Robi Salim
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Email: saleemabdulqadir@gmail.com
Abstract:
This study aims to find the essence of the Al-Qur’an and Interpretation, the scope, and objectives.
Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk mencari Hakikat dari Al-Qur'an dan Tafsir, ruang lingkup, serta
tujuannya. Metode penelitian ini melalui studi pustaka dengan pendekatan analisis data. Hasil dari
pembahasan ini meliputi dari sejarah kemunculan defisini hakikat, definisi Al-Qur'an secara bahasa
dan istilah, apa saja fungsi Al-Qur'an, apa saja nama lain Al-Qur'an, bagaimana proses cara
turunnya Al-Qur'an, termasuk di dalamnya tujuan Al-Qur'an itu sendiri. Penulis juga mencari ruang
lingkup tafsir yang di dalamnya ada definisi secara bahasa dan istilah maupun menurut para
mufasir, apa saja bentuk-bentuk Tafsir, dan apa saja macam metode Tafsir. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa Hakikat Al-Qur'an adalah Sebagai Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw melalui Malaikat Jibril secara mutawatir, menggunakan bahasa Arab, dan
mendapatkan pahala bagi orang yang membacanya. Al-Qur'an itu sendiri diturunkan pada tanggal
17 Ramadhan pada Lailatul Qadar pada saat Nabi berumur 41 tahun dan Al-Qur'an diturunkan
secara berangsur-angsur dengan kurun waktu 22 tahun 2 bulan 2 hari di bulan. Al-Quran juga
berfungsi sebagai pedoman umat manusia. Untuk mengungkap makna yang terkandung didalam
Al-Qur'an itu sendiri harus menggunakan Tafsir. Intisari Tafsir ialah menjelaskan makna lafazh-
lafazh yang ada didalam Al-Qur'an yang mampu menerangkan maksud dan tujuan Al-Qur'an itu
sendiri sehingga bisa difahami dan diamalkan isinya. Ada beberapa bentuk Tafsir dalam
mengartikan Al-Qur'an agar bisa difahami dengan baik, seperti Tafsir bi al-Matsur, Tafsir bi al-Rayi,
dan Tafsir bi al-Isyarat. Begitu juga dengan menggunakan metode-metode Ijmali, Tahalli, Muqaran,
dan Maudhu'i. Penelitian ini diharapkan memiliki banyak manfaat besar bagi orang-orang yang
suka meniliti kajian Al-Qur'an dan Tafsir yang dilihat dari Definisi, Ruang lingkup dan Tujuan. Lalu
dari penelitian kecil ini berharap dapat melahirkan pemahaman yang lebih baik tentang Al-Qur'an
dan Tafsir melalui kajian komprehensif segenap persepsi para ilmuwan yang berkiblat pada
literatur Tafsir Al-Qur'an secara rinci.
DOI: https://doi.org/10.15575/jipai.xxx.xxx
Received: mm, yyyy. Accepted: mm, yyyy. Published: mm, yyyy.
Al-Qur’anul Karim adalah mukjizat yang kekal dan mukjizatnya selalu diperkuat
oleh perkembangan ilmu pengetahuan. Al-Qur’an diturunkan Allah kepada Nabi
Muhammad SAW untuk membimbing umat manusia dari zaman yang gelap
menuju zaman yang terang, serta membimbing mereka kepada jalan yang lurus.
Rasulullah Saw menyampaikan al-Qur’an kepada para sahabatnya orang Arab asli
sehingga mereka dapat memahaminya sesuai naluri mereka (Al-Qaththan, 1973).
Sifat kemurahan Allah terhadap manusia terlihat dari Dia tidak hanya
memberikan sifat yang bersih yang dapat membimbing dan memberi petunjuk
kepada umat manusia ke arah kebakan, tetapi juga dari waktu ke waktu Dia juga
mengutus seorang rasul kepada umat manusia yang membawa Al-Qur’an. Allah
memberikan perintah kepada rasul untuk menyampaikan pesan yang terkandung
dalam Al-Qur’an kepada umat manusia dan memerintahkan mereka beribadah
hanya kepada Allah saja. Dan juga Allah memerintahkan menyampaikan kabar
gembira dan memberikan peringatan, agar yang demikian menjadi bukti bagi
manusia.
“perumpaan diriku dengan para nabi selain aku adalah bagaikan orang yang
membangun suatu rumah dibuat dengan baik dan diperindah rumah itu, kecuali letak satu
bata di sebuah sudutnya. Maka orang-orang pun mengelilingi rumah itu, mereka
mengaguminya dan berkata: seandainya bukan karena batu bata ini, tentulah rumah itu
sudah sempurna. Maka akulah batu bata itu. Dan akulah penutup para nabi” (Al-
Qaththan, 1973).
Al-Qur’an merupakan sumber ajaran islam yang pertama dan paling utama
menurut kepercayaan kepercayaan umat islam dan diakui kebenarannya. Al-Qur’an
merupakan kitab suci yang di dalamnya terdapat firman-firman (wahyu) Allah,
yang disampaikan malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad secara berangsur-
angsur yang bertujuan menjadi petunjuk bagi umat islam dalam hidup dan
kehidupannya guna mendapatkan kesejahteraan di dunia dan di akhirat.
Al-Qur’anul Karim juga merupakan salah satu kitab yang diturunkan
menggunakan bahasa Arab. Dengan demikian, seluruh masyarakat di daerah Arab
dapat memahami pesan yang terkandung di dalam Al-Qur’an. Selain itu, Al-Qur’an
yang kini berbentuk mushaf tertulis merupakan fenomena linguistik. Pernyataan
tersebut bisa dijadikan argumen bahwa salah satu syarat kita memahami Al-Qur’an
adalah dengan belajar bahasa Arab. Karena itu, maka bahasa menjadi salah satu
fenomena kajian yang sarat dengan multi-interpretasi (syafrudin, 2009).
Karena Al-Qur’an memilki makna yang sangat luas dan beragam, maka
memerlukan suatu ilmu pengetahuan yang dapat mengupas makna lafazh dalam
al-Qur’an (jaya, 2016). Ilmu Tafsir adalah ilmu yang bertugas memaparkan dan juga
menjelaskan tentang segala sesuatu yang terkandung dalam al-Qur’an. (yunus,
2007). Dalam definisi yang lebih luas, tafsir diartikan sebagai dialog antara teks al-
Qur’an yang mencakup cakrawala makna dengan pandangan pengetahuan
manusia dan juga menjadi suatu problem dalam kehidupan yang selalu mengalami
perubahan beserta dinamika yang tidak pernah berhenti. Karena itu, kekayaan dan
signifikasi teks al-Qur’an sangat bergantung terhadap pencapaian-pencapaian
pengetahuan para mufasir. Maka dengan semakin tinggi tingkat pengetahuan dan
keilmuan seorang mufassir, semakin beragama dan signifikan juga makna yang
dihasilkannya (izzan, 2011).
Tujuan dalam mempelajari ilmu tafsir tidak lain dan tidak bukan untuk
mengetahui pesan, informasi, petunjuk, dan khususnya untuk mengetahui hukum-
hukum secara tepat sebagaimana yang dimaksud Allah dalam al-Qur’an. Maka dari
itu, ilmu tafsir merupakan sebuah alat untuk menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an.
Dengan demikian, kebutuhan mengenai tafsir itu tidak bisa dipungkiri dan
dihindari. Dari hal tersebut jelas digambarkan kepada umat bahwa al-Qur’an itu
menjadi sebuah teks yang didalamnya memungkinkan banyak pembaca untuk
melihat makna yang beragam (Triana, 2019)
Pengertian Tafsir yang disampaikan oleh para Ulama Tafsir sangatlah beragam.
Banyak yang berpendapat bahwa Tafsir merupakan sebuah proses ilmu untuk
mengungkap dan menjelaskan lafazh-lafazh yang ada dalam al-Qur’an, sehingga
lafazh yang terkandung dalam al-Qur’an bisa kita fahami dan kita amalkan dalam
kehidupan sehari-hari. (hasanudin & zulaiha, 2022)
METODE PENELITIAN
Studi yang dilakukan ini adalah studi literatur (literature review) yaitu sebuah
pencarian dan merangkum beberapa literatur empiris yang relevan dan sesuai
dengan tema. Literature yang digunakan berupa buku, al-qur’an, tafsir, artikel
ilmiah yang berasal dari jurnal nasional maupun internasional. Literatur yang
digunakan merupakan yang sesuai dengan studi ini.
Definisi Al-Qur’an
Sebagaimana halnya dalam kajian etimologis tentang asal kata dan makna kata
qur’an terdapat beberapa pandangan ahli, maka dalam kajian tentang terminologi
al-Qur’an pun terjadi perbedaan ulama. Perbedaan para ulama dalam
mendefinisikan al-Qur’an pada dasarnya perbedaan mereka dalam memposisikan
Dari unsur-unsur umum yang telah disebutkan dari (a-g) definisi al-Qur’an
yang dikemukakan di atas, dapat dibedakan kepada dua kelompok, yakni pertama,
unsur-unsur wajib dan mencakup semua wujud al-Qur’an secara universal,
sepanjang masa, yakni unsur dari abjad (a-g). kedua, unsur-unsur tambahan yang
justru membatasi wujud al-Qur’an pada waktu dan kondisi tertentu, yakni unsur
abjad (h-j).
Fungsi Al-Qur’an
Sebagai wahyu Allah Swt, Al-Qur’an memiliki beberapa fungsi antara lain:
Definisi Tafsir
Tafsir jika dilihat dari surat Al-Furqon ayat 33 yang berbunyi:
ٰك بِاحْلَ ِّق َواَ ْح َس َن َت ْف ِسْيًرا ِ ِ
َ ك مِب َثَ ٍل ااَّل جْئ ن
َ ََواَل يَْأُت ْون
”dan mereka (orang-orang kafir itu) tidak datang kepadamu (membawa) sesuatu
yang aneh, melainkan Kami datangkan kepadamu yang benar dan penjelasan yang
paling baik”
Ibnu Abbas mengatakan: اَ ْح َس َن َت ْف ِس ْيًراartinya lebih baik perinciannya.
Pendapat tersebut juga diutarakan oleh ad-Dhahhak, sebagaimana dikutip oleh al-
Qurthubi dalam kitab tafsirnya (Al-Qurthubi, 2006).
ِ ”َت ْفyang bermakna penjelasan,
Di dalam ayat tersebut terdapat kata “ س ْيرا
ً
uraian, dan interpretasi, yang mana dari kata tersebut menjadi rujukan penulis
dalam mendefinisikan asal kata tafsir.
Ada beberapa makna tafsir secara etimologi, diantaranya:
1. Kita lihat dari segi lafazh, Tafsir itu bentuknya mashdar َت ْف ِس ْيًراberasal dari
lafazh فَ ّس َر, lafazh ini secara ilmu shorof sesuai dengan kata ً َت ْف ْعيال-يُ َف ِّع ٌل- َف َّع َل.
Bila dilihat dalam kitab tahbiq shorfi yang disusun oleh Abdul Rojih bentuk
lafazh ًعيال
ْ َت ْفmenunjukan beberapa makna, bisa menunjukan makna ta’diyah,
makna taktsir, makna tawajuh, makna nisbah, makna sulbi, karena memiliki
beberapa makna, karena itulah pengertian tafsir memiliki banyak versinya.
2. Kita lihat dari qomus atau mu’jam pengertian tafsir secara etimologi dalam
kitab maqoyisul al-lughoh:
بيان الشيء وأيضاحه
Artinya: menjelaskan sesuatu dan menerangkannya
Untuk lebih jelasnya dibawah ini akan diuraikan keempat metode tafsir
tersebut, yaitu:
1. Metode Ijmali (Global) adalah cara mengungkapkan isi Al-Qur’an melalui
pembahasan umum (global), yang tidak deskriptif, sedikit memberikan
penjelasan yang panjang dan luas, dan tidak dilakukan secara rinci.
Deskriptif yang dibuat dalam metode ini mencakup beberapa aspek
deskriptif relatif terhadap kalimat yang ditafsirkan, antara lain, pertama
mengartikan setiap kata yang ditafsirkan dengan kata lain yang tidak jauh
berbeda dengan kata yang ditafsirkan. Kedua, menjelaskan isi setiap kalimat
yang ditafsirkan menjadi jelas. Menunjukan setiap asbabun nuzul dari ayat
yang ditafsirkan, meskipun tidak semua ayat disertai dengan asbabun nuzul.
Ketiga, memberikan penjelasan dengan pendapat-pendapat yang telah
diberikan mengenai penafsiran ayat tersebut, baik yang diucapkan oleh
Nabi, sahabat, tabi’in, maupun para mufasir lain (Hendriadi, 2019).
2. Metode Tahlily (Analistis) adalah menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan
berdasarkan susunan ayat dan surat yang terdapat dalam mushaf. Para
mufasir dengan menggunakan metode ini, menganalisi setiap kata atau lafal
dari segi bahasa dan maknanya (Yuliza, 2020)
3. Metode Muqaran (perbandingan) menurut Al-Farmawiy adalah penafsiran
Al-Qur’an dengan cara menghimpun sejumlah ayat-ayat Al-Qur’an
kemudian mengkaji, meneliti, dan membandingkan pendapat sejumlah
penafsir mengenai ayat-ayat tersebut, baik penafsir dari generasi salaf
maupun khalaf atau menggunakan tafsir bi al-ra’yi maupun al-ma’tsur,
disamping itu tafsir muqaran digunakan juga untuk membandingkan
sejumlah ayat Al-Qur’an tentang suatu masalah dan membandingkan ayat-
ayat Al-Qur’an dengan Hadits Nabi Muhammad Saw (Pasaribu, 2020).
4. Metode Maudhu’iy (tematik) menurut Bagir al-Shadr metode maudhu’i
adalah metode tafsir yang berusaha mencari jawaban Al-Qur’an dengan cara
mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an yang bertujuan satu, yang bersama-
sama membahas topik tertentu dan menertibkannya sesuai dengan masa
turunnya dan selaras dengan sebab-sebab turunnya, kemudian
memperhatikan ayat-ayat tersebut dengan penjelasan-penjelasan,
keterangan-keterangan dan hubungan-hubungannya dengan ayat-ayat lain,
kemudia mengistimbathkan hukum-hukum (Taufik, 2019).