Anda di halaman 1dari 4

Pengantar

Studi Asas-asas ilmu Tafsir dan Metodologinya

Pembahasan awal
Kedudukan ilmu tafsir dan kegunaannya

Penulis kitab Zaadul Masir fi ‘ilmi at-tafsir mengutip iyas bin mu’aawiyah, dia mengatakan
“perumpamaan orang yang membaca al-qur’an dan dia memahami maknanya atau tidak
memahaminya, ibarat suatu kaum yang menerima (hadiah) buku dari temannya di malam hari dalam
keadaan tidak ada lampu (penerangan), merekapun berebut buku itu dengan gembira meskipun tidak
tahu apa isi buku itu. Ketika mereka mendapat penerangan (lampu) saat itu mereka tahu apa isi buku
tersebut”. Al-Hakim meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud dari Nabi Saw. Beliau bersabda ِ‫ِإنَّ َهذا القرآن َمأ ُد َب ُة هَللا في‬
‫ َف َت َع َلمُوا من مأدبته ما استطعتم‬,ِ‫“ َأرْ ضِ ه‬Sesungguhnya Al-Qur’an adalah jamuan dari Allah Swt. Di Dunia, maka
pelajarilah (ambilah) dari jamuan itu semampu kalian”. Ibnu Majah meriwayatkan dalam sunannya
bahwa rosulullah telah berkata “Sesungguhnya Allah Swt. Memiliki keluarga dari manusia, para sahabat
bertanya “wahai rasullullah siapa mereka itu?. Rasulullah menjawabnya “mereka itu adalah para ahli al-
qur’an (yang merupakan) keluarga Allah dan orang-orang istimewa di sisi-Nya.
Maka para mufassir al-Qur’an mereka lebih layak digelari Ahlullah dan orang-orang istimewa.
Karena mereka yang paling tahu mengenai kitab Allah Swt. Dibandinkan dengan yang lain. Mereka
mensucikan asma Allah, mereka adalah orang yang membawa beban (menyebarkan) risalah ilahiah. Lalu
mereka menjadi saksi kelak pada hari kiamat atas siapapun yang menyelisihi (berpaling dari) orang-
orang beriman. Allah Swt. Berfirman “demikianlah kami jadikan kalian ummat yang pertengahan agar
kalian menjadi saksi atas seluruh manusia” (Al-Baqarah 143) dan diriwayatkan dari Ka’ab bin Jarir dari
Hasan mengenai firman Allah Swt. “mereka membaca dengan sebenar-benarnya bacaan” (al-Baqarah :
121) menurutnya (maksudnya) adalah : mereka mengerjakan tuntunan ayat-ayat muhkamat (jelas), dan
mereka mengimani ayat-ayat mutasyabihat, mereka menyerahkan seluruh perkara yang sulit kepada
ahlinya. At-Turmudzi meriwayatkan dari Ibnu Abbas : “Rasulullah Saw. Bersabda, orang yang
mengatakan sesuatu mengenai isi AL-Qur’an tanpa memiliki ilmu, maka tempatnya adalah neraka”.
Inilah sebagian penjelasan dari keutamaan ilmu tafsir dan luhurnya urusan para mufassir. Sudah
selayaknya orang yang memiliki ilmu tentang al-Qur’an akan meninggalkan larangan Allah Swt. Takut
dan bertakwa kepada-Nya. Dan Al-Qur’an akan menjadi hujat atas orang-orang yang mengetahui
(kandungan al-Qur’an) namun melalaikan dan bersikap bodoh. Karena ssesungguhnya al-qur’an adalah
hujah bagi kita atau atas diri kita. Maka wajib bagi siapapun yang Allah berikan keistimewaan
memahami dam mempelajari al-qur’an agar‫َو يرْ َعاه َح َّق ِر َعا َيتِهو َواَل َي ْل َتمِسُ الهُدَى فِيْ غَ ي ِْر ِه َي ْتلُوهُ َح َّق ِتاَل َوتِه‬
Dr Syuhbah mengatakan dalam kitabnya ‫ المدخل لدراسة القرآن الكريم‬dalam bab penyusunan’ulumul
qur’an : “Sudah seharusnya yang disusun pertama kali dalam ‘ulumul qur’an adalah ilmu tafsir, karena ia
adalah pangkal dalam memahami al-qur’an dan mentadabburinya, dan di dalamnya juga memuat
istinbath hukum, pengetahuan halal dan haram.
Pemeliharaan Ilmu Tafsir
Keagungan ilmu tafsir tidak tersembunyi(terhalang) bagi siapapun yang memiliki bashiroh. Allah
Swt. Berfirman “Allah akan memberikan hikmah kepasa siapa saja yang dikehendakinya. Siapapun yang
diberi hikmah maka sungguh akan aku berikan kebaikan yang melimpah” (Q.S Al-Baqarah 269). Ibnu Abi
Hatim meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas R.A mengenai penggalan ayat di atas “Allah akan memberikan
hikmah kepada siapa saja yang dikehendakinya” maksudnya adalah (orang yang) mengetahui ayat-ayat
nasikh dan mansukh dalam al-qur’an, yang muhkam dan mutasyabihat, muqoddam dan muakhkhor,
halal dan haram serta lainnya dalam al-Qur’an. (sebagaimana dalam firman Allah) “dan demikianlah
kami membuat perumpamaan untuk manusia. Tidak ada yang mengetahuinya melainkan orang-orang
berilmu” (Q.S Al-‘Ankabut : 43). Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Amar bin Marroh, katanya : “ tidaklah
aku melewati (mempelajari) suatu ayat al-Qur’an kecuali aku merasa sedih, dikarenakan aku mendengar
Firman Allah “demikianlah kami membuat perumpamaan untuk manusia. Dan tidak akan ada yang
mengetahuinya kecuali orang-orang yang berilmu”. Para ulama telah bersepakat bahwa ilmu tafsir
adalah fardhu kifayah. Dan menjadi tujuan (muara) ilmu syar’iyyah. Al-‘allamah al-Asbahani berkata :
“seagung-agungnya karya yang dikerjakan (dibuat/dipersembahkan) oleh seseorang, adalah karya tafsir
al-Qur’an. Argumentasinya adalah sesungguhnya ilmu tafsir memiliki kemuliaan dari tiga sisi, yaitu :
1. sisi objek studinya. karena objek yang dipelajarinya adalah Kalam Allah yang maha suci
memuat seluruh hikmah dan sumber keutamaan.
2. Sisi Orientasinya. Karena tujuan Al-Qur’an adalah mengajak berpegang erat pada tali yang
sangat kuat sehingga sampai pada kebahagiaan kekal yang tak fana. Itu pun apabila
memahami maksud firman Allah (al-Qur’an) yang diturunkan kepada nabi Muhammad
Saw., mengetahui perintah-perintahnya dan mengerjakannya, dan mengetahui pembahasan
mengenai larangan-larangannya serta menjauhinya.
3. Urgensinya. Karena kesempurnaan agama yang bersifat urgen atau urusan dunia yang
sifatnya penting memerlukan ‘ilmu syari’ah dan ‘ulumud-diin dan itu terdapat dalam al-
Qur’an.
Mujahid berkata :”orang yang paling dicintai Allah Swt. Adalah orang yang paling mengetahui al-Qur’an.
Hasan Berkata : “Tidaklah Allah menurunkan ayat al-qur’an melainkan dia menyukai apa yang
diturunkannya dipelajari”.Asy-Sya’bi berkata :”masruq pergi ke bashrah untuk mengetahui tafsir suatu
ayat. (sesampainya di sana) dikatakan kepada masruq “sesungguhnya orang yang (memahami)
menafssirkannya sudah berangkat ke syam, maka masruq bersiap-siap dan menyusul (orang tsb) ke
Syam sampai dia mengetahui tafsir ayat tersebut. Jika demikian keadaannya (kalau begitu) maka
sepatutnya menghabiskan nafasnya untuk memperolehnya (tafsir ayat/pemahaman al-qur’an)
sepanjang waktu dan seumur hidup. (seperti sya’ir) ‫( من يخطب الحسناء لم يغله المهر‬barangsiapa yang ingin
meminang wanita cantik, semahal apapun mahar tidak akan jadi masalah, karena semuanya terasa
murah). Tampak bahwa ilmu tafsir pada saat ini – khususnya ushulut tafsir – ditinggalkan oleh para
pelajar illmu syari’ah. Bahwasanya bila ada orang (para pelajar) yang melihat satu buku tafsir mereka
melihatnya secara kebetulan saja, atau melihatnya tanpa ada perhatian dan keseriusan. Sedangkan
perhatian mereka terhadap ilmu-ilmu (hal-hal) lain melampaui perhatian mereka terhadap ilmu tafsir
hingga berkali-kali lipat.
Pendapat saya, dan saya kira apa yang saya utarakan ini benar. Bahwa ilmu tafsir mesti menjadi
ilmu yang pertama mendapatkan perhatian dari aspek keshahihan dan akurasinya secara ilmiah agar
menghasilkan kemampuan intuk istinbath atas berbagai macam rahasia kandungan al-Qur’an dengan
kadar kemampuan manusia. Dan untuk mengetahui makna firman Allah yang maha suci dalam perkara
perintah-perintah-Nya dan larangan-laranganNya dll. Maka bagaimana dengan kita bila yang Allah cintai
itu adalah mereka hamba-hambanya yang paling memahami al-Qur’an??.
Pembahasan kedua
Definisi Ushul Tafsir
Ushul Tafsir adalah susunan idhofah, ia adalah satu istilah untuk suatu ilmu, akan tetapi susunan idhofi
ini dibentuk dari lafazh asli. Dengan demikian ushul tafsir ini bukan nama khusus, melainkan dapat
dipisahkan dari susunan idhofinya yang terdiri dari mudhof dan mudhof ilaih. Maka dengan begitu,
ketika mendefinisikannya pun harus didefinisikan terlebih dahulu masing-masing secara terpisah.
Ushul = jama’ dan Ashlun, dalam bahasa Arab adalah ungkapan yang memerlukannya , sedangkan
dia tidak memerlukan apapun dari selainnya.

Anda mungkin juga menyukai