Menurut Ibnu Katsir: Ini merupakan perintah dari Allah Ta’ala kepada hamba-hamba-
Nya melalui lisan Nabi-Nya, Muhammad, yaitu jika mereka akan membaca al-Qur’an, maka
hendaklah mereka meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk. Perintah
ini bersifat anjuran, bukan kewajiban. Kesepakatan mengenai hal itu diceritakan oleh Abu
Ja’far bin Jarir dan imam-imam lainnya. Hadits yang berkenaan dengan permohonan
perlindungan ini telah kami kemukakan sebelumnya pada pembahasan pertama. Segala puji
dan sanjungan hanya milik Allah.
Firman-Nya yang artinya (“Sesungguhnya syaitan itu tidak ada kekuasannya atas
orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Rabbnya.”) Ats-Tsauri mengatakan
bahwa syaitan itu tidak memiliki kekuasaan atas mereka (orang yang beriman dan
bertawakkal kepada Rabbnya) untuk menjatuhkan mereka ke dalam dosa yang mereka tidak
bisa bertaubat darinya. Sedangkan yang lainnya mengatakan, artinya, tidak ada hujjah bagi
syaitan atas mereka. Yang lain lagi mengatakan, yang demikian itu sama seperti firman-Nya:
“Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlish di antara mereka.” (QS. Al-Hijr: 40).
Al-A’raf 204:
Setelah Allah menyebutkan bahwa al-Qur’an itu merupakan bukti yang nyata,
petunjuk dan rahmat bagi umat manusia, Allah pun memerintahkan supaya diam ketika
dibacakan al-Qur’an. Sebagai suatu pengagungan dan perhormatan kepadanya, tidak seperti
apa yang dilakukan oleh orang-orang kafir dari kaum Quraisy dalam ucapan mereka yang
artinya: “Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan al Qur’an ini dan
buatlah hiruk-pikuk terhadapnya.” (QS. Fushshilat: 26)
Bahkan hal itu lebih ditekankan lagi dalam shalat wajib jika imam membaca ayat al-
Qur’an secarajahr (jelas/keras). Sebagaimana diriwayatkan Muslim dalam kitab Shahihnya,
dari Abu Musa al-Asy’ari, ia berkata: Rasulullah saw. bersabda:
“Sesungguhnya dijadikan untuk diikuti imam itu. Jika ia bertakbir, maka hendaklah kalian
bertakbir. Dan jika ia membaca (al-Qur’an), maka hendaklah kalian diam
mendengarkannya.” (HR. Muslim. Demikian pula diriwayatkan para perawi penulis kitab as-
Sunan, dari Abu Hurairah. Dan dinyatakan shahih oleh Muslim bin al-Hajjaj, tetapi ia tidak
mengeluarkannya dalam kitabnya)
Ibrahim bin Muslim al-Hijri mengatakan dari Abu ‘Iyadh dari Abu Hurairah, ia
berkata: “Orang-orang sebelumnya berbicara dalam shalat dan setelah turun ayat: wa idzaa
quri-al qur-aana fastami’uu laHu (“Dan apabila dibacakan al-Quran, maka dengarkanlah
baik-baik.”) Maka mereka pun diperintahkan untuk diam memperhatikan.”
Dalam QS. An-nahl ayat 98 Allah Swt memerintahkan kita berlindung kepada Allah
dari godaan syaitan yang terkutuk karena mereka akan senantiasa mengganggu orang
mukmin yang ingin membaca Al-Qur’an agar mereka tidak jadi membacanya, oleh sebab itu
setiap kali mau membaca Al-Qur’an mulailah dengan mengucap ta’awuzd agar senantiasa
terpelihara dari gangguan syaitan tersebut.
f. Di sunatkan membaca Alqur’an denga tartil, yaitu bacaan yang pelan dan tenang.
g. Bagi orang yang sudah mengerti arti dan maksud ayat-ayat Alqur’an, di sunatkan
membacanya dengan penuh perhatian dan pemikiran tentang ayat-ayat yang
dibacanya itu dan maksudnya.
Sementara dalam QS. Al-A’raf ayat 204 Allah Swt menjelaskan apabila dibacakan
Al-Quran, maka dengarkanlah dengan baik dan perhatikanlah dengan tenang supaya kalian
mendapat rahmat. Maksudnya: jika dibacakan Al Quran kita diwajibkan mendengar dan
memperhatikan sambil berdiam diri, baik dalam shalat maupun di luar shalat, terkecuali
dalam shalat berjamaah ma'mum boleh membaca Al Faatihah sendiri waktu imam membaca
ayat-ayat Al Quran.
Setelah Allah menjelaskan bahwa Al-Qur’an adalah bukti bagi manusia dan sebagai
petunjuk serta rahmat , Allah memerintahkan untuk diam ketika dibacakan Al-Qur’an sebagai
penghargaan dan pengehormatan kepadanya. Tidak seperti yang dilakukan oleh orang-orang
kafir, mereka tidak mau mendengarkan ayat-ayat Allah, seperti yang dijelaskan dalam QS.
Fushshilat : 26 yang artinya :”dan orang-orang yang kafir berkata: "Janganlah kamu
mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al Quran ini dan buatlah hiruk-pikuk
terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka".
Dari Abu Hurairah ra, meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda sebagai
berikut : “ Barangsiapa yang mendengarkan sebuah ayat dari kitab Allah , maka ditulislah
baginya kebaikan yang berlipat ganda. Dan barangsiapa yang membacanya maka ia akan
mempunyai cahaya pada hari kiamat “ ( HR. Ahmad )
Jadi sikap seorang mukmin yang baik apabila ia ingin membaca Al-Qur’an adalah
sebagai berikut :
2. Memohon perlindungan kepada Allah Swt dari godaan syaitan yang terkutuk
Banyak orang yang membaca Al-Qur’an, tetapi yang terpenting adalah sebagaimana
yang Allah nyatakan dalam ayatnya yakni merenungkan tiap-tiap ayat Al-Qur’an ,
mengambil pelajaran dari ayat tersebut dan memperbaiki perilaku seseorang sesuai dengan
pelajaran yang terkandung didalamnya.