Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Hukum (SH)
Pada Jurusan Hukum Pidana Islam Fakultas Syari’ah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
NUZULUL QUR’AN
A. Pengertian Wahyu
Secara etimologi, wahyu berarti isyarat yang cepat, ilham, risalah, dan
pesan. Dalam istilah lain, wahyu berarti pemberitahuan Allah SWT kepada
seorang hamba pilihan-Nya melalui cara yang samar.
B. Pengertian Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang ditulis dalam mushaf, diriwayatkan secara mutawatir,
membacanya dinilai ibadah, dan bernilai i’jaz walaupun satu surat di dalamnya.
Alqur’an mempunyai banyak nama, diantaranya yaitu: Kitab, al-Furqon,
Tanzil, Zikir, dll.
C. Proses Nuzulul Qur’an
Nuzulul Qur’an adalah peristiwa turunnya al-Qur’an kepada Nabi
Muhammad SAW. Proses turunnya al-Quran tersebut meliputi: (1) Melalui
mimpi, (2) Melalui Malaikat Jibril, baik dalam wujud aslinya maupun dalam
wujud manusia, (3) Berupa suara, seperti bunyi lonceng, (4) Dari balik tabir,
seperti terjadi pada malam mi’raj.
D. Tahap-tahap Turunnya Al-Qur’an
Ada dua tahapan turunnya al-Qur’an, yakni:
1. Dari Lauh Mahfudh ke langit bumi, al-Qur’an diturunkan pada malam
bulan Ramadhan, tepatnya pada malam Lailatul Qadar.
2. Dari langit bumi ke Rasulullah SAW, al-Qur’an turun berangsur-angsur
dalam kurun waktu 23 tahun (13 tahun di Mekah dan 10 tahun di
Madinah).
E. Periodisasi Turunnya Al-Qur’an
1. Periode Pertama (selama 4-5 tahun)
Dimulai dari turunnya wahyu pertama (surat Al-Alaq), dan ditandai
dengan kandungan wahyu Ilahi yang mencakup tiga hal: (1)Pendidikan
bagi Rasulullah SAW, (2)pengetahuan dasar mengenai sifat dan af’al
Allah, (3)Keterangan tentang dasar-dasar akhlak islamiah dan bantahan-
bantahan umum mengenai masyarakat jahiliah waktu itu.
2. Periode Kedua (selama 8-9 tahun)
Terjadi pertarungan hebat antara gerakan Islam dan jahiliah, hingga
akhirnya ayat-ayat al-Qur’an mampu memblokade paham jahiliah dari
segala segi.
3. Periode Ketiga (selama 10 tahun)
Ditandai adanya dakwah al-Qur’an yang telah dapat mewujudkan
keleluasaan penganut-penganutnya dalam melaksanakan ajaran-ajaran
Islam di Yatsrib.
Terdapat ayat sajdah dan lafadz “kalla” yang disebutkan 33 kali dalam 15
surat akhir setengah al-Qur’an.
2. Ciri-ciri Madaniyah
a. Ayat serta suratnya panjang dan kurang berirama.
b. Terkandung ajakan untuk berjihad mencari syahid di jalan Allah.
c. Menerangkan tentang hukum-hukum Islam dan hukum-hukum kriminal.
d. Menjelaskan tentang keburukan kaum munafik
e. Berisi jaminan pertolongan Allah kepada orang-orang mukmin dari
serangan musuh.
MUNASABAH
A. Pengertian Munasabah
Munasabah secara bahasa berarti jiwa. Secara terminologis berarti segi-
segi hubungan antar kalimat dalam ayat, antara ayat satu dengan ayat lain, serta
antara satu surat dengan surat yang lain. Jadi ilmu munasabah adalah ilmu
untuk mengetahui hubungan antar ayat dan antar surat, serta untuk mengetahui
urutan bacaan ayat.
Muhkam ialah ayat-ayat yang mempunyai makna jelas, baik lafadz maupun
maksudnya, sehingga tidak menimbulkan keraguan, kekeliruan dan penafsiran
lain. Ayat yang termasuk muhkam yakni naskh dan zhahir. Sedangkan
Mutasyabih ialah ayat-ayat yang maknanya belum jelas. Ayat yang termasuk
mutasyabih yakni mujmal, mu’awwal, musykil dan mubham (ambigu).
I’JAZUL QUR’AN
E. Macam-macam Mu’jizat
1. Hissiyah
o Hanya dirasakan, dicerna, dan dilihat pada saat kemunculannya.
o Hanya untuk orang-orang yang menyaksikannya.
o Terjadi pada selain al-Qur’an.
2. Aqliyyah
o Hanya bisa diketahui dengan akal dan pemikiran mendalam.
o Berlaku sepanjang masa.
o Bisa dirasakan/diketahui oleh siapapun yang memiliki cahaya
pengetahuan khusus dan mata hati yang bersih.
o Hanya terjadi pada al-Qur’an.
B. Bentuk-bentuk Hadis
a. Hadis qauli
yaitu segala bentuk perkataan yang disandarkan kepada nabi.
b. Hadis fi’li
Yaitu segala perbuatan yang disandarkan kepada Nabi
c. Hadis taqriri
Yaitu hadis yang berupa ketetapan Nabi SAW terhadap apa yang datang
atau dilakukan oleh para sahabatnya.
d. Hadis hammi
Yaitu hadis yang berupa keinginan Nabi SAW yang belum terealisasi,
seperti halnya hasrat berpuasa 9 ‘Asyura.
e. Hadis ahwali
Yaitu hadis yang berupa hal ikhwal Nabi SAW, seperti keadaan fisik Nabi
SAW dan sebagainya.
C. Hadis Qudsi
Secara bahasa hadis qudsi berarti hadis yang suci. Sedangkan secara istilah
diartikan sebagai segala sesuatu yang diberitakan Allah SWT kepada Nabi-Nya
dengan ilham atau mimpi, kemudian Nabi SAW menyampaikan berita itu
dengan ungkapan-ungkapan sendiri.
Hadis qudsi dan hadis nabawi sama-sama bersumber dari Allah SWT.
Namun perbedaannya hanya dari segi penisbatan, yaitu hadis nabawi
dinisbatkan kepada Rasul, adapun hadis qudsi dinisbatkan kepada Allah.
Antara Al-quran dan Hadis Qudsi terdapat beberapa perbedaan,
diantaranya:
a. Al-quran berfungsi sebagai mu’jizat dan digunakan untuk menantang.
Sedangkan hadis qudsi tidak digunakan untuk menantang dan tidak pula
untik mu’jizat.
b. Seluruh isi Al-quran kepastiannya sudah mutlak. Sedangkan hadis qudsi
kebanyakan khabar ahad sehingga kepastiannya masih merupakan dugaan.
c. Lafazh atau redaksi Al-Qur’an berasal dari Allah ta’ala, berbeda dengan
hadits Qudsi yang redaksinya berasal dari pihak Nabi SAW
d. Mushhaf Al-Qur’an hanya boleh disentuh oleh orang yang tidak berhadats,
berbeda dengan kitab kumpulan hadits Qudsi yang boleh disentuh
sewaktu-waktu sekalipun dalam keadaan berhadats.
e. Turunnya wahyu AL-Qur’an selalu disertai dengan keberadaan Jibril as
yang menjadi mediator Nabi SAW dengan Allah SWT, berbeda dengan
hadits Qudsi.
f. Ibadah shalat tidak sah tanpa diiringi dengan bacaan Al-Qur’an, berbeda
dengan hadits Qudsi.
1. UNSUR-UNSUR HADIS
A. Sanad, Matan, Rawi, Mukharrij
a. Sanad, Isnad, musnad, musnid
o Sanad yaitu orang-orang yang meriwayatkan hadis atau silsilah orang-
orang yang menghubunkan kepada matan hadis.
o Isnad yaitu orang yang menyampaikan atau menerangkan ( dari atas ke
bawah )
o Musnad yaitu orang yang menjelaskan semua periwayatan dan menulis
dalam kitab.
o Musnid yaitu orang yang menyampaikan info ( dari bawah ke atas ).
b. Matan
Matan yaitu perkataan yang disebut pada akhir sanad (isi dari hadis).
c. Rawi
Rawi yaitu orang yang meriwayatkan hadis atau memberikan hadis.
d. Mukharrij
Mukharrij yaitu orang yang terakhir dan sampai menuliskan dalam satu
kitab.
3. HADIS PRA-KODIFIKASI
a. Hadis Pada periode Rasul
Periode ini disebut juga dengan masa turunnya wahyu dan
pembentukan masyarakat Islam. Pada masa Rasulullah, kepandaian baca
tulis dikalangan sahabat sudah bermunculan,hanya saja terbatas sekali.
Karena itu nabi menerangkan untuk menghafal, memahami, memelihara,
dan memantapkan hadis dala amalan sehari-hari, serta mentabliqkannya
kepada orang lain.
Tidak ditulisnya hadis secara resmi pada masa ini, bukan berarti
tidak ada sahabat yang menulis hadis. Dalam sejarah terdapat nama-nama
sahabat yang menulis hadis, misalnya Abdullah Ibn Amr Ibn ‘Ash, Alin
bin Abi Thalib, Anas bin Malik.
b. Hadis pada periode sahabat
Sebetulnya, kodifikasi (penulisan dan pengumpulan) hadis telah
dilakukan sejak jaman para sahabat. Namun, hanya beberapa orang saja
diantara mereka yang menuliskan dan menyampaikan hadis dari apa yang
mereka tulis. Disebutkan dalam shahih al-Bukhari, di Kitab al-Ilmu, bahwa
Abdullah bin ‘Amr biasa menulis hadis. Abu Hurairah berkata, “Tidak ada
seorang pun dari sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
lebih banyak hadisnya dari aku kecuali Abdullah bin ‘Amr, karena ia biasa
menulis sementara aku tidak.”
Namun, kebanyakan mereka hanya cukup mengandalkan kekuatan
hapalan yang mereka miliki. Hal itu diantara sebabnya adalah karena di
awal-awal Islam Rasulullah sempat melarang penulisan hadis karena
khawatir tercampur dengan Al-Qur`an. Dari Abu Sa’id al-Khudri, Bahwa
Rasulullah bersabda, “Janganlah menulis dariku! Barangsiapa menulis
dariku selain Al-Quran, maka hapuslah. Sampaikanlah dariku dan tidak
perlu segan..” (HR Muslim)
c. Hadis Periode Tabi’in
Tradisi periwayatan hadis ini juga kemudian diikuti oleh tokoh-
tokoh tabi`in sesudahnya. Hingga datang masa kepemimpinan khalifah
kelima, Umar Ibn Abdul’aziz. Dengan perintah beliau, kodifikasi hadits
secara resmi dilakukan.
7. PERIWAYATAN HADIS
A. Cara-cara Menerima Riwayat
Mendengar (Al Sama’), Membaca (Al Qira’ah), Ijazah (Al Ijazah),
Memberi (Munawalah), Menulis (Al Kitabah), Pemberitahuan (I’lam), Wasiat
(Al Wasiyah), Penentuan (Al – Wijadah)
A. Definisi ushul fiqh menurut Abdul Wahab Khallaf dalam kitab Ilmu
Ushul al-Fiqh adalah:
العلم بالقواعد والبحوث التي يتوصل بها الي استفادة االحكام الشرعية العملية من
ادلتها التفصيلية
او هي مجموعة القواعد والبحوث التي يتوصل بها الي استفادة االحكام الشرعية
العملية من ادلتها التفصيلية
Mengetahui kaidah dan bahasan (kajian) yang mampu menjadi jembatan untuk
mengambil faedah hukum-hukum syara’ praktis dari dalil-dalilnya yang
terperinci. Ini definisi pertama. Definisi kedua adalah: kumpulan kaidah dan
bahasan yang mampu menjadi jembatan untuk mengambil faedah hukum-hukum
syara’ praktis dari dalil-dalilnya yang terperinci.
C. Objek Pembahasan
Dari penjelasan tentang hubungan antara ushul fiqh dengan fiqh serta
perbedaan masing-masing, maka jelas pula bahwa objek ushul fiqh berbeda
dengan objek fiqh.
a. Objek fiqh adalah hukum yang berhubungan dengan perbuatan manusia
beserta dalil-dalilnya yang terinci. Adapun pendapat lain tentang objek
fiqh ialah hukum perbuatan mukallaf, yakni halal, haram, ajib, mandub,
makruh, dan mubah baserta dalil- dalil yang mendasari ketentuan hukun
tersebut. Fiqh membahas dalil-dalil tersebut untuk menetapkan hukum-
hukum cabang yang berhubungan dengan perbuatan manusia. Sedangkan
ushul fiqh meninjau dari segi penetapan hukum, klasifikasi argumentasi
serta situasi dan kondisi yang melatarbelakangi dalil-dalil tersebut.
b. Objek Pembahasan Ushul Fiqh
Dari berbagai definisi, terlihat jelas bahwa yang menjadi objek kajian
Ushul Fiqh secara garis besarnya ada tiga :
1. Sumber hukum dengan segala seluk beluknya.
2. Metode pendayagunaan sumber hukum atau metode penggalian hukum
dari sumbernya.
3. Persyaratan orang yang berwenang melakukan istinbath dengan semua
permasalahaanya.
Selain itu ada objek pembahasan lain dalam ushul fiqh meliputi :
1. Pembahasan tentang dalil.
Pembahasan tentang dalil dalam ilmu Ushul Fiqh adalah secara global.
Di sini dibahas tentang macam-macamnya, rukun atau syarat masing-
masing dari macam-macam dalil itu, kekuatan dan tingkatan-
tingkatannya. Jadi di dalam Ilmu Ushul Fiqh tidak dibahas satu
persatu dalil bagi setiap perbuatan.
2. Pembahasan tentang hukum
Pembahasan tentang hukum dalam Ilmu Ushul Fiqh adalah secara
umum, tidak dibahas secara terperinci hukum bagi setiap perbuatan.
Pembahasan tentang hukum ini, meliputi pembahasan tentang macam-
macam hukum dan syarat-syaratnya. Yang menetapkan hukum (al-
hakim), orang yang dibebani hukum (al-mahkum ‘alaih) dan syarat-
syaratnya, ketetapan hukum (al-mahkum bih) dan macam-macamnya
dan perbuatan-perbuatan yang ditetapi hukum (al-mahkum fih) serta
syarat-syaratnya.
METODE IJTIHAD
1. Ijma‟ yaitu kesepakatan para ulama dalam menetapkan masalah hukum yang
tidak diterangkan dalam Al-Qur‟an maupun hadits setelah setelah Rasulullah
wafat . ijma‟ dilakukan dengan cara musyawarah dengan besdasarkan Al-
Qur‟an dan Hadits.
2. Qiyas yaitu menyamakan permasalahan yang tejadi dengan masalah lain yang
sudah ada hukumnya, karena ada kesamaan sifat atau alasan. Contoh hukum
minuman keras dapat diqiyaskan dengan khamar karena keduanya ada
kesamaan sifat yaitu sama-sama memabukkan.
3. Ihtisan yaitu menetapkan suatu hukum masalah yang tidak dijelaskan secara
rinci dalam Al-Qur‟an dan Hadits yang didasrkan atas kepentingan atau
kemaslahatan umat.
4. Ijtihad yaitu meneruskan keduanya berlakunya suatu hukum pada suatu
masalah yang telah ditetapkan karena adanya suatu dalil sampai adanya dalil
lain yang mengubah kedudukan hukum tersebut
5. Maslahah mursalah yaitu memutuskan hukum suatu permasalahan dengan
pertimbangan kemaslahatan bersama sesuai dengan maksud syarak yang
hukumnya tidak diperoleh dari dalil secara langsung dan jelas
6. Istishab, Pengertian Istishab adalah suatu penetapan suatu hukum atau aturan
hingga ada alasan tepat untuk mengubah ketetapan tersebut.
7. Urf, Pengertian Urf adalah penepatan bolehnya suatu adat istiadat dan
kebebasan suatu masyarakat selama tidak bertentangan dengan Al-quran dan
hadits.
8. Saddu dzariah, adalah suatu pemutusan hukum atas hal yang mubah makruh
atau haram demi kepentingan umat.
KAIDAH USHULIYYAH
Jadi, Ka’idah Ushuliyyah adalah pedoman untuk menggali dalil syara’, titik tolak
pengambilan dalil atau peraturan yang dijadikan metode penggalian hukum,
kaidah ushuliyah disebut juga sebagai kaidah Istinbathiyah/kaidah lughawiyah,
kaidah ushuliyah adalah dasar-dasar pemaknaan terhadap kalimat atau kata yang
digunakan dalam teks atau nash yang memberikan arti hukum tertentu dengan
didasarkan kepada pengamatan kebahasaan dan kesusastraan Arab.
KAIDAH FIQHIYYAH
Qawaidul fiqhiyah adalah suatu perkara kulli (kaidah-kaidah umum) yang
berlaku pada semua bagian-bagian atau cabang-cabangnya yang banyak yang
dengannya diketahui hukum-hukum cabang itu.
Kaidah fiqih memiliki arti penting dan posisi yang tinggi dalam hukum Islam. Di
antara kegunaannya sebagai berikut:
Dalam kaidah fiqih, menuurut mazhab Syafi’I ada lima kaidah pokok yang
memiliki peranan penting dan ruang lingkup serta cakupan yang berbeda. Mulai
dari kaidah dengan ruang lingkup yang sangat luas hingga kaidah fikih dengan
ruang lingkup yang sempi. Kelima kaidah tersebut adalah:
ِ اُأْل ُموْ ُر بِ َمقَا
ص ِدهَا
1. Segala sesuatu tergantung niat
َّ ال
لŒُ ض َر ُريُزَا
4. Kemadaratan harus dihilangkan
ٌْال َعا َدةُ ُم َح َك َمة
5. Kebiasaan menjadi hukum
َ ب ٰهَ َذا َحاَل ٌل َو ٰهَ َذا َح َرا ٌم لِتَ ْفتَرُوا َعلَى هَّللا ِ ْال َك ِذ
ۚب َ ف َأ ْل ِسنَتُ ُك ُم ْال َك ِذ ِ ََواَل تَقُولُوا لِ َما ت
ُ ص
)۱۱۶ : ب اَل يُ ْفلِحُون ( النحل َ ِإ َّن الَّ ِذينَ يَ ْفتَرُونَ َعلَى هَّللا ِ ْال َك ِذ
Karena pada Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 116 itu terdapat larangannya
janganlah ketika dihubungkan dengan kaidah ini maka segala perbuatan yang
pada dasarnya larangan atau dilarang bila dikerjakan maka hukuman adalah
haram. Begitupun dengan pemalsuan akta otentik yang merupakan perbuatan
dilarang, maka haram hukumnya.
َّ ال
لŒُ ض َر ُريُزَا
Tidak boleh memadaratkan orang dan tidak boleh dimadaratkan orang.
Unsur-unsur/Rukun Jarimah :
Perbuatan dikatakan jarimah (tindak pidana), jika ada unsur :
- Unsur formil – Rukun Syar’i (adanya Undang-undang atau Nas)
Seseorang disebut pelaku jarimah, jika terdapat peraturan dan sanksinya
- Unsur materiil – Rukun Maddi (sifat melawan hukum)
Jika terbukti melakukan suatu kejahatan, baik bersifat positif (aktif) maupun
negatif (Pasif)
- Unsur moril – Rukun Adabi (pelakunya mukallaf/ si pelaku dapat dimintai
pertanggung jawaban atas perbuatannya).
- Unsur Yuridis Normatif (Unsur ini harus didasari oleh suatu dalil yang
menentukan larangan terhadap perilaku tertentu dan diancam dengan hukuman.
C. Macam-macam Jarimah
- Dari segi berat ringan hukuman ada 3 jenis: hudud, qisas dan ta’zir.
- Dari segi niat pelakunya ada 2 jenis: jarimah maqsudah/dolus (yang disengaja)
dan jarimah ghaira maqsudah/colfus (tidak ada unsur kesengajaan).
- Dari segi sikap berbuat atau tidak berbuat ada 2 jenis: jarimah ijabiyah
(positif), misal: berbuat zina dan jarimah salabiyah (negative). Misal: tidak
membayar zakat.
- Dari segi korban ada 2 jenis: jarimah masyarakat (untuk melindungi
kepentingan umum) dan jarimah perorangan (untuk melindungi kepentingan
perorangan).
- Dari segi ketertiban umum ada 2: jarimah ‘adiyyah (biasa) dan jarimah siyasah
(politik)
Klasifikasi Hukuman :
- Dilihat dari pertalian hukuman, ada 4 macam: hukuman pokok, pengganti,
tambahan dan pelengkap.
- Dilihat dari kewenangan hakim, ada 2 macam: hukuman yang bersifat terbatas,
dan yang memiliki alternative untuk dipilih.
Pelaksanaan Hukuman :
1. Jarimah Hudud. Untuk melaksanakannya harus ada izin dari imam.
2. Jarimah qishas diyat. Untuk melaksanakannya dapat dilakukan oleh korban
jarimah atau wakilnya (tapi tetap harus dibawah pengawasan imam/ Negara)
3. Jarimah Ta’zir. Mutlak dilaksanakan oleh Negara. Tidak boleh tidak.
Tujuan Hukuman : Menurut Andi Hamzah dan A. Simanglipu:
1. Sebagai pembalasan 3. Menjerakan
2. Penghapusan dosa 4. Memperbaiki pelaku jarimah
JARIMAH HUDUD
Jarimah Hudud - Had a/ hukuman yang telah dipastikan ketentuannya dalam
nash al-Qur’an atau Sunnah Rasul, rumuskan jarimah hudud ada 7 :
1. Zina 7. Syurb al-khomr (minum khomr)
2. Qodzaf (tuduhan palsu zina)
3. Sariqoh (pencurian)
4. Hirobah (perampokan)
5. Riddah (murtad)
6. Al-baghy (pemberontakan)
JARIMAH TA’ZIR
Secara bahasa ta’zir berarti mencegah dan menolak serta untuk memberi efek.
Ta’zir a/ hukuman yang ditetapkan atas perbuatan maksiat, tidak dipastikan
ketentuannya dalam al-Qur’an - Sunnah Rasul dan wewenang penguasa untuk
menentukan hukumannya. Jarimah ta’zir dapat dibagi menjadi 3 bagian :
1. Karena melakukan kemaksiatan
2. Karena melakukan perbuatan yang membahayakan kepentingan umum
3. Karena melakukan pelanggaran.
Sedang dari hal yang dilanggarnya ta’zir dibagi menjadi 2 bagian : ta’zir yang
menyinggung hak Allah dan yang menyinggung hak perorangan.
Sumber Hukum Ta’zir :
- Dari qoul; at ta’zir yaduru ma’al mashlahah
- Dari Al-Quran; surat Al-Fath ayat 8-9
- Dari hadits; yang diriwayatkan oleh Bahz ibn Hakim yang artinya “bahwa Nabi
SAW menahan seseorang karena disangka melakukan kejahatan.
-
Jenis-jenis Jarimah Ta’zir :
1. Jarimah yang berasal dari jarimah hudud dan qishah
2. Yang jenisnya sudah disebutkan tapi hukumnya belum.
3. Yang baik jenis maupun hukumannya belum disebutkan dalam Al-Quran
PENGERTIAN HUKUM
1. UTRECHT : Hukum adalah sekumpulan petunjuk hidup berisi perintah dan
larangan yang mengatur anggota masyarakat yang harus dipatuhi oleh
masyarakat oleh karena aturan tersebut akan ada tindakan dari pemerintah dan
penguasa.
2. MOCHTAR KUSUMAATMAJA : Hukum adalah keseluruhan kaidah serta
semua asas yang mengatur pergaulan hidup dalam masyarakat dan bertujuan
untuk memelihara ketertiban serta meliputi berbagai lembaga dan proses guna
mewujudkan berlakunya kaidah sebagai suatu kenyataan dalam masyarakat.
3. STONE : Ilmu Hukum merupakan penyelidikan para ahli hukum tentang
norma-norma, cita-cita, dan teknik-teknik hukum dengan menggunakan
pengetahuan yang diperoleh dari berbagai disiplin ilmu hukum maupun luar
hukum yang mutakhir.
4. PRIBADI : Sekumpulan peraturan yang mengikat yang berisi perintah
dan larangan yang memiliki fungsi kemasyarakatan.
SUBJEK HUKUM
(segala sesuatu yang memiliki hak dan kewajiban dalam melakukan perbuatan
hukum)
1. MANUSIA : Setiap orang yang memiliki kedudukan yang sama pendukung
hak dan kewajiban. Pengecualian tidak cakap hukum :
a) anak dibawah umur masih belum dewasa dan belum menikah
b) orang yang berada dalam pengampuan, seperti gangguan jiwa
2. BADAN HUKUM (Pasal 1653 dan 1665 KUHPer) : Merupakan badan-badan
atau perkumpulan yang diciptakan oleh hukum.
a) Privat : contohnya PT, Firma, CV, Koperasi, Yayasan
b) Publik : contohnya Bank Indonesia, BUMN
OBJEK HUKUM
(segala sesuatu yang bermanfaat bagi subjek hukum dan dapat menjadi
objek dalam suatu hubungan hukum/barang dan benda)
Macam-macam :
1. Benda Berwujud : rumah, meja
2. Benda Tidak Berwujud : hak cipta, hak atas tanah
3. Benda Bergerak : kuda, ayam
4. Benda Tidak Bergerak : kapal yang berat tonnya 20 m3, kebun
SIFAT HUKUM
1. Imperatif (mengikat dan memaksa) : hukuman pidana bagi pelaku
kejahatan/pelanggaran
2. Fakultatif (pelengkap) : contoh hukum waris di KUHPerdata
TUJUAN HUKUM
1. Teori Etis (keadilan : Aristoteles) : hukum mempunyai tugas yang suci yaitu
memberi kepada setiap orang yang berhak menerimanya
a) Disributif (tergantung jasa/memberikan kepada jasa) Contoh : menggaji
Dosen
b) Kumulatif (rata/tanpa memperdulikan jasa) Contoh : bayar pajak tanah dan
mobil
c) Indikatif (semua yang bersalah harus dihukum)
d) Protektif (melindungi keseimbangan)
e) Kreatif (dengan menjaga)
f) Legalis (adil dalam konteks undang-undang/keinginan yang ingin dicapai
uu)
2. Teori Utilitis (kemanfaatan : Jeremy Bentham) : hukum harus mempunyai
kemanfaatan untuk kebahagiaan masyarakat
3. Teori Dogmatif/Gabungan (kepastian hukum : John Austin) : kepastian dan
ketertiban mempertegas wujud hukum dalam masyarakat
FUNGSI HUKUM
1. Sebagai sarana sosial kontrol : memberikan suatu batasan tingkahlaku yang
menyimpang dan akibat yang harus diterima dari penyimpangan
2. Sebagai rekayasa sosial (social enginering) : sebagai sarana rekayasa sosial
atau mengubah masyarakat untuk menciptakan perubahan dalam masyarakat
menuju kemajuan yang terencana (Roscou Pound)
3. Sebagai sarana politik : memperkuat pelaksanaan kekuasaan negara
4. Sebagai integrasi : hukum menjadi sarana penciptaan keserasian berbagai
perbedaan kepentingan masyarakat/penyelesaian masalah
SUMBER HUKUM
(segala sesuatu yang menimbulkan aturan bersifat memaksa)
1. Materiil : fakta-fakta/faktor yang menentukan isi hukum, terdiri :
a) Agama c) Politik
b) Sosial d) Dsb yang berkaitan
2. Formil : faktor yang mempengaruhi proses pembentukan dan sebab
terjadinya dilihat dari bentuk cara terjadinya isi hukum
a) Undang-undang : peraturan tertulis yang dibuat pemerintah dan mengikat
seluruh warga negara
b) Kebiasaan : kebiasaan yang diterima masyarakat dan diterapkan sebagai
hukum namun tidak semua dianggap adil sehingga tidak semua diterapkan
c) Traktat/Perjanjian : asas pacta sunt servanda yaitu setiap
perjanjian mengikat terhadap pihak-pihak yang mengadakan
bilateral : dua negara
multilateral : lebih dari 2 negara
kolektif /terbuka : dilakukan oleh beberapa negara/multilateral dan
negara lain boleh ikut.
Tahap pembuatan traktat yaitu : perundingan dan penutupan
d) Yurisprudensi : putusan hakim yang memuat peraturan tersendiri yang
telah memiliki kekuatan hukum tetap dan dipakai sebagai rujukan
pertimbangan hukum oleh hakim yang lain
e) Doktrin : pendapat para ahli (Montesque : Trias Politika : legislatif
pembuat, eksekutif pelaksana, yudikatif pengawas)
f) Hukum Agama : yang bersumber dari tuhan
Contoh : Alquran, Hadits, Ijma, Qiyas (disamakan)
SISTEM HUKUM
(Sudikno Mortokusumo, kesatuan utuh dari tatanan yang terdiri utuh dari satu
sama lain saling berhubungan dan kait mengait secara erat)
Macam-macam :
1. Common Law/Anglosaxon : menganut sistem peradilan juri, dimana hakim
bertindak sebagai pejabat yang memeriksa dan memutuskan hukumnya.
Contoh Negara Amerika
2. Eropa Kontinental/Civil Law System : dimana hakim diikat undang-undang
dijamin dalam bentuk kepastian hukum melalui bentuk dan sifat tertulisnya
undang-undang. Contoh Negara Indonesia, Belanda
PENGKLASIFIKASIAN HUKUM
Bentuknya : (1) Tertulis : kodifikasi : KUHP tidak kodifikasi : PP, KEPRES
(2) Tidak tertulis
Isinya : (1) Privat : mengatur kepentingan pribadi dan mempertahankan sendiri
(2) Publik : mengatur kepentingan umum dan cara mempertahankan oleh aparat
penegak hukum
Sifatnya : (1). Mengatur : UU (2). Memaksa : putusan hakim
Fungsinya : (1). Materiil : KUHP (2). Formil : KUHAP
Waktunya :
1. Ius Contitutum (sedang berlaku) : UU 2. Ius Contituendum (akan
berlaku) : RUU
Luas Waktunya :
1. Umum : pidana, perdata 2. Khusus : pidana militer
PENGANTAR HUKUM INDONESIA
C. PEMBAGIAN HUKUM
1. Dilihat dari sumber, materiil dan formil
2. Dilihat dari bentuknya, tertulis dan tidak tertulis
3. Dilihat dari waktu berlakunya, ius contitutum (sedang berlaku) dan ius
contituendum akan berlaku/kodrati)
“Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (kitab suci) bahwasanya
jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga
dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada qishash-nya.
Barangsiapa yang melepaskan (hak qishash)nya (memaafkan), maka melepaskan
hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara
menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang
zalim.” (QS. Al-Maidah: 45)
َو َم ْن قَت ََل ُمْؤ ِمنًا خَ طًَأ فَتَحْ ِري ُر َرقَبَ ٍة ُمْؤ ِمنَ ٍة َو ِديَةٌ ُم َسلَّ َمةٌ ِإلَى َأ ْهلِ ِه
2. DALIL HUDUD
a. Zina
الز ٰن ٓى اِنَّهٗ َكانَ فَا ِح َشةً َۗو َس ۤا َء َسبِ ْياًل
ِّ َواَل تَ ْق َربُوا
Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan
suatu jalan yang buruk. (al isra ayat 32)
اح ٍد ِّم ْنهُ َما ِماَئةَ َج ْل َد ٍة ۖ َّواَل تَْأ ُخ ْذ ُك ْم بِ ِه َما َرْأفَةٌ فِ ْي ِد ْي ِن
ِ اَل َّزانِيَةُ َوال َّزانِ ْي فَاجْ لِ ُدوْ ا ُك َّل َو
َهّٰللا ِ اِ ْن ُك ْنتُ ْم تُْؤ ِمنُوْ نَ بِاهّٰلل ِ َو ْاليَوْ ِم ااْل ٰ ِخ ۚ ِر َو ْليَ ْشهَ ْد َع َذابَهُ َما طَ ۤا ِٕىفَةٌ ِّمنَ ْال ُمْؤ ِمنِ ْين
b. Qadzaf
ت ثُ َّم لَ ْم يَْأتُوْ ا بِاَرْ بَ َع ِة ُشهَد َۤا َء فَاجْ لِ ُدوْ هُ ْم ثَمٰ نِ ْينَ َج ْل َدةً َّواَل َ َْوالَّ ِذ ْينَ يَرْ ُموْ نَ ْال ُمح
ِ ص ٰن
ٰۤ ُ ۚ
َك هُ ُم ْال ٰف ِسقُوْ ن َ ول ِٕى ۙ تَ ْقبَلُوْ ا لَهُ ْم َشهَا َدةً اَبَدًا َوا
Dan orang-orang yang menuduh perempuan-perempuan yang baik (berzina) dan
mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka delapan
puluh kali, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka untuk selama-lamanya.
Mereka itulah orang-orang yang fasik, (an nur ayat 4)
c. Sariqah (pencurian)
هّٰللا هّٰللا ۤ
ِ َّارقَةُ فَا ْقطَع ُْٓوا اَ ْي ِديَهُ َما َجزَا ۢ ًء بِ َما َك َسبَا نَ َكااًل ِّمنَ ِ ۗ َو ُ ع
َز ْي ٌز ُ َّار
ِ ق َوالس ِ َوالس
َح ِك ْي ٌم
Adapun orang laki-laki maupun perempuan yang mencuri, potonglah tangan
keduanya (sebagai) balasan atas perbuatan yang mereka lakukan dan sebagai
siksaan dari Allah. Dan Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana. (al-maidah ayat 38)
d. Khamr
َ ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِنَّ َما ْال َخ ْم ُر َو ْال َمي ِْس ُر َوااْل َ ْن
صابُ َوااْل َ ْزاَل ُم ِرجْ سٌ ِّم ْن َع َم ِل
َال َّشي ْٰط ِن فَاجْ تَنِبُوْ هُ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُوْ ن
Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi,
(berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah
perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-
perbuatan) itu agar kamu beruntung. (al-maidah ayat 90)
e. Hirabah (perampokan)
ْض فَ َسادًا اَ ْن يُّقَتَّلُ ْٓوا اَو ْرَ اْل ا ى ف َن ْوع ْ
س يو ٗهَ ل ُْوس ر و انَّما ج ٰۤزُؤ ا الَّذ ْينَ يُحاربُوْ نَ هّٰللا
ِ ِ َ َ َ َ َ َ ِ َ ِ َ َ ِ
ٌ ك لَهُ ْم ِخ ْز
ي فِى َ ِض ٰذلِ ۗ ْف اَوْ يُ ْنفَوْ ا ِمنَ ااْل َر ٍ صلَّب ُْٓوا اَوْ تُقَطَّ َع اَ ْي ِد ْي ِه ْم َواَرْ ُجلُهُ ْم ِّم ْن ِخاَل
َ ُي
َظ ْي ٌمِ ال ُّد ْنيَا َولَهُ ْم فِى ااْل ٰ ِخ َر ِة َع َذابٌ ع
Hukuman bagi orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat
kerusakan di bumi hanyalah dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki
mereka secara silang, atau diasingkan dari tempat kediamannya. Yang demikian
itu kehinaan bagi mereka di dunia, dan di akhirat mereka mendapat azab yang
besar. (al-maidah ayat 33)
f. Al bagyu (pemberontakan)
ش َما ظَهَ َر ِم ْنهَا َو َما بَطَنَ َوااْل ِ ْث َم َو ْالبَ ْغ َي بِ َغي ِْر َ احِ قُلْ اِنَّ َما َح َّر َم َربِّ َي ْالفَ َو
َق َواَ ْن تُ ْش ِر ُكوْ ا بِاهّٰلل ِ َما لَ ْم يُن َِّزلْ بِ ٖه س ُْل ٰطنًا َّواَ ْن تَقُوْ لُوْ ا َعلَى هّٰللا ِ َما اَل تَ ْعلَ ُموْ ن
ِّ ْال َح
Katakanlah (Muhammad), “Tuhanku hanya mengharamkan segala perbuatan keji
yang terlihat dan yang tersembunyi, perbuatan dosa, perbuatan zalim tanpa alasan
yang benar, dan (mengharamkan) kamu mempersekutukan Allah dengan sesuatu,
sedangkan Dia tidak menurunkan alasan untuk itu, dan (mengharamkan) kamu
membicarakan tentang Allah apa yang tidak kamu ketahui.” (al-A’raf ayat 33)
g. Riddah (murtad)
ٰۤ ُ
فِى ت اَ ْع َمالُهُ ْم
ْ َول ِٕىكَ َحبِط ت َوهُ َو َكافِ ٌر فَا ْ َو َم ْن يَّرْ تَ ِد ْد ِم ْن ُك ْم ع َْن ِد ْينِ ٖه فَيَ ُم
ٰۤ ُ
َار هُ ْم فِ ْيهَا ٰخلِ ُدوْ ن ِ ۚ َّك اَصْ ٰحبُ الن َ ول ِٕى ال ُّد ْنيَا َوااْل ٰ ِخ َر ِة ۚ َوا
Barangsiapa murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran,
maka mereka itu sia-sia amalnya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah
penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (al- baqarah ayat 217)
3. DALIL TA’ZIR
Œَ ه َأتَْأتُونَ ْالفَا ِح َشةَ َما َسبَقَ ُك ْم بِهَا ِم ْن َأ َح ٍد ِمنَ ْال َعالَ ِمŒِ ِإ ْذ قَا َل لِقَوْ ِمŒ} َولُوطًا
{ين
Dan (Kami juga telah mengutus Nabi) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah)
tatkala dia berkata kepada mereka: “Mengapa kalian mengerjakan perbuatan
yang sangat hina itu, yang belum pernah dilakukan oleh seorangpun (di dunia
ini) sebelum kalian?” [Al-A’raaf: 80].
UNDANG UNDANG, LATAR BELAKANG, ATAU SEGALA SESUATU
YANG BERHUBUNGAN DENGAN SKRIPSI
Dan (Kami juga telah mengutus Nabi) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala
dia berkata kepada mereka: “Mengapa kalian mengerjakan perbuatan yang sangat
hina itu, yang belum pernah dilakukan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelum
kalian?” [Al-A’raaf: 80].
Artinya : Hadist riwayat imam lima, kecuali Nasai’, dari Ik’riah dari Ibnu Abbas
r.a, ia berkata, “Rasulullah SAW. Bersabda, “Siapa yang menjumpai seseorang
yag bermain Liwath, maka bunuhlah Fa’il yang bertidak sebagai lelaki (yang
memasukan) maupun yang bertindak sebagai sebagai perempuan (yang
dimasukan)”.
UU DALAM SKRIPSI
Undang-Undang Nomor 19 tahun 2016 tentang ITE Pasal 45 ayat (1) junto Pasal
27 Ayat (1) yang berbunuyi :
“Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah)”.