Anda di halaman 1dari 4

8 Adab Membaca Al-Qur’an

Penulis Muhammad Abduh Tuasikal, MSc - June 24, 2015

Membaca Al-Qur’an tentu memiliki adab. Karena yang dibaca adalah kalamullah (firman Allah), bukan koran,
bukan perkataan makhluk. Di bulan Ramadhan apalagi, adab ini mesti diperhatikan. Karena intensitas
berinteraksi dengan Al-Qur’an sangat tinggi di bulan Ramadhan. Dikarenakan para ulama biasa menyembut
Ramadhan dengan bulan Al-Qur’an.

Beberapa adab penting yang perlu diperhatikan dalam membaca Al-Qur’an:

1- Hendaklah yang membaca Al-Qur’an berniat ikhlas, mengharapkan ridha Allah, bukan berniat ingin cari dunia
atau cari pujian.

2- Disunnahkan membaca Al-Qur’an dalam keadaan mulut yang bersih. Bau mulut tersebut bisa dibersihkan
dengan siwak atau bahan semisalnya.

3- Disunnahkan membaca Al-Qur’an dalam keadaan suci. Namun jika membacanya dalam keadaan berhadats
dibolehkan berdasarkan kesepatakan para ulama.

Catatan: Ini berkaitan dengan masalah membaca, namun untuk menyentuh Al-Qur’an dipersyaratkan harus suci.
Dalil yang mendukung hal ini adalah:

‫ﻠ‬ ‫ﻠ ا‬ ‫َل ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬


‫ﻋﻠﻴﻪ‬ ‫ﺻﻠﻰ ا‬- ِ ‫ﻴﻪ ﻋَ ْﻦ َﺟﺪ ِه ان َر ُﺳﻮل ا‬ ِ ‫ﻋَ ْﻦ ِاﺑﻰ َﺑﻜْ ِﺮ ﺑ ِْﻦ ُﻣ َﺤﻤ ِﺪ ﺑ ِْﻦ ﻋَ ْﻤ ِﺮو ﺑ ِْﻦ َﺣ ْﺰ ٍم ﻋَ ْﻦ ِاﺑ‬
‫ﺎﻫ ٌﺮ‬ َ ‫ﻴﻪ ﻻَ ﻳَ َﻤﺲ ْاﻟ ُﻘ ْﺮ‬
ِ ‫آن اﻻ َﻃ‬ َ َ ‫ﺐ اﻟَﻰ ا ْﻫ ِﻞ ْاﻟ َﻴ َﻤ ِﻦ ِﻛﺘَ ﺎﺑًﺎ َﻓﻜ‬
ِ ‫ﺎن ِﻓ‬ َ َ‫ ﻛَﺘ‬-‫وﺳﻠﻢ‬
Dari Abu Bakr bin Muhammad bin ‘Amr bin Hazm dari ayahnya dari kakeknya, sesungguhnya Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menulis surat untuk penduduk Yaman yang isinya, “Tidak boleh menyentuh
Al-Qur’an melainkan orang yang suci”. (HR. Daruquthni no. 449. Hadits ini dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani
dalam Al-Irwa’ no. 122).

4- Mengambil tempat yang bersih untuk membaca Al-Qur’an. Oleh karena itu, para ulama sangat anjurkan
membaca Al-Qur’an di masjid. Di samping masjid adalah tempat yang bersih dan dimuliakan, juga ketika itu
dapat meraih fadhilah i’tikaf.

Imam Nawawi rahimahullah menyatakan, “Hendaklah setiap orang yang duduk di masjid berniat i’tikaf baik untuk
waktu yang lama atau hanya sesaat. Bahkan sudah sepatutnya sejak masuk masjid tersebut sudah berniat untuk
i’tikaf. Adab seperti ini sudah sepatutnya diperhatikan dan disebarkan, apalagi pada anak-anak dan orang awam
(yang belum paham). Karena mengamalkan seperti itu sudah semakin langka.” (At-Tibyan, hlm. 83).

5- Menghadap kiblat ketika membaca Al-Qur’an. Duduk ketika itu dalam keadaan sakinah dan penuh ketenangan.

6- Memulai membaca Al-Qur’an dengan membaca ta’awudz. Bacaan ta’awudz menurut jumhur (mayoritas
ulama) adalah “a’udzu billahi minasy syaithonir rajiim”. Membaca ta’awudz ini dihukumi sunnah, bukan wajib.

Perintah untuk membaca ta’awudz di sini disebutkan dalam ayat,

‫ﻴﻢ‬ ْ ‫ت ْاﻟ ُﻘ ْﺮ َآ َن َﻓ‬


ِ ‫ﺎﺳﺘَ ِﻌ ْﺬ ِﺑﺎ ِ ِﻣ َﻦ اﻟﺸ ْﻴ َﻄ‬
ِ ‫ﺎن اﻟﺮ ِﺟ‬ َ ‫َﻓﺎ َذا َﻗ َﺮا‬

“Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang
terkutuk.” (QS. An-Nahl: 98)

7- Membaca “bismillahir rahmanir rahim” di setiap awal surat selain surat Bara’ah (surat At-Taubah).

Catatan: Memulai pertengahan surat cukup dengan ta’awudz tanpa bismillahir rahmanir rahim.

8- Hendaknya ketika membaca Al-Qur’an dalam keadaan khusyu’ dan berusaha untuk mentadabbur
(merenungkan) setiap ayat yang dibaca.

Perintah untuk mentadabburi Al-Qur’an disebutkan dalam ayat,

‫ﻮب ا ْﻗ َﻔ ُﺎﻟﻬَ ﺎ‬ ُ َ
ٍ ‫ون ْاﻟ ُﻘ ْﺮآ َن ا ْم ﻋَ ﻠَﻰ ُﻗﻠ‬ ُ َ‫ا َﻓ َﻼ ﻳَ ﺘَ ﺪ‬
َ ‫ﺑﺮ‬
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad: 24)

‫ﺎب‬ ُ ‫ﺑﺮوا َآﻳَ ﺎ ِﺗ ِﻪ َو ِﻟ َﻴﺘَ َﺬﻛ َﺮ ا‬


ِ ‫وﻟﻮ ْاﻻ ْﻟ َﺒ‬ ُ ‫ﺎب ا ْﻧ َﺰ ْﻟﻨَﺎ ُه اﻟَ ْﻴ َﻚ ُﻣ َﺒﺎ َركٌ ِﻟ َﻴﺪ‬
ٌ َ‫ِﻛﺘ‬
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan
ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS. Shaad: 29)

Imam Nawawi rahimahullah menyatakan, “Hadits yang membicarakan tentang perintah untuk tadabbur banyak
sekali. Perkataan ulama salaf pun amat banyak tentang anjuran tersebut. Ada cerita bahwa sekelompok ulama
teladan (ulama salaf) yang hanya membaca satu ayat yang terus diulang-ulang dan direnungkan di waktu malam
hingga datang Shubuh. Bahkan ada yang membaca Al-Qur’an karena saking mentadabburinya hingga pingsan.
Lebih dari itu, ada di antara ulama yang sampai meninggal dunia ketika mentadabburi Al-Qur’an.” (At-Tibyan, hlm.
86)

Diceritakan oleh Imam Nawawi, dari Bahz bin Hakim, bahwasanya Zararah bin Aufa, seorang ulama terkemuka di
kalangan tabi’in, ia pernah menjadi imam untuk mereka ketika shalat Shubuh. Zararah membaca surat hingga
sampai pada ayat,

ٌ ‫( َﻓ َﺬ ِﻟ َﻚ ﻳَ ْﻮ َﻣ ِﺌ ٍﺬ ﻳَ ْﻮ ٌم ﻋَ ِﺴ‬8) ‫ﻮر‬
(9) ‫ﻴﺮ‬ ُ
ِ ‫اﻟﻨﺎﻗ‬ ‫َﻓﺎ َذا ُﻧ ِﻘ َﺮ ِﻓﻲ‬
“Apabila ditiup sangkakala, maka waktu itu adalah waktu (datangnya) hari yang sulit.” (QS. Al-Mudattsir: 8-9).
Ketika itu Zararah tersungkur lantas meninggal dunia. Bahz menyatakan bahwa ia menjadi di antara orang yang
memikul jenazahnya. (At-Tibyan, hlm. 87)

Ingat nasihat Ibrahim Al-Khawwash bahwa tombo ati (obat hati) ada lima:

Membaca Al-Qur’an disertai tadabbur (perenungan)


Perut kosong (rajin puasa)
Rajin qiyamul lail (shalat malam)
Merendahkan diri di waktu sahur
Duduk dengan orang-orang shalih.

Adab membaca Al-Qur’an diringkas dari penjelasan Imam Nawawi dalam At-Tibyan, hlm. 80-87. Semoga
manfaat. Wallahu waliyyut taufiq.

Bagaimana adab setelah membaca Al-Qur’an? Apakah disyariatkan membaca shadaqallahul ‘azhim? Temukan
jawabannya di link: Ucapan Shadaqallahul ‘Azhim.

Referensi:

At-Tibyan fii Adabi Hamalatil Qur’an. Cetakan pertama, tahun 1426 H. Abu Zakariya Yahya bin Syaraf An-Nawawi.
Tahqiq: Abu ‘Abdillah Ahmad bin Ibrahim Abul ‘Ainain. Penerbit Maktabah Ibnu ‘Abbas.


Diselesaikan menjelang Isya di Darush Sholihin Panggang, Gunungkidul, 7 Ramadhan 1436 H

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com

Ikuti update artikel Rumaysho.Com di Fans Page Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat (sudah 3,6 juta fans),
Facebook Muhammad Abduh Tuasikal, Twitter @RumayshoCom, Instagram RumayshoCom

Untuk bertanya pada Ustadz, cukup tulis pertanyaan di kolom komentar. Jika ada kesempatan, beliau akan
jawab.

Muhammad Abduh Tuasikal, MSc


http://www.rumaysho.com

Lulusan S-1 Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan S-2 Polymer Engineering (Chemical Engineering) King Saud
University, Riyadh, Saudi Arabia. Guru dan Masyaikh yang pernah diambil ilmunya: Syaikh Shalih Al-Fauzan, Syaikh Sa'ad Asy-Syatsri
dan Syaikh Shalih Al-'Ushaimi. Sekarang menjadi Pimpinan Pesantren Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul.

     

Anda mungkin juga menyukai