Anda di halaman 1dari 17

Al Quranul Karim adalah firman Alloh yang tidak mengandung kebatilan

sedikitpun. Al Quranmemberi petunjuk jalan yang lurus dan memberi


bimbingan kepada umat manusia di dalam menempuh perjalanan hidupnya,
agar selamat di dunia dan di akhirat, dan dimasukkan dalam golongan orang-
orang yang mendapatkan rahmat dari Alloh Taala. Untuk itulah tiada ilmu
yang lebih utama dipelajari oleh seorang muslim melebihi keutamaan
mempelajari Al-Quran. Sebagaimana sabda Nabi shollallohu alaihi wa
sallam, Sebaik-baik kamu adalah orang yg mempelajari Al-Quran dan
mengajarkannya. (HR. Bukhari)

Ketika membaca Al-Quran, maka seorang muslim perlu memperhatikan adab-


adab berikut ini untuk mendapatkan kesempurnaan pahala dalam membaca
Al-Quran:

1. Membaca dalam keadaan suci, dengan duduk yang sopan dan tenang.

Dalam membaca Al-Quran seseorang dianjurkan dalam keadaan suci.


Namun, diperbolehkan apabila dia membaca dalam keadaan terkena najis.
Imam Haromain berkata, Orang yang membaca Al-Quran dalam keadaan
najis, dia tidak dikatakan mengerjakan hal yang makruh, akan tetapi dia
meninggalkan sesuatu yang utama. (At-Tibyan, hal. 58-59)

2. Membacanya dengan pelan (tartil) dan tidak cepat, agar dapat menghayati
ayat yang dibaca.

Rosululloh bersabda, Siapa saja yang membaca Al-Quran (khatam) kurang


dari tiga hari, berarti dia tidak memahami. (HR. Ahmad dan para penyusun
kitab-kitab Sunan)

Sebagian sahabat membenci pengkhataman Al-Quran sehari semalam,


dengan dasar hadits di atas. Rosululloh telah memerintahkan Abdullah Ibnu
Umar untuk mengkhatam kan Al-Quran setiap satu minggu (7 hari) (HR.
Bukhori, Muslim). Sebagaimana yang dilakukan Abdullah bin Masud, Utsman
bin Affan, Zaid bin Tsabit, mereka mengkhatamkan Al-Quran sekali dalam
seminggu.
3. Membaca Al-Quran dengan khusyu, dengan menangis, karena sentuhan
pengaruh ayat yang dibaca bisa menyentuh jiwa dan perasaan.

Alloh Taala menjelaskan sebagian dari sifat-sifat hamba-Nya yang


shalih, Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan
mereka bertambah khusyu. (QS. Al-Isra: 109). Namun demikian tidaklah
disyariatkan bagi seseorang untuk pura-pura menangis dengan tangisan yang
dibuat-buat.

4. Membaguskan suara ketika membacanya.

Sebagaimana sabda Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam, Hiasilah Al-


Quran dengan suaramu. (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Al-Hakim). Di dalam
hadits lain dijelaskan, Tidak termasuk umatku orang yang tidak melagukan Al-
Quran. (HR. Bukhari dan Muslim). Maksud hadits ini adalah membaca Al-
Quran dengan susunan bacaan yang jelas dan terang makhrojhurufnya,
panjang pendeknya bacaan, tidak sampai keluar dari ketentuan kaidah tajwid.
Dan seseorang tidak perlu melenggok-lenggokkan suara di luar
kemampuannya.

5. Membaca Al-Quran dimulai dengan istiadzah.

Alloh Subhanahu wa Taala berfirman yang artinya, Dan bila kamu akan
membaca Al-Quran, maka mintalah perlindungan kepada Alloh dari (godaan-
godaan) syaithan yang terkutuk. (QS. An-Nahl: 98)

Membaca Al-Quran dengan tidak mengganggu orang yang sedang shalat, dan
tidak perlu membacanya dengan suara yang terlalu keras atau di tempat yang
banyak orang. Bacalah dengan suara yang lirih secara khusyu.

Rosululloh shollallohu alaihiwasallam bersabda, Ingatlah bahwasanya setiap


dari kalian bermunajat kepada Rabbnya, maka janganlah salah satu dari kamu
mengganggu yang lain, dan salah satu dari kamu tidak boleh bersuara lebih
keras daripada yang lain pada saat membaca (Al-Quran). (HR. Abu Dawud,
Nasai, Baihaqi dan Hakim). Wallohu alam.
Penulis: Abu Hudzaifah Yusuf
Artikel www.muslim.or.id

Adab-Adab Membaca Al-Quran

Bagi seorang Muslim yang membaca Al-Quran hendaknya melazimi adab-adab


membaca Al-Quran yang diajarkan Islam di dalam Al-Quran maupun as-Sunnah.
Dengan melazimi adab berikut ini Insya Allah bacaan Al-Quran kita akan menjadi
ibadah yang diterima Allah. Di antara adab mulia tersebut yaitu:

1. Membaca Al-Quran dengan niat ikhlas untuk beribadah kepada Allah

Orang yang tidak ikhlas di dalam membaca Al-Quran maka mereka termasuk dalam
tiga golongan yang pertama kali diseret dan dilempar ke nereka.

Sesungguhnya manusia pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang
mati syahid di jalan Allah. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-
kenikmatan (yang diberikan di dunia), lalu ia pun mengenalinya. Allah bertanya
kepadanya : Amal apakah yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu? Ia
menjawab : Aku berperang semata-mata karena Engkau sehingga aku mati syahid.
Allah berfirman : Engkau dusta! Engkau berperang supaya dikatakan seorang yang
gagah berani. Memang demikianlah yang telah dikatakan (tentang dirimu). Kemudian
diperintahkan (malaikat) agar menyeret orang itu atas mukanya (tertelungkup), lalu
dilemparkan ke dalam neraka. Berikutnya orang (yang diadili) adalah seorang yang
menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca al-Qur-an. Ia didatangkan dan
diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengakuinya.
Kemudian Allah menanyakannya: Amal apakah yang telah engkau lakukan dengan
kenikmatan-kenikmatan itu? Ia menjawab: Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya
serta aku membaca al-Qur-an hanyalah karena engkau. Allah berkata : Engkau dusta!
Engkau menuntut ilmu agar dikatakan seorang alim (yang berilmu) dan engkau
membaca al-Qur-an supaya dikatakan seorang qari (pembaca al-Qur-an yang baik).
Memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu). Kemudian diperintahkan
(malaikat) agar menyeret atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka.
Berikutnya (yang diadili) adalah orang yang diberikan kelapangan rezeki dan berbagai
macam harta benda. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-
kenikmatannya, maka ia pun mengenalinya (mengakuinya). Allah bertanya : Apa yang
engkau telah lakukan dengan nikmat-nikmat itu? Dia menjawab : Aku tidak pernah
meninggalkan shadaqah dan infaq pada jalan yang Engkau cintai, melainkan pasti aku
melakukannya semata-mata karena Engkau. Allah berfirman : Engkau dusta! Engkau
berbuat yang demikian itu supaya dikatakan seorang dermawan (murah hati) dan
memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu). Kemudian diperintahkan
(malaikat) agar menyeretnya atas mukanya dan melemparkannya ke dalam
neraka. (HR. Muslim)

2. Membaca Al-Quran dalam keadaan suci dari hadats dan najis

Allah taala berfirman: Sesungguhnya Al-Quran Ini adalah bacaan yang sangat mulia.
Pada Kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh). Tidak menyentuhnya kecuali orang-
orang yang disucikan. (QS. Al-Waqiah [56]: 77-79)

Meskipun yang dimaksud oleh banyak ahli tafsir makna al Muthoharun di dalam ayat
ini adalah para malaikat. Namun banyak juga ulama yang berdalil dengan ayat tersebut
dan keterangan lain bahwa hendaknya tidak menyentuh mushaf atau membaca Al-
Quran kecuali dalam keadaan suci. Inilah pendapat yang lebih selamat dan mendekati
kebenaran.

3. Dianjurkan menghadap kiblat ketika membaca Al-Quran jika


memungkinkan

4. Mengawali bacaan Al-Quran dengan membaca istiadzah


(perlindungan terhadap gangguan setan yang terkutuk.)

Allah taala berfirman:

Apabila kamu membaca Al-Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada


Allah dari setan yang terkutuk. (QS. An Nahl [16]: 98)

Menurut jumhur ulama membaca Istiadzah saat membaca Al-Quran di luar sholat
hukumnya sunnah. Adapun lafadz istiadzah menurut jumhur ulama adalah sebagai
berikut:

Audzubillahi minasy Syaithoni Rojim / Aku berlindung kepada Allah dari godaan
setan yang terkutuk.

5. Membaca basmalah yaitu bacaan Bismillahirohmanirrohim di awal


setiap surat kecuali surat at-Taubah.
Dijelaskan oleh sebagian ulama mengapa basmalah tidak dicantumkan di awal surat,
karena surat tersebut berisikan baroah (pemutusan hubungan) antara kaum muslimin
dengan orang kafir serta berisi tentang jihad dan perang terhadap orang kafir.

6. Membaca al-Quran dengan penuh kekhusyuan, tidak bersenda gurau


dan tertawa-tawa.

7. Membaca Al-Quran dengan cara tartil.

Allah berfirman: dan bacalah Al-Quran itu dengan cara tartil. (QS. Al-Muzzammil
[73]: 4)

Maksud membaca dengan tartil adalah dengan seksama (perlahan-lahan) seraya


memperhatikan hukum tajwid yang benar.

8. Berusaha memperbagus bacaan Al-Quran.

Hiasilah Al-Quran dengan suara-suara kalian (HR. al-Baihaqi)

Bukan golongan kami orang yang tidak melagukan Al-Quran (HR. al-
Baihaqi)

Adapun maksud dari melagukan Al-Quran adalah memperjelas dan memperbagus


suara ketika membaca Al-Quran. Sehingga bisa meraih kekhusyuan dan menggugah
jiwa yang mendengarkan.

9. Memilih waktu dan tempat yang tepat dalam membaca Al-Quran.

Diantara waktu yang tepat untuk membaca Al-Quran ketika dalam sholat di malam
hari. Semakin mendekati sepertiga malam semakin baik. Adapun tempat yang paling
bagus yaitu di masjid-masjid Allah.

Allah berfirman:

Hai orang yang berselimut (Muhammad). Bangunlah (untuk sembahyang) di malam


hari, kecuali sedikit (daripadanya). (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua
itu sedikit. Atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al-Quran itu dengan cara tartil
(perlahan-lahan). (QS. Al Muzzammil [73]: 4)

10.Melakukan sujud tilawah jika membaca ayat-ayat sajdah.

Sujud tilawah adalah sujud setelah membaca ayat-ayat sajdah (ayat-ayat yang
diperintahkan bagi pembacanya untuk sujud). Nabi bersabda:

Jika anak Adam membaca ayat sajadah, lalu dia sujud, maka setan akan menjauhinya
sambil menangis. Setan pun akan berkata-kata: Celaka aku. Anak Adam disuruh
sujud, dia pun bersujud, maka baginya surga. Sedangkan aku sendiri diperintahkan
untuk sujud, namun aku enggan, sehingga aku pantas mendapatkan neraka. (HR.
Muslim)

Sujud tilawah dilakukan dengan sekali sujud. Adapun bacaan sujud tilawah adalah
bacaan ketika sujud biasa di dalam sholat ( ) . Atau membaca doa. Banyak
doa yang beredar tentang doa sujud tilawah namun yang jelas-jelas shohih adalah
sebagai berikut:

Ya Allah untuk-Mu aku bersujud. Dan kepada-Mu aku beriman. Dan untuk-Mu aku
berserah diri. Bersujud wajahku kepada yang menciptakan Wajahku bersujud kepada
Penciptanya, yang Membentuknya, yang Membentuk pendengaran dan penglihatannya.
Maha Suci Allah Sebaik-baik Pencipta) (HR. Muslim)

11.Bertadabbur terhadap ayat-ayat Al-Quran yang sedang dibaca.

Allah taala berfirman: Ini adalah sebuah Kitab yang kami turunkan kepadamu penuh
dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat
pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran. (QS. Shod [38]: 29)

12.Berusaha menangis ketika membaca Al-Quran adalah terutama


ketika membaca ayat-ayat tentang dahsyatnya adzab neraka.

13.Tidak mengeraskan bacaan Al-Quran ketika didapati di sekitarnya


ada orang yang berdoa atau sholat.
Hal ini sebagaimana hadits berikut ini:

Bahwasanya Rosululloh keluar menemui manusia sementara mereka sedang sholat


(di masjid) dan suara bacaan Al-Quran mereka meninggi. Maka nabi berabda:
Sesungguhnya orang yang sholat sedang berunajat kepada Robbya Yang Maha Mulia
dan Maha Tinggi maka hendaknya masing-masing memperhatikan munajatnya dan
janganlah sebagian mengeraskan suara di atas yang lain dalam membaca Al-
Quran. (HR.Ahmad)

14.Menutup bacaan Al-Quran cukup dengan berhenti atau diam saja.

Tidak menjadikan bacaan shodaqollahul adzim/Maha Benar Allah (dengan segala


firman-Nya) sebagai bacaan yang senantiasa dibaca setiap kali selesai membaca Al-
Quran. Sehingga terkesan bahwa bacaan tersebut merupakan bacaan khusus dalam
mengakhiri bacaan Al-Quran

15.Disunnahkan berdoa ketika menghatamkan Al-Quran dengan doa-doa


kebaikan.

Hal ini sebagaimana atsar/riwayat shohih dari Anas bin Malik yang diriwayatkan Imam
Ad Darimi bahwa Anas ketika ia menghatamkan Al-Quran maka ia mengumpulkan
keluarganya dan berdoa.

16.Meletakkan Al-Quran di tempat yang layak dalam keadaan tertutup.

Sebaiknya di letakkan di tempat yang bersih, rapid an lebih tinggi. Jangan sampai
meletakkan al-Quran berceceran di lantai. Hal tersebut demi memuliakan kitabullah.
Jika buku kesayangan kita saja kita simpan dan letakan di tempat yang layak. Tentu
kitabllah jauh lebih dari itu.

Ust. Abu Azam Hawari, Lc, M.E.I

- See more at: http://dainusantara.com/adab-adab-membaca-al-


quran/#sthash.NOpTXiHf.dpuf

adab membaca al-quRan + cara menghafal Quran


Maret 21, 2008 oRiDo

Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia,pada kitab yang terpelihara (Lauhul
Mahfuzh), tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. Diturunkan dari Rabbil alamiin.
Maka apakah kamu menganggap remeh saja Al-Quran ini?
[QS. Al Waaqiah, 56 : 77-81]

Setelah membaca Quran , bacalah doa berikut:

Allahummar hamnii bil quraan wajalhu lii imaamaaw wa nuuraw wa hudaw wa rahmah. Allahumma
dzakkirnii minhumaa nasiita wa alimna minhuma jahiltu wardzuknii tilaawatahu anaa allayli wa
athraafan nahaari wajalhulii hujjatallana laa hujjata yaa rabbil aalamiin..

Ya Allah, rahmatilah aku dengan (barakah) Al-Quran. Jadikanlah ia pimpinan bagiku, cahaya,
petunjuk dan rahmat. Ya Allah, ingatkanlah aku dengan (melalui) Al-Quran apa-apa yang aku terlupa;
ajarkan kepadaku melaluinya apa-apa yang aku tidak tahu; berilah aku kefahaman dari
pembacaannya pada waktu malam dan tepian siang. Jadikanlah dia bagiku hujjah, Ya Tuhan semesta
alam. (H.R. Abu mansyur dari Abi Dzar )

Adab Membaca Quran


1.Disunnahkan berwudhu
2.Menghadap kiblat
3.Ada sikap penghormatan hati untuk :
a.Mengagungkan dan memuliakan Al-Quran,
b.Membenarkan dan meyakini
c.dan berniat mengamalkan Al-Quran
d.berniat untuk menyampaikan/mengajarkan lagi kepada orang lain
4.Memilih tempat yang bersih
5.Disunnahkan membaca Taawwudz pada permulaan bacaan.
Firman Allah :

Apabila kamu membaca Al Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan
yang terkutuk. (Q.S. An-Nahl : 98)
6.Sebagaimana memulai setiap perkataan dan perbuatan yang baik yang lain, maka memulai
membaca Al-Quran pun dengan membaca Basmallah.
7.Sabda Nabi SAW :

Setiap perkara (amalan) yang tidak dimulai dengan membaca Bismillahirrahmanirrahiim, maka
terputus berkahnya (bagaikan anggota badan yang terkena kusta) (H.R. Ahmad, Nasai, dan Ibnu
Mardawaih)
8.Membaca dengan tartil dan tajwid yang benar
9.Berusaha untuk menangis atau pura-pura menangis
10.Membaca dengan suara merdu
11.Boleh membaca jahar (dikeraskan) tetapi lebih baik dipelankan (terdengar oleh sendiri)
12.Memenuhi hak-hak Al-Quran
13.Tidak memotong bacaan dengan kegiatan lain
14.Al-Quran ditaruh di tempat yang dialas tinggi
15.Tidak menjadikan Al-Quran untuk bantal

Postingan artikel terkait:


[scReen saveR back to al-quRan and hadith]
[scReen saveR al-quRan]

Links:
[kewajiban membaca al-quRan]
http://www.eramuslim.com/ustadz/qrn/44acc11d.htm

Membaca Al-Quran Al-Kariem merupakan kewajiban tiap muslim, paling tidak di dalam shalat.
Yaitu surat Al-Fatihah yang wajib dibaca saat melaksanakan ibadah shalat 5 waktu.

Dalil/perintah untuk membaca Al-Quran: ..Dan bacalah Al-Quran itu dengan perlahan-
lahan.. [QS Al-Muzzammil: 1-4], ..Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab
dan dirikanlah shalat.. [QS Al-Ankabut: 45], ..karena itu bacalah apa yang mudah dari Al-
Quran.. [QS Al-Muzzammil: 20], ..Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah
bacaannya itu.. [Al-Qiyamah:17-18], ..Barang siapa membaca satu huruf dari Quran, dia akan
memperoleh satu kebaikan. Dan kebaikan itu akan dibalas sepuluh kali lipat.. [HR Tirimizy dan
Baihaqi].

Bila terjemahan Al-Quran itu dibaca, tidak mendatangkan pahala secara khusus. Berbeda
dengan teks aslinya dalam bahasa Arab yang mendatangkan pahala.

[al-quRan beRbicaRa tentang al-quRan]


http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatannur&id=204
Penjelasan keagungan dan kemuliaan Al-Quran: [1]. Al-Quran Merupakan Obat dan Rahmat
[QS. 17:82], [2]. Al-Quran adalah Petunjuk dan Cahaya [QS. 5:16], [3]. Al-Quran Merupakan
Kabar Gembira bagi Orang-Orang Beriman [QS. 17:9], [4]. Al-Quran Merupakan Hikmah yang
Amat Agung [QS. 3:58], [5].Al-Quran Merupakan Peringatan dan Pelajaran [QS. 50:45,
10:57], [6].Al-Quran adalah Ruh dan Kehidupan, [7]. Al-Quran Merupakan Samudra Ilmu
Pengetahuan dan Penjelasan [QS. 6:38, 18:54, 16:89] [8]. Allah Telah Bersumpah dengan Al-
Quran dan Menyifatinya dengan Kemuliaan [QS. 50:1, 47:24].

Keutamaan Mempelajari Al-Quran dan Mengajarkannya: Orang terbaik di antara kalian


adalah yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya.(HR. Al-Bukhari).

Keutamaan Membaca Al-Quran: QS. 35:29, Bacalah oleh kalian Al-Quran, sesung-guhnya ia
akan datang pada Hari Kiamat sebagai pemberi syafaat bagi yang membacanya. (HR. Muslim),
Orang yang mahir membaca Al-Quran, maka dia bersama para malaikat yang mulia dan baik-
baik dan orang yang membaca Al-Quran dengan terbata-bata serta ia mengalami kesulitan, maka
baginya dua pahala. (Muttafaq alaih).

Rasulullah juga bersabda tentang orang yang tidak pernah membaca Al-Quran,
Sesungguhnya orang yang di dalam hatinya tidak terdapat sesuatu dari Al-Quran, ibarat rumah
kosong dan rusak. (HR. At-Tirmidzi dan ia berkata, Hasan Shahih).

Adab-Adab Membaca Al-Quran: [1]. semata-mata karena Allah, [2]. Bersuci dan bersiwak
sebelum membaca Al-Quran, [3].Jangan membaca Al-Quran di tempat-tempat kotor, seperti
kamar mandi/tempat wudhu dan jangan membacanya dalam keadaan junub, [4]. Memulai
membaca-nya mengucap taawudz, [5]. Membaca basmallah pada setiap permulaan surat, kecuali
surat At-Taubah, [6]. Membaguskan bacaan sesuai kemampuan, [7]. Bersujud ketika melewati
ayat-ayat Sajadah, [8]. Menghentikan bacaan ketika keluar angin, dan merasa
ngantuk, [9]. Membaca dengan tartil dengan memperhatikan hukum-hukum tajwid,
[10]. Membaca Al-Quran dengan niat untuk mengamalkannya, [11]. Disunnahkan bagi yang
membaca Al-Quran, ketika melewati ayat-ayat tentang rahmat supaya memohonnya kepada
Allah, dan berlindung kepada-Nya tatkala melewati ayat-ayat adzab.

Bentuk sikap menjauhi Al-Quran, di antaranya sebagaimana dijelaskan oleh Imam Ibnul
Qayim: 1. Tidak mau mendengarkan, meng-imani dan perhatian terhadapnya, 2. Tidak mau
mengamalkannya, dan tidak menerima apa yang dihalalkan dan apa yang diharamkan, 3. Tidak
mau berhukum dan memu-tuskan perkara dengannya, baik dalam masalah ushul (pokok) agama
maupun cabang-cabangnya, 4. Tidak mau mentadaburi, memahami serta mempelajari Al-Quran,
5. Tidak mau mempergunakannya sebagai penyembuh dan obat bagi berbagai penyakit hati.

[adab teRhadap al-quRan]


http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatannur&id=77

Setiap muslim harus meyakini kesucian Kalam Allah, keagungannya, dan keutamaannya di
atas seluruh kalam (ucapan). Al-Quranul Karim itu Kalam Allah yang di dalamnya tidak ada
kebatilan. Al-Quran memberi petunjuk jalan yang lurus dan memberi bimbingan kepada umat
manusia di dalam menempuh perjalanan hidupnya, agar selamat di dunia dan di akhirat, dan
dimasukkan dalam golongan orang-orang yang mendapatkan rahmat dari Allah Taala.

Wajib bagi kita menghalalkan apa yang dihalalkan Al-Quran dan meng-haramkan apa yang
diharamkannya. Diwajibkan pula beradab dengannya dan berakhlaq terhadapnya.

Adab-adab membaca Al-Quran: [1] Membacanya dalam keadaan yang sempurna, suci
dari najis, dan dengan duduk yang sopan dan tenang. [2] Membacanya dengan pelan (tartil) dan
tidak cepat, agar dapat menghayati ayat yang dibaca. [3] Membaca Al-Quran dengan
khusyu. [4] Agar membaguskan suara di dalam membacanya. [5] Dimulai dengan
Istiadzah. [6] Berusaha mengetahui artinya dan memahami inti dari ayat yang dibaca dengan
beberapa kandungan ilmu yang ada di dalamnya. [7] Tidak mengganggu orang yang sedang
shalat, tidak perlu membacanya dengan suara yang keras. Bacalah dengan suara yang lirih atau
dalam hati secara khusyu. [8] Jika ada yang membaca Al-Quran, maka dengarkanlah bacaannya
itu dengan tenang. [9]Membaca Al-Quran dengan saling bergantian. [10] Berdoa setelah
membaca Al-Quran.

Setiap orang Islam wajib mengatur hidupnya sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan
harus dipelihara kesucian dan kemuliaannya, serta dipelajari ayat-ayatnya, dipahami dan
dilaksanakan sebagai konsekuensi kita beriman ke-pada Al-Quran. (Abu Habiburrahman)

[disunnahkan mempeRbanyak membaca al-quRan]


http://www.almanhaj.or.id/content/566/slash/0

Allah telah menurunkan Al-Quran untuk diimani, dipelajari, dibaca, ditadabburi, diamalkan,
dijadikan sandaran hukum, dijadikan rujukan dan untuk dijadikan obat dari berbagai penyakit dan
kotoran hati serta untuk hikmah-hikmah lain yang Allah kehendaki dari penurunannya.

Hendaknya seorang hamba bertakwa kepada Allah dalam (rangka menyelamatkan) dirinya
dan hendaknya dia berkemauan keras untuk mengambil manfaat dari Al-Quran dalam segala hal.

Membaca Al-Quran disyariatkan dan disunnahkan memperbanyak membacanya serta


mengkhatamkannya sebulan sekali, namun ini tidak wajib.

[taawudz dan basmalah tidak peRlu untuk membaca al-quRan??]


http://www.eramuslim.com/ustadz/qrn/448b5758.htm

Membaca taawwudz yaitu lafadz audzu billahi minasysyaithanirrajim adalah sunnah yang
sangat dianjurkan untuk dilakukan pada setiap kali kita membaca Al-Quran.

Sama sekali tidak ada dalil yang menyebutkan bahwa masing-masing juz itu terkait
dengan tanggal kelahiran seseorang. para shahabat hingga para tabiin dan para pengikut
mereka yang shalih sepanjang zaman tidak pernah mengaitkan urutan juz dalam Al-Quran dengan
tanggal kelahiran seseorang. Perbuatan ini tidak lebih dari bidah yang dibuat-buat oleh para
zindiq yang bertujuan mengacaukan ilmu Al-Quran. Dan hanya orang awam saja yang akan
tertipu dengan pola pembagian juz Al-Quran dengan menggunakan tanggal kelahiran.
[meRenungkan isi al-quRan]
http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatannur&id=319

Merenungkan makna al-Quran pada prinsipnya adalah dengan cara mentadabburi dan
memikirkannya. Seorang yang bagus bacaannya adalah apabila hatinya telah melunak dengan
kalam Rabbnya, konsentrasi dalam mendengarkan dan menghadirkan segenap hati terhadap
makna-makna sifat dari Dzat yang berbicara kepadanya, memperhatikan kekuasaan Nya,
meninggalkan ketergantungan terhadap pengetahuan dan akalnya, melepas segala rasa
keberdayaan dan kekuatan diri, mengagungkan Dzat yang berfirman kepadanya, merasa hina
dengan kemampuan pemahaman nya.

Selayaknya seseorang yang membaca al-Quran mengetahui bahwa dirinya adalah yang
sedang menjadi obyek sasaran dari pembicaraan al-Quran itu, dan dirinyalah yang mendapat
ancaman. Dan kisah-kisah yang ada memberikan pelajaran. Maka ketika itu dia membaca al-
Quran seperti membaca nya seorang budak, dan dirinya sedang menjadi sasaran dari tulisan
tuannya. Maka hendaklah dia merenungkan al-Kitab dan mengamal kan apa yang menjadi
tuntutannya.

Merupakan kewajiban bagi siapa saja -yang dikhususkan oleh Allah dengan menghafal al-
Quran- agar membaca dengan bacaan yang sebenarnya (haqqa tilawatih), mentadabburi dengan
hakikat ibrah dan pelajarannya, memahami segela keistimewaannya dan mencari tahu apa yang
asing baginya. [Al-Imam al-Qurthubi]

Hendaknya dibaca dengan tenang, pelan-pelan dan tartil, dan merupakan kemuliaan al-Quran
hendaknya (dalam membaca) dengan mencurahkan ingatan dan segenap pemahaman sehingga
dapat mencerna apa yang difirmankan itu. Termasuk memuliakan al-Quran juga hendaknya
berhenti pada ayat-ayat janji (wad) dan berharap kepada Allah subhanahu wataala serta
memohon keutamaan dari-Nya, berhenti pada ayat ancaman (waid) dan memohon perlindungan
kepada Allah darinya. [Al-Hakim at-Tirmidzi]

Apabila membaca al-Quran dengan tafakkur sehingga tatkala melewati ayat yang dia
(pembaca) butuh terhadap ayat itu untuk mengobati hatinya, maka hendaknya dia mengulang-
ulang ayat itu. Karena membaca satu ayat dengan tafakkur dan pemahaman, lebih baik
daripada menghatamkan bacaan dengan tanpa tadabbur dan pemahaman. Dan juga lebih
bermanfaat bagi hati, lebih dapat menghantarkan kepada tercapainya kesempurnaan iman serta
rasa manisnya al-Quran.[Imam Ibnul Qayyim]

Kriteria minimal tartil adalah dengan meninggalkan ketergesaan dalam membaca al-Quran,
dan yang sempurna adalah tartil di dalam membaca, merenungi ayat-ayat itu, memahaminya,
serta mengambil pelajaran darinya meskipun sedikit di dalam membaca, dan ini lebih baik
daripada terus membaca dengan tanpa pemahaman sama sekali. [Ibnu Muflih]

Seseorang yang membaca al-Quran hendaknya memperbagus suaranya dan membacanya


dengan rasa takut dan dengan tadabbur. [Imam Ahmad bin Hanbal]

Hendaknya hati sibuk memikirkan makna-makna ayat yang dilafazhkan, sehingga mengetahui
masing masing ayat, lalu merenungkan perintah-perintah dan larangan-larangannya, serta
berkeyakinan untuk menerima itu semua. Jika pada masa lalu ia termasuk orang yang tidak
perhatian terhadap masalah itu, maka dia meminta ampun dan beristighfar, jika melewati ayat
rahmat maka dia gembira dan memohonnya, atau melewati ayat adzab maka merasa takut dan
meminta perlidungan, atau melewati ayat tentang penyucian atau tasbih kepada Allah subhanahu
wataala,nmaka hendak nya menyucikan dan mengagungkan-Nya, atau melewati ayat yang
berisikan doa, hendaknya merendah diri dan memintanya. [Imam as-Suyuthim]

Dalam membaca al-Quran hendaknya menjadikan makna sebagai tujuan, sedangkan lafazh
sebagai sarana untuk memahami makna, maka hendaknya melihat kepada siyaqul kalam (arah
pembicaraan) serta kepada siapa pembicaraan itu ditujukan, lalu mempertemukan antara yang
dia baca itu dengan pendapatnya dalam ayat yang lainnya. Dan hedaknya dia mengetahui bahwa
al-Quran ditujukan untuk memberi petunjuk kepada seluruh manusia. Jika seorang memang telah
mencurahkan seluruh perhatian dalam mentadabburi dan memahami Al-Quran maka Allah swt
akan memuliakan hamba-Nya, dan Allah swt tentu akan membukakan ilmu-Nya berupa hal-hal
yang tadinya tidak mampu dia usahakan. [al-Allamah as-Sadi]

[tidak taRtil dalam membaca al-quRan, bOlehkah?]


http://salam-online.web.id/2007/07/22/tidak-tartil-dalam-membaca-al-quran-bolehkah.html

Dalam membaca al-Quran disunnahkan membacanya dengan tartil, yaitu pelan dan
membaguskan bacaannya (sesuai tuntunan tajwid) serta bertadabbur (mengangan-angan
maknanya) dalam hati akan isi setiap ayat yang dibaca. [QS. Al-Muzammil:4], [QS. Shad:27].

Apabila kurang fasih membacanya, atau sering salah melafalkan dengan tanpa sengaja,
maka hukumnya tidak apa-apa. Namun bukan berarti boleh terus membaca apa adanya. Anda
harus berlatih terus demi meningkatkan kemampuan membaca, sampai akhirnya bisa fasih sesuai
dengan tuntunan tajwid. Karena kesalahan membaca (hurufnya dan panjang-pendeknya) tentu
akan merubah makna dan tujuan yang tersirat. Juga hendaknya tidak melupakan hal lain yang
paling urgen dalam membaca al-Quran yaitu bertadabbur (mengangan-angan) akan makna dan
maksud setiap ayat.

[hukum tidak membaca al-quRan]


http://www.almanhaj.or.id/content/2149/slash/0

Disunnahkan bagi seorang mukmin dan mukminah untuk memperbanyak bacaan terhadap
Kitabullah disertai dengan tadabur dan pemahaman, baik melalui mushaf ataupun hafalan.

Agar memperbanyak bacaan Al-Quran dengan cara mentadabburi, memahami dan berbuat
ikhlas karena Allah Subhanahu wa Taala disertai tujuan untuk mendapatkan faedah dan ilmu.
Dan, hendaknya pula dapat mengkhatamkannya setiap bulan sekali dan bila ada keluangan,
maka lebih sedikit dari itu lagi sebab yang demikian itulah kebaikan yang banyak. Boleh
mengkhatamkannya kurang dari seminggu sekali dan yang utama agar tidak
mengkhatamkannya kurang dari tiga hari sekali karena hal seperti itu yang sesuai dengan
petunjuk Nabi SAW kepada Abdullah bin Amr bin Al-Ash dan karena membacanya kurang dari tiga
hari akan menyebabkan keterburu-buruan dan tidak dapat mentadabburinya.
Tidak boleh membacanya dari mushaf kecuali dalam kondisi suci, sedangkan bila membacanya
secara hafalan (di luar kepala) maka tidak apa-apa sekalipun tidak dalam kondisi berwudhu./

[beRusahalah untuk mempeRbaiki bacaan al-quRan]


http://www.almanhaj.or.id/content/1410/slash/0

Berusahalah untuk memperbaiki bacaanmu dengan cara belajar kepada salah seorang ahli Al-
Quran (Al-Qura) yang sudah mutabar (dianggap keberadaannya) dan perbanyaklah membaca
apa-apa yang telah engkau kuasai.

[wajib sungguh-sungguh dalam mengeluaRkan semua huRuf dari makhRajnya]


http://www.almanhaj.or.id/content/1403/slash/0

Wajib bagi orang yang tidak mampu melafalkan [dhadh] dari makhrajnya berusaha
semaksimal mungkin dan mengerahkan kemampuannya untuk melatih lidah melafalkan [dhadh]
dari makhrajnya dan mengucapkannya dengan ucapan yang benar. Bila ia tetap tidak mampu
padahal sudah berusaha semampunya, maka dia itu dimaafkan dan tidak ada kewajiban. Kecuali
mengucapkan sesuai kemampuannya.

[bisakah mengaji lewat mp3 playeR?]


http://www.eramuslim.com/ustadz/fqk/4456f9e2.htm

Yang lebih penting dari Al-Quran itu bukan semata-mata kemampuan kita mengejanya,
melainkan mampu membunyikannya dengan benar, sesuai dengan hak masing-masing huruf.
Seseorang mampu membaca Al-Quran tanpa mengeja, berarti dia hafal Al-Quran. Dan hal itu
tentu lebih utama dari sekedar mampu mengeja hurufnya semata.

Memang tidak salah bila anda memanfaatkan MP3 player untuk belajar Al-Quran, tapi
ketahuilah bahwa masih ada satu fungsi mendasar yang belum bisa dicover olehnya. Yaitu fungsi
untuk mengevaluasi atau membetulkan bacaan si murid. Padahal fungsi ini sangat vital dan tidak
mungkin ditinggalkan.

[peRbaikilah niat anda dan peRbanyaklah membaca al-quRan]


http://www.almanhaj.or.id/content/1038/slash/0

Obat lupa dalam menghapal Quran: Perbaiki niat anda dalam membaca Al-Quran. Jika telah
hafal satu surat, maka seringlah membaca dan mengulang-ngulangnya sampai mantap dan kuat,
jangan pindah ke surat lain, kecuali bila engkau sudah menghafalnya dengan itqan (mantap).

[membaca al-quRan bagi wanita haid]


http://www.almanhaj.or.id/content/902/slash/0
Yang lebih utama bagi seorang wanita haidh adalah tidak membaca Al-Quran kecuali jika hal
itu dibutuhkan, seperti seorang guru wanita atau seorang pelajar putri atau situasi-situasi lain
yang serupa dengan guru dan pelajar itu.

[hukum membaca al-quRan bagi yang sedang junub]


http://www.almanhaj.or.id/content/931/slash/0

Tidak boleh bagi orang yang sedang junub untuk membaca Al-Quran sebelum ia mandi
junub, baik dengan cara melihat Al-Quran ataupun yang sudah dihafalnya. Dan tidak boleh
baginya membaca Al-Quran kecuali dalam keadaan suci yang sempurna, yaitu suci dari hadats
yang paling besar sampai hadats yang paling kecil.

Tidak diharamkan bagi orang yang sedang junub atau sedang haidh atau yang tidak
berwudhu untuk menyentuh buku atau majalah yang didalamnya terdapat ayat-ayat Al-
Quran , karena buku-buku dan majalah-majalah itu bukan Al-Quran.

[seyOgyanya menjaga hafalan al-quRan sehingga tidak lupa]


http://www.almanhaj.or.id/content/779/slash/0

Tidak selayaknya seorang hafizh lalai dari membacanya dan tidak maksimal dalam
menjaganya. Seyogyanya dia mempunyai wirid (murajaah) harian agar dapat menghindari dari
lupa sambil mengharap pahala dan mengambil pelajaran hukum-hukumnya, baik yang berupa
aqidah maupun amalan. Namun orang yang hafal sedikit dari Al-Quran lalu lupa, karena banyak
kesibukan atau karena lalai, maka dia tidak berdosa. Adapun hadits yang mengandung ancaman
bagi orang yang menghafal kemudian lupa, tidak benar dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.

[hukum mengucapkan shadaqallahul azhim ketika selesai membaca al-quRan]


http://www.almanhaj.or.id/content/1862/slash/0

Ucapan, Shadaqallahul azhim setelah membaca Al Quran adalah bidah, karena Rasulullah
SAW tidak pernah melakukannya, demikian juga para khulafaur rasyidin, seluruh sahabat
radhiyallaHu anHum dan imam para salafus shalih, padahal mereka banyak membaca Al Quran,
sangat memelihara dan mengetahui benar masalahnya. Jadi, mengucapkannya dan
mendawamkan pengucapannya setiap kali selesai membaca Al Quran adalah perbuatan bidah
yang diada adakan.

[hukum membaca al-quRan beRsama-sama, membagi bacaan al-quRan untuk ORang-


ORang yang hadiR]
http://www.almanhaj.or.id/content/1958/slash/0

Pada dasarnya membaca Al-Quran haruslah dengan tatacara sebagaimana Rasullah SAW
mencontohkannya bersama para shahabat beliau Shallallahu alaihi wa sallam. Tidak ada
satupun riwayat dari beliau dan para shabatnya bahwa mereka membacanya dengan cara
bersama-sama dengan satu suara. Akan tetapi mereka membacanya sendiri-sendiri atau salah
seorang membaca dan orang lain yang hadir mendengarkannya.
Jika yang dimaksud adalah bahwasanya mereka membacanya dengan satu suara dengan
waqaf dan berhenti yang sama, maka ini tidak disyariatkan. Paling tidak hukumnya makruh,
karena tidak ada riwayat dari Rasulullah SAW maupun para shahabat beliau Shallallahu alaihi wa
sallam. Namun apabila bertujuan untuk kegiatan belajar dan mengajar, maka saya berharap hal
tersebut tidak apa-apa.

Adapun apabila yang dimaksudkan adalah mereka berkumpul untuk membaca Al-Quran
dengan tujuan untuk menghafalnya, atau mempelajarinya, dan salah seorang membaca dan yang
lainnya mendengarkannya, atau mereka masing-masing membaca sendiri-sendiri dengan tidak
menyamai suara orang lain, maka ini disyariatkan.

Membagi juz-juz Al-Quran untuk orang-orang yang hadir dalam perkumpulan, agar masing-
masing membacanya sendiri-sendiri satu hizb atau beberapa hizb dari Al-Quran, tidaklah
dianggap secara otomatis sebagai mengkhatamkan Al-Quran bagi masing-masing yang
membacanya. Adapun tujuan mereka dalam membaca Al-Quran untuk mendapatkan berkahnya
saja, tidaklah cukup. Sebab Al-Quran itu dibaca hendaknya dengan tujuan ibadah mendekatkan
diri kepada Allah dan untuk menghafalnya, memikirkan dan mempelajari hukum-hukumnya,
mengambil pelajaran darinya, untuk mendapatkan pahala dari membacanya, melatih lisan dalam
membacanya dan berbagai macam faedah-faedah lainnya.

[memuliakan al-quR`an bukan dengan menciumnya]


http://zahrotul.wordpress.com/2008/03/01/memuliakan-al-quran-bukan-dengan-menciumnya/

Kebanyakan orang mengatakan bahwa perbuatan mengecup mushaf Quran tersebut tidak lain
kecuali untuk menampakkan pemuliaan dan pengagungan kepada Al-Qur`anul Karim. Namun
bentuk pemuliaan dan pengagungan seperti itu tidak dilakukan oleh generasi yang awal dari umat
ini, yaitu para shahabat Rasulullah SAW, demikian pula oleh tabiin dan atbaut tabiin Tanpa ragu
jawabannya adalah sebagaimana kata ulama salaf, Seandainya itu adalah kebaikan, niscaya kami
lebih dahulu mengerjakannya. Jadi perbuatan mencium Al-Quran merupakan perbuatan bidah.

[caRa mudah hafal al quRan]


http://dsusetyo.wordpress.com/2008/04/16/cara-mudah-hafal-al-quran/

Cara menghafal Al-Quran: [1]. Niat ikhlas, [2]. Hatinya bersih, perbanyak ber-
istighfar, [3]. Mohon kepada Allah agar Ia tolong kita mudah hafalkan AlQuran letakkan
kefahaman itu dalam hati kita, [4]. Hafalkan sedikit demi sedikit, 1 ayat sehari, [5].Setelah
beberapa hari gabung ayat2 yang sudah dihafalkan. [6]. Demikian seterusnya sampai khatam
seluruh AlQuran.

Kuncinya: niat ikhlas, istighfar sungguh, minta tolong Allah fahamkan, sedikit demi
sedikit, diulang-ulang, istiqamah dan shabar.

[hafizh quran]
http://harapandiri.wordpress.com/2008/04/14/168/
Para hafiz al-quran memiliki kemulian tersendiri dimata Allah Swt, Imam Thabrani rah.a telah
meriwayatkan, bahwa Anas ra mengatakan Rasululah saw bersabda, Barangsiapa mengajarkan
anaknya membaca Al-Quran, maka dosa-dosanya yang akan datang dan yang telah lalu akan
diampuni. Dan barangsiapa mengajarkan anaknya menjadi hafizh Al-Quran, maka pada hari
kiamat ia akan dibangkitkan dengan wajah yang bercahaya seperti cahaya bulan purnama, dan
dia akan berkata kepada anaknya, Mulailah membaca Al-Quran, Ketika anaknya mulai membaca
satu ayat Al-Quran, maka bapaknya dinaikkan satu derajat oleh Allah Swt, sehingga terus
bertambah tinggi hingga tamat.

Anda mungkin juga menyukai