Studi Al-Qur’an
Rahmah
Pengantar Studi Islam
Studi Al-Qur’an
Rahmah
TARIF AL-QURAN
• Al-Qur’an merupakan Bentuk mashdar dari fiil madhi “qara`a” yang
berarti bacaan. Menurut istilah Ushul Fiqh, Al-Quran berarti kalam
(perkataan) Allah yang diturunkan-Nya dengan perantaraan malaikat
Jibril kepada Nabi Muhammad Saw dengan bahasa Arab serta
membacanya merupakan Ibadah, dan dituliskan dalam sebagai Mushaf
Tahap Turunnya Al-Qur’an
(5) TAFSIR KULLI (HOLISTIK), Secara prinsip tidak terlalu berbeda dengan
metode tematik berdasarkan subjek. Metode tematik maupun holistik sama-sama
menekankan pada pentingnya pemahaman al-Quran dengan metode silang
(cross-referential) / induktif (al-manhaj al-istiqrai).
(6) KOMBINASI TEMATIK DAN HOLISTIK, Keduanya sama-sama
menekankan pentingnya memahami al-Quran secara menyeluruh ketika
membahas satu masalah (satu tema). Maksudnya adalah mendiskusikan satu
masalah tertentu, misalnya perkawinan sebagai kajian dalam tulisan ini secara
tematik, harus dipantulkan dengan nilai universal al-Quran . Metode ini disebut
dengan metode induktif, dalam arti setiap masalah tertentu harus dibahas secara
menyeluruh dari seluruh nash lengkap dengan pengetahuan latar belakang (sabab
al-nuzul dan warud). Pengunaan metode tematik untuk menemukan nilai dasar
dari masing-masing tema/subjek. Metode holistic untuk menemukan nilai dasar
antar subjek, yang pada gilirannya menyatukan nilai dasar antar subyek menjadi
satu kesatuan yang utuh dan menyatu
Informasi tentang al-Quran
Mulai diturunkan di Mekkah, tepatnya di Gua Hira` pada tahun 611 M., dan
berakhir di Madinah pada tahun 633 M (dalam rentang waktu 22 tahun lebih
beberapa bulan). Al-Quran turun secara berangsur-angsur, tidak secara
sekaligus. Mengapa? Untuk menguatkan hati (menghujamkan makna serta
hukum-hukumnya) dan mentartilkan al-Quran, seperti dikisahkan dalam
al-Quran surat al-Furqan ayat 32 Ayat pertama diturunkan adalah ayat 1
sampai 5 dari Surat al-Alaq. Sedangkan ayat terakhir diturunkan ada ikhtilaf
ulama. Pendapat yang dipilih oleh Jalaluddin al-Suyuthi dalam kitabal-Itqan fi
Ulum al-Quran yang dinukilnya dari Ibnu Abbas adalah Surat al-Baqarah ayat
281. Setelah ayat ini diturunkan Rasulullah Saw masih hidup sembilan
malam, kemudian beliau wafat pada hari Senin 3 Rabi al-awwal, dan
berakhirlah turunnya wahyu. Ada pula yang mengatakan bahwa ayat terakhir
turun adalah Surat al-Maidah ayat 3
AYAT MAKKIYAH DAN MADANIYAH
Al-Quran turun dalam dua periode:
Pertama , periode Mekkah, yaitu sebelum Rasulullah Saw hijrah ke Madinah, dikenal dengan ayat-ayat
Makkiyyah.
Inti Ayat-ayat Makkiyyah pada umumnya berbicara seputar masalah akidah untuk meluruskan
keyakinan umat di masa Jahiliyah dan menanamkan ajaran tauhid. Selain itu juga menceritakan kisah
umat-umat masa lampau sebagai pelajaran bagi umat Nabi Muhammad Saw. Dalam masalah hukum
belum banyak ayat yang diturunkan di Mekkah kecuali beberapa hal, seperti menjaga kehormatan
(faraj) QS. al-Mukminun: 5-7, diharamkan memakan harta anak yatim QS. al-Nisa`: 10, larangan
mubazir QS. al-Isra`: 26, larangan mengurangi timbangan QS. Hud: 85, larangan membuat kerusakan
di muka bumi QS. al-Araf: 56, dan ayat tentang kewajiban shalat QS. Hud: 114. Rahasia mengapa di
Mekkah belum banyak ayat hukum, karena di Mekkah belum terbentuk satu masyarakat atau
komunitas Islam seperti halnya di Madinah setelah Rasulullah Saw hijrah
Kedua , periode setelah Rasulullah Saw hijrah ke Madinah, dikenal dengan ayat-ayat Madaniyyah.
AYAT MADANIYYAH
Banyak terkait dengan hukum dan berbagai aspeknya.
• Perintah membayar zakat, QS. al-Baqarah: 43
• Kewajiban puasa Ramadhan, QS. al-Baqarah: 183
• Kewajiban haji, QS. al-Baqarah: 196
• Pengharaman riba, QS. al-Baqarah: 275
• Larangan memakan harta orang lain secara batil, al-Baqarah: 188
• Wanita-wanita yang haram dinikahi, QS. al-Nisa`: 23
• Hukum thalaq dan iddah, QS. al-Thalaq: 65
• Pembagian warisan, QS. al-Nisa`: 11-12
• Cara pembagian harta rampasan perang, QS. al-Anfal: 1 Qishash & uqubat (sanksi hukum), QS.
al-Baqarah: 178
• Larangan merampok & mengacau keamanan, QS. al-Maidah: 33
• Memutuskan hukum secara adil, QS. al-Nisa`: 58
• Dan lain sebagainya.
HUKUM-HUKUM DALAM AL-QURAN
1. Akidah
2. Akhlak
Al-Quran sebagai
petunjuk hidup secara
umum mengandung 3
doktrin 3. Hukum-hukum amaliyah
Dalam al-Quran terdiri dari dua cabang: Hukum ibadah dan
muamalah. Abdul Wahab Khallaf memerinci macam hukum
bidang muamalah dan jumlah ayatnya.
Hukum keluarga, mulai dari pernikahan, talak, rujuk, iddah,
hingga masalah warisan, seluruhnya ada 70 ayat.
Hukum perdata ada sekitar 70 ayat.
Hukum jinayat (pidana) ada 30 ayat.
Hukum murafaat (acara atau peradilan) ada 13 ayat.
Hukum ketatanegaraan ada 10 ayat. Hukum antara bangsa
(internasional) ada 25 ayat.
Hukum ekonomi dan keuangan ada sekitar 10 ayat.33
CONTOH AYAT-AYAT HUKUM
• Dari segi rinci atau tidaknya ayat-ayat hukum dalam al-Quran, Muhammad
Abu Zahrah menjelaskan sbb.:
• Ibadah, dalam Quran dikemukakan secara mujmal (global) tanpa merinci
kaifiyatnya, seperti shalat, puasa, zakat dan haji. Untuk menjelaskan tata
caranya dilimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw dengan sunnahnya.
• Kaffarat, yaitu semacam denda yang bermakna ibadah, karena merupakan
penghapus bagi sebagian dosa. Ada 3 bentuk kaffarat, yaitu:Kaffarat
zihar(seperti ungkapan suami kepada istrinya kau bagiku bagaikan
punggung ibuku). Istri yang sudah di zihar tidak boleh digauli oleh suaminya
kecuali setelah membayar kaffarat, QS. Al-Mujadilah: 3-4. * Kaffarat
sumpah , QS. Al-Maidah: 89. Kaffarat qatl al-khata`(membunuh mukmin
secara tersalah). al-Nisa`: 92
CONTOH AYAT-AYAT HUKUM
Hukum muamalat.
• Al-Quran hanya memberikan prinsip-prinsip dasar, sunnah berperan merincinya, dan ijtihad para ulama berperan dalam
mengembangkan perinciannya. Seperti
• larangan memakan harta orang lain secara tidak sah, QS. Al-Nisa`: 29, dan larangan memakan riba, QS. Al-Baqarah: 275 ...
• Hukum Keluarga, Al-Quran berbicara agak rinci, misalnya penjelasan wanita-wanita yang haram dinikahi, QS. Al-Nisa`: 23
Masalah thalaq (QS. Al-thalaq: 1), rujuk (QS. Al-Baqarah: 228), iddah karena meninggal suami (QS. Al-Baqarah: 234) dan iddah
karena terjadinya perceraian (QS. Al-Baqarah: 228)
HUKUM Hukum pidana. Al-Quran melarang tindak kejahatan secara umum.
• Seperti larangan pembunuhan (Al-Anam: 151),
• larangan minum khamar (QS. Al-Maidah: 90) dan rincian hukumannya dijelaskan oleh sunnah dengan cambuk 40 kali sesuai
hadis ,
• larangan berzina (Al-Nur: 2),
• hukuman bagi pencuri (Al-Maidah: 38),
• hukuman pelaku qazaf atau menuduh orang lain berzina tanpa saksi (QS. Al-Nur: 4)
• Hukum yang mengatur hubungan penguasa dengan rakyat (QS. Al-Nahl: 90 dan Ali Imran: 159).
• Hukum yang mengatur hubungan muslin dan non-muslim (QS. Al-Hujurat: 13 dan al-Baqarah: 194).
DALALAH AL-QURAN
Dalalah berkaitan dengan bagaimana pengertian atau makna yang ditunjukkan oleh nash
dapat dipahami.
Menurut istilah Muhammad al-Jurjani dalam kitabal-Tarifatdisebut denganKaifiyah dalalah
al-lafdz ala al-mana . Dalam kajian Ushul Fiqih, untuk dapat memahami nash apakah
pengertian yang ditunjukkan oleh unsur-unsur lafalnya itu jelas, pasti atau tidak. Para ulama
ushul menggunakan pendekatan apa yang dikenal dengan istilah qathiy dan zanniy .
Tentang tema qathiy dan hubungannya dengan nash, maka ulama ushul membaginya
kepada dua macam yaitu : Qathiy al-Wurud yaitu Nash-nash yang sampai kepada kita adalah
sudah pasti tidak dapat diragukan lagi karena diterima secara mutawatir. Qathiy al-Dalalah
yaitu Nash-nash yang menunjukkan kepada pengertian yang jelas, tegas serta tidak perlu
lagi penjelasan lebih lanjut. Sedangkan tema Zanniy dan hubungannya dengan nash, terbagi
dua pula: Zanniy al-Wurud yaitu Nash-nash yang masih diperdebatkan tentang
keberadaannya karena tidak dinukil secara mutawatir Zanniy al-Dalalah yaitu Nash-nash
yang pengertiannya tidak tegas yang masih mungkin untuk ditakwilkan atau mengandung
pengertian lain dari arti literalnya.
DALALAH AL-QURAN
• Bila dihubungkan dengan al-Quran dari segi keberadaannya adalah qatiy al-Wurud
karena al-Quran itu sampai kepada kita dengan cara mutawatir yang tidak
diragukan kebenarannya. Bila al-Quran dilihat dari segi dalalahnya, maka ada yang
qathiy dalalah dan zanniy dalalah .
• Umumnya nash-nash al-Quran yang dikategorikan qatiy al-dalalah ini, lafal dan
susunan kata-katanya menyebutkan angka, jumlah atau bilangan tertentu serta sifat
nama dan jenis.
• Disamping qathiy al-dalalah ada juga nash al-Quran yang zanniy al-dalalah . Yang
dikategorikan pada kelompok ini adalah bila lafal-lafalnya diungkapkan dalam
bentuk ‘am ,musytarak , dan mutlaq . Ketiga bentuk lafal ini dalam kaidah
ushuliyah mengandung makna atau pengertian yang banyak dan tidak tegas. Dalam
penelitian ulama ushul ternyata banyak nash-nash al-Quran yang
dikategorikanzanniy al-dalalahini, dan pada bagian ini banyak menimbulkan
perdebatan di kalangan ulama ushul