Anda di halaman 1dari 18

‫َّٰف‬

Makna ‫ ٱلَّن َٰث ِت‬Dalam Surah Al-Falaq ayat 4 (studi komparatif Tafsir

Al-Kasysyaf Karya Az-Zamakhsyari dan Tafsir Al-Munir karya Wahbah

Zuhaili)

1. Latar Belakang

Al-Qur’an menurut bahasa berarti bacaan atau yang dibaca.

Menurut istilah, Al-Qur’an adalah wahyu Allah SWT yang diturunkan

kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril sebagai petunjuk

bagi umat manusia. Al-Qur’an diturunkan untuk menjadi pegangan bagi

mereka yang ingin mencapai kebahagian dunia dan akhirat. Al-Qur’an

menggunakan bahasa Arab dan merupakan mukjizat bagi Rasul. Sebagian

besar ayat-ayat Al-Qu’an diturunkan di kota Mekkah dan Madinah. Isi

yang terkandung dalam Al-Qur’an terdapat 6.236 ayat 114 surat dan 30

juz.1

Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang diturunkan Allah

SWT kepada rasulnya yang terakhir yakni Nabi Muhammad SAW

sekaligus sebagai mukjizat yang terberas diantara mukjizat-mukjizat yang

lain. Turunnya Al-Qur’an dalam kurang waktu 23 tahun, dibagi menjadi

dua pase. Pertama diturunkan di Mekkah yang bisa disebut dengan ayat-

ayat makkiyah. Dan yang kedua diturunkan di Madinah disebut dengan

ayat-ayat Madaniyah.2

1
Mutammimul Ula, “Sistem pengenalan dan Penerjemahan Al-Qur’an Surah Al-
Waqi’ah Melalui Suara Menggunakan TransformasiSumudu”, Jurnal Techsi, Vol. 11. No. 1,
(April 2019), h.2.
2
Ibid, h. 2

1
Secara etimologi Al-Qur’an adalah Mashdar (infinitif) dari qara-a-

yaqra-u-qur’a-nan yang berarti bacaan. Dari arti ini memiliki makna

anjuran kepada umat Islam unrtuk membaca Al-Qur’an. Al-Qur’an

merupakan bentuk mashdar dari kata ‫ القرآن‬yang berarti menghimpun dan

mengumpulkan. Dikatakan demikian sebab Al-Qur’an mengimpun

beberapa huruf, kata dan kalimat secara tertib sehingga tersusun rapi dan

benar.3 Terdapat dalam firman Allah SWT (Q.S Al-Qiyamah 75:17-18):

١٨ ‫َفِاَذا َقَر ۡا ٰنُه َفاَّتِبۡع ُقۡر ٰاَن ۚٗه‬١٧  ۖ ۚٗ‫ِاَّن َعَلۡي َنا َج ۡم َعهٗ َو ُقۡر ٰاَنه‬

Artinya:“Sesungguhnya Kami yang akan mengumpulkannya (di

dadamu) dan membacakannya. Apabila Kami telah selesai

membacakannya maka ikutilah bacaannya itu”.

Kemukjizat Al-Qur’an tidak akan terekspor zaman, ia akan abadi

selamanya hingga akhir zaman. Hal ini bisa dilihat dengan adanya

perkembangan ilmu pengetahuan untuk menjawab keresahan umat, dan

menjawab itu bersumber dari Al-Qur’an. Al-Qur’an tidak menjelaskan

secara rinci suatu peristiwa tetapi hanya menjelaskan hal-hal tersebut

secara global. Seiring berjalannya waktu, tafsir para ulama mulai

mengungkap rahasia-rahasia yang tersembunyi dalam Al-Qur’an. Teks

Al-Qur’an tidak berubah, tergantung konteks ruang dan waktu manusia.

Tafsir secara bahasa adalah sesuatu yang menjelaskan,

menerangkan. cara menerangkannya bisa dengan berbagai versi. karena

3
Anshori, Ulumul Qur’an, (Jakarta: Rajawali Press, 2013), h. 18

2
lafazh taf’il menunjukan makna katsir atau menunujukan makna banyak

diantara adalah yang memiliki arti menyatakan (al-Ibanah), menjelaskan

(al-Idharu), dan membuka (al-Kasyfu).4 Tasir sendiri lahir dari usaha yang

sungguh-sungguh seorang mufasir untuk menemukan makana pada ayat-

ayat Al-Qur’an serta menjelaskan apa yang samar dari ayat-ayat tersebut

sesuai dengan dengan kemampuan mufassir.

Tafsir menurut Imam Az-Zarkasyiy mengatakan:“Tafsir adalah

suatu ilmu dengannya dapat diketahui bagaimana cara memahami Kitab

Allah SWT. Yang diturunkan kepada nabi-Nya muhammad SAW.

Menerangkan makna-makna Al-Qur’an dan mengeluarkan hukum-

hukumnya dan hikmahhikmahnya”. Menurut Imam Al-Kilaby

mengatakan: “Tafsir itu adalah: mensyarahkan al-Qur’an, menerangkan

maknanya dan menjelaskan apa yang dikendainya dengan nashnya atau

dengan isyarahnya, atau pun dengan tujuannya.” Menurut Imam Az-

Zarqaaniy mengatakan: “Tafsir adalah ilmu yang dadalamnya dibahas

tentang Al- Qur’an Al Karim dari segi dalalahnya kepada yang dikendaki

Allah sekadar yang didapat disanggupi manusia”. Menurut Ahmad Asy

Syirbashiy mengatakan: “Tafsir Al-Qur’an Al-Karim adakah menjelaskan

Kalam Allah ‘Azza Wajalla, dengan menerangkan mafhuman kalimat-

kalimat dan semua ibarat yang terdapat didalam Al-Qur’an.” Sedang

menurut Ulama yang lain berkata: “Tafsir adalah ilmu yang membahas

4
Mawardi Abdullah, Ulumul Qur’an, (Jakarta: Rajawali Press, 2023), h. 18

3
tentang hal ikhwal al- Qur’an al- Karim, dari segi indikasinya akan apa-

apa yang dimaksud oleh Allah”.5

Menafsirkan Al-Quran berarti berusaha menjelaskan dan

mengungkapkannya makna isi Al-Qur'an. Seorang mufassir akan

membahas ayat-ayat Al-Qur’an sesuai dengan pengetahuan yang ada.

Beberapa orang membicarakannya secara mendalam, yaitu menjelaskan

keseluruhan ayat Al-Qur’an, ada juga yang hanya menjelaskan saja hanya

ayat-ayat tertentu. Oleh karena itu, objek kajian tafsirnya adalah Al-Quran

dirinya, dimana ia berfungsi sebagai sumber utama ajaran agama Islam

sekaligus pedoman bagi manusia. Jadi penafsiran Al-Qur'an bukanlah satu

hal tidak diperbolehkan, namun penafsiran Al-Qur'an hanya boleh

dilakukan oleh mereka yang memenuhi syarat untuk melakukannya.6

Upaya penafsiran telah dilakukan sejak zaman sahabat. Pada saat

ini penafsiran masih bertumpu pada ayat Al-Qur’an serta hadist-hadist

Nabi. Tasir seperti ini disebut tafsir bi al-ma’sur, Tafsir bi al

ma’sur adalah tafsir Al-Qur’an berdasarkan riwayat yang meliputi ayat

dengan ayat, penafsiran ayat dengan sunnah Rasul dan penafsiran dengan

riwayat sahabat. Kemudian, sekitar abad ke-6 H hingga saat ini mufassir

mulai mengunakan ijtihad sendiri untuk Menyusun karya-karya tafsirnya

bentuk penjelasan seperti ini disebut tafsir bi al-ra’yi, yaitu tafsir bi al-

ra’yi Menurut Syaikh Manna' al-Qaththan, Tafsir bi al-ra'yi adalah Tafsir


5
Agus Salim Hasanudin, Hakikat Tafsir Menurut Para Mufasir, Jurnal Iman dan
Spiritualitas, Vol. 2, No. 2 (2022), h. 207.
6
Manna’ Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, ter. Mudzakir (Bogor: Pustaka Litera
Antar Nusa, 2011), h. 1.

4
yang dalam penjelasan maknanya atau maksudnya, mufassir hanya

berpegang kepada pemahamannya sendiri, pengambilan kesimpulan

(istinbath) nya didasarkan pada logikanya semata.7

Penafsiran Al-Qur’an bisa dikatakan sudah mulai sejak

berkembangnya Islam dan terus berkembang hingga saat ini. Namun, pada

umumnya mufassir pada masa sahabat (pase pertama), tidak memberi

spesifikasi yang berkaitan dengan gaya, bentuk, atau metode interpretasi.

Karena mereka diskusikan keseluruhan ayat secara global dan terkadang

mufasir hanya jelaskan dengan permasalahan yang terdapat pada saat itu.

Hingga seiring berkembangnya ilmu, berbagai corak tafsir mulai muncul

dikalangan ulama mutaakhiri’n, seperti yang bercorak Adabi Ijtima’ Tafsir

Al-Manar karya Rasyid Ridha , Tafsir al-jawahi’r fi’ Tafsir Al-Qur’an

sebagai contoh tafsir bercorak sains atau ‘Ilmi, Tafsir Al-Im’m Al-Syafi’I

karya Muhammad bin Idris Al-Syafi’I yang bercorak fiqih, Tafsir Al-

Qur’an Al-‘Adzi’m karya Imam Tusturi yang bercorak sufistik dan Tafsir

Al-Tabari karya Ibn Jar’ir Al-Tabari’ yang bercorak lughawi.8

Corak penfsiran yang dituju dalam hal ini merupakan bidang

keilmuan yang mewarnai sebuah kitab Tafsir. 9Hal ini terjadi karena

mufassir mempunyai latar belakang visi ilmiah yang berbeda, sehingga

interpretasi yang diperoleh pun berbeda-beda mempunyai gaya yang

7
Tim Reviewer Mkd 2015 Uin Sunan Ampel Surabaya, Studi Alquran, (Surabaya: Uin
Sunan Ampel Press, 2015), h. 521.
8
M. Quraish Shihab, Membumikan Alquran (Bandung: Mizan, 1990), h. 115-11
9
Wahyudin, “Corak Dan Metode Interpretasi Aisyah Abdurrahman Bint Al-Sya>Thi”,
Alulum, Vol. 11, No. 1 (Banjarmasin: Iain Antasari, h. 2011), h. 80

5
sesuai dengan ilmu yang dikuasainya. Perbedaan Kekuatan nalar di antara

mereka tidak perlu diragukan lagi.

Secara umum, setiap karya penafsira menggunakan salah satu atau

lebih banyak metode menafsirkan Al-Qur'an. Meskipun begitu, pasti ada

metode yang menonjol yang digunakan seorang mufassir. Pilihan dari

metode yang digunakan tergantung pada kecenderungan dan pandangan

penafsir, serta latar belakang keilmua dan aspek lainnya 10. Dalam buku

yang berjudul “Wawasan Baru Ilmu Tafsir”, karya Prof. Dr. Nasharuddin

Baidan menyebutkan terdapat ada empat metode dalam menafsirkan Al-

Qur’an yaitu Metode global (Ijmali), Metode analitis (Tahlli), Metode

perbandingan (Muqarran) dan Metode tematik (Maudui).11

Dapat penulis simpulkan bahwa setiap mufasir pasti mengunakan

metode atau corak tafsir yang berbeda. Hal ini menjadikan karya tafsir

yang satu dengan lainnya memiliki beberapa perbedaan. Seperti halnya

penafsiran dalam kitab Tafsir Al-Kasyaf karya Zamakhsyari dan kitab

Tafsir Al-Munir karya Wahbah Zuhaili dalam menafsirkan surah Al-Falaq

ayat 4:

‫ِم ن َشِّر ٱلَّنَّٰف َٰثِت ِفى ٱْل َق ِد‬


‫ُع‬ ‫َو‬

Artinya:“Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang

menghembus pada buhul-buhul”


10
Abd.Muin Salim, Metodologi Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Teras, 2010), 37-38
11
Nasharuddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016)
379-380.

6
Antara Az-Zamakhsyari dan Wahbah Zuhaili sangat mungkin

terdapat banyak perbedaan dalam penafsirannya, karena secara historis

mereka tidak hidup semasa, sehingga pola pemikiran mereka juga berbeda.

Beberapa perbedaan yang mencolok antara keduanya.

Tafsir Al-Kasysyaf merupakan kitaf Tafsir yang paling terkenal

diantara sekian banyak kitab Tafsir yang ditulis dengan metode Ra’yi dan

loghoh. Kitaf Tafsir Al-Kasysyaf disusun dalam jangka waktu 30 bulan,

dimulai padaa tahun 526 M dan berakhir pada hari senin tanggal 23 tahun

Rabiul Akhir tahun 528 M. Tafsir Al-Kasysyaf disusun menurut mushaf

Usmani berisi 30 juz dan 144 surah. Tafsirnya dimulai dari surah Al-

Fatihah hingga An-Naas, metode yang digunakan dalam Menyusun tahlili.

yakni mufasir menjelaskan ayat-ayat Al-Quran sesuai urutan Mushaf

utsmani.12

Sedangkan tafsir Al-Munir merupakan tafsir yang bisa dibilang

sebagai karya monumental yang pengarangnya menulis setelah

menyelesaikan dua kitab fiqh, yaitu Ushul Fiqh Al-Islami (2 jilid) dan Al-

Fiqh Al-Islami wa Adillatuhu (8 jilid), dengan rentang waktu kurang lebih

selaman 16 tahun.

Wahbah Zuhaili merupakan mufassir yang dibesarkan di kalangan

ulama-ulama madzhab Hanafi, yang membentuk pemikiran dalam

12
Reny Safitri, Perbandingan Penafsiran Zamakhshari dan Wahbah Zuhaili Terhadap
Surah Saba’ ayat 13 tentang seni Lukis (studi Komparasi tafsir Al-Kasysyaf dan Tafsir Al-Munir),
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel, Surabaya. 2020.

7
madzhab fiqih, walupun bermadzhab Hanafi namun beliau tidak fanatic

dan menghargai pendapat-pendapat madzhab lain, hal ini dapat dilihat dari

bentuk penafsiran Ketika mengupas ayat-ayat yang berhubungan dengan

fiqih.13

Wahbah Zuhaili dalam menafsirkan menggunakan metode tahlili

dan semi tematik, dengan corak Tafsir adabi al-ijtima’ dan fiqih, karena

memang beliau mempunyai bisik keilmuan Fiqih namun dalam tafsirnya

beliau menyajikan dengan bahasa dan redaksi yang sangat teliti,

penfsirannya juga disebutkan dengan situasi yang berkembang dan

dikembangkan dalam tengah-tengah mesyarakat. Namun sedikit sekali

beliau menggunakan Tafsir bi ilmi, karena memang sudah dalam tujuan

penulisan tafsirnya bahwa akan menyaring beberapa penyimpangan tafsir

kontemporer dan pendekatan bi Al-Matsur.

Dapat dilihat dari beberapa perbedaan yang sudah dipaparkan,

sudah pasti penafsiran mereka akan sangat berbeda. Mengenai ‫ٱلَّنَّٰف َٰثِت‬,

Az-Zamakhsyari dalam kitab Tafsirnya AL-Kasysyaf menafsirkan

kata An-Nafasat yang dimaknai ialah perempuan atau Nafas atau

kumpulan tukang sihir, makan An-Nafasat secara umum ialah hembusan

dari mulut si tukang sihir disertai percikan air liur namun hembusan

tersebut bisa berbekas apabila dihembuskan disesuatu makanan. Berbeda

13
Sulfawandi,”Pemikiran Tafsir Al-Munir Fi Al-Aqidah Wa Al-Syari’ah Al-Manhaj karya
Dr. Wahbah Al-Zuhaili”, Jurnal Hukum Pidana dan Politik Hukum, Vol. 10, No. 2, (Juli-
Desember 2021), h. 74.

8
dengan Wahbah Zuhaili dalam kitab Al-Munir ”menfsirakan aku

berlindung dari kejahatan orang-orang atau para perempuan penyihir”.

Meniup sihir pada ikatan benang. kata “an-Nafats” berarti meniup

dengan disertai percikan ludah dari mulut.14

Berdasarkan uraian-uraian yang telah di paparkan di atas, maka penulis

bermaksud untuk mengkaji perbedaan penfsiran dalam surah Al-Falaq ayat


‫َّٰف‬
4 dengan judul “Makna ‫ ٱلَّن َٰث ِت‬Dalam Surah Al-Falaq ayat 4 (studi

komparatif Tafsir Al-Kasysyaf Karya Az-Zamakhsyari dan Tafsir Al-

Munir karya Wahbah Zuhaili).

2. Identifikasi Masalah

Dari pemaparan di atas, dapat diuraikan beberapa identifikasi

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Penafsiran Az-Zamakhsyari dan Wahbah Zuhaili terhadap

makna ‫ ٱلَّنَّٰف َٰثِت‬dalam surah Al-Falaq ayat 4

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, perlu adanya rumusan masalah agar

pembahasan tidak melebar dari tujuan awal yang ingin dicapai dari

penelitian ini. Adapun rumusan masalah yang disimpulkan sebagai

berikut:

14
Prof. Dr. wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir Aqidah, Syariah, Manhaj (Al-Mulk - An-
Naas Juz 29-30), (Jakarta: Gema Insani, 2016), h. 727.

9
1. Bagaimana Penafsiran Az-Zamakhsyari dan Wabah Zuhaili terhadap

makna ‫ ٱلَّنَّٰف َٰثِت‬dalam surah Al-Falaq ayat 4?

4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang penulis paparkan sebelumnya,

amaka tujuan penelitian ini adaladah sebagai berikut:

1. Untuk menetahui Bagaimana Penafsiran Az-Zamakhsyari dan Wabah

Zuhaili terhadap makna ‫ ٱلَّنَّٰف َٰثِت‬dalam surah Al-Falaq ayat 4

5. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritas

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu pada

Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.

b. Untuk menjadi bahan telaah bagi siapa saja yang ingin melanjutkan

penelitian ini secara lebih mendalam

2. Untuk memenuhi Syarat kelulusan Sultan Abdurrahman Kepulauan

Riau guna mendapat gelar S1.

2. Untuk mengembangkaan daya nalar dan membentuk pola piker penulis

yang berhubungan dengan makna ‫ ٱلَّنَّٰف َٰثِت‬dalam surah Al-Falaq ayat 4.

6. Kajian Terdahulu

Kajian terdahulu yang relevan adalah metode umum yang kita lalui

untuk mendapatkan teori terdahulu. Kajian terdahulu yang relevan

10
mempunyai beberapa kegunaan diantaranya yaitu menyediakan informasi

tentang penelitian-penelitian yang lampau yang berhubungan dengan

penelitian yang akan dilakukan. Adapun metode ini digunakan bertujuan

untuk menghindari pengulangan (duplication) yang tidak disengaja dari

penelitian-penelitian terdahulu dan membimbing kita pada apa yang perlu

diteliti. Di samping itu juga dapat memberikan rasa percaya diri terhadap

penulis, sebab melalui kajian terdahulu ini semua bentuk dari penelitian ini

memiliki kemiripan yang berhubungan dengan penelitian sebelumnya.

Oleh karena itu kita pun menguasai informasi mengenai subjek tersebut.15

Pertama, Jurnal yang ditulis oleh Wendi Parwanto dari Universitas

Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, tahun (2018) yang

berjudul “Penafsiran Surat Al-Falaq (113): 3-4 menurut Abd Ar-Rauf As-

Singkili, Hamka dan Quraish Shihab: Telaah Atas Epistemologi dan

Genealogi”. Penelitian ini adalah penelitian pustaka (library research) yang

memakai data primer dan data sekunder. Penelitian ini membahas tentang

bagaimana struktur epistemologi penafsiran surat Al-Falaq (113) : 3-4

perspektif mufassir Nusantara dalam lintas generasi, yaitu Abd. Ar-Ra’uf

As-Singkili, Hamka dan M. Qurais Shihab. Dan sedikit mengulas tentang

genealogi penfsiran ketigannya. 16Hal ini tentu berbeda dengan penelitian

yang penulis lakukan yaitu mengkaji tentang analisis tentang “Makna ‫ٱلَّنَّٰف َٰث ِت‬

15
Consuelo, Pengantar Metode Penelitian, h. 31-32
16
Wendi Parwanto, “Penafsiran Surat Al-Falaq (113): 3-4 menurut Abd Ar-Rauf As-
Singkili, Hamka dan Quraish Shihab, Jurnsxdal: Misykat, Vol. 03, No. 02, Desember 2018

11
Dalam Surah Al-Falaq Ayat 4 (Atudi Komparatif Tafsir Al-Kasysyaf

Karya Az-Zamakhsyari dan Tafsir Al-Munir karya Wahbah Zuhaili)”.

Kedua, Jurnal yang ditulis oleh Muhammad Rouf Didi Sutriadi dari

Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, tahun (2023)

yang berjudul “Makna Surat Al-Falaq dan Surat An-NAS Perspektif

Tanwir Al-Misbah Min Tafsir Ibni Abbas dan Shahifah Ali Bin Abi

Thalhah”. Penelitian ini adalah penelitian pustaka (library research) yang

memakai data primer dan data sekunder. Penelitian ini membahas terdapat

dua persamaan dalam tanwir Al-Misbah dan lembaran Abi Thalhah dalam

menafsirakan surah al-falaq dan An-Nas17. Hal ini tentu berbeda dengan

penelitian yang penulis lakukan yaitu mengkaji tentang analisis tentang

“Makna ‫ ٱلَّنَّٰف َٰث ِت‬Dalam Surah Al-Falaq Ayat 4 (studi Komparatif Tafsir Al-

Kasysyaf Karya Az-Zamakhsyari dan Tafsir Al-Munir karya Wahbah

Zuhaili)”.

Ketiga, skripsi yang ditulis oleh Fikri Aulia mahasiswa Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2021 yang berjudul

“Tafsir Surah Al-Mu’awwizatain Menurut Buya Hamka Dan Quraish

Shihab”. Penelitian ini adalah penelitian pustaka (library research) yang

memakai data primer dan data sekunder. Penelitian ini membahas tentang

pemahaman surah Al-Falaq, tema dari surah Al-Falaq dan keutamaan yang

17
Muhammad Rouf Didi Sutriadi, “Makna Surat Al-Falaq dan Surat An-NAS Perspektif
Tanwir Al-Misbah Min Tafsir Ibni Abbas dan Shahifah Ali Bin Abi Thalhah”. Jurnal: Amal
Insani, Vol. 3, No. 2, Mei. 2020

12
18
diperoleh dari surah Al-Falaq dan pengertian kejahatan. Hal ini sedikit

memiliki persamaan dalam membahas tentang surah Al-Falaq tapi tentu

berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu mengkaji tentang

analisis tentang “Makna ‫ ٱلَّنَّٰف َٰث ِت‬Dalam Surah Al-Falaq Ayat 4 (studi

Komparatif Tafsir Al-Kasysyaf Karya Az-Zamakhsyari dan Tafsir Al-

Munir karya Wahbah Zuhaili)”.

7. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Metode penelitian adalah sebuah cara atau langkah yang digunakan

oleh peneliti untuk mendapatkan informasi dan menjawab pertanyaan

terkait penelitian yang ingin dikaji. Penelitian ini menggunakan jenis

penelitian kualitatif, yaitu suatu model penelitian dengan

menggunakan data-data kepustakaan19. Yang menitikberatkan

pengumpulan data-data kepustakaan yang diolah melalui penggalian

dan penelusuran tehadap kitab-kitab, buku-buku dan catatan lainnya

yang memiliki hubungan dan dapat mendukung penelitian

2. Pendekatan penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan tafsir muqarran atau

metode komparatif yang berupa membandingkan konsep, pemahaman,

teori atau metodologi. Dalam buku Metode Penelitian Al-Qur’an dan

Tafsir karya Dr. H Abdul Mustaqim disebutkan salah satu kajian

18
Fikri Aulia, “Tafsir Surah Al-Mu’awwizatain Menurut Buya Hamka Dan Quraish
Shihab’. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2021
19
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2012), h. 2.

13
dalam tafsir ialah Tafsir Al-Tafsir Al-Muqarran yakni sesuatu

penafsiran yang diperbandingkan baik berupa konsep, pemikiran, teori

atau metodologi. Biasanya karena adanya aspek yang menarik dalam

karya Tafsir sehingga dapat dilakukannya perbandingan Tafsir

tersebut.20

3. Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan metode penelitian

studi kepustakaan (library research). Studi kepustakaan (library

research) adalah penelitian dengan mengumpulkan data-data yang

diperlukan baik yang bersumber dari kitab, buku, artikel, dan laporan

penelitian atau sumber tertulis lainnya. Data yang dikumpulkan dari

kitab Tafsir Al-Kasysyaf Karya Az-Zamakhsyari dan Tafsir Al-Munir

karya Wahbah Zuhaili berdasarkan penafsiran beliau mengenai


‫َّٰف‬
pembahasan makna ‫ ٱلَّن َٰث ِت‬dalam surah Al-Falaq ayat 4.

4. Teknik Analisi Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis adalah metode yang

menggunakan penguraian data yang tujuannya mendeskripsikan dua

data yang dikumpulkan, kemudian menganalisa untuk menemukan

jawaban yang tepat, dianalisa secara kritis sebelum dituangkan dan

diimpelementasikan ke dalam sebuah gagasan.

20
Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir, Idea Press, Yogyakarta,
2019

14
Dalam mengolah data yang diperoleh, penulis meneliti biografi

Muhammad Abduh dan Wahbah Zuhaili untuk dapat memaparkan

kepribadian dan latar belakang keilmuannya sehingga dapat diketahui

latar belakang penulisan dari Tafsir Al-Kasysyaf dan Tafsir Al-Munir

metode dan sistematika kedua kitab Tafsir tersebut.

5. Sumber Data

Sumber data yang digunakan sebagai landasan pembahasan dalam

penelitian ini mengambil sumber-sumber yang sesuai dan hubungan

dengan topic pembahasan serta dipertanggungjawabkan. Adapun

sumber-sumbernya sebagai berikut:

a. Sumber Primer

Sumber data primer pada penelitian ini adalah Al-

Qur’an dan Tafsirnya, kemudian kitab yang dirujuk adalah

kitab Tafsir Al-Kasysyaf Karya Az-Zamakhsyari dan Tafsir

Al-Munir karya Wahbah Zuhaili

b. Sumber Sekunder

Adapun sumber data sekunder penelitian ini adalah

buku, jurnal artikel, skripsi dan laporan penelitian lainnya

yang berkaitan dengan objek pembahasan.

8. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari 5 bab dengan sistematika penulisan sebagai

berikut:

15
Bab Pertama, adalah pendahuluan mencakup latar belakang

masalah, indentifikasi masalah, Batasan masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, kegunaan penelitian, kajian terdahulu, kerangaka teori, metode

penelitian dan sistematika penulisan.

Bab kedua, menjelaskan dan memaparkan landasan teori gambaran

secara umum pembahasan yang mana dalam hal ini penulis memaki teori

muqorran tentang Makna ‫ ٱلَّنَّٰف َٰث ِت‬Dalam Surah Al-Falaq ayat 4

Bab ketiga, peneliti menjelaskan biografi Al-Zamakhsyari dan

Wahbah Zuhaili. Diawali Riwayat hidup yang mencakup Pendidikan,

karya dan profi kitab

Bab keempat, pembahasan inti dari permasalahan yang sudah

dipaparkan

Bab kelima, merupakan penutup dari penulisan ini dan berisi

tentang kesimpulan dari pada pembahasan bab-bab sebelumnya yang telah

diuraikan dan saran-saran agar pembahasan yang dibahas penulis diteliti

Kembali pada penelitian selanjutnya

DAFTAR PUSTAKA

Abduh, Muhammad Tafsir Al-Qur’annul Al-Hakim: Juz Amma (Kairo: Al-


Jam’yyah Al-Khairiyyah Al-Islamiyyah, 1341H)

16
Abdurrahman,U, “Penafsiran Muhammad Abduh Terhadap Al-Qur’an Surat Al-
Nisa ayat 3 dan 129 tentang Poligami”, Jurnal Al-‘Adalah, Vol. 14 : 1,
2017

Abdullah, Mawardi, Ulumul Qur’an, Jakarta: Rajawali Press, 2023

Anshori, Ulumul Qur’an, Jakarta: Rajawali Press, 2013

Az-Zuhaili, Wahbah, Tafsir Al-Munir Aqidah, Syariah, Manhaj (Al-Mulk - An-


Naas
Juz 29-30), Jakarta: Gema Insani, 2016

Al-Qattan, Khalil Manna, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, ter. Mudzakir. Bogor: Pustaka
Litera Antar Nusa, 2011

Aulia, Fikri, “Tafsir Surah Al-Mu’awwizatain Menurut Buya Hamka Dan Quraish
Shihab. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2021

Baidan, Nasharuddin, Wawasan Baru Ilmu Tafsir,Yogyakarta: Pustaka Pelajar,


2016

Consuelo, Pengantar Metode Penelitian,

Hasanudin, Salim Agus, Hakikat Tafsir Menurut Para Mufasir, Jurnal Iman dan
Spiritualitas, Vol. 2 : 2 2022

Mutammimul, Ula, “Sistem pengenalan dan Penerjemahan Al-Qur’an Surah Al-


Waqi’ah Melalui Suara Menggunakan TransformasiSumudu”,Jurnal
Techsi, Vol. 11 : 1, April 2019

Mustaqim, Abdul, Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir, Yogyakarta; Idea


Press,2019

Moleong, j Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif , Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2012

Parawanto, Wendi, “Penafsiran Surat Al-Falaq (113): 3-4 menurut Abd Ar-Rauf
As-Singkili, Hamka dan Quraish Shihab, Jurnal: Misykat, Vol. 03, No. 02,
Desember 2018

Sulfawandi,”Pemikiran Tafsir Al-Munir Fi Al-Aqidah Wa Al-Syari’ah Al-Manhaj


karya Dr. Wahbah Al-Zuhaili”, Jurnal Hukum Pidana dan Politik Hukum,
Vol. 10 : 2, Juli-Desember 2021

Salim, Muin Abd, Metodologi Ilmu Tafsir, Yogyakarta: Teras, 2010

17
Shihab, Quraish, Membumikan Alquran Bandung: Mizan, 1990

Sutriandi, Rouf Didi Muhammad, “Makna Surat Al-Falaq dan Surat An-NAS
Perspektif Tanwir Al-Misbah Min Tafsir Ibni Abbas dan Shahifah Ali Bin
Abi Thalhah”. Jurnal: Amal Insani, Vol. 3, No. 2, Mei. 2020

Tim Reviewer, Uin Sunan Ampel Surabaya, Studi Alquran, Surabaya: Uin Sunan
Ampel Press, 2015

Wahyudin, “Corak Dan Metode Interpretasi Aisyah Abdurrahman Bint Al-


Sya>Thi”, Alulum, Vol. 11 : 1 Banjarmasin: Iain Antasari, 2011

18

Anda mungkin juga menyukai