Anda di halaman 1dari 79

Inspirasi Menghafal Al-Qur'an & Kumpulan

Kisah Ajaib para penghafal Qur’an


PENGANTAR
Sungguh beruntung bagi setiap penghafal Alquran, pasalnya mereka
(hafidz/hafidzah) sudah dijanjikan oleh Allah berupa ganjaran pahala serta
kedudukannya di akherat. Apa saja 6 Janji Allah Swt. Bagi Para Hafidz?

Inilah yang tertulis dalam quran dan hadits berkenaan dengan 6 Janji Allah Swt. Bagi
Para Hafidz.
Para hafidz disejajarkan dengan para nabi (sederajat), hanya saja para hafidz ini
tidak mendapatkan atau dititipkan wahyu. Rasulullah Saw., bersabda, “Barangsiapa
yang membaca (menghafal) Alquran, maka sungguh dirinya telah menyamai derajat
kenabian hanya saja tidak ada wahyu baginya (penghafal). Tidak pantas bagi
penghafal Alquran bersama siapa saja yang ia dapati dan tidak melakukan
kebodohan terhadap orang yang melakukan kebodohan (selektif dalam bergaul)
sementara dalam dirnya terdapat firman Allah.” (HR. Hakim).

Pada zaman Rasulullah Saw, takjarang para hafidz diutamakan kedudukannya oleh
Beliau, salah satunya dalam memimpin delegasi. Mekanismenya, Rasulullah Saw.
akan menguji dan bertanya seputar hafalan, selanjutnya Rasulullah akan memilih
para calon pegawai dengan berdasarkan pada yang paling banyak hafalannya.

“Sesungguhnya Allah itu mempunyai keluarga yang terdiri daripada manusia..."


Kemudian Anas berkata lagi, “Siapakah mereka itu wahai Rasulullah?” Baginda
manjawab, “yaitu ahli Qu'ran (orang yang membaca atau menghafal Qur'an dan
mengamalkannya). Mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang yang istimewa
bagi Allah.” (HR. Ahmad).

Sebab menghapal quran merupakan tanda orang yang diberi anugerah berupa ilmu.
Sesuai dengan firman serta Janji Allah Swt. Bagi Para Hafidz - seperti yang
termaktub dalam surat Al-Ankabut ayat 49.
“Sesungguhnya, Alquran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang
yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-
orang yang dzalim.” (QS Al-Ankabut : 49).

Menjadi penghafal quran tentunya sangat bermanfaat, orang iman lain akan
menghormati kepada penghadal quran. Karena dengan menghormati para
penghafal alquran, orang tersebut berarti telah mengagungkan Allah Swt. Hal ini
sesuai dengan yang terdapat di dalam hadits.
Rasulullah bersabda “Di antara perbuatan mengagungkan Allah adalah
menghormati orang Islam yang sudah tua, menghormati orang yang menghafal
quran yang tidak berlebih-lebihan dalam mengamalkan isinya dan tidak membiarkan
Alquran tidak diamalkan serta menghormati kepada penguasa yang adil.” (HR. Abu
Daud).

Penghafal quran senantiasa akan menjadi imam dalam melaksanakan shalat


berjamaah. Sebab yang bisa menjadi imam shalat adalah mereka yang paling
banyak hafalannya. Seperti yang terdapat di dalam hadits.
Rasulullah Saw., bersabda: “Yang menjadi imam dalam sholat suatu kaum adalah
yang paling banyak hapalannya.” (HR. Muslim).
Serta bagi para penghafal quran akan mendapatkan beberapa keutamaan.

1. Allah akan memberikan kepada hafidz di akherat; mahkota kehormatan.


Sesuai dengan yang terdapat di dalah sebuah hadits, dari Abu Hurairah ra, ia
berkata, “Baginda bersabda, orang yang hafal Alquran kelak akan datang dan
Alquran akan berkata: “Wahai Tuhan, pakaikanlah dia dengan pakaian yang
baik lagi baru.”Maka orang tersebut diberi mahkota kehormatan. Alquran
berkata lagi: “Wahai Tuhan tambahkanlah pakaiannya.” Kemudian orang itu
diberi pakaian kehormatannya. Alquran berkata lagi: “Wahai Tuhan, ridhailah
dia.” Maka kepadanya dikatakan, “Baca dan naiklah.” Dan untuk setiap ayat,
ia diberi tambahan satu kebajikan.” (HR. At Tirmidzi).
2. Akan dikumpulan bersama malaikat yang mulia lagi taat. “Dan perumpamaan
orang yang membaca Quran sedangkan ia hafal ayat-ayatNya bersama para
malaikat yang mulia dan taat.” (Muttafaqun ‘alaih).
3. Para hafidz pun akan ditinggikan derajatnya saat berada disurga. Betapa
baiknya manfaat Al- Qur'an untuk para penghapalnya. Sesuai dengan sebuah
hadits yang bunyinya, dari Abdillah bin Amri bin ‘Ash dari nabi Saw. Beliau
bersabda, “Akan dikatakan kepada shahib quran, “Bacalah dan naiklah serta
tartilkan sebagaimana engkau mentartilkan Al Quran di dunia sesungguhnya
kedudukanmu di akhir ayat yang kau baca.” (HR Abu Daud dan At-Tirmidzi).
4. Para hafidz quran akan mendapatkan pertolongan (syafaat), hadits-nya, dari
Abi Umamah ra, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW berkata,
“Bacalah Quran, sesungguhnya ia akan menjadi pemberi syafaat pada hari
kiamat bagi para pembacanya (penghafal).” (HR. Muslim).
5. Taksaja bagi paa hafidz itu sendiri, orangtua para penghafal alquran pun akan
mendapatkan pertolongan. Dalam hadits disebutkan, dari Buraidah Al Aslami
ra, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah Saw. bersabda “Siapa yang
membaca Alquran, mempelajarinya dan mengamalkannya, maka dipakaikan
mahkota dari cahaya pada hari kiamat, cahayanya seperti cahaya matahari,
kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan), yang tidak pernah
didapatkan di dunia, keduanya bertanya: mengapa kami dipakaikan jubah ini?
Dijawab “Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk
mempelajari Alquran”. (HR. Al Hakim).
6. Menghafal Alquran berfaedah bagi setiap penghafal dalam urusan perniagaan
mereka. Dalam Alquran dijelaskan, “Sesungguhnya orang-orang yang selalu
membaca kitab Allah dan mendirikan sholat dan menafkahkan sebagian
rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan
terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan
merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala dan menambah
kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Mensyukuri.” (QS Faathir : 29-30).

Itulah penjelasan dalam quran dan hadits tentang 6 Janji Allah Swt. Bagi Para
Hafidz. para penjaga Al-Qur’an sebagaimana firman Allah:

“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan seseungguhnya Kami


benar-benar memeliharanya” [QS Al-Hijr: 9]
Mereka dan kita, sama-sama memiliki jumlah waktu 24 jam setiap harinya.
Pembedanya yakni sikap kecintaannya pada Al-Qur’an, sehingga mereka
optimalkan waktu dan potensi untuk mencapai cita-cita menjadi Hafidzul Qur’an.
Kunci keberhasilan mereka salah satunya terletak pada peran keluarga.bagi anak
anak Ayah dan ibu sebagai selayaknya orangtua menjadi pelopor keteladanan.
Mereka memiliki peranan besar menjadi motivator anak untuk menghafal Al-Qur’an.
Dukungan kedua orang tua lah yang menjadi pondasi terkuat mereka untuk tetap
bersemangat menghafal dan mewujudkan cita-cita menjadi Hafidzul Qur’an, bagian
dari generasi pewaris Qur’an yaitu orang-orang yang menjaga orisinalitas Qur’an.

Perlu perjuangan yang sungguh – sungguh untuk menghafal sebanyak 6236 ayat,
540 paragraf dalam 114 surah Al-Qur’an. Sehingga menjadi penghafal Al-Qur’an
masih menjadi hal yang berat bagi sebagian masyarakat. Namun, Allah Subhanahu
Wa Ta’ala telah menunjukkan pada kita sebaliknya, bahwa faktanya betapa banyak
anak-anak di dunia ini yang menorehkan prestasi gemilang sebagai penghafal Al-
Qur’an di usia belia. Sesuai dengan firman-Nya:

“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran, maka adakah
orang yang mengambil pelajaran?” [QS Al-Qamar: 17]

Empat kali ayat tersebut diulang pada surah Al-Qamar. Pengulangan ayat ini
merupakan penekanan akan janji Allah Subhanahu Wa Ta’ala bahwa Al-Qur’an telah
dimudahkan bagi hamba-Nya untuk dipelajari. Pilihannya adalah, maukah kita
mempelajarinya atau tidak.

Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala menambahkan ilmu dan semangat dalam diri
kita dan anak cucu kita untuk menjadi pribadi yang cerdas intelektual, peduli sosial,
dan penghafal Al-Quran. aamiin.

Keutamaan Menghafal Al Quran


Keutamaan menghafal al quran. KEUTAMAAN PENGHAFAL AL-QUR’AN
(HAFIDZ/AH)

Allah telah menjanjikan kelebihan & keutamaan kepada mereka yang menghafal al Quran,
antara lain :

1. MEREKA ADALAH KELUARGA ALLAH SWT.

Sabda Rasulullah s.a.w:


“Dari Anas ra. Ia berkata bahawa Rasulullah S.A.W bersabda, “Sesungguhnya Allah itu
mempunyai keluarga yang terdiri dari manusia.” Kemudian Anas bertanya: “Siapakah
mereka itu wahai Rasulullah. Baginda menjawab: “Iaitu ahli Quran (orang yang membaca
atau menghafal Al- Quran dan mengamalkan isinya).Mereka adalah keluarga Allah dan
orang-orang yang istimewa bagi Allah.
2. DI TEMPATKAN SYURGA YANG PALING TINGGI

Sabda rasulullah s.a.w:


“Dari Abdullah Bin Amr Bin Al Ash ra dari nabi s.a.w, baginda bersabda; Diakhirat nanti
para ahli Al Quran di perintahkan, “Bacalah dan naiklah kesyurga. Dan bacalah Al Quran
dengan tartil seperti engkau membacanya dengan tartil pada waktu di dunia. Tempat tinggal
mu di syurga berdasarkan ayat paling akhir yang engkau baca.”

3. AHLI AL QURAN ADALAH ORANG YANG ARIF DI SYURGA

Sabda rasulullah s.a.w “Dari Anas ra. Bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda; “Para
pembaca Al Quran itu adalah orang-orang yang arif di antara penghuni syurga,”

4. MENGHORMATI ORANG YANG MENGHAFAL AL QURAN SEPERTI


MENGAGUNGKAN ALLAH SWT.

Sabda rasulullah s..a.w “Dari Abu Musa Al Asya ari ra.ia berkata bahawasanya Rasulullah
s.a.w. bersabda: “Diantara perbuatan mengagungkan Allah adalah menghormati Orang Islam
yang sudah tua, menghormati orang yang menghafal Al-Quran yang tidak berlebih-lebihan
dalam mengamalkan isinya dan tidak membiarkan Al-Quran tidak di amalkan, serta
menghormati kepada penguasa yang adil.”

5. HATI PENGHAFAL AL-QURAN TIDAK DISIKSA

Sabda rasulullah s.a.w.


” Dari Abdullah Bin Mas ud ra. Dari nabi s.a.w. baginda bersabda: ” bacalah Al Quran kerana
Allah tidak akan menyiksa hati orang yang hafal al-quran.
Sesungguhanya Al -Quran ini adalah hidangan Allah, siapa yang memasukkanya ia akan
aman. Dan barangsiapa yang mencintai Al Quran maka hendaklah ia bergembira.”

6. MEREKA LEBIH BERHAK MENJADI IMAM DALAM SOLAT

Sabda rasulullah s.a.w. :


“Dari Ibnu Mas ud ra. Dari Rasulullah s.a.w. beliau bersabda; “yang menjadi imam dalam
solat suatu kaum hendaknya yang paling pandai membaca Al Quran.”

7. DISAYANGI RASULULLAH S.A.W

Sabda rasulullah s.a.w.:


“Dari Jabir Bin Abdullah ra. Bahawa nabi s.a.w menyatukan dua orang dari orang-orang yang
gugur dalam perang uhud dalam satu liang lahad.
Kemudian nabi s.a.w. bertanya, “dari mereka berdua siapakah paling banyak hafal Al
Quran?” apabila ada orang yang dapat menunjukkan kepada salah satunya, maka nabi s.a.w
memasukkan mayat itu terlebih dahulu ke liang lahad.”

8. DAPAT MEMBERIKAN SYAFAAT KEPADA KELUARGA

Sabda rasulullah s.a.w.:


“Dari Ali Bin Abi Thalib Karramallahu Wajhah ia berkata, “Barangsiapamembaca Al Quran
dan menghafalnya, maka Allah akan memasukkannya kedalam syurga dan memberikannya
hak syafaat untuk sepuluh anggota keluarganya di mana mereka semuanya telah di tetapkan
untuk masuk neraka.”

9. PENGHAFAL AL QURAN AKAN MEMAKAI MAHKOTA KEHORMATAN

Sabda rasulullah s.a.w.:


“Dari Abu Hurairah ra.dari nabi s.a.w. baginda bersabda: “orang yang hafal Al Quran nanti
pada hari kiamatnanti akan datang dan Al Quran akan berkata; “Wahai Tuhan ,pakaikanlah
dia dengan pakaian yang baik lagi baru.” Maka orang tersebut di berikan mahkota
kehormatan. Al Quran berkata lagi:
“Wahai Tuhan tambahlah pakaiannya.” Maka orang itu di beri pakaian kehormatannya. Al
Quran lalu berkata lagi, “Wahai Tuhan, redailah dia.” Maka kepadanya di katakan; “Bacalah
dan naiklah.” Dan untuk setiap ayat, ia di beri tambahan satu kebajikan.”

10. HAFAL AL QURAN MERUPAKAN BEKAL YANG PALING BAIK.


Sabda rasulullah s.a.w.:
“Dari jabir bin nufair, katanya rasulullah s.a.w. bersabda; “Sesungguhnya kamu tidak akan
kembali menghadap Allah dengan membawa sesuatu yang paling baik daripada sesuatu yang
berasal dari-Nya yaitu Al Quran.

11. ORANG TUA MEMPEROLEHI PAHALA KHUSUS JIKA ANAKNYA PENGHAFAL


AL QURAN.

Sabda rasulullah s.a.w.:


“Dari Buraidah Al Aslami ra, ia berkata bahawasanya ia mendengar Rasulullah s..a.w
bersabda: “Pada hari kiamat nanti, Al Quran akan menemui penghafalnya ketika penghafal
itu keluar dari kuburnya. Al Quran akan berwujud seseorang dan ia bertanya kepada
penghafalnya: “Apakah anda mengenalku?”.

Nasihat Bagi Hafidz dan Hafidzah Al-


Quran
Pertanyaan :
Perkara apakah yang pertama kali yang harus dilakukan orang yang ingin menghafal
Al Qur’an?

Jawaban :
Merupakan satu keharusan bagi seseorang yang beramal dengan suatu amalan
adalah menghikhlaskan amalan itu karena Allah subhanahu wa ta’aala berfirman :

“Padahal mereka tidak diperintah melainkan supaya beribadah kepada Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya mengikhlaskan amalan itu karena-Nya.” (Qs. Al
Bayinah : 5)
Kemudian bersungguh sungguh untuk meluruskan niat dan tujuannya, karena
amalan tanpa ikhlas tidak akan diterima disisi Allah.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:

“Sesungguhnya Allah Subhanhu Wa Ta'ala tidak akan menerima amalan kecuali


ikhlas dan mengharap Wajah Allah” (Diriwayatkan An Nasaa’i dan Al Hafidz Ibnu
Hajar berkata sanadnya bagus)

Menghafal kitabullah termasuk amalan dan ibadah yang paling tinggi dan paling
utama maka harus ikhlas karena wajah Allah dan mengharapkan negeri akhirat,
bukan karena ingin pujian manusia, pamer dan ingin terkenal. Sesungguhnya
barang siapa yang tidak ikhlas karena Allah maka dia berdosa dan berhak
mendapatkan hukuman, sebagaimana terdapat (dalam riwayat) tentang orang yang
pertama kali dinyalakan api neraka untuknya yaitu orang yang menghafal AlQur’an
agar dikatakan sebagai Qori’

Dalam hadits Qudsi yang diriwayatkan oleh Al Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:

‫م‬ ‫ ف‬, ‫ش‬ ‫ش‬ ‫غ‬ ‫ي‬ ‫غ‬ ‫ف‬ ‫ش‬


‫ش‬
“Allah Subhanhu Wa Ta'ala berfirman: Aku paling tidak butuh pada sekutu maka
barangsiapa mengerjakan amalan dalam keadaan menyekutukan-Ku dengan selain-
Ku, Aku tinggalkan dia dan sekutunya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dan hendaklah seorang muslim bersemangat untuk menjad ahli Al Qur’an. Mereka
itulah Ahlullah dan orang orang yang istimewa-Nya. Dan hendaklah mereka menjadi
sebaik-baik manusia, dimana Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam memuji
mereka sebagaimana dalam hadits yang shahih, beliau bersabda:

‫م‬ ‫م‬
“Sebaik baik kalian adalah orang yang mempelajari AlQur;a dan mengajarkanny.”
(HR Bukhari)

Pertanyaan :
Berapa lamakah seorang pelajar menghabiskan waktu untuk menghafal Kitabullah?

Jawaban :
Seorang pelajar dalam menghafal AlQur’an membutuhkan waktu yang berbeda
beda, sesuai dengan perbedaan kecerdasan dan kemampuan pelajar tersebut.
Pelajar yang cerdas mampu menghafal Al-Qur’an Al-Kariim selama tidak kurang 4
bulan dengan syarat pelajar tersebut memusatkan dan mencurahkan seluruh tenaga
dan waktunya untuk menghafal Kitabullah dengan sungguh sungguh.
Adapun untuk pelajar yang tingkat kecerdasannya sedang, membutuhkan waktu 1
tahun untuk menghafal Al Qur’an. Sedangkan pelajar yang lemah tingkat
kecerdasannya membutuhkan waktu sesuai tingkat kesungguhan dan
kemampuannya. Dan tidak ada batasan waktu tertentu.

Pertanyaan :
Apakah memahami makna dan kata kata merupakan syarat bagi orang yang
membaca Al Qur’an?

Jawaban:
Tidak diragukan lagi bahwa merenung dan memahami makna makna Al Qur’an
merupakan tingkatan yang paling tinggi dan hal inilah yang diinginkan dan dituntut.
Akan tetapi orang yang membaca Kitabullah (dengan) tidak mengetahui artinya
bukan berarti (kemudian) dia meninggalkan bacaan AlQur’an dan hafalannya. Maka
membaca Al Qur’an itu ibadah, terlepas dari tadabbur (merenungkan maknanya).
Allah Subhanhu Wa Ta'ala berfirman:

‫م‬ ‫م‬ ‫ف م‬
‫م‬ ‫م‬
“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika
Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang
membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan
mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum
(kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata” (Ali
Imran : 164)

Di dalam ayat ini diketahui bahwa berbeda antara membaca dan mempelajari
maknanya. Firman Allah“yang membacakan kepada mereka ayat ayat Allah” dan
Firman-Nya : “dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah.”
Sebagaimana yang telah ma’ruf bahwa bacaan satu huruf dari Kitabullah merupakan
satu kebaikan. Dan diantara huruf huruf ini adalah huruf huruf yang terpisah, yang
tidak ada seorang pun yang mengetahui maknanya menurut pendapat yang shahih.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda,
“Barang siapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur’an maka baginya kebaikan
sepuluh kali lipat, aku tidak mengatakan Alif Lam Mim satu huruf akan tetapi Alif satu
huruf, Lam satu huruf, Mim satu huruf.”(Shahih HR.Tirmidzi)

Dan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tidak memberi syarat kepada orang
yang membaca Al-Qur’an untuk memahami makna-makna dari huruf huruf (yang
dibaca) terlebih dahulu agar dirinya mendapatkan pahala. Hal tersebut diperjelas
dengan banyaknya orang orang Ajm (orang orang yang bukan arab) mereka tidak
mengetahui makna Al Qur’an Al Karim dan tidak mengetahui makna Al Fatihah,
bersamaan dengan itu tidak ada satupun dari kalangan ulama yang mengatakan
bahwa shalat mereka bathil (tidak sah) dengan sebab mereka tidak paham terhadap
makna Al Quran Al Karim. Sebagaimana tidak pantas bagi mereka menghafal kitab
Allah Subhanhu Wa Ta'ala.
Pertanyaan: Saya ingin menghafal Kitabullah, maka apa nashihat anda untuk
mewujudkannya?

Jawaban :
Kami nasihatkan kepada Anda secara umum dengan beberapa hal:

Mengikhlaskan niat karena Allah.


Dengan menghafal Qur’an, engkau mengharapkan Wajah Allah dan negeri
akhirat.
Engkau kuatkan kemauan yang sempurna untuk menyelesaikannya.
Engkau memilih seorang guru yang kuat hafalannya, teliti dan senantiasa
memantaumu dalam menghafal serta sekaligus senantiasa memberi semangat
kepadamu.
Engkau curahkan waktu pada setiap harinya untuk menghafalnya seperti waktu
Magrib atau Ashar dan jangan ada perkara lain yang menyibukkanmu.
Engkau senantiasa mengharapkan pahala dan balasan dari Allah dan hadirkanlah
dalam benakmu hadits nabi -shalallahu ‘alayhi wasallam-

‫م‬ ‫م‬
“Sebaik baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya.”
(HR Bukhari)

Pertanyaan :
Apakah mungkin bagi seorang pelajar yang lemah kecerdasannya untuk menghafal
Al Qur’an?

Jawaban :
Sebagian para pelajar ragu terhadap diri mereka sendiri bahwasanya mereka tidak
mampu menghafal Al Qur;an disebabkan karena persiapan kecerdasan mereka
yang lemah, atau sebagian para pelajar cerdas namun meninggalkan Al Qur’an dan
tidak menghafalnya, akan tetapi kita katakan:

Memungkinkan bagi pelajar yang lemah kecerdasannya untuk menghafal Al Qur’an


dengan cara membatasi diri dalam sehari sesuai dengan kemampuannya. Kemudian
muraja’ah (mengulang kembali) hafalan hari yang lalu dan mengikat hafalan yang
lalu dengan yang selanjutnya, maka dia menghafal Al Qur;an sesuai dengan kadar
kemampuannya.

Manakala pelajar tersebut memiliki kesungguhan yang besar, dia akan mendapatkan
pahala yang besar sesuai dengan tingkat kesungguh sungguhan dan ketekunan
mereka. Dan betapa banyak mereka yang lemah tingkat kecerdasannya hafal Kitab
Allah sementara mereka bukanlah orang orang yang cerdas.

Untuk mendapatkan manfaat bagi pelajar yang lemah kecerdasannya, orang yang
sudah tua umurnya dan pekerja yang sibuk, untuk memulai menghafal dari Juz
‘Amma (Juz 30) kemudia Juz Tabaarak (Juz 29), demikianlah, mereka memulai
hafalan yang paling mudahm dan dengan hal ini mereka membiasakan diri untuk
menghafal hingga sampai pada surat surat yang panjang.
Pertanyaan:
Sebagian pelajar, mereka menghafal AlQur’an dengan cepat dan sepat pula
lupanya, bagaimana solusi dari permasalahan ini?

Jawaban :
Seorang pelajar yang menghafal Al Qur’an dengan cepat dan cepat pula lupanya,
maka sungguh dia telah menghafal dengan hafalan yang jelek, oleh karena ini ia
cepat lupa dan hafalannya semata mata menyebutkan makna makna dan solusinya
adalah dengan memantabkan hafalan dan bersungguh sungguh padanya hingga
tidak lupa dengan cepat.

Adapun cara yang paling baik bagi para pelajar semacam ini adalah mereka
memperdengarkan kepada ustadz apa yang mereka hafal pada hari itu dan hari hari
yang lalu, demikianlah pada setiap hafalah hingga terikat dan terpatri hafalan yang
telah lalu dengan hafalan yang sesuai.

Pertanyaan:
Metode apakah yang bagus untuk menghafal hafalan yang baru?

Jawaban :
Wajib bagi pelajar untuk membacakan bagian yang akan dihafal tersebut di hadapan
ustadz dengan penuh perhatian dan bersamanya ada pena sehingga jika dia salah
dalam bacaan maka ia beri garis pada tempat-tempat kesalahan. Kemudian dia
mengingat-ingat kesalahannya tersebut ketika murajaah agar tidak terjatuh pada
kesalahan yang sama lagi pada waktu yang lain.

Wajib bagi pelajar untuk membagi pelajaran pada beberapa bagian sampai tiga ayat
tidak lebih dari batas, kemudia menguatkan bacaannya dengan penuh perhatian.
Maka apabilan dia telah menghafalnya diluar kepala, kemudian dia berpindah ke juz
atau bagian yang setelahnya. Demikian hingga selesai sesuai dengan kemampuan
yang dia tentukan untuk dihafal. Kemudian mengumpulkan dan menghafalnya
secara keseluruhan. Setelah itu dia membaca apa yang telah dihafal kepada pelajar
yang lain. Apabila dia mengetahui bahwa hafalannya telah baik, setelah itu ia
perdengarkan (setorkan) kepada syaikhnya atau ustadznya. Maka jika ustadz atau
syaikh terseebut mengakui (hafalannya telah bagus) barulah ia berpindah ke hafalan
yang baru. Dan hendaklah dia melakukan hal seperti itu terus sebagaimana hafalan-
hafalan sebelumnya.Demikian seharusnya seorang pelajar melakukan tingkatan-
tingkatan diatas dalam menghafal hingga hafalannya bagus. Maka tidak hilang
sedikitpun insyaallah.

Wallahu a'lam bish-shawab.

Sumber: http://dakwahsyariah.blogspot.com/2013/08/tanya-jawab-hafidz-dan-
hafidzah-al-quran.html#ixzz3lJ7ZZ9qP
KISAH KISAH NYATA PARA
PENGHAFAL QUR’AN
Seorang ibu yang berhasil mencetak keluarga Qur’any
Kisah ini disampaikan oleh seorang pengajar Al-Qur’an Al-Karim di salah satu
masjid di Makkah Al-Mukarramah. Ia berkata,”telah datang padaku seorang anak
yang ingin mendaftarkan diri dalam halaqah”. Maka aku bertanya
kepadanya,”Apakah engkau hafal sebagian dari Al-Qur’an?”. Ia berkata,”Ya”. Aku
berkata kepadanya, ”Bacakan dari juz ‘Amma!” Maka kemudian ia membacanya.
Aku bertanya lagi ,”apakah kamu hafal surat tabaarak (Al-Mulk)?” Ia menjawab,”Ya”.
Aku pun takjub dengan hafalannya di usia yang masih dini. Aku bertanya kepadanya
tentang surat An-Nahl. Ternyata ia hafal juga, maka semakin bertambah
kekagumanku atasnya.
Kemudian aku ingin mengujinya dengan surat-surat panjang, aku
bertanya,”Apakah engkau hafal surat Al-Baqarah. Ia menjawab,”Ya”. Dan ia
membaca surat tersebut tanpa salah sedikitpun. Kemudian aku berkata,”Wahai
anakku, apakah kamu hafal Al-Qur’an?” ia menjawab,”ya”. Subhanallah, dan apa
yang Allah kehendaki pasti akan terjadi!. Aku memintanya untuk datang esok hari
bersama dengan orang tuanya, sedangkan aku sungguh benar-benar takjub.
Bagaimana mungkin bapaknya melakukan hal tersebut?!

Suatu kejutan besar ketika bapak anak tersebut hadir. Aku melihat penampilannya
tidak menunjukkan orang yang komitmen kepada As-Sunnah. Segera ia berkata
kepadaku,”Saya tahu anda heran kalau saya adalah ayahnya, tapi saya akan
menghilangkan rasa keheranan Anda. Sesungguhnya dibelakang anak ini ada
seorang wanita yang setara dengan seribu laki-laki. Aku beritahukan kepada Anda,
bahwa aku dirumah memiliki tiga anak yang semuanya hafal Al-Qur’an. Dan anakku
yang paling kecil, gadis berusia 4 tahun, sudah hafal juz ‘amma”. Aku kaget dan
bertanya,”Bagaimana bisa seperti itu?!” Ia mengatakan bahwa ibu mereka ketika
mereka mulai bisa berbicara pada usia bayi, maka ia memulainya dengan
menghafalkan Al-Qur’an dan memotivasi mereka untuk itu. Siapa yang menghafal
pertama kali, maka dialah yang berhak memilih menu untuk makan malam hari itu.
Siapa yang melakukan muraja’ah (setor hafalan) pertama kali, dialah yang berhak
memilih kemana kami akan pergi mengisi liburan mingguan. Dan siapa yang
mengkhatamkan pertama kali, maka dialah yang berhak menentukan kemana kami
harus mengisi liburan.
Seperti inilah istriku menciptakan suasana kompetisi (persaingan) dalam
menghafal dan melakukan muraja’ah. Ketika merenungkan dan memikirkan kisah
yang penuh pelajaran ini, kami mendapati bahwa seorang wanita shalihah yang
senantiasa memperhatikan kebaikan rumah tangganya, maka dialah wanita yang
Nabi SAW. Berwasiat pada kaum laki-laki untuk memilih sebagai pasangan hidup.
Meninggalkan orientasi harta, kecantikan dan kedudukan.
Maka benarlah ketika Rasulullah SAW. bersabda, “seorang wanita dinikahi
karena empat hal, karena hartanya, kedudukannya, kecantikannya dan agamanya.
Maka carilah agamanya niscaya kamu beruntung.” (HR. Bukhari).
Nabi SAW. bersabda, “Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah
wanita shalihah” (HR. Muslim)
Selamat atasnya ibu anak tersebut) yang telah menjamin masa depan anak-anaknya
dengan menjadikan Al-Qur’an sebagai pemberi syafa’at kepada mereka kelak di hari
kiamat.
Nabi SAW. bersabda,”Akan dikatakan kepada orang yang hafal Al-Qur’an
pada hari kiamat, bacalah dengan tartil sebagaimana engkau membacanya dalam
kehidupan dunia, karena sesungguhnya tempat kembalimu dalam kehidupan akhir
adalah sesuai dengan ayat yang dahulu engkau baca” (HR. Ibnu Hibban).
Tentunya risalah ini juga untuk para bapak. Bayangkan wahai para bapak,
jika anda menjadikan anak anda hafal Al-Qur’an. Setiap kali ia membaca satu huruf,
anda akan mendapatkan pahala setiap huruf yang ia baca dari Al-Qur’an dalam
hidupnya. Maka jadilah anda dengan menjaga anak anda untuk menghafalnya
dengan pertolongan dari Allah subhanahu wata’ala.
(azzahyfamily.wordpress.com)

Obat bius tidak berfungsi bagi penghafal Al-Qur’an


Kisah ini disampaikan oleh Ustadz Bachtiar Nasir dalam sebuah kajian tafsir
yang membahas tentang surat Al-Baqarah ayat 120-121. Beliau bercerita tentang
kisah nyata seorang kakek tua penghafal Al-Qur’an yang membuat jama’ah
berdecak kagum.
Dalam suatu waktu, ada seorang kakek tua yang hendak dioperasi karena
mengalami sakit, dokter menyarankan untuk segera dioperasi demi menyembuhkan
penyakitnya. Di luar dugaan, kakek tersebut terisak dalam tangis yang mendalam,
dokter pun coba menguatkan dan meyakinkan sang kakek agar kakek tersebut tidak
perlu khawatir karena penyakit yang dialaminya akan sembuh atas izin Allah dan
tidak perlu khawatir terhadap pelaksanaan operasi karena dokter tersebut sudah
berpengalaman untuk operasi penyakit tersebut dan besar sekali kemungkinan
keberhasilannya.
Lalu kakek tersebut membalas perkataan dokter tersebut, “Dok, bukan itu
yang saya khawatirkan, insya Allah saya siap dan tak takut untuk menjalani proses
operasinya. Saya menangis karena saya sedih, akan banyak waktu yang terbuang
saat operasi nanti pastinya, sedangkan saya memiliki kebiasaan untuk muraja’ah
hafalan Al-Qur’an saya 12 juz tiap harinya, saya khawatir tidak dapat menyelesaikan
hafalan saya di hari ini karena operasi ini, sebab itulah saya menangis…”
Lalu kakek tersebut melanjutkan dengan pertanyaan “Dok, seberapa lama
saya akan dioperasi?” “Insya Allah hanya 4 jam kek” jawab dokter. “Kalau begitu,
berikan saya waktu di satu jam pertama untuk muraja’ah hafalan saya, lalu
lanjutkanlah tindakan operasi setelahnya” jawab kakek memberikan solusinya.
Dokter pun menyetujuinya. Pada satu jam pertama dokter memberikan waktu untuk
kakek muraja’ah hafalannya di ruang operasi, setelah waktu berjalan satu jam,
dokter dan timnya melakukan tindakan medis, dibiuslah kakek tersebut dan
melaksanakan tindakan operasi. Operasi tersebut berjalan lancar, tidak ada kendala
yang berarti. Allah menolong keduanya.
Setelah kakek tersebut tersadar, dokter yang mengoperasinya tersebut
berkata: “Kek, baru kali ini saya mengalami kejadian yang luar biasa ketika
mengoperasi pasien. Setelah satu jam kakek muraja’ah hafalannya, kami pun
membius kakek, saya yakin sudah tepat dosis bius kepada kakek, saya yakin dosis
tersebut akan membuat kakek tak sadarkan diri. Tapi masya Allah, sepanjang
operasi kakek tak berhenti sedikitpun membaca Al-Qur’an, seolah obat bius yang
kami suntikan tak ada pengaruhnya dan rasa sakit saat operasi tak dirasakan”
Subhanallah… hikmah yang luar biasa yang dapat kita ambil dari kisah
tersebut. Bagaimana dengan kita? Sudahkah ada kenikmatan dan kekhusyu’an
ketika kita membaca Al-Qur’an?. Berapa banyak juz yang kita baca tiap harinya?.
Berapa banyak ayat Al-Qur’an yang kita hafal tiap harinya? Berapa banyak ayat Al-
Qur’an yang kita murajaah tiap harinya dan berapa banyak ayat Al-Qur’an yang kita
amalkan tiap harinya???
Sungguh, masih amat sedikit amalan-amalan kita. Orang bijak mengatakan:
“Janganlah takut dengan rezekimu pada hari ini, karena Allah sudah menjamin
rezeki bagi orang yang hidup. Khawatir dan takutlah dengan kualitas dan kuantitas
amalmu, apakah dapat mengantarkanmu ke surga? Karena tidak ada jaminan dari
Allah bahwa kita akan masuk ke dalam Surga-Nya”.
(www.dakwatuna.com)

Wawancara ekslusif : Musa, Umur 5,5 tahun hafal 29 juz


Penanya : “Musa main gak?”
Abu Musa : “Musa seperti anak lainnya, dia tertawa, dia menangis, dia bermain, dia
mau, dia juga tidak mau. Musa sehari2 sibuk dengan hafalannya (bangun stengah
tiga pagi, muraja’ah 8 jam per hari). Dirumah kami fasilitasi bermainnya, sepeda,
mobil-mobilan, dll. Abah, ummi, adik berinteraksi sangat dekat dengan Musa.
Sehingga Musa nyaman di rumahnya. Cukup baginya bermain bersama kami. Kalau
dia main keluar pun, dia tidak ingin main yang jauh2. Paling dia main pasir di teras,
sepedaan di halaman. Kalau ada teman yang jelek, kami buru2 jauhkan dari musa”
(Wawancara Abu Musa di Rodja TV).

Moderator : “Video apa yang Musa suka?”


(Disaat anak2 lain menjawab lantang, ‘ipin-upin, spiderman, timmy time, harry potter.
Apa jawaban Musa?).
Musa : “Video Muhammad Thoha, ceramah Syaikh Bin Baaz, Syaikh
Utsaimin, dan Ustadz Yazid”
Abu Musa : “Musa terbiasa melihat video masayikh, murattal, dan ceramah2 di
TV sunnah. Kami menyanjung-nyanjung mereka, mereka itu orang hebat bang
Musa, faqih, dst. Sehingga Musa termotivasi dan mengidolakan mereka”.

Pesan dari Abu Musa Ayah dari penghafal Al-Qur’an usia sekitar 5,5 tahun.
Dialog melalui WA dengan Abu Musa di Jeddah Saudi Arabia
Admin Assunnah:
“Akhi bisa kasih pesan khusus untuk anak2 agar rajin menghafal Al-Qur’an karena
akan saya sebarkan di BBM, fb dll, singkat saja abu”.
La Ode Abu Hanafi (Abu Musa)(menulis) :
“Cari istri sholehah, istiqomah dan sabar yang luar biasa, tegakkan Amar Ma’ruf dan
Nahi Mungkar kepada anak meskipun masih kecil, jauhkan dari musik dan tontonan
yang merusak, tanamkan aqidah dan tauhid kepada anak, tanamkan siapa Ahlu
Sholah dan siapa Ahlu Maksiat. Orang tua harus menjadi contoh anak. Orang tua
ketika Amar Ma’ruf dan Nahi Mungkar harus ada rasa tega diri mereka kepada anak-
anak. Contohnya ketika memerintahkan belajar…banyak orang tua yang tidak tega.
Selain yang di atas, harta kita keluarkan unttuk anak belajar”.
Admin Assunnah:
“Barakallahu fiik jazakallah khoyron”. Masih ada lagi akhi ?
La Ode Abu Hanafi (Abu Musa):
“Tentukan jadwal anak seketat mungkin, kapan belajar, makan, mandi, bermain. Dan
orang tua harus istiqomah dan jangan di remehkan dan di langgar. Tidak usah
pedulikan perkataan orang. Emas tidak akan jadi mulianya dan berharga kecuali
setelah penempaan yang luar biasa. Kelembutan dan ketegasan ( keras terkadang
juga sangat bermanfaat) harus senantiasa ada”.
Admin Assunnah:
“Barakallahu fiik masyaa Allah jazakallah khoyron. Semoga bermanfaat untuk
saudara kita yg lainnya”. (4 Ramadhan 1435/ 2 Juli 2014).
Semoga dialog ini bermanfaat untuk kita semua.
(4 Ramadhan 1435/ 2 Juli 2014.abangdani.wordpress.com)

Sabtu, 12 Maret 2011


Mengenal Sosok Penghafal Quran Cilik di Negeri Sakura

Posted by Ahmad Khan on 3/12/2011 05.42.00 PM


Islamedia - Banyak kisah-kisah
insppiratif yang makin meningkatkan kecintaan saya pada Allah semata. Entah,
mungkin rasanya di negeri minoritas musllim yang serba sulit, sulit mencari makanan
halal, sulit mencari jilbab, sulit mencari buku-buku Islam, dan lain sebagainya. Akan
tetapi, semua kesullitan tersebut, tidak membuat kami para muslim menjadi tidak
semangat dalam menuntut ilmu. Meskipun jarak dari rumah ke masjid sangat jauh,
harus ditempuh puluhan kilometer dengan turun naik kereta atau bus bukanlah
penghalang buat mereka yang haus akan ilmu.

Kali ini, saya akan bercerita tentang sebuah kisah yang paling menggugah hati saya,
bahkan dalam hidup saya.

Anak kecil itu masih polos, masih berumur 10 tahun 10 bulan. Dia disalami banyak
orang di Masjid Otsuka, kemarin sore. Anak kecil ini adalah Alayen, seorang anak
yang sudah mampu menghafal seluruh isi Quran, dengan bacaan Mumtaaz.
Memang anak ini bukan keturunan Jepang, melainkan keturunan Pakistan. Tapi,
hampir semua orang Pakistan yang ada di Jepang tinggal selamanya di Jepang
untuk berdakwah dan berbisnis.

Minggu itu adalah sebuah momentum bagi seluruh muslilm di Jepang. Momentum
untuk meningkatkan kecintaan kita pada Quran. Alayen membuka mata banyak
muslim agar mengikuti jejaknya untuk menghafal Quran. Kemarin sore pula, dia
diberi gelar Al-Hafidz oleh Holy Quran Memorization International Organization,
Saudi Arabia. Pemerintah Saudi Arabia datang langsung ke tempat kami untuk
memberikan gelar tersebut kepada Alayen. Bahkan, Pemerintah Saudi Arabia pun
memberikan beasiswa kepada Alayen "Full Scholarship" sampai kuliah.

Alhamdulillah, panitia memberikan kesempatan kepada orang tua dan guru hafidz
Alayen untuk berbagi pengalamannya. Inilah sepenggal cerita dari Ayah Alayen
yang membuat saya sadar akan pentingnya Quran
Memang kita hidup di negeri yang bukan non Muslim, tapi saya ingin
mempertahankan agar anak-anak saya tetap mendapat pendidikan Islam. Saya
tidak memasukkan anak-anak saya ke nihon no gakko (Sekolah Jepang). Saya
biarkan anak saya hanya belajar di Masjid dan menghafal Quran, karena saya ingin
dia benar-benar fokus menghafal Quran dan tidak memiliki pikiran lain selain
menghafal Quran. Lalu orang-orang di sekitarku bertanya "kenapa tidak dimasukkan
saja ke sekolah Jepang sambil menghafal Quran, jadi dia nanti bisa pintar
keduanya?". Saya yakin pada Allah, bahwa ketika seseorang sudah bisa menghafal
Quran, maka dia akan mampu menguasai semua bidang. Lalu Ayah Alayen berkata
dengan bangga, "Sekarang anak saya bisa melanjutkan sekolah langsung naik kelas
5 SD melalui test di sekolah, dan kini dia bisa berbahasa 4 bahasa dengan baik,
Inggris, Jepang, Arab, dan pastinya bahasa Urdu."

Sekarang mata saya terbuka, sebelum belajar apapun, manusia itu harus belajar
Quran. Dan yakinlah, orang-orang yang mempelajari dan mengajar Quran akan
mendapat derajat yang lebih tinggi. Semoga, kita juga bisa menjadi penghafal
Quran.

Penulis
Nurul Septiani, SKM
Kontributor Islamedia Dakwah Mancanegara
Sumber: http://www.islamedia.web.id/2011/02/mengenal-sosok-penghafal-quran-
cilik-di.html

Kisah Nyata: Ketegaran Bara’ah, Gadis Cilik Penghafal


Al-Qur’an & Pengidap Kanker

Bara’ah Abu Lail saat masih balita

Al Qur’an Telah Membuatnya Seteguh Karang Menghadapi Ujian yang Datang Bertubi-tubi

Berikut ini adalah kisah Bara’ah Abu Lail, gadis kecil yang menderita kanker ganas stadium
akhir dan menjadi yatim piatu hanya dalam lima hari.
Bara’ah Abu Lail, hafal Al-Qur’an pada usia 10 tahun. Namun Allah lebih Menghendakinya
bahagia di jannah-Nya. Anak kecil ini divonis terkena kanker ganas. Setelah ibunya lebih
dulu meninggal dunia karena penyakit yang sama.

Saat ibunya mengetahui umurnya tidak lagi panjang, sang ibu berkata kepada anaknya yang
tidak tahu apa yang akan terjadi pada dirinya :

“Anakku…. aku sebentar lagi, ibu akan mendahului kamu menuju jannah Allah. Dan ibu
ingin engkau setiap hari membacakan Al Qur’an yang telah engkau hafalkan di telinga ibu.
Kelak, Al Qur’an itulah yang akan menjagamu di dunia (sepeninggal ibu)

Demikianlah setiap sore gadis kecil ini membacakan Al Qur’an di telinga ibu yang terbaring
lemah di rumah sakit.

Suatu hari ayah Bara’ah mendapat berita sangat penting dari rumah sakit bahwa kondisi
istrinya kritis. Maka tanpa pikir panjang ia bergegas mengajak Bara’ah menuju rumah sakit.

Sesampai di rumah sakit, sang ayah tidak ingin anaknya ikut bersamanya melihat apa yang
terjadi dengan ibunya. Ia khawatir gadis kecil itu shock jika mendengar kabar kondisi
terburuk yang terjadi pada ibunya. Rupanya sang istri benar-benar sedang kritis.

Dalam kondisi sangat berduka ayah Bara’ah bergegas menuju mobilnya untuk
memberitahukan kondisi ibunya, namun Allah berkehendak lain. Karena guncangan jiwa
akibat musibah yang diterimanya, ia tidak fokus saat menyeberang jalan.

Qaddarullah, sebuah mobil menabraknya. Laki-laki itu pun meninggal seketika di hadapan
putri tercintanya. Bara’ah menangis tersedu-sedu sambil memangku jasad ayahnya tercinta
yang sudah tak bernyawa lagi.

Belum selesai musibah yang harus dihadapi gadis kecil ini, lima hari berselang dari wafatnya
sanga ayah, ibunya tercinta pun menyusul dipanggil Allah menghadap-Nya. Tinggallah
Bara’ah sebatang kara di negeri orang. Kedua orangtua Bara’ah adalah warga negara Mesir
yang bekerja sebagai tenaga medis di Arab Saudi.

Bara’ah Abu Lail setelah hafal Al-Qur’an, lalu ditinggal meninggal dunia oleh ayah dan
ibunya, kemudian menjadi yatim-piatu, dan tak lama setelah menjadi yatim-piatu, ia pun
akhirnya meninggal karena penyakit kanker.
Tidak berselang lama, tanpa sebab tanpa gejala apapun sebelumnya, gadis kecil ini
merasakan kesakitan yang luar biasa sebagaimana dialami oleh ibunya. Setelah diperiksa oleh
dokter, ternyata ia pun mengidap penyakit kanker stadium akhir seperti yang dialami oleh
ibunya.

Namun dengarlah apa yang diucapkan gadis kecil ini ketika ia tahu apa yang dialaminya :

“alhamdulillah …. sebentar lagi aku akan menyusul papa dan mama….!!!”

Seluruh yang mendengar ucapan gadis kecil itu terkejut bukan kepalang. Ujian dan musibah
yang bertubi-tubi menimpa anak sekecil itu tetapi tidak sedikit pun membuatnya putus asa
atau gundah gulana. Ia bahkan begitu sabar menghadapi beratnya cobaan hidup yang
dihadapinya.

Subhaanallaah… Al-Qur’an membuatnya seteguh karang menghadapi ujian yang bertubi-


tubi datang. Seorang dermawan Saudi Arabia lalu membiayainya untuk berobat ke Inggris.

Berikut adalah video suara terakhir dari Bara’ah, sesaat sebelum Allah memanggilnya
kembali menghadap-Nya, di Jannah-Nya, Insya Allah. (oleh: Ustadz Fuad Al Hazimi, via:
voa-Islam)

http://youtu.be/eSrV4d6Pq1M

Kami hidup hanya untuk mati. Semua manusia begitu, tapi sedikit yang mau mengakuinya.
Kami tak takut mati, karena mati itu keniscayaan. Tiada beda mati kini atau nanti. Yang
menjadikannya beda hanyalah caranya. Kami adalah kaum yang akan maju berdesak-
desakan ketika pintu menuju syahid terbuka.
(IslamIsLogic.wordpress.com – “guide us to the straigh path” , QS 1:6)

IslamIsLogic.wordpress.com
fb.com/IslamIsLogic

Seorang bocah meng-Islamkan ribuan orang


Sebuah buku “Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang” ini mengisahkan
tentang anak bernama Syarifuddin Khalifah yang terlahir dari keluarga Kristen
Khatolik ternyata mampu menghafal Al-Qur’an di usia 1,5 tahun. Allah SWT.
memperlihatkan keajaiban bocah Arusha, kota kecil di utara Tanzania, Afrika.
Dikisahkan, penduduk di Arusha yang hanya berjumlah 1.2 juta orang,
dimana mayoritas penduduk beragama Kristen, baik Kristen Anglikan dan Kristen
Katolik, lahir anak yang di usia 4 bulan sudah mampu membaca ayat suci Al-Qur’an.
Anak pasangan Francis dan Domisia ini pun semakin membuat kehebohan ketika di
usianya yang masih beberapa hari, menolak untuk dibaptis di Kingori Baptis Church.
“Mama usinibibaptize, naamini kwa Allah na jumba wake Muhammad saw!”
Begitulah Syarifuddin kecil mengucapkan pada kedua orangtuanya dalam bahasa
Arusha. “Ibu, tolong jangan baptis saya, saya adalah orang yang beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya Muhammad SAW.” Jauh setelah acara pembaptisan yang
gagal, Allah SWT. makin memperlihatkan kebenaran ajaran-Nya dengan
memperlihatkan kemampuan Syarifuddin menghafal Al-Qur’an maupun shalat lima
waktu tanpa ada yang mengajarkan maupun mencontohkan.
Melihat keajaiban demi keajaiban, Francis dan Domisa akhirnya
mengucapkan dua kalimat syahadat. Mereka resmi masuk Islam dengan disaksikan
oleh Ustaz Ismael. Penduduk yang sebelumnya mayoritas beragama Kristen pun
mulai percaya kebenaran dari Allah SWT. dan mereka ramai-ramai masuk Islam.
Tak heran, kini ribuan orang telah diislamkan oleh Syarifuddin.
Suatu ketika Syarifuddin yang sudah digelari Syekh ini datang ke Ethiopia.
Ribuan orang hadir di stadion Ethiopia. Tak cuma kaum muslimin, justru yang hadir
mayoritas umat Kristiani. Harap maklum, anak yang terlahir dari keluarga non
muslim memiliki magnet yang begitu kuat di kalangan Kristiani. Mereka yang tidak
percaya maupun setengah percaya ingin melihat langsung sosok Syarifuddin.
Bahkan, mereka yang tidak percaya sempat mengatakan pada Syekh, “Are
you Jesus?” Kemudian dengan tenang Syakh Syarifuddin menjawab, “No…I’m not
Jesus, I’m created by God. The same God who created Jesus.”. Di stadion Ethiopia
itu pula, bocah ini membimbing umat Kristiani untuk mengucapkan dua kalimat
syahadat. Subhanallah!
(sosok.kompasiana.com)

TNI-AL Hafal Al-Qur’an


Di Indonesia, tidak banyak anggota TNI-AL yang mampu menghafal Al-
Qur’an 30 juz dan berprestasi dengan kemampuannya itu. Salah satu yang tak
banyak itu adalah Letda Laut (P) Makarim Umar. Lajang 28 tahun itu adalah juara di
ajang Musabaqoh Hifdzil Quran yang biasa diselenggarakan Dinas Perawatan
Personel Angkatan Laut (Diswatpersal). Makarim menjadi pemenang untuk kategori
hafalan 30 juz.
Prestasi tersebut menambah deretan penghargaan yang diterima Makarim.
Dia juga pernah mewakili Indonesia untuk mengikuti kompetisi MHQ internasional di
Arab Saudi. “Di Arab Saudi, saya hanya dapat penghargaan peringkat delapan”,
ujarnya. Ketika di Arab Saudi itu Makarim mewakili Indonesia bersama tiga prajurit
lain. Meski kompetisi tersebut terbatas untuk para tentara, tetap saja bagi Makarim
sangat membanggakan. “Saingannya prajurit muslim negara lain”, kenangnya.
Bagi Makarim, menjadi seorang hafidz dan tentara adalah sesuatu yang
kadang kurang bisa dikompromikan. Maklum, sejak memutuskan bergabung menjadi
prajurit penjaga laut pada 2009, kemanapuan menghafalnya sering berkurang.
Padatnya aktivitas di awal karir harus membuatnya rela kehilangan hafalan
beberapa surat Al-Qur’an. Dia mengatakan, sejak masuk militer, tanggungannya
semakin berat. Sebab, dia berkewajiban menjalankan tugas sebagai prajurit juga.
Karena itu, untuk mau menambah hafalan, dia harus memikirkannya baik-baik. “Di
militer memang lebih lupa. Menjaga saja berat, mau nambah jadi pikir-pikir”,
imbuhnya.
Dia menggambarkan, awal masuk militer sebenarnya dia sudah menghafal 20
juz. Namun, saat itu yang bisa dikatakan benar-benar lancar hanya 10 juz. Nah,
sibuk latihan dan hidup yang serba teratur membuat hafalannya naik turun.
Beberapa ayat yang dulu samar-samar hafal malah hilang sepenuhnya. Meski
demikian, semua itu dia jadikan tantangan. Tekadnya, jangan sampai hafalan itu
semakin hilang. Meski kesibukan kadang membuat istiqamahnya naik turun, dia
tetap ingin bisa menghafal Al-Qur’an. Mau tidak mau, setiap hari dia harus
menyempatkan untuk membaca kitab suci itu.
Setiap ada waktu luang, dia mencoba membaca Al-Qur’an. Malam adalah
waktu yang kerap dia pilih untuk membaca. Sedikitnya, dalam sehari pria asli
Purworejo, Jawa Tengah, itu harus bisa membaca lagi hafalannya satu juz. Namun,
sebenarnya itu tidak cukup karena idealnya satu hari adalah lima juz.
“Karena situasinya begini, bisa satu juz sudah alhamdulillah”, katanya.
Kegigihannya untuk bisa membagi waktu tersebut berbuah manis. Hafalan
yang kedodoran di awal masuk militer, akhirnya terus-menerus bisa diperbaiki.
Akhirnya, Makarim berhasil memenangi juara MHQ untuk kategori 30 juz. “Meski
sulit, beban moral untuk menjaga hafalan itu ada. Termasuk beban menambah”,
terangnya.
Menjadi hafidz juga berdampak pada kehidupan sehari-hari. Secara otomatis
dia harus menjaga sikapnya. Jangan sampai predikatnya sebagai penghafal Al-
Qur’an rusak karena perilakunya yang kurang terpuji. Yang paling sulit adalah
menjaga agar shalatnya tetap lima kali dan tepat waktu. Tidak peduli padatnya
aktivitas ataupun kegiatan latihan, Makarim berupaya bisa shalat tepat waktu.
“Beruntung, sejauh ini kegiatan militer tidak pernah membuatnya meninggalkan
shalat fardu. Soal ketepatan waktu, shalat Makarim juga tidak perlu diragukan.
“Selama ini masih bisa tepat waktu”, tuturnya.
Makarim menceritakan, kemampuannya menghafal Al-Qur’an muncul sejak kuliah di
Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an An-Nur Jogjakarta. Tepatnya, saat semester IV mulai
berjalan dan diawali dengan menghafal surat Al-Baqarah. ’’Lulus kuliah sebenarnya
sudah hafal 20 juz. Tetapi, yang benar-benar lancar sekitar 10 juz,’’ jelasnya.
(www.birayang-hafal-quran.)
Bagaimana dengan kita, sesibuk apakah kita sehingga menghambat hafalan?.
Semoga kisah ini menjadi solusinya. Amin...

Lamaran Ditolak, Nekat Menghafal Al-Quran


Daud Dzal Aidi, begitulah nama lengkap pemuda tersebut. Daud adalah
seorang pemuda yang polos, bisa dikatakan belum banyak terinfeksi pergaulan
bebas anak muda zaman sekarang. Daud pun tidak terbiasa bergaul dengan lawan
jenis terlalu jauh, hanya sekadar muamalah biasa.
Namun ternyata Daud memendam perasaan terhadap seorang wanita yang
pernah ditemuinya sekilas dalam acara seminar remaja Islam di Jakarta, Fatimah
namanya, kebetulan Daud menjadi panitianya dan Fatimah yang membaca ayat-
ayat suci Al-Quran. Daud terkesan dengan suara indah dan lengkingan ayat-ayat
yang dibacakan oleh Fatimah seakan sudah menguasai betul nagham dalam ilmu
tilawah, mulai dari bayati, shoba, hijaz dan sebagainya.
Singkat cerita tiga, bulan kemudian, Daud rupanya sudah ada niat ingin
melamar Fatimah, sinyal cinta itu timbul begitu saja, percakapan seperlunya pun
hanya melalui pesan singkat sms. “Fatimah, saya mau silaturahim ke rumah orang
tua kamu, boleh saya minta alamat lengkapnya, maaf jika kurang berkenan,” setelah
berpikir panjang dengan kata-katanya akhirnya sms itu terkirim juga. “Iya kak,
silakan datang saja, rumah orang tua saya yang bercat putih percis di dekat gerai
batik, atau tanya saja di mana rumah Bapak Ahmad Mubarak, insya Allah semua
tahu.” Balas Fatimah dengan perasaan penuh harap dan cemas.
Setelah mencari sana-sini bersama kawan akrabnya, Amir, Daud pun
akhirnya sampai juga di kediaman orang tua Fatimah di bilangan Jakarta. Dengan
sedikit perasaan tegang karena pengalaman pertama menghadap orang tua calon
belahan jiwa yang ingin dilamar, sebagai sahabat Amir pun langsung menyejukkan
suasana agar Daud tetap tenang dan santai. Lalu, masuklah mereka setelah
diizinkan oleh tuan rumahnya, kemudian bersalaman kepada bapak dan ibunya
Fatimah, obrolan pun dimulai dan inilah yang terkenang. “Fatimah sudah banyak
cerita tentang kamu, ayah pun paham kondisi kejiwaannya ketika dia menyukai
sesuatu yang diinginkan, dan ngambeknya dia ketika keinginannya tidak tercapai,
tapi dia lebih dewasa dari kakaknya, Aisyah.” Ujar ayah Fatimah dengan penuh
wibawa menjelaskan tentang tabi’at dan sedikit kepribadian anak perempuannya itu.
“Iya pak, maksud kedatangan saya pun ke sini untuk silaturahim dan juga ada niat
ingin mengkhitbah Fatimah putri bapak, itu pun jika belum ada yang taqdim
(mengajukan lamaran), mohon maaf bila kurang berkenan dan terkesan kurang
sopan, jika diterima saya akan langsung bicara ke orang tua saya di kampung untuk
mengadakan proses khitbah secara resmi,”
Daud pun menjelaskan maksud kedatangannya hendak melamar Fatimah.
Meski agak sedikit gugup, namun Daud akhirnya merasa plong. “Maaf ya Daud, ibu
bukannya tidak percaya sama kamu, ibu cuma khawatir bagaimana nanti kehidupan
rumah tangga anak ibu jika kamu sendiri belum memiliki pekerjaan tetap.
Sebenarnya ibu pun sudah punya calon untuk Fatimah, putranya kawan ibu yang
kebetulan masih satu kantor sama bapak, dia sudah siap segalanya.” Sang ibu
langsung memotong pembicaraan karena sudah tahu di mana keluarga Daud
tinggal, yaitu di kampung pedesaan.
Daud paham dan sadar bahwa dirinya bukanlah anak orang berada,
sebenarnya. Daud pun tidak mengetahui sebelumnya kalau ternyata Fatimah anak
seorang pejabat yang disegani. “Iya bu, saya paham kondisi saya sekarang, tapi
saya tetap berusaha memiliki pekerjaan yang halal dan baik, tentunya saya pun
merasa nyaman dengan pekerjaan itu, tidak gelisah. Saya berterima kasih kepada
ibu dan bapak karena sudah menerima saya untuk bersilaturahim, saya mohon maaf
jika kehadiran saya mengganggu waktu ibu dan bapak.”
Daud pun pamit kepada kedua orang tua Fatimah, sebelum meninggalkan
rumah, ayahnya Fatimah menghampiri Daud di pintu gerbang rumahnya, beliau
berkata kepada Daud, “Nak, ayah sangat bangga kepadamu atas keberanian kamu
hendak melamar Fatimah, ayah sebenarnya setuju saja jika kamu nantinya menjadi
imam buat Fatimah, rasanya baru kemarin ayah mengasuh dan mendidiknya,
ternyata Fatimah sekarang sudah dewasa. Maaf ya nak, ayah tidak tahu kalau
ternyata ibu sudah mempunyai calon suami buat Fatimah. Kamu harus menjadi
lelaki yang kuat, tetap berikhtiar, dan tentunya harus menyertakan Allah dalam
setiap keputusanmu, ayah doakan kamu mendapatkan calon istri yang terbaik.”
Nasihat ayah Fatimah yang cukup bijak. “Terima kasih pak, semoga putri bapak juga
mendapatkan calon suami yang bisa membimbing Fatimah dalam mahligai
pernikahan yang diridhai Allah SWT.”
Daud pun mencium tangan ayah Fatimah sebagai rasa takzdim kepadanya
dan langsung berpamitan. “Kak, maafkan Fatimah dan kedua orang tua Fatimah jika
silaturahim kakak jadi kurang berkesan, Fatimah tidak tahu jika ibu ingin
menjodohkan Fatimah dengan orang lain. Fatimah akan bicara ke ibu kalau Fatimah
tidak mau dijodohkan. Kak, besok Fatimah mau kembali ke KL, melanjutkan kuliah.
Doakan Fatimah.” Fatimah langsung mengirimkan sms ke Daud, ia merasa sangat
khawatir jika Daud kecewa. “Tidak ada yang perlu dimaafkan dan tidak ada yang
salah, justru saya yang mohon maaf. Ikuti saja nasihat ibu, beliau tahu mana yang
baik untuk anaknya, jangan mengikuti hawa nafsumu. Kakak doakan semoga
perjodohan itu bisa membuat kamu lebih fokus dalam belajar karena sudah jelas
tujuan hidupnya.” Tutup Daud seraya mendoakan yang terbaik untuk Fatimah.
Hari berganti hari, tepat pada hari Sabtu pagi setelah shalat subuh, terlihat
Daud khusuk mendengarkan pengajian tafsir di sebuah masjid raya kota Bekasi
yang dipimpin ustad Abdul Hakim. Ustad Abdul Hakim adalah seorang imam besar
yang sangat masyhur keahliaannya dalam bidang Tafsir Al-Qur’an, beliau lulusan Al-
Azhar Mesir, tak aneh bila setiap ada jadwal kajian masjid selalu penuh, banyak
jama’ah dari jauh yang juga sengaja datang untuk mendapatkan pencerahan ilmu
dan hikmah darinya.

َ ‫“ َوأَ ْن ِكحُوا األ َيا َمى ِم ْن ُك ْم َوالصَّالِح‬


َّ ‫ِين ِمنْ عِ َبا ِد ُك ْم َوإِ َما ِئ ُك ْم إِنْ َي ُكو ُنوا فُ َق َرا َء ي ُْغن ِِه ُم‬
ُ ‫َّللا‬
َّ ‫ِمنْ َفضْ ِل ِه َو‬
‫َّللا ُ َواسِ ٌع َعلِي ٌم‬
Ayat 32 dari surat An-Nur ini adalah anjuran untuk menikah, maksudnya, hendaklah
laki-laki yang belum menikah atau tidak beristri atau wanita-wanita yang tidak
bersuami, dibantu agar mereka dapat menikah. Oleh karena itu, anggapan bahwa
apabila menikah seseorang dapat menjadi miskin karena banyak tanggungan
tidaklah benar.
Demikian salah satu isi kajian ustad Abdul Hakim yang dibawakan dengan
penuh kewibawaan dan retorika yang lantang. Ternyata tema pembahasan tafsir kali
ini sangat menyentuh hati dan perasaan Daud, dia terpana dengan penggalan ayat
ini, “Jika mereka miskin, Allah akan memberikan kemampuan kepada mereka
dengan karunia-Nya”. Setelah pengajian usai, Daud pun langsung menghampiri
sang ustad, rupanya dia ingin bicara empat mata seraya mencurahkan masalah dan
ujian hidup yang dialaminya agar diberikan solusi yang tepat dan mencerahkan.
Akhirnya Daud diajak ke kamar khusus imam di lantai 2 masjid. Dengan panjang
lebar Daud bercerita tentang semua hal yang terjadi dalam perjalanan hidupnya, tak
terasa air mata Daud pun berlinang. “Mas Daud, kita tidak memiliki kemampuan
untuk mengubah masa lalu dan tidak mampu menggambarkan masa depan dengan
gambaran yang kita kehendaki, lalu mengapa kita bunuh diri sendiri dengan
bersedih atas apa yang kita tak mampu mengubahnya??!! Bersabarlah dengan
skenario Allah yang indah.”
Banyak kata-kata hikmah yang keluar dari lisan keikhlasan sang ustad,
akhirnya Daud bertekad ingin bangkit kembali, bangun dari tidur yang panjang. Ada
satu azzam Daud yang sungguh luar biasa, yaitu ingin mengkhatamkan hafalan Al-
Qur’an 30 juz dan memohon kepada ustad Abdul Hakim untuk mendengarkan
hafalannya sampai tuntas, karena hatinya bergetar ketika sang ustad menyarankan
untuk menghafal Al-Qur’an, sebab Al-Qur’an merupakan obat dari berbagai macam
penyakit. Air mata Daud pun langsung terurai menetes ketika ustad Abdul Hakim
membacakan sebuah hadist keutamaan seorang penghafal Al-Qur’an yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya: “Dari Buraidah al-Aslami Ra., ia
berkata bahwasanya ia mendengar Rasulullah Saw. bersabda, ‘Pada hari kiamat
nanti, Al-Qur’an akan menemui penghafalnya ketika penghafal itu keluar dari
kuburnya. Al-Qur’an akan berwujud seseorang dan ia bertanya kepada
penghafalnya, ‘Apakah Anda mengenalku?’ Penghafal tadi menjawab, ‘Saya tidak
mengenal kamu.’ Al-Qur’an berkata, ‘Saya adalah kawanmu, Al-Qur’an yang
membuatmu kehausan di tengah hari yang panas dan membuatmu tidak tidur pada
malam hari. Sesungguhnya, setiap pedagang akan mendapat keuntungan di
belakang dagangannya dan kamu pada hari ini di belakang semua dagangan.’
Maka, penghafal Al-Qur’an tadi diberi kekuasaan di tangan kanannnya dan diberi
kekekalan di tangan kirinya, serta di atas kepalanya dipasang mahkota perkasa.
Sedang kedua orang tuanya diberi dua pakaian baru lagi bagus yang harganya tidak
dapat dibayar oleh penghuni dunia keseluruhannya. Kedua orang tua itu lalu
bertanya, ‘Kenapa kami diberi pakaian begini?’ Kemudian dijawab, ‘Karena anakmu
hafal Al-Quran.’ Kemudian, kepada penghafal Al-Qur’an tadi diperintahkan, ‘Bacalah
dan naiklah ke tingkat-tingkat surga dan kamar-kamarnya.’ Maka, ia pun terus naik
selagi ia tetap membaca, baik bacaan itu cepat atau perlahan (tartil).”
Setelah melewati masa-masa sulit dalam menghafal Al-Qur’an, alhamdulillah
akhirnya Daud dapat mengkhatamkan hafalan Al-Qur’an dalam kurun waktu kurang
lebih satu tahun. Ustad Abdul Hakim merasa bangga dan terharu atas kegigihan dan
kesungguhan Daud, ustad Abdul Hakim pun memberikan sanad hafalannya ke Daud
dan berpesan kepada Daud yang dikutip dalam sebuah hadist diriwayatkan oleh
imam Bukhari: “Jagalah Al-Qur’an, demi Yang jiwaku berada di tangan-Nya, Al-
Qur’an itu lebih cepat lepas dari pada seekor onta dari ikatannya.” Sungguh nasihat
yang penuh makna.
Setelah itu giliran Daud yang ingin diajak bicara empat mata oleh ustad Abdul
Hakim, rupanya ada satu hal penting lagi yang ingin disampaikan sang ustad
berkaitan dengan jodoh. “Mas Daud, maaf jika ini menyinggung perasaan mas Daud.
Ada orang tua yang datang kepada saya, kebetulan masih jama’ah saya juga,
namanya bapak Abdullah, seorang pemimpin perusahaan elektronik di Jakarta, Ph.d
lulusan Amerika, dia memiliki 3 putri cantik, dia ingin minta dicarikan calon suami
untuk anaknya, kriterianya hanya bisa membimbing putrinya dalam hal Agama,
menjadi imam yang baik buat putrinya.” Dengan penuh kehati-hatian ustad Abdul
Hakim menyampaikannya, tapi tetap dengan kekhasan senyuman di wajahnya yang
bersinar. “Sebelumnya saya berterima kasih karena ustad sudah menyampaikan hal
itu, tapi saya mohon maaf, bukan saya menolak, tapi saya takut tidak bisa mengikuti
keinginan yang biasa keluarga dia lakukan, karena saya terbiasa hidup sederhana
dan memang dari keluarga sederhana.” Jawab Daud juga dengan rona wajah takut
mengecewakan perasaan guru ngajinya itu. “Ya sudah, sekarang kamu istikharah,
jangan lupa hal ini diberitahu ke orang tuamu di kampung.” Demikian nasihat Ustad
Abdul Hakim kepada Daud.“Insya Allah, ustad.” Tutup Daud.
Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Akhirnya Daud pun menemukan belahan
jiwanya, putri bungsu bapak Abdullah, Nourhan Abdullah. Putri bungsu yang manja
dan ceria, lulusan Psikologi Universitas Indonesia, itulah bidadari surga yang
dipersunting Daud menjadi istrinya. Kini hidup Daud penuh keberkahan, dia
memimpin sebuah pesantren Tahfizh modern di Bogor, yang juga mempelajari sains
dan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi). Pesantren Al-Qur’an dan Teknologi
Fakhruddin Ar-Razi, Daud mengambil berkah dari nama seorang ulama yang sangat
terkenal dan sangat berpengaruh pada masanya itu.
Salah satu pelajaran yang bisa dipetik dari kisah di atas adalah, “Kalau
datang kepadamu seorang laki-laki yang kamu sukai agama dan akhlaknya maka
nikahkanlah. Kalau tidak, maka akan terjadi fitnah dan kerusakan besar di muka
bumi.” Demikian pesan nabi Muhammad Saw. kepada para orang tua, khususnya
yang memiliki putri yang belum menikah. (Dakwatuna.com).

Kisah Wanita penghafal Qur’an yang ditimpa Penyakit Tumor Otak.


Sebuah kisah dari perjalanan Aminah Al-Mi’thowi yang mencengangkan, dia
bertutur, “Aku adalah wanita yang dulu kuduga bahwa diriku sudah meninggal
sebelum lahir, karena aku menghadapi beberapa musibah yang beragam dalam
hidupku. Sesuatu yang tidak terbayangkan dalam benakku.
Namun. Alhamudillah, keyakinanku pada Allah semakin kuat. Saat aku
binggung memaknai kehidupan sekelilingku, aku berserah diri kepada-Nya. Aku dulu
berpenyakit tumor otak. Tidak terlalu buruk, tapi penyakit itu mengerikan. Biarpun
penanganan terus-menerus dan teratur, tapi tidak ada tanda-tanda baik selama
empat tahun. Namun secara internal, aku yakin bahwa Allah tidak mengujiku dengan
penyakit melainkan untuk memberiku sesuatu yang luhur lagi agung dan
mengampuni dosa-dosaku. Jadi, ujian itu ada pelajaran yang tidak kita ketahui
hikmahnya.
Terakhir kalinya aku mengunjungi dokter, mataku merasakan dunia tampak
gelap disebabkan akhir pemvonisan. Kabar yang selamanya tidak menyenangkan.
Lalu aku putuskan untuk menghafal Al-Qur’an. Mulanya bukan untuk
kesembuhanku, tapi niatku menghafalnya sebelum mati, karena awalnya aku
merasa ajalku telah dekat. Aku memulai hafalan sendiri. Kadang-kadang aku
bersungguh-sungguh, namun kadang pula semangatku melemah. Karena aku yakin
memayahkan otak dengan hafalan bisa menambah ganas penyakit. Dan dengan
cepat, aku tidak melewati beberapa juz yang terpisah. Aku memuji Allah siang-
malam karenanya. Sampai aku menghafal surat Al-Baqarah sepenuhnya. Demi
Allah, perasaanku tidak bisa di utarakan. Dan kebahagiaanku sangat besar dengan
menyelesaikannya. Perasaan senangku melupakan penyakitku, sekalipun aku juga
sibuk dengan membantu ayah dan ibu.
Dari momen itu, aku mulai menghafal. Tapi keinginan untuk tidur selalu
menyerangku, paling banter aku tidur hampir 16 jam sehari. Namun aku khawatir
waktuku akan habis percuma. Maka aku berserah diri kepada Allah. Segenap diriku
yakin akan terjauh dari setan. Dan aku mengalahkannya dengan memperbanyak
wudlu’. Memang wudlu adalah stimulant yang mengagumkan. Aku banyak bergerak,
pantang mundur, aku tetap menghafal dan tetap meminta bantuan Allah dengan
shalat dan istighfar. Ketika aku membaca firman-Nya yang artinya :“Berkata Musa,
“Itulah mereka sedang menyusuliku dan aku bersegera kepada-Mu ya Tuhanku,
agar supaya engkau ridla (kepadaku)” (Thaha:84). Tangisku tiba-tiba mengucur
deras, merasa dalam waktu dekat aku akan mati. Karena itu, aku harus menghafal
Al-Qur’an sampai bertemu Allah dengan kitab-Nya, mudah-mudahan dia
mengampuniku.
Aku sempurnakan perjalanan hafalan, berpindah dari halaman ke halaman
dan dari baris ke baris. Pada saat yang bersamaan melawan rasa sakit, melawan
bisikan setan dan nafsuku sendiri.
Tapi dengan apa aku akan menghadap Allah?. Aku mengharap penolong,
aku inginkan penghibur dalam kuburku. Kubur itu sunyi. Jika semangatku
melemah, dengan cara apa aku berbakti kepada kedua orangtuaku, aku berharap
memuliakan mereka di hari kiamat dengan mahkota, bukankah mereka juga
memperhatikan sakitku ini, sakit yang aku derita?. Begitulah aku juga selalu teringat
dengan perkataan malaikat nanti padaku, “Bacalah dan naiklah.” Maka tinggi dan
luhurlah niatku menghafal Al-Qur’an.
Aku dalam peperangan kompetisi, sampai akhirnya aku down dan dunia
terasa gelap, aku merasa tidak mungkin menghafal Al-Qur’an karena sakitku.
Hampir saja aku meninggalkan amalan mulia ini. Namun yang sulit bagaimana aku
membantu ibu dan bapakku?. Aku menangis panjang di keheningan malam. Lalu
aku membaca Al-Qur’an, hingga akhirnya mataku tertuju pada firman Allah yang
artinya :“Dan sesungguhnya telah kami jadikan kapal itu sendiri sebagai pelajaran,
maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?.” (Al-Qomar:15). Demi Allah,
seakan-akan aku baru pertama kali membacanya. Allahu Akbar. Allah telah
menanggungku dengan mudah menghafal. Lalu kenapa aku tidak minta
pertolongan-Nya dan memperbaharui tekadku?. “Demi Allah, aku tidak akan
menghadap Allah melainkan kitab-Nya sudah ada dihatiku.”
Aku sempurnakan perjalanan hafalan, hari-hari berlalu, sedang aku
bersungguh-sungguh, sampai akhirnya datang malam khataman. Aku putuskan
untuk tidak tidur sebelum menghafal.. aku berwudlu, lalu shalat dua raka’at, dan
mulai menghafal. Dan pada malam itu dengan karunia-Nya, Allahu Akbar, Allah
membuka pintu hatiku lebar-lebar. Aku menghafal dengan puncak konsentrasi dan
kebahagiaan. Sampai aku mencapai kemuliaan hafalan..
Dan Akhirnya, tampak olehku surat an-Nas, Alhamdulillah, ya Allah akhirnya
aku sampai, disini aku mengucurkan air mata yang belum pernah terasa manis
sebelumnya. Lalu aku menangis dari relung hati yang terdalam. Aku telah hafal Al-
Qur’an sebagaimana orang yang diajukan untuk mendengar di depan malaikat dan
pemimpin orang-orang syahid. Kematian terbayang olehku terasa dekat.
Dengan khatam ini, aku merasa seperti baru di lahirkan, Apa, kelahiran !!
segala puji bagi Allah yang maha mampu atas segala sesuatu. Dan ketika
menghendaki suatu perkara, dia katakan padanya, “Jadilah!.” Maka terjadilah”.
Ketika itu aku merasa ajal mendekat. Tetapi perasaanku tidak seperti dulu lagi.
Sekarang aku merasa senang, karena akan bertemu dengan-Nya sedang aku telah
menghafal kitab-Nya.
Selang beberapa hari, aku pergi mengobservasi analisa tumor. Dan aku
dalam keadaan bersiap-siap menerima musibah. Namun, aku
ditimpa shock yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Dokter keluar
mengabari hasil analisis. Namun, di sana hanya ada hal yang terindikasi trouble.
Ruang hasil analisa tampak kacau balau. Dokter tampak tercengang, mereka
berkumpul untuk menguatkan apa yang dilihat pada sinar-X. Aku duduk sambil
berdo’a, “Ya Allah, selamatkanlah musibahku. Dan gantilah dengan yang lebih baik.”
Menit berlalu bagaikan tahun. Aku merasa down saat dokter mulai mengabari
hasilnya. Dan aku terperanjat shock saat dokter bilang, “Subhanallah, engkau sudah
sembuh sempurna dengan proporsi 70% !!!. Allahu Akbar.. Allahu Akbar Allahu
Akbar. Ya Allah, alangkah agungnya berita ini, aku yang mengharap kemajuan
hanya 1%, seketika itu menangis dengan tangisan yang belum pernah kulakukan
sebelumnya dalam hidupku. Maha benar firman-Nya.

Dalam Al-Qur’an ada penyembuh bagi manusia. “maka jangan berputus asa
dari rahmat-Nya. Setiap yang Dia tulis pada kita adalah rahmat dan belas kasih-Nya.
(herangmanah.blogspot.com)
Alvin: Hafidz (ayat dan terjemahan)
Alquran 17 Juz
Ada yang berbeda dari Pengajian bulanan pada hari Kamis pagi kemarin (25/04).
Pasalnya, yang berada di depan audiens--yang terdiri dari seluruh karyawan beserta
jajaran top manajemen termasuk direktur utama, Riza Zacharia--adalah seorang
anak laki-laki berusia 10 tahun.

Anak itu bernama Alvin Firmansyah, ditemani oleh ayahanda Ustadz Firman telah
datang jauh-jauh dari Bogor untuk mengisi pengajian pagi itu. Ustadz Firman
membuka acara dengan memberikan gambaran-gambaran pentingnya menempa
anak dengan pendidikan Islam hingga mampu menghafal alquran.

Beliau (Ust. Firman) menjelaskan bagaimana dalam surat Luqman ayat 12, Allah
telah memberikan hikmah kepada nabi Luqman di saat masih kecil. Begitu juga
dalam surat Maryam ayat 12, Allah telah memberi hikmah kepada nabi Yahya untuk
menjaga (hafal) kitab Taurat ketika dirinya (Yahya) masih kecil. Atas dasar ayat ini,
ustadz Firman terdorong untuk memberi hikmah kepada anak-anaknya, khususnya
Avin untuk menghafal Alquran baik ayat dan terjemahannya.

Formatted: Font: (Default) Arial, 12


pt, Font color: Blue

Alhamdulillah upaya sang ayah berhasil dengan memiliki anak yang hafidz alquran.
Saat ini Alvin telah menguasai 17 juz, usianya baru 10 tahun. Dengan mengambil
tema, “Bedah Surat Albaqarah” pengajian pagi itu diisi dengan demo hafalan alquran
yang dikuasai oleh Alvin.

Acara berlangsung dengan interaktif, sesuai dengan ajakan sang ayah - audiens
agar tidak ragu-ragu untuk menguji Alvin dengan pertanyaan apapun sepanjang
berhubungan dengan surat Albaqarah. Benar saja, ada yang meminta Alvin untuk
melantunkan ayat terpanjang (Albaqarah 282), ada pula yang meminta Alvin untuk
melanjutkan ayat yang dibaca terlebih dahulu oleh penanya, termasuk jumlah
pengulangan kata; seperti lafadz Yaa Ayyuhal Ladzina Aamanu (terdapat 11
pengulangan kata).

Dari audiens rupanya ada yang sudah memahami keseharian Alvin - menurutnya,
Alvin adalah anak kecil sebagaimana anak-anak pada umumnya, termasuk hobi
menerbangkan layang-layang. Hanya saja, yang membedakan Alvin dengan anak-
anak lain, yaitu manajemen waktu dan disiplin. Kedua hal inilah yang menjadi modal
utama orangtuanya dalam mendidik agar Alvin menjadi seorang penghafal alquran
(hafidz).

Saat ini masih 17 juz, insya Allah perjuangan baik ayah dan anak ini tidak berhenti
sampai di situ saja, mereka akan terus berjuang mewujudkan cita-cita hingga Alvin
mengkhatamkan dan bisa hafidz 30 juz baik ayat dan terjemahannya, amin yaa
Rabb ...

Berbicara mengenai sosok Hafidz Cilik, bayangan kita saat ini tercurah kepada
sosok anak berumur 10 tahun; Muhammad Alvin Firmansyah, bukan? Atas
perannya sebagai penguji bacaan hafalan Alquran di acara Hafidz Indonesia yang
diselenggarakan oleh stasiun televisi swasta terdepan di Indonesia, RCTI - kini
masyarakat mengenal Alvin secara luas.

Dan berikut kita coba tambah wawasan kita tentang sosok bocah hafidz
lainnya, Sharifuddin Khalifa. Anak ini adalah bocah laki-laki yang lahir pada 1993
dari keluarga non-muslim di Tanzania, kawasan di Afrika Timur. Oleh masyarakat di
lingkungannya, Sharifuddin Khalifa lebih dikenal dengan panggilan, Sharif idd.

Sejak masih dalam ayunan, Sharifuddin Khalifa sudah memiliki banyak


keistimewaan pada dirinya. Saat usianya 5 bulan, sudah mampu melafalkan, "Allahu
Akbar", sebulan kemudian (6 bulan), sudah berkata-kata, Dan pada umur 1,5 tahun
sudah menghafal Alquran termasuk terjemahannya. Taksaja hafidz, Sharifuddin
Khalifa sudah menguasai 5 bahasa, dan terbiasa menjalankan shalat 5 waktu.

Bocah istimewa yang dijuluki dengan, "Miracle Boy" (bocah ajaib) ini awalnya sangat
mengkhawatirkan kedua orangtuanya yang non-muslim, untungnya ada tetangga
muslim yang telah menjelaskan kondisi ajaib pada diri Sharifuddin Khalifa. Akhirnya,
setelah berpikir dan menilai positif keadaan ajaib anaknya, kakak dan kedua
orangtua Sharifuddin Khalifa pun masuk Islam.

Saat usianya 5 tahun, Sharifuddin Khalifa seringkali berceramah menggunakan 5


bahasa; Swahili (bahasa ibu), Arab, Inggris, Perancis dan Italia. Mukadimah yang
senantiasa disampaikan pada saat berceramah adalah kalimat, "You people repent
and you will be accepted by God". Yang bermakna, "Anda bertobat maka anda
akan diterima oleh Allah SWT".

Pernah suatu ketika di saat berceramah di Kenya, sekitar seribu orang yang
menyaksikan ceramahnya masuk Islam sebab perantara Sharifuddin Khalifa. Di
setiap ceramah, Sharifuddin Khalifa mampu menjawab ketidaktahuan orang yang
bertanya tentang Alquran, baik mengenai sebuah ayat mana saja dan terjemahan
makna yag terkandung di dalam Alquran.

Artikel tentang, "Sekilas tentang Sosok Hafidz Cilik Sharifuddin Khalifa" ini
admin peroleh dari forum Kompasiana. Dalam headline-nya disebutkan, "Mengenal
Sosok “Sharifuddin Khalifa”: Hafidz Qur’an, Menguasai Lima Bahasa dan Islamkan
1000 orang di Afrika".

Berita ini terjadi pada 1999 berdasarkan sebuah surat kabar yang terbit di Nairobi

Muhammad Haris Busro Latif: Hafidz Alquran 30 Juz



Subhanallah! Ada lagi putra bangsa yang hafal (hafidz) alquran 30 juz, namanya
Muhammad Haris Busro Latif. Melansir kabar yang tersiar, umur santri ini masih
muda, 17 tahun. Muhammad berasal dari salah satu Pondok Pesantren di Jakarta.
Untuk bisa menyelesaikan hafalan Alquran 30 juz, santri muda ini hanya
membutuhkan waktu selama 4 bulan saja.

Tips Menghafal Alquran Cepat Cara Haris


Muhammad Haris Busro Latif bisa mendapatkan predikat hafidz alquran 30 Juz
hanya butuh 4 (empat) bulan 20 (dua pulh) hari saja. Benar-benar prestasi yang
sangat luar biasa untuk ukuran santri muda berusia 17 tahun. Haris -panggilan
akrab Muhammad Haris Busro Latif - menjelaskan tips tentang kemampuannya
sebagai penghafal alquran. Menurutnya, dia kesulitan di awal-awal proses
penghafalan, tetapi karena tekadnya yang bulat ditambah dengan usahanya yang
keras akhirnya bisa menghafal alquran.

Bermodalkan sebuah metodologi Turki Usmani yang diajarkan di pondok, Haris


mampu menghafal 30 juz dalam waktu yang terbilang cepat (4 bulan 20 hari). Dalam
menjaga mutu hafalan, Haris senantiasa menghindari beberapa hal yang berpotensi
merusak kualitas hafalan Alqurannya itu. Dirinya menjelaskan, selama sebulan
dirinya mampu menghafal lebih dari 5 (lima) juz, semua itu pun tergantung dari
panjang pendeknya surat (alquran).

Mudah-mudahan artikel Muhammad Haris Busro Latif: Hafidz Alquran 30 Juz ini bisa
menjadi pemicu bagi Anda serta kita semua yang cinta akan Alquran, amin :)
Posted by Risyad Samawa

Kisah Blogger Perempuan dengan 3


Anak Hafiz Quran
Pembaca tentunya masih ingat dengan kisah pasangan suami istri asal Bandung
dengan putra-putrinya yang membanggakan sebab semua hafal Alquran. Sampai
akhirnya kisah perjalanan dan rahasianya dituangkan dalam buku 10 Bersaudara
Bintang Alquran. Dan buku itupun menjadi salah satu buku terbaik terbitan Syaamil
Books.

Kini kisah keluarga yang memiliki putra-putri hafiz quran kembali terulang. Di
Lampung terdapat sepasang suami istri, mereka dikaruniai anak turun yang shalih
dan shalihah, lebih membahagiakannya lagi, ada 3 anak-anaknya yang sudah hafiz
alquran 30 juz. Sedangkan beberapa anak yang lain pun tengah merintis untuk
menjadi hafiz 30 juz. Siapakah pasutri tersebut?

Kisah Blogger Perempuan dengan 3 Anak Hafiz Quran


Adalah Neny Suswati, seorang ibu rumah tangga dan juga seorang blogger asal
Bandar Lampung. Bersama dengan suaminya, Rosyidin keduanya telah mencetak
generasi muda Islam yang unggul, yaitu menjadi Hafiz Quran. Wajar sekali bila
pasutri berbahagia., sebab kita tahu betapa besar pahalanya bagi setiap orang yang
bisa menjadi penghafal Alquran (Baca: Janji Allah Bagi Para Hafiz Quran).
Neny Suswati dengan salah satu putranya (foto: istimewa)
Diawali dengan prestasi anaknya yang bernama M. Hilmy Aziz, anak sulung
pasangan Neny dan Rosyidin ini sudah menjadi hafiz Quran sejak menyelesaikan
pendidikan SMP-nya. Kemudian disusul oleh anak kedua mereka, M. Hatif Ash
Shiddiq yang juga mampu menjadi seorang penghafal Alquran saat duduk di bangku
kelas 2 SMP, kemudian anaknya yang ketiga, Maritsa Hany Aulia pun menjadi
muslimah yang hafiz quran semenjak kelas 3 SMP.

Dalam sebuah kesempatan wawancara, Neny mengungkapkan, "Allah memuliakan


orang yang mampu menjaga alquran (hafiz). Hidupnya akan diberi kemudahan oleh
Allah. Dan yang lebih penting, hafal quran adalah prestasi dunia akhirat, secara
duniawi bisa terukur serta kelak akan mendapatkan ganjaran pahala di sisi Allah
Swt."

Selain sibuk dengan urusan beberapa organisasi dan mengajar, Neny pun
menyempatkan diri menjadi penulis. Tulisannya berisi pengalaman berumah tangga
yang ditulisnya menjadi semacam tips kehidupan. Ibu yang sudah aktif dakwah sejak
masa kuliah ini mengaku kalau artikel yang ditayangkan di blognya hanyalah tulisan-
tulisan ringan saja. "Yang penting bermanfaat. Saya menulis tentang tips keluarga
sakinah mawaddah warahmah dan tips menjadi orangtua penghafal Alquran," ujar
ibu kelahiran 18 Oktober 1965 ini.

"Yang penting bermanfaat. Saya menulis tentang tips keluarga sakinah mawaddah
warahmah dan tips menjadi orangtua penghafal Alquran." ~ Neny Suswati, Blogger
Bandar Lampung
Menurut Neny dirinya tidak membuat sebuah langkah yang terbilang luar biasa, tips
mencetak generasi unggulan yang hafiz quran yaitu dengan cara sederhana; selain
terus memotivasi anak-anaknya ia juga menyesuaikan motivasi sesuai dengan usia
anak-anaknya.
Neny bersama dengan suami sering mencamkan pada anak-anaknya agar ingat
dengan pahala membaca Alquran. Di saat anak-anaknya mengeluh setiap
menjumpai kesulitan pada proses menghafal, Neny memotivasinya dengan
mengingatkan, "Bukankah Allah Swt. akan senantiasa membalas pahala dari setiap
huruf yang dibaca?"

Di akhir perbincangan alumnus FKIP MIPA Universitas Lampung ini menjelaskan


bahwa, "Metode menghafal Quran kini telah berkembang dengan pesat. Sudah
banyak metode yang bisa membantu halaf dengan cepat. Justru yang suit itu
menjaga hafalan alquran itu sendiri."

"Pasalnya, dibutuhkan mental dan konsistensi yang tinggi dan lebih berat lagi pada
ujian dalam mengamalkannya," pungkas Neny saat diwawancarai.

Neny sekeluarga tinggal di Lampung, tepatnya di Jalan Pramuka, Perum Ragom


Gawi Permai 1 Blok E1 18, Kemiling Permai, Kemiling, Bandar Lampung.

---
Sumber rujukan:
http://www.duajurai.com/2015/04/neny-suswati-kartini-bandar-lampung-didik-3-anak-hafal-alquran-30-
juz/
http://www.duajurai.com/2015/04/3-anaknya-hafal-alquran-neny-suswati-kartini-di-bandar-lampung-
menjaganya-lebih-sulit/

Kisah Seorang Anak Tunanetra Yang


Hafal al Qur’an, Namun Ia Tidak
Menginginkan Untuk Dapat Melihat
SYAIKH FAHD AL KANDERI mewancarai anak istimewa ini yang bernama MUADZ.
Seorang anak laki-laki TUNANETRA penghafal Al-Quran dari Mesir yang berusia 11
tahun.Dalam wawancara itu beliau FAHD AL KANDERI menanyakannya perihal
bagaimana ia belajar Al-Quran dan kebutaannya.

Semangatnya untuk menghafal ayat-ayat Allah yang mulia membuat langkah


kakinya ringan untuk pergi ke tempat gurunya.

“Saya yang datang ke tempat syaikh,” katanya.

“Berapa kali dalam sepekan?” Tanya beliau.

“Tiga hari dalam sepekan,” jawabnya.


Jawaban anak ini kian membuat terkejut ketika anak ini memberitahu beliau SYaikh
FAHD AL KANDERI bahwa Syaikh yang mengajarinya Al-Quran hanya
mengajarinya satu ayat per hari.

“Pada awalnya hanya satu hari dalam sepekan. Lalu saya mendesak beliau dengan
sangat agar ditambah harinya, sehingga menjadi dua hari dalam sepekan. Syaikh
saya sangat ketat dalam mengajar. Beliau hanya mengajarkan satu ayat saja setiap
hari,” ujarnya.

“Satu ayat saja?” respon beliau terkejut, takjub dengan semangat baja anak ini.

Dalam tiga hari itu ia khususkan untuk belajar ayat-ayat suci Al-Quran, hingga ia
tidak bermain dengan kawan-kawan sebayanya.

Yang lebih mengagumkan adalah pernyataannya tentang kebutaannya. Ia tidak


berdoa kepada Allah agar Allah mengembalikan penglihatannya, namun rahmat
Allah lah yang ia harapkan.

“Dalam shalatku, aku tidak meminta kepada Allah agar Allah mengembalikan
penglihatanku,” katanya.

Mendengar jawaban anak ini Syaikh Fahd Al Kanderi semakin terkejut.

“Engkau tidak ingin Allah mengembalikan penglihatanmu? Kenapa?” tanya beliau


heran.

Dengan wajah meyakinkan, anak itu memaparkan alasannya. Bukan ia tak yakin
pada Allah, bukan. Namun ia menginginkan yang lebih indah dari penglihatan.

“Semoga menjadi keselamatan bagiku pada HARI PEMBALASAN (kiamat),


sehingga Allah meringankan perhitungan (hisab) pada hari tersebut. Allah akan
menanyakan nikmat penglihatan, apa yang telah engkau lakukan dengan
penglihatanmu? Saya tidak malu dengan cacat yang saya alami. Saya hanya berdoa
semoga Allah meringankan perhitungan-Nya untuk saya pada hari kiamat kelak,”
papar MUADZ dengan tegas.

Mendengar kalimat mulia anak ini, semua diam. Syaikh nampak berkaca-kaca dan
air matanya menetes. Para pemirsa di stasiun TV serta kru TV tersebut juga tak
tahan menitikkan air mata.

Pada saat ini, saya teringat banyak kaum muslimin yang mampu melihat namun
bermalas-malasan dalam menghafal kitab Allah, Al-Quran. Ya Allah, bagaimana
alasan mereka besok (di hadapan-Mu)?” kata Syaikh Fahd AL Kanderi.

“Segala puji bagi Allah dalam segala keadaan,” kata MUADZ penghafal Quran muda
ini.

Subhanallah, indahnya dunia tak membuatnya lupa akan Rabbnya dan hari
pembalasan.
Ia juga mengatakan bahwa ia terinspirasi dari kaidah Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyah
(rahimahullah). “Kaidah imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah yang berbunyi ‘Allah tidak
menutup atas hamba-Nya satu pintu dengan hikmah, kecuali Allah akan
membukakan baginya dua pintu dengan rahmat-Nya,'” katanya.

Kehilangan penglihatan sejak kecil, tidak membuat ia mengeluh kepada Sang


Pencipta. Ia tak iri pada orang lain apalagi kufur nikmat. Ikhlash menerima takdirNya.

“Alhamdulillah, saya tidak iri kepada kawan-kawan meski sejak kecil saya sudah
tidak bisa melihat. Ini semua adalah qadha’ dan qadar Allah,” katanya.

“Kita berdoa kepada Allah semoga menjadikan kita sebagai penghuni surga Al-
Firdaus yang tertinggi,” kata MUADZ

Matanya yang buta, tak membuat hatinya buta dalam mensyukuri nikmat yang telah
Allah berikan. Subhanallah.

Dalam sebuah hadits Qudsi Nabi (shallallahu ‘alaihi wa salam) bersabda:

Allah berfirman, “Jika Aku menguji hamba-Ku dengan menghilangkan penglihatan


kedua matanya lalu ia bersabar, niscaya Aku akan menggantikan penglihatan kedua
matanya dengan surga.” (HR. Bukhari no. 5653, Tirmidzi no. 2932, Ahmad no. 7597,
Ad-Darimi no. 2795 dan Ibnu Hibban no. 2932).

Sumber: ‫ط ه‬ ‫ز‬
Dipublikasikan kembali oleh: www.kisahislam.net

Facebook Fans Page: Kisah Teladan & Sejarah Islam

Gelandang Sepakbola Asal Prancis


Hafal 19 Juz Al Qur’an
GELANDANG Arsenal dan Timnas Prancis, Abou Diaby dikenal sebagai pemeluk
Islam yang taat menjalankan ibadahnya sebagai seorang muslim. Yang
mengagumkan, ia terjuata juga seorang hafiz alias penghafal Alquran.

Dalam akun twitter, salah satu pengajar Ebrahim Collage di London, Mufti
Muhammad, @Mufti_Muhammad_ terungkap kalau mantan gelandang Auxerre itu
hafal 19 juz Alquran. Bagi Diaby, kunjungan ke Ebrahim Collage adalah hal biasa.
Sebab ia merasa nyaman berada dalam komunitasnya.

“In conversation with Arsenal Footballer Abu Diaby @ Ebrahim college dinner
tonight, who’s memorised 19 ajza of Qur’an! (Dalam perbincangan dengan pemain
Arsenal Abu Diaby di Ebrahim Collage pada momen makan malam, siapa yang hafal
19 juz Alquran,” sentil Mufti Muhammad kepada Diaby.

Diaby juga disebut-sebut sebagai salah satu donatur tempat sekolah Islam terkenal
di Ibu Kota Inggris itu. Di Ebahim Collage juga mendidik dan membimbing mualaf
yang ingin mengenal lebih jauh ajaran Islam.

Sumber: http://abufariq.blogspot.com/2013/01/gelandang-prancis-hafal-19-juz-
alquran.html

Dipublikasikan kembali oleh: www.KisahIslam.net

Facebook Fans Page: Kisah Teladan & Sejarah Islam

Ibu Berusia 65 tahun, Buta huruf,


Menghapal al-Quran selama 16 tahun
 October 30, 2012 11:40
 401

Seorang ibu bernama Ummu Muhammad (Wadhha Ath-Tahyyar) berusia 65 tahun.

Ia bercerita :”Proses penyimakan yang terus menerus dan alat perekam merupakan
dua karunia Allah yang mempunyai andil besar dalam mewujudkan keinginan ku
untuk menghafal al-Quran al-Karim.

Perjalanan hidup ku bersama hafalan a


l-Quran telah berjalan 16 tahun lamanya, tetapi sungguh aku sangat merasa
kebahagiaan yang hakiki khususnya ketika aku baru mulai menghafal al-Quran.

Diantara unsur penting yang dapat membantu dalam menghafal adalah adanya niat
yang jujur, ikhlas karena Allah semata, dan bersabar terhadap segala kesulitan.
Sesungguhnya aku adalah seorang buta huruf yang tidak bisa membaca dan
menulis sehingga aku banyak mendapatkan kesulitan yang luar biasa diawalnya.
Namun segala puji hanya milik Allah, aku menggunakan alat perekam dan meminta
pertolongan seorang guru wanita untuk datang kerumahku membaca al-Quran
kepada ku dan menyimak hafalanku setiap harinya. Tidak lupa pula bahwa motivasi
anak-anak ku yang tiada hentinya merupakan dorongan bagi ku untuk meneruskan
kegiatanku dalam menghafal.

Karena buta huruf, maka ketergantungan ku pada indra pendengaran merupakan


hal yang paling utama bagi ku. Ini merupakan salah satu karunia Allah sebagai ganti
dari sifat buta hurufku sehingga bisa mewujudkan impianku mengkhatamkan al-
Quran selama 16 tahun di lingkungan ahli al-Quran. Aku memohon kepada Allah
agar menjadikan ku termasuk hamba – hamba-Nya ahli Quran, karena al-Quran
adalah cahaya bagi manusia sewaktu didalam kuburnya.
Akhir kata aku mengajak saudari – saudari ku untuk menghafal al-Quran karena
sesungguhnya hal tersebut mudah dan ringan sekali bagi siapa saja yang
dimudahkan oleh Allah Ta’ala.”

[Majalah Al-Usrah hal 15. Lihat, Agar Anak Mudah Menghafal al-Quran hal 132-133.
Hamdan Hamud al-Hajiri. cet Darus Sunnah]

Subhanallah, bagaimana dengan kita yang masih muda, apalagi -alhamdulillah-


sebagian kita tidak buta huruf? Kemana waktu kita pergi dan habiskan?

Mulailah, bacalah, hafallah, dan ulangilah

Abu Abdillah Prima Ibnu Firdaus ar-Roni al-Mirluny


Merlung, 16 Ramadhan 1433 H / 5 Agustus 2012 M

Artikel: www.kisahislam.net

1. Muadz, anak Tuna Netra yang Hafal Qur’an Usia 11 Tahun

Mu’adz namanya, ia adalah seorang anak yang sejak kecilnya ditaqdirkan kurang
beruntung, ia tidak dapat melihat layaknya manusia normal (buta). Sampai disini
tidak ada yang unik pada diri Mu’adz, karena bukan hanya ia yang ditaqdirkan buta
di dunia ini.

Namun yang membuat unik adalah walau buta ia mampu menghafal Al-Qur’an
lengkap 30 juz. Sejak awal ia mulai menghafal dengan penuh kesabaran, dan
tentunya dengan motivasi yang tinggi, hingga pada usianya yang ke 11 tahun ia
berhasil menghatamkan Al-Qur’an.
Pembaca sekalian, mungkin bagi kita yang memiliki penglihatan normal, kita
menganggap mata adalah jendela dunia. Tanpanya, hidup ini terasa tak lengkap dan
sempurna. Bayangkan saja jika sejak lahir kita tidak memiliki mata normal, atau
sebelumnya memiliki penglihatan normal namun pada akhirnya ditakdirkan buta
(Nau’udzubillah), apa yang terjadi? Kita tidak bisa melihat dan tentunya sangat
sedih. Namun tidak demikian bagi anak ini, ia sama sekali tidak pernah mengeluh
atas derita yang ia alami, bahkan ia bersyukur atas kondisinya ini. Keterbatasan fisik
tidak membuatnya terhalang untuk menghafal Al-Qur’an. Ia menganggap takdirnya
ini (buta) menjadi jalan baginya untuk bisa hafal Al-Qur’an.

Dalam sebuah video rekaman acara tv seorang imam masjid, yaitu Syaikh Fahd Al-
Kandari, mewawancarai Mu’adz yang juga merupakan pembawa acara pada acara
tersebut. Beliau menanyakan perihal bagaimana ia belajar dan menghafal Al-Qur’an
padahal ia memiliki keterbatasan fisik. Semangatnya untuk menghafal ayat-ayat
Allah yang mulia membuat langkah kakinya ringan untuk pergi ke tempat gurunya.

“Pada awalnya hanya satu hari dalam sepekan. Lalu saya mendesak beliau
(syaikhnya) dengan sangat agar menambah harinya untuk menghafal qur’an,
sehingga menjadi dua hari dalam sepekan. Syaikh saya sangat ketat dalam
mengajar. Beliau hanya mengajarkan satu ayat saja setiap hari,” ungkap muadz

Yang lebih mengagumkan dalam dialog itu adalah pernyataannya tentang


kebutaannya. Ia tidak berdoa kepada Allah agar Allah mengembalikan
penglihatannya, namun rahmat Allah-lah yang ia harapkan.

Tentu saja, setelah mendengar kalimat mulia anak ini, semua yang ada di studio
saat itu diam. Penyiar TV nampak berkaca-kaca dan air matanya menetes. Para
pemirsa di stasiun TV serta kru TV tersebut juga tak tahan menitikkan air mata.
“Pada saat ini, saya teringat banyak kaum muslimin yang mampu melihat namun
bermalas-malasan dalam menghafal kitab Allah, Al-Quran. Ya Allah, bagaimana
alasan mereka besok (di hadapan-Mu)?” kata Syaikh Fahd Al-Kanderi.

2. Muhammad Gozy Basayev, penghafal cilik usia 8 tahun dari Makassar

Muhammad Gozy Basayev nama lengkapnya. Lahir 24 Juni 2000, Gozy - biasa dia
dipanggil - adalah putra pertama pasangan M.Natsir dan Erika yang bertempat
tinggal di Makassar Sulawesi Selatan. Sejak usia 6 tahun, Gozy telah memulai untuk
menghafal Al-Qur'an dan dalam waktu 2 tahun dia berhasil menghafal seluruh Al-
Qur’an diluar kepala.

Inspirasi dari Shamil Basayev (Mujahidin Chechnya)


Ketika Gozy lahir saat itu sedang terjadi perang antara
mujahidin Chechnya melawan pasukan Rusia. Salah seorang komandan
perang Chechnya yang terkenal ketika itu adalah Shamil Basayev. Dia adalah
seorang Mujahid yang gagah berani dan juga seorang yang hafidz Al-Qur’an. Ayah
Gozy sangat terinspirasi dengan profile beliau sehingga memberikan nama anaknya
Muhammad Gozy Basayev yang berarti Muhammad – diambil dari Nabi
Muhammad, Gozy yang berarti pejuang dan merupakan syuhada Kaukasus pada
abad perengahan sedangkan Basayev merupakan nama belakang Shamil Basayev.

Lahir dari Keluarga biasa dan hampir dimasukkan ke sekolah Nasrani


Pada umumnya, seorang penghafal Al-Qur’an lahir dari keluarga yang sangat dalam
ilmu keislamannya. Gozy kecil lahir bukan berasal dari keluarga Ustadz ataupun kyai
tetapi datang dari seorang ayah yang hanya seorang karyawan di sebuah
perusahaan musik dan Ibu rumah tangga. Kemampuan membaca Al-Qur’an kedua
orangtuanya pun biasa-biasa saja. Tetapi walaupun demikian kedua orang tuanya
memiliki harapan yang sangat tinggi terhadap anaknya yaitu menjadi penghafal Al-
Qur’an.

Berdasarkan referensi yang penulis dapatkan langsung dari ayahnya, Gozy kecil
pada awalnya akan dimasukkan ke sekolah Nasrani dengan alasan gengsi dan
kualitas sekolah yang lebih baik, tetapi Allah SWT ternyata merencakan lain dan
mentakdirkan Gozy untuk masuk kedalam Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT)
di kota Makassar.

Sebenarnya kemampuan luar biasa Gozy dalam menghafal Al-Qur’an pertama kali
ditemukan bukan oleh kedua orangtuanya tetapi oleh guru privatenya Dra Almira W
yang biasa di panggil oleh Gozy sebagai Kak Mira.

Ketika pertama kali bergabung dengan sekolah ini Gozy sempat kaget karena rata-
rata teman-temannya disekolah tersebut telah hafal lebih dari 1 Juz sedangkan
dirinya pada saat itu baru hafal Juz 30. Selain itu Gozy juga di “vonis” mempunyai
masalah pernafasan yaitu nafasnya pendek sehingga beberapa kali gagal dalam tes
menjadi penghafal Al-Qur’an.

Tetapi saat itu Gozy dengan sabar terus berusaha dan melatih kemampuannya di
rumah bersama kedua orangtuanya. Akhirnya setelah itu, Gozy pun dapat diterima
sebagai penghafal Al-Qur’an dan bertambah semangat.

Untuk mengatasi masalah pernafasannya Orang tua Gozy melatihnya dengan rutin
mengajak dia berenang.

Berdasarkan pengakuan dari sang ayah, selain rajin berlatih salah satu kunci
kesuksesan untuk mudah menghafal Al-Qur’an adalah dengan menjaga agar jangan
sampai ada makanan tidak halal yang dikonsumsi oleh Gozy. Oleh karena itu Ibunya
memesankan catering dari sekolahnya untuk memastikan sumbernya. Selain itu
kedua orangtuanya juga berusaha sekuat tenaga untuk memberikan teladan yang
baik kepada Gozy dalam hal perilaku.

Khatam Menghafal pada saat ulang tahun sang ayah


Gozy berhasil menyelesaikan hafalan Al-Qur’an nya tepat pada tanggal 30 Juli 2008
atau tepat pada ulang tahun ayahnya. Dia memang berniat menyenangkan ayahnya
sehingga dia pun rela untuk menambah hafalannya hingga 1 Juz per hari.

Sampai saat ini Gozy masih secara rutin mengulang-ulang hafalan Al-Qur’an nya
untuk menjaga agar tidak hilang dan semakin lancar.

3. Sayyid Muhammad Husein Tabataba'i, Hafal Qur’an usia 5 tahun

Husein Tabataba'i lahir pada tanggal 16 Februari 1991 di kota Qom, sekitar 135
kilometer dari Teheran, ibu kota Iran. Seorang anak Iran bernama Sayyid
Muhammad Husein Tabataba'i, yang mulai belajar Al Quran pada usia 2 tahun, dan
berhasil hafal 30 juz dalam usia 5 tahun!

Pada usia sebelia itu dia tidak hanya mampu menghafal seluruh isi Al Quran, tapi
juga mampu menerjemahkan arti setiap ayat ke dalam bahasa ibunya (Persia),
memahami makna ayat-ayat tersebut, dan bisa menggunakan ayat-ayat itu dalam
percakapansehari-hari.

Bahkan dia mampu mengetahui dengan pasti di halaman berapa letak suatu ayat,
dan di baris ke berapa, di kiri atau di sebelah kanan halaman Al Quran. Dia mampu
secara berurutan menyebutkan ayat-ayat pertama dari setiap halaman Al Quran,
atau menyebutkan ayat-ayat dalam satu halaman secara terbalik, mulai dari ayat
terakhir ke ayat pertama.

Yang lebih mengagumkan lagi, di usia 7 tahun Husein berhasil meraih gelar doktor
honoris causa dari Hijaz College Islamic University, Inggris, pada Februari 1998.
Saat itu, Husein menjalani ujian selama 210 menit, dalam dua kali pertemuan. Ujian
yang harus dilaluinya meliputi lima bidang. Yakni, menghafal Al Quran dan
menerjemahkannya ke dalam bahasa ibu, menerangkan topik ayat Al Quran,
menafsirkan dan menerangkan ayat Al Quran dengan menggunakan ayat lainnya,
bercakap-cakap dengan menggunakan ayat-ayat Al Quran, dan metode
menerangkan makna Al Quran dengan metode isyarat tangan.

Setelah ujian selesai, tim penguji memberitahukan bahwa nilai yang berhasil diraih
bocah itu adalah 93. Menurut standar yang ditetapkan Hijaz College, peraih nilai 60-
70 akan diberi sertifikat diploma, 70-80 sarjana kehormatan, 80-90 magister
kehormatan, dan di atas 90 doktor kehormatan (honoris causa). Pada 19
Februari1998, bocah Iran tersebut menerima ijazah doktor honoris causa dalam
bidang Science of The Retention of The Holy Quran.

Selama di Inggris, Husein juga diundang dalam berbagai majelis yang diadakan
komunita smuslim setempat. Umumnya hadirin ingin menguji kemampuan bocah
ajaib tersebut. Uniknya, Husein menjawab semua pertanyaan dengan mengutip ayat
Al Quran. Contohnya, dalam satu forum seseorang bertanya, "Bagaimana
pendapatmu tentang budaya Barat?" Husein menjawab, "(Mereka) menyia-nyiakan
salat dan memperturutkan hawa nafsunya." (QS 19:59).

Penanya lain bertanya, "Apa yang dilakukan Imam Khomeini terhadap Iran?" Husein
menjelaskan, "(Dia) membuang dari mereka beban - beban dan belenggu-belenggu
yang ada pada mereka." (QS 7:15). Maksudnya, pada masa pemerintahan monarki,
rakyat Iran terbelenggu dan tertindas. Lalu Imam Khomeini memimpin revolusi untuk
membebaskan rakyat dari belenggu dan penindasan. Sehingga beberapa kalangan
meyakini bahwa Husein cilik ini bermazhab syiah.

4. Tabarak Labudi usia 4,5 tahun telah hafal Al Qur’an

Anak kecil asal Saudi Arabia ini hafal qur’an dalam usia yang sangat belia.
Keluarganya mendapati kemampuan Tabarak sebagai penghafal Al-Qur`an sejak ia
masih berusia dua setengah tahun. Ketika itu, kami menghadiri sebuah acara salah
seorang rekan kami. Ketika itu, ia (Tabarak) menolak untuk ikut menyanyi dengan
anak-anak lainnya.
Yang kemudian membuat kami terkejut karena ia mampu mengulangi lirik lagu itu
enam bulan setelah kejadian tersebut. Tabarak mengatakan secara spontan bahwa
ia mengaku tidak mengikuti film kartun, “Saya tidak ingin menontonnya (film kartun)
karena ini membuat anak-anak memukul saudara-saudara mereka”, ujar Tabarak. Ia
juga memandang bahwa film-film tersebut mengajarkan jiwa mereka terutama
karena anak-anak sering meniru apa yang ia lihat di depan layar televisi.

Pada awal pernikahan, kedua orang tua Tabarak sepakat untuk mengikuti program
khusus menghafal Al-Quran. Keduanya mampu menghapal tujuh juz: juz Tabarak
dan juz Amma, surah al-Fatihah hingga surah an-Nisa. Hingga kemudian ibunya
berhenti karena hamil dan melahirkan Tabarak.

Ini kemudian membuat hanya sang Ayah yang meneruskan untuk menghafal Al-
Qur`an secara lengkap. Meski demikian, Rasha akhirnya mampu mengkhatami al-
Quran bersama dengan anaknya, Tabarak, setelah ia menghapal Al-Qur`an

Menurut Rasha, anaknya telah menghapal 80 persen Al-Quran ketika di rumah,


sedangkan sisanya ia hapal ketika bergabung dengan halaqah tahfidz (kumpulan
penghafal)—yang pada awalnya menolak Tabarak karena usianya yang masih
muda, namun kemudian menerima karena ia telah menghafal lebih dari separuh Al-
Quran.

Pangeran Mishaal bn Majed, Gubernur Jeddah menganugerahi penghargaan


kepada Tabarak Labudi setelah ia memenangi kompetisi penghafal Al-Quran
termuda di dunia. Ini berlangsung pada acara yang ke-29 di Jam’iyah khairiyah
litahfizil quran, Jeddah

5. Rukkayatu Fatahu Umar, Anak Perempuan cilik yang hafal Qur'an usia 3
tahun
Sungguh menakjubkan bocah asal Nigeria yang satu ini. Ia mampu menghafal
seluruh isi Alquran di usia tiga tahun delapan bulan. Rukkayatu Fatahu Umar,
demikian nama bocah perempuan tersebut.

Dikutip dari Nigerian Tribune, Rukkayatu begitu gembira dengan prestasinya. Ia


sangat senang menghafal Alquran bahkan ingin anak-anak di seluruh dunia dapat
belajar dan menghafal Kitabullah sepertinya.

Rukkayatu mulai menghafal kitab suci di sebuah sekolah Quran milik Yayasan
Syekh Dahiru Usman di Barkin Ruwa Askulaye di Kaduna. Syaikh Dahiru Uslam
bukan lain merupakan kakek Rukkayatu. Bukan ikut bersekolah, gadis kecil tersebut
selalu turut serta sang ibu yang merupakan pengajar di sekolah tersebut.

Di kelas hafalan, ia pun terbiasa mendengarkan bacaan Alquran. Hingga kemudian


Rukkayatu ikut membaca ayat-ayat Quran bersama para siswa, bahkan
menghafalnya. "Ia terus menghadiri kelas menghafal hingga saat ini ia telah
menyelesaikan hafalan seluruh Alquran," ujar sang ibu, Sayyada Maimunatu.

Sang kakek, Sheikh Dahiru Usman, ingin menunjukkan kebenaran kabar prestasi
cucunya. Ia ingin membuktikan bahwa prestasi si kecil Rukkayatu bukanlah sebuah
kebetulan melainkan karena ia belajar dengan sungguh-sungguh. Syaikh pun
kemudian meminta Rukkayatu berdiri dihadapan sekumpulan orang-orang termasuk
beberapa ulama. Mereka menguji hafalan dan kebenaran bacaan Qur'an Rukkayatu.
Hasilnya begitu menakjubkan mereka.

Sepertinya menghafal Quran sudah menjadi prestasi keluarga Rukkayatu. Ibunya,


Sayyada Maimunatu telah menjadi hafizhah di usia 12 tahun. Ayahnya, Fatahu Umar
Pandogari pun merupakan hafiz Qur'an. Didikan sang kakek, yang merupakan
ulama terkenal di kawasan Bauchi, Sheikh Dahiru Usman menghasilkan keluarga
penghafal AlQuran.

Ibunya berniat baru akan memasukkan Rukkayatu ke sekolah umum setelah


usianya 10 tahun. Sebelum usia 10 tahun, Rukkayatu akan difokuskan pada
pembelajaran Alquran dan Islam.

6. Farih Abdurrahman Hafal Al Qur’an Usia 3 Tahun yang Menggemaskan


Anak kecil ini usianya masih tiga tahun. Siapapun yang melihat sosoknya, pasti
gemas. Matanya yang berbinar, senyumannya yang polos, raut mukanya yang
bersih dan polahnya yang ceria. Farih, ia bukan anak biasa. Ia anak istimewa.
Sebagian orang bahkan menyebutnya sebagai “at thiflu almu’jizah” atau bocah
mukjizat. Tentu saja, mukjizat tidak dalam arti sebenarnya.

Sebagaimana yang umum berlaku di Aljazair, pembacaan Alquran dilakukan lewat


riwayat Hafash dari Ashim melalui Asy Shatibi. Itulah yang dibunyikan oleh Farih.
Nama Farih Abdurrahman, menjadi pembicaraan hangat Muslim Aljazair. Beberapa
kesempatan ia diminta tampil untuk membacakan ayat-ayat Alquran yang
dihapalnya. Atau sekedar membacakan doa panjang Khatmul Qur’an. Seperti ketika
ia diundang untuk tampil di hadapan para jamaah masjid di Aljazair, termasuk
Presiden Aljazair, Bouteflika.

Suara bacaan Farih, meski dengan lisan sedikit cadel, tajwidnya sangat bagus.
Kelancaran hapalannya memukau para hadirin. Dan menurut pendapat para qari di
negara tempat tinggalnya, Farih yang baru berusia tiga tahun itu, sudah bisa
membunyikan Al Quran secara tartil yang benar. Artinya, benar panjang pendek dan
cara membacanya. Begitulah Farih, satu dari anugerah Allah yang jarang kita jumpai
di dunia ini. Akhirnya Ibunda Farih menuturkan bagaimana awal mula anaknya bisa
menghapal surat-surat panjang Alquranul Karim. Lalu juz demi juz. Sang ibu baru
menyadari kemampuan anaknya yang cepat menghapal. Al Quran itu setelah ia
melewati usia dua tahun.

Dan uniknya, selama usia sebelum dua tahun, Farih bisa dikatakan belum bisa
berbicara seperti anak-anak sebayanya. Tapi, ketika usianya melewati dua tahun,
terjadilah peristiwa luar biasa bagi Farih. Awal pertama kalimat yang terucap baik
dari mulutnya adalah… potongan surat Al Kahfi.
“Ketika dalam kondisi hamil, saya membaca Al Quran. Dan setiap hari Jum’at saya
membaca surat Al Kahfi. Sedangkan setiap hari saya membaca mu’awizatain (Surat
An naas dan Al Falaq), surat Al Mulk dan Maryam. Lalu setelah kelahiran Farih
Abdurrahman, saya membacakan Al Quran setiap hari kepadanya.

Ibunda Farih Abdurrahman bukanlah penghapal Al Quran. Ia hanya seorang ibu


yang memiliki ikatan emosi yang kuat dengan Alquran dan Dzikir. Ia juga memiliki
hubungan batin yang kuat dalam berdialoq dengan janinnya saat mengandung. Dan
ketika Farih lahir, secara berkala, ibunda Farih juga kerap memperdengarkan
bacaan Alquran lewat channel televisi setiap hari.

7. Syarifuddin Khalifah, Anak Kecil Keluarga Katolik dalam Usia 1.5 Telah Hafal
Al-Quran yang Mengislamkan Ribuan Orang

Sharifuddin Khalifa boleh dibilang anak ajaib. Anak yang terlahir di Tanzania, Afrika
Timur pada Desember 1993 itu berasal dari keluarga Katholik. Namun, pada usia 1,5
tahun, Khalifa sudah hafal 30 juz Alquran dan shalat lima kali sehari.

Dan bahkan anehnya lagi, dia tidak hanya hafal Al Qur'an, tapi juga mampu
menghafal Injil secara lengkap

Subhanallah, ia mampu menghafal Alquran tanpa ada orang yang mengajarinya.


Awalnya, kedua orangtua Khalifa mengira anaknya dikuasai setan. Namun,
tetangganya yang Muslim memahami apa yang diucapkan anak ajaib itu. Akhirnya,
kedua orangtuanya menyadari bahwa putranya adalah tanda kebesaran Sang
Khalik. Kedua orangtuanya pun memeluk Islam.

Meski berbahasa ibu Swahili, Khalifa mampu berbicara dan berpidato dalam bahasa
Arab, Inggris, Prancis, dan Italia tanpa belajar. Pada usia empat hingga lima tahun,
ia sudah berkeliling Afrika dan Eropa untuk berceramah dan mengajar. Berkat
dakwaahnya, ribuan orang memeluk Islam. Di Kenya, Afrika sebanyak 1.000 orang
berduyun-duyun bersyahadat setelah mendengar ceramahnya.

Dulu Saat umur 1 bulan, ketika dibawa ibu dan ayahnya ke gereja untuk dibaptis
beberapa meter sebelum sampai di gereja anak itu bisa bicara: “Ibu jangan baptis
aku, aku adalah orang yang beriman kepada Alloh dan rosul-Nya yaitu
Muhammad”.

Kata-kata anak ini benar-benar membuat bulu kunduk mereka merinding, mereka
gemetar dan saling memandang dalam kebingungan dan tidak percaya apa yang
didengarnya dari anak mereka ini. Saking gemetarnya berduapun kembali ke rumah
dan tidak jadi membaptis anak mereka tersebut.

Ketika umur 2 bulan, bayi melarang ibunya untuk menyusuinya dengan cara bayi itu
tidak mau disusui ibunya. Sampai-sampai konsultasi ke dokter spesialis anak
ternyata anak tersebut dalam keadaan sehat walafiyat. Tapi mengapa tidak mau
disusui.

Kalimat pertama yang diucapkan ketika 4 bulan, adalah QS Al-Baqoroh 54 “Maka


bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu, dan bunuhlah dirimu. Hal
itu adalah lebih baik bagimu pada sisi tuhan yang menjadikan kamu, maka
Alloh akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Penerima
taubat lagi Maha Penyayang”.

Dengan kalimat tersebut kedua orang tua dan semua yang hadir dari beberapa
orang tetangga hanya bisa saling memandang dan takjub serta kebingungan.
Mereka tidak faham bahasa yang diucapkan oleh bayi tersebut, karena bukan
bahasa Inggris atau Kiswahili. Saking bingungnya dengan kondisi itu beberapa yang
hadir ada yang mengatakan bahwa bayi itu karasukan setan / sejenis ruh jahat.

Maka Domisia meminta suaminya untuk memanggil pendeta dari gereja terdekat
untuk mendoakan anaknya yang menurut mereka sedang kerasukan setan/ruh hajat
itu. Ternyata setelah pendeta itu datang, tidak sanggup mengusir setan dari tubuh
anak kecil yang mungil itu. Saat itu hadirlah tetangganya bernama Ayyub yang
memberitahukan keislaman sang anak tersebut. Tetangganya tersebut sempat sujud
syukur menyaksikan kehebatan ciptaan Allah SWT.

Semoga tulisan ini menjadi penyemangat kita semua untuk menghafal Al Qur'an dan
menjaganya bagi yang telah Hafal.

Sumber :
spotlite, radiodaqu, Zakylife.files.wordpress, islampos,
harianbangsa, nasehat islam, republika, zakiyu wordpress, dhaniesdailynotes

Kisah Hafidz Cilik Musa

#2 kisah seru di balik panggung Hafidz Indonesia #Rcti 2014:

Biidznillah, allah jalla jallalahu mempertemukan kami di Hafidz Indonesia Rcti on


may, 2014.

Mereka sekeluarga datang dari BaBel. Keluarga muda ini sudah memiliki
putra, putri, dan sedang menanti kelahiran dede bayi 2 bulan lagi.
Kedua anaknya, musa dan luqman, lolos ke 32 besar hafidz indonesia tahun ini.

Si dede luqman 4 th, selalu menangis saat latihan di penginapan.


Belum terbiasa performance di luar lingkaran keluarganya. Mental performance
masih baru akan dimulai. Apalagi mental panggung..
Tentu saja luqman , ketakutan saat latihan performance..
Semua khawatir, bilamana ia nanti menangis di panggung.
Dan betul2..,, luqman terisak-isak di antara kawan2 nya yg sebagian besar begitu
yaqin..
Sambil tersedu mulutnya tetap mengeluarkan mutiara2 ayat-ayat suci azza wa
jalla, hapalannya masuk ke 3 juz.

Sementara, musa si abang.., sudah dimulai orangtua nya,, disuntikkan program


hifdzulquran, ketika usianya menginjak 2 th.
Menjelang 5 th , jadwal quran dibuat sang ayah dan dijalankan full komitmen. Pukul
3 dini hari, musa dibangunkan ayahnya. Waktunya muraja'ah.
Awalnya saya pikir, waah... tega sekalii yaa.. Tapi, ternyata... musa bangun hanya
dg sentuhan jari. Langsung bangun .., take wudhu, dan duduk di muka abah nya.
Wiiih....

Kemudian mulai muraja'ahnya hingga subuh.., dan lanjut lagi hingga pukul 8 pagi.
Setelah itu ia boleh bermain atau mengerjakan hal2 lain.
Lanjut lagi ba'da dzuhur Sepanjang ini ia mampu bertahan. Muraja'ah saja bisa 6 juz
sehari. Ba'da isya, semua anak harus sudah tidur untuk bersiap lagi esok harinya.
Kalau sudah muraja'ah atau menambah hapalan baru, musa tak bergeming....,
nyamuk mendarat di pipi sampai endut juga tak terasa. Wah, waah, waaah... ⚡ ��
Masa kecil masa bermain, dan musa telah mampu memilih ..., masa kecilnya dg
kecintaan yg sangat kepada quran. Dia tampak riang, tak ada beban sedikit pun dg
program yg dibuat orang tuanya.

Aksioma.., siapa2 yg bersungguh2 dalam menuntut ilmu, terutama ilmu al


quranulkariim, maka akan dimudahkan jalannya..., allahuta'aala berikan 'mukjizat' ,
menerangkan pikirannya, menangkap ilmu dan ma'rifat.

Abah musa said, "Jangan pernah merasa tak tega kepada anak." ��
Masyaallah...

Dan keluarga ini, dg ke-3 ~bahkan akan bertambah 4~ anaknya „ saya lihat punya
program harian yg tidak mudah diganti dg kegiatan lain. Abah dan umminya terlihat
begitu disiplin pada daily schedule mereka.

Saya sempat bincang2 ketika breakfast satu waktu dg abah musa.


He said, "Yang menang, belum tentu benar hapalan keseluruhannya. Karena gara2
jadwal tim panpel ngga jelas, hapalan musa jadi berantakan. Terlalu banyak syuting
dan hal2 lain. Kurang waktu muraja'ahnya."
Setelah itu, saya lihat musa digiring abah nya ke teras restaurant atau ke kamar, dan
sering terlambat masuk kelas saat belajar,, karena muraja'ah.
Sangat tidak ingin waktu quran bersama anaknya tersita. Tabarakallah..!

Musa adalah yg paling spektakuler di antara para contestant ... usianya belum lagi
genap 6th.
Pertama jumpa di audisi ke-1@ at-tiin 6 april, hapalan= 26 juz. Jumpa lagi di
karantina 19 mei, musa sudah 29,5 juz.., dan sekarang saat saya menulis ini ,
biidznillaah.., sudah sempurna 30 juz. Masyaallaah... Allahuakbar wa lillah ilham!

Sangat sungguh menjadi teladan,, bagi seluruh anak muslim se dunia...


wa allah azza wa jalla al-ghanii...
al Quran, dijaga dipelihara keasliannya, oleh para penghapal quran,
dan musa ... adalah salah satu di dalamnya.

Sekarang ia sudah terdaftar, menjadi peserta pertama Lomba Hifdzulquran


Internasional di Saudi Arabia mewakili Indonesia pada 10 terakhir Ramadhan nanti,
in sya allah. ⚡
Masyaallah, masyaallaah...

Apakah lisan anda dan ahlul bait anda juga ingin, menjadi bagian.., dari salah satu
pemelihara dan penjaga al qur-an ..?

Mulailah sekarang juga.


Semoga menjadi inspirasi indonesia. Tonton "Hafiz Indonesia 2014 - Musa 5,5
Tahun Dari Bangka Hafal 29 Juz - Membuat Semua Juri Menangis" di YouTube -
https://www.youtube.com/watch?v=4tytFJlshqE&feature=youtube_gdata_player
‘Amr Ibnu Salamah, Mengimami
Kaumnya Ketika Berusia 6 Atau 7
Tahun
Disebutkan dalam Shahih Al-Bukhari tentang ‘Amr ibnu Salamah Al-Jarmi yang
menjadi imam bagi kaumnya, padahal usianya baru enam atau tujuh tahun. Dan itu
terjadi di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

‘Amr bin Salamah menuturkan kelengkapan kisahnya:

Kami bermukim di dekat sebuah mata air yang biasa dilewati orang-orang. Suatu
ketika serombongan musafir yang berkendaraan melewati kami. Kami pun bertanya
kepada mereka, “Bagaimana kabarnya orang-orang? Ada apa dengan mereka?
Bagaimana dengan lelaki yang sedang ramai pemberitaannya?” Mereka menjawab,
“Lelaki itu mengaku Allah-lah yang mengutusnya dan memberi wahyu kepadanya.
Allah mewahyukan kepadanya ini dan itu (dengan membacakan wahyu Al-Qur’an
yang mereka maksud).”

Aku pun menghafal wahyu berupa ayat-ayat Al-Qur’an tersebut seakan-akan


menempel dalam dadaku. Sementara itu kabilah-kabilah Arab menunda keislaman
mereka sampai Fathu Makkah. Mereka mengatakan, “Biarkan dia dan kaumnya. Bila
dia menang atas kaumnya berarti memang dia nabi yang benar.”

Tatkala terjadi Fathu Makkah, setiap kaum bersegera masuk Islam. Ayahku
mendahului kaumku dalam berislam. Saat ayahku datang dari menemui Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, “Demi Allah! Aku datang kepada kalian dari
sisi nabi yang haq (benar-benar seorang nabi). Nabi itu berkata, “Shalatlah kalian
shalat ini di waktu itu dan shalat itu di waktu ini. Apabila datang waktu shalat,
hendaklah salah seorang dari kalian menyerukan adzan dan hendaknya orang yang
paling banyak hafalan Al-Qur’annya mengimami kalian.”

Mereka pun melihat siapa yang paling banyak hafalannya. Ternyata tidak ada
seorang pun dari kaumku yang paling banyak hafalannya melainkan aku, karena
sebelumnya aku mendapatkannya dari rombongan musafir. Kaumku pun
memajukan aku di hadapan mereka untuk mengimami mereka, padahal saat itu
usiaku masih enam atau tujuh tahun.

Saat mengimami mereka aku mengenakan pakaian yang pendek. Bila aku sujud,
pakaian itu terangkat dari bagian bawah tubuhku. Seorang wanita dari kampung
(yang ikut shalat bersama jamaah) lalu berkata, “Tidakkah kalian menutupkan dari
kami pantat pembaca Al-Qur’an kalian itu?” Kaumku lalu membelikan untukku
pakaian dan mereka pakaikan kepadaku. Tidaklah aku bergembira memperoleh
sesuatu sebagaimana gembiraku mendapat pakaian tersebut. (HR. Al-Bukhari)

Dinukil dari Majalah AsySyariah Edisi 056


Kisah Ummu Shalih (82 tahun)
Penghafal Al-Qur’an
RUBRIK KELUARGA pada Majalah Ad-Dakwah selalu menghadirkan kepada para
pembacanya kisah-kisah yanq penuh keteladanan dan juga berbagai informasi yang
menyejukkan hati.

Berikut ini adalah salah satu pengalaman nyata yang dimuat dalam majalah
tersebut. Mari kita simak bersama!

Ummu Shalih. 82 tahun, mulai menghafal Al-Qur’an pada usianya yang ke-70.
Tamasyanya ke taman hafalan Al-Qur’an, sungguh sangat menginspirasi. Cita-
citanya yang tinggi, kesabaran, dan juga pengorbanannya patut kita teladani.

Inilah hasil wawancara dengan Ummu Shalih.

Motivasi apa yang mendorong Anda untuk menghafalkan Al-Qur’an pada umur
yang setua ini?

Sebenarnya, cita-cita saya untuk menghafal Al-Qur’an sudah tumbuh sejak kecil.
Kala itu ayah selalu mendoakanku agar menjadj hafizhah Al-Qur’an seperti beliau
dan juga seperti kakak laki-lakiku. Dari hal itulah, aku mampu menghafal beberapa
surat —kira-kira 3 juz.

Ketika usiaku menginjak 13 tahun, aku menikah. Tentu setelah itu aku tersibukkan
dengan urusan rumah dan anak-anakku. Ketika aku dikaruniai 7 (tujuh) orang anak,
suamiku wafat. Karena ketujuh buah hatiku masih kecil-kecil, maka seluruh
waktuku tersita untuk mengurusi dan mendidik mereka.

Nah, ketika mereka sudah dewasa dan berkeluarga, maka waktu ku pun kembali
luang. Dan hal yang pertama kali aku tunaikan adalah mencurahkan tenaga dan
waktuku untuk mewujudkan cita-cita agungku yang tertunda untuk menghafal
Kitabullah Azza wa Jalla.

Bagaimana awal perjalanan Anda dalam menghafal?

Aku mulai menghafal kembali ketika putri bungsuku masih duduk di bangku
Tsanawiyah (SMP). Dia salah satu putriku yang paling dekat denganku, dan dia
sangat mencintaiku. Sebab kakak-kakak perempuannya telah menikah dan
disibukkan dengan kehidupan baru mereka. Sedangkan, dia (putri bungsuku)
tinggal bersamaku. Dia sangat santun, jujur, dan mencintai kebaikan.

Putri bungsuku pun bercita-cita untuk menghafal Al-Qur’an—terlebih ketika


ustadzahnya menyemangati dirinya. Dari sinilah, saya dan juga putri bungsuku
menghafal Al-Qur’an, setiap hari 10 ayat.

Bagaimana metode yang Anda gunakan untuk menghafal?


Setiap hari, kami hanya menghafal 10 ayat saja. Pada ba’da Ashar, Kami selalu
duduk bersama. Putriku membaca ayat, kemudian aku menirukannya hingga 3
(tiga) kali. Setelah itu putriku menerangkan makna dari ayat-ayat yang Kami baca.
Lantas membaca kembali ayat-ayat tersebut hingga 3 (tiga) kali.

Keesokan harinya, sebelum berangkat ke sekolah putriku mengulangi ayat-ayat


tersebut untukku. Tak cukup itu saja, saya pun menggunakan tape recorder untuk
mendengar murattal Syaikh Al-Hushairi, dan aku mengulanginya hingga 3 (tiga) kali.
Aku pun mendengar murattal tersebut pada sebagian besar waktuku.

Kami menetapkan hari Jum’at, khusus untuk mengulangi kembali ayat-ayat yang
kami hafal selama satu pekan. Demikian seterusnya, saya dan putri bungsuku selalu
menghafal ayat-ayat Al-Qur’an dengan cara tersebut.

Kapan Anda selesal menghafal seluruh Al-Qur’an?

Kira-.kira 4,5 tahun berjalan aku sudah hafal 12 Juz dengan cara yang telah saya
sebutkan. Kemudian putriku pun menikah. Ketika suaminya mengetahui kebiasaan
kami, dia pun mengontrak sebuah rumah yang dekat dengan rumahku untuk
memberikan kesempatan kepadaku dan putriku untuk menyempurnakan hafalan
kami.

Semoga Allah membalas kebaikan menantuku dengan kebaikan yang lebih baik.
Dialah yang selalu menyemangati kami, bahkan terkadang dia menemani kami
untuk menyimak hafalan kami, menafsirkan ayat-ayat yang kami baca, dan juga
memberikan pelajaran-pelajaran berharga kepada kami.

Tiga tahun kemudian, putriku tersibukkan dengan urusan anak-anaknya dan


pekerjaan rumahnya. Sehingga tidak bisa melazimi kebiasaan yang telah kami
jalani. Putriku pun merasa khawatir hafalanku menjadi terbengkalai. Maka, putriku
pun mencarikan untukku seorang ustadzah agar dapat menemaniku
menyempurnakan hafalanku.

Dengan taufik Allah Azza Wajalla aku pun telah purna menghafalkan seluruh Al-
Qur’an. Semangat putriku pun masih membara untuk menyusulku menjadi hafizhah
Al-Qur’an. Bahkan, tidak mengendur sedikit pun.

Cita-cita Anda sangat tinggi, dan Anda pun telah mewujudkannya. Siapakah
sosok wanita di sekitar Anda yang selalu mendukung Anda?

Motivasi saya telah jelas dan terang. Putri-putriku, juga para menantu perempuanku
pastinya selalu mendukungku. Walau hanya satu jam, kami sepakat untuk
mengadakan pertemuan sepekan sekali. Dalam pertemuan itu kami menghafal
beberapa surat, dan saling menyimak hafalan. Terkadang pertemuan itu pun macet.
Tetapi kemudian mereka bersepakat kembali untuk bertemu. Saya yakin, niat
mereka semua sangat baik.

Tak ketinggalan pula, cucu-cucu perempuanku yang selalu memberikan kaset-kaset


murattal Al-Qur’an. Hingga aku pun selalu memberi mereka bermacam-macam
hadiah.
Awalnya, tetangga-tetanggaku juga tidak simpatik dengan cita-citaku. Mereka selalu
mengingatkanku betapa sulitnya menghafal di usia yang daya ingatnya telah lemah.
Tetapi ketika mereka melihat kebulatan tekadku, akhirnya mereka pun berbalik
mendukung dan menyemangatiku. Ada di antara tetanggaku yang juga ikut tersulut
semangatnya untuk menghafal, dan sedikit demi sedikit hafalannya pun mulai
bertambah.

Ketika tetangga-tetanggaku mengetahui bahwa aku telah purna menghafal seluruh


Al-Qur’an, mereka pun sangat berbahagia. Hingga kulihat air mata bahagia menetes
di pipi mereka.

Sekarang, apakah Anda merasa kesulitan untuk muraja’ah (mengulangi)


hafalan?

Saya selalu mendengarkan murattal Al-Qur’an, dan menirukannya. Demikian juga


ketika shalat, saya selalu membaca beberapa surat panjang. Terkadang pula saya
meminta salah seorang putriku untuk menyimak hafalanku.

Di antara putra-putri Anda, adakah yang juga hafizh seperti Anda?

Tak ada satu pun dari mereka yang hafal keseluruhan Al-Qur’an. Tetapi, insya Allah
mereka selalu berusaha mencapai cita-cita menjadi hafizh. Semoga Allah
menyampaikan mereka pada hal tersebut dengan bimbingan-Nya.

Setelah hafal Al-Qur’an, tidak terpikirkan untuk menghafal hadits?

Saat ini, saya telah hafal 90 hadits, dan saya tetap berkeinginan untuk
melanjutkannya, Insya Allah. Saya menghafalnya dengan mendengarkan dari kaset.
Pada setiap akhir pekan, putriku membacakan untukku 3 (tiga) hadits. Sekarang,
saya telah mencoba untuk menghafal hadits lebih banyak lagi.

Setelah kurang lebih 12 tahun Anda disibukkan dengan menghafal Al-Qur’an,


perubahan apa yang Anda rasakan dalam kehidupan Anda?

Benar, saya merasakan perubahan yang mendasar dalam diri saya. Walau sebelum
menghafal–untuk Allah segala pujian—saya selalu menjaga diri untuk senantiasa
dalam ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Setelah disibukkan dengan menghafalkan Al-Qur’an, justru saya merasakan


kelapangan hati yang tak terkira, dan sirnalah seluruh kecemasan dalam diriku.
Saya pun tidak pernah menyangka akan terbebas dari perasaan khawatir terhadap
urusan-urusan yang menimpa anak-anakku.

Moral dan spiritku benar-benar terangkat. Hingga aku pun rela berpayah-payah
untuk mewujudkan kerinduanku dalam mewujudkan cita-citaku. Inilah nikmat
terbesar yang diberikan oleh Sang Khaliq Azza Wajalla kepadaku sebagai wanita
tua, suami pun telah tiada, dan juga anak-anaknya pun mulai berkeluarga.

Di saat wanita lanjut usia lainnya terjebak dalam angan-angan dan lamunan. Tetapi
aku —segala puji hanya untuk Allah— tidak merasakan hal yang demikian. Saya
benar-benar tersibukkan dengan urusan besar yang memiliki faedah di dunia dan
akhirat.

Ketika itu, apakah Anda tidak berpikir untuk mendaftarkan diri pada sebuah
pesantren penghafal Al-Qur’an?

Pernah beberapa wanita yang mengusulkan kepadaku, tapi saya adalah wanita
yang terbiasa untuk berdiam diri di dalam rumah dan jarang sekali keluar rumah.
Alhamdulillah, karena putriku telah mencukupi segalanya dan membantuku dalam
segala urusan. Sungguh, putriku benar-benar tidak ada duanya. Aku pun telah
banyak mengambil pelajaran darinya.

Apa yang terkesan dalam diri Anda tentang putri bungsu Anda yang telah
membimbing dan mendampingi Anda?

Putri bungsuku telah memberikan pelajaran mengagumkan dalam kebaikan dan


kedermawanan yang keduanya sulit ditemui pada zaman sekarang. Terlebih dia
mendampingiku menghafal Al-Qur’an pada usia ABG. Padahal,usia ini adalah usia
labil yang mudah terombang-ambing dan tergoda dengan keadaan yang
menjerumuskan.

Tidak seperti umumnya teman-teman seusianya, putriku memaksakan diri untuk


meluangkan waktunya untuk mendampingiku. Dia pun mengajari dan
mendampinqiku dengan tekun, sabar, dan penuh kelembutan. Suaminya pun
demikian —semoga Allah senantiasa menjaganya, selalu menolong dan telah
memberikan bantuan yang begitu banyak. Semoga Allah Azza wa Jalla
mengaruniakan kepada mereka berdua dan menyejukkan pandangan mata mereka
dengan anak-anak yang shalih.

Apa saran Anda kepada wanita yang telah lanjut usia, dan menginginkan untuk
dapat menghafalkan Al-Qur’an, tetapi terhalang oleh rasa khawatir dan merasa
tidak mampu untuk melaksanakannya?

Saya katakan, “Jangan berputus asa terhadap cita-cita yang benar. Teguhkanlah
keinginanmu, bulatkan tekadmu, dan berdoalah kepada Allah di setiap waktu.
Kemudian, mulailah sekarang juga. Setelah umurmu berlalu dan kau curahkan
seluruhnya untuk memenuhi tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga, mendidik
anak, dan mengurus suami. Maka sekarang saatnyalah Anda memanjakan diri.
Bukan berarti kemudian memperbanyak keluar rumah, memuaskan diri dengan tidur,
bermewah-mewah, dan banyak beristirahat. Tetapi memanjakan diri dengan amal
shalih. Hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala kita memohon khusnul khatimah.

Nasihat Anda terhadap para remaja?

Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Nikmat Allah berupa kesehatan, dan
banyaknya waktu luangmu, maksimalkanlah untuk menghafal kitab Allah Azza Wa
Jalla. Inilah cahaya yang akan menyinari hatimu, hidupmu, dan kuburmu setelah
engkau mati.
Jika kalian masih memiliki ibu, bersungguh-sungguhlah dalam membimbingnya
menuju ketaatan kepada Allah. Demi Allah, tidak ada nikmat yang lebih dicintai
seorang ibu kecuali seorang anak shalih yang mau menolongnya untuk
mendekatkan diri kepada Allah Azza Wa Jalla.
(diterjemahkan dari quraan-sunna.com)

Disalin dari buku: HAFAL AL-QUR’AN TANPA NYANTRI


penyusun: Abdud Daim Al Kahil.
penerbit: Pustaka Arafah
Cet I, Maret 2010, halaman 129-137

Sumber: http://jilbab.or.id

Seorang Ibu Rumah Tangga Pun


Menjadi Penghafal Al Quran
Ummu Zaid, seorang ibu rumah tangga ketika menceritakan pengalamannya dalam
menghafal Al Quran, beliau menutup cerita dengan kata-kata yang bisa menjadi
nasihat untuk kita semua, terutama untuk ibu rumah tangga. Belum pupus harapan
bagi kalian untuk menjadi penghafal kitabullah.

Berikut nasihat beliau yang saya kutip dari buku Hafal Al Quran Dalam Sebulan

Untuk menutup halaman-halaman yang indah ini, aku sampaikan pada kalian bahwa
aku adalah wanita , sebagaimana wanita lainnya. Aku memiliki suami dan anak-
anak. Anak-anakku belajar di sekolah khusus dengan kurikulum pelajaran yang
sangat sulit. Aku hafal Al Quran, tapi aku tidak melalaikan tanggung jawabku
sebagai seorang ibu. Aku didik anak-anakku dan berusaha mengajari mereka segala
sesuatu. Bahkan tanggung jawabku yang paling utama adalah sebagai seorang istri
yang berusaha untuk mendapatkan keridhaan suami, tanpa mengurangi haknya dan
dengan menunaikan kewajiban-kewajibanku secara sempurna.

Alhamdulillah, Allah tidak menjadikanku telat dalam menghafal al Quran. Demi Allah,
janganlah kalian beralasan atas tidak hafalnya kalian terhadap al Quran. Apalagi
kalian adalah para gadis yang belum menikah dan belum memikul tanggung jawab.

Pertama dan terakhir kalinya adalah berprasangka baik pada Allah. Karena dengan
begitu, Allah akan berprasangka baik sesuai dengan persangkaan hamba-Nya.
Pada awalnya, aku mengira bahwa surat al Baqarah dan Ali Imran sangat sulit untuk
dihafal, dan usaha itu akan memakan waktu yang lama. Dan Allah pun memberiku
anugrah sesuai dengan apa yang kusangka, yakni menghafalnya selama 7 tahun.
Itu karena aku tidak berprasangka baik pada Allah.

Namun setelah itu, ketika aku berpasrah diri pada Allah dan berprasangka baik
terhadap-Nya, aku berujar pada diri sendiri, “Aku akan menghafal al Quran secara
keseluruhan dalam waktu yang singkat.” Allah pun memuliakanku dengan menghafal
kitab-Nya, bahkan memudahkanku. Allah menunjuki jalan dan cara menghafal yang
bermacam-macam, yang tidak pernah kumengerti dan kuketahui sebelumnya.
Wahai orang yang berkeinginan untuk menghafal Al Quran, bertawakallah pada
Allah! Bersungguh-sunguhlah dalam berusaha! Dan jujurlah pada dirimu,
bahwasanya engkau benar-benar ingin menghafal Al Quran! Serta, berprasangka
baiklah bahwa Allah akan memberi taufik-Nya atas usahamu! Demi Allah, engkau
akan memperoleh apa yang kau ingin dengan segera. Dan engkau akan menjadi
bagian dari penghafal kalam yang paling agung, yaitu kalam Rabb semesta alam.
Dia telah berfirman:

“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al Quran itu untuk pelajaran. Maka,
adakah orang yang mengambil pelajaran?” (Al Qamar: 17)

Subhanallah, mereka yang mengenalku mengira bahwa aku selalu mengawasi


anak-anakku. Tetapi tanpa perlu kujelaskan dengan kata-kata, mereka akan
mengetahui hal yang sebenarnya.

Suatu hari, ketika aku sedang duduk, anakku yang belum genap 2 tahun berjalan
mendekati meja yang diatasnya terdapat mushaf yang biasa kugunakan untuk
menghafal. Ia mengenali mushaf itu, dan membawanya padaku. Setelah itu, ia
menyeraknan padaku sembari mengucapkan beberapa patah kata, “Mata, Quran.”
Seakan-akan ia berucap, “Bacalah wahai ibu, dalam waktu dekat ibu kan selesai
mengkhatamkannya.”

Subhanallah, pada hari itu tidak ada perhatiannya selain mencariku dan mencari
ayahnya. Jika mushaf tidak terdapat di tangan kami, maka ia berlari untuk
mengingatkan kami. Subhanallah.

Sumber: Buku Hafal Al Quran Dalam Sebulan

Wanita 60 Tahun hafal al Qur’an Hanya


Dengan Mendengar
Usinya 60 tahun. Ia seorang buta huruf yang tak bisa baca tulis. Sepanjang
hidupnya, ia tidak pernah mengecap pendidikan sekolah. Ia memfokuskan diri
mengurus rumah tangga dan kehidupan 10 orang anggota keluarga yang terdiri dari
laki-laki dan perempuan. Suaminya meninggal dunia karena penyakit akut yang ia
idap.

Orang-orang yang ada di sekitarnya lari darinya. Sehingga, ia menghadapi kondisi


kemiskinan dan hutang yang menumpuk di hadapan banyak anaknya dengan
berbagai ragam permintaan mereka. Ia tidak menggerutu ataupun menyerah.
Sebab, ia sadar bahwa tugasnya adalah mulia sekaligus merupakan sebuah
kewajiban.
Ia mendorong anak-anaknya untuk menjadi komponen yang baik dalam masyarakat
melalui keberhasilan mereka meraih berbagai ijazah perguruan tinggi dengan
pendapatan bulanan yang tak seberapa ia peroleh.

Anak-anaknya menikah dan masing-masing mereka sibuk dengan kehidupan


barunya. Sang ibu mendapati banyak waktu kosong. Ia pun membentengi diri
dengan al Qur’an yang mulia. Kondisinya yang buta huruf tidak menjadi halangan
baginya. Bahkan, ia berusaha keras dan membeli sejumlah kaset murattal.

Ia terus mendengarkan bacaan murattal tersebut dan mengulang-ngulang mengikuti


bacaannya. Secara turin pula ia mendatangi beberapa halaqah tahfidz yang ada di
Thaif untuk memperdengarkan apa yang telah ia hafal kepada para pengajar di
halaqah tersebut. Sang ibu terus dalam kondisi seperti ini.

Hari demi hari, ia mendengar dan menghafal hingga dengan pertolongan Allah ia
mampu menghafal al Qur’an secara keseluruhan dalam usia 60 tahun.

Sumber: Buku “Kisah Inspiratif Para Penghafal al-Qur’an”, Ahmad Salim Badwilan,
Penerbit WIP.

Artikel: www.kisahislam.net

Mengharukan..Lelaki Saudi Ampuni


Pembunuh Anaknya Jika Hapal Al-
Qur’an
Rabia al-Dousari boleh jadi termasuk lelaki berlapang dada. Dia berjanji bakal
memaafkan kesalahan Faisal al-Amiri, yang terbukti bersalah membunuh putranya,
Abdullah.

Hanya saja, Dousari mengajukan syarat Faisal boleh dibebaskan dari hukuman
penjara sekaligus vonis mati bia dia berhasil menghapal Alquran, tulis surat kabar
Al-Yaum, seperti dilansir stasiun televisi Al Arabiya, Senin (15/10).

Pengadilan di sebuah provinsi di sebelah timur negara itu telah memutuskan Faisal
bersalah membunuh Abdullah dalam sebuah perkelahian. Sesuai syariat Islam
berlaku di Negeri Dua Kota Suci itu, dia divonis mati. Pelaksanaan hukuman mati
dilakukan dengan cara dipenggal kepalanya.

Tapi, Faisal bisa bebas dari semua hukuman bila keluarga Abdullah mau
mengampuni. Pengadilan Tinggi setempat mendorong agar Dousari mau
memaafkan kesalahan Faisal.

Dousari menolak uang pengganti darah putranya. Dia hanya mengajukan syarat
Faisal harus menghapal kitab suci umat Islam itu.
Dousari barangkali yakin Faisal tidak akan mengulangi dosa itu lagi bahkan bisa
menjadi saleh setelah menghapal Alquran. Maklum saja, Alquran seharusnya
menjadi pedoman hidup tiap muslim.

Narapidana Menghafal al-Quran Ketika


Menunggu Sidang
Syaikh DR.Yahya bin Abdurrazzaq al-Ghautsani bercerita :

“Kisah unik lain yang saya dengar juga adalah para tahanan di salah satu penjara
tidak ada yang memiliki mushaf al-Quran. Oleh karena itu, masing masing dari
mereka (para narapidana) mendiktekan hafalan al-Quran yang dia miliki kepada
narapidana lain nya, sehingga semua narapidana dapat menghafal seluruh al-Quran
(tanpa mushaf). Kecuali halaman terakhir dari surat Al-Anfaal. Sebab tidak ada
seorang pun dari mereka yang menghafalnya. Hal ini sangat merisaukan mereka.
Hingga akhirnya, ketika tiba giliran persidangan salah seorang dari mereka, dan ia
keluar menuju lorong pengadilan untuk menunggu giliran, maka hal yang pertama
yang ia (salah seorang narapidana) lakukan adalah mencari orang yang menghafal
penghujung surat al-Anfaal.

Secara kebetulan ia mendapatkan nya diantara orang – orang yang hadir disitu. Lalu
orang itupun mendiktekan hafalan nya kepada nya (yakni nara pidana tadi) dengan
cara berbisik. Kemudian ia pun kembali kepada teman – teman nya dengan
membawa hadiah yang paling berharga.

Sekembalinya ke penjara, mereka (nara pidana) lain nya langsung berkerumun


disekelilingnya, lalu ia mendiktekan (halaman terakhir dari surat al-Anfaal) kepada
yang lain nya. Ternyata mereka langsung dapat menghafalnya sejak pertama kali
mendengarnya, seperti layaknya surat al-Fatihah.”

[Cara Mudah dan Cepat Menghafal al-Quran hal 202-203, DR.Yahya bin
Abdurrazzaq al-Ghautsani. cet Pustaka Imam Syafi’i. judul asli nya Kaifa Tahfazhul
Quran al-Karim]

Subhanallah, begitu semangatnya para narapidana ini dalam menghafal al-Quran.


Bagaimana dengan kita?

Sumber: Abu Abdillah Prima Ibnu Firdaus ar-Roni al-Mirluny

Artikel: www.kisahislam.net

Balasan Menghafal al Qur’an al Karim


Dr. Sayid Husain Al-Afanie menulis dalam bukunya yang berjudul AI-Jazaau min
Jinsil Amal (Balasan itu Sesuai dengan Jenis Amalnya) kisah berikut ini, yang beliau
sadur dari Syaikh Abdurrahman bin Aqil Adz-Dzahiri, dari Syaikh Mahfudh Asy
Syanqathi–Direktur Utama Majma’ Raja Fahd untuk Pengadaan Al-Qur’an– dari
Syaikh para qari’ di Majma’ tersebut, yakni Syaikh Amir Sayyid Utsman
Rahimahullah. Syaikh Amir pada akhir usia yang ke-70 tahun, syaraf
bicaranya terganggu sehingga tidak bisa bersuara.

Ketika itu, beliau mengajar murid-murid yang belajar qira’ah, tetapi secara tiba-tiba
tidak mampu bersuara, hanya terdengar desahan saja. Kemudian, beliau sakit keras
dan selama itu beliau terbaring di rumah sakit.

Suatu ketika para perawat dan pasien rumah sakit dikagetkan dengan seorang
pasien lelaki yang syaraf bicaranya putus, tetapi ia masih sanggup duduk, bahkan
melantunkan firman- firman Allah Ta’ala dengan suara jelas lagi
merdu; mengkhatamkan seluruh Al-Qur’an dari ‘ayat Al-Fatihah hingga An- Naas
selama 3 hari. Setelah itu, beliau meninggal dunia.

Subhanallah..

Bukankah balasan suatu kebaikan itu berupa kebaikan pula?!

Sumber: Dikutip dari buku “Bila Amal di Bayar Kontan’, Sayyid Abdullah Sayyid
Abdurrahman ar-Rifai, Penerbit Darul Falah

Ibu Berusia 65 tahun, Buta huruf,


Menghapal al-Quran selama 16 tahun
Seorang ibu bernama Ummu Muhammad (Wadhha Ath-Tahyyar) berusia 65 tahun.

Ia bercerita :”Proses penyimakan yang terus menerus dan alat perekam merupakan
dua karunia Allah yang mempunyai andil besar dalam mewujudkan keinginan ku
untuk menghafal al-Quran al-Karim.

Perjalanan hidup ku bersama hafalan a


l-Quran telah berjalan 16 tahun lamanya, tetapi sungguh aku sangat merasa
kebahagiaan yang hakiki khususnya ketika aku baru mulai menghafal al-Quran.
Diantara unsur penting yang dapat membantu dalam menghafal adalah adanya niat
yang jujur, ikhlas karena Allah semata, dan bersabar terhadap segala kesulitan.
Sesungguhnya aku adalah seorang buta huruf yang tidak bisa membaca dan
menulis sehingga aku banyak mendapatkan kesulitan yang luar biasa diawalnya.
Namun segala puji hanya milik Allah, aku menggunakan alat perekam dan meminta
pertolongan seorang guru wanita untuk datang kerumahku membaca al-Quran
kepada ku dan menyimak hafalanku setiap harinya. Tidak lupa pula bahwa motivasi
anak-anak ku yang tiada hentinya merupakan dorongan bagi ku untuk meneruskan
kegiatanku dalam menghafal.

Karena buta huruf, maka ketergantungan ku pada indra pendengaran merupakan


hal yang paling utama bagi ku. Ini merupakan salah satu karunia Allah sebagai ganti
dari sifat buta hurufku sehingga bisa mewujudkan impianku mengkhatamkan al-
Quran selama 16 tahun di lingkungan ahli al-Quran. Aku memohon kepada Allah
agar menjadikan ku termasuk hamba – hamba-Nya ahli Quran, karena al-Quran
adalah cahaya bagi manusia sewaktu didalam kuburnya.

Akhir kata aku mengajak saudari – saudari ku untuk menghafal al-Quran karena
sesungguhnya hal tersebut mudah dan ringan sekali bagi siapa saja yang
dimudahkan oleh Allah Ta’ala.”

[Majalah Al-Usrah hal 15. Lihat, Agar Anak Mudah Menghafal al-Quran hal 132-133.
Hamdan Hamud al-Hajiri. cet Darus Sunnah]

Subhanallah, bagaimana dengan kita yang masih muda, apalagi -alhamdulillah-


sebagian kita tidak buta huruf? Kemana waktu kita pergi dan habiskan?

Mulailah, bacalah, hafallah, dan ulangilah

Abu Abdillah Prima Ibnu Firdaus ar-Roni al-Mirluny


Merlung, 16 Ramadhan 1433 H / 5 Agustus 2012 M

Artikel: www.kisahislam.net

Rahasia Syeikh Jibril Menjadi Hafidz


cagus Feb 7th, 2015 0 Comment
Syeikh Muhammad Jibril : Imam Masjid Para Shahabat Rasulullah Beberapa puluh tahun
yang lalu, warga desa Thahuriya sudah amat terbiasa menyaksikan seorang anak kecil
berjalan melalui jalan desa dengan gamis putihnya menuju masjid. Anak ini dikenal selalu
menjaga shalat jama’ahnya dan selalu tiba di masjid sebelum adzan berkumandang. Sehingga
setiap anak kecil ini menyusuri jalan, warga kampung kecil yang berada di propinsi Al
Qalyubiyah itu sudah memahami, bahwa waktu shalat menjelang tiba. Anak kecil bergamis
putih itu tidak lain adalah Muhammad Muhammad As Sayyid Husnain Jibril.

Kini anak yang sudah menghafal al-Qur`an 30 juz itu lebih dikenal dengan sebutan Syeikh
Muhammad Jibril, seorang qari` yang dikenal memiliki suara merdu yang banyak dirindukan
umat Islam di berbagai tempat. Laki-laki yang telah menyelesaikan lisence di Fakultas
Syari’ah wa Al Qanun Al Azhar ini telah menjadi imam tetap di Masjid Amru bin Ash sejak
tahun 1988. “Allah telah memulyakan saya dengan shalat dan menjadi Imam di Masjid Al
Jami’ ‘Amru bin Ash, yang telah dibangun oleh lebih dari 80 shahabat Rasulullah Shallallahu
alaihi wasallam (SAW).” Kemerduan suaranya tatkala melantunkan ayat-ayat suci al-Qur`an
menjadi daya tarik tersendiri bagi warga Mesir. Khususnya ketika beliau menjadi Imam
Masjid Amru bin Ash, warga berduyun-duyun untuk mengikuti shalat tarawih.

Tak jarang, warga dari luar kota Kairo ikut berbondong-bondong. Untuk mendapat shaf-shaf
depan, mereka sudah datang sejak jam 2 siang. Terawih dengan Syeikh Jibril di Masjid yang
dibangun Amru bin Ash ini memiliki nuansa tersendiri. Qunut di shalat witirnya memakan
waktu hampir satu jam! Di kesempatan itu, Syeikh Jibril berdoa untuk semua permasalahan
umat Islam. Jodoh, ekonomi, hingga pertolongan Allah agar umat Islam Palestina segera
terbebas dari cengkraman Zionis tak luput dari munajatnya. Tak jarang para jama’ah
menangis sedu-sedan di waktu qunut berlangsung.

“Baik menangis atau dibuat-buat supaya bisa menangis boleh, sebagaimana sabda Rasulullah
(SAW).“ Ucap beliau, ketika ditanya tentang mereka yang manangis dengan dibuat-buat
ketika shalat. Di masa mudanya, sebelum selesai tingkat Aliyah (SMU), ia sudah pindah ke
Yordan dan menjadi Imam di salah satu masjid di negara itu, serta menjadi pengajar materi
al-Qur`an di Universitas Al Urduniyah. Walau sudah menjadi pengajar, belajar sendiri tidak
dilupakan.

Ia melanjutkan kuliyah ke Fakultas Syari’ah wa Al Qanun di Universitas Al Azhar Mesir.


Karena itu, ia harus sering bolak-balik Yordan-Mesir, untuk melancarkan studinya. Di
Yordan inilah Syeikh Muhamamd Jibril mulai populer, rekaman bacaan al-Qur`an beliau
mulai menyebar. Sedangkan di Mesir sendiri, namanya saat itu hampir tidak terdengar. Baru,
setelah beliau “menyabet” juara lomba menghafal al-Qur`an tingkat internasional di Malaysia
tahun 1981 dan di Saudi tahun 1986, Muhammad Jibril mulai populer di negerinya sendiri.
“Ini yang membuat saya merasa, bahwa sudah saatnya saya menetap di Mesir.” Ungkapnya.

Dengan berbekal sejumlah uang yang ia peroleh dari hadiah lomba, ketika ia genap berumur
25 tahun, laki-laki pendiri Madrasah Ubai bin Ka’ab ini membangun rumah dan mulai
menjadi imam di beberapa masjid di Mesir. Setiap kali menjadi imam, jumlah jama’ah shalat
meluber. Hingga akhirnya ia ditetapkan menjadi imam di Masjid Jami’ Amru bin Ash.
Khusus di bulan Ramadhan, jumlah jama’ah di masjid Amru bin Ash bisa mencapai 500 ribu
jama’ah.
Shaf shalat meluber hingga terowongan Malik As Shalih, yang berjarak beberapa ratus meter
dari Masjid. Kontribusi Syeikh Jibril terhadap masjid Bersejarah ini diakui oleh Dr. Abdu As
Shabur Sahin, salah satu ulama Mesir,”Saya mengharap agar ia tidak meninggalkan Masjid
Amru. Dia telah menghidupkan Masjid Amru, setelah sebelumnya ‘tak berpenghuni’.”
Menjadi imam shalat ratusan ribu jama’ah ternyata tidak membuat Syeikh Jibril, bangga atau
pun grogi.“Ketika menjadi imam, saya merasa seakan-akan hanya ada satu makmum yang
shalat di belakang saya, dan saya sudah lupa dengan semua makmun. Saya merasa sedang
berada di alam yang berbeda, bersama setiap lafadz yang saya ucapkan dari
kalamullah.”Terangnya.

Sejak kecil, Syeikh Jibril memang bercita-cita sebagai ahlu al-Qur`an, dan meraih tingkatan
tertinggi dalam bidang ini. Menurutnya, sejak awal beliau memang mencintai spesialisasi.
Sehingga, ketika diangkat menjadi imam Masjid Amru bin Ash, dan diundang untuk menjadi
imam shalat di berbagai negara, beliau tidak merasa heran. Akan tetapi menurutnya,
tawadhu’ harus tetap dijaga. Bahkan, walau sudah ribuan kali menjadi imam shalat di
berbagai tempat, beliau merasa seakan-akan baru pertama kali menjadi imam.

Tepatnya pada bulan Maret 2004, laki-laki yang juga kerap menjadi Imam tarawih di
Malaysia ini mulai mengaktifkan lembaga pendidikan al-Qur`an, yang dinamai dengan Dar
Ubai bin Ka’ab yang terletak di wilayah Sayidah Zainab Kairo.

Dengan masa pendidikan 6 tahun, ia mentarget 5 juz al-Qur`an bisa dihafal tiap tahunnya,
sehingga begitu lulus, para pelajar sudah menghafal 30 juz. Ubai bin Ka’ab adalah sahabat
nabi penghafal dan penulis wahyu, dan seorang sahabat yang disaksikan oleh Rasulullah
(SAW) bahwa beliau adalah seorang alim. Oleh karena itulah, Syeikh Jibril terilhami untuk
mengabadikan nama sahabat mulia itu menjadi nama madrasahnya. Disamping itu ia juga
mendirikan“kuliyah terbuka” yang tidak terikat umur, yang juga mempelajari tajwid dan
bacaan al-Qur`an.

Di luar masjid, aktivitas Syeikh Jibril tidak berbeda dengan rakyat biasa pada umumnya.
Beliau adalah seorang yang juga rajin berolah raga. Tak jarang ketika ditemui beliau
kedapatan sedang mengenakan baju trinning. Bermain sepak bola dan berenang adalah
cabang olah raga yang beliau gemari. Bukan untuk hiburan atau bersenang-senang semata.
Menurutnya, olah raga bisa membantu mengatur pernafasan. Karena nafas yang teratur
dengan baik sangat diperlukan bagi seorang qari’.

Itu dilakukan juga untuk menjaga kekuatan jasmani, karena menjadi imam, apalagi shalat
tarawih, perlu memiliki ketahanan fisik yang baik. Untuk mengisi hari-hari, Syekh Jibril
bermain akrab dengan Amru juga memperdengarkan ayat-ayat al-Qur`an untuk putra beliau
itu.

“Wajib bagi kita untuk memperhatikan anak-anak balita, karena mereka memiliki fitrah untuk
mencintai al-Qur`an, hingga mereka senang jika kita bacakan.” Ucap beliau. Keluarga al-
Qur`an Bagi Syeikh Jibril, untuk menjadi penghafal dan qari` al-Qur`an ternyata tidak cukup
hanya mengandalkan jerih payah yang bersangkutan, peran lingkungan dalam kelurga juga
menentukan. Keluarga Muhammad Jibril sendiri adalah “keluarga al-Qur`an.” Ayah beliau
sendiri adalah seorang hafidz yang cukup dikenal di propinsi Qalyubiyah. Kakak laki-lakinya
Syeikh Sayyid Muhammad Jibril juga saorang hafidz, mengajar di pesantren milik Al Azhar
di wilayah Ma’adi.
Begitu pula saudaranya yang bernama Nashr, serta bebarapa saudara perempuannya juga
hafal 30 juz. Pada umur 5 tahun, ayahnya menyerahkannya kepada Syeikh Amir Utsman,
pangajar al-Qur`an di desanya. Dan Syeikh Jibril memiliki kesan tersendiri terhadap guru
beliau yang telah wafat di Makkah ini. Menurutnya, pertemuannya dengan Syeikh Amir
adalah sebuah kenikmatan dari Allah.

“Dari Syeikh Amir saya mengambil bacaan al-Qur`an yang “bersih” dan tepat. Laki-laki ini
adalah salah satu fadhilah untuk saya” Cara menghafal al-Qur`an Ketika ditanya, bagaimana
cara menghafal, hingga bisa menghasilkan hafalan yang kuat dan benar? Beliau menjawab,
“Musyafahah (dengan mendengarkan dan menirukan) adalah cara pengajaran yang saya
tempuh, setelah itu mempelajari hukum bacaan.” Tidak hanya itu, keadaan hati yang bersih
juga turut berperan,”Saya mengetahui bahwa keberhasilan adalah buah dari ikhlas, maka saya
berusaha untuk selalu dalam keadaan ikhlas dan terus menerus mengulangi hafalan”.
Mengenai metode pengulangan hafalan Syeikh Jibril menjelaskan,”Saya dulu mengulangi
sebelum dan sesudah shalat shubuh, dengan mengetahui tanda wuquf (berhenti), dan
bagaimana mengucapkan lafadz yang benar, dan saya membaca yang akan saya hafal besok
dan saya terus melakukannya”. Syeikh Jibril memandang bahwa mengulangi hafalan setiap
hari adalah hal yang amat penting bagi seorang hafidz. “Barang siapa meninggalkan al-
Qur`an dalam sehari, maka al-Qur’an akan meninggalkannya dalam sepekan, barang siapa
meninggalkan al-Qur’an sepekan, al-Qur’an akan meninggalkannya sebulan, dan barang
siapa meninggalkan al-Qur’an sebulan, maka al-Qur`an meninggalkannya setahun dan barang
siapa meninggalkan al-Qur`an setahun maka yang bersangkutan akan lupa, artinya kita harus
memulai hafalan dari awal lagi.” Syeikh Jibril berpesan. Oleh karena itu, walau sudah
menjadi qari’ besar dan ribuan kali mengulang hafalan dengan menjadi imam shalat, hingga
kini Syeikh Muhammad Jibril masih tetap mengulangi hafalan beliau, yakni, 5 juz dalam
sehari. Hal ini juga merupakan washiyat dari guru beliau, Syeikh Amir Utsman

Sumber :
https://m.facebook.com/groups/709798949038747?view=permalink&id=806779872673987
&refid=18&_ft_&__tn__=%2As

Hafidz Al Qur'an | Kisah Seorang Penggembala


Kambing Menghapal Al-Qur'an

SEORANG penggembala kambing, sebut saja namanya Urwah, dari negara Kuwait
menceritakan kisahnya seperti yang ditulis oleh Syeikh Hamdan Hamud Al-Hajiri
dalam kitabnya “Auladuna, Kaifa Yahfazhunal Qur`an”. Berikut adalah kisahnya.

Pada saat berangkat, aku merasakan dua hal yang berbeda pada waktu yang
bersamaan. Di satu sisi aku merasa sedih karena harus berpisah dengan keluarga di
kampung, namun di sisi lain aku merasa senang karena bisa pergi ke Arab Saudi. Ini
kali pertama aku masuk bandara dan berpergian dengan pesawat terbang.
Perasaan pun bercampur aduk, antara gembira, sedih, dan rasa takut. Semuanya
aku rasakan saat itu.

Aku tidak sempat memikirkan tentang pekerjaan dan di mana aku akan bekerja
setelah mendapatkan panggilan dari seseorang di Arab Saudi. Bagiku yang hanya
lulusan SMA ini, diterima bekerja di Arab Saudi saja adalah sesuatu yang hebat;
karena jarang bagi kalangan menengah ke bawah di kampungku untuk pergi ke
luar negeri. Apapun pekerjaannya, yang penting halal dan hasilnya dapat aku
tabung untuk kembali ke Kuwait.

Tak terasa, muncul dalam pikiranku tentang pakaian ihram yang ingin aku gunakan
pada musim haji dan cita-citaku untuk menghafal al-Quran selama berada di Arab
Saudi. Inilah cita-citaku semenjak lama. Sungguh aku akan berusaha menghadapi
semua kesulitan untuk menggapai cita-citaku itu.

Perasaan takut lalu berubah menjadi tenang ketika aku tenggelam bersama cita-
citaku tersebut. Namun, pikiranku seketika buyar bersamaan dengan datangnya
seorang petugas bandara yang meminta paspor. Aku lalu menyerahkan pasporku
kepadanya. Petugas itu bertanya,

“Apa pekerjaanmu? Penggembala kambing?”

“Iya.“

Aku jawab dengan tegas pertanyaannya.

Setelah mengambil barang bawaan, aku keluar bandara. Aku melihat namaku yang
tertulis di kertas besar dibawa oleh seseorang. Ternyata, dia adalah majikanku.
Dia menyambutku dengan senyuman.

Setelah itu, aku masuk mobil majikanku yang tengah parkir di sana. Aku melihat
lampu kota dari kejauhan yang perlahan menghilang seiring dengan laju
kendaraan yang membawa kami. Pertanyaan demi pertanyaan datang silih
berganti dari majikanku. Berapa tahun kamu pernah menggembala kambing?
Apakah engkau dapat mengenali penyakit-penyakit kambing? Dan banyak
pertanyaan lainnya.

Setelah pertanyaan-pertanyaan yang banyak, rasa kantuk mulai menguasaiku.


Majikanku mulai memberikan nasihat-nasihat, “Jangan kamu putus asa! Janganlah
kamu takut! Kamu harus bersemangat dan bersungguh-sungguh.”

Kami sampai di kemah kecil setelah melalui jalan-jalan yang berliku. Kemudian
majikanku berkata, “Inilah tempat tinggalmu.” Aku merasa senang dengan tempat
yang luas serta suasana yang tenang dan indah. Kemahku berada di dataran tinggi
yang dikelilingi oleh tumpukan jerami dan gandum. Dalam kemahku yang
sederhana terdapat sebuah ruangan kecil yang berfungsi sebagai dapur.

Pagi harinya, aku menunaikan shalat Subuh setelah terbangun dari tidurku yang
pulas karena baru pertama kali melakukan perjalanan yang jauh.
Hari Pertama Mengembala

Pengembala kambing, ya tetap pengembala kambing. Aku tidak menyesal bekerja


sebagai pengembala kambing lagi di negeri yang jauh dari negeriku. Meskipun di
negaraku juga bisa mengembala kambing, tapi seperti yang aku katakan, cita-
citaku ke Arab Saudi adalah menunaikan ibadah haji dan menghafal Al-Qur`an
hingga 30 juz.

Aku memulai hari pertamaku bekerja. Aku lihat kambing gembalaanku satu
persatu, lalu aku membiarkannya berjalan di depan, dan aku mengikutinya sambil
membawa bekal untuk makan siang nanti. Aku tunggangi pungung kudaku dan
berdoa seperti yang tercantum dalam firman Allah Ta’ala,

“Mahasuci (Allah) yang telah menundukkan semua ini bagi kami, padahal kami
sebelumnya tidak mampu menguasainya ”(QS. Az-Zukhruf: 13)

Debu-debu beterbangan dari bekas pijakan kaki kambing yang sedang berjalan
dengan perlahan. Aku hidup di gurun, bukan di tanah subur yang mana seseorang
bisa mengembalakan kambingnya dengan mudah. Memang butuh perjuangan yang
hebat untuk mencari tempat pengembalaan kambing.

Dari kejauhan, sebuah kemah mulai terlihat. Kemah itu adalah tempat tinggal
pengembala kambing yang juga bekerja dengan majikanku. Di sana ada beberapa
orang yang tengah beristirahat. Sesampai di sana, setelah memperkenalkan diri
kepada teman-teman dengan profesi yang sama, aku langsung berwudhu, lantas
mengumandangkan azan untuk shalat Zuhur. Gema suara azanku terdengar di
sekeliling kami. Setelah merasa aman karena kambing-kambing gembalaan berada
tidak jauh dariku, maka aku mengerjakan shalat berjamaah. Setelah itu, aku
meneruskan perjalananku yang jauh.

Dalam perjalanan, aku teringat akan keluargaku dan penduduk kampungku. Aku
teringat pula waktu awal menghafal Al-Quran di negeriku. Yang paling kuingat
adalah ucapan ayahku. Beliau berpesan agar aku menghafal Al-Qur`an hingga
khatam. Aku berkata dalam hati, “Ini adalah kesempatan yang tak tergantikan
dengan apa pun dan merupakan ‘harta rampasan’ yang didapat tanpa susah payah,
karena aku tidak mempunyai kesibukan yang menghalangiku untuk melaksanakan
pesan ayahku itu.”

Tatkala tiba waktu pulang, aku telah mengambil sebuah keputusan yang sangat
penting, yaitu aku akan mulai menghafal Al-Quran selama di Arab Saudi ini, Insya
Allah. Ya, aku akan menghafal Al-Qur`an. Aku bersyukur kepada Allah atas
petunjuk-Nya dan atas waktu yang kosong ini. Lagi pula, pekerjaanku berada di
luar kota yang jauh dari kebisingan. Walaupun kehidupan di sini sulit dan keras,
tetapi aku merasa senang karena tidak ada waktu untuk bergunjing, mengadu
domba, dan memfitnah orang lain. Suasana pekerjaanku sangat kondusif dan jauh
dari semua hal-hal yang tidak berguna.

Kemudian aku pulang ke kemahku dengan kelelahan. Sebelum masuk kemah,


domba dan kambing terlebih dahulu digiring menuju ke sumber air. Kemudian aku
mengambil air wudhu dan mengumandangkan azan Maghrib di kemahku. Bersama
teman-teman yang lain aku mengerjakan shalat maghrib berjamaah.

Inilah hari pertamaku kerja di negeri ini dan demikianlah hari-hariku yang lain,
kecuali hari Jum’at; karena pada waktu itu aku melakukan shalat Jum’at.

Hari demi hari berlalu dan tibalah musim haji. Majikanku yang baik hati
mengizinkanku pergi ke Makkah untuk melaksanakan ibadah haji. Singkat cerita,
setelah selesai, aku kembali ke tempat majikanku yang berada di wilayah timur
negara Arab Saudi. Aku sudah berterus terang kepada majikanku bahwa tujuan
utamaku ke Arab Saudi selain untuk bekerja adalah melaksanakan ibadah haji.
Namun, dia menanggapinya dengan senyuman seraya berkata, “Bersabarlah
sebentar, tinggallah beberapa bulan lagi di sini.”

Oleh karena itu, tidak ada hal lain lagi yang kuharapkan selain menuntaskan
hafalan al-Quran. Maka dengan sungguh-sungguh aku membulatkan tekadku untuk
itu. Aku selalu berusaha, bersabar, dan berdoa kepada Allah Ta’ala agar
memberikanku petunjuk-Nya untuk menghafal al-Quran sehingga akhirnya Allah
Ta’ala memberikan karunia-Nya, yang mana aku dapat mengkhatam hafalan Al-
Quran sekitar 10 bulan lebih semenjak datang ke Arab Saudi. Apakah engkau ingin
mengetahui bagaimana aku bisa menghafal al-Quran?

Mulai Menghafal Al-Quran

Pada setiap pagi setelah shalat subuh aku menghafal ayat-ayat al-Quran sebanyak
dua lembar. Setelah mengembala kambing, dan hendak pulang ke kemah, aku
mengulang kembali hasil hafalanku yang kudapat pagi tadi, lalu hafalan itu
diulang kembali pada keesokan harinya.

Keesokan harinya, sebelum berangkat menggembala kambing, aku mengulangi


hafalanku yang kemarin. Apabila hafalanku yang kemarin itu sudah mantap, maka
aku mulai menambah hafalanku dengan ayat-ayat yang baru. Hal yang sama juga
aku lakukan ketika pulang ke kemah, yakni mengulangi kembali hasil hafalanku
pagi tadi dan mengulang kembali hafalan hari ini pada keesokan harinya lagi.
Adapun hari Kamis dan Jum’at aku khususkan untuk mengulang semua hafalanku.

Pada saat beristirahat, salah seorang temanku -yang menceritakan kisah ini
kepada Syeikh Hamdan Hamud Al-Hajiri- bertanya sambil terheran-heran, “Kamu
tidak memiliki radio dan televisi. Kamu juga tidak membaca koran, lalu
bagaimana kamu mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi di seluruh dunia.
Kamu benar-benar terpisah dari dunia luar.”

Sambil membetulkan posisi duduk, aku katakan, “Sungguh, rasa khawatirku


terhadap sesuatu menjadi berkurang. Pada waktu kosong ini, aku sibuk memeriksa
penyakit kambing-kambingku atau menjahit bajuku yang sobek. Inilah kejadian-
kejadian yang luar biasa bagi diriku. Adapun kabar terhangat adalah kabar yang
disebutkan dalam firman Alah Ta’ala, Tuhan semesta alam. Sementara itu,
peristiwa yang paling agung adalah peristiwa diutusnya para nabi beserta orang-
orang beriman yang mengikutinya, bagaimana dakwah mereka dan cobaan yang
menimpa mereka. Bagi saya, berita-berita yang ada koran dan majalah tidak
begitu penting. Biarlah saya menyibukkan diri dengan kabar yang datang dari
Tuhan yang disembah para makhluk di dunia ini.”

Subhanallah, sungguh kuat keinginan si pengembala kambing ini untuk mengisi


hari-harinya dengan al-Quran. Kesibukan bekerja bukanlah sebuah alasan baginya
untuk tidak menghafal al-Quran. Hal yang terpenting bagi kita adalah berniat
sepenuh hati untuk menghafal al-Quran, lalu melaksanakannya, kemudian
istiqamah (kosisten) menjalaninya.

Seharusnya, kecanggihan teknologi pada masa ini kita manfaatkan untuk


menghafal Al-Quran. Pada masa dahulu, barangkali cuma ada kaset atau cakram
padat (CD) yang bisa kita dengarkan untuk menghafal atau mengulang hafalan Al-
Quran. Pada masa sekarang, banyak rekaman para qari Timur Tengah maupun
dalam negeri dalam format MP3 yang bisa kita unduh dari situs resmi, lalu kita
simpan dalam telepon genggam, sehingga bisa didengar kapan pun kita inginkan.
Daripada mendengarkan musik yang hukumnya masih diperdebatkan oleh para
ulama, lebih baik mendengar tilawah Al-Quran. Mengerti atau tidak maknanya,
Anda sudah mendapatkan pahalanya.

Jangan terpengaruh oleh ucapan orang, “Untuk apa menghafal Al-Quran, toh kamu
tidak mengerti.” Atau, “Yang penting adalah mengamalkan Al-Quran, bukan
sekadar menghafalnya.”

Itu hanya ucapan orang-orang yang tidak mau menghafal Al-Quran. Dia tidak tahu
bahwa membaca dan menghafal itu pintu pertama untuk mengerti dan
mengamalkan Al-Qur`an. Bukankah waktu kecil dulu kita disuruh membaca dan
menghafal bacaan shalat secara sempurna tanpa mengetahui maknanya sama
sekali? Atau bahkan sebagian dari kita masih belum mengerti apa yang dia baca
sampai sekarang?

Tunggu apalagi, marilah kita menghafal Al-Quran selagi hayat masih di kandung
badan. Berusaha untuk menghafal Al-Quran dengan membacanya berarti kita
memperbanyak satu ibadah lainnya, yakni menyeringkan bacaan Al-Quran. Banyak
hadits Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang menganjurkan kita untuk membaca
Al-Quran, di antaranya adalah yang diriwayatkan dari Abu Umamah Al-Bahili, yang
mana dia berkata, “Saya mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
bersabda, “Bacalah Al Qur`an, karena ia akan datang memberi syafaat kepada
para pembacanya pada hari kiamat nanti.” (HR. Muslim).

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam juga bersabda, “Sesungguhnya Allah akan


memuliakan suatu kaum dengan kitab ini (Al Qur`an) dan menghinakan yang lain.”
(HR. Muslim, Ibnu Majah, dan Ahmad).

Dalam hadits lain, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Orang yang
paling baik di antara kalian adalah seorang yang belajar Al-Quran dan
mengajarkannya (kepada orang lain).” (HR. Al-Bukhari, Abu Dawud, dan At-
Tirmidzi).
Semoga kita termasuk orang-orang yang gemar membaca Al-Quran, memahami
maknanya, menghayatinya, mengamalkannya, menghafalnya, lalu
mengajarkannya.

Tiga Langkah Menumbuhkan Kecintaan


Anak Baca Al Quran
Tiga Langkah Menumbuhkan Kecintaan Anak Baca Al Quran. Subhanallah, betapa indahnya
keluarga yang ayah, ibu, dan anak-anaknya, seluruhnya memiliki kecintaan terhadap Al-
Qur’an

Pertama, mengajak anak untuk mengerti keutamaan-keutamaan dari membaca Al-Qur’an.


Allah Ta’ala tidak pernah memberikan perintah, melainkan telah disiapkan balasan kebaikan-
kebaikan yang luar biasa, termasuk dalam hal membaca Al-Qur’an.

Rasulullah bersabda, “Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu
kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya
dan aku tidak mengatakan ‘Alif-Laam-Miim’ satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam
satu huruf dan Miim satu huruf.” (HR. Tirmidzi).

Kemudian, sabdanya, “Siapa yang membaca 100 ayat pada suatu malam dituliskan baginya
pahala shalat sepanjang malam.” (HR. Ahmad).

Hadits kedua ini tepat untuk memotivasi anak memanfaatkan sebagian malamnya untuk
membaca Al-Qur’an. “Setidaknya 100 ayat nak kamu baaca di waktu malam, insya allah
kamu akan dapat pahala seperti orang sholat sepanjang malam,” begitu mungkin sekedar
contoh dalam mendorong anak-anak kita mengamalkannya.

Dan, sampaikanlah keutamaan terbesar dari membaca Al-Qur’an ini kepada anak kita,
“Bacalah Al Quran karena sesungguhnya dia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi
syafa’at kepada orang yang membacanya” (HR. Muslim).

Kedua, bangun budaya membaca Al-Qur’an di dalam rumah sendiri. Orangtua tentu sangat
ingin anak-anaknya gemar membaca Al-Qur’an. Tetapi sangat tidak pantas jika anak diharap
cinta Al-Qur’an, sementara orangtua justru tidak berusaha memberi teladan.

Oleh karena itu, sejatinya tidak ada alasan untuk tidak bisa membangun budaya mulia ini.
Mulai saja secara bersama-sama. Ayah, ibu, anak, semuanya membiasakan diri membaca Al-
Qur’an bersama setiap lepas Maghrib sampai Isya’.

Lebih baik lagi, jika selepas Isya’ hingga terasa mengantuk. Hal ini akan sangat baik,
mengingat jam-jam tersebut banyak sekali acara di televisi yang kurang tepat bagi tumbuh
kembangnya iman dari anak-anak kita.

Mungkin, pada awal kali mencoba, membangun budaya ini terasa berat. Tetapi, semua bisa
dilakukan dengan enjoy karena kebiasaan. Oleh karena itu, berat di awal jangan sampai
menghalangi kita dari membudayakannya bersama anak-anak, di rumah kita sendiri.
Ketiga, mengambil pelajaran dari keluarga yang menghafal Al-Qur’an. Sekedar membaca
mungkin akan menimbulkan kesan monoton. Untuk itu sangat penting orangtua mencari
referensi keluarga penghafal Al-Qur’an.

Di negeri ini sudah mulai bermunculan keluarga-keluarga yang anak-anak dan orangtuanya
penghafal Al-Qur’an. Selain itu juga sudah mulai cukup banyak pesantren tahfidz. Dengan
demikian, langkah kita untuk mendapat pelajaran dari mereka yang telah membuktikannya,
bukan lagi suatu yang sulit. Tinggal kemauan semata.

Jika memang ada referensi, jangan sungkan untuk bersilaturrahim dengan keluarga yang
anak-anaknya hafal Al-Qur’an. Keluarga itu tentu memiliki pengalaman hidup yang sangat
berguna bagi kita yang baru berupaya membangun budaya membaca Al-Qur’an bersama
anak di rumah sendiri.

Kita bisa dialog dengan mereka, bagaimana perjuangannya menanamkan rasa cinta terhadap
Al-Qur’an, sehingga anak-anaknya bisa hafal Al-Qur’an. Jika sudah dilakukan, kita bisa
meminta bantuan doa kepadanya, agar kita dan anak-anak kita dimudahkan dalam menghafal
Al-Qur’an.

Subhanallah, betapa indahnya keluarga yang ayah, ibu, dan anak-anaknya, seluruhnya
memiliki kecintaan terhadap Al-Qur’an, sehingga senantiasa membacanya. Dan, tidak ada
waktu yang dilalui, melainkan senantiasa ada ayat-ayat Al-Qur’an yang disenandungkan.
Kemudian tidak berpikir, berbicara dan bertindak, kecuali sesuai tuntunan Al-Qur’an.
Wallahu a’lam.*

Manfaat Menghafal Al Quran Ternyata


Bisa Meningkatkan Prestasi Belajar
di Sekolah
Menghafal Al Quran selama ini dianggap menjadi beban, padahal sebenarnya manfaat
menghafal Al Quran sangat banyak, salah satunya adalah bisa meningkatkan prestasi belajar
siswa di sekolah. Apa korelasinya? Pada artikel berikut Mizan mengumpulkan fakta menarik
tentang manfaat menghafal Al Quran.

Menghafal Al Quran atau lebih dikenal dengan istilah Tahfidz memiliki dua hal yang harus
dipenuhi, yakni hafal dalam ingatan dan bisa mengucapkannya kembali di luar kepala tanpa
membaca Al Quran atau catatan lain.

Tak banyak sekolah yang menerapkan pelajaran menghafal Al Quran sebagai kurikulum, saat
ini mungkin terbatas hanya di Sekolah Islam atau Pesantren. Pendidikan formal dianggap
lebih penting daripada menghafal Al Quran, parahnya siswa-siswi biasanya menganggap
hafalan Al Quran itu sendiri sebagai beban layaknya mendapat tugas pelajaran formal. Tentu
ini menjadi tugas berat bagi Orang Tua dan Guru untuk membiasakan anak didiknya ini
untuk menghafal Al Quran.

Banyak yang bisa digali dari proses menghafal Al Quran itu sendiri, mulai dari proses atau
cara menghafal Al Quran yang kini bisa dipelajari dengan cara yang menyenangkan, hingga
ke manfaat dari belajar dan menghafal Al Quran itu sendiri. Adapun manfaat menghafal Al
Quran antara lain adalah:

1 Melatih daya konsentrasi.


2 Menstimulus otak dan tingkat kecerdasan.
3 Terhindar dari kepikunan
4 Menumbuhkan kedisiplinan
5 Paham Quran lebih mendalam
6 Keutamaan dunia dan akhirat
7 Untung dalam perdagangan
8 Mahkota Kemuliaan
9 Meningkatkan derajat
10 Syafaat di hari kiamat
11 Kemuliaan (tasyrif) dari Nabi Muhammad
12 Hubungan Menghafal Al Quran dengan Prestasi di Sekolah
13 dan masih banyak rahasia lainnya
Lantas, apa pengaruhnya dengan prestasi belajar siswa di sekolah? Bukannya dengan
menghafal AL Quran itu berarti mengurangi waktu belajar siswa? Anda jangan melihat dari
sisi itu.

Anak yang terbiasa dalam menghafal Al Quran, secara tidak langsung dia akan lebih bisa
berdisiplin dan mengatur waktu. Anak akan belajar keseriusan dalam menjalani hidup.
Menghafal Al Quran mempunyai pengaruh yang baik dalam pengembangan ketrampilan
dasar paa siswa sehingga bisa meningkatkan prestasi akademik mereka.

Profesor psikologi di Universitas Imam Muhammad bin Su’ud al-Islamiyah di Riyadh, Dr.
Abdullah Subaih berpendapat bahwa dengan menghafal Al Quran berarti siswa terlatih untuk
berkonsentrasi. Kita tahu bahwa pendidikan formal juga dibutuhkan konsentrasi yang tinggi
untuk mempelajarinya, Nah dengan belajar menghafal Al Quran maka dia akan terlatih
dengan konsentrasi yang tinggi.

Konsentrasi yang tinggi ini dihubungkan dengan kinerja otak. Menurut M. Ngalim
Poerwanto, dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1992 – hal. 52) Jika sel-sel otak bekerja atau difungsikan terus dengan hal-hal
positif dan aktif, maka akan menjadi lebih kuat.

Jika kita melihat contoh ulama zaman dahulu, seperti Imam Syafi’i, beliau telah menghafal
Al Quran sejak usianya belum baligh, yakni 10 tahun. Jadi kekuatan otak dalam menghafal
Al Quran sebaiknya dimulai sejak usia dini. Ini diperkuat juga dengan pendapat dari Dr.
Abdurrahman Abdul Kholik yang menyatakan bahwa usia anak-anak dari 5 tahun hingga 23
tahun adalah usia manusia dengan kekuatan hafalan yang sangat bagus.

Fakta-fakta di atas diperkuat lagi dengan studi yang dilakukan oleh DR. Shaleh Bin Ibrahim
Ashani, dosen dari Universitas Imam Muhammad Ibn Saud Riyadh. Dalam penelitiannya
beliau melibatkan dua kelompok siswa-siswi Universitas Malik Abdul Aziz di Jeddah. Dalam
studinya ini disimpulkan bahwa terdapat korelasi positif antara kuantitas hafalan AL Quran
dan tingkat kesehatan mental dan psikologis siswa. Makin banyak hafalan Al Quran, maka
siswa tersebut cenderung memiliki tingkat kesehatan mental yang lebih baik dibanding
mereka yang memiliki hafalan yang rendah. Kesehatan mental inilah yang berpengaruh pada
pengembangan keterampilan siswa dan prestasi akademik di sekolah.

Allah SWT berfirman: Sebenarnya, Al-Qur’an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada
orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali
orang-orang yang zalim. [Al-‘Ankabuut Ayat : 49]

Jadi masihkah Anda ragu tentang manfaat menghafal Al Quran ini? Yuk, mari kita menghafal
Al Quran

Cara Mudah Menghapal Al Quran


Cara Termudah Menghafal Al-Qur`an Al-Karim

Segala pujian hanya milik Allah, shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi kita
Muhammad, kepada keluarganya, dan para sahabat seluruhnya.
Keistimewaan metode ini adalah seseorang akan memperoleh kekuatan dan kemapanan
hafalan serta dia akan cepat dalam menghafal sehingga dalam waktu yang singkat dia akan
segera mengkhatamkan Al-Quran.

Berikut kami akan paparkan metodenya beserta pencontohan dalam menghafal surah Al-
Jumuah:

1. Bacalah ayat pertama sebanyak 20 kali.


2. Bacalah ayat kedua sebanyak 20 kali.
3. Bacalah ayat ketiga sebanyak 20 kali.
4. Bacalah ayat keempat sebanyak 20 kali
5. Keempat ayat di atas dari awal hingga akhir digabungkan dan dibaca ulang sebanyak 20
kali.
6. Bacalah ayat kelima sebanyak 20 kali.
7. Bacalah ayat keenam sebanyak 20 kali.
8. Bacalah ayat ketujuh sebanyak 20 kali.
9. Bacalah ayat kedelapan sebanyak 20 kali.
10. Keempat ayat (ayat 5-8) di atas dari awal hingga akhir digabungkan dan dibaca ulang
sebanyak 20 kali.
11. Bacalah ayat pertama hingga ayat ke 8 sebanyak 20 kali untuk memantapkan hafalannya.

Demikian seterusnya pada setiap surah hingga selesai menghafal seluruh surah dalam Al-
Quran. Jangan sampai kamu menghafal dalam sehari lebih dari seperdelapan juz, karena itu
akan menyebabkan hafalanmu bertambah berat sehingga kamu tidak bisa menghafalnya.

JIKA AKU INGIN MENAMBAH HAFALAN PADA HARI BERIKUTNYA,


BAGAIMANA CARANYA?

Jika kamu ingin menambah hafalan baru (halaman selanjutnya) pada hari berikutnya, maka
sebelum kamu menambah dengan hafalan baru dengan metode yang aku sebutkan di atas,
maka anda harus membaca hafalan lama (halaman sebelumnya) dari ayat pertama hingga ayat
terakhir (muraja’ah) sebanyak 20 kali agar hafalan ayat-ayat sebelumnya tetap kokoh dan
kuat dalam ingatanmu.

Kemudian setelah mengulangi (muraja’ah) maka baru kamu bisa memulai hafalan baru
dengan metode yang aku sebutkan di atas.

BAGAIMANA CARANYA AKU MENGGABUNGKAN ANTARA MENGULANG


(MURAJA’AH) DENGAN MENAMBAH HAFALAN BARU?

Jangan sekali-kali kamu menambah hafalan Al-Qur`an tanpa mengulang hafalan yang sudah
ada sebelumya. Hal itu karena jika kamu hanya terus-menerus melanjutkan menghafal Al-
Qur’an hingga khatam tapi tanpa mengulanginya terlebih dahulu, lantas setelah khatam kamu
baru mau mengulanginya dari awal, maka secara tidak disadari kamu telah banyak
kehilangan hafalan yang pernah dihafal.

Oleh karena itu metode yang paling tepat dalam menghafal adalah dengan menggabungkan
antara murajaah (mengulang) dan menambah hafalan baru. Bagilah isi Al-Qur`an menjadi
tiga bagian,yang mana satu bagian berisi 10 juz.
Jika dalam sehari kamu telah menghafal satu halaman maka ulangilah dalam sehari empat
halaman yang telah dihafal sebelumnya hingga kamu menyelesaikan 10 juz.

Jika telah berhasil menyelesaikan 10 juz maka berhentilah menghafal selama satu bulan
penuh dan isi dengan mengulang apa yang telah dihafal, dengan cara setiap hari kamu
mengulangi (meraja’ah) sebanyak 8 halaman.

Setelah selesai satu bulan kamu mengulangi hafalan, sekarang mulailah kembali dengan
menghafal hafalan baru sebanyak satu atau dua lembar tergantung kemampuan, sambil kamu
mengulangi setiap harinya 8 halaman hingga kamu bisa menyelesaikan hafalan 20 juz.

Jika kamu telah menghafal 20 juz maka berhentilah menghafal selama 2 bulan untuk
mengulangi hafalan 20 juz, dimana setiap hari kamu harus mengulang (meraja’ah) sebanyak
8 halaman.

Jika sudah mengulang selama dua bulan, maka mulailah kembali dengan menghafal hafalan
baru sebanyak satu atau dua lembar tergantung kemampuan, sambil kamu mengulangi setiap
harinya 8 halaman hingga kamu bisa menyelesaikan seluruh Al-Qur’an.

Jika anda telah selesai menghafal semua isi Al-Qur`an, maka ulangilah 10 juz pertama secara
tersendiri selama satu bulan, dimana setiap harinya kamu mengulang setengah juz. Kemudian
pindahlah ke 10 juz berikutnya, juga diulang setengah juz ditambah 8 halaman dari sepuluh
juz pertama setiap harinya. Kemudian pindahlah untuk mengulang 10 juz terakhir dari Al-
Qur`an selama sebulan, dimana setiap harinya mengulang setengah juz ditambah 8 halaman
dari 10 juz pertama dan 8 halaman dari 10 juz kedua.

BAGAIMANA CARA MERAJA’AH AL-QURAN (30 JUZ) SETELAH AKU


MENYELESAIKAN METODE MURAJA’AH DI ATAS?

Mulailah mengulangi Al-Qur’an secara keseluruhan dengan cara setiap harinya mengulang 2
juz, dengan mengulanginya 3 kali dalam sehari.

Dengan demikian maka kamu akan bisa mengkhatamkan Al-Qur’an sekali setiap dua
minggu.Dengan metode seperti ini maka dalam jangka satu tahun (insya Allah) kamu telah
mutqin (kokoh) dalam menghafal Al-Qur’an, dan lakukanlah cara ini selama satu tahun
penuh.

APA YANG AKU LAKUKAN SETELAH MENGHAFAL AL-QUR’AN SELAMA SATU


TAHUN?

Setelah menguasai hafalan dan mengulangInya dengan itqan (mantap) selama satu tahun,
hendaknya bacaan Al-Qur’an yang kamu baca setiap hari hingga akhir hayatmu adalah
bacaan yang dilakukan oleh Nabi -shallallahu alaihi wasallam- semasa hidup beliau. Beliau
membagi isi Al-Qur`an menjadi tujuh bagian (dimana setiap harinya beliau membaca satu
bagian tersebut), sehingga beliau mengkhatamkan Al-Qur’an sekali dalam sepekan.
Aus bin Huzaifah -rahimahullah- berkata: Aku bertanya kepada para sahabat Rasulullah -
shallallahu alaihi wasallam-, “Bagaimana caranya kalian membagi Al-Qur`an untuk dibaca
setiap hari?”
Mereka menjawab:“Kami membaginya menjadi (tujuh bagian yakni): Tiga surat, lima surat,
tujuh surat, sembilan surat, sebelas surat, tiga belas surat, dan hizb al-mufashshal yaitu dari
surat Qaf sampai akhir (mushaf).” (HR. Ahmad no. 15578).

Maksudnya:

-Hari pertama: Mereka membaca surat “al-fatihah” hingga akhir surat “an-nisa`”.
-Hari kedua: Dari surat “al-maidah” hingga akhir surat “at-taubah”.
-Hari ketiga: Dari surat “Yunus” hingga akhir surat “an-nahl”.
-Hari keempat: Dari surat “al-isra” hingga akhir surat “al-furqan”.
-Hari kelima: Dari surat “asy-syu’ara” hingga akhir surat “Yasin”.
-Hari keenam: Dari surat “ash-shaffat” hingga akhir surat “al-hujurat”.
-Hari ketujuh: Dari surat “qaaf” hingga akhir surat “an-nas”.

Para ulama menyingkat bacaan Al-Qur`an Nabi -shallallahu alaihi wasallam- ini menjadi
kata: ” “. Setiap huruf yang tersebut menjadi simbol dari awal surat yang dibaca oleh
Nabi -shallallahu alaihi wasallam- pada setiap harinya. Maka:
– Huruf “fa`” adalah simbol dari surat “al-fatihah”. Maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di
hari pertama dimulai dari surah al-fatihah.
– Huruf “mim” maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari kedua dimulai dari surah al-
maidah.
– Huruf “ya`” maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari ketiga dimulai dari surah Yunus.
– Huruf ”ba`” maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari keempat dimulai dari surah Bani
Israil yang juga dinamakan surah al-isra`.
– Huruf “syin” maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari kelima dimulai dari surah asy-
syu’ara`.
– Huruf “waw” maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari keenam dimulai dari surah wash
shaffat.
– Huruf “qaaf” maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari ketujuh dimulai dari surah qaf
hingga akhir muashaf yaitu surah an-nas.Adapun pembagian hizib yang ada pada Al-Qur an
sekarang, maka itu tidak lain adalah buatan Hajjaj bin Yusuf.

BAGAIMANA CARA MEMBEDAKAN ANTARA BACAAN YANG MUTASYABIH


(AYAT YANG MIRIP) DALAM AL-QUR’AN?

Cara terbaik untuk membedakan antara dua ayat yang kelihatannya menurut kamu hampir
sama (mutasyabih), adalah dengan cara membuka mushaf dan carilah kedua ayat tersebut.
Lalu carilah perbedaan antara kedua ayat tersebut, cermatilah perbedaan tersebut, kemudian
buatlah tanda/catatan (di dalam hatimu) yang bisa kamu jadikan sebagai tanda untuk
membedakan antara keduanya. Kemudian, ketika kamu melakukan murajaah hafalan, maka
perhatikanlah perbedaan tersebut secara berulang-ulang sampai kamu mutqin dalam
mengingat perbedaan antara keduanya.

KETENTUAN DALAM MENGHAFAL AL-QUR`AN:

1- Kamu harus menghafal melalui bantuan seorang guru yang bisa membenarkan bacaanmu
jika salah.

2- Hafalkanlah 2 halaman setiap hari: 1 halaman setelah subuh dan 1 halaman setelah ashar
atau maghrib. Dengan metode seperti ini (insya Allah) kamu akan bisa menghafal Al-Qur`an
secara mutqin dalam kurun waktu satu tahun. Tetapi jika kamu memperbanyak kapasitas
hafalan setiap harinya maka kemampuan menghafalmu akan melemah.

3- Menghafallah mulai dari surat an-nas hingga surat al-baqarah karena hal itu lebih mudah.
Tapi setelah kamu menghafal Al-Qur`an maka urutan meraja’ahmu dimulai dari Al-Baqarah
sampai An-Nas.

4- Dalam menghafal hendaknya menggunakan satu mushaf saja (baik dalam cetakan maupun
bentuknya), karena hal itu sangat membantu dalam menguatkan hafalan dan agar lebih cepat
mengingat letak-letak ayatnya, ayat apa yang ada di akhir halaman ini dan ayat apa yang ada
di awal halaman sebelahnya.

5- Setiap orang yang menghafal Al-Qur’an pada 2 tahun pertama biasanya apa yang telah dia
hafal masih mudah hilang, dan masa ini disebut fase at-tajmi’ (pengumpulan hafalan).
Karenanya janganlah kamu bersedih karena ada sebagian hafalanmu yang kamu lupa atau
kamu banyak keliru dalam hafalan. Ini adalah fase yang sulit sebagai ujian bagimu, dan ini
adalah fase rentan yang bisa menjadi pintu masuknya setan untuk menghentikan kamu dari
menghafal Al-Qur`an. Tolaklah was-was tersebut dari dalam hatimu dan teruslah menghafal,
karena dia (menghafal Al-Qur`an) merupakan perbendaharaan harta yang tidak diberikan
kepada sembarang orang.

[Oleh: Asy-Syaikh Dr. Abdul Muhsin Muhammad Al-Qasim, imam dan khathib di Masjid
Nabawi]

Apakah anda
sibuk???
APAKAH ANDA ORANG SIBUK Ada seorang ulama berguru kepada seorang ulama

Selang beberapa lama, saat dia ingin


melanjutkan belajar ke guru lain.gurunya
berpesan :

“Jangan tinggalkan membaca Al Qur’an ,Semakin banyak baca Al Qur’an urusanmu


semakin mudah”

Dan muridnya pun melakukan. Dia


membaca Al Qur’an 3 juz per hari.

Dia menambahkan hingga 10 juz per hari.

Dan urusannya semakin mudah.


Allah yang mengurus semua urusannya.

Waktu pun
semakin berkah.

Apa yang dimaksud dengan berkahnya waktu ?

Bisa melakukan banyak hal dalam waktu sedikit.


Itulah berkah Al Qur’an .

Al Qur’an membuat kita mudah mengefektifkan manajemen waktu.

Bukan kita yang atur waktu kita, tapi Allah

Padahal teorinya orang yang membaca AlQur’an menghabiskan banyak waktu.

mengurangi jatah kegiatan lain, tapi Allah yang membuat waktunya itu jadi berkah.

Hingga menjadi begitu efektif.

Hidup pun efektif.

Dan Allah akan mencurahkan banyak berkah dan kebaikan pada kita karena
Al Qur’an .

Salah satu berkahnya adalah membuka

pintu kebaikan, membuka kesempatan


untuk amal shalih berikutnya.

Dan Salah satu balasan bagi amal shalih yang


kita lakukan adalah kesempatan untuk amal
baik berikutnya. Jagalah Allah maka Allah akan menjagamu
Dan sbaliknya waktu yg selalu sibuk shg hanya habis u urusan dunia, bisa jadi itu adalah
tandanya ada yg salah dlm hidup kita,

Rasulullah SAW bersabda,”Barangsiapa yg bangun di pagi hari dan hanya dunia yg di


pikirkannya, sehingga seolah-olah ia tidak melihat HAK ALLAH dalam dirinya, maka
ALLAH akan menanamkan 4 macam penyakit padanya :

1. Kebingungan yang tiada putus-putusnya.

2. Kesibukan yang tidak pernah jelas akhirnya.

3. Kebutuhan yang tidak pernah merasa terpenuhi.


4. Khayalan yang tidak berujung wujudnya. ”
[Hadits Riwayat Muslim]

Note :
“Keberkahan waktu yaitu bisa melakukan banyak amal kebaikan dalam waktu sedikit”

:) Selamat membaca Alquran dan beraktifitas dg bekal Alquran

Anda mungkin juga menyukai