PENDAHULUAN
Pada dasarnya sastra terbagi menjadi beberapa karya yang secara umum
disebut sebagai karya sastra, salah satunya adalah puisi, jenis lain dari puisi ialah
puisi lama yang sering digunakan sebagai nasihat dan ajaran, puisi memiliki nilai-
nilai yang sarat akan pentingnya etika dan budi pekerti yang sangat lekat dengan
kehidupan masyarakat. Isi dari puisi lama merupakan ekspresi perasaan, pikiran,
atau pengalaman pribadi pengarangnya dan ditulis dalam dua baris berima dan
berirama. (Nurgiantoro, 2009).
Sebagaimana puisi klasik, syair dapat mengalami perubahan bahasa, gaya
penulisan, dan berbagai aspek lainnya sesuai dengan keinginan dan orisinalitas
penulisnya. Dalam jurnalnya Lastari menyebutkan bahwa sebuah ide dalam puisi
dan seperti apa penilaian yang ditimbulkannya akan berkaitan dengan realitas
kehidupan atau kondisi masyarakat yang ada pada saat itu (Lastari, 2017).
Gurindam 12 karya Raja Ali Haji merupakan puisi lama yang banyak mengandung
makna moral serta menanamkan sifat positif (Solihati, 2017). Gurindam 12 karya
Raja Ali Haji merupakan jenis puisi dialektis yang pembahasan utamanya adalah
petuah dan penuntut hidup yang berlandaskan agama. Gurindam merupakan
penyajian cita-cita moral dan agama ke dalam satu kesatuan pernyataan yang
bermakna, ringkas, dan memadukan nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan
(Solihati, 2017).
Dalam gurindam 12 karya Raja Ali Haji menggabungkan nilai-nilai
ketuhanan dan kemanusiaan (Suhita, 2017). Dikarenakan tradisi masa lalu terkait
dengan budaya Islam, maka nilai-nilai moral terkait dengan seperti apa nilai-nilai
Islam tumbuh di masa lalu. Abdullah berkata bahwa nilai-nilai Islam yang baik,
baik di dalam maupun di luar agama Islam, adalah kunci utama dalam kehidupan
masyarakat karena mereka membentuk mentalitas dan perkembangan masyarakat.
Raja Ali Haji merupakan seorang penyair sekaligus penulis Gurindam 12 yang
berasal dari pulau Penyengat yang terletak di provinsi Kepulauan Riau (Malik &
Shanty, 2019).
Gurindam Dua Belas dipandang sebagai karya klasik sastra Melayu dan masih
dipelajari dan di apresiasi hingga saat ini. Kontribusi Raja Ali Haji terhadap sastra
Melayu lebih dari sebatas Gurindam Dua Belas. Kumpulan gurindam dua belas ini
merupakan bentuk syiar Raja Ali Haji, ia bertujuan untuk memberikan tuntunan
moral berbasis agama kepada masyarakat melalui karyanya, tanpa meninggalkan
keindahan bahasa sebagai sebuah karya sastra. Dalam gurindam dua belas, terdapat
banyak seruan atau amanat tentang ibadah, kewajiban raja, kewajiban anak,
kewajiban orang tua, tata krama dan kehidupan bermasyarakat yang dapat dijadikan
tuntunan bagi banyak orang dalam kehidupan sehari-hari (Zulfadhli, Farokhah, &
Abidin, 2021). Gurindam 12 karya Raja Ali Haji ini menawarkan aspek-aspek nilai
ketuhanan dan pada saat yang sama menjelaskan pentingnya agama sebagai bagian
dari kodrat manusia dan sebagai dasar kebahagiaan hidup (Nurliana, 2019). Raja
Ali Haji juga dikenal karena karya-karya sejarah dan linguistiknya, termasuk
"Tuhfat al-Nafis" (Hadiah-hadiah Berharga) dan "Asal-Usul Negeri Johor" (Asal-
Usul Negara Johor). Tulisan-tulisannya berperan penting dalam pelestarian dan
penyebaran bahasa dan budaya Melayu di Indonesia.
Gurindam 12 karya Raja Ali Haji memuat nilai-nilai yang menghubungkan
sastra dengan individu dan masyarakat melalui ideologi ketuhanan yang kuat. Oleh
karena itu, penulisan ini bertujuan menjelaskan aspek moral dalam dua belas pasal
Gurindam 12 karya Raja Ali Haji, sehingga memberikan pemahaman yang lebih
mendalam kepada pembaca mengenai nilai-nilai moral yang dapat diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk mendukung penelitian ini, beberapa penelitian yang relevan dengan
gurindam 12 karya Raja Ali disajikan di bawah ini. Penelitian tentang nilai-nilai
yang terkandung dalam syair Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji (Mutiara,
2021). Penelitian lain membahas karya Raja Ali Haji sebagai sumber pembentukan
karakter (Malik, 2019). Kajian lain melihat pola pemikiran politik Raja Ali Haji
(1808-1873).) (Lazim, 2019). Kajian lain meneliti Siti Rafiah sebagai tokoh
perempuan yang membawa peristiwa dalam puisi Abdul Muluk karya Raja Ali Haji.
(Arfani, 2019). Penelitian lain membahas revitalisasi Gurindam 12 Raja Ali Haji
sebagai pendidikan berbasis kearifan lokal etnis Melayu. (Sirait, 2018). Yang
menjadi pembeda penelitian ini dengan penelitian yang disebutkan di atas, terletak
pada penggunaan pendekatan moral untuk mengkaji aspek-aspek moralitas yang
terkandung dalam syair Gurindam 12 Raja Ali Haji.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seperti apa aspek moral dalam syair
Grindam 12 karya Raja Ali Haji diinterpretasikan dalam masyarakat. Sedangkan manfaat dari
Penelitian ini untuk memberikan edukasi mengenai puisi-puisi lama yang terancam
terlupakan, pemahaman nilai-nilai dalam gurindam 12 karya Raja Ali Haji. Selain itu,
penelitian ini akan bermanfaat bagi pengajaran bahasa Indonesia dalam materi ajar puisi dan
dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya.
METODE PENELITIAN
Fokus dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan pemahaman yang lebih
jelas mengenai kandungan nilai moral dalam Syair Gurindam 12 karya Raja Ali
Haji. Penelitian ini menerapkan pendekatan moral dengan menggunakan metode
kualitatif yang menyajikan dan mendeskripsikan data secara objektif. (Hariwijaya,
2017; Puspita, Suwandi, & Hastuti. 2018). Desain penelitian ini termasuk dalam
kategori penelitian kualitatif deskriptif, yaitu mendeskripsikan temuan-temuan
yang diperoleh dalam penelitian (Nafi'ah, Pitoyo, & Agan, 2022). Melalui
penggunaan penelitian kualitatif deskriptif, peneliti dapat memperoleh pemahaman
yang komprehensif dan mendalam tentang populasi penelitian (Pradopo, 2009).
Lokasi penelitian ini bersifat kondisional dan situasional. Dalam hal durasi
penelitian, peneliti dikondisikan untuk melakukan penelitian namun tetap dalam
waktu yang singkat, yaitu tiga minggu, dan untuk memastikan bahwa penelitian
tetap dinamis (Sujarweni, 2014). Penelitian ini mengumpulkan data dari sumber
buku teks yang terdiri dari Guru Granth Sahib yang terdiri dari 12 bab, 83 bait dan
166 larik, referensi buku pembanding, jurnal ilmiah, dan buku-buku biografi
tentang nilai kearifan lokal Guru Granth Sahib (Pauzi & Aziwantoro, 2019). Teknik
pengumpulan data untuk penelitian ini adalah studi literatur (Nilamsari, 2014).
Selain itu, teknik pengumpulan data lainnya adalah teknik baca dan teknik catat
(Rostiyati, Khuzaemah & Mulyaningsih, 2019). Setelah peneliti memperoleh data,
data tersebut disusun atau dicatat pada kartu data. (Hasanah, 2017; Ambarwati)
Keterangan: Pa berarti Pasal, yang menunjukan pada pasal berapa bait-bait tersebut
berada. Pasal pada Syair Gurindam Dua Belas memiliki 12 pasal, maknanya Pa ditentukan
sampai pasal 12.
Aspek moral dalam gurindam 12 karya Raja Ali Haji yang dikaji meliputi tiga
aspek yang disebutkan sesuai dengan teori Nurgiantoro, yaitu manusia dengan
manusia lainnya, manusia dengan diri sendiri, dan manusia dengan Tuhannya.
Aspek-aspek moral tersebut dapat dilihat dari bagaimana bait-bait dalam Gurindam
12 karya Raja Ali Haji mengandung bait-bait yang berbeda pada setiap barisnya dan
peneliti mengklasifikasikannya dan menemukan bahwa gambaran umum isi
Gurindam 12 karya Raja Ali Haji didominasi oleh aspek moral hubungan manusia
dengan diri sendiri, di bawah ini akan di jelaksakan pembahasan tentang ketiga
aspek nilai moral yang terdapat dalam gurindam 12 karya Raja Ali Haji.
+“Apabila terpelihara
mata sedikitlah cita-cita
apabila terpeihara kuping
+khabar yang buruk tiada
damping (Pa.3)”+
Dari kutipan Pa.7 dikatakan bahwa seseorang seharusnya tidak boleh banyak
bicara yang tidak baik karena hal ini akan mengarah pada perkataan yang tidak
benar atau dapat menimbulkan kebohongan. Tindakan ini sama saja dengan
membesar-besarkan sesuatu yang dapat menyebabkan penderitaan. Seperti pepatah
yang mengatakan bahwa tidak melebih-lebihkan sesuatu adalah sikap yang buruk.
Selanjutnya ialah data Pa.8
Yang terdapat dalam kutipan Pa.8 disebutkan bahwa kita harus menutupi
sebuah aib atau kejelekan orang lain, dan sebagai sesama mahluk sosial kita tidak
boleh membuka aib manusia lainnya karena kita sebenarnya bersaudara. Yang mana
apabila membuka aib orang lain sama saja dengan perbuatan tercela yang
menimbulkan kemudharatan. Salah satu dampak burukanya ialah membuka aib
sendiri.
Dari kutipan bait Pa.9, dikatakan bahwa apabila kita memiliki pendirian kuat,
kita tidak akan mudah bertengkar atau bertengkar dengan siapa pun. Terlebih lagi
jika pondasi pengetahuan agama kita kuat, maka akan sangat mudah untuk
menyingkirkan godaan.. Seseorang yang memiliki dasar pemahaman agama yang
kuat akan sulit untuk melakukan perbuatan yang dilarang oleh agama. Selanjutnya
adalah data Pa.11
Dalam kutipan bait Pa.11 mengatakan hakikatnya sebagai manusia kita perlu
menyingkirkan suasana hati atau sikap dan perilaku yang buruk. Perilaku dan sikap yang
buruk menyebabkan banyak hal buruk bagi diri individu itu sendiri dan bahkan dapat
mempengaruhi orang lain. Jadi, memfilter perilaku buruk akan menghasilkan seseorang
yang memiliki perangai yang baik dan pengaruh yang baik bagi diri mereka sendiri dan
orang-orang di sekitar mereka.
Manusia dengan Tuhan
Dalam konsep hubungan manusia dengan Tuhan, seluruh agama yang ada di
muka bumi juga mengajarkan adanya pencarian spiritual dan kesempurnaan
pribadi. Yang bentuknya merupakan sebuah kepasrahan kita sebagai manusia
kepada sang pencipta Allah SWT, yang terkandung nilai ikhlas dan syukur serta
semata-mata menjalankan ibadah untuk mendapat keridhoan Allah SWT .
Menurut ajaran Islam, zikir, doa, dan bentuk-bentuk ibadah lainnya berfungsi
untuk menjalin hubungan dengan Tuhan. Karena manusia adalah makhluk sosial
yang tidak dapat bertahan hidup sendiri, maka ia juga harus menjalin hubungan
antara dimensi horizontal dan vertikal. Dimensi horizontal adalah ketergantungan
manusia kepada orang lain untuk bertahan hidup, dan dimensi vertikal adalah
hubungan manusia dengan Tuhan, yang akan membantunya menjadi manusia yang
sempurna. Bahkan, hubungan dengan Tuhan adalah kebutuhan mendasar yang
membuat manusia merasa hadir dan menyediakan sarana untuk melakukannya.
(Suryani, 2015). Menurut Islam, Tuhan menciptakan alam semesta dan manusia.
Namun, dalam kehidupan ini, sejumlah masalah telah muncul yang hanya berfokus
pada kepentingan materi, di samping masalah pola pikir Barat yang hanya
memprioritaskan masalah kemanusiaan dan uang yang akhirnya mengabaikan
hubungan spiritualitas, seperti agama dan kepercayaan kepada Tuhan. Pandangan
seperti itu menyangkal peran ganda Tuhan sebagai pencipta dan penguasa karena
pada dasarnya hanya ada satu makhluk yang mahakuasa di dunia ini, yaitu Tuhan.
(Samsukdin, 2021).
Di samping hal-hal yang telah di sampaiakan di atas, penting untuk dicatat
bahwa hubungan antara manusia dan Tuhan sangat beragam di antara agama-
agama. terdapat kepercayaan yang menganjurkan pemisahan antara manusia dan
Tuhan, sementara ada juga yang menekankan persatuan yang erat. Setiap individu
juga dapat memiliki pandangan yang berbeda tentang hubungan mereka dengan
Tuhan berdasarkan keyakinan dan pengalaman pribadi mereka. Terdapat beberapa
data yang ditemukan mengenai aspek manusia dan Tuhan, yaitu :
Dalam kutipan bait Pa.1 ditunjukkan bahwa Allah ialah Tuhannya manusia
dan yang terpenting ialah mengenal Allah. Setiap manusia harus mengenal
Tuhannya agar segala sesuatu Tindakan yang manusia lakukan di dunia ini sesuai
dengan apa yang telah diperintahkan oleh Tuhan. Raja Ali Haji, yang merupakan
seorang Muslim, menjelaskan kepada umat Islam bahwa mereka harus selalu
mengenal Tuhan karena jalan yang mereka tempuh dalam hidup akan lurus. Di
bawah ini adalah data Pa. 2.
Kutipan dalam bait Pa.2 mengarahkan bahwa shalat itu diibaratkan tiang
rumah. Oleh karena itu, ada pepatah yang mengatakan bahwa “salat adalah tiang
agama”. Hal ini sejalan dengan syair Gurindam 12 karya Raja Ali Haji yang
mengatakan bahwa manusia dilarang meninggalkan sholat karena dapat diibaratkan
seperti rumah tanpa tiang. Sebagai seorang Muslim, salat jelas merupakan
kewajiban yang dilarang untuk ditinggalkan, karena merupakan perintah yang
paling penting untuk dilaksanakan sebagai bentuk rasa syukur dan bermunajat
kepada Yang Maha Kuasa. Data selanjutnya adalah Pa.10.
>“Dengan bapak jangan
durhaka agar Allah tidak
murka”>
>“ Dengan ibu hendaklah
hormat
Supaya badan dapat selamat (Pa.10)”?
,,,,“Akhirat itu terlalu nyata, untuk mata yang tidak buta (Pa.12)”===
Kutipan bait Pa.12 menyebutkan bahwa kita hendaknya percaya bahwa akhirat,
merupakan kehidupan setelah kematian, itu ada dan nyata. Sebagai umat Islam, kita harus
sadar dan tidak lupa melakukan langkah-langkah yang tidak hanya saja ditujukan untuk
dunia yang masih hidup, tetapi juga harus diarahkan untuk kehidupan akhirat, yaitu
kehidupan setelah kematian. Justru untuk dunia setelah kematian inilah kita harus
mempersiapkan diri dengan baik, dikarenakan akhirat adalah kehidupan yang kekal setelah
kehidupan di dunia yang fana ini.
Kutipan bait Pa.5 memberikan saran tentang cara mengamati sikap dan
perilaku orang lain. Jika kita ingin tahu apakah seseorang memiliki perilaku baik
atau tidak, lihatlah bagaimana mereka dalam bersosialisasi. Sosialisasi yang terjadi
dapat memengaruhi hubungan kedekatan atau keterasingan dalam suatu hubungan.
Intinya, jika hubungan dengan orang lain baik, cara mereka bersosialisasi jelas akan
baik. Berikut ini dapat lainnya dari hubungan manusia dengan manusia lainnya.
-----“Cahari olehmu akan kawan
Pilih segala orang yang setiawan (Pa.6)”///
Dari kutipan bait Pa.6 disebutkan bahwasanya setiap orang mesti memiliki
teman atau pasangan yang setia. Sebuah kesetiaan sangat sulit ditemukan. Oleh
sebab itu, banyak teman atau pasangan yang dikhianati karena nilai kesetiaan yang
tinggi. Gurindam 12 karya Raja Ali Hai memberi nasehat agar manusia memilih
cara mencari teman yang bisa setia dan terus menemani.
Dengan demikian, sebanyak dua belas pasal yang tercantum dalam syair Gurindam 12
karya Raja Ali Haji, terlihat jelas bahwasannya moralitas dalam kehidupan manusia
ditunjukkan pada setiap pasal dalam bait-bait yang mengaitkan beberapa hukum Islam
karena budaya masyarakat pada masa Raja Ali Haji sangat erat kaitannya dengan budaya
dan nilai moral Islam.