Anda di halaman 1dari 30

Kelompok 1 kelas 1 A oleh :

1. Aan Midad
2. Fil Ilmitasari
3. Siti Novi Nafisah

Surat Al Fatihah
(Pembukaan)
[ Makiyyah, 7 ayat menurut ijma’ ]
Dalam Luasnya Surat yang Mulia
Surat Al Fatihah merupakan surat yang agung, memiliki beberapa nama terkenal diantaranya
sebagai berikut :
Pertama : (Al Fatihah / Pembukaan)
Ibnu Jarir At Thabari berkata : dinamai dengan Al Fatihah kitab (Pembukaan kitab) karena
surat ini membuka mushaf yang mulia dengan penulisannya, juga dibaca dalam shalat.1
Kedua : (Ummul Kitab/ induknya kitab)
Di dalam Al Fatihah mengandung maksud utama yang terdapat pada kitab yang mulia, di
dalamnya berupa pujian kepada Allah azza wa jalla, penetapan ketuhanan, menyembah
kepada perintah Allah subhanahu wa ta’ala, mencari hidayah dan penetapan iman. Surat Al
Fatihah seperti induk yang disandarkan untuk surat-surat lainnya yang mulia, orang arab
menamai setiap hal yang menyangkut perguruan tinggi dengan menyebut kepada Makkah al
Mukarromah dengan sebutan (Ummul Quro) karena yang selainnya (Mekah) mengikuti nya.
Ketiga : as sab’ul masani (7 ayat yang diulang-ulang)
Karena surat Al Fatihah merupakan 7 ayat yang diulang-ulang dalam setiap shalat, Allah
berfirman : (Dan sungguh, Kami telah memberikan kepadamu tujuh (ayat) yang (dibaca)
berulang-ulang...... ) [Surat 15, ayat 87]. Yang dimaksud dengan 7 ayat yang diulang-ulang
ialah surat Al Fatihah karena terdapat 7 ayat menurut ijma’ ahli quro dan ulama.
Telah menuturkan Imam Al Qurtubi ra dalam tafsirnya (Al Jami’ li ahkami al Qur’an) bahwa
surat ini mempunyai 12 nama diantaranya (Asy-Syifa : obat, Al Waqiyah : perlindungan, Al
Kafiyah : Kecukupan, Al Asas : Dasar, Al Hamdu : Pujian... dst)2

Halaman 14
1
Jami’ul bayan karya Imam Thabari, juz 1
2
Jami’ul Ahkam al Qur’an karya Qurtubhi, juz 1 hal. 112
Keutamaan Surat yang Mulia
Pertama :
Imam Bukhori telah meriwayatkan di dalam (kitab) sahih-nya, dari Said bin Mu’alla
Semoga Allah Meridhoinya, sesungguhnya dia berkata : (Suatu Ketika aku sedang shalat di
masjid, tiba tiba Rasululullah Shallallahu alaihi wa salam memanggilku , namun aku tidak
menjawab sampai aku selesai sholat kemudian aku mendatanginya (Rasul), maka (Rasul)
berkata : “Apa yang menghalangimu untuk datang kepadaku?” maka aku berkata : “Wahai
Rasulullah, sesungguhnya saat itu aku sedang shalat”, maka (Rasul) bersabda : “Bukankah
Allah telah berfirman (Wahai orang orang yang beriman , penuhilah seruan Allah dan
seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepada
kamu). Kemudian (rasul ) bersabda : Maukah engkau aku ajari satu surat yang paling agung
dari surat surat di Quranul Karim (Quran yang mulia) sebelum kamu keluar dari masjid?
kemudian beliau (Rasul) memegang tanganku maka ketika hendak keluar, aku berkata
kepadanya: “Wahai Rasulullah bukankah engkau berkata (Maukah engkau aku ajari suatu
surat yang paling agung di dalam Quran ?) Beliau bersabda : Alhamdu (Lillahi robbil alamin)
itu adalah tujuh (ayat) yang diulang-ulang dan alquran agung yang diberikan padaku.3
Kedua :
Imam Ahmad telah meriwayatkan di dalam musnadnya sesungguhnya (Ubay bin
Ka’ab ) telah membaca Ummul Kitab (Pembukaan Kitab ) di depan Nabi Shollallahu alaihi
wa sallam . maka Rasul Shallallahu alaihi wa salam bersabda (Demi Dzat yang jiwaku berada
di tangan-Nya, tidaklah diturunkan di dalam kitab Taurat, dan tidak di dalam kitab Injil dan
tidak di dalam kitab Zabur dan Tidak di dalam Kitab Furqon (Al Quran) seperti itu,
sesungguhnya ia adalah tujuh (ayat) yang diulang ulang dan Al Quran yang agung yang
diberikan padaku.4
Ketiga :
Imam Muslim telah meriwayatkan di dalam Sahihnya, dari ibnu abbas semoga Allah
meridhoi keduanya, sesungguhnya dia berkata (Ketika malaikat Jibril sedang duduk di
samping Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tiba-tiba ia mendengar suara pintu dibuka dari arah
atas kepalanya. Lalu malaikat Jibril berkata: "Itu adalah suara salah satu pintu langit yang
dibuka, sebelumnya ia belum pernah dibuka sama sekali kecuali pada hari ini." Lalu keluarlah
daripadanya malaikat. Jibril berkata: "Ini adalah malaikat yang hendak turun ke bumi,
sebelumnya ia belum pernah turun ke bumi sama sekali kecuali pada hari ini saja." Lalu ia

3
Riwayat Bukhori dan Abu Daud dan Nasai
4
Riwayat Ahmad dan Tirmidzi dan berkata Timidzi hadist Hasan Sahih
memberi salam dan berkata: "Bergembiralah atas dua cahaya yang diberikan kepadamu dan
belum pernah diberikan kepada seorang Nabipun sebelummu, yaitu pembuka Al Kitab (surat
Al Fatihah) dan penutup surat Al Baqarah. Tidaklah kamu membaca satu huruf dari kedua
surat itu kecuali pasti akan diberikan kepadamu.")5

HAL 15
Corak Corak Balaghoh Dalam Surat Yang Mulia
Terdapat di dalam kitab Bahrul Mu’hith bahwasannya di dalam surat yang mulia
terdapat macam-macam balaghoh dan fasohat (kefasihan) sebagai berikut:
Pertama: pembukaan yang baik dan terampil
Kedua: terdapat pernyataan yang dilebihkan dalam memuji, karena itu keumuman kata
“alif lam” di dalam “Al Hamdu” berfungsi sebagai “istighroq”.
Ketiga: memberikan isi/ pesan pada perkataan “Alhamdulillah” yang mana redaksinya
khobar, maknanya perintah yang berarti katakanlah “Alhamdulillah”
Keempat: pengkhususan dengan “ lam” yang ada pada lafadz “ Lillah” yang mana
lam tersebut menunjukkan bahwasannya seluruh pujian dikhususkan hanya kepada Allah
Ta’ala karena Dia lah yang Maha Agung lagi Maha Tinggi yang berhaq atasnya (Pujian).
Kelima: penghapusan , dan itu terjadi dengan menghapus kata “ siroth “ di dalam
firman Allah Ta’ala : (ghoiril maghdhuubi’alaihim waladholliin ).
Keenam: mengedepankan dan mengahirkan di dalam firman-Nya : (iyyaka na’budu
waiiyyaka nasta’iin) begitu juga terdapat di dalam firman-Nya : “ghoiril maghduu bi’alaihim
waladdholliin”
Ketujuh: Penjelasan setelah kesamaran , dan itu terdapat dalam firman-Nya :
(ihdidinas shirotol mustaqim. Shirootol ladziina an’amta ‘alaihim ) sebagaimana shiroth
ditafsirkan.
Kedelapan: terdapat kalimat iltifat, dan itu terdapat di dalam firman Allah Ta’ala
(iyyaka na’buduu waiiyaka nasta’iin. Ihdinas shirootol mustaqiim ) dimana dipindahkannya
dari domir mukhotob kepada domir mutakalim.
Kesembilan: meminta sesuatu, yang dimaksud bukan hasilnya tetapi kelangsungan dan
keberlanjutannya. Hal itu ada di dalam firman Allah Ta’ala ( ihdinas shirootol mustaqiim)
maksudnya tetapkanlah kami di dalamnya (jalan yang lurus).

5
Riwayat Muslim dan Nasai …… Lihat Qurthubi Juz 1 halaman 116
Kesepuluh: sajak yang sejajar, yaitu kesesuaian dua kata terakhir di dalam zaman dan
narasi, itu terdapat di dalam firman Allah Ta’ala “Arrahmannirrohim, asshirotol mustaqim”
dan dalam firman-Nya : “nasta’iinu waladholliin “.

Hal 16
2. Surat Al Baqarah (Sapi Betina)
Dalam Luasnya Surat Yang Mulia
Surat yang agung termasuk ke dalam Madaniyah tanpa perselisihan, ayatnya
berjumlah 287 ayat, termasuk dari yang pertama di turunkan di Madinah al Munawwaroh,
menurut segi hukum surat ini kedudukannya surat Madaniyah, yang membahas sistem,
hukum perundang-undangan yang mana kamu muslimin membutuhkannya dalam kehidupan
duniawiyah, termasuk surat mulia yang secara dominan membahas berbagai hukum syariat
dalam masalah akidah, ibadah, muamalah, akhlak, pernikahan, talaq, iddah dan lain-lain dari
hukum syara.
Seperti mengenai sifat-sifat kaum mukmin, kafir, munafiq, menjelaskan hakikat iman,
hakikat kafir, munafiq, kemudian menceritakan awal mulapenciptaan, dituturkan kisah Adam
as, mengenai ahli kitab secara mendetail, khususnya Bani Israil karena mereka bersebelahan
dengan kamum muslim di Madinah Al Munawwaroh. Surat ini menginformasikan kepada
kaum mukmin tentang kejahatan dan tipu daya Bani Israil, apa yang ada pada dada mereka
(Bani Israil) dari kejahatan, keburukan, alasan, dan khianat.
Kemudian beralih pada segi hukum perundang-undangan yang ada dalam surat mulia
ini, karena kaum muslimin pada saat itu berada di awal daulah islamiyah (pemerintahan
islam). Mereka berada dalam kebutuhan yang mendesak pada peraturan hukum samawi (yang
turun dari Allah) dimana mereka akan menjalankannya seperti ibadah, jihad, kriminal, riba,
lintah darat, bahwa mereka akan mengalami hari yang buruk (karena memakan riba), setiap
jiwa akan meninggal dengan membawa apa yang telah dikerjakannya tanpa didzalimi sedikit
pun, surat mulia ini ditutup dengan nasehat untuk kaum mukminin untuk bertaubat, kembali,
serta merendahkan diri kepada Allah azza wa jalla. Surat mulia ini dinamai dengan Al
Baqarah sebagaimana disebutkan di dalamnya, diceritakan mukjizat luar biasa yang terjadi di
zaman Sayyidina Musa as dimana ada seseorang yang dibunuh dan tidak diketahui
pembunuhnya, lalu para penduduk menyampaikan masalah tersebut kepada Sayyidina Musa
as barangkali dia mengetahui pembuuhnya. Lalu Allah mewahyukan kepadanya untuk
memerintahkan kaumnya menyembelih sapi betina dan memukul mayat (yang terbunuh tadi)
dengan bagian dari sapi betina, lalu hiduplah mayat tersebut dengan izin Allah, lalu mayat
tersebut memberitahu mereka orang yang membunuhnya dan menjadi bukti kekuasaan Allah
azza wa jalla dalam menghidupkan ciptaan-Nya setelah meninggal.

Halaman 17

Keutamaan Surat yang Mulia (Al Baqarah)


Rasulullah Shollallahu alaihi wa sallam bersabda : "Janganlah kalian jadikan rumah-
rumah kalian sebagai kuburan, sesungguhnya syetan itu akan lari dari rumah yang di
dalamnya dibacakan surat Al Baqarah." 6
Nabi Shollallahu alaihi wa sallam juga bersabda : “Bacalah Al Baqarah, karena dengan
membacanya akan memperoleh barokah, dan meninggalkannya akan menyebabkan
penyesalan, dan (pembacanya) tidak dapat (dikuasai /dikalahkan) oleh Kebathilan (Al-
7
Bathalah), maksudnya adalah tukang-tukang sihir.
Dari bermacam corak sastra (balaghah) dalam Surat yang Mulia (Al Baqarah)
Sesungguhnya Surat yang mulia (ini) mengandung banyak corak ilmu bayan dan ilmu badi’,
kami rangkum seperti berikut ini :
 Majaz ‘Aqli , terdapat dalam firman Allah yang Maha Tinggi : “Hudan lil muttaqim
(Petunjuk bagi orang bertaqwa)” {dari ayat nomor 2 }, dimana (ayat) itu
menyandarkan petunjuk (hidayah) kepada Quran dan pemberi Petujuk yang hakiki
(Sebenarnya) adalah Allah Azza wa Jalla.
 Di dalam Firman Allah ta’ala : “{Itu Kitab}[ dari ayat nomor 2]” penggunaan isin
isyaroh “dzalika” berfungsi untuk lilba’id (makna jauh), yang diwahyukan oleh Yang
Maha Tinggi keberadaannya dan tinggi pula martabatnya (posisinya) dalam
kesempurnaan.

6
Diriwayatkan oleh Muslim dan Tirmidzi
7
Diriwayatkan oleh Muslim di dalam Sahih-nya
 Di dalam firman Allah ta’ala : {Merekalah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya ,
dan mereka itulah orang-orang yang beruntung} [ ayat no 5]”.

Pengulangan isim isyaroh (kata tunjuk) “Ulaaika” untuk menunjukkan perhatian terhadap
orang yang bertakwa, domir (hum) berfungsi untuk membatasi seolah olah berkata
“mereka itulah orang yang beruntung” bukan yang lainnya.
 Di dalam firman Allah ta’ala : {sama saja bagi mereka , engkau (Muhammad) beri
peringatan atau tidak beri peringatan, mereka tidak akan beriman} [ayat no 6].

HAL 18
Menjelaskan bahwa putus asa dari keimanan itu masuk dalam kekufuran, pada ayat ini
menunjukkan tentang berlebihannya mereka dalam kekufuran dan berbuat sewenang-wenang,
serta tidak adanya kesiapan dari mereka untuk beriman.
 Di dalam firman Allah ta’ala ( khotamallahu ‘alaquluubihim), merupakan isti’aroh
tasrihiyyah, yang mana hati –hati mereka disamakan dengan enggan menerima
kebenenaran , pendengaran dan penglihatan mereka benar-benar di tutup dan tidak
ada sedikitpun cela cahaya hidayah, seperti wadah yang tertutup dengannya tertutup
cela cela, dan mencegah sampai kepada apa-apa yang memperbaikinya, peminjaman
kata penutup nama kaidahnya “isti’arohtishrihiyyah “
 Di dalam firman Allah Ta’ala ( wamaahum bimu’miniin ) dari ayat ke 8, Pada asalnya
dikatkan : mereka tidak beriman , untuk menyesuaikan firman Allah dengan ucapan
mereka (orang kafir) lafadz aamanna ( kami beriman), tetapi diubah dari fiil ke isim
untuk mengeluarkan diri mereka (orang kafir) dari kumpulan orang-orang mukmin.
Dikuatkan dengan huruf “ ba” yang berfungsi untuk mubalaghoh (melebihkan) atas
tidak adanya keimanan pada orang kafir.
 Di dalam firman Allah ( yukhoodi’uunallah ) dari ayat 9 isti’aroh tamsiliyyah
(perumpamaan), dimana diserupakannya keadaan mereka dengan Tuhan mereka, di
dalam menampakkan keimanan dan menyembunyikan kekufuran, sama halnya dengan
rakyat yang berbohong kepada penguasanya, dipinjam isim musyabah bih nya kepada
musyabbah dengan cara isti’aroh.
 Di dalam firman Allah ta’ala (fi quluubihim marodhun ) dari ayat 10 itu, ada sindiran
dari kemunafikan karena penyakit itu merusak badan, sedangkan munafiq itu merusak
hati.
 Di dalam firman Allah ta’ala ( alainnahum hummul mufsiduun ) dari ayat 12. jumlah
yang ditegaskan ada 4 penegasan, yaitu (alif lam) lint tanbih : peringatan/perhatian,
(inna) lit takiid : untuk menguatkan, domir munfasil (hum ) : ta’rifil khobar
(mengenalkan khobar), (almufsiduuna ), dan contoh serupa lainnya di dalam firman
Allah Ta'ala ( alaa innahumhumussufahaa).
 Di dalam firman Allah Ta’ala (Allahu yastahziuubihim ) dari ayat 15, terdapat
musyakalah, dimana dinamai sebagai hukuman atas olok-olokan mereka. Lafadz
ustuhzi’a dengan cara musyakalah merupakan keserupaann di dalam lafadz, beda
secara makna.
 Di dalam firman Allah ta’ala (isytarowuddholalata bilhudaa ) isti’aroh tashriyyah,
yang mana mereka telah mengganti kesesatan dengan kebeneran , kekafiran dengan ke
imanan. Maka disini, rugilah jual beli mereka, dan perdagangan mereka tidak
menghasilkan apapun , lafadz syiro’ (membeli) di isti’arohkan untuk diganti ,
kemudian kejelasan akan hal itu bertambah lagi dengan firman Allah ta’ala : ( famaa
robihattijaarotuhum ) dan ini adalah nominasi yang sampai kepada isyti’aroh puncak
yang tertinggi.

Hal 19
Firman Allah ta’ala (perumpamaan mereka seperti orang yang menyalakan api) [ayat nomor
17] perumpamaan analogi.
Begitupun dalam firman Allah ta’ala (atau seperti hujan lebat dari langit padanya kegelapan)
[ayat nomor 19].
Pada contoh pertama diserupakan kaum munafiq dengan tungku api yang menyatakan
iman dengan cahaya lalu terputus kegunaannya dengan padamnya api. Pada contoh kedua
islam diserupakan dengan hujan, karena hidupnya hati dengan islam, seperti hidupnya bumi
dengan air, dan diserupakan kesamaan kaum kafir dengna kegelapan. Dan yang ada di dalam
Al Qur’an tentang janji dan ancaman yang diserupakan dengan guntur dan kilat.
Dalam firman Allah ta’ala (mereka menaruh jari jemari mereka pada telinga mereka)
[ayat nomor 18]. Tasybih baligh yaitu mereka seperti tuli, bisu, buta dengan tidak
memanfaatkan panca indera, dibuang adat tasybih dan wajhu syibhi maka jadilah tasybih
baligh.
Dari sebagian keindahan ilmu badi’ berada di akhir ayat, hal ini ada pada bagusnya
telinga yang memiliki efek yang luar biasa pada diri seseorang, seperti firman Allah ta’ala :
( dan bagi mereka siksaan yang pedih disebabkan kedustaan mereka).
Dalam firman Allah ta’ala : (jawab mereka : sesungguhnya kami ini berbuat kebaikan).
Dalam firman Allah ta’ala : (dan membiarkan mereka dalam kesesatan mereka terombang
ambing).
Dalam firman Allah ta’ala : (Hai manusia! Sembahlah olehmu Tuhanmu) [ ayat nomor 21]
menuturkan ketuhanan dengan mengidofatkannya kepada mukhotob dengan tujuan untuk
memuliakan dan mengagungkan.
Dalam firman Allah ta’ala : ( Sekiranya kamu merasa ragu tentang apa yang Kami turunkan
kepada hamba Kami) [ ayat nomor 23].
Halaman 20

Ayat no 23] Penyandaran (kata abdina) tambahan untuk penghormatan dan


pengkhususan/tugas dan ini karakteristik/pensifatan yang paling terhormat dari Rasulullah
Shalllallhu alaihi wa sallam
Pada firman Allah Ta’ala “Fa’tuu bi suurotim mim mitslihi” [dari ayat no 23]
Ini bermakna takziz (sebagai bentuk perlemahkan/olokan ) dimana keluanya fiil amr
(perintah) dari bentuk aslinya shingga bermakna melemahkan dan menakirohkan “surah”
untuk memperoleh makna umum dan keseluruhan
Dan pada Firman Allah Ta’ala “ja’ala lakumul ardho firaasyaw wassamaa a binaa a” [dari
ayat no 22] Pertemuan /perbandingan yang elok/indah dimana bertemu/berjumpa antara langit
dan bumi dan hamparan dan bangunan dan ini keindahan sastra , sebagaimana dalam firman
Allah Ta’ala “Faillam taf’aluu wa lan taf’aluu” [dari ayat no 24]
Kalimat yang tidak memiliki kedudukan “wa lan taf’aluu” untuk menjelaskan makna
tantangan di masa lalu dan masa akan datang dan menjelaskan ketidakmampuan mereka yang
utuh didalam setiap masa
Dan pada Firman Allah Ta’ala “Fattaqun naara” [dari ayat no 24] (menunjukkan) Ringkasan
yang sangat bagus dengan menyebutkan kinayah (sindirian / makna sebenarnya) jadi jika
kalian tidak berdaya (lemah) maka takutlah neraka jahanam dengan pembenaran kalian
terhadap Alquran yang Mulia.
Pada Firman Allah Ta’ala “Innallaha la yastahyi” [dari ayat no 26] Majaz Mursal dari bab
melepaskan keharusan dan kemauan dari sarana yang diperlukan , menunjukkan yang Maha
Kuasa telah melewati meninggalkan kesederhanaan karena meninggalkan itu adalah buah
dari malu dan dari rasa malu bagian dari sesuatu meninggalkannya.8
Pada Firman Allah Ta’ala “walladziina yanqudzuhum ahda allah” [ dari ayat no 27] Istir’aroh
makniyyah (sebuah metafora mekanis) dimana dia menyamakan perjanjian dengan tali dan
melepaskan analoginya dan melambangkan sesuatu terhadap keperluannya dan itu pencabutan
atas Istir’aroh makniyyah
Pada Firman Allah Ta’ala “Kaifa Takfuruuna Billah” [dari ayat no 28] pada bab berpaling
terhadap celaan dan teguran maka sungguh tidak ada kata yang terlihat kemudian dipindahkan
dalam bentuk penerima maka ia menyapa dalam bentuk kehadiran dan ini adalah bentuk
kebaikan

TARJAMAH HAL 21
*di dalam firman-Nya ( wahuwa bikulli syaiin ‘aliim ) ayat ke 29, ada redaksi kata hiperbola’
mubalaghoh di dalam kata “ aliimun “ karena Allah SWT memiliki ilmu yang sangat luas
dan ilmunnya Allah itu mencakupi segala sesuatu.
* di dalam firman-Nya (waizqoola robbuka ) ayat ke 30, ada sebuah tantatangan disana
dengan symbol rububiyyah/ keutuhan dengan ditambahnya Rasulullah SAW untuk
mnghormati dan memuliakan maqom yang begitu agung. Dan didalam firmannya yang
mengatakan (almalaaika ) ini terdapat taqdiim/ mengedepankan jar dan majrur karena adanya
perhatian khusus dengan apa –apa yang dikedepankan dan adanya ketegangan atau kejutan
ketika di akhirkan.
*adanya uslub’ / metode perintah di dalam ayat (ambiuunii ) itu mengeluarkan kata perintah
dari hakikatnya kepada pelemahan atas ketidak berdayaan manusia dan mengalahkannya
dengan hujjah.
* dalam firman-NYA (falamma ambaa ahum bi asmaaihim qoola ) ayat ke 23 terdapat majaz
bil hadzfi/ ada yang dihapus. Seharusnnya (ambaa ahum bihaa) penghapusan (bihaa) untuk
(ambaa ahum) karena adanya kefahaman makna.

8
*dalam firman Allah SWT (tsumma ‘arodohum ) itu ibarat taghlib. Karena mimnya adalah
alamat untuk semua laki-laki yang berakal. Seandainnya bukan dari babut taghlib, pasti Allah
akan berfirman (tsumma ‘arodho ) atau ( tsumma ‘arodohunnah )
*dalam friman-Nya (inni ‘alamu ghoibassamaawaatil ardh ) ayat ke 33, kemudian berfirman
(wa’alamu maa tubduuna ) adanya perhatian khusus kepada khobar dan peringatan atas
komprehensifnya/ meratanya ilmu ALLAH SWT atas segala sesuatunya dan ini disebut
dengan al –ithnaab .
*dalam firmannya (wa’alamu maa tubdhuuna wamaa kuntum taktumuuna ) ayat ke 33 adanya
kesesuaian atau kecocokan antara (tubdhuuna dan wataqtumuuna ).
*dalam Firman-NYA (waizqulnaa lilmalaaikah ) ayat ke 34 ,adanya redaksi jama’ untuk
menghormati dan mengagungkan. Dan itu terma’thuf kepada firman-Nya yang berbunyi (wa
izqoola rabbuka ). Dan di dalam ayat tersebut ada sebuah perhatian dari yang ghoib kepada
mutakallim untuk mengajarkan kewibawaan dan menampakkan kemuliaan.
Hal 22
Dalam firman Allah ta’ala (maka mereka pun sujud) [ayat nomor 34]. Menyatakan cepatnya
dalam mengambil pelajaran dan ketaatan, ringkasnya dengan hadzaf (membuang) yaitu maka
mereka bersujud kepada Adam.
Dalam firman Allah ta’ala : (tetapi janganlah kamu dekati pohon ini). [ayat nomor 35].
Larangannya ialah memakan buah dari pohon itu, maksudnya larangan untuk berada di
dekatnya ( tetapi janganlah kamu dekati) bermaksud melebihkan dalam larangan dari
memakannya, sekiranya jika dilarang mendekati maka dilarang pula mengerjakannya dengan
cara penyampaiannya, seperti firman Allah ta’ala ( dan janganlah kamu sekalian mendekati
zina) dilarang mendekati zina berarti memutus jalan melakukan zina.
Dalam firman Allah ta’ala : ( dari keadaan yang mereka alami semula) [ayat nomor 36]
menyampaikan maksud keagungan kebaikan dari kenikmatan atau surga dimana bagian dari
metode retorika yang bertujuan untuk membesarkan sesuatu yang diibaratkan dengan lafadz
yang samar, seperti ( dari keadaan yang mereka alami semula) untuk menghilangkan
pendengaran seseorang dari membayangkan agungnya dan sempurnanya sejauh yang anda
bisa.
Dalm firman Allah ta’ala : (Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang). Dari sigat
mubalagoh yaitu bahwa Allah Yang Maha Suci banyak menerima taubat dan luas rahmatnya.
Dalam firman Allah ta’ala : (Hai Bani Israil! Ingatlah akan nikmat karunia-Ku) [ayat nomor
40]. Mengidofatkan kata ni’mat (karunia) kepada Allah yang Maha Suci ( karunia-Ku)
memberi isyarat akan agungnya kekuasaan-Nya dan luas kebaikan-Nya dan indah
keberadaan-Nya, karena disandarkan yang menyatakan kehormatan, seperti firman Allah
ta’ala ( rumah Allah) dan ( unta Allah).
Dalam firman Allah ta’ala : (dan janganlah kalian jual ayat-ayat-Ku) [ayat nomor 41].
Menjual disini tidak nyata tetapi sebagai perumpamaan sebagaimana yang terdahulu dalam
firman Allah ta’ala (Mereka itulah orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk).

Halaman 23

Pengulangan pada firman Allah ta’ala : “talbisul haqqa” dan pada firmanNya “wa taktumul
haqqa” [pada ayat no 42] Untuk meningkatkan aib yang terlarang , karena dalam pernyataan
itu apa yang tidak ada dalam konfirmasi hati nurani dan hal ini disebut dengan redundansi
Pada firman Allah ta’ala : “warka’u ma’ar raaki’iin” [pada ayat no 43] pada bab penamaan
semua dengan nama bagiannya yaitu sholat Bersama orang orang sholat, melepaskan
(melakukan) ruku’ dan berkeinginan sholat maka itu bagian dari majas mursal
Pada firman Allah ta’ala : “wa iyya ya farhabuun” dan “ waiyya ya fattaquun” tidak
berguna jalan pintas
Pada Firman Allah ta’ala : “ata’muruna nasa bil birri” [pada ayat no 44]
Tujuan interogatif adalah untuk mematuhi dan mencela dan bentuk fiil mudhori (waktu
sekarang) berguna untuk pembaruan dan kontinuitas dan melalui peninggalan tindakan
mereka dengan dilupakan “wa tansauna anfusahum” pembesar-besaran (mubalaghoh) dalam
meninggalkan kemalangannya, tidak terpikir oleh mereka untuk pikiran dan nafas yang
tertahan, membenarkan pernyataan berlebihan dalam kelalaian yang berlebihan dan dalam
perkataan yang Maha Tinggi “wa antum tatluunal kitaba” dan ini adalah kalimat dimana
tidak ada ejekan, teguran dan cacian.
Pada firman Allah ta’ala : “wa inni fadholtukum alal alamiin” [dari ayat no 47]
Sebagai hal yang membuat simpati masyarakat umum untuk menjelaskan kesempurnaan
(Allah), karena anugerah (nikmat) telah jatuh kedalamnya,
Preferensi ini ketika Allah yang Maha Suci berkata : “udzkur ni’matiy” meliputi semua
nikmat nikmat ketika simpati “wa anna fadholtukum “ hal itu bagian dari simpati masyarakat
umum.
Pada Firman Allah ta’ala : “wattaqu yauman” [dari ayat no 48] penyangkalan hari untuk
mengintimidasi yakni hari yang buruk sebagaimana Firman Allah ta’ala “nafsun an nafsin”
tidak memberi manfaat secara umum dan memutus semua
Dan pada Firman Allah ta’ala “yasuumu nakum suual adzab” [ pada ayat no 49]

TARJAMAH Hal 24
*dalam firman –Nya (balaaun mirrobikum ‘adzim ) dalam ayat 54 menggunakan nakirah
untuk menunjukkan makna mengagungkan dan menggertak.
* Pada firman Allah ((fatuubu ilaa baariikum ) (nomor 54). Penentangan dengan
menyebutkan pencipta untuk menginformasikan mereka bahwa kebodohan dan kedunguan
mereka telah melampui batas, di mana mereka meninggalkan ibadah kepada Allah yang telah
menciptakan mereka dengan kelembutan hikmahnya kepada menyembah sapi yang sama
persis seperti orang utan.
*di dalam firman Allah ( tsumma ba’asnaakum mimba’di mautiikum la ‘allakum tasykuruun )
dari ayat 56 dihubungkannya kebangkitan setelah mati untuk menegaskan bahwa mati yang
dimasudkan adalah mati yang sesungguhnya. Dan untuk membantah keraguan mereka bahwa
mereke dibangkitkan setelah sadari dari tidur.
*dalam firman-Nya (kuluu minthoyyibaati ) , ada ringkasan dengan cara khadzf
(pembuangan) dan taqdirnya adalah ‫ا لهم‬QQ‫ قلن‬dan dalam firman Allah (‫ا ظلمونا‬QQ‫ )وم‬taqdirnya
(asalnya) adalah mereka menzholimi diri mereka sendiri dengan cara kufur dan mereka
tidaklah menzholimi kamu, dan yang menunjukkan adanya khadzaf (pembuangan) adalah

Dan dikumpulkannya antara fiil madhi dan mudhari’ menunjukkan


atas keterlaluan mereka dalam kezaliman dan terus menerus dalam kekufuran. .
*dalam firman-Nya (fa anzalnaa ‘alalladziina dzholamuu rijzan ) dalam ayat 59 Allah tidak
menggunakan kata ‫ فأنزلنا عايهم‬yang bermakna menjelekkan dan kesangatan dalam mencela
dan mencaci maki dan menakirahkan kata (‫زا‬QQ‫ )رج‬bermakna makna mengagungkan dan
menggertak. (tafkhim dan tahwil)

Hal 25
Dalam firman Allah ta’ala : (Makan dan minumlah dari rezeki yang diberikan Allah) [ayat
nomor 60]. Mengagungkan karunia dan nikmat dari Allah azza wa jalla dimana rezeki nya
dihasilkan tanpa lelah dan tanpa susah.
Dalam firman Allah ta’ala : (dan janganlah kamu berbuat onar di muka bumi dengan
melakukan pengruksakan). [ayat nomor 60].
Melebihkan dalam mencela keruksakan, gaya ini dari segi fasohat bahwa orang yang
berbicara (mutakalim) telah sungguh melebihkan perhatian menjadikan perintah atau larangan
melayang disekitarnya , atau ragu dalam perhatian penguatan, firman Allah : (melakukan
pengruksakan). Menghasilkan larangan dari merusak secara kuat dan menjadikannya jauh
untuk diabaikan atau dilupakan.
Dalam firman Allah ta’ala : (dari apa yang ditumbuhkan bumi).[ayat nomor 61].
Majaz ‘aqli alaqohnya ialah assababiyah (penyebab), yang menumbuhkan hakihatnya ialah
Allah ta’ala, sedangkan bumi menjadi sebab tumbuhnya yang disandarkan kepadanya.
Firman Allah ta’ala : ( lalu ditimpakan atas mereka kenistaan dan kemiskinan). [ ayat nomor
61].
Kinayah yang diarahkan kepada mereka (kaum nabi Musa), seperti membawa kubah oleh
orang yang membuatnya. Seperti ucapan seorang penyair :
Sesungguhnya kemurahan, kewibawaan, dan kelembutan itu # terdapat dalam kubah yang
dibuat untuk Ibnu Khorj.
Dalam firman Allah ta’ala : ( peganglah dengan teguh apa yang Kami berikan kepadamu ini)
[ayat nomor 63]. Disingkat dengan hadzaf (membuang) yaitu kami ucapkan kepada mereka
ambillah maka ini seperti yang telah dikatakan Zamakhsyari untuk kehendak ucapan.
Halaman 26
Sambungan halaman 25
Dalam firman Allah ta’ala : (jadilah kalian kera yang hina). [ayat nomor 65]. Fiil Amr
(takunu) itu keluar dari ruang lingkupnya kepada makna penghinaan dan menganggap rendah,
berkata sebagian mufassir, ini adalah fiil amr taskhir (pemanfaatan) dan takwin
(pembentukan) yang terikat kemampuan untuk mentransfernya dari realitas kemanusiaan
kepada realitas kera.

Pada Firman Allah ta’ala : “Lima baina yadaiha wa maa kholfaha – bagi orang orang pada
masa itu dan bagi mereka yang datang kemudian” [dari ayat no 66] Metafora (Kinayah) bagi
orang yang datang sebelumnya atau datang sesudahnya dari bangsa bangsa dan ciptaan atau
menjadi pelajaran (ibroh ) bagi mereka yang datang kemudian atau belakangan.

Pada Firman Allah ta’ala : “Fadzabahuu haa wa maa kaaduu yaf’aluun – Lalu mereka
menyembelihnya dan nyaris mereka tidak melaksanakan (perintah) itu” [ dari ayat no 71]
Salah satu ringkasan Al Quran adalah bahwa dua kalimat yang dapat di mengerti telah
dihapus dari tajuk kalimat ini , dari sistem perkataan dan takdir , ketika mereka meminta sapi
betina seperti deskripsi sebelumnya dan mereka telah mendapatkannya, mereka mendapat
petunjuk untuk menyembelihnya dan ini adalah ringkasan dengan penghapusan.
Pada Firman Allah ta’ala : “Tetapi Allah menyingkapkan apa yang kamu sembunyikan” [dari
ayat no 72]. Ini adalah kalimat keberatannya antara firmannya “fadaa ra’tum – kamu tuduh
menuduh” dan firmannya “ faqulna dzribuhu - lalu kami berkata pukullah”, dan kalimat
keberatan antara perihal komunikasi memunculkan penyelesaian yang menambahkan baginya
perkataan yang fasih nan baik dan manfaat keberatan disini adalah untuk memberi tahu pihak
yang dituju bahwa kebenaran pasti akan terungkap.
Dalam firman Allah ta’ala “tsumma qosat qulubukum – kemudian setelah itu hatimu menjadi
keras” [dari ayat no 74] Menggambarkan hati dengan keras dan kasar dimaksudkan adalah
adanya pengaruh pikiran dan nihilnya banyak pengaruh nasehat, di dalamnya (mengandung)
metafora ekspresif, Abu Al-Saud berkata: Kekejaman itu ibarat kekasaran, keras kepala serta
kekakuan, seperti pada batu, dipinjam agar hati mereka terpengaruh oleh banyak nasehat dan
seperti jalan-jalan tempat gunung bersandar dan melunaknya batuan.
Pada Firman Allah ta’ala “ fahiya kal hijaroh – sehingga (hatimu) seperti batu” [pada ayat no
74] didalamnya mengandung analogi yang disebut garis mursal karena ada persamaan yang
disebutkan dan dihilangkan kesamaannya.

TARJAMAH HAL 27
*Di dalam firman –Nys (WALAMMA YATAFAJJARU MINHUL ANHAR ) DARI AYAT NO
74
Maksud nya adalah air sungai dan orang –orang arab memutlaqkan ismul mahal seperti nahar
kepada hal, didalamnya indikasi yang jelas karena penyembahan itu hanya kepada air dan ini
disebut majaz mursal.
*Didalam firma-Nya (wahum ya’lamuuna) pada ayat 75 dalam ayat ini ada sebuah keindahan
yang berfaidah, sempurnanya keburukan perbuatan mereka dan penyelewengan mereka
kepada taurot karena maksud dan adanya rencana untuk menyimpang, dan barang siapa yang
berbuat maksiat atas pengetahuan dan maksudnya maka berhak baginya cobaan dan teguran
*Didalam firman –Nya (yaktubuunal kitaaba bi aidiihim ) pada ayat 79 .penyebutan pada kata
AL AIDII untuk mencegah sangkaan kepada majaz dan menyebabkan kata AL AIDII disini
juga untuk menegaskan bahwasannya tulisan itu benar-benar dari diri mereka sendiri
sebagaimana orang yang berkata aku menulis dengan tangan ku dan mendengar dengan
telingaku.
*dalam firman-Nya (MAA YUSIRRUUNA) pada ayat 77 ayat ini termasuk ( muhsinat
badi’iiyah ) yang mana terdapat kesesuaian dan itu kesesuaian yang positif.
*Dalam firman-Nya (FAWAILUL LILLAZIINA YAKTUBUUNAL KITAABA BI AIDIIHIM )
Pada ayat 79
*Dalam firman-Nya (FAWAILUL LAHUM MIMMA KATABATS AIDIIHIM ) pada ayat 79
*Dalam firman-Nya ( WAWAILUL LAHUM MIMMA YAKSIBUUNA) pada ayat 79
pengulangan kata untuk celaan dan teguran untuk menjelaskan bahwasannya, kejahatan
mereka sudah sampai kepada puncak di dalam keburukan dan kekejiaan.
*Didalam firman-Nya (WA AHAATHOTS BIHI KHOTIIATUHU ) pada ayat 81bahwasannya
ayat tersebut telah menyamakan kesalahan-kesalahan dengan tentara dari musuh-musuh yang
mana tentara ini meliputi para musuh dan peminjaman lafadzh (ihaatho) untuk diikut sertakan
keburukan di dalam kebaikan.

Hal 28

Khobar dalam makna larangan, hal tersebut memberitahukan jelasnya larangan seperti yang
dikatakan Abu Sa’ud ketika di dalamnya ada pemalsuan. Sesungguhnya yang dilarang darinya
ialah untuk mempercepat penyelesaian seolah telah selesai. Datanglah dengan shigat khobar
yang menghendaki larangan.
Dalam firman Allah ta’ala : ( serta ucapkanlah kepada manusia yang baik). [ ayat nomor 83].
Masdar yang ada disini merupakan sifat yaitu ucapan yang baik. Ini dimaksudkan mubalagoh
( melebihkan), karena orang arab menempatkan masdar pada tempat isim fail atau sifat
dengan tujuan melebihkan, seperti ucapan mereka (dia adil).
Dalam firman Allah yang Maha Suci : (kehinaan dalam kehidupan dunia) untuk membesar-
besarkan dan menakut-nakuti.
Dalam firman Allah ta’ala : ( kamu bunuh dirimu) [ ayat nomor 85], hamzah untuk
menyangkal teguran.
Dalam firman Allah ta’ala : ( maka sebagian kamu dustakan dan sebagian lagi kamu bunuh).
[ayat nomor 87].
Mendahulukan maf’ul bih (objek) dalam 2 subyek untuk memperhatikan dan mengejutkan
orang yang mendengar terhadap orang yang ditemui.
Dalam firman Allah ta’ala : (dan sebagian lagi kamu bunuh). Tidak diucapkan qotaltum
(dengan fiil madi) karena fiil mudore berfungsi berkesinambungan seolah menghadirkan
bayangan membunuh para nabi di depan orang yang mendengar, maka jadilah
penyangkalannya lebih kuat dan berhenti lebih besar.
Dalam firman Allah ta’ala : ( Maka laknat Allah-lah atas orang-orang yang kafir itu). [ayat
nomor 89].
Menyimpan makna dzohir pada tempat domir, tidak diucapkan kepada mereka (kafir) agar
mereka menyadari penyebab tertimpanya laknat ialah kekafiran mereka.
Dalam firman Allah ta’ala : ( Dan sesungguhnya telah datang kepadamu Musa membawa
bukti-bukti kebenaran). [ ayat nomor 92].
Khobar disini berfungsi untuk meyakinkan dan teguran karena tidak mengikuti rasul.
Halaman 29

Dalam Firman-Nya Yang Maha Tinggi : “Dan di resapkanlah ke dalam hati mereka itu
(kecintaan menyembah patung) anak sapi karena kekafiran mereka “ [dari ayat n0. 93]
Istri’aratun Makniyatun (metafora) dimana dia menyamakan cinta menyembah anak sapi
dengan minuman yang enak.
Dalam Firman-Nya Yang Maha Tinggi : “Sangat buruk apa yang di perintahkan oleh
kepercayaanmu kepadamu jika kamu orang orang beriman” [dari ayat no 93] Al-Zamakhshari
mengatakan bahwa mengaitkan masalah dengan iman adalah mengejek/mengolok-olok
mereka , seperti mengatakan (aset anda memerintahkan anda) serta menambah keyakinan
pada mereka
Dalam Firman-Nya Yang Maha Tinggi : “Sesungguhnya Allah musuh bagi orang orang kafir”
[dari ayat no 98] Kalimat itu terletak pada jawaban yang mengandung syarat2, penambahan
secara nominal digunakan untuk menambah rasa jijik karenanya bermanfaat untuk konsistensi
dan menempatkan subjek yang jelas dari hati nurani, ia berkata “ musuh orang orang kafir
bukannya musuh untuk mereka catat ciri khas ketidakpercayaan pada mereka dan karena
permusuhan mereka terhadap malaikat, mereka menjadi kafir.
Dalam Firman-Nya Yang Maha Tinggi : “Malaikat Jibril dan Malaikat Mikail” [ dari ayat no
98] itu datang setelah menyebut para malaikat, jadi ini adalah perkara penyebutan khusus
setelah umum untuk menghormati dan memuliakan.
Dalam Firman-Nya Yang Maha Tinggi : “Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul
(Muhammad) dari Allah “ [dari ayat no 101] Penolakan untuk membesar-besarkan
(pemuliaan) dan mendeskripsikan Rasul yang datang dari sisi Allah untuk mendapatkan
keuntungan peng-agungan yang lebih.
Dalam Firman-Nya Yang Maha Tinggi : “melemparkan Kitab Allah itu ke belakang
(punggung), seakan akan mereka tidak tahu” [dari ayat no 101] Bentuk Kinayah untuk
berpaling dari Taurat
Dalam Firman-Nya Yang Maha Tinggi : “Pahala dari Allah pasti lebih baik , sekiranya
mereka tahu” [dari ayat no 103] Menggunakan Jumlah Ismiyah (Kalimat Nominal) sebagai
pengganti kalimat sebenarnya untuk menunjukkan ketetapan dan stabilitas.

TARJAMAH HAL 30

*Di dalam firman –Nya: (MIRROBBIKUM ) pada ayat 105 al idhoofa untuk kemuliaan
* Didalam Firman-Nya ( WALLAHU YAGHTASSHU NIROHMATIHI MAN YASYAAU
WALLAHU ZHULFADHLIL ‘ADZHIIM ) Pada ayat 105 perintah menyeru pada kemuliaan
*Di dalam firman-Nya (ALAM TA’LAM ) pada ayat 107 …………dan firman-Nya ( WAMAA
LAKUMMIN DUUNILLAHI MIN WALIYIWWALAA NASHIIR ) pada ayat 107
*Di dalam Firman-Nya ( annallaha ) pada ayat 106 dan pada ayat ( Min duunillahi ) pada
ayat 107….

*Di dalam firmannya ( FAQOD DOLLA SAWAA ASSABIILI ) pada ayat 108 ……..
* Di dalam firmannya ( TILKAA AMAANIYYUHUM ) pada ayat 111 …..
* Di dalam firmannya (QULHAATUU BURHAANAKUM INKUNTUM SHOODIQIINA ) pada
ayat 111 …

*Di dalam Firman-Nya (ANNALLAH) pada ayat 106 dan (MINDUUNILLAHI) pada ayat
107.
Hal 31
Mengkhususkan wajah dengan dzikir karena wajah merupakan anggota tubuh yang paling
mulia. Wajah disini (perumpamaan) yaitu dari menghadap ibadah kepada Allah dan
menjadikan penghadapan kepada-Nya secara keseluruhan.
Dalam firman Allah ta’ala : ( di sisi Tuhannya). [ayat noomr 112].
Penyandaran untuk memuliakan, kata Rabb disimpan sebagai mudof disandarkan pada domir
orang yang menyerahkan dirinya pada tempat domir jalalah karena untuk menyatakan
penambahan kelembutan-Nya.
Dalam firman Allah ta’ala : (demikian pula, dikatakan oleh orang-orang yang tidak
mengetahui seperti ucapan mereka itu). [ayat nomor 113].
Di dalamnya bermakna celaan yang besar kepada Ahli Kitab karena mereka mengatur diri
mereka beserta amalnya pada jalan orang yang tidak diketahui asal usulnya.
Dalam firman Allah ta’ala : (Dan siapakah lagi yang lebih aniaya daripada orang yang
melarang menyebut nama Allah dalam masjid-masjid-Nya). [ayat nomor 114].
Istifham (pertanyaan) maknanya nafi ( meniadakan) yaitu tidak ada seorangpun yang
menganiayanya.
Dalam firman Allah ta’ala : ( Mereka di dunia mendapat kehinaan). [ayat nomor 114].
Dinakirohkan karena untuk menakut-nakuti yaitu kehinaan yang besar sekali dan mengerikan
yang hampir tidak bisa dilukiskan.
Dalam firman Allah ta’ala : ( Dan mereka berkata: Allah mempunyai anak. Maha Suci Dia).
[ayat nomor 116].
Kalimat Maha Suci Dia merupakan jumlah penolakan, fungsinya membatalkan seruan orang-
orang yang dzalim yang menuduh Allah mempunyai anak.
Abu Sa’ud berkata di dalam ayat ini terdapat tanzih baligh (kabar penyucian) yang berasalh
dari akar kata as sabhu (suci), dari segi arti dimasukkan ke wazan taf’il (tasbih) yang berarti
kesucian, dari segi keadilan termasuk kepada masdar yang bermakna tiada kesamaran,
maksudnya ialah menyucikan-Nya dengan kecuian yang sempurna.
Halaman 32
Dalam Firman-Nya Yang Maha Tinggi : “Semua tunduk kepadaNya” [dari ayat no 116]
Gaya/Kebiasaan untuk orang orang bijak/ rasional dalam (Qonituun/mereka tunduk) untuk
memprioritaskan orang bijak/rasional daripada yang lain dan mengutamakan pada seni yang
disebutkan dalam mendukung pernyataan tersebut.
Dalam Firman-Nya Yang Maha Tinggi : “Dan engkau tidak akan diminta (pertanggung
jawaban ) tentang penghuni-penghuni neraka [dari ayat no 119] Sebuah ekspresi dari orang
orang kafir dan orang orang pendusta dan pada saat itu dinyatakan bahwa telah tercetak dalam
hati mereka maka tidak diharapkan dari mereka kembali dari kekafiran dan tipuan / kesesatan
iman
Dalam Firman-Nya Yang Maha Tinggi : “itulah petunjuk (yang sebenarnya)” [dari ayat no
120] Pengertian Al-Huda menggunakan “Al” sehubungan dengan dhomir fashal (kata ganti
orang) , itu bermanfaat untuk membatasi hidayah pada agama Allah dan pada hal yang
membatasi karakteristik / sifat yang di jelaskan sebelumnya maka islam adalah petunjuk (al
huda) pada keseluruhannya dan apa yang bertentangan dengannya adalah batil (sia sia)
Dalam Firman-Nya Yang Maha Tinggi : “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya”
[dari ayat no 124]
Penghormatan baginya (Ibrahim) alaihissalam dan menyatakan bahwa ujian/cobaan tersebut
adalah Pendidikan baginya dan menyaring pada perintah yang serius/penting, artinya bahwa
Allah azza wa Jalla tidak memperlakukannya sebagai sarana percobaan (laboratorium) karena
Dia mempercayakan perintah perintahNya dan niatnya (Ibrahim) untuk tampill layak
mendapat predikat kenabian.
Dalam Firman-Nya Yang Maha Tinggi : “dan tempat yang aman bagi manusia” [dari ayat no
125] terdapat al-mashdar terletak pada ishim fa’il untuk hiperbola (mubalaghah) dan atribusi
(pemberian wewenang) metafora (majaz) yang artinya aman ketika memasukinya, seperti
firman-Nya yang Maha Tinggi : “dan siapapun yang memasukinya akan aman”
Dalam Firman-Nya Yang Maha Tinggi : “bersihkanlah rumah-Ku” [dari ayat no 125]
Penambahan kata “al-bait” kepada dhomir jalalah (pengagungan) sebagai bentuk
penghormatan dan pemuliaan.
Dalam Firman-Nya Yang Maha Tinggi : “Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggalkan
pondasi Baitullah bersama Ismail” [dari ayat no 127]

TARJAMAH Hal 33

Terdapat pernyataan di dalam fiil mudori, yang menceritakan tentang fiil madhi untuk
menghadirkan gambar, dan seakan akan gambar itu , terlihat lansung oleh mata, dan seakan
akan orang yang nendengar ini, melihat dan ini termasuk mahasinul bayan
*Dalam firman nya ( attauwaburrohim ) terdapat redaksi- redaksi mubalaghoh,
*dalam firman Allah ta’ala (waman yarghobu ) Terdapat istibham al inkari dan celaan yang
terdapat di dalam makna penafian yaitu (laa yarghobu) yaitu tidak membenci kaumnya
Ibrahim kecuali orang –orang yang bodoh
*Dalam firmannya (wa inahu fil aakhiroti laminashoolihin )
* dalam ayat ini ada jumlah yg ditekankan dengan inna dan lam yang mana keduanya itu
untuk mengkabarkan atas kondisi tertentu , dan jumlah tersebut itu membutuhkan kepada
penegasan, dan ini beda dengan kondisi dunia dan bhwasannya diketahui dan disaksikan.
*Dalam frimnnya ( izqoola lahu robbuhu aslim )
ayat ini masuk di dalam bab iltifath karena siyaqnya izkulnaa dan iltifath ini termasuk di
dalam mahasinul bayan dengan symbol ketuhanan untuk menampakkan lebih banyak lagi
kelembutan dan oleh karena itu datanglah jawaban nabi Ibrahim datang atas metode ini,
kemudian Ibrahim berkata dan aku telah pasrah kepdamu dengan sempurnanya kekuatan
islamiyyah dan kekhusuan dan kepatuhannya dan kebaikan taatnya.
*Dalam firmannya (aabaaika) di dalam ayat tersebut mencakupi paman, ayah dan kakek, dan
kakeknya adalah Ibrahim dan pamannya dalah ismail dan ayahnya adalah nabi ishaq dan
termasuk di dalam bab taghlib dan dia itu dari majaz majaz yang dikenal,
*Dalam firmannya ( waqoluu akuunu huwadda aw nashooro tahtaduu ) dalam ayat tersebut
terdaat majaz bil hazfi, yaitu orang yahudi berkata jadilah kaian yahudi dan orang nasoro
berkata jadilah kalian orang nasoroh dan maknanya bukan 2 kelompok karena kedua dalam
setiap kelompok ini, akan di hitung agama yang bathil.

Hal 34
Maknanya bukan berarti sesungguhnya 2 golongan berkata demikian karena sebenarnya
setiap 2 golongan kembali kepada agama lain secara batil.
Dalam firman Allah ta’ala : (Maka Allah akan memeliharamu dari –pemusuhan- mereka itu,
Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui). [ayat nomor 137].
Dalam ayat ini singkatnya secara jelas yaitu Allah akan mencukupimu dari keburukan
mereka. Fiil yang didahuli dengan sin bukan saufa menginformasikan bahwa munculnya
permusuhan mereka itu akan menjadi nyata dalam waktu dekat.
Dalam firman Allah ta’ala : ( Celupan Allah, dan siapakah yang lebih baik celupannya dari
Allah) [ayat nomor 138].
Dinamai agama dengan celupan sebagai perumpamaan, dimana jelas cirinya kepada orang
mukmin seperti jelasnya bekas warna terhadap pakaian.
Dalam firman Allah ta’ala : ( Katakanlah apakah kamu hendak memperbantahkan tentang
Allah Padahal Ia adalah Tuhan kami dan Tuhan kami). [ayat nomor 139].
Istifham (pertanyaan) yang berfungsi sebagai merendahkan dan mencela.

Halaman 35
Juz Kedua dari Al Quran

Dalam firman Allah ta’ala : “siapa yang berbalik ke belakang” [dari ayat no 143] Metafora
representatif (isti’aaroh tamtsiliyyah) dimana seseorang yang menyimpang dari agamanya
diwakili oleh seseorang yang berbalik.
Dalam firman Allah ta’ala : “Sungguh Allah Maha Penyayang kepada manusia” [dari ayat no
143] Kemurahan hati adalah bentuk teramat kasih sayang (Allah) maka Dia memperlihatkan
informasi sebagai bentuk pemeliharaan/perhatian yang pasti/final dan huruf mim ini, pada
Firman Allah ta’ala “Sirathal Mustaqim” dan pada Firman-Nya “Laraufur Rahim” keduanya
adalah bentuk Shigah Mubalaghah.
Dalam firman Allah ta’ala : “Dan walaupun engkau (Muhammad) memberikan semua ayat
(keterangan) kepada orang orang yang diberi Kitab itu” [dari ayat no 145] adalah bentuk
majaz mursal dimana dia (yang diberi kitab) memalingkan wajah dan menginginkan diri
terlepas sebagian dan terlepas keseluruhan.
Dalam firman Allah ta’ala : “Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka” [dari ayat no
145]
Penempatan Ishim Maushul (Alladzina) terdapat dhomir yang menandakan kesempurnaan
dari kondisi buruk mereka dari sikap keras kepala (perlawanan).
Dalam firman Allah ta’ala : “dan engkau pun tidak akan mengikuti kiblat mereka” [dari ayat
no 145] Kalimat ini disampaikan sebagai bentuk penyangkalan dari FirmanNya (maa tabi’u
qiblatak) karena itu adalah kalimat kata benda pertama dan untuk mengkonfirmasi
penolakannya terhadap bab dua.

TARJAMAH Hal 36
*Didalam Firman-Nya (ALLAZIINA AATAINAAHUMUL KITAABA YA’RIFUUHU KAMAA
YA’RIFUUNA AN BAA AHUM ) pada no ayat 146
Terdapat mursal mufassil yaitu mereka mengetahui Muhammad dengan pengetahuan yang
jelas seperti mengetehui anak- anak mereka , bahwasannya umar ra berkata kepada Abdullah
bin salam .
Apakah engkau mengetahui Muhammad sebagaimanan enkau mengetahui anakmu, dan
kebanyakan orang orang yg terpercaya dari langit ke bumi dengan sifatnya, maka aku telah
mengeathuinya, dan aku tidak ragu bahwasannya dia adalah nabi dan adapun anakku aku
tidak mengetahui
*Di dalam firman-Nya (KAMAA ARSALNAA FIIKUM ROSUULLAN MINKUM ) pada ayat
151
Dalam ayat tersebut antara ARSALNAA DAN ROSUULAN itu adalah dari jenis musytaq yang
sama dan ini termasuk dari mahaasinul badi’iyyah.
*Di dalam firman-Nya : (WAYU’ALIKUMUL KITAABA WAL HIKMATA ) Pada ayat (151)
Setelah ayat ( WAYU’ALLIMUKUM MAA LAM TAKUUNUU TA’LAM ) menyebutkan umum
dahulu kemudian khususnya dan ini berfaedah untuk “ mrncakupi” dan ini disebut dengan
ithnab
*Di dalam Firman-Nya (WALAA TAQUULUU LIMAN YUQTALU FI SABIILILLAHI
AMWAATUN BAL AHYAA UN ) pada ayat 154 terdapat majaz bil hadzfi yaitu (laa takuulum
amwaatun bal ahyaau) dan terdapat pula kecocokan antara keduanya.
*Didalam Firman-Nya (WALANAB LUWANNAKUM NISYAIIN MINAL KHOUFI WAL
JUU’I ) pada ayat 155 berguna untuk taqlil/ mensedikitkan yaitu dengan sesuatu yang kecil.

Hal 37
Tanwin pada keduanya untuk memuliakan dan penunjukan dengan judul rububiyyah serta
diidofatkan kepada domir hum (robbuhum/Tuhan mereka) untuk menjelaskan bertambahnya
pertolongan kepada mereka.
Dalam firman Allah ta’ala : ( Dan mereka orang-orang yang mendapat petunjuk). [ ayat
nomor 157].
Diringkas dengan membuang (hadzaf) yaitu dari syiar-syiar agama Allah.
Dalam firman Allah ta’ala : (Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui) [ayat nomor 157].
Yaitu tetap dalam ketaatan. Abu Sa’ud berkata, diibaratkan seperti itu dengan syukur untuk
melebihkan sebagai kebaikan kepada hamba-Nya. Maka disebutlah syukur. Dimaksudnya
sebagian dari cara mengumpamakan.(majaz).
Dalam firman Allah ta’ala : ( dikutuk oleh Allah ) [ayat nomor 159].
Pembalikkan dari domir mutakalim kepada ghoib karena asalnya (fiil madi : Kami mengutuk
mereka), tetapi dalam menjelaskan isim jalil (dikutuk oleh Allah) membawa kegelisahan dan
rasa takut dalam hati.
Dalam firman Allah ta’ala : ( Dan dikutuk pula oleh makhluk-makhluk yang mengutuki).
[ayat nomor 159].
Jenis isytiqoq (asal usul kata) yaitu dari keindahan ilmu badi’.
Dalam firman Allah ta’ala : ( Mereka kekal di dalamnya. Tidak diringankan siksa dari mereka
dan tidak pula mereka diberi tenggang waktu). [ayat 162].
Yaitu dalam laknatnya atau dalam neraka. Lafaz an-nar diberi domir untuk membesarkan
keadaannya dan menakuti keadaannya.
Dalam firman Allah ta’ala : ( Dan tidak pula mereka diberi tenggang waktu). [ayat nomor
162].
Jumlah ismiyah mengindikasikan selamanya dicegah dan keberlangsungannya.
Dalam firman Allah ta’ala : (Dan Tuhanmu yang patutjadi sembahanmu, adalah Tuhan Yang
Maha Esa, tiada Tuhan melainkan Dia, Dialah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang).
[ayat nomor 163].
Halaman 38
Berita itu disampaikan tanpa konfirmasi, sehingga menjadi penyangkal status ketidak-
munkaran , padahal di tangan mereka ada bukti bukti yang terang dan argument yang pasti,
jika mereka telah merenungkannya, mereka akan menemukan di dalamnya sangat
meyakinkan.

Dalam firman Allah ta’ala : “Seperti mencintai Allah” [dari ayat no 165] Didalamnya ada
tasybihnya mursal mujmal dimana disebutkan adatnya dan dibuang wajah syabahnya.
Dalam firman Allah ta’ala : “Sangat besar cintanya kepada Allah” [dari ayat no 165]
Pelafalan dengan kata tersebut sangat tepat disampaikan daripada mengatakan (saya
mencintai), seperti Firman-Nya Ta’ala : “Sehingga (hatimu) seperti batu, bahkan lebih keras “
dengan valid dikatakan “lebih keras”
Dalam firman Allah ta’ala : “Sekiranya orang orang yang berbuat zalim itu melihat” [ dari
ayat no 165] Menempatkan ishim dhohir menjadi ishim dhomir (sekiranya mereka melihat)
untuk menghadirkan gambaran di benak pendengar dan mencatat penyebab (yang
menjerumuskan) ke dalam adzab pedih dan itu adalah kezaliman (ketidakadilan) yang
melampaui batas.
Dalam firman Allah ta’ala : “dan mereka melihat adzab dan (ketika) segala hubungan antara
mereka terputus” [dari ayat no 166] Salah satu ilmu badi’ dan itu dinamakan at-Tarshî'
(homoeptoton) dan membentuk perkataan sajak (kalam masju’)

Dalam firman Allah ta’ala : “dan mereka tidak akan keluar dari api neraka” [ dari ayat no 167]
merupakan jumlah ismiyah (kalimat yang di awali kata benda) dan maksundya dengan
shighoh (bentuk ) ini adalah untuk memberi manfaat pada keabadian api neraka.

Dalam firman Allah ta’ala : “dan jangan kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh,
setan itu musuh yang nyata bagimu” [ dari ayat no 168] Isti’arah (majaz) untuk meniru dia
(setan) dan mengikuti jejaknya, dia berkata dengan meringkas penjelasan : itu adalah
ungkapan yang paling jelas dari peringatan terhadap ketaatan pada apa yang Dia perintahkan
dan dengan menerima perkataanNya tentang apa yang harus dia lakukan.

Hal 40
Menjadikan kata al birr (kebajikan) orang yang beriman dengan cara mubalagoh
(melebihkan). Ini secara umum dikenal dalam percakapan ahli bahasa dimana mereka berkata
dermawan itu mesti dan rambut itu mengembang.
Dalam firman Allah ta’ala : ( dan pada budak). [ayat nomor 177].
Diringkas dengan hadzaf (membuang) yaitu dalam memaknai budak yakni tebusan tawanan,
dalam lafadz riqob (budak) merupakan majaz mursal dimana disandarkan pada hamba
sahaya, yang dimaksud disini ialah diri jiwa dari bab melepaskan sebagian yang dimaksud
keseluruhan.
Dalam firman Allah ta’ala : ( dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, san
sewaktu perang. Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang
bertakwa). [ ayat nomor 177].
Asalnya dirafakan seperti firman Allah : (Dan orang-orang yang menepati janjinya).
Sebenarnya dinasabkan karena untuk mengkhususkan yaitu mengkhususkan penyebutan
orang-orang yang sabar. Ini adalah gaya yang dikenal diantara ahli bahasa jika menuturkan
sifat yang terpuji atau tercela dan diakhiri irab nya pada sebagian. Secara pasti hal ini dinamai
karya seni karena berubahnya yang ditulis mengindikasikan pada bertambahnya kepedulian
akan keadaannya dan sensasi bagi pendengarnya.
Dalam firman Allah ta’ala : ( Hai orang-orang yang berimana, diwajibkan atas kamu
berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu) [ ayat nomor 183].
Penyerupaan dalam makna fardu, makanya bukan fardu kifayah maksudnya difardukan
bagimu berpuasa sebagaimana difardukan kepada umat sebelummu. Penyerupaan ini dinamai
mursal mujammal.
Dalam firman Allah ta’ala : ( Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan lalu ia berbuka
maka wajib baginya berpuasa sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari yang lain).
[ayat nomor 185].
Pada ayat ini diringkas dengan hadzaf (membuang) yaitu barang siapa yang sakit lalu berbuka
atau dalam perjalanan lalu berbuka maka wajib baginya mengqada puasa dengan jumlah hari
sebanyak yang ia batalkan.
Dalam firman Allah ta’ala : ( Dan bagi orang-orang yang tidak sanggup melakukan nya maka
hendaklah membayar fidyah). [ayat nomor 184].
Dalam tafsir Al-Jalalain , memperkirakannya dengan membuang “huruf La”, artinya mereka
tidak bisa mentolerirnya dan penghapusan ini tidak di perlukan ….

Halaman 41

Karena makna ayat yang mereka toleransi dengan susah payah, itu untuk orang tua, ibu hamil
dan ibu menyusui . Mereka bisa tertapi dengan kesulitan yang berlebihan, maka tokoh (tenaga
/kekuatan) adalah sebutan bagi mereka yang mampu melakukan sesuatu dengan sulit dan
susah.9

Dalam firman Allah ta’ala : “Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu” [dari ayat no 185] Pada ayat tersebut adalah Al-Muhsinaat Al-Badii’iyyah
(keindahan teks), disebut dengan thibaq salbi (menjejerkan dua kalimat dengan
menggunakan adat an-nafy atau kata yang dapat menegatifkan)

Dalam firman Allah ta’ala : “ Dihalalkan bagimu pada malam hari puasa bercampur dengan
istrimu.” [dari ayat no 187] Kinayah untuk hubungan seksual

Dalam firman Allah ta’ala : “Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi
mereka” [dari ayat no 187] Isti’aarah badii’ah (keindahan kata) syabahnya (mempersamakan)
9
Tafsir Muhammad Ali As-Shabuni , Juz 2, Hal 107
setiap pasangan yang termasuk pada kepemilikannya (saling memiliki) dalam sebuah ikatan
(perjanjian) dan menyatu dengan pakaian yaitu memasukan pakaiannya, ia mengatakan
dengan meringkas pernyataan tersebut : yang dimaksud kedekatan sebagian satu sama lain
adalah memasukkan satu dengan yang lain sama seperti pakaian terhadap tubuh , maka
pakaian adalah isti’arah (metafora) 10

Dalam firman Allah ta’ala


Al-Sharif Al-Radi berkata : ini adalah isti’aarah ajiibah (metafora yang indah) dan yang
dimaksud dengan putihnya pagi, kegelapan malam dan dahan yang lembut adalah sebuah
majaz , dia menyamakannya dengan itu karena putihnya pagi adalah kecerahan yang
tersembunyi saat matahari terbit dan kegelapan malam akan berlalu , karena mereka semua
lemah , kecuali bahwa ini (matahari) semakin meluas dan Az-Zamakhshari melanjutkan
dengan mengatakan bahwa itu tasybih baligha

Hal 43
Dalam firman Allah ta’ala : ( dan tujuh hari lagi jika kamu pulang). [ayat nomor 196].
Pada ayat ini terdapat pembalikan makna dari ghaib kepada mukhatab dan hal ini termasuk
dari keindahan penciptaan.
Dalam firman Allah ta’ala : ( itulah sepuluh hari yang sempurna). [ayat 196].
Penyeluruhan setelah dirinci. Inilah dari bagian bab itnab, fungsinya menambah penguatan
dan melebihkan dalam menjaga puasanya serta tidak meremehkannya.
Dalam firman Allah ta’ala : ( Dan bertakwalah kamu kepada Allah serta ketahuilah bahwa
Allah amat berat siksaan-Nya). [ayat nomor 196].
Menjelasakan isim yang agung dalam tempat domir untuk menumbuhkan rasa takut dan
memasukkan kengerian.
Dalam firman Allah ta’ala : ( maka tidak boleh ia mencampuri istri dan jangan berbuat
kefasikan dan jangan berbantah-bantahan sewaktu mengerjakan haji itu). [ ayat nomor 197].
Sighat nafiy (meniadakan) hakikatnya nahy (larangan) yaitu jangan mencampuri istri dan
jangan berbuat fasik, hal tersebut menjelaskan larangan yang jelas dengan mendatangkan
sighat khabar, tujuannya ialah larangan yang dilebihkan secara nyata.
Dalam firman Allah ta’ala : ( Maka berdzikirlah kepada Allah sebagaimana kamu menyebut-
nyebut nenek moyangmu bahkan lebih banyak lagi dari itu). [ayat nomor 200].
Tasybih tamsili (penyerupaan yang diserupakan) dinamai juga mursal mujammal.
10
Ringkasan Pernyataan
Perbandingan yang halus di antara firman Allah ta’ala : ( di antara manusia ada yang berdoa:
Ya Tuhan kami berilah kami di dunia). [ayat nomor 200].
Dan di antara firman Allah ta’ala : ( Dan di antara mereka ada pula yang berdoa : Ya Tuhan
kami berilah kami di dunia kebaikan dan di akhirat kebaikan dan peliharalah kami dari siksa
neraka). [ayat nomor 201].
Dalam firman Allah ta’ala : ( Dan jika dikatakan kpadanya : Bertakwalah Kamu kepada
Allah, bangkitlah kesombongannya yang menyebabkan berbuat dosa. Maka cukuplah baginya
neraka Jahannam). [ayat nomor 206].

Hal 45
Dalam firman Allah ta’ala : (Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat). [ayat
nomor 214].
Pada ayat ini terdapat sejumlah penegasan yang menunjukkan untuk meraih kemenangan.
Pertama : diawali dengan jumlah adat istiftah lafadz Alaa (kata ingatlah) yang berfungsi
menguatkan.
Kedua : disebutkan lafadz inna yang menunjukkan pada penegasan / penguatan juga.
Ketiga : pemakaian jumlah ismiyyah daripada jumlah fi’liyyah. Tidak dikatakan satansuruna
(dengan fiil mudore). Ekspresi dari jumlah ismiyyah mengartikan penguatan.
Keempat : diidofatkannya lafadz an nasru kepada rabbil alamin, yang berkuasa atas segala
sesuatu.
Dalam firman Allah ta’ala : ( padahal hal itu suatu kebencian). [ ayat 216].
Menyimpan masdar (kebencian) pada tempat isim maf’ul (yang dibenci) untuk melebihkan
seperti ucapan bintang-bintang itu saling berhadapan dan membelakangi.
Dalam firman Allah ta’ala : ( boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal baik bagi kamu, dan
boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal amat butuk bagi kamu). [ayat nomor 216].
Diantara kedua jumlah ini merupakan sebagian dari keindahan ilmu badi’ yang dinamai
dengan perbandingan. Karena saling membandingkan di antara yang dibenci dan yang disukai
dan di antara kebaikan dan keburukan.
Dalam firman Allah ta’ala : ( Dan Allah Maha Mengetahui sedangkan kamu tidak
mengetahui). [ayat nomor 216]. Berlapis-lapis dengan peniadaan.
Dalam firman Allah ta’ala : ( Mereka menanyakan kepadamu tentang minuman keras dan
berjudi). [ayat nomor 219].
Diringkas dengan hadzaf (membuang) yaitu dari minuman keras dan bermain judi.
Dalam firman Allah ta’ala : ( Katakanlah kepada mereka pada keduanya terdapat dosa besar
dan beberapa manfaat bagi manusia tetapi dosa keduanya lebih besardari pada manfaat
keduanya). [ayat nomor 219].
Merinci dari keseluruhan yang dinamai dalam ilmu balagah dengan itnab.

Hal 48
Dalam firman Allah ta’ala : ( serta ketahuilah bahwa Allah mengetahui segala sesuatunya).
[ayat nomor 231].
Di antara kalimat ketahuilah dan mengetahui merupakan jenis yang berasal dari satu akar
kata.
Dalam firman Allah ta’ala : ( untuk rujuk dengan suami-suami mereka). [ayat nomor 232].
Maksudnya ialah suami-suami mereka yang telah menceraikan mereka, ini adalah majaz
mursal alaqohnya seperti apa adanya.
Dalam firman Allah ta’ala : ( anakmu disusukan oleh orang lain). [ayat nomor 233].
Diringkas dengan hadzaf (membuang) yaitu meminta disusukan oleh ibu susu bagi anak-
anakmu, sebagaimana pada ayat ini terdapat pembalikkan makna dari ghoib kepada mukhotob
dikarenakan sebelumnya ( apabila keduanya ingin menyapih) tujuannya ialah untuk
menyenangkan perasaan orang tua seperti anak.
Dalam firman Allah ta’ala : ( Dan janganlah kamu pastikan akan mengakadkan nikah sebelum
yang tertulis habis waktunya). [ayat nomor 235].
Dituturkan penentuan untuk melebihkan dalam larangan melangsungkan pernikahan, jika
dilarang maka terlarang pula untuk mengerjakannya dari bab yang lebih utama.
Dalm firman Allah ta’ala : ( Dan ketahuilah bahwa Allah ). [ ayat nomor 235].
Mendzhohirkan isim jalil (nama yang mulia) dalam tempat domir untuk memelihara
penghormatan dan kemuliaan dalam jiwa.
Dalam firman Allah ta’ala : (sebelum kamu menyentuh mereka). [ayat nomor 236].
Allah mengibaratkan dengan mnyentuh dari kata jima’ karena untuk mendidik kepada hamba-
Nya dalam memilih lafadz yang paling baik ketika sedang berkomunikasi.
Dalam firman Allah ta’ala : ( Dan bahwa memaafkan itu lebih dekat kepada ketakwaan dan
janganlah kamu lupakan keutamaan). [ayat nomor 237].

Hal 51
JUZ 3
Dalam firman Allah ta’ala : (Para rasul itu). [ayat nomor 253].
Isim isyarah (kata tunjuk) yang bermakna jauh menunjukkan jauhnya martabat para rasul dari
kita dalam kesempurnaan dan tinggi.
Dalam firman Allah ta’ala : ( Diantara mereka ada yang diajak berbicara oleh Allah). [ayat
nomor 253].
Ayat mulia ini merinci rinciannya, dalam ilmu balaghoh ini dinamai husnu taqsim
( pembagian yang bagus). Begitupun dalam firman Allah ta’ala : ( Maka diantara mereka ada
yang beriman dan di antara mereka ada pula yang kafir).
Di antara dua lafadz aamana (yang beriman) dan kafaro ada kesesuaian.
Itnab (melebih-lebihkan) terdapat dalam firman Allah ta’ala : ( Sekiranya Allah menghendaki
tidaklah mereka akan berbunuh-bunuhan). [ayat nomor 253]. Dimana diulangi jumlahnya
(kalimatnya) ( Sekiranya Allah menghendaki).
Dalam firman Allah ta’ala : (Dan orang-orang yang kafir merekalah orang-orang yang
aniaya). [ayat nomor 254].
Meringkas sifat terhadap mausuf (yang disifati). Dan benar-benar menguatkan jumlah
ismiyyah dengan domir munfasil (yang terpisah).
Dan dalam ayat kursi : ( Allah, tak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Hidup, dan
senantiasa mengatur. Tidak mengantuk, dan tidak pula tidur. Milik-Nya lah segala yang
terdapat di langit dan di bumi. Siapakah yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya, kecuali
dengan izin-Nya. Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa yang di belakang
mereka. Sedangkan mereka tidak mengetahui suatu pun dari ilmu-Nya melainkan sekadar
yang dikehendaki-Nya. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan tidaklah berat bagi-Nya
memelihara keduanya. Dan Dia Maha Tinggi lagi Maha Besar). [ayat nomor 255].
Terdapat banyak macam-macam fasohat (kefasihan) dan ilmu bayan di dalam ayat ini.
Bagusnya pembukaan karena ayat ini dibuka dengan keagungan nama Allah ta’ala, dan
pengulangan namanya secara jelas dan tersimpan dalam 18 tempat,

Hal 54
Dalam firman Allah ta’ala : (Apa saja nafkah yang kamu keluarkan). [ayat 270].
Diantara lafadz anfaqtum dengan nafkah merupakan jenis isytiqoq (satu asal kata yang sama),
begitupun diantara (kata nadzartum : engkau menadzarkan dan kata nadzar).
Dalam firman Allah ta’ala : ( Jika kamu menampakkan sedekah-sedekah). [ayat 271]. Dan
jika kamu sembunyikan.....).
Dalam menampakkan dan menyembunyikan ada kesesuaian yaitu bagian dari keindahan ilmu
badi’.
Dalam firman Allah ta’ala : ( Dan kamu tidaklah akan dirugikan). [ayat 272].
Itnab (berlebih-lebihan) untuk pembacaannya setelah firman-Nya (niscaya akan diberikan
kepadamu dengan secukupnya) yang bermakna akan diberikan bagimu kecukupan tanpa
kekurangan.
Dalam firman Allah ta’ala : ( jual beli itu seperti riba). [ayat 275].
Penyerupaan yang dinamai dengan tasybih maqlub ( penyerupaan terbalik) yaitu penyerupaan
yang lebih tinggi martabatnya dimana menjadikan musyabbah (sesuatu yang hendak
diserupakan) pada tempat musyabbah bih (yang diserupai). Asalnya dalam ayat ini dikatakan
(Riba itu seperti jual beli), tetapi sampai pada kepercayaan dalam masalah riba agar
menjadikannya asal yang kemudian diqiyaskan, maka riba itu diserupakan dengan jual beli.
Dalam firman Allah ta’ala : ( Padahal Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba).
[ayat 275].
Diantara lafadz ahalla (menghalalkan) dan harroma (mengharamkan) ada kesesuaian,
begitupun diantara kata yamhaqu (menghancurkan) dan kata yurbi (menyuburkan).
Dalam firman Allah ta’ala : ( Orang yang ingkar lagi banyak dosa). [ayat 276].
Keduanya terbentuk dari sighat mubalagoh (makna melebihkan/banyak) maknanya besar
kekufurannya lagi besar pula dosanya.
Dalam firman Allah ta’ala : ( Maka ketahuilah serbuan) [ayat 276].
Kata harbun dinakirohkan karena untuk menakuti yaitu dengan macam-macam dari serbuan
yang besar yang tidak akan kuasa terhadap kekuasaan-Nya suatu makhluk pun di sisi Allah.
Dalam firman Allah ta’ala : ( kamu tidak menganiaya dan tidak pula teraniaya). [ayat 279].
Jenis yang kurang.

Anda mungkin juga menyukai