Anda di halaman 1dari 9

Nama: Selma Afia Pebrianti

NIM: 1226000181

Mata Kuliah: Ulumul Qur'an

Kelas: 3A

ULUMUL QUR'AN DAN PERKEMBANGAN

Al-qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada nabi muhammad lewat perantara
malaikat Jibril sebagai mu’jizat. Al-Qur’an adalah sumber ilmu bagi kaum muslimin yang
merupakan dasar-dasar hukum yang mencakup segala hal, baik aqidah, ibadah, etika,
mu’amalah dan sebagainya.

. َ‫اب تِ ْبيَانا ِل ُك ِل شَىءٍ َو ُهدى َو َر ْح َمة َوبُ ْش ٰرى ِل ْل ُم ْس ِل ِميْن‬


َ َ‫علَي َْك ْال ِكت‬
َ ‫َون ََّز ْلنَا‬
Dan kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan
petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.(Q.S.An-Nahl
89)

Mempelajari isi Al-qur’an akan menambah perbendaharaan baru, memperluas pandangan dan
pengetahuan, meningkatkan perspektif baru dan selalu menemui hal-hal yang selalu baru.
Lebih jauh lagi, kita akan lebih yakin akan keunikan isinya yang menunjukan Maha Besarnya
Allah sebagai penciptanya. Firman Allah :

. َ‫علَى ِع ْل ٍم ُهدى َو َر ْح َمة ِلقَ ْو ٍم يُؤْ ِمنُ ْون‬


َ ُ‫ص ْل ٰنه‬ ٍ ‫َولَقَ ْد ِجئْتَ ُه ْم ِب ِك ٰت‬
َّ َ‫ب ف‬
Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al Quran) kepada mereka yang
Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami[546]; menjadi petunjuk dan rahmat
bagi orang-orang yang beriman.(Q.S.Al-A’raf 52)

A. Pengertian Ulumul Qur'an

Ulumul Qur'an adalah ilmu yang membahas tentang Al-Qur'an. Secara etimologis, Ulumul
Qur'an terdiri dari dua kata, yaitu "ulum" yang berarti ilmu-ilmu dan "Al-Qur'an" yang
merupakan Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai
pedoman hidup manusia. Ulumul Qur'an mencakup pembahasan-pembahasan yang
berkaitan dengan Al-Qur'an, seperti turunnya, urutan-urutannya, pengumpulannya,
penulisannya, bacaannya, penafsirannya, kemu'jizatannya, nasikh mansukhnya, dan
penolakan hal-hal yang menimbulkan keragu-raguan terhadap Al-Qur'an. Ulumul Qur'an
juga meliputi semua ilmu yang ada kaitannya dengan Al-Qur'an, baik dari segi
keberadaannya sebagai Al-Qur'an maupun dari segi penafsirannya.

Secara etimologinya, Ulumul Qur’an merupakan ungkapan kata yang berasal dari bahasa
Arab. Terdiri dari dua kata yakni 'ulum' dan 'Al-Qur’an'.

Kata 'ulum' adalah bentuk jamak dari kata `ilm yang berarti ilmu-ilmu. Al-Qur’an adalah
Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman hidup
manusia. Bagi yang membacanya akan menjadi suatu ibadah dan mendapatkan pahala
(Mukarromah, 2013: 03).

Sedangkan menurut terminologi terdapat berbagai definisi yang dimaksud dengan ulumul
Qur’an diantara lain:

1) Assuyuthi dalam kitab itmamu al-Dirayah mengatakan:

‫علم يبحث فيه عن احوال الكتاب العزيز من جهة نزوله وسنده وادابه‬
‫والفاظه ومعانيه المتعلقة باالحكام وغير ذلك‬.
“Ilmu yang membahas tentang keadaan Al-Qur’an dari segi turunya, sanadnya,
adabnya makna-maknanya, baik yang berhubungan lafadz- lafadznya maupun yang
berhubungan dengan hukum-hukumnya, dan sebagainya”.

2) Al-Zarqany memberikan definisi sebagai berikut :

‫مباحيث تتعلق بالقرآن الكريم من ناحية نزوله وترتيبه وجمعه‬


‫وكتابته وقراءته وتفسيره واعجازه وناسخه و منسوخه ودفع الشبه‬
‫عنه ونحو ذلك‬
“Beberapa pembahasan yang berhubungan dengan Al-Qur’an Al-Karim dari segi
turunya, urutanya, pengumpulanya, penulisanya, bacaanya, penafsiranya,
kemu’jizatanya, nasikh mansukhnya, penolakan hal-hal yang bisa menimbulkan
keraguan terhadapnya, dan sebagainya”. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa ulumul qur’an adalah ilmu yang membahas hal-hal yang berhubungan dengan
Al-Qur’an, baik dari aspek keberadaanya sebagai Al-Qur’an maupun aspek
pemahaman kandunganya sebagai pedoman dan petunjuk bagi manusia atau ilmu-
ilmu yang berhubungan dengan berbagai aspek yang terkait dengan keperluan
membahas al-Qur’an.

B. Ruang Lingkup Pembahasan Al-Qur’an


Ulumul Qur’an merupakan suatu ilmu yang mempunyai ruang lingkup pembahasan
yang luas. Ulumul Qur’an meliputi semua ilmu yang ada kaitanya dengan Al-Qur’an, baik
berupa ilmu-ilmu agama, seperti ilmu tafsir maupun ilmu-ilmu bahasa Arab, seperti ilmu
balaghah dan ilmu I’rab al-Qur’an. Disamping itu, masih banyak lagi ilmu-ilmu yang
tercakup di dalamnya. Dalam kitab Al- Itqan, Assyuyuthi menguraikan sebanyak 80
cabang ilmu. Dari tiap-tiap cabang terdapat beberapa macam cabang ilmu lagi. Kemudian
dia mengutip Abu Bakar Ibnu al_Araby yang mengatakan bahwa ulumul qur’an terdiri dari
77450 ilmu. Hal ini didasarkan kepada jumlah kata yang terdapat dalam al- qur’an dengan
dikalikan empat. Sebab, setiap kata dalam al-Qur’an mengandung makna Dzohir, batin,
terbatas, dan tidak terbatas.

Perhitungan ini masih dilihat dari sudut mufrodatnya. Adapun jika dilihat dari sudut
hubungan kalimat-kalimatnya, maka jumlahnya menjadi tidak terhitung. Firman Allah :

‫ت َربِى لَنَ ِفدَ ْالبَ ْح ُر قَ ْب َل أَ ْن تَ ْنفَدَ َك ِل َمتُ َربِى‬


ِ ٰ‫قُ ْل لَّ ْو َكانَ ْالبَ ْح ُر ِمدَادا ِل َك ِلم‬
‫ َولَ ْو ِجئْنَا ِب ِمثْ ِل ِه َمدَدا‬.

Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku,


sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun
Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).(Q.S. Al- Kahfi 109).

Secara garis besar Ilmu alQur’an terbagi dua pokok bahasan yaitu :

1) Ilmu yang berhubungan dengan riwayat semata-mata, seperti ilmu yang membahas
tentang macam-macam qira’at, tempat turun ayat-ayat Al- Qur’an, waktu-waktu
turunnya dan sebab-sebabnya.
2) Ilmu yang berhubungan dengan dirayah, yakni ilmu yang diperoleh dengan jalan
penelaahan secara mendalam seperti memahami lafadz yang ghorib (asing) serta
mengetahui makna ayat-ayat yang berhubungan dengan hukum. Namun, Ash-Shidiqie
memandang segala macam pembahasan ulumul Qur’an itu kembali kepada beberapa
pokok pembahasan saja seperti :
a. Nuzul. Permbahasan ini menyangkut dengan ayat-ayat yang menunjukan tempat
dan waktu turunya ayat Al-Qur’an misalnya : makkiyah, madaniyah, hadhariah,
safariyah, nahariyah, lailiyah, syita’iyah, shaifiyah, dan firasyiah. Pembahasan ini
juga meliputi hal yang menyangkut asbabun nuzul dan sebagainya.
b. Sanad. Pembahasan ini meliputi hal-hal yang menyangkut sanad yang mutawattir,
ahad, syadz, bentuk-bentuk qira’at nabi, para periwayat dan para penghapal Al-
Qur’an Al-Qur’an, dan Cara Tahammul (penerimaan riwayat).
c. Ada’ al-Qira’ah. Pembahasan ini menyangkut waqof, ibtida’, imalah, madd,
takhfif hamzah, idghom.
d. Pembahasan yang menyangkut lafadz Al-Qur’an, yaitu tentang gharib, mu,rab,
majaz, musytarak, muradif, isti’arah, dan tasybih.
e. Pembahasan makna Al-Qur’an yang berhubungan dengan hukum, yaitu ayat yang
bermakna Amm dan tetap dalam keumumanya, Amm yang dimaksudkan khusus,
Amm yang dikhususkan oleh sunnah, nash, dhahir, mujmal, mufashal, manthuq,
mafhum, mutlaq, muqayyad, muhkam, mutasyabih, musykil, nasikh mansukh,
muqaddam, mu’akhar, ma’mul pada waktu tertentu, dan ma’mul oleh seorang
saja.
f. Pembahasan makna Al-Qur’anyang berhubungan dengan lafadz, yaitu fashl,
washl, ijaz, ithnab, musawah, dan qashr.

Berikut ini adalah beberapa ruang lingkup pembahasan Ulumul Qur'an:

- Ilmu nuzul: membahas tentang sebab-sebab turunnya ayat-ayat Al-Qur'an.


- Ilmu tafsir: membahas tentang penafsiran ayat-ayat Al-Qur'an.
- Ilmu qira'at: membahas tentang cara membaca Al-Qur'an.
- Ilmu nasikh mansukh: membahas tentang ayat-ayat Al-Qur'an yang dihapus atau
diubah.
- Ilmu kemu'jizatan Al-Qur'an: membahas tentang keajaiban-keajaiban Al-Qur'an.
- Ilmu riwayat: membahas tentang sanad atau rangkaian perawirannya.
- Ilmu bahasa: membahas tentang aspek-aspek linguistik Al-Qur'an.
- Ilmu sejarah: membahas tentang sejarah penulisan dan pengumpulan Al-Qur'an.
- Ilmu adab: membahas tentang adab-adab membaca dan mempelajari Al-Qur'an.
- Ilmu hukum: membahas tentang hukum-hukum yang terkandung dalam Al-Qur'an.

Dengan mempelajari Ulumul Qur'an, seseorang dapat memahami Al-Qur'an secara lebih
mendalam dan menarik hukum serta adab dari Al-Qur'an.

C. Sejarah Ulumul Qur'an

Sejarah pertumbuhan dan perkembangan Ulumul Qur'an dibagi menjadi dua masa, yaitu
masa sebelum penulisan dan masa penulisan Ulumul Qur'an.

a. Masa sebelum penulisan


Mencakup periode sebelum Al-Qur'an diturunkan, di mana masyarakat Arab hidup
dalam keadaan jahiliyah dan tidak memiliki pengetahuan tentang Al-Qur'an.
Dalam ulumul Quran, diuraikan secara terperinci tentang berbagai hal yang
berhubungan dengan ilmu dan penafsiran Alquran. Seperti metode dan bentuk
penafsiran Alquran, hubungan antara satu ayat dengan ayat lainnya, termasuk sejarah
tentang cara penerimaan wahyu tersebut oleh Rasulullah SAW, hingga proses
pengodifikasiannya.
b. Masa penulisan Ulumul Qur'an dimulai sejak Al-Qur'an diturunkan hingga saat ini, di
mana Ulumul Qur'an terus berkembang dan menjadi ilmu yang penting bagi umat
Islam.
Kendati menjabarkan berbagai ilmu tentang Alquran, penulisan ulumul Quran tidak
dilakukan pada masa yang sama ketika Alquran diturunkan. Alquran ditulis dan
dikumpulkan secara resmi pada masa Khalifah Utsman bin Affan RA. Sedangkan,
penulisan ulumul Quran dilakukan selepas periode tersebut.
Hal ini karena pada masa awal Islam, pengetahuan mengenai seluk-beluk Alquran dan
hal-hal yang berkaitan dengannya belum ditulis dan disusun dalam bentuk buku.
Pengetahuan tersebut masih tersimpan dalam hati para sahabat Nabi Muhammad
SAW.
Ketika itu, para sahabat Nabi pun belum merasa perlu untuk menuliskan pengetahuan
tentang Alquran. Hal ini disebabkan dua hal. Pertama, adanya larangan Nabi
Muhammad untuk menuliskan sesuatu, selain Alquran. Kedua, bila memang
ditemukan berbagai masalah yang berkaitan dengan Alquran, para sahabat cukup
menanyakan hal tersebut langsung kepada Nabi.
Akhirnya, selepas wafatnya Nabi Muhammad, penulisan Alquran pun mulai
dilakukan. Kekhalifahan Utsman bin Affan yang mulanya merintis pekerjaan ini.
Pada masa tersebut, usaha penulisan Alquran dengan mushaf yang baik dan benar
sedang dicanangkan. Karena itu, untuk mempermudah pekerjaan tersebut, disusunlah
suatu ilmu yang mengatur metode penulisan mushaf Alquran, yang disebut ilm ar-
rasm al-Qurani atau ilm ar-rasm al-Utsmani.
Pekerjaan tersebut pun dilanjutkan pada masa Kekhalifahan Ali bin Abi Thalib RA.
Pada masa ini, dibentuk suatu ilmu yang membahas uraian kedudukan kata dalam
Alquran. Ilmu tersebut diberi nama ilm i'rab Alquran.
Sedangkan pada masa Bani Umayyah, perhatian para sahabat mulai diarahkan untuk
menyebarkan ulumul Quran dengan cara periwayatan dan pengajaran secara lisan.
Usaha ini dipandang sebagai rintisan untuk melakukan penulisan ulumul Quran.
Usaha yang sama dilakukan pula pada periode awal Dinasti Abbasiyah.

Penulisan ulumul Quran yang sesungguhnya mulai dilakukan pada abad kedua
Hijriyah. Pada masa itu, cabang ilmu Alquran yang pertama adalah ilmu tafsir. Usaha
ini ditandai dengan disusunnya berbagai kitab tafsir oleh para ulama pada masa
tersebut mendapat perhatian para ulama pada masa tersebut.
Pada abad ketiga Hijriyah, beberapa ulama mulai menulis kitab ulumul Quran dengan
objek pembahasan yang berbeda-beda. Al-Madini (234 Hijriyah), misalnya,
menyusun buku tentang sebab turunnya Alquran.
Selain itu, Abu Ubaid al-Qasim bin Salam (224 Hijriyah) juga menyusun buku tentang
nasikh dan mansukh dalam Alquran. Lalu, Muhammad bin Ayyub ad-Daris yang
menyusun buku tentang Makkiyah (yang turun di Makkah) dan Madaniyyah (turun di
Madinah).
Penulisan ulumul Quran terus berlanjut pada masa-masa berikutnya. Objek
pembahasannya pun mulai beragam. Di antaranya, tentang majas dalam Alquran, hal-
hal yang bersifat umum dalam Alquran, serta kata sulit dalam Al Qur'an.
Dan, saat ini telah cukup banyak kitab ulumul Quran yang beredar serta selalu
dijadikan rujukan. Dari sekian banyak kitab yang telah diterbitkan, kitab al-Burhan fi
Ulum Alquran karya Imam Badruddin Muhammad bin Abdullah az-Zarkasyi asy-
Syafii dan kitab Al-Itqan fi Ulum Alquran karya Imam Jalaluddin karya as-Suyuti asy-
Syafii, merupakan dua kitab ulumul Quran yang paling cukup dikenal.
Ulama-ulama Indonesia juga memberikan perhatian besar dalam mengkaji dan
mengembangkan ilmu Alquran. Mencakup persoalan tafsir dan hal-hal lain yang
berkaitan dengan seluk-beluk Alquran.
Buku yang membahas ulumul Quran sudah cukup banyak ditulis ulama Indonesia.
Antara lain, buku Sejarah dan Pengantar Ilmu Tafsir karya Hasbi ash-Shiddieqy.
Hingga 1994, buku tersebut telah beberapa kali dicetak ulang.
Selain itu, ada pula buku berjudul Membumikan Alquran karya Muhammad Quraish
Shihab, yang diterbitkan pada 1992. Dalam buku tersebut, ia tidak hanya menguraikan
perihal ulumul Quran dan tafsirnya tetapi juga mencantumkan persoalan-persoalan
kontemporer yang dibingkai menurut visi Alquran.

Sejarah dan perkembangan Ulumul Qur'an terbagi menjadi beberapa fase, dimana tiap-tiap
fase menjadi dasar bagi perkembangan menuju fase selanjutnya, hingga Ulumul Qur'an
menjadi sebuah ilmu khusus. Beberapa fase tersebut antara lain:

1. Fase sebelum kodifikasi: periode abad pertama yang mencakup pertumbuhan cikal
bakal Ulumul Qur'an.
2. Fase kodifikasi: periode abad kedua hingga ketiga yang mencakup penulisan Al-
Qur'an dalam bentuk tulisan dan pengumpulan ayat-ayat Al-Qur'an.
3. Fase klasik: periode abad keempat hingga kesepuluh yang mencakup perkembangan
Ulumul Qur'an sebagai ilmu yang mandiri.
4. Fase modern: periode abad ke-11 hingga saat ini yang mencakup perkembangan
Ulumul Qur'an sebagai ilmu yang terus berkembang dan memiliki banyak cabang
pembahasan.

Penulisan ulumul Quran yang sesungguhnya mulai dilakukan pada abad kedua Hijriyah.
Pada masa itu, cabang ilmu Alquran yang pertama mendapat perhatian para ulama adalah
ilmu tafsir. Usaha ini ditandai dengan disusunnya berbagai kitab tafsir oleh para ulama
pada masa tersebut.

D. Urgensi mempelajari Al-Qur'an


Mempelajari Al-Qur'an memiliki urgensi yang sangat penting bagi umat Muslim. Berikut
adalah beberapa urgensi mempelajari Al-Qur'an yang dapat diambil dari beberapa sumber:
1. Mempelajari Al-Qur'an sebagai ibadah: Membaca Al-Qur'an, baik dengan memahami
artinya atau tidak, dinilai sebagai ibadah di sisi Allah SWT.
2. Menambah khazanah ilmu pengetahuan: Mempelajari Al-Qur'an akan menambah
pengetahuan tentang ajaran Islam dan membantu dalam memahami Al-Qur'an secara
lebih mendalam.
3. Menjadi pedoman hidup: Al-Qur'an merupakan pedoman hidup bagi umat Muslim,
sehingga mempelajarinya akan membantu dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
4. Memahami aturan dan larangan: Mempelajari Al-Qur'an akan membantu dalam
memahami aturan dan larangan yang Allah ajarkan secara langsung melalui kalam-
Nya.
5. Mempertahankan kesucian Al-Qur'an: Mempelajari Al-Qur'an akan membantu dalam
mempertahankan kesucian dan keaslian makna ayat yang terkandung di dalamnya
agar tidak dirusak oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
6. Mencegah kesalahan dalam menafsirkan Al-Qur'an: Mempelajari Al-Qur'an akan
membantu dalam mencegah kesalahan dalam menafsirkan Al-Qur'an.
7. Menjadi fardhu 'ain: Mempelajari Al-Qur'an merupakan fardhu 'ain bagi setiap
Muslim.

Dengan mempelajari Al-Qur'an, umat Muslim dapat memperoleh manfaat yang sangat
penting bagi kehidupan mereka dan meningkatkan pemahaman tentang ajaran Islam.
Sumber:

[1] https://www.gaulislam.com/urgensi-mempelajari-al-quran-bagi-kaum-muslimin

[2] https://iqipedia.com/2022/07/20/urgensi-mempelajari-studi-al-quran-dalam-kehidupan-
sehari-hari/

[3] https://dompetalquran.or.id/urgensi-belajar-dan-mengajarkan-al-quran/

[4] https://kajiantafsirsyiah.wordpress.com/2015/06/21/urgensi-mempelajari-al-quran/

[5] https://media.neliti.com/media/publications/275129-urgensi-belajar-dalam-alquran-
0211ae0f.pdf

[6] https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/bunayya/article/view/9612

[7] https://beritadiy.pikiran-rakyat.com/citizen/pr-702887298/pengertian-ulumul-quran-
menurut-para-ulama-dan-cakupan-pembahasannya

[8] https://www.jmqhpusat.com/2023/02/ilmu-ulumul-quran-dan-ruang-lingkupnya.html

Anda mungkin juga menyukai