dapat menahan air. Lalu Allah memberikan manfaat kepada manusia
(melalui tanah tadi, pen); mereka bisa meminumnya, memberikan minum
(pada hewan ternaknya, pen) dan bisa memanfaatkannya untuk bercocok
tanam. Tanah lainnya yang mendapatkan hujan adalah tanah kosong,
tidak dapat menahan air dan tidak bisa menumbuhkan rumput (tanaman).
Itulah permisalan orang yang memahami agama Allah dan apa yang aku
bawa (petunjuk dan ilmu, pen) bermanfaat baginya yaitu dia belajar dan
mengajarkannya. Permisalan lainnya adalah permisalan orang yang

menolak (petunjuk dan ilmu tadi, pen) dan tidak menerima petunjuk Allah
yang aku bawa. (HR. Bukhari no. 79 dan Muslim no. 2282 )
Pada hadist ini dijelaskan orang yang tidak menerima kebenaran secara
keseluruhan dengan berpaling dan meninggalkannya maka dialah orang
kafir jika hujah ( penjelasan ) telah tegak padanya. Karena dia tidak
mendatangkan

salah

satu

syarat

Laa

Ilaha

Illallah

yaitu

Qabul

(menerima). ( Silahkan lihat Tanbihaat Al Mutahatimaat Al Marifat


ala Kulli Muslim in wa Muslim at, Ibrahim Bin Syaikh Sholih Al
Qarawi : 41 Darus Shamiy, Shahihul Minal Atsar Fi Khutbatil
Mimbar, Faishol Haasidy : 61, Thoriqatul Wusuli ila Idhoohis
stalasatil Ushul syaikh Zaid Al Madkholi : 36-41, Al Qaulul Mufid Fi
Adilatit

Tauhid

Syaikh

Muhammad

Bin

Abdul

Wahhab

Al

Whusoby )
Konsekuensi Laa Ilaha Illallah
Yaitu dengan meninggalkan ibadah kepada selain Allah dari apa apa
yang disembah. Hal ini terdapat pada perkataan kita ( Laa ilaha ) dan
beribadah hanya kepada Allah semata, hal ini terkandung pada kalimat
( Illallah ). Adapun dalil hal ini banyak sekali diantara nya adalah firman
Allah Taala
.







.
Dan Rabbmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah
kecuali Dia ( Qs. Al Israa : 23 )









Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan Nya
dengan sesuatu apapun ( Qs. An Nisa : 36 )
( Al Qaulul Mufid Fi Adilatit Tauhid Syaikh Muhammad Bin Abdul
Wahhab Al Whusoby : 34 )
Memahami Makna Muhammadarasululah Sebuah Kewajiban Yang
Terpenting

Oleh : Abu Ibrahim Abdullah al Jakarty


Memahami makna Muhammadarrasuulullaah adalah perkara yang sangat
penting dan mendesak bagi seorang muslim dan muslimah untuk
memahaminya. Tidak cukup seseorang hanya sekedar mengucapkannya
saja akan tetapi wajib bagi dia untuk memahami maknanya dan
mengamalkan kosekuensinya secara lahiriah dan bathiniah.
Adapun makna Muhammadarrasuulullaah yaitu, Pengakuan dengan lisan
dan diimani dengan hatinya bahwasannya Muhammad bin Abdullah al
Quraisy al Haasyimiy adalah Rasuulullaah (utusan Allah) untuk seluruh
makhluk dari jin dan manusia. (Syarh Al Ushuul Ats Tsalaatsah,
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin : 261)
Berkata asy-Syaikh Al Allamah Shalih al Fauzan hafidzahullah tentang
makna Muhammadarrasuulullaah yaitu : Pengakuan secara bathin dan
secara dhahir bahwasannya dia (Muhammad) hamba Allah dan utusanNya yang diutus untuk manusia seluruhnya. (Aqidah Tauhid : 40)
Tentang makna ini Allah subhaanahu wataaala berfirman :


. .

.
.
Dan Kami tidaklah mengutusmu melainkan untuk seluruh manusia.
(Qs. As-Saba:28)









Dan katakanlah (Muhammad) : Hai manusia! Sesungguhnya aku ini
utusan Allah kepada kamu semua. (Qs. Al Araf : 158)
Dan

dalam

sebuah

hadits,

Rasulullah

shalallaahu

alahi

wasallam

bersabda :
dan Aku diutus kepada makhluk seluruhnya. (HR. Muslim dari
shahabat Abu Hurairah)
Dalam hadits yang lain Rasulullah shalallahu alahi wasallam bersabda :

Dahulu para nabi diutus khusus untuk kaumnya saja, sedangkan aku
diutus untuk seluruh manusia. (HR. Bukhari dan Muslim )
Inilah makna Muhammadarrasuulullaah yang harus dipahami oleh seorang
muslim. Seseorang dikatakan memahami makna syahadat yang kedua ini
ketika dia memahami bahwasannya Nabi Muhammad shalallaahu alahi
wasallam adalah seorang manusia biasa, hamba Allah subhaanahu wa
taaala yang tidak memiliki hak Rububiyah dan hak uluhiyah sekaligus
beliau adalah seorang Rasulullah (utusan Allah) yang diutus untuk seluruh
manusia. Hamba Allah yang tidak boleh disembah dan utusan Allah yang
tidak boleh didustai.
Makna Muhammadarrasuulullaah tidaklah sekedar ucapan saja tanpa
kosenkuensi,

bahkan

makna

Muhammadarrasuulullaah

mempunyai

kosekuensi yang harus dipahami dan diamalkan. Dibawah ini adalah


kosekuensi dari makna Muhammadarrasuulullaah :
Pertama

Menaati

perintah

Rasulullah

shalallaahu

alahi

wasallam.
Seseorang yang mengucapakan syahadat Muhammadarrasuulullaah maka
wajib untuk menaati Rasulullah shalallaahu alahi wasallam hal ini
merupakan konsekunsi dari syahadatnya.
Allah subhaanahu wa taaala berfirman :

.


[31:] .




















Katakanlah (wahai Muhammad) : Jika kamu mencintai Allah ikutilah aku,
niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha
pengampun lagi Maha Penyayang. (Qs. Ali Imran : 31)
Ketaatan kepada Rasulullah shalallaahu alahi wasallam merupakan
ketaatan kepada Allah subhaanahu wa taaala dan kedurhakaan kepada
Rasulullah shalallaahu alahi wasallam merupakan kedurhakaan kepada
Allah subhaanahu wa taaala.

Sebagaimana Allah subhaanahu wa taaala berfirman tentang hal ini:







.

[80:].







.




Barangsiapa menaati Rasul (Muhammad) maka sesungguhnya dia telah


menaati Allah. (Qs. an Nisa : 80)


[64:].









.
Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul melainkan untuk ditaati
dengan izin Allah. (Qs. an Nisa : 64)


[23:].
















.

Dan barangsiapa yang yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka
sesungguhnya dia akan mendapatkan (adzab) neraka Jahannam. (Qs. al
Jinn : 23).
Kedua : Membenarkan apa yang dikhabarkan oleh Rasulullah
shalallaahu alahi wasallam.
Ketika

seseorang

mengikrarkan

bahwasanyya

Nabi

Muhammad

shalallaahu alahi wasallam adalah utusan Allah maka wajib baginya untuk
membenarkan khabar-khabar yang datang dari Rasulullah shalallaahu
alahi wasallam.
Allah subhaanahu wa taaala berfirman :
[3-4: ].




.






..


Dan tidaklah yang diucapkannya itu (al Quran) menurut keinginannya,
tidak lain (al Quran itu) adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).
(Qs. an Najm : 3-4)
Dalam sebuah hadits Rasulullah shalallaahu alahi wasallam bersabda :
tidakkah kalian mempercayaiku sedangkan aku adalah kepercayaan
Dzat yang berada di atas langit? datang kepadaku khabar dari langit

setiap pagi dan sore. (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Said al
Khudry Radiyallaahu anhu)
Ketahuilah

bahwasannya

Rasulullah

shalallaahu

alahi

wasallam

mengkhabarkan kepada kita tiga perkara :


1. Bahwasannya

Rasulullah

shalallaahu

alahi

wasallam

mengkhabarkan kepada kita tentang dien (agama) ini, tentang


rukun islam, rukun iman, perintah dan larangan.
2. Mengkhabarkan tentang perkara-perkara yang terjadi di masa
lampau dari ummat para Nabi terdahulu dan yang lainnya.
3. Mengkhabarkan tentang perkara yang akan datang, tentang tandatanda kiamat, adzab dan nikmat kubur, tentang surga dan neraka
dan perkara yang lainnya.
Ketiga

Meninggalkan

apa

yang

beliau

shalallaahu

alahi

wasallam larang dan peringatkan.


Tentang hal ini Allah subhaanahu wa taaala berfirman :












.
[7:]
Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dan apa yang
dilarang bagimu maka tinggalkanlah. (Qs. al Hasyr : 7)
Berkata

asy-Syaikh

Al

Allamah

Shalih

Abdul

Aziz

Alu

Syaikh

hafidzahullah : Dan apa yang datang dari Rasul dari perintah-perintah


atau

khabar-khabar

maka

ambilah

dalam

rangka

menjalankan

perintahnya dan membenarkan khabarnya dan apa yang kalian dilarang


darinya maka tinggalkanlah, dan apa yang kalian dilarang darinya maka
wajib atas kalian untuk meninggalkannya dalam rangka taat kepada
Allah. (Syarah Al Ushul Ats Tsalatsah, Syaikh Shalih Alu Syaikh :
296)

Keempat : Tidak beribadah kepada Allah subhaanahu wa taaala


kecuali dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah shalallaahu
alahi wasallam.
Tentang hal ini asy-Syaikh Muhammad Aman Jami Rahimahullah berkata:
Poin ini sangatlah penting dikarenakan banyak diantara manusia telah
menaati Rasul-Nya dan tidak mendustakannya, dia telah meninggalkan
banyak hal dari larangan-larangan dan mengerjakan perintah, akan tetapi
dia beribadah kepada Allah tidak terikat dengan apa yang datang dari
Rasulullah shalallaahu alahi wasallam, dari sini dia terjatuh kepada
perbuataan bidah, beribadah kepada Allah dengan tanpa petunjuk di
dalam ibadahnya, tidak sesuai dengan sunnah. (Syarh Al Ushul Ats
Tsalatsah : 77)
Rasulullah shalallaahu alahi wasallam bersabda :
Barangsiapa mengerjakan suatu amal yang tidak ada dasarnya dalam
urusan (agama) kami maka amal itu tertolak. (HR. Imam Muslim dari
Aisyah radhiyallaahu anha)
Kelima : Mendahulukan ucapan Rasulullah shalallaahu alahi
wasallam daripada ucapan siapapun.
Hal ini merupakan konsekunsi yang sangat agung dari kalimat ini,
sebagaimana Allah taaala berfirman :


[1:]
Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah
dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh

Allah Maha

Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al Hujurat : 1)


Berkata asy-Syaikh All Allamah Abdurrahman As Sadi Rahimahullah :
Dalam ayat ini terdapat larangan yang sangat keras dari mendahulukan
perkataan

selain

Rasulullah

shallallahu

alaihi

wasallam

atas

perkataannya, ketika telah jelas


wasallam

wajib

mendahulukannya

bagi
atas

sunnah Rasulullah shallallahu alaihi

seseorang
selainnya,

untuk
siapapun

mengikutinya
orangnya.

dan

(Taisiirul

Karimir Rahman pada ayat ini)


Inilah

penjelasan

dari

makna

Muhammadarrasuulullaah

dan

konsekuensinya yang harus dipahami dan diamalkan secara dzahir dan


bathin.

TAQWA
A. Pengertian, Kedudukan dan RuangLingkup Taqwa
1. Pengertian dan Kedudukan Taqwa
Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi dan wiqayah yang berarti takut,
menjaga, memelihara dan melindungi. Maka taqwa dapat diartikan
sebagai

sikap

pengalaman

memelihara

ajaran

agama

keimanan
islam.

yang

Taqwa

diwujudkan

secara

bahasa

dalam
berarti

penjagaan/ perlindungan yang membentengi manusia dari hal-hal yang


menakutkan dan mengkhawatirkan. Oleh karena itu, orang yang
bertaqwa adalah orang yang takut kepada Allah berdasarkan kesadaran
dengan mengerjakan perintah-Nya dan tidak melanggar larangan-Nya
kerena takut terjerumus ke dalam perbuatan dosa.
Taqwa adalah sikap mental seseorang yang selalu ingat dan waspada
terhadap sesuatu dalam rangka memelihara dirinya dari noda dan dosa,
selalu berusaha melakukan perbuatan-perbuatan yang baik dan benar,
pantang berbuat salah dan melakukan kejahatan pada orang lain, diri
sendiri dan lingkungannya.
Dari berbagai makna yang terkandung dalam taqwa, kedudukannya
sangat penting dalam agama islam dan kehidupan manusia karena
taqwa adalah pokok dan ukuran dari segala pekerjaan seorang muslim.
Umar bin Abdul Aziz rahimahullah juga

menegaskan bahwa

ketakwaan bukanlah menyibukkan diri dengan perkara yang sunnah


namun

melalaikan

yang

wajib.

Beliau

rahimahullah

berkata,

Ketakwaan kepada Allah bukan sekedar dengan berpuasa di siang hari,


sholat malam, dan menggabungkan antara keduanya. Akan tetapi
hakikat ketakwaan kepada Allah adalah meninggalkan segala yang
diharamkan Allah dan melaksanakan segala yang diwajibkan Allah.
Barang siapa yang setelah menunaikan hal itu dikaruni amal kebaikan
maka itu adalah kebaikan di atas kebaikan.
Termasuk dalam cakupan takwa, yaitu dengan membenarkan
berbagai berita yang datang dari Allah dan beribadah kepada Allah
sesuai dengan tuntunan syariat, bukan dengan tata cara yang diadaadakan (baca: bidah). Ketakwaan kepada Allah itu dituntut di setiap
kondisi, di mana saja dan kapan saja. Maka hendaknya seorang insan
selalu

bertakwa

kepada

Allah,

baik

ketika

dalam

keadaan

tersembunyi/sendirian atau ketika berada di tengah keramaian/di


hadapan orang (lihat Fath al-Qawiy al-Matin karya Syaikh Abdul Muhsin
al-Abbad hafizhahullah
2. Ruang lingkup Taqwa

a. Hubungan manusia dengan Allah SWT


b. Hubungan manusia dengan hati nuranui dan dirinya sendiri
c. Hubungan manusia dengan sesama manusia
d. Hubungan manusia dengan lingkungan hidup

Hubungan dengan Allah SWT


Seorang

yang

bertaqwa

(muttaqin)

adalah

seorang

yang

menghambakan dirinya kepada Allah SWT dan selalu menjaga hubungan


dengannya setiap saat sehingga kita dapat menghindari dari kejahatan
dan kemunkaran serta membuatnya konsisten terhadap aturan-aturan
Allah. Memelihara hubungan dengan Allah dimulai dengan melaksanakan
ibadah secara sunguh-sungguh dan ikhlas seperti mendirikan shalat
dengan khusyuk sehingga dapat memberikan warna dalam kehidupan
kita, melaksanakan puasa dengan ikhlas dapat melahirkan kesabaran dan
pengendalian diri, menunaikan zakat dapat mendatangkan sikap peduli
dan menjauhkan kita dari ketamakan. Dan hati yang dapat mendatangkan
sikap persamaan, menjauhkan dari takabur dan mendekatkan diri kepada
Allah SWT. Segala perintah-perintah Allah tersebut ditetapkannya bukan
untuk kepentingan Allah sendiri melainkan merupakan untuk keselamatan
manusia.
Ketaqwaan kepada Allah dapat dilakukan dengan cara beriman
kepada Allah menurut cara-cara yang diajarkan-Nya melalui wahyu yang
sengaja diturunkan-Nya untuk menjadi petunjuk dan pedoman hidup
manusia, seperti yang terdapat dalam surat Ali-imran ayat 138 yang
artinya:
inilah (Al-quran) suatu ketenangan bagi manusia dan petunjuk serta
pelajaran bagi orang-orang yang bertaqwa . (QS. Ali-imran 3:138)
manusia juga harus beribadah kepada Allah dengan menjalankan shalat
lima waktu, menunaikan zakat, berpuasa selama sebulan penuh dalam
setahun, melakukan ibadah haji sekali dalam seumur hidup, semua itu

kita lakukan menurut ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan-Nya.


Sebagai hamba Allah sudah sepatutnya kita bersyukur atas segala nikmat
yang telah diberikan-Nya, bersabar dalam menerima segala cobaan yang
diberikan oleh Allah serta memohon ampun atas segala dosa yang telah
dilakukan.

Hubungan manusia dengan dirinya sendiri


Selain kita harus bertaqwa kepada Allah dan berhubungan baik

dengan sesama serta lingkungannya, manusia juga harus bisa menjaga


hati nuraninya dengan baik seperti yang telah dicontohkan oleh nabi
Muhammad SAW dengan sifatnya yang sabar, pemaaf, adil, ikhlas, berani,
memegang amanah, mawas diri dll. Selain itu manusia juga harus bisa
mengendalikan hawa nafsunya karena tak banyak diantara umat manusia
yang tidak dapat mengendalikan hawa nafsunya sehingga semasa
hidupnya hanya menjadi budak nafsu belaka seperti yang tertulis dalam
Al-quran Surat Yusuf ayat 53 yang artinya:
Dan aku tidak membebaskan diriku (berbuat kesalahan), sesungguhnya
nafsu itu menyuruh kepada kejahatan, kecuali siapa yang diberi rahmat
oleh tuhanku. Sesungguhnya tuhanku maha pengampum lagi maha
penyayang. (QS. Yusuf 12:53)
Maka dari itu umat manusia harus bertaqwa kepada Allah dan diri
sendiri agar mampu mengendalikan hawa nafsu tersebut. Ketaqawaan
terhadap diri sendiri dapat ditandai dengan ciri-ciri, antara lain :
1).Sabar
2).Tawaqal
3).Syukur
4) .Berani
Sebagai umat manusia kita harus bersikap sabar dalam menerima
apa saja yang datang kepada dirinya, baik perintah, larangan maupun
musibah. Sabar dalam menjalani segala perintah Allah karena dalam
pelaksanaan perintah tersebut terdapat upaya untuk mengendalikan diri
agar perintah itu bisa dilaksanakan dengan baik. Selain bersabar, manusia
juga harus selalu berusaha dalam menjalankan segala sesuatu dan

menyerahkan hasilnya kepada Allah (tawaqal) karena umat manusia


hanya bisa berencana tetapi Allah yang menentukan, serta selalu
bersyukur atas apa yang telah diberikan Allah dan berani dalam
menghadapi resiko dari seemua perbuatan yang telah ditentukan.

Hubungan manusia dengan manusia


Agama

islam

mempunyai

konsep-konsep

dasar

mengenai

kekeluargaan, kemasyarakatan, kebangasaan dll. Semua konsep tersebut


memberikan gambaran tentang ajaran-ajaran yang berhubungan dengan
manusia dengan manusia (hablum minannas) atau disebut pula sebagai
ajaran kemasyarakatan, manusia diciptakan oleh Allah terdiri dari laki-laki
dan perempuan. Mereka hidup berkelompok-kelompok, berbangsa-bangsa
dan bernegara. Mereka saling membutuhkan satu sama lain sehingga
manusia dirsebut sebagai makhluk social. Maka tak ada tempatnya
diantara mereka saling membanggakan dan menyombongkan diri., sebab
kelebihan suatu kaum tidak terletak pada kekuatannya, harkat dan
martabatnya, ataupun dari jenis kelaminnya karena bagaimanapun semua
manusia sama derajatnya dimata allah, yang membedakannya adalah
ketaqwaannya. Artinya orang yang paling bertaqwa adalah orang yang
paling mulia disisi allah swt.
Hubungan dengan allah menjadi dasar bagi hubungan sesama
manusia. Hubungan antara manusia ini dapat dibina dan dipelihara antara
lain dengan mengembangkan cara dan gaya hidupnya yang selaras
dengan nilai dan norma agama, selain itu sikap taqwa juga tercemin
dalam bentuk kesediaan untuk menolong orang lain, melindungi yang
lemah dan keberpihakan pada kebenaran dan keadilan. Oleh karena itu
orang yang bertaqwa akan menjadi motor penggerak, gotong royong dan
kerja sama dalam segala bentuk kebaikan dan kebijakan.
Surat Al-baqarah ayat 177:
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu
suatukebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman
kepada allah, hari kemudian, malaikat, kitab, nabi, danmemberikan harta
yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, oaring miskin, musafir(yang
memerlukan pertolongan), dan orang-orangyang meminta-minta, dan

(merdekakanlah)hamba sahaya, mendirikan shalat danmenunaikan zakat.


Dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji dan orang
yang bersabar dalam kesempatan, penderitaan, dan dalam peperangan.
Mereka itulah orang yang benar(imannya)mereka itulah orang yang
bertaqwa. (Al- baqarah 2:177).
Dijelaskan bahwa ciri-ciri orang bertaqwa ialah orang yang beriman
kepada Allah, hari kemudian, malaikat dan kitab Allah. Aspek tersebut
merupakan dasar keyakinan yang dimiliki orang yang bertaqwa dan dasar
hubungan dengan Allah. Selanjutnya Allan menggambarkan hubungan
kemanusiaan, yaitu mengeluarkan harta dan orang-orang menepati janji.
Dalam ayat ini Allah menggambarkan dengan jelas dan indah, bukan saja
karena aspek tenggang rasa terhadap sesama manusia dijelaskan secara
terurai, yaitu siapa saja yang mesti diberi tenggang rasa, tetapi juga
mengeluarkan harta diposisikan antar aspek keimanan dan shalat

Hubungan Manusia dan Lingkungan Hidup


Taqwa dapat di tampilkan dalam bentuk hubungan seseorang dengan

lingkungan hidupnya. Manusia yang bertakwa adalah manusia yang


memegang tugas kekhalifahannya di tengah alam, sebagai subjek yang
bertanggung jawab menggelola dan memelihara lingkungannya. Sebagai
penggelola, manusia akan memanfaatkan alam untuk kesejahteraan
hidupnya didunia tanpa harus merusak lingkungan disekitar mereka. Alam
dan segala petensi yang ada didalamnya telah diciptakan Allah untuk
diolah dan dimanfaatkan menjadi barang jadi yang berguna bagi manusia.
Alam yang penuh dengan sumber daya ini mengharuskan manusia
untuk bekerja keras menggunakan tenaga dan pikirannya sehingga dapat
menghasilkan barang yang bermanfaat bagi manusia. Disamping itu,
manusia bertindak pula sebagai penjaga dan pemelihara lingkungan alam.
Menjaga lingkunan adalah memberikan perhatian dan kepedulian kepada
lingkungan

hidup

dengan

saling

memberikan

manfaat.

Manusia

memanfaatkan lingkungan untuk kesejahteraan hidupnya tanpa harus


merusak dan merugikan lingkungan itu sendiri.
Orang yang bertaqwa adalah orang yang mampu menjaga lingkungan
dengan sebaik-baiknya. Ia dapat mengelola lingkungan sehingga dapat

bermanfaat dan juga memeliharanya agar tidak habis atau musnah.


Fenomena

kerusakan

lingkungan

sekarang

ini

menunjukan

bahwa

manusia jauh dari ketaqwaan. Mereka mengeksploitasi alam tanpa


mempedulikan apa yang akan terjadi pada lingkungan itu sendiri dimasa
depan sehingga mala petaka membayangi kehidupan manusia. Contoh
dari mala petaka itu adalah hutan yang dibabat habis oleh manusia
mengakibatkan bencana banjir dan erosi tanah sehingga terjadi longsor
yang dapat merugikan manusia.
Bagi orang yang bertaqwa, lingkungan alam adalah nikmat Allah yang
harus disyukuri dengan cara memenfaatkan dan memelihara lingkungan
tersebut dengan sebaik-baiknya. Disamping itu alam ini juga adalah
amanat yang harus dipelihara dan dirawat dengan baik. Mensyukuri
nikmat Allah dengan cara ini akan menambah kualitas nikmat yang
diberikan oleh Allah kepada manusia. Sebaliknya orang yang tidak
bersyukur

terhadap

nikmat

Allah

akan

diberi

azab

yang

sangat

menyedihkan. Azab Allah dalam kaitan ini adalah bencana alam akibat
eksploitasi alam yang tanpa batas karena kerusakan manusia.
B. Ciri- ciri Orang Bertaqwa
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa,
pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan
bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-yat Kami) itu, maka Kami siksa
mereka disebabkan perbuatannya. (QS.7:96)
Ciri- ciri Orang Taqwa Menurut Al-qur'an
A.

Surat al baqarah 2 - 5 :Al Kitab ini (Al Quran) adalah


petunjuk buat orang yang bertaqwa, dengan ciri sebagai
berikut:

1.

Beriman pada yang ghaib

2.

Mendirikan salat

3.

Menafkahkan sebagaian rezeki yang ALlah kurniakan kepadanya

4.

Beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad saw)


dan sebelum mu.

5.

Yakin kepada hari akhirat


Setiap manusia tak kira agama apapun memungkinkan untuk
menjadi insan yang taqwa, Mendirikan salat misalnya, Dalam bahasa
melayu

"salat"

disebutnya

juga

sembahyang.Setiap

agama

mengajarkan sembahyang, Hanya cara, metoda, waktu dan tempat


yang berbeda-beda.
B.

Surat Al baqarah 177, Mereka itulah orang-orang yang


benar dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa dengan
ciri-ciri sbb :

1.

Beriman

kepada

Allah(Tuhan

YME),hari

akhirat,malaikat-

malaikat,kitab-kitab,nabi-.....nabi
2.

Memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat,anak-anak


yatim,orang-orang ....miskin,musafir (orang dalam perjalanan),orang
yang meminta-minta.

3.

Membebaskan perbudakan

4.

Mendirikan salat

5.

Menunaikan zakat

6.

Memenuhi janji bila berjanji

7.

Bersabar dalam dalam kesengsaraan,penderitaan dan dalam waktu


peperangan.

C.

Surat Aali 'Imraan 133 - 135, "Dan bersegeralah kamu


kepada ampunan dari Tuhan mu dan surga yang luasnya
seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang
yang bertaqwa, yaitu :

1.

Orang-orang yang menafkahkan (hartanya) pada waktu lapang


maupun sempit

2.

Orang-orang yang menahan amarahnya

3.

Orang-orang yang memaafkan kesalahan orang lain

4.

Dan (juga) orang-orang yang apabila berbuat keji atau zalim


terhadap dirinya, mereka ingat kepada ALlah dan memohon ampun
atas dosa-dosanya.

5.

Dan Mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu.

7 KEBIASAN RASULULLAH
Sungguh Allah telah memberikan kepada kita nikmat yang begitu
besar pada bulan Ramadhan. Alangkah meruginya orang-orang yang tidak
mau mengambilnya. Bulan ini adalah rahmat, ampunan, dan pembebasan
dari api neraka. Tidak ada bulan yang dapat merangkum ketiga hal
tersebut selain bulan Ramadhan. Oleh karena itu, sudah semestinya kita
memperbanyak dan memperbagus ibadah-ibadah kita di bulan ini. Berikut
ini tujuh kebiasaan Rasulullah selama bulan Ramadhan:

Kebiasaan Pertama,

mengerjakan

amalan

fardhu

dengan

sempurna.
Pahala orang yang mengerjakan amalan fardhu di bulan ramadhan
sama dengan 70 kali pahala yang dilakukan pada amalan di bulan lainnya.
Alangkah

besar

pahala

itu,

alangkah

meruginya

orang

yang

meninggalkannya. Sudah semestinya kita mengerjakannya dengan sebaik


mungkin, agar kita mendapatkan pahala itu dan keberkahan lainnya dari
ibadah yang kita lakukan. Segeralah shalat apabila adzan memanggil,
kemudian lakukanlah shalat berjamaah. Jika dihitung-hitung secara
matematik, orang yang shalat berjamaah pada bulan ramadhan akan
mendapatkan pahala sebesar 1890 pahala, yaitu hasil dari 27 x 70. Luar
biasa

besarnya.

Dan,

Allah

bisa

saja

melipatgandakannya

lagi

sebagaimana yang Dia kehendaki. Semua itu hanya diberikan Allah pada
bulan ini.

Kebiasaan Kedua, mengerjakan amalan sunah.


Pahala orang yang mengerjakan amalan sunah sama dengan pahala
orang yang mengerjakan amalan fardhu di bulan lain. Wahai orang-orang
yang lalai dalam mengerjakan amalan fadhu di bulan lain, kini saatnya
kalian mengejar ketertinggalan itu dari orang-orang saleh. Sesungguhnya
waktu kita hanya sebentar. Entah kapan kita mati; esok atau lusa, itu
adalah rahasia Allah. Tak ada yang menyelamatkan kita kecuali amal-amal
yang mengantarkan pada rahmat Allah Swt. Jika shalat fardhu saja sudah
ditinggalkan dibulan lain, ditambah ditinggalkannya shalat sunah di bulan
ramadhan, entah amal apa yang dapat menyelamatkan kita dari siksaNya, sedangkan yang pertama kali di hisab adalah shalat kita. Apabila
shalat kita bagus, maka bagus pula seluruh amalan kita. Apabila jelek,
tunggulah siksaan itu begitu nyata.

Kebiasaan Ketiga, membayar zakat dan memperbanyak sedekah.


Rasulullah Saw. telah bersabda dalam salah satu haditsnya, Bulan
ini (ramadhan) juga merupakan bulan simpati kepada sesama. Pada bulan
inilah rezeki orang-orang beriman ditambah. Barangsiapa memberi
makan (untuk berbuka puasa) kepada orang yang berpuasa maka
kepadanya dibalas dengan keampunan dosa-dosanya dan dibebaskan
dari api neraka Jahannam dan dia juga memperoleh ganjaran yang sama
sebagaimana orang yang berpuasa tadi tanpa sedikit pun mengurangi
pahala orang yang berpuasa itu.Yang dimaksud memberi makan di sini
tidak hanya berbentuk satu porsi makanan, tetapiwalau hanya sebutir
kurma, atau seteguk air, atau seisap susu.

Rasulullah Saw. adalah orang yang paling pemurah dan dibulan


Ramadhan beliau lebih pemurah lagi. Kebaikan Rasulullah Saw. di bulan
Ramadhan melebihi angin yang berhembus karena begitu cepat dan
banyaknya. Dalam sebuah hadits disebutkan, Sebaik-baiknya sedekah
yaitu sedekah di bulan Ramadhan. (HR. Baihaqi, al-Khatib, dan Tirmidzi).
Dan

salah

satu

bentuk

sedekah yang

dianjurkan

adalah

memberikan ifthor (santapan berbuka puasa) kepada orang-orang yang


berpuasa. Seperti sabda beliau, Barangsiapa yang memberi ifthor
kepada orang-orang yang berpuasa, maka ia mendapat pahala senilai
pahala orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang yang
berpuasa tersebut.(HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).

Dalam riwayat Ibnu Khuzaimah disebutkan, para sahabat Ra.


berkata, Ya Rasulullah! Tidak semua orang di antara kami mempunyai
sesuatu yang dapat diberikan kepada orang yang berpuasa untuk
berbuka. Rasulullah Saw. menjawab, Allah akan mengaruniakan balasan
ini kepada seseorang yang memberi buka walaupun hanya dengan sebiji
kurma, atau seteguk air, atau seisap susu.

Dengan zakat dan sedekah, kita dapat menolak bala bencana, doadoa kita dikabulkan, harta kita dibersihkan, nikmat-nikmat kita ditambah,
telah gugurnya kewajiban, dan besarnya pahala yang akan kita terima.
Mungkin selama bulan-bulan lain Anda kurang bersedekah, maka inilah
saatnya Anda banyak bersedekah. Selama bulan-bulan lain Anda bekerja
keras mencari uang, maka inilah saatnya Anda sedekahkah sebagian uang
itu kepada yang berhak. Jika ada orang yang meminta, berilah. Karena toh
harta kita tidak berkurang. Apalah artinya jika Anda berpenghasilan dua
juta sebulan, lalu Anda sedekahkan lima ratus ribu pada bulan ini. Semua
itu tak ada artinya dibandingkan dengan pahala yang akan Anda terima.
Harta Anda akan terus bertambah seiring dengan terus menerusnya Anda

bersedekah. Ya Allah, karuniakanlah kami rezeki yang melimpah dan


dengannya kami membayar zakat dan sedekah.

Kebiasaan Keempat, memperbanyak membaca Al-Quran.


Bulan yang penuh berkah ini memiliki hubungan yang sangat erat
dengan Al-Quran. Karena secara umum Allah menurunkan kitab-kitab-Nya
pada bulan ini. Begitu pula Al-Quran, telah diturunkan seluruhnya dari
Lauh Mahfudz ke langit dunia pada bulan ramadhan, kemudian dari
sanalah diturunkan sedikit demi sedikit sesuai dengan kejadian yang ada
dalam waktu 23 tahun. Selain itu, Shahifah Nabi Ibrahim diturunkan pada
tanggal 3 ramadhan, Nabi Dawud As. mendapatkan kitab Zabur pada
tanggal 12 atau 18 ramadhan, Nabi Musa As. diberi kitab Taurat pada
tanggal 6 ramadhan, dan Nabi Isa As. mendapat Injil pada tanggal 12 atau
13 ramadhan.

Inilah yang membuat bulan Ramadhan mempunyai hubungan erat


dengan firman Allah Swt., sehingga banyak riwayat yang menekankan
tentang pentingnya membaca Al-Quran di bulan ini, dan yang demikian
merupakan amalan para shalihin. Jibril As. dan Rasulullah Saw. biasa
saling memperdengarkan dan mendengarkan seluruh isi Al-Quran pada
bulan ini. Iman az-Zuhri pernah berkata, Apabila datang Ramadhan maka
kegiatan utama kita (selain shiyam) ialah membaca Al-Quran.

Kesibukan Imam Malik di bulan ramadhan adalah membaca AlQuran,

bukan

berceramah

dan

memberikan

fatwa.

Imam

Syafii

membaca Al-Quran 60 kali khatam di bulan ini. Rumah para sahabat Ra.
dan tabiin di bulan ramadhan terdengar bacaan Al-Quran, seorang
pujangga mengibaratkannya seperti dengungan lebah, dari waktu ke
waktu. Oleh karena itu, hendaklah sedapat mungkin bersungguh-sungguh
dalam membaca Al-Quran. Apabila bulan sebelumnya hanya mampu

membaca separuh juz, alangkah baiknya ditingkatkan menjadi satu juz.


Yang penting adalah adanya peningkatan dan kesungguhan dalam
membaca Al-Quran pada bulan ini.

Kebiasaan Kelima, memperbanyak doa dan dzikir.


Inilah

bulan

dimana

doa-doa

kita

tidak

ditolak-Nya.

Dalam

kitab Durrul Mantsur ada sebuah riwayat dari Aisyah Ra. bahwa apabila
ramadhan tiba, berubahlah wajah Rasulullah Saw.. Beliau akan menambah
shalatnya, lebih merendahkan diri dalam doa-doanya, dan lebih nampak
rasa takutnya kepada Allah Swt.. Dalam satu riwayat diberitahukan bahwa
di bulan ramadhan Allah Swt. memerintahkan para malaikat pemikul
Arsy, Tinggalkanlah ibadah kalian masing-masing dan amin-kanlah doa
orang yang berpuasa.

Kebiasaan Keenam, memperbanyak membaca kalimat Thayyibah,


Istighfar, dan memohon kepada Allah untuk masuk surga dan
berlindung kepada-Nya dari api neraka.
Rasulullah Saw. bersabda, Perbanyaklah di bulan ini empat perkara. Dua
perkara dapat mendatangkan keridhaan Tuhanmu, dan yang dua lagi
kamu pasti memerlukannya. Dua perkara yang mendatangkan keridhaan
Allah yaitu, hendaknya kalian membaca kalimat thayyibah dan istighfar
sebanyak-banyaknya. Dan dua perkara yang kita pasti memerlukannya,
yaitu hendaknya kamu memohon kepada-Nya untuk masuk surga dan
berlindung kepada-Nya dari api neraka Jahanam. (HR. Ibnu Khuzaimah).

Kalimat thayyibah (lailahaillallah) dan istighfar memiliki banyak


sekali keutamaan. Jika dibaca dibulan yang lain memiliki keutamaan,
apalagi dibaca dibulan Ramadhan, tentu keutamaannya jauh lebih
banyak. Oleh karena
Rasulullah

Saw.

itu,

mari kita

bersabda, Dzikir

memperbanyak

yang

paling

membacanya!

utama

adalah

la

ilahaillallah Rasulullah Saw. juga bersabda, Barangsiapa beristighfar


dengan sebanyak-banyaknya, Allah akan membuka jalan keluar dari
segala kesempitan dan membebaskannya dari segala kesedihan, dan dia
memperoleh rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.

Kebiasaan Ketujuh, itikaf.


Itikaf adalah puncak ibadah di bulan Ramadhan. Dan Itikaf adalah
tetap tinggal di masjidtaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah dan
menjauhkan diri dari segala aktifitas keduniaan. Dan inilah sunnah yang
selalu dilakukan Rasulullah pada bulan Ramadhan, disebutkan dalam
hadits dari Aisyah Ra. berkata, Rasulullah Saw.ketika memasuki sepuluh
hari terakhir menghidupkan malam harinya, membangunkan keluarganya
dan mengencangkan ikat pinggangnya. (HR. Muslim).

Dalam riwayat Muslim yang lain disebutkan, Rasulullah Saw.


bersungguh-sungguh dalam sepuluh (hari) akhir (bulan Ramadhan), hal
yang tidak beliau lakukan pada bulan lainnya.
Sedangkan dalam hadits Bukhari dikatakan, Bila masuk sepuluh
(hari terakhir bulan Ramadhan Rasulullah Saw. mengencangkan kainnya
menjauhkan diri dari menggauli istrinya), menghidupkan malamnya dan
membangunkan keluarganya.

Dalam riwayat Thabrani dari Ali bin Abi Thalib Ra. disebutkan,
Bahwasanya Rasulullah Saw. membangunkan keluarganya pada sepuluh
akhir dari bulan Ramadhan, dan setiap anak kecil maupun orang tua yang
mampu melakukan shalat.

Demikianlah tujuh kebiasaan


dibulan Ramadhan. Mudah-mudahan

Rasulullah
dengan

yang

menjalankan

dilakukan
kebiasaan-

kebiasaan itu, Allah limpahkan rahmatnya kepada kita.Rasulullah Saw.


bersabda, Telah datang kepadamu bulan ramadhan, dimana Allah
melimpahkan keberkahan, menurunkan rahmat dan mengampuni dosadosamu, menerima doa-doamu, melihat atas perlombaanmu (dalam
kebaikan) dan membanggakanmu di hadapan para malaikat. Maka
tunjukkanlah kepada Allah Swt. kebaikanmu. Sesungguhnya orang yang
celaka adalah dia yang terhalang dari rahmat Allah pada bulan ini. (HR.
Thabrani).

SILATURAHMI
A. 10 Manfaat silaturahmi

Silaturahmi artinya tali persahabatan atau tali persaudaraan,


sedangkan
bersilaturahmi yaitu mengikat tali persahabatan. Jadi, untuk mengikat
tali persahabatan

itu kapan saja

waktunya, dan tidak

boleh

diputuskan,
harus

dilanjutkan

oleh

anak

dan

keturunannya.

Kita pun sebagai umat Islam telah diperintahkan oleh Allah SWT
untuk

menjaga

hubungan silaturahmi (Q.S. An-Nisaa: 1). Sebagai umat Islam,


perintah
Allah SWT itu harus dipatuhi. Orang yang mematuhi perintah Allah
SWT

itu

adalah orang yang bertakwa. Takwa artinya terpeliharanya sifat diri


untuk tetap taat dan patuh melaksanakan perintah Allah SWT serta
menjauhi

segala

apa

yang

dilarang-Nya.

Kini dapat kita mengerti, betapa pentingnya silaturahmi dalam


Islam.

Maka

melihat pentingnya silaturahmi tersebut, berikut merupakan 10


manfaat
Silaturahmi

menurut

Abu

Laits

ridho

Samarqandi,

dari

Allah

yaitu:

1.

Mendapatkan

SWT.

2.

Membuat orang yang kita dikunjungi berbahagia. Hal ini amat

sesuai
......

.dengan sabda Rasulullah SAW, yaitu "Amal yang paling

utama

adalah

.....

..membuat..seseorang..berbahagia."

3.

Menyenangkan malaikat, karena malaikat juga sangat senang

bersilaturahmi.
4.

Disenangi..oleh..manusia.

5.

Membuat..iblis..dan..setan..marah.

Memanjangkan..usia.

7.

Menambah..banyak..dan..berkah..rejekinya.

8.

Membuat senang orang yang telah wafat. Sebenarnya mereka

itu

tahu
keadaan kita yang masih hidup, namun mereka tidak dapat

berbuat

apa-apa.
Mereka merasa bahagia jika keluarga yang ditinggalkannya

tetap

menjalin
hubungan

baik.

9.

Memupuk

rasa

cinta

kasih

terhadap

sesama,

meningkatkan rasa kebersamaan dan rasa kekeluargaan,


mempererat

dan
memperkuat tali persaudaraan dan persahabatan.

10. Menambah pahala setelah kematiannya, karena kebaikannya


(dalam

hal

ini,

suka

bersilaturahmi) akan selalu dikenang sehingga membuat orang


lain

selalu
mendoakannya.Demikianlah 10 manfaat dari suka

bersilaturahmi,,,
Semoga kita termasuk kedalam orang-orang yang

suka

bersilaturahmi....

EMPAT MACAM MUTIARA DALAM DIRI MANUSIA

4 MACAM MUTIARA YANG ADA PADA DIRI MANUSIA

Rasul SAW bersabda : Ada 4 macam mutiara yang ada pada diri manusia
tapi bisa hilang dengan 4 perkara yang lain yaitu :
1. 'Aqal, ( akal akan hilang oleh marah)
2. Agama, ( agama akan hilang oleh hasud )
3. Haya/ malu, akan hilang oleh thoma' selalu berharap pemberian orang
lain
4. 'Amal sholeh, ( amal sholeh akan hilang oleh ghibah )

Berdasarkan hadis Rasulullah SAW : Empat macam mutiara manusia yang


dapat hilang karena empat perkara lainnya (1) Akal dihilangkan oleh
marah,(2) Agama dihilangkan oleh hasad(dengki),(3) Malu dihilangkan
oleh tamak,(4) Amal sholeh dihilangkan oleh menggunjing.
, , :


.
1.

Akal dilangkan karena marah


Akal merupakan salah satu hidayah Allah yang diberikan kepada
manusia. Dengan akal kedudukan manusia paling tinggi dan utama
dibandingkan makhluq Allah lainnya. Dengan akal, manusia dapat
membedakan yang baik dan buruk, yang benar dan salah, dapat
membedakan yang membahayakan dan yang aman, Oleh karena
pentingnya manusia menggunakan akalnya, dalam Al Quran sebanyak
13 kali Allah menegur manusia yang berpaling atas kekuasaan Allah
dan tidak menggunakan akalnya dengan kalimat Afala Taqilun (
) .
Akal sehat seseorang akan hilang apabila tidak dapat mengendalikan
amarahnya. Dengan amarah, manusia tidak dapat membedakan yang
baik dan buruk, dengan marah seseorang sulit membedakan yang
bahaya dan tidak.
Para sarjana kesehatan telah mencatat bahwa 60 % dari penderita
sakit jiwa, TBC dan darah tinggi adalah berasal dari orang yang mudah
tersinggung. Dan ketiga penyakit itu akan mudah disembuhkan bila
sipenderita menjauhi amarahnya.

Hadis Rasulullah SAW menyatakan; Bukanlah orang kuat karena


menang bertarung, tapi orang kuat ialah yang mampu menahan
amarahnya

)
(
Hadis Rasulullah SAW lainnya: menyatakan Wahai Muawiyah jauhilah
dirimu dari sifat amarah, sesungguhnya amarah itu merusak iman,
sebagaimana jadam merusak madu
)

(
2.

Agama hilang karena hasud.


Hasud atau dengki adalah sikap batin yang tidak senang kepada orang
lain yang mendapat kenikmatan, sekaligus mengharapkan hilangnya
kenikmatan itu dari pemiliknya. Panyakit ini merupakan penyakit
tertua, karena sejak manusia pertama ada dimuka bumi, penyakit ini
sudah ada. Kita ingat peristiwa dibunuhnya Habil oleh Qabil (putranya
Nabi Adam) karena sifat dengki.
Dalam AlQuran telah diperingatkan oleh Allah: Janganlah kamu iri
hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian orang lain
lebih banyak dari sebagian yang lain( Annisa 32)








Firman Alloh dalam surah Az-zukhruf ayat 32:Apakah mereka yang
membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara
mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah
meninggikan sebahagian mereka atas sebahagian yang lain beberapa
derajat, agar sebahagian mereka dapat mempergunakan sebahagian
yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka
kumpulkan.

































Hadis
Rasulullah
SAW
memperingatkan:
Hasud
itu
memakan/menghilangkan kebaikan sebagimana api membakar kayu
yang kering(HR. Ibnu Majah)

Berdasarkan sabda Rasulullah SAW boleh hasad terhadap dua hal
yakni (1) terhadap seseorang yang mampu mengamalkan isi
kandungan Al Quran siang dan malam (2) terhadap seseorang yang

senantiasa menginfakkan dan


kekayaannya siang dan malam.

bersedekah

dari

sebagian

harta

:
( ) ,
3.

Malu hilang karena sifat tamak( Thoma)


Tamak adalah sikap batin yang menginginkan agar kenikmatan yang
ada pada orang lain pindak kepada dirinya. Dengan kata lain
seseorang tidak merasa puas dengan apa yang telah dimiliki. Bila kita
perhatikan kata tama berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari huruf
Tho (ditengahnya berlobang), huruf kedua Mim(ditengahnya juga
berlobang), dan berakhir dengan Huruf Ain (yang menganga). Dengan
falsafah huruf-huruf tersebut, bahwa sifat thamak pada akhirnya tidak
akan mendapat apa-apa kecuali penyesalan/sia-sia.
Dengan sifat Thoma seseorang tidak akan malu melakukan tindakantindakan yang melawan hokum agama dan negara, social
kemasyarakatan dan keagamaan dan etika.
Hadis Nabi menyatakan : Al Hayau minal Iman (malu itu
sebagian dari iman)
Hadis lain menyatakan Al Hayau la yati illa bi khair( Malu itu
tidak datang kecuali dengan kebaikan) Maksudnya malu itu pasti
mendatangkan kebaikan bagi seseorang.
Hadis lain menyatakan: Sekiranya malu itu ada pada seseorang, pasti
dia adalah orang yang sholeh. Sebaliknya bila sifat malu itu tidak ada
pada seseorang dia termasuk orang tidak baik.
Law kaanal hayaau rajulan lakaana rajulan sholuhan, walau kaanal
fakhsyu rajulan lakaana rajulan suuan

4.

Amal shaleh akan terhapus oleh gunjingan


Menggunjing adalah salah satu sifat jelek manusia dan dapat
menimbulkan permusuhan. dan menghilang amal soleh.
Menggunjing(ghibah) adalah menyebutkan seseuatu yang ada pada
seseorang, yang membuatnya tidak senang atau marah. Zikruka
akhaaka bima yakrahu
Sesuatu yang diceritakan itu benar-benar terjadi atau tidak terjadi
sama sekali keduanya termasuk menggunjing.
Sifat menggunjing termasuk sifat yang dapat menimbulkan bahaya
dan dampak yang bahaya, Allah telah memperingatkan dalam surah Al
Hujurat ayat 12


Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka,
sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah
kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian
kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di
antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka
tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang
Jadi dapat disimpulkan bahwa empat mutiara manusia berupa:
1.

Akal, yang menggambarkan pemikiran dan tindakan rasional


seseorang akan hilang karena marah-marah, emosional;
2.
Agama, nilai-nilai agama yang ada para seseorang akan terabaikan
karena sifat hasad dan iri-dengki, sehingga berusaha saling
menjatuhkan dan merendahkan.
3.
Rasa malu, akan terabaikan karena faktor ketamakan akan harta
dan jabatan, sehingga tidak pandang lawan-kawan, halal -haram,
legal-illegal;
4.
Amal shaleh, akan terhapus atau tidak memiliki investasi apa-apa di
sisi Alloh SWT karena faktor gunjingan yang sangat membahayakan
rasa keakraban, persatuan dan persaudaraan. Dengan demikian Islam
sangat mementingkan kedamaian dan keakraban dalam masyarakat.

Orang- Orang Yang Beruntung Menurut Al Quran

1. Orang yang selalu ber amar maruf dan nahi munkar


Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari
yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (Q.S. Ali Imran (3)

: 104)
2. Orang mumin yang selalu beramal saleh
Barang siapa yang berat timbangan (kebaikan) nya, maka mereka itulah
orang-orang yang dapat keberuntungan. Dan barangsiapa yang ringan
timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya
sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahanam. (Q.S. Al-Muminun (23) :
102-103)
Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), maka barang siapa
berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang
beruntung. (Q.S. Al-Araf (7) : 8)
3. Orang yang mau berjihad dengan jiwa dan harta
Tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman bersama dia, mereka
berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan mereka itulah orang-orang
yang memperoleh kebaikan; dan mereka itulah (pula) orang-orang
yangberuntung. (Q.S. Al-Taubah (9) : 88)
4. Orang yang mengikuti cahaya al-Quran
Dan tetapkanlah untuk kami kebajikan di dunia ini dan di akhirat;
sesungguhnya kami kembali (bertobat) kepada Engkau. Allah berfirman:
Siksa-Ku akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan
rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku
untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orangorang yang beriman kepada ayat-ayat Kami.(Yaitu) orang-orang yang
mengikut Rasul, Nabi yang umi yang (namanya) mereka dapati tertulis di
dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka
mengerjakan yang makruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang
mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan
mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari

mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka.


Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya,
menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan
kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Q.S.
Al-Araf (7) : 156-157)
5. Orang yang mengikuti keputusan Rasulullah Saw.
Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil
kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara
mereka ialah ucapan. Kami mendengar dan kami patuh. Dan mereka
itulah orang-orang yang beruntung. (Q.S. Al-Nur (24) : 51)
6. Orang yang mau berinfak
Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya, demikian
(pula) kepada fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah
yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridaan Allah; dan
mereka itulah orang-orang beruntung. (Q.S. Al-Rum (30) : 38)
7. Orang yang menjadikan al-Quran sebagai pedoman hidup.
Alif Laam Miim. Inilah ayat-ayat Al Quran yang mengandung hikmah,
menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan.
menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan.
(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat dan
mereka yakin akan adanya negeri akhirat. Mereka itulah orang-orang
yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhannya dan mereka itulah orangorang yang beruntung. (Q.S. Luqman (31) : 1-5)
8. Tentara Allah SWT
Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah
dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang

menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak,


atau anak-anak atau saudara-saudara atau pun keluarga mereka. Mereka
itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati
mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang
daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah
rida terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan
rahmat) -Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa
sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung. (Q.S. AlMujadilah (58): 22)
9. Orang yang terlindung dari sifat kikir
Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman
(Ansar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai
orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh
keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada
mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang
Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa
yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya,
mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Q.S. Al-Hasyr (59) : 9)
10. Orang yang bertaubat
Adapun orang yang bertobat dan beriman, serta mengerjakan amal yang
shaleh, semoga dia termasuk orang-orang yang beruntung. (Q.S. AlHasyr (28) : 67)
11. Orang yang bertaqwa
Alif Laam Miim. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya;
petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman
kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian

rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka, dan mereka yang beriman
kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab
yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya
(kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari
Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung. (Q.S. AlBaqoroh : 1-5)

4 MUTIARA

Berdasarkan hadis Rasulullah SAW : Empat macam mutiara manusia


yang dapat hilang karena empat perkara lainnya (1) Akal dihilangkan oleh
marah,(2) Agama dihilangkan oleh hasad(dengki),(3) Malu dihilangkan
oleh tamak,(4) Amal sholeh dihilangkan oleh menggunjing.
, :


. ,
1.

Akal dihilangkan karena marah

Akal merupakan salah satu hidayah Allah yang diberikan kepada manusia.
Dengan akal kedudukan manusia paling tinggi dan utama dibandingkan
makhluq Allah lainnya. Dengan akal, manusia dapat membedakan yang
baik dan buruk, yang benar dan salah, dapat membedakan yang
membahayakan dan yang aman, Oleh karena pentingnya manusia
menggunakan akalnya, dalam Al Quran sebanyak 13 kali Allah menegur
manusia yang berpaling atas kekuasaan Allah dan tidak menggunakan
akalnya dengan kalimat Afala Taqilun ( ) .
Akal sehat seseorang akan hilang apabila tidak dapat mengendalikan
amarahnya. Dengan amarah, manusia tidak dapat membedakan yang
baik dan buruk, dengan marah seseorang sulit membedakan yang bahaya
dan tidak.
Para sarjana kesehatan telah mencatat bahwa 60 % dari penderita sakit
jiwa, TBC dan darah tinggi adalah berasal dari orang yang mudah
tersinggung. Dan ketiga penyakit itu akan mudah disembuhkan bila
sipenderita menjauhi amarahnya.

Hadis Rasulullah SAW menyatakan; Bukanlah orang kuat karena menang


bertarung, tapi orang kuat ialah yang mampu menahan amarahnya
)
(
Hadis Rasulullah SAW lainnya: menyatakan Wahai Muawiyah jauhilah
dirimu dari sifat amarah, sesungguhnya amarah itu merusak iman,
sebagaimana jadam merusak madu
)

(
2.

Agama hilang karena hasud.

Hasud atau dengki adalah sikap batin yang tidak senang kepada orang
lain yang mendapat kenikmatan, sekaligus mengharapkan hilangnya
kenikmatan itu dari pemiliknya. Panyakit ini merupakan penyakit tertua,
karena sejak manusia pertama ada dimuka bumi, penyakit ini sudah ada.
Kita ingat peristiwa dibunuhnya Habil oleh Qabil (putranya Nabi Adam)
karena sifat dengki.
Dalam AlQuran telah diperingatkan oleh Allah: Janganlah kamu iri hati
terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian orang lain lebih
banyak dari sebagian yang lain( Annisa 32)


Firman Alloh dalam surah Az-zukhruf ayat 32:Apakah mereka yang
membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka
penghidupan

mereka

dalam

kehidupan

dunia,

dan

Kami

telah

meninggikan sebahagian mereka atas sebahagian yang lain beberapa


derajat, agar sebahagian mereka dapat mempergunakan sebahagian yang
lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.





























Hadis

Rasulullah

SAW

memperingatkan:

Hasud

itu

memakan/menghilangkan kebaikan sebagimana api membakar kayu yang


kering(HR. Ibnu Majah)

Berdasarkan sabda Rasulullah SAW boleh hasad terhadap dua hal yakni
(1) terhadap seseorang yang mampu mengamalkan isi kandungan Al
Quran siang dan malam (2) terhadap seseorang yang senantiasa
menginfakkan dan bersedekah dari sebagian harta kekayaannya siang
dan malam.
, :
( )
3.

Malu hilang karena sifat tamak( Thoma)

Tamak adalah sikap batin yang menginginkan agar kenikmatan yang ada
pada orang lain pindak kepada dirinya. Dengan kata lain seseorang tidak
merasa puas dengan apa yang telah dimiliki. Bila kita perhatikan kata
tama berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari huruf Tho (ditengahnya
berlobang), huruf kedua Mim(ditengahnya juga berlobang), dan berakhir
dengan Huruf Ain (yang menganga). Dengan falsafah huruf-huruf
tersebut, bahwa sifat thamak pada akhirnya tidak akan mendapat apa-apa
kecuali penyesalan/sia-sia.
Dengan sifat Thoma seseorang tidak akan malu melakukan tindakantindakan

yang

melawan

hokum

agama

dan

negara,

social

kemasyarakatan dan keagamaan dan etika.


Hadis Nabi menyatakan : Al Hayau minal Iman (malu itu sebagian
dari iman)
Hadis lain menyatakan Al Hayau la yati illa bi khair( Malu itu tidak
datang

kecuali

dengan

kebaikan)

mendatangkan kebaikan bagi seseorang.

Maksudnya

malu

itu

pasti

Hadis lain menyatakan: Sekiranya malu itu ada pada seseorang, pasti dia
adalah orang yang sholeh. Sebaliknya bila sifat malu itu tidak ada pada
seseorang dia termasuk orang tidak baik.
Law kaanal hayaau rajulan lakaana rajulan sholuhan, walau kaanal
fakhsyu rajulan
4.

lakaana rajulan suuan

Amal shaleh akan terhapus oleh gunjingan

Menggunjing

adalah

salah

satu

sifat

jelek

manusia

dan

dapat

menimbulkan permusuhan. dan menghilang amal soleh.


Menggunjing(ghibah) adalah menyebutkan seseuatu yang ada pada
seseorang, yang membuatnya tidak senang atau marah. Zikruka
akhaaka bima yakrahu
Sesuatu yang diceritakan itu benar-benar terjadi atau tidak terjadi sama
sekali keduanya termasuk menggunjing.
Sifat menggunjing termasuk sifat yang dapat menimbulkan bahaya dan
dampak yang bahaya, Allah telah memperingatkan dalam surah Al Hujurat
ayat 12




















Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka,
sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu
mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu
menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara
kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah
kamu

merasa

jijik

kepadanya.

Dan

bertakwalah

kepada

Allah.

Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang


Jadi dapat disimpulkan bahwa empat mutiara manusia berupa:
1.

Akal, yang menggambarkan pemikiran dan tindakan rasional


seseorang akan hilang karena marah-marah, emosional;

2.

Agama, nilai-nilai agama yang ada para seseorang akan terabaikan


karena

sifat

hasad

dan

iri-dengki,

sehingga

berusaha

saling

menjatuhkan dan merendahkan.


3.

Rasa malu, akan terabaikan karena faktor ketamakan akan harta


dan jabatan, sehingga tidak pandang lawan-kawan, halal -haram,
legal-illegal;

4.

Amal shaleh, akan terhapus atau tidak memiliki investasi apa-apa di


sisi Alloh SWT karena faktor gunjingan yang sangat membahayakan
rasa keakraban, persatuan dan persaudaraan. Dengan demikian Islam
sangat mementingkan kedamaian dan keakraban dalam masyarakat.

SYUKUR HIKMAT ALLAH SWT

Mensyukuri nikmat dari Allah dan juga cara bersyukur


kepada Allah adalah merupakan bagian dari tanda keimanan kita kepada

Allah Ta'ala. Hakikat pengertian syukur adalah menampakkan nikmat


dengan menggunakannya pada tempat dan sesuai dengan kehendak
pemberinya. Sedangkan kufur adalah menyembunyikan dan melupakan
nikmat.
Setiap muslim niscaya meyakini bahwasanya karunia dari Allah Azza wa
Jalla yang terbesar di dunia ini adalah agama Islam. Seorang muslim akan
senantiasa bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Taala yang telah
memberinya

petunjuk

ke

dalam

Islam

dan

mengikuti

ajaran

Nabi..Muhammad..Shallallahu..'alaihi..wa..sallam.
Arti syukur dalam harfiah bahasa adalah merupakan pujian bagi orang
yang memberikan kebaikan, atas kebaikannya tersebut (Al Jauhari).
Sedangkan pengertian bersyukur dalam agama adalah bahwasannya rasa
syukur itu adalah menunjukkan adanya nikmat Allah pada dirinya.

Dengan melalui lisan, yaitu berupa pujian dan mengucapkan


kesadaran diri bahwa ia telah diberi nikmat. Dengan melalui hati, berupa
persaksian dan kecintaan kepada Allah. Melalui anggota badan, berupa
kepatuhan dan ketaatan kepada Allah"(Madarijus Salikin, 2/244).
Ini adalah pengertian syukur menurut Ibnul Qayyim. Dan 3 hal tersebut di
atas adalah cara mensyukuri nikmat Allah atas diri kita.
Tanda Ciri Orang Yang Bersyukur

Nikmat

yang

dianugerahkan

Allah

kepada

manusia,

merupakan

pemberian yang terus menerus, dengan berbagai macam bentuk lahir dan
batin. Hanya manusia sajalah yang kurang pandai memelihara nikmat,
sehingga ia merasa seolah-olah belum diberikan sesuatupun oleh Allah.
Disebabkan ia tidak bersyukur kepada Allah dan tidak merasakan bahwa

Allah

telah

memberi

kepadanya..sangat..banyak..dari..permintaannya.

Realisasi rasa syukur kepada Allah tersebut, bukanlah suatu perbuatan


yang sia-sia, tapi dengan demikian akan mempertebal keimanan dan
ketakwaan kita kepada Sang Maha Pencipta, dan yang terpenting kita
akan

terhindar

dari

murka

dan

siksaan

Allah.

Ini adalah salah satu dari hikmah keutamaan serta tujuan manfaat kita
bersyukur

kepada

Allah.

Dalam kehidupan sehari-hari, mungkin kita pernah merenung sejenak


tentang bagaimana betapa banyaknya rezki lahir batin yang kita terima
dari Allah swt. Berapa banyak ribuan jutaan milyaran sudah tiupan napas
udara

yang

kita

hirup.

Berapa banyak langkah kaki yang kita gunakan untuk berjalan, berapa
banyak energi otak yang kita pakai, dan sebagainya. Sungguh banyak
sekali nikmat Allah Ta'ala yang kita terima, sehingga saking banyaknya,
kita

pun

tak

sanggup

untuk

bisa

menghitungnya.

Lawan dari syukur adalah kufur nikmat, yaitu enggan atau tidak mau
untuk menyadari atau bahkan mengingkari bahwa nikmat yang ia
dapatkan adalah dari Allah Taala. Kita berlindung kepada Allah dari sifat
kufur nikmat ini aamiin. Bila kita pandai dalam Mensyukuri Nikmat
Allah maka hal ini akan mendatangkan nikmat-nikmat Allah lainnya.
Ada beberapa tanda-tanda orang yang bersyukur dan tanda tersebut
adalah :
1. Mengakui, memahami, serta menyadari bahwa Allah-lah yang telah
memberikan nikmat. Pengertiannya di sini adalah bahwa segala
nikmat pada dasarnya Allah yang memberikan kepada kita. Manusia
adalah juga merupakan perantara dari Pemberi Nikmat yang

sesungguhnya

yaitu

Allah. Orang yang bersyukur senantiasa

menisbatkan setiap nikmat yang didapatnya kepada Allah Taala,


bukan kepada makhluk atau pun lainnya.
2. Orang bersyukur akan menunjukkan dalam bentuk ketaatan kepada
Allah. Jadi tanda mensyukuri nikmat Allah adalah menggunakan
nikmat tersebut dengan beribadah dan taat menjalankan ajaran
agama. Keanehan bila orang mengakui nikmat Allah, tetapi tidak
mau menjalankan ajaran agama seperti halnya sholat, enggan
belajar agama dan sejenisnya.
Lalu bagaimana kita tanda bersyukur pada Allah ini dalam kehidupan kita
sehari-hari. Ada beberapa
diberikan

kepada

kita

cara

mensyukuri

yaitu

nikmat

diantaranya

Allah yang
dengan

Mensyukuri..Nikmat..Allah..Dengan..Hati
Cara bersyukur kepada Allah dengan hati ini maksudnya adalah dengan
mengakui, mengimani dan meyakini bahwa segala bentuk kenikmatan ini
datangnya hanya dari Allah SWT semata.

Mensyukuri..Nikmat..Allah..Dengan..Lisan..Lidah
Caranya adalah dengan kita memperbanyak ucapan alhamdulillah (segala

puji milik Allah) wasysyukru lillah (dan segala bentuk syukur juga milik
Allah).
Caranya lainnya adalah dengan bertafakkur kepada Allah swt, pandangan
mata batin bahwa Allah swt lah Sang Maha Pemberi nikmat tersebut.
Bersifat qanaah, dalam urusan dunia melihat ke bawah dan dalam urusan
agama

melihat

ke

atas.

Selalu berpikir positif (husnuzhan) terhadap semua nikmat Allah swt,


karena nikmat pada dasarnya adalah sebagai ujian, apakah pandai
bersyukur

atau

tidak.

Orang sering ingat Allah swt di saat susah yang juga sebagai ujian, tapi
sering lupa kepada Allah di saat di uji dengan nikmat kesenangan.
Mensyukuri..Nikmat..Allah..Amal..Perbuatan
Yaitu perbuatan dalam bentuk ketaatan kita menjalankan segala apa yang
diperintah dan menjauhi segala apa yang dilarangNya. PerintahNya
termasuk segala hal yang yang berhubungan dalam rangka menunaikan
perintah-perintah Allah, baik perintah itu yang bersifat wajib, sunnah
maupun

mubah.

Menggunakan nikmat tersebut sesuai keinginan Sang Maha Pemberi,


dimanifestasikan, direalisasikan untuk intensitas amal kebajikan yang
semakin meningkat, seperti sedekah, berbagi, sosial, pemberdayaan,
infak, zakat, pembangunan mesjid, madrasah, pesantren, dan juga
digunakan untuk semua amal kebajikan lainnya.
Hikmah Keutamaan Bersyukur
Allah akan menambah nikmat kepada hamba-hambaNya selagi mereka

mensyukuri nikmat Allah. Hal ini tercermin dari dalil Al-Qur'an yang
artinya :
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih." (QS. Ibrahim : 7).

Itulah dasar mengapa kita harus bersyukur kepada Allah. Mensyukuri


nikmat adalah juga merupakan menunjukkan tanda kedekatan dan tanda
ciri

kecintaan

seseorang

kepada

Allah.

Orang-orang yang bersyukur memiliki kesadaran dan kemampuan untuk


melihat keindahan dan kenikmatan yang dikaruniakan Allah Subhanahu
wa

ta'ala

kepada

mereka

semuanya

dan

juga..kepada..seluruh..alam..semesta..ini.

ISTIQOMAH DALAM IBADAH

Istiqomah, Kunci Sukses Dunia Akherat


Merupakan

kebahagian

tersendiri

bagi

orang

tua

apabila

mempunyai putra-putri yang punya karakter; segera menunaikan salat


wajib begitu tiba waktunya, gelisah apabila menunda salat wajib, gemar
mengikuti salat berjamaah, merasakan ibadah sebagai kebutuhan bukan
beban,

selalu

melakukan

thoharah

dengan

benar,menyesal

bila

melewatkan satu hari tanpa membaca Al quran, menunaikan minimal satu


macam salat sunah setiap hari, selalu berdoa dan berdzikir sesuai dengan
situasi yang melingkupi dan menunaikan puasa Ramadan setiap tahun.
Semua ini adalah bentuk istiqomah dalam beribadah. Begitu pentingnya
sifat

istiqomah

yang

harus

miliki

seseorang,

sehingga

Pendidikan Al Falah menjadikan jaminan mutu kelulusan.

Lembaga

Istiqomah adalah sebuah komitmen dalam menjalankan satu


program untuk menuju satu tujuan. Istiqomah itu mengandung: 1)
konsisten, sehingga secara terus menerus apa yang dianggap baik itu
dijalankan, 2) tahan uji kepada godaan-godaan yang mungkin menjadi
penghambat, menjadi halangan kita sampai pada tujuan yang citacitakan. Dalam kaitan dengan fokus, hidup ini dianjurkan oleh agama kita
untuk memiliki tujuan. Allah berfirman bahwa tidak diciptakan jin dan
manusia kecuali untuk beribadah pada-Nya. Itu tujuan hidup kita.
Kemudian juga Allah mengingatkan bahwa kita diturunkan ke bumi
sebagai umat yang terbaik.. Tapi apa syaratnya untuk menjadi ummat
yang terbaik? Syaratnya adalah fokus kepada sesuatu yang menjadi citacita hidup kita karena hal itu yang akan menggerakkan seluruh hidup kita
ke arah cita-cita tersebut. Kalau gak tahu apa yang dituju, pasti akan
goyah. Dapat ujian sedikit sudah limbung.
Istiqomah itu menyertai keimanan. Iman naik dan turun, ujian
datang dan pergi. Lalu bisa juga disebut bahwa istiqomah itu salah satu
ciri keimanan kita teruji atau tidak. Ketika kita tidak istiqomah, bisa
dikatakan memang bahwa keimanan kita tidak teruji dengan baik.
Memang

istiqomah

menjadi

suatu

kondisi,

suatu

benteng

untuk

menunjukkan ketundukan kita kepada Allah. Indikator keberagamaan kita


atau ketakwaan itu memang ada pada sikap istiqomah. Menjalankan
sesuatu, sendirian atau ramai-ramai, diberi reward tidak diberi reward,
sikapnya sama saja. Itulah sikap orang yang istiqomah, yang dibalut
dengan perilaku ikhlas sebagai hamba.
Dalam

suatu

hadits

diceritakan,

sahabat

Abdullah

al-Tsaqafi

meminta nasihat kepada Nabi Muhammad saw agar dengan nasihat itu, ia
tidak perlu bertanya-tanya lagi soal agama kepada orang lain. Lalu,
Rasulullah

saw

bersabda,

''Qul

Amantu

Billah

Tsumma

Istaqim''

(Katakanlah, aku beriman kepada Allah, dan lalu bersikaplah istiqamah!).


(H.R. Muslim)

Hadtis tersebut mengajarkan kita untuk senantiasa beriman kepada


Allah swt serta menjalani semua perintah-Nya. Orang yang tidak memiliki
sifat istiqomah sangatlah merugi karena akan sia-sia semua usaha dan
perjuangannya.
Kiat-kiat Mewujudkan Sikap Istiqomah
1. Mengikhlaskan niat semata-mata hanya mengharap Allah dan
karena Allah swt. Ketika beramal, tiada yang hadir dalam jiwa dan
pikiran kita selain hanya Allah dan Allah. Karena keikhlasan
merupakan pijakan dasar dalam bertawakal kepada Allah. Tidak
mungkin seseorang akan bertawakal, tanpa diiringi rasa ikhlas.
2. Bertahap dalam beramal. Dalam artian, ketika menjalankan suatu
ibadah, kita hendaknya memulai dari sesuatu yang kecil namun
rutin. Bahkan sifat kerutinan ini jika dipandang perlu, harus bersifat
sedikit dipaksakan. Sehingga akan terwujud sebuah amalan yang
rutin meskipun sedikit. Kerutinan inilah yang insya Allah menjadi
cikal bakalnya keistiqamahan. Seperti dalam bertilawah Al-Quran,
dalam qiyamul lail dan lain sebagainya; hendaknya dimulai dari
sedikit demi sedikit, kemudian ditingkatkan menjadi lebih baik lagi.
3. Diperlukan adanya kesabaran. Karena untuk melakukan suatu
amalan yang bersifat kontinyu dan rutin, memang merupakan
amalan yang berat. Karena kadangkala sebagai seorang insan, kita
terkadang dihinggapi rasa giat dan kadang rasa malas. Oleh
karenanya diperlukan kesabaran dalam menghilangkan rasa malas
ini, guna menjalankan ibadah atau amalan yang akan diistiqamahi.
4. Istiqamah tidak dapat direalisasikan melainkan dengan berpegang
teguh terhadap ajaran Allah swt. Allah berfirman (QS. 3 :
101) :Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayatayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya pun berada di
tengah-tengah kamu? Barangsiapa yang berpegang teguh kepada

(agama) Allah maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada


jalan yang lurus.
5. Istiqamah juga sangat terkait erat dengan tauhidullah. Oleh
karenanya

dalam

beristiqamah

seseorang

benar-benar

harus

mentauhidkan Allah dari segala sesuatu apapun yang di muka bumi


ini. Karena mustahil istiqamah direalisasikan, bila dibarengi dengan
fenomena kemusyrikan, meskipun hanya fenomena yang sangat
kecil dari kemusyrikan tersebut, seperti riya. Menghilangkan sifat
riya dalam diri kita merupakan bentuk istiqamah dalam keikhlasan.
6. Istiqamah juga akan dapat terealisasikan, jika kita memahami
hikmah atau hakekat dari ibadah ataupun amalan yang kita lakukan
tersebut. Sehingga ibadah tersebut terasa nikmat kita lakukan.
Demikian juga sebaliknya, jika kita merasakan kehampaan atau
kegersangan dari amalan yang kita lakukan, tentu hal ini
menjadikan kita mudah jenuh dan meninggalkan ibadah tersebut.
7. Istiqamah juga akan sangat terbantu dengan adanya amal jamai.
Karena dengan kebersamaan dalam beramal islami, akan lebih
membantu dan mempermudah hal apapun yang akan kita lakukan.
Jika kita salah, tentu ada yang menegur. Jika kita lalai, tentu yang
lain ada yang mengingatkan. Berbeda dengan ketika kita seorang
diri. Ditambah lagi, nuansa atau suasana beraktivitas secara
bersama memberikan sesuatu yang berbeda yang tidak akan kita
rasakan ketika beramal seorang diri.
8. Memperbanyak membaca dan mengupas mengenai keistiqamahan
para Nabi, sahabat dan orang-orang shaleh dalam meniti jalan
hidupnya, kendatipun berbagai cobaan dan ujian yang sangat berat
menimpa mereka. Jusrtru mereka merasakan kenikmatan dalam
menjalani kehidupan yang penuh dengan cobaan tersebut.
9. Memperbanyak berdoa kepada Allah, agar kita semua dianugerahi
sifat istiqamah. Karena kendatipun usaha kita, namun jika Allah

tidak mengizinkannya, tentulah hal tersebut tidak bisa. Buah


Istiqamah
Istiqamah memiliki beberapa keutamaan yang tidak dimiliki oleh sifat-sifat
lain dalam Islam. Diantara keutamaan istiqamah adalah :
1. Istiqamah merupakan jalan menuju ke surga. Sesungguhnya orangorang yang mengatakan: Tuhan kami ialah Allah kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada
mereka (dengan mengatakan): Janganlah kamu merasa takut dan
janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan
(memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu. (QS.
41 : 30)
2. Berdasarkan ayat di atas, istiqamah merupakan satu bentuk sifat
atau

perbuatan

yang

dapat

mendatangkan

motivasi

dan

pertolongan Allah SWT.


3. Istiqamah merupakan amalan yang paling dicintai oleh Allah swt.
Dalam sebuah hadits digambarkan : Dari Aisyah r.a., bahwa
Rasulullah saw. bersabda, Berbuat sesuatu yang tepat dan benarlah
kalian (maksudnya; istiqamahlah dalam amal dan berkatalah yang
benar/jujur) dan mendekatlah kalian (mendekati amalan istiqamah
dalam amal dan jujur dalam berkata). Dan ketahuilah, bahwa
siapapun diantara kalian tidak akan bisa masuk surga dengan
amalnya. Dan amalan yang paling dicintai Allah adalah amalan yang
langgeng (terus menerus) meskipun sedikit. (HR. Bukhari)
4. Berdasarkan hadits di atas, kita juga diperintahkan untuk senantiasa
beristiqamah. Ini artinya bahwa Istiqamah merupakan pengamalan
dari sunnah Rasulullah saw.
5. Istiqamah merupakan ciri mendasar orang mukmin. Dalam sebuah
riwayat digambarkan: Dari Tsauban ra, Rasulullah saw. bersabda,
istiqamahlah kalian, dan janganlah kalian menghitung-hitung. Dan

ketahuilah bahwa sebaik-baik amal kalian adalah shalat. Dan tidak


ada yang dapat menjaga wudhu (baca; istiqamah dalam whudu,
kecuali orang mukmin.) (HR. Ibnu Majah)
Ciri-ciri orang yang memiliki sifat istiqomah
1. Konsisten dalam memgang teguh aqidah tauhid
2. Konsisten dalam menjalankan ibadah baik mahdoh atau ghoiru
mahdoh.
3. Konsisten dalam menjalankan syariat agama, baik berupa perintah
maupun larangan
4. Konsisten dalam bekerja dan berkarya, dengan tulus dan ikhlas
karena Allah swt.
5. Konsisten dalam memperjuangkan kebenaran dan keadilan
Allah swt menjanjikan balasan yang besar kepada orang-orang yang
istiqomah. Sesunguhnya orang-orang yang mengatakan: "Rabb kami
ialah

Allah",

kemudian

mereka

tetap

istiqomah

maka

tidak

ada

kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.


Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya;
sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Al-Ahqaf:1314). Semoga kita bisa istiqamah dalam segala hal. Amin.
Tips agar kita tetap istiqomah beribadah :
1. Berbuat..Hanya..Karena..Allah..Bangkitkanlah

kerinduan

untuk

berbuat kebajikan karena Allah saja meski boleh diceritakan kepada


org lain namun HANYA SEMATA-MATA bermaksud mengajak yg lain
berbuat kebajikan
2. Berkumpullah dg sesama kawan yg gemar berbuat kebajikan
Tidak bisa dipungkiri bahwa bersosialisasi adalah fitrah manusia.

Jikalau

ini

adalah

fit

rah maka seharusnya kita merasa nyaman berada diantara kawankawan kita.
Berkumpul

dengan

org

yg

gemar

melakukan

kebajikan

(sholeh) adalah sesuatu yg SANGAT DISARANKAN karena ini hal


penting yg akan memberikan sumbangsih karakter kepada diri kita.
3. Menyadari betapa pentingnnya peran mata dan telinga.
Setiap hari mata merekam apa yg kita lihat dan telingan merekam
apa

yg

kita

dengar.

Mata dan telinga akan memerintahkan otak kita bekerja dan


bereaksi atas apa yg kita lihat dan kita dengar.
Rekaman-rekaman ini sangat mempengaruhi hati, oleh karena itu
penting bagi kita mememberikan rekaman yg baik pada mata dan
telinga agar kita tetap dalam nuansa syahdu yg merindukan
kebajikan.
4. Berhati..hati..pada..sanjungan..Sanjungan merupakan

salah satu

hadiah dari kebajikan yg kita lakukan. Namun akan lebih baik jika
sanjungan yg kita terima kita anggap sebagai doa dari mereka yg
memberi sanjungan, agar sanjungan tdk melenakan kita sehingga
kita menjadi takabur.
5. Berkreasi dan kreatiflah dalam melaksanakan kebajikan dan ibadah
Kebajikan dan ibadah itu perintah yg harus dilakukan terus
menerus. Oleh karena terus menerus maka sangat dimungkinkan
bagi kita mencapai titik bosan dan kebosanan ini adalah sumber
pelemahan diri. Oleh karena itu penting bagi kita menciptakan
kreatifitas dan berbuat kebajikan dan ibadah.

Jika dalam kebajikan mungkin lebih mudah melakukan kreatifitas


lalu dalam hal ibadah ? Bukankah ibadah ada tuntunannya ? Apakah boleh
dimodifikasi sesuai kreatifitas kita ?
Kita memang tdk dapat ganggu gugat sebuah tuntunan dalam hal ibadah,
tapi bukan berarti kita tdk bisa kreatif, misalnya seperti ini :
a. Setiap sholat kita diwajibkan membaca surat setelah membaca al
fatihah

seperti

surat2

pendek

dalam

juz

amma,

cobalah

menambah bacaan dan hafalan kita, sehingga semakin banyak yg


kita hafal dan kita baca semakin menghindari kemonotonan
dalam sholat.
b...Berpindah

pindah

masjid

saat

sholat

berjamaah.

Seluruh masjid didunia ini adalah milik Allah dan Subhanallah


milik kita juga, dengan berpindah-pindah masjid akan dapat
menghindari

kejenuhan

dalam

beribadah

dan

semakin

meningkatkan kecintaan kita kepada masjid


c. Bedakan pakaian yg akan kita gunakan untuk menghadap Allah
dan pakaian yg kita gunakan untuk kerja atau pakaian rumah
Agar pengagungan kita terhadap Allah SWT terasa jelas

Tujuh Tips untuk meningkatkan semangat ibadah


Tips Ustadz Tate Qomaruddin (Memahami Fadhilah Ibadah)
1. Kenali dan pahami keutamaan (fadhilah) setiap ibadah. Bacalah
ayat-ayat Quran atau hadits shahih yang menerangkan keutamaan
ibadah.
2. Ubah lintasan hati untuk melakukan ibadah menjadi keinginan, lalu
tekad. Caranya dengan selalu mengingat bahwa hidup kita belum
tentu masih panjang.
3. Sering mengadakan berkumpul (majelis, halaqah) untuk saling
menasehati dan mengingatkan.
4. Sering-sering menengok bagaimana para sahabat dan tabiin
bersungguh-sungguh

dalam

melaksanakan

ibadah

(membaca

sirah/perjalanan hidupnya).
5. Bersikap menengah (sedang-sedang saja) dalam melaksanakan
ibadah. Jangan memforsir diri secara berlebihan. Karena ibadah
yang

baik

adalah

yang

dilakukan

secara

dawam

(kontinyu)

walaupun sedikit.
6. Mintalah kepada orang tedekat untuk mendorong melaksanakan
ibadah atau mengingatkan apabila kita lalai dalam beribadah.
7. Berdoa. Diantara doa yang diajarkan adalah Allahumma ainnii
alaa dzikrika wa syukrika wa husni ibaadatika (Ya Allah, bantulah
aku untuk selalu mengingat-Mu, untuk bersyukur kepada-Mu, dan
untuk melaksanakan ibadah kepada-Mu secara baik).

Tips Dr. Setiawan Budi Utomo (Buat Divesifikasi Ibadah)


1. Perbesar kerinduan untuk "berkomunikasi dan bermesraan" dengan
Allah SWT.
2. Rasakan hati seperti kering, hampa, dan ada yang hilang bila
berkurang ibadah.
3. Jadikan ibadah sebagai media relaksasi jiwa, penguatan mental, dan
rekreasi sukma.
4. Cobalah melakukan diversivikasi dan penghayatan ibadah untuk
membuang kejenuhan.
5. Tingkatkan dorongan mensyukuri nikmat untuk menyingkirkan
kemalasan ibadah.
6. Yakinilah ibadah sebagai sumber kekuatan, media konsolidasi dan
mobilisasi hidup.
7. Hindarilah kemaksiatan lahir dan batin yang menghalangi kelezatan
ibadah.

Tips Ustadzah Helini (Amal Sebagai Investasi Abadi)


1. Memahami tujuan hidup
Ibadah kepada Allah SWT adalah merupakan tujuan dari penciptaan
kita. Apapun bentuk amal perbuatan kita harus dilakukan dengan
kesadaran bahwa Allah SWT selalu berada bersama kita dan
mengawasi gerak-gerik kita.
2. Memahami nilai dunia dibandingkan akhirat
Dunia bukanlah segala-galanya.

3. meyakini dengan sepenuhnya konsep perhitungan (yaumul hisab)


Setiap amal sekecil apapun ada nilai dan pertanggungjawabannya di
hadapan Allah SWT.
4. Mengakrabkan diri dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah
5. Menghindari semua bentuk kemaksiatan dan dosa-dosa kecil
6. Mengingat bahwa kematian itu datang secara mendadak
7. Memohon pertolongan dan bantuan pada Allah SWT

Sifat Wa Mausuf
DuniaPelajar.com

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa Arab adalah bahasa yang dipergunakan oleh Allah Swt. dalam Al-Quran, yang
menjadi pedoman hidup bagi umat Islam. Pemahaman yang baik dan benar terhadap bahasa
Arab akan menjadi alat utama dalam menerjemahkan dan menafsirkan makna ayat yang
dikandung dalam setiap ayat kitab suci ini.
Dalam beberapa ayat, Allah Swt. menggunakan kata-kata berupa penyifatan, baik terhadap
diri-Nya maupun terhadap benda-benda yang disebutkan-Nya. Seperti halnya dalam bahasa
Indonesia dan Inggris, penggunaan kata sifat berarti penjelasan tentang sifat benda. Dalam
bahasa Arab, konsep ini disebut sebagai sifat wa mausuf (Kata sifat dan yang disifati).
Dalam makalah ini penulis akan memaparkan tentang masalah di atas, semoga penjelasan
yang penulis paparkan nantinya dapat memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka muncul beberapa poin yang akan menjadi acuan pemaparan
penulis tentang sifat wa mausuf, yaitu :
1. 1. Apa yang dimaksud dengan sifat wa mausuf ?
2. Bagaimana syarat sifat wa mausuf ?
3. Berapakah jenis-jenis sifat wa mausuf ?

BAB II
SIFAT WA MAUSUF

A. Pengertian Sifat wa Mausuf


Sifat (????? ) atau yang dikenal dengan istilah Naat (????? ) adalah lafadz yang menunjuk
kepada sifat ism (kata benda) sebelumnya untuk menerangkan keadaannya. Dalam pengertian

lain, sifat/ naat adalah kata yang mengikuti kata benda yang berguna untuk menerangkan
kata benda tersebut. Dalam pembahasan makalah ini, penulis akan menggunakan istilah
Naat.
Misalnya kalimat dalam bahasa Arab :
1. ???????????? ?????? Ini adalah buku yang baru
2. ????? ????????? ??????? Beruntunglah pedagang yang jujur itu
Kalimat berupa ????? di atas terdiri atas :
1. ??? (???) , yang artinya sifat. Yaitu kata sifat yang mengikuti kata benda.
Dalam contoh pertama kata ?????? (baru) adalah sifat, begitu juga
kata ??????? (jujur) pada contoh yang kedua.
2. ????? (?????) , yang artinya yang disifati, berupa kata benda. Pada contoh
yang pertama, kata ????????? (buku) merupakan kata yang disifati,
karenanya kata itu berkedudukan sebagai ?????. Demikian juga pada
contoh kedua, kata yang berkedudukan sebagai ????? adalah
kata ?????????.

Penerjemahan ????? dapat dengan mudah dilakukan dengan menambahkan kata yang
antara kata yang berkedudukan sebagai ??? dan kata yang berkedudukan sebagai ?????.
Contoh : Kata ????????? ?????? berarti buku yang baru
Kata ????????? ??????? berarti pedagang yang jujur itu.
B. Syarat Sifat wa Mausuf

??? harus mengikuti tanda bunyi pada akhir ????? , yaitu dalam hal :
1. Rafa-nya.

Contoh :
????? ????????? Api yang sangat panas
??????? ?????? ?????????? Kitab-kitab yang lurus
1. Nashab-nya.

Contoh :
?????? ????? ????????? Memasuki api yang sangat panas

???????? ?? ???????????? ?????? ????????? Dia mengatakan : aku telah menghabiskan


harta yang banyak

1. Jar-nya.

Contoh :
?? ????????? ??????????? Dalam Surga yang tinggi
?????? ???? ????? ??????? Dia diciptakan dari air yang terpancar
1. Nakirah-nya.

Contoh :
?????? ???? ??????? ????????

Bahkan yang didustakan mereka itu adalah

Al-Quran yang mulia


1. Marifat-nya.

Contoh :
?????? ???????? ???????? ??????????? Yaitu orang yang akan memasuki api yang
besar itu (neraka)
??????????????? ???? ?????????? ???? ???????? Maka Allah mengadzabnya dengan
Azab yang pedih
1. Mudzakkar-nya.

Contoh :
????????????? ??? ?????????????? ????????? ???????????? Tahukah kamu apakah illiyyun
itu?
(Yaitu) kitab yang tertulis

1. Muannats-nya.

Contoh :
???? ????????? ????????????? Dalam Surga yang tinggi
1. Mufrad-nya.

Contoh :
????? ??????????? ???????? ??????????? Sesungguhnya Al-Quran itu benar-benar
Firman (Allah yang dibawa) oleh
utusan yang mulia/ Jibril
1. Mutsanna-nya.

Contoh :
??????????? ????????? ?????? ????? Di dalam surga itu ada dua buah
mata air yang mengalir
10. Jamak-nya.
Contoh :
??????? ?? ?????????? ??????????? ??????????????? Mereka itu dikelilingi oleh
Anak-anak muda yang tetap muda

1. C. Naat Hakiki dan Naat Sababi

a. Naat Hakiki adalah sifat yang menjelaskan keadaan manutnya.


Contohnya :
????????? ????????? ???????????? .1
(Yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka
Kata ????????? dan ??????????? menjelaskan kata ????????
.2 ?????????? ???????? ????????? Saya menjumpai anak yang ikhlas
Kata ????????? menjelaskan kata ????????

b. Naat Sababi adalah sifat yang menjelaskan kata lain yang berhubungan dengan manut.
Jadi tidak menjelaskan yang disifatinya.
Contohnya :
???? ????????? ???????????????????? .1
Dia adalah Muhammad yang baik akhlaknya
Kata ?????????? menjadi naat dari ?????????, tetapi menjelaskan keadaan ?????????
.2 ?????????? ???????? ??????????? ??????? Saya berjumpa anak yang besar kepalanya
Kata ??????????? ? menjadi naat dari ????????, tetapi menjelaskan keadaan ???????

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

1.
1. Sifat (Naat) adalah adalah lafadz yang menunjuk kepada sifat ism
(kata benda) sebelumnya untuk menerangkan keadaannya
1. Naat terdiri atas dua buah kata yang masing-masing
berkedudukan sebagai naat (Kata sifat) dan manut (benda
yang disifati)
2. Naat harus sama dengan manut dalam segi rafa, nashab, jar,
nakirah, marifah, mudzakkar, muannats, mufrad, mutsanna
dan jamaknya.
3. Naat terdiri atas dua, yaitu Naat Haqiqi dan Naat Sababi.
2. B. Saran
1. Penambahan referensi dan buku panduan pada Mata Kuliah Bahasa
Arab merupakan salah satu cara meningkatkan pemahaman konsep
bagi mahasiswa, apalagi bagi mahasiswa yang masih berada pada
level dasar.

2. Penjelasan tentang materi sifat wa mausuf akan lebih mudah


dipahami ketika dihubungkan dengan ayat yang ada di dalam AlQuran.

Daftar Pustaka

A. Rahman, H. Salimuddin, MA. Tata Bahasa Arab untuk Mempelajari Al-Quran. Cet. II,
Bandung : Sinar Baru Algesindo, 1999.
Anwar, H. Moch. Ilmu Nahwu; Terjemahan Matan Al-Jurumiyah dan Imrithy berikut
Penjelasannya. Cet. IV, Bandung : Penerbit Sinar Baru Offset, 1989.
Muhammad, Abu Bakar. Tata Bahasa Arab II. Surabaya : Al-Ikhlas, 1982.
Souyb, Joesoef. Pelajaran Tata Bahasa Arab. Jakarta : Penerbit Bulan Bintang, 1978.

Terima kasih telah berkunjung dan membaca artikel Sifat Wa Mausuf ini. Jangan lupa
bagikan artikel ini ke teman-teman ya ... Semoga bermanfaat.

Related posts:
1. Ajaran-ajaran Pokok Al-Maturidiyah Tentang Sifat Tuhan
2. Pengertian Kata Menurut Para Ahli
3. Sifat Hubungan Antar Peubah Korelasi Regresi
4. Sifat Dan Ciri Wanita Sholelah
5. Hubungan Dan Urgensi Ulumur Quran Dengan Tafsir Al-Quran
6. Sejarah Perkembangan Bahasa Arab & Urgensi Mempelajarinya
Ditulis dalam Kategori Bahasa Arab, Karya Tulis Ilmiah.

Artikel Terkait [WAJIB BACA]


1. Ajaran-ajaran Pokok Al-Maturidiyah Tentang Sifat Tuhan
2. Pengertian Kata Menurut Para Ahli
3. Sifat Hubungan Antar Peubah Korelasi Regresi
4. Sifat Dan Ciri Wanita Sholelah
5. Hubungan Dan Urgensi Ulumur Quran Dengan Tafsir Al-Quran
6. Sejarah Perkembangan Bahasa Arab & Urgensi Mempelajarinya
Advertisement

Artikel Menarik
Hormon Yang Membuat Anda Jungkir Balik Saat Jatuh Cinta

Contoh Latar Belakang Skripsi Matematika

Macam-Macam Hipotesis Dalam Statistika

10 Makanan Wajib Agar Cepat Hamil | Cara Cepat Hamil

Sedimentologi & Aplikasi Sedimentologi

All right reserved. DuniaPelajar.com.

Anda mungkin juga menyukai