*“`Menurut pengamatan banyak sekali orang yang tegesa-gesa ketika membaca Al-
Fatihah di saat shalat.. tanpa spasi, dan seakan-akan ingin cepat menyelesaikan
shalatnya.
Padahal di saat kita selesai membaca satu ayat dari surah Al-Fatihah, ALLAH menjawab
setiap ucapan kita.
“Aku membagi al-Fatihah menjadi dua bagian, untuk Aku dan untuk Hamba-Ku.”“`*
■ *“`Artinya, tiga ayat di atas Iyyaka Na’budu Wa iyyaka nasta’in adalah Hak Allah, dan
tiga ayat kebawahnya adalah urusan Hamba-Nya.“`*
*“`Allah menjawab: “Inilah perjanjian antara Aku dan hamba-Ku. Akan Ku penuhi yang
ia minta.” (HR. Muslim dan At-Tirmidzi)“`*
*“`Rasakanlah jawaban indah dari Allah karena Allah sedang menjawab ucapan kita.“`*
■ *“`Selanjutnya kita ucapkan “Aamiin” dengan ucapan yang lembut, sebab Malaikat
pun sedang mengucapkan hal yang sama dengan kita.“`*
Dapat ditambahkan bahwa para ulama bersepakat bahwa surat yang diturunkan
lengkap ini merupakan intisari dari seluruh kandungan Al Qur’an yang kemudian dirinci
oleh surat-surat sesudahnya.
Surat Al-Fatihah adalah surat Makkiyyah, yaitu surat yang diturunkan di Mekkah
sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. Surat ini berada di urutan pertama dari
surat-surat dalam Al-Qur’an dan terdiri dari tujuh ayat.
Tema-tema besar Al Qur’an seperti masalah tauhid, keimanan, janji dan kabar gembira
bagi orang beriman, ancaman dan peringatan bagi orang-orang kafir serta pelaku
kejahatan, tentang ibadah, kisah orang-orang yang beruntung karena taat kepada Allah
dan sengsara karena mengingkari-Nya, semua itu tercermin dalam ekstrak surat Al
Fatihah.
Hadirin rahimakumullah,
Membaca Ayat Alqur’an Yang Mengajak Bertaqwa Kpd Allah (Biasanya Khatib
Membaca Ali Imran Ayat 102):
Amma ba’du.
Berwasiat untuk diri sendiri dan jamaah agar selalu meningkatkan taqwa kepada Allah SWT
“Mulai berkhutbah sesuai topiknya memanggil jamaah bisa dengan panggilan ayyuhal muslimun atau
ma’asyiral muslimin rahimakumullah, atau sidang jum’at yang dirahmati allah”.
Pertama-tama marilah kita bersyukur kepada Allah SWT atas segala limpahan nikmat dan rahmat yang
tak terhingga kepada diri kita, sehingga pada saat ini kita bisa berkumpul bertatap muka di majelis
yang di cintai Allah ini. Dan juga semoga Allah limpahkan sholawat dan salam kepada rosul yang kita
cintai Muhammad saw, beserta keluarga, para sahabat, dan semua pengikutnya yang setia hingga
akhir zaman.
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar– banar berada dalam kerugian. Kecuali orang
orang yang beriman, beramal shaleh, saling menasehati dengan kesabaran,” (Al-Ashr 1-3)
BETAPA dahsyat jika dalam setiap waktu kita bisa merenungi tiga ayat pendek tersebut, mungkin dari
sejak kecil kita pun sudah
terbiasa untuk menghafalnya yang termasuk bagian dari surat-surat pendek.
Pun demikian banyak dari kehidupan kita ini melewati yang namanya waktu (masa), seiring
berganti tahun baru hijriyah beberapa hari yang lalu, kita pun banyak yang melewati untuk
mensyukurinya terlebih pada momen 10 Muharram yang sangat sarat dengan sejarah.
Jika kita lihat secara saksama terjemahan surat di atas karena jika benar apa yang kita lewati
saat sia-sia sungguh kita benar-benar telah merugi dalam hidup ini. Namun, ada empat kriteria
manusia yang tidak merugi dari penjelasan ayat tersebut dan ini
secara garis besar terlihat pada ilustrasi/gambar di atas dimana tertulis; Beriman, Beramal Shaleh,
Kebenaran, dan Kesabaran.
Pertama, disebut dengan Beriman karena ini adalah hal pokok manusia hidup yang merupakan
ciptaan Allah SWT, maka wajiblah
baginya untuk beriman kepada Allah. Iman pun bukan datang begitu saja, melainkan dibarengi
dengan ilmu. Seperti yang tersurat
dalam hadis “Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah).
Maka dari itu sudah sepatutnya untuk setiap muslim menuntut ilmu, belajar tentang akidah,
ibadah, muamalah dan lainnya.
Dalam firman Allah SWT, “Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Quran itu dan tidak pula
mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang
Kami tunjuki dengannya siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami.” (Asy Syuura: 52).
Sehingga kita bisa
menjadi orang yang tidak merugi selamanya.
Kedua, Beramal shaleh ini adalah bagian yang dari mempelajari ilmu. Dimana ilmu yang ada
diamalkan, sehingga menjadi amal shaleh dan
perilaku yang baik dalam
kehidupan sehari-hari.
“Seorang hamba tidak akan beranjak dari tempatnya pada hari kiamat nanti hingga dia ditanya
tentang ilmunya, apa saja yang telah ia amalkan dari ilmu tersebut.” (HR. Ad
Darimi nomor 537 dengan sanad shahih).
Ketiga , Adapun kebenaran dalam hal ini adalah mengatakan yang hak (amar makruf nahi mungkar).
Mungkin ini juga sering disebut
dengan ajaran atau mengajarkan
sesama dalam hal berdakwah.
Menyampaikan setiap petunjuk dari apa yang telah Allah sampaikan kepada Malaikat lalu
kepada Nabi dan Rasul-NYA.
Allah SWT berfirman dalam surat Fushshilat ayat 33 yang artinya “Siapakah yang lebih baik
perkataannya daripada orang yang
menyeru kepada Allah mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang berserah diri?
Dan Rasul pun pernah bersabda, “Tidak sempurna keimanan salah seorang diantara kalian, hingga ia
senang apabila saudaranya
memperoleh sesuatu yang juga ia
senangi.” (HR. Bukhari).
Maka, bukanlah hal sepele jika kita telah memiliki sedikit ilmu
petunjuk yang benar dari Allah, dengan seyogyanya kita sampaikan pada saudara- saudara kita
walaupun itu satu perumpaan
satu huruf atau ayat yang kita tahu.
Duduk sebentar:
Tuma’ninah, untuk memberi
kesempatan jamaah jum’at untuk beristighfar dan membaca shalawat pelan-pelan.
Khutbah kedua:
ALHAMDULILLAH,
ALHAMDULILLAAHI HAMDAN KATSIIRAAN
THAYYIBAN MUBAARAKAN FIIHI
KAMAA YUHIBBU RABBUNAA WA YURIIDHUU
WA ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAAH
WAHDAHU LAA SYARIIKALAHU
WA ASYHADU ANNAA MUHAMMADAN ‘ABDUHUU
WA RASUULUHU
SHALLALLAAHU ‘ALAIHI WA ‘ALAA AALIHII WA
SHAHBIHI WA SALLAM
TASLIIMAN KATSIIRAN ILAA YAUMID DIIN
AMMA BA’DU
FATTAQUULLAAHU HAQQUT TAQWAA KAMAA
AMAR
Bacaan penutup wasiat khutbah kedua dan membaca ayat al qur’an yang menyuruh
bershalawat (al ahzab 56):
Membaca do’a:
Penutup khutbah kedua (bacaan ini didekritkan oleh khalifah umar bin abdul aziz harus dibaca
karena pada masa itu khutbah jum’at sering digunakan untuk menyerang lawan politik oleh
para khatib, diambil dari surat an nahl 90):
‘IBAADALLAH
INNALLAAHA YA-MURUU BIL ‘ADLI WAL IHSAAN
WA IITAA-I DZIL QURBAA
WA YANHAA ‘ANIL FAHSYAA-I WAL MUNKARI
WAL BAGHYI
YAIZHZHUKUM LA’ALLAKUM TADZAKKARUUN
FADZKURULLAAHA ‘AZHIIMI WA YADZKURKUM
FASTAGHFIRULLAAHA YASTAJIB LAKUM
WASYKURUUHU ‘ALAA NI’MATIL LATII
WA LADZIKRULLAAHU AKBARU
WA AQIIMISH SHALAH.