Anda di halaman 1dari 109

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Nilai merupakan ungkapan dari keyakinan dan perasaan seseorang yang

dijadikan sebagai corak untuk mengungkapkan hasil pemikiran,terkuak dari perasaan

dan perilakunya1. Nilai ialah kualitas dari sesuatu yang disuka, diidamkan, dikejar,

berharga, berguna, hingga dianggap bermartabat.2

Pendidikan merupakan hal terpenting untuk menjalani kehidupan, tanpa

adanya pendidikan maka seseorang tidak akan memiliki pijakan dalam hidupnya.

Pendidikan juga merupakan fondasi seseorang dalam melakukan semua aktivitas,

termasuk dalam hal beribadah kepada Allah swt. Peribadatan kepada Allah swt.

merupakan implementasi dari rasa hormat dan tunduk ke Khaliq dari hamba-Nya.

Berdasarkan UU tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003,

pendidikan merupakan kegiatan yang rencana dalam menciptakan keadaan kelas yang

asyik sehingga pembelajaran menjadi aktif serta mampu menemukan dan

dikembangkan potensi dalam dirinya baik dari segi keteguhan jiwa, kegamaan,

pengendalian diri, kepribadian,intelegensi, akhlak mulia, serta memperoleh keahlian

1
Silvia Deswika, “Struktur Dan Nilai Religius Dalam Novel Rinai Kabut Singgalang Karya
Muhammad Subhan,” Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 1, no. September 2012
(2012) hlm 480.
2
Nindy Elnari, dkk, "Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel Mamak Karya Nelson Alwi",
(Jurnal Puitika XIV, no. 1, 2018) hlm. 2.

1
2

yang dibutuhkan dirinya, kelompok, bangsa, dan negara.3 Untuk

meningkatkan mutu pendidikan diperlukan adanya perubahan sudut pandang yang

luas menjadikan landasan dari pelaksanaan pendidikan di masa mendatang. Untuk

meningkatkan mutu pendidikan itu diperoleh dari proses pembelajaran.

Dalam Islam sistem nilai itu terangkum dalam kemasan akhlak. Oleh karena

itu, puncak dari sistem nilai ini adalah akhlak mulia. Dalam konsep akhlak mulia

akan terangkum semua jalinan hubungan timbal balik dalam tiga dimensi. Pertama,

hubungan timbal balik manusia kepada Pencipta (hablun minaAllah). Kedua, timbal

balik antar sesama manusia (hablun minannaas), baik sebagai makhluk individu

maupun makhluk sosial. Ketiga, timbal balik manusia dengan seluruh makhluk

ciptaan Allah swt. (alam).4

Menurut Miqdad Yaljan dalam buku Abd. Rachman Assegaf, Pendidikan

Islam diartikan proses menumbuhkan dan membentuk manusia yang paripurna dari

berbagai aspek baik meliputi aspek kebugaran, akal, kepercayaan, kepribadian,

perilaku, keinginan, daya cipta serta semua tingkatan yang terangkum di kitab suci.5

jadi nilai pendidikan Islam adalah sesuatu yang sangat berharga karna dapat

memberikan pola pemikiran sebagai usaha menumbuhkan manusia yang sempurna

yaitu manusia paripurna sesuai tuntunan al-Qur’an dan Hadist serta semua tingktan

akhlak terangkum dalam al-Qur’an.

3
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 PasalL 1 Ayat 1, Tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Surabaya: Media Centre, 2005), hlm. 4.
4
Jalaluddin, Pendidikan Islam Pendekatan Sistem Dan Proses, (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2016), hlm. 79.
5
Abd Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm. 36.
3

Mengenai arah utama dari pendidikan Islam yakni menciptakan insan yang

memiliki akhlak dan budi pekerti islami sehingga akan tercipta generasi yang

bermoral, batin murni, gigih, tekad besar serta berakhlak baik. Untuk mewujudkan

tujuan itu, diperlukan usaha yang maksimal juga harus berpandangan luas mengenai

cara pola bertindak dan berperilaku untuk dicontohkan ke anak, karena di masa

mereka itu mudah untuk memberikan pemahaman-pemahaman mengenai islam agar

kelak menjadi penerus bangsa di masa mendatang serta penghibur hati.6

Akhlak adalah bagian terpenting dari keimanan dan memiliki tempat pokok

dalam Islam. Akhlak ialah hasil dari proses penerapan tauhid dan syari’ah.

Diibaratkan bagunan, akhlak adalah penyempurna bagunan tersebut setelah fondasi

dan bangunannya kokoh.7

Semi (1988) menyatakan bahwa sastra adalah karya seni dari imajinasi serta

pengalaman terkuak di kehidupan dunia ini. Sastra merupakan gambaran keadaan

yang di dalamnya tidak sembarangan dalam mengemukakan pelajaran hidup tetapi

berpedoman kepada asas dan tujuan.8 Karya sastra ialah bayangan dari kehidupan

yang harus mampu menyerahkan pandangan kepada pembaca akan gambaran nyata

keadaan yang lebih kompleks akan konfik9.

6
Muh. Mawangir, "Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Perspektif Tafsir Al-Mishbah Karya
Muhammad Quraish Shihab,” Jurnal Tadrib IV, no. 1 (2018), hlm. 166.
7
Ahmad Sulaiman, “Pendidikan Agama Islam, Sebuah Kajian PAI Di Universitas”
(Palembang: Surya Adi Pratama, 2016), hlm. 1.
8
Mutia Mashita, “Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Novel Sepatu Dahlan Karya Khrisna
Pabichara Dan Implikasinya Data on Sportsmanship . The Results Ofthe Study Entitled " Values
Educationin the Indonesia Language " Can Be Used for Learning in Class XI Semester I of High
School,” Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 1, no. 2 (2013), hlm. 86.
9
Emzir dan Saifur Rohman, Teori Dan Pengajaran Sastra, Ed 1, Cet. 2, 1st ed. (Jakarta:
Rajawali Pers, 2016),hlm. 254.
4

Secara keseluruhan Karya sastra memberikan pilihan dari keadaan dari

berbagai aspek kehidupan yakni pola berpikir, bersikap, berperilaku, dan

sebagainya.10 Pesan moral yang terkandung di dalamnya bersifat keagamaan bisa

dijumpai melalui karya fiksi atau jenis sasta lainnya.

Menurut Wellek dan Warren (1993) menjelaskan bahwa fungsi sastra

diantaranya hasil buah pikiran dan bahasan pelajaran. Kegunaan karya sastra menjadi

alat guna memikirkan nilai-nilai yang terkandung dari membaca. Karena memuat

pengalaman-pengalaman manusia, sebab itulah pengalaman dituangkan sebegitu

indahnya untuk memperoleh inti sari yang diharapkan. Selain itu, Karya sastra juga

berfungsi sebagai alat pentransfer ilmu. Karena fiksi menuntut pribadi memperoleh

sesuatu berharga agar mampu membedakan yang hak dan batil. Sehingga dapat

disebut beautiful and useful.11

Contoh bentuk fiksi yang mampu memberikan pelajaran mengandung sesuatu

yang berharga khususnya dalam dunia pendidikan yaitu novel, karena disana akan

digambarkan berbagai kejadian yang dijumpai tokoh untuk diambil pelajarannya

tercermin di dalam kehidupan masyarakat. Selain itu, dalam novel pembaca akan

dihadapkan persoalan yang lebih lepas, dan menyediakan sesuatu yang luas hingga

akan terasa terbawa dalam masalah yang lebih kompleks melalui karya fiksi seperti

10
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
2015),hlm. 434.
11
Rohman, op. cit.,hlm. 9.
5

novel. Selain itu, pembaca harus mampu mengkaji cara hidupnya paling pokok yang

bersangkutan dengan nilai pendidikan.12

Sebelum menelaah nilai pendidikan dalam novel, dibutuhkan tahapan

deskripsi sifat khas dari tiap-tiap pemeran tokoh. perolehan jabaran karakter

tersebutlah digunakan untuk analisis ada atau tidaknya nilai pendidikan hasil karya

tersebut.13

Novel berasal dari bahasa Italia, yakni novella mengandung makna “sebuah

barang baru yang kecil”. Sejarahnya nama lain novel berupa prosa. Novel merupakan

hasil buatan dari imajinasi yang mengisahkan secara utuh permasalahan dari keadaan

pribadi ataupun kelompok lainnya.14

Oleh karena itu, novel dijadikan bentuk seni yang terdapat values pendidikan

termasuk nilai pendidikan akhlak. Fuad Abdurahman merupakan penulis sekaligus

kaligrafer. Meskipun baru mengeluti bidang menulis namun karyanya telah diakui

dan mendapatkan penghargaan.

Namun tidak semua jenis novel dapat tergolong dalam media belajar, novel

yang bisa dipakai sebagai alat belajar yakni novel yang dikemas dengan baik, dilhat

dari adanya pelajaran bersifat mendidik, menginspirasi suatu tindakan, dapat

membantu perkembangan apresiasi budaya, memperluas pengetahuan serta tidak

hanya menimbulkan kesenangan semata.15


12
Siti Fitrianti, Nilai-Nilai Pendidikan Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata 1, no. 2
(2015),hlm. 105.
13
Rohman, op. cit.,hlm. 257.
14
E.Kosasih, Apresiasi Sastra Indnesia, (Jakarta: Nobel Edumedia, 2008),hlm. 51.
15
Desi Ratnasari, Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Novel Dwilogi Bumi Cinta Karya
Habiburrahman El-Shirazy (Perspektif Konsep Kecerdasan dan Emosional), (Palembang: Perpus
6

Novel bisa mengantarkan percakapan yang mampu membangkitkan perasaan

hati pembaca akan emosi, pendangan atau wawasan ke depan akan permasalahan

hidup, juga ditunjang dengan hidupnya pengambaran penokohan dalam cerita, novel

sebagai sarana yang mujarab dalam membangunkan emosional pembaca,

memperngaruhi pemikiran dan pendirian16.

Novel Pelukis Gurun Pasir, Petualangan Pekerja Seni di Arab Saudi Karya

Fuad Abdurahman adalah objek utama penelitian ini. Novel ini merupakan novel

bertema perjalanan hidup di Arab Saudi. Novel ini merupakan novel pertama dari

Fuad Abdurahman, beliau adalah seorang penulis yang meraih penghargaan IBF

Award dari IKAPI tahun 2011 melalui tulisannya “Senyumlah Bunda”, sebagai buku

Islam terpopuler kategori fiksi anak. Selain menjadi penulis beliau juga memiliki

kemampuan dalam bidang kaligrafer Arab.17

Dalam cerita novel ini, siapapun dapat mengambil pelajaran tentang nilai-nilai

luhur kehidupan. Cerita sendiri merupakan teknik Pendidikan yang dapat menjauhkan

dari kesan menggurui. Berangkat dari pemikiran itulah penulis meneliti judul “Nilai-

Nilai Pendidikan Islam dalam Novel Pelukis Gurun Pasir, Petualangan Pekerja Seni

di Arab Saudi Karya Fuad Abdurahman.

Novel tersebut bisa digolongkan novel islami yang serat akan nilai-nilai

keislaman. Novel ini ditulis oleh Fuad Abdurahman jurusan Pendidikan Bahasa Arab

Tarbiyah, 2013), hlm. 4.


16
Ibid,hlm. 4.
17
Fuad Abdurahman, Pelukis Gurun Pasir, Petualangan Pekerja Seni di Arab Saudi, (Jakarta:
Republika Penerbit, 2018),hlm. 410.
7

IAIN (sekarang UIN) SGD, dengan yudisium coumlaude.18 Novel ini juga disebut

sebagai novel pembangun jiwa, karena karya ini dirasa memiliki values Al- Qur’an

direalisasikan secara menarik dari perilaku yang diperankan oleh para tokoh yang

begitu hidup dan menyentuh.

Novel pertamanya Fuad Abdurahman ini mengisahkan perjalanan hidup

ketika berada di Arab Saudi pada tahun 2004-2007. Tokohnya akan diperankan oleh

Prasetyo. Prasetyo adalah seorang guru honorer di Madrasah Tsanawiyah di kota

dengan julukan kota santri, Cianjur. Selain menjadi guru Bahasa Arab di sekolah

tersebut, ia juga seorang kaligrafer yang berkeinginan bisa datang kei tanah suci.

Namun melihat pendapatannya yang tidak tercukupi hanya dengan gaji honor

mengajar. Tampaknya mustahil meraih cita-citanya itu. Maka menjadi TKI

merupakan jalan yang tepat, sebab selain bisa mencari peluang untuk umrah dan haji,

ia juga dapat mencari rezeki untuk keluarga.

Petualangan dimulai ketika Prasetyo menjadi TKI di Arab Saudi tepatnya di

kota Zulfi, sebuah kota kecil di provinsi Riyadh. 19 Disini ia bekerja sebagai pekerja

seni di maktabah Tidzkar milik Mubarok dari marga al-Hubaisyi. Disitu ia bekerja

bersama teman-temannya yaitu Cepi, Daday, dan Misbah. Untuk mempertahankan

diri dari serangan dan godaan pelanggan yang permintaannya aneh, Prasetyo juga

hampir menjadi korban kejailan penduduk Arab, diganggu oleh gay, difitnah wanita

yang sakit hati, hingga penah bermalam di sel kantor polisi. Meskipun demikian

18
Ibid., hlm. 410.
19
Ibid.,hlm. 23.
8

Prasetyo tetap bersyukur karena bisa merasakan sendiri indahnya cobaan selama di

Arab Saudi. Prasetyo merasa sangat bersyukur karena bisa menemukan kejujuran dan

kebaikan hati penduduk arab yang ternyata mudah tersentuh oleh kebenaran.

Peneliti menganggap novel ini lebih mirip feature perjalanan. Sebab pembaca

diajak mengikuti tiap kisah sang tokoh utama dengan apa adanya tanpa drama yang

biasanya ada pada film. Namun bukan berarti novel ini tanpa konflik. Melainkan

konflik yang ada lebih seperti layaknya kehidupan nyata. Terlebih diperkuat dengan

gaya bahasa bercerita yang mengalir membuat pembaca selalu menunggu kelanjutan

petualangan si tokoh.

Mengapa peneliti menjadikan novel ini sebagai objek riset karena

keistimewaan adalah menggambarkan dengan detail bagaimana kehidupan

masyarakat Arab yang sesungguhnya. Selama ini, mungkin banyak orang hanya

mengenal Arab Saudi sebagai tempat untuk beribadah Haji. Sementara dari novel ini,

pembaca mendapat tambahan pengetahuan tentang adat istiadat, kebiasaan,

pemahaman, dan praktik keagamaan, paradoks, serta hal-hal yang selama ini hanya

sebatas misteri dan juga terdapat peristiwa-peristiwa yang aneh yang mungkin hanya

terjadi di tanah suci, Mekkah al-Mukarromah.

Pertanyaa kemudian timbul dalam benak peneliti adalah menganalisis nilai-

nilai Pendidikan untuk dapat diimplementasikan di kehidupan sesuai dengan akhlak

mulia tokoh dalam novel. Oleh sebab itu, peneliti akan membahas tentang “Nilai-

Nilai Pendidikan Islam Dalam Novel Pelukis Gurun Pasir, Petualangan Pekerja

Seni di Arab Saudi Karya Fuad Abdurahman”


9

B. Fokus Penelitian

Agar dalam penelitian ini tidak terjadi kesalahpahaman dari pembaca, maka

peneliti memfokuskan pada aspek pendidikan akhlak dalam novel Pelukis Gurun

Pasir, Petualangan Pekerja Seni di Arab Saudi.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus penelitian di atas, maka pokok permasalahan dalam skripsi

ini yakni Apa saja nilai-nilai pendidikan akhlak pada novel Pelukis Gurun Pasir,

Petualangan Pekerja Seni di Arab Saudi Karya Fuad Abdurahman?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dari rumusan masalah di atas, maka pada dasarnya riset ini untuk

mengetahui nilai-nilai pendidikan Akhlak dalam novel Pelukis Gurun Pasir,

Petualangan Pekerja Seni di Arab Saudi karya Fuad Abdurahman.

2. Kegunaan Penelitian

Sesuai hal di atas, maka diharapkan penelitian ini bisa memberikan

faedah:

a. Secara teoritis
10

1) Menambah pengetahuan, wawasan, dan pemikiran bagi lembaga

pendidikan khususnya Pendidikan Agama Islam.

2) Referensi bagi para peneliti yang akan melakukan penelitian yang

sama dengan permasalahan yang dihadapi.

b. Secara Praktis

1) Rujukan bagi pendidik dalam memberikan pendidikan Islam

khususnya pendidikan akidah kepada para anak didiknya di sekolah.

2) Dapat memberikan sumbangan untuk pembaca dalam mengajarkan

akan hikmah suatu cerita.

3) Memberikan pemahaman bagi pecinta novel supaya memilah novel

yang mengandung nilai pendidikan.

E. Tinjauan Pustaka

Terkait judul yang peneliti teliti disini peneliti melampirkan beberapa judul

penelitian yang hampir sama dengan judul yang peneliti teliti yang InsyaAllah

menjadi rujukan dan dapat membantu penelitian saya, diantaranya:

Skripsi pertama dari Nyanyu Siti Fatimah Hazarani “Nilai-Nilai Pendidikan

Akhlak Dalam Novel Hafalan Shalat Delisa” karya Darwis Tere Liye, penelitian ini

menghasilkan temuan sebagai berikut: nilai Pendidikan Akhlak pada novel ini sangat

digambarkan dengan jelas melalui karakter Delisa yang baik dan patut untuk

dicontoh. Dalam novel Delisa adalah sosok tokoh yang memiliki akhlak mulia
11

diantaranya Ihsan, Amanah (jujur dan dapat dipercaya), al-Afwu (pemaaf), berbuat

baik atau kebaikan, tekun bekerja (al-Khusyu), dan solidaritas sosial.20

Skripsi kedua dari Ardiansyah “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Kitab

Syarah Arbai’n Nawawi, penelitian ini menghasilkan temuan sebagai berikut: adapun

nilai-nilai Pendidikan Akhlak yang terkandung dalam kitab tersebut diantaranya

akhlak kepada Allah swt. akhlak terhadap sesama manusia, dan akhlak terhadap

binatang. Nilai pendidikan di kitab tersebut diharapkan untuk diterapkan dalam

kehidupan nyata agar menjadi pedoman dalan bersikap, berperilaku dan bertindak

sesuai yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw21.

Skripsi ketiga dari Desi Ratnasari “Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam

Novel Dwilogi Bumi Cinta Karya Habiburrahman El-Shirazy (Perspektif Konsep

Kecerdasan Spiritual dan Emosional)”, penelitian ini menghasilkan terdapat 3 nilai-

nilai Pendidikan dalam novel tersebut yaitu akhlak, akidah, dan ibadah. Dalam novel

“Bumi Cinta” mengandung pesan atau semangat yang mengajarkan tentang nilai-nilai

kesadaran perasaan, yaitu mengenali kesadaran diri, pengaturan diri, memotivasi diri,

serta keterampilan sosial. Walaupun dalam judul skripsi ketiga ini sedikit berbeda

ruang lingkup bahasannya dengan skripsi yang akan diteliti oleh peneliti namun

ternyata terdapat suatu hubungan erat antara nilai-nilai pendidikan Islam dengan

konsep kecerdasan spiritual dan emosional, dapat dilihat dari ketiga unsur di atas

20
Nyanyu Siti Fatimah Hazarani, Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Novel Hafalan Shalat
Delisa” karya Darwis Tere Liye, Skripsi Sarjana PAI UIN Raden Fatah (Palembang: Perpustakaan
Pusat, 2018),hlm. 124–25.
21
Ardiansyah, Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Syarah Arbai’n Nawawi, Skripsi
Sarjana PAI UIN Raden Fatah, (Palembang: Perpustakaan Pusat, 2017),hlm. 78.
12

saling berhubungan dan saling berkaitan dalam hal mendidik hati dan kehidupan

seorang individu yang beriman.22

Dengan demikian, sudah ada beberapa mahasiswa yang membahas masalah

terkait dengan masalah yang penulis teliti ini. Namun ada perbedaan tertentu antara

masalah yang sudah pernah dibahas dalam penelitian sebelumnya dengan masalah

yang akan penulis teliti. Walaupun serupa membahas tentang nilai-nilai pendidikan

Islam dalam novel, tetapi dalam penelitian yang akan peneliti lakukan ini lebih

mengarah kepada bagaimana mempraktikkan Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam

novel Fuad Abdurahman ini mampu diterapkan dalam kehidupan nyata.

Dengan acuan tersebut, maka menunjukkan bahwa penelitian nilai-nilai

pendidikan Islam dalam novel karangan Fuad Abdurahman, belum pernah diteliti.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya ialah terletak pada objek yang

diteliti yaitu novelnya dan pada aspek pendidikan yang diteiti.

F. Kerangka Teori

1. Nilai-Nilai Pendidikan Islam

Dalam Kamus Bahasa Indonesia nilai ialah tabiat pokok secara

manusiawi.23 Nilai menurut bahasa berarti dasar watak dalam diri manusia,

sedangkan menurut epistimologi value yaitu sesuatu yang menjadi standar

perilaku dan secara mental sudah berpadu dalam diri.24 Nilai yakni uraian
22
Ratnasari, op. cit., 74.
23
Badan dan Pembinaan Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar (Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2011), 354.
24
Ardiansyah, op. cit.,hlm. 7.
13

akan sesuatu yang elok dan menarik, menawan, mengagumkan, perasaan

senang dan tentram serta yang menyebabkan ingin memilikinya.25

Pada dasarnya value memiliki pengertian sangat luas, istilah nilai kerap

dihubungkan dengan penunjukkan suatu kualitas barang ataupun perilaku

dalam berbagai realitas.

Muhammad Fadhil Jamali dalam bukunya Haidar Putra Daulay

menyatakan bahwa pendidikan Islam merupakan proses membimbing

manusia menjalani kehidupan yang baik dan mampu menaikkan martabat

manusia itu sendiri, sesuai fitrah dan keahliaan yang dimiliki.26

Dalam buku Jalaluddin, Muhammad Noor Syam mengartikan pendidikan

dengan praktik yang tidak bisa dipisahkan dengan value, yang pokok meliputi

intelegensi, ilmiah, moral, dan religius yang keseluruhan tersimpul di tujuan

pendidikan, yakni membangun kepribadian idealis.27

Menurut Zakiah Darajat dalam bukunya Rusmaini mengemukakan bahwa

haluan akhir pendidikan Islam yaitu membentuk individu menjadi ‘abd Allah,

bertakwa kepada-Nya, dan berakhlak al-karimah. Sebagaimana firman Allah

swt. yang berbunyi:28

        


       

25
Muhmidayeli, Filsafat Pendidikan, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2013),hlm. 101.
26
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam Perspektif Filsafat, (Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group, 2014),hlm. 13.
27
Jalaluddin, Pendidikan Islam Pendekatan Sistem Dan Proses, (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2016), 138.
28
Al Qur’an Dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2010),hlm. 283.
14

“Sesungguhnya Al Quran Ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih


lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang
mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar” (Q.S al-
Isra’: 9)
Senada dengan hal ini al-Attas dalam bukunya Haidar Putra Daulay

menyatakan tujuan pendidikan menurut Islam bukan sekedar menciptakan

masyarakat baik, melainkan melahirkan makhluk sosial yang patuh. 29 Oleh

karena itu, pendidikan Islam mempunyai karakteristik tersendiri yaitu

penekanan pada pencarian ilmu pengetahuan, kesanggupan, dan

mengembangankan sehingga tercipta kepribadian dengan pengalaman ilmu

sebagai tanggungjawab terhadap Tuhan dan masyarakat.30

Dalam pendidikan Islam ada beragam nilai pendidikan, mulai dari

bahan pendidikan setidaknya meliputi aspek akidah, akhlak, dan ibadah.

Aspek pendidikan aqidah meliputi membenarkan dalam hati akan

Khaliq sebagai Tuhan yang hak disembah, mengikrarkan secara lisan, dan

diwujudkan dalam amal perbuatan. Dengan begitu, akidah bukan sekedar

keyakinan dalam hati saja, melainkan rujukan pokok dalam bersikap dan

berbuat agar membuahkan amal shalih.31

Kategori pendidikan akhlak meliputi habluminaAllah dan

habluminnas baik kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, dan makhluk

hidup (alam). Kriteria ajaran akhlaki dilihat dari keterangan kuat akan prinsip-
29
Daulay, Pendidikan Islam Dalam Perspektif Filsafat, (Jakarta: Kencana Prenadamedia
Group, 2014),hlm. 13.
30
Irja Pratama dan Zulhijra, Reformasi Pendidikan Islam Di Indonesia, Jurnal PAI Raden
Fatah, 1(2), “No Title,” n.d., hlm. 117–27.
31
Abudin Nata, Metodologi Penelitian Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007),hlm.
84.
15

prinsip ajaran Islam dalam kehidupan manusia lahiriyah maupun batiniyah

yang merangkum semua wujud ajaran yang lurus dan sejajar32.

Aspek pendidikan peribadahan secara garis besar terbagi menjadi dua

yaitu general dan specially. Ibadah general adalah segala perbuatan yang

diridhoi Allah, sedangkan ibadah specially adalah yang dikukuhkan oleh

Allah swt. beserta rinciannya, tingkatan, serta ikhtiarnya. Pandangan Islam

tersebut sejalan tugas penciptaan manusia yaitu untuk bertakwa kepada Allah

swt33.

2. Pendidikan Akhlak

Pengajaran dasarnya ditunjukkan untuk menaburkan paham dan ajaran

seperti yang sudah ditentukan dalam falsafah pendidikan.34

Pendidikan di Indonesia dicantumkan dalam UU RI No. 20 Tahun

2003 tentang Sitem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 Ayat 1 termaktub

sebagai berikut:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan


suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara.”35

32
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1998),hlm. 44.
33
Nata, op. cit., 2007, 82.
34
Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: LKIS, 2009),hlm. 17.
35
S Sugiana, dan Sofyan, “Penanaman Nilai Karakter Disiplin Dan Tanggung Jawab di SMK
Ethika Palembang", Jurnal PAI Raden Fatah, 1(1), Pp. 105-106,” PAI Raden Fatah, n.d.,hlm. 105–6.
16

Menurut bahasa pendidikan diartikan sebagai perkara, aturan, dan

usaha) mendidik, serta memelihara agar memperoleh kemahiran dan

kecakapan dalam diri.36

Sedangkan akhlak secara etimologi berasal dari bahasa Arab akhlaq

yang mufradnya adalah khuluq yang berarti cara berbuat, kelakua, tingkah

laku atau tabiat. Khuluq ini muncul dari individu itu sendiri, yang bisa

bernilai baik dan buruk tergantung pada kadar perbuatan itu. Sifat al-khuluq

itu tidak hanya mengacu pada pola hubungan dengan Allah swt. namun juga

mengacu pada pola hubungan dengan sesama manusia serta makhluk

lainnya.37

Adapun pengertian akhlak istilah adalah sifat terpendam dalam diri

yang dikeluarkan melalui tingkah laku dengan puas dan gampang tanpa

pemikiran, penelitian, dan paksaan. Ibn Miskawaih, seorang ahli falsafah

Islam mentakrifkan akhlak itu sebagai keadaan jiwa yang mendesak

melahirkan perbuatan tanpa pemikiran dan penelitian.38

Dari pemaparan tersebut bahwa pendidikan akhlaki merupakan

kegiatan yang terarah dalam memelihara dan memberi latihan yang objeknya

mengeluarkan insan berkarakter yaitu yang memiliki budi pekerti luhur sesuai

dengan ajaran agama Islam.

36
Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2013),hlm. 1.
37
Sulaiman, Pendidikan Agama Islam, Sebuah Kajian PAI di Universitas, (Palembang: Surya
Adi Pratama, 2016),hlm. 5.
38
Baldi Anggara dan Hj. Zuhdiyah, Tafsir, Cet. Ke-1 (Palembang: NoerFikri Offset,
2015),hlm. 89.
17

Agama dan akhlak merupakan komponen terikat dan tidak bisa

dipisahkan. Sebab tolak ukur keberhasilan seseorang dari akhlaknya. Akhlak

adalah penghubung antara manusia dengan sang Pencipta. Jadi, Akhlaq al-

Karimah merupakan tanda kemantapan aqidah kunci kesuksesaan hidup ini.39

Secara eksplisit al-Qur’an membagi akhlak menjadi 2 yaitu:40

a. Akhlak yang baik meliputi: beriman, bertakwa, bersyukur,

bertawakkal, sabar, ikhlas, jujur, adil, pengasih, pemaaf, dan

menolong orang-orang yang mengalami kesusahan.

b. Akhlak yang buruk itu sebaliknya meliputi: ingkar, durhaka, putus

asa, riya’, penghianat, pemeras, penindas, pendendam, sombong,

serta tidak peduli dengan orang-orang yang miskin.

Sedangkan menurut Djamaludin Ancok dkk dalam bukunya

menyatakan bahwa dalam islam dimensi pembinaan akhlak mencakup

perilaku tolong menolong, bergotong-royong, dermawan, mengamankan dan

memakmurkan, mengukuhkan keadilan dan kelurusan hati, kejujuran, pemaaf,

merawat lingkungan, amanah, serta tidak melenceng dari ajaran Islam41.

Pendidikan akhlak merupakan pendidikan yang fundamental

bagi seseorang guna membentuk karakter Islam bagi seorang anak.

Pendidikan akhlak adalah rohnya PAI. Pencapaian akhlak yang utuh


39
Syamsul Kurniawan, “Pendidikan Karakter Dalam Islam Pemikiran Al-Ghazali Tentang
Pendidikan Karakter Anak Berbasis Akhlaq Al-Karimah,” Jurnal Tadrib N.D.,hlm. 197–216.
40
Abudin Nata, Metodologi Penelitian Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007),hlm.
69.
41
Djamaludin Ancok, Psikologi Islam (Solusi Islam Atas Problem-Problem Psikologi), Cet.
Ke-VIII, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011),hlm. 81.
18

adalah tujuan yang sebenarnya pendidikan. Tujuan pendidikan

akhlak yakni menjadikan manusia bermoral, beradab, dan berbicara

yang baik, luhur berkelakuan, arif, serta beradab, legawa, tulus dan

murni.42

Untuk menjadikan generasi Qur’ani seperti teladan Rasulullah saw.

merupakan hal berat. Patut dimulai dari pendidikan di keluarga yaitu peran orangtua.

Kemudia pendidikan sekolah, sebaiknya diperoleh dari sekolah islami seperti

pesantren dan madrasa-madrasah. Serta ditinjau juga dari faktor lingkungan yang

baik. Oleh karena itu, haus dimulai dari pembiasaan dan pendidikan dalam keluarga,

seperti membiasakan bersikap baik sesuai usianya, sebagaimana hadits Nabi :

“Perintahlah anak-anakmu mengerjakan shalat, lantaran ia sudah


berumur 7 tahun, pukullah mereka setelah berumur 10 tahun, dan
pisahkan tempat tidurmu dan tempat tidur mereka.(Said Aqil Husain
Al- Munawar, 2002: 353).”43

G. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan

42
Hazarani, Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Novel Hafalan Shalat Delisa” karya
Darwis Tere Liye, Skripsi Sarjana PAI UIN Raden Fatah,hlm. 18.
43
Mawangir, “Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Perspektif Tafsir Al-Mishbah Karya
Muhammad Quraish Shihab,” hlm. 163–82.
19

Dalam penelitian ini jenis penelitian yang dipakai ialah penelitian

kepustakaan yaitu penelitian kepustakaan dimana titik penelitian didapat

melalui berbagai info kesusastraan baik berupa kitab, ensiklopedia,

artikel,ataupun dokumentasi.44 Dikatakan penelitian kepustakaan karena

dalam penelitian ini didukung referensi berupa novel, serta buku-buku

penunjang yang diperlukan penelitian.

Sedangkan pendekatannya, pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian

kualitatif ialah penelitian yang dituju paham peristiwa yang menimpa pelaku.

Dalam hal ini, Hadari Nawawi dikutip Siswantoro, menjabarkan bahwa

metode deskriptif sebagai tahapan kegiatan untuk menyelesaikan masalah

yang diteliti dengan membayangkan atau melukiskan subjek dan objek

penelitian dalam hal ini novel, cerpen ataupun puisi berdasarkan fakta-fakta

yang real45.

2. Sumber data

Sumber data yang dibutuhkan oleh subjek penelitian harus diperoleh.

Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari 2 bagian yaitu data primer dan

data sekunder:

a. Sumber Data Primer

44
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2008),hlm. 86.
45
Siswantoro, Metode Penelitian Sastra (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010),hlm. 56.
20

Data primer ialah sumber data yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data.46 Dalam penelitian ini, sumber data primernya ialah

novel karya Fuad Abdurahman.

b. Sumber Data Sekunder

Data sekunder ialah sumber yang tidak instan memberikan data kepada

pemgumpul data, namun bisa diperoleh lewat orang lain atau dokumen.47

Data ini diambil dari buku-buku, jurnal, majalah, artikel serta dokumen-

dokumen yang berkaitan dengan fokus penelitian ini.

3. Data

Data ialah sumber informasi yang akan dipilah sebagai bahan analisis.

Oleh karena itu, kualitas dan ketepatan pengambilan data tergantung pada

ketajaman menyeleksi yang dipandu oleh penguasaan konsep atau teori.48

Dalam penelitian ini data tertulis bentuk percakapan dan deskripsi

yang memuat nilai-nilai pendidikan Islam dalam novel karangan Fuad

Abdurahman mencakup akidah, akhlak, dan ibadah.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data ialah tahapan utama penelitian, agar

mendapat pendataan.49 Untuk pengumpulan data dalam penelitian ini, akan

dilakukan penelusuran bahan dokumentasi. Dokumentasi ialah mencari data

46
Sugiono, "Metode Penelitian Pendidikan", (Bandung: Alfabeta, 2016),hlm. 308.
47
Ibid., hlm. 309.
48
Siswantoro, op. cit.,hlm. 70.
49
Ibid., hlm. 308.
21

mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkip, notulen, majalah,

surat kabar, dan lain sebagainya.50

Berdasarkan hal di atas perlu melakukan pengumpulan data. Adapun

langkah-langkah pengumpulan data dalam novel yaitu:

a. Membaca dengan cermat novel.

b. Mencatat kalimat yang termasuk dalam nilai-nilai pendidikan Islam di

novel tersebut.

c. Menganalisis

Dalam penelitian ini akan dilakukan penelusuran bahan dokumentasi.

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa

catatan, transkip, notulen, majalah, surat kabar, dan sebagainya.51

5. Teknik Analisis Data

Analisis data ialah mencari dan melacak pola-pola. Dalam hal ini,

Bogdan dan Biklen dalam bukunya Imam Gunawan menyatakan bahwa

analisis data adalah proses pencarian dan pengaturan secara sistematik dari

hasil catatan-catatan dan bahan-bahan yang dikumpulkan untuk meningkatkan

pemahaman terhadap semua hal yang dikumpulkan dan memungkinkan

menyajikan apa yang ditemukan.52

50
Suharsimi Arikunto, "Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik", (Jakarta: Rineka
Cipta, 2014), hlm. 236.
51
Ibid, hlm. 236.
52
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, Teori Dan Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara,
2013),hlm. 210.
22

Teknik analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik

analisis isi. Sesuai dengan namanya analisi isi berhubungan dengan isi

komunikasi, baik secara verbal dalam bentuk bahasa, maupun secara non

verbal. Dalam karya sastra, isi yang dimaksudkan adalah pesan-pesan yang

dengan sendirinya tersampaikan sesuai dengan hakikat sastra. Dasar

pelaksanaan metode analisis isi adalah penafsiran. Dasar penafsiran dalam

metode ini ialah perhatian pada pesan. Oleh sebab itu, metode ini dilakukan

dalam dokumen-dokumen yang padat isi.53

Secara singkat teknik analisis isi (content analysis) ialah penafsiran

data setelah data diperoleh dan dikumpulkan dari berbagai sumber kemudian

dianalisis secara deskriptif kualitatif, yaitu menguraikan, menggambarkan,

dan menyajikan inti dari yang dibahas secara jelas. Kemudian ditarik

simpulan secara deduksi yaitu penyimpulan dari umum ke khusus, sehingga

hasil proses penelitian tidak sukar 54

H. Sistematika Penelitian

Sistematika dalam pembahasan di skripsi ini terbagi dalam 3 bagian, yaitu

awal, utama, dan akhir. Bagian awal terdiri dari halaman judul, halaman persetujuan,
53
Nyoman Kutha Ratna, Teori, Metode, Dan Teknik Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Pustaka
Belajar, 2004),hlm. 48–49.
54
Hazarani, Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Novel Hafalan Shalat Delisa Karya
Darwis Tere Liye, Skripsi Sarjana PAI UIN Raden Fatah,hlm. 24.
23

halaman pengesahan, kata pengantar, daftar isi, moto, dan abstrak. Bagian utama

terdiri dari:

BAB I : PENDAHULUAN, yang terdiri dari latar belakang masalah, fokus

masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan

pustaka, kerangka teori, metodologi penelitian, dan sistematika

penelitian

BAB II : KAJIAN TEORI, yang terdiri dari tinjauan mengenai nilai-nilai

pendidikan Islam, dan tinjauan tentang novel

BAB III : TINJAUAN NOVEL pelukis gurun pasir, petualangan pekerja seni di

arab saudi, yang terdiri dari biografi Fuad Abdurahman, serta sinopsis

novel tersebut

BAB IV : merupakan pembahasan inti dari skripsi ini yakni analisis, mengenai

hasil analisis nilai-nilai pendidikan akhlak novel Pelukis Gurun Pasir,

Petualangan Pekerja Seni di Arab Saudi karya Fuad Abdurahman

BAB V : PENUTUP, yang terdiri dari kesimpulan dan saran

Sedangkan bagian akhir dari skripsi ini terdiri dari daftar pustaka dan

lampiran-lampiran yang terkait dealam penelitian.

BAB II

LANDASAN TEORI
24

A. Nilai-Nilai Pendidikan Islam

1. Definisi Nilai Pendidikan Islam

Nilai menurut Gordon Allport, sebagai seorang ahli psikologi kepribadian

value yakni kepercayaan seseorang untuk bertindak sesuai kemauan hatinya. Hal

tersebut berada di kejiwaannya yang dikenal kepercayaan. Secara umum

kepercayaan berada di tingkatan tinggi dari wilayah lain seperti harapan,

kemauan, corak, perilaku, kehendak, dan kebutuhan. Oleh sebab itu hasil akhir

benar-salah, baik-buruk merupakan serentetan proses kejiwaan yang

mengarahkan seseorang melakukan tindakan dan perbuatan sesuai pilihan

hatinya.55

Nilai Islam pada hakikatnya ialah sekumpulan asas hidup, petuah hidup

yang saling berkaitan membentuk satu kesatuan yang utuh. Idealnya nilai ajaran

Islam dapat terinternalisasikan dalam sisitem pendidikan Islam sehingga

outputnya dapat mengembangkan kepribadian muslim yang memiliki integritas

kepribadian tinggi.56 Dilihat dari sumbernya terdapat dua jenis nilai yakni nilai

55
Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 8-
9.
56
Topikin, “Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku ‘La Tahzan’ Karya ‘Aidh Qorni”,
Skripsi Sarjana Pendidikan Agama Islam (Salatiga: IAIN, 2017), hlm. 25-26.
76

Ketuhanan dan nilai Kemanusiaan. Nilai Ketuhanan ialah nilai yang bersumber

dari agama, sedangkan nilai Kemanusiaan ialah nilai hasil ciptaan manusia atas

dasar penilaiannya sendiri.57

Pendidikan Islam menurut Arifin ialah teori pengajaran yang

menyerahkan kecakapan untuk memandu hidupnya selaras dengan tujuan Islam,

karena nilai-nilai Islam telah memberi jiwa dan mempengaruhi sifat

kepribadiannya.58 Pendidikan Islam memuat dua arti yaitu: Pertama, bersifat

real, secara umum idea pendidikan Islam sering dipandang sebagai suatu wujud

nyata daripada pemaknaan inti konsep yang dimilikinya. Kedua, makna

konseptual, ilmu pendidikan Islam sepadan seperti ilmu pendidikan pada

umumnya, tetapi secara eksistensial berbeda.59 Pendidikan Islam adalah

rangkaian proses mengembangkan adat istiadat yang berasal dan berpegang

dalam Kalam Allah dan diuraikan dalam sunnah Rasul.

Pendidikan Islam ialah tuntunan jasmani dan rohani bersumber pada

hukum alam agar terbentuk kepribadian utama berdasar ukuran-ukuran Islam. 60

Pendidikan Islam merupakan pelatihan falsafah, dasar, arah, dan asas untuk

menjalankan praktek pendidikan didasarkan pada Al-Qur’an dan Hadist.61

57
Ida Zusnani, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Suka Buku, 2012), hlm. 49-51.
58
Rusmaini, Ilmu Pendidikan, (Palembang: Grafika Telindo Press, 2014), hlm. 6.
59
Jasa Ungguh Muliawan, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), hlm. 7.
60
Abudin Nata, Matodologi Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm. 340.
61
Mansur, Sejarah Sarekat Islam Dan Pendidikan Bangsa, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2004), hlm. 57.

76
77

Pendidikan Islam merupakan ikhtiar untuk mengerahkan segenap potensi baik

lahir maupun batin menjadi berkepribadian muslim seutuhnya.62

Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai pendidikan Islam ialah tabiat

yang tertanam pada ajaran keislamanan untuk sampai berbakti kepada Sang

Khalik. Dalam hal ini nilai pendidikan Islam yakni nilai yang berasal dari Allah

swt. dalam menjadikan individu sebagai pribadi yang lebih baik sesuai tuntutan

ajaran pendidikan dalam Islam.

2. Tujuan Pendidikan Islam

Menurut Imam Ghazali, tujuan pendidikan Islam yakni keadaan

sempurna manusia agar taqarrub kepada Allah swt. yang berujung pada

ketenteraman hidup dunia akhirat.63 Menurut ‘Atiyah Al Abarasyi mengutarakan

uraian desain dari tuntutan pendidikan Islam yakni untuk membantu membentuk

akhlak terpuji, bekal menjalankan kehidupan dunia dan akhirat, memelihara roh

ilmiyah, menyediakan generasi yang profesional, dan persediaan untuk mencapai

rezeki.64 Menurut H.M. Arifin mengemukakan tujuan pendidikan Islam yaitu

mewujudkan idealitas Islam.65

Tujuan pendidikan Islam ditinjau dari sejarah mengalami dinamika

senada dengan keperluan dan kebutuha masyarakat dimana pendidikan itu

diadakan. Misalnya tujuan pendidikan Islam pada masa Rasulullah saw. dengan
62
Haidar Putra Daulay, Pemberdayaan Pendidikan Islam di Indonesia,(Jakarta: Rineka Cipta,
2009), hlm. 11.
63
Abdurahman,dkk, Paradigma Pendidikan Islam (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo, 2001), hlm. 42-43.
64
Daulay, op. cit., 2009, hlm. 7.
65
Rusmaini, op. cit., hlm. 25.

77
78

keadaan masyarakatnya yang bersahaja berbeda jauh dengan tujuan pendidikan

Islam pada abad IV H apalagi pada zaman sekarang. 66 Pendidikan Islam bertujuan

menjadikan pribadi islami, mengoptimalkan potensi lahir batin dengan Allah,

manusia, dan alam semesta.

Untuk mencapai tujuan tersebut harus disesuaikan dengan keadaan,

kedudukan, kebutuhan, serta lingkungan pendidikan Islam. Lebih rincinya sebagai

berikut: Pertama, tujuan khusus pendidikan Islam dalam diidentikkan dengan

tujuan instruksional, mengenai sesuatu pokok bahasan dalam suatu mata

pelajaran. Kedua, tujuan individual yakni pendidikan Islam oleh diri sendiri atau

orang lain yang dikaitkan erat dengan keadaan maupun kebutuhan pribadi per

muslim secara perorangan.67 Ketiga, tujuan sosial pendidikan Islam melampaui

batas-batas wilayah suatu negara demi persatuan dan kesatuan Islam. Sehingga

peserta didik perlu dibekali wawasan utuh Islam, politik Islam, ekonomi Islam,

dan sosiologi Islam. Keempat, tujuan antara penanaman, pembiasaan untuk iman,

taqwa, dan akhlak yang mulia, serta berupa pemberian bekal-bekal teoritis dan

praktik agar dapat bekerja secara baik sesuai prinsip-prinsip ajaran Islam. Kelima,

tujuan akhir pendidikan Islam itu dapat mewujudkan pribadi sholeh, taat, pandai,

dan berakhlak mulia agar meninggal dengan khusnul khotimah.68

66
Ibid., hlm. 22.
67
Abdurahman, dkk, op. cit., 2001, hlm. 42-43.
68
Abdurahman, op. cit., 2001.

78
79

3. Dasar Pendidikan Islam

Fondasi pendidikan Islam ialah Al-Qur’an dan As-Sunnah. Diatas pilar

inilah dibangun konsep dasar pendidikan Islam. Titik tolaknya dimulai dari

konsep manusia menurut Islam. Hal ini harus tergambar dalam arah, akhirnya

memunculkan usaha untuk mencapai konsep tersebut. Dari situ muncul bahan

ajar yang diperlukan untuk meraih tujuan tersebut yang terbungkus didalam

kurikulum dan silabus.69 Landasan pendidikan Islam utamanya terdiri dari Al-

Qur’an, as-sunnah, dan ijtihad, penjelasannya sebagai berikut:70

a. Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah kalam/firman Allah swt. yang mukjizat, yang

diturunkan sempurna dengan tafsirannya kepada Rasulullah saw. untuk

disampaikan ke umat untuk berhujjah dan ilham yang dimulai surah al-

fatihah dan diakhiri surah an-nas secara mutawatir dan melafalkannya

ibadah.

b. As-Sunnah

As-Sunnah ialah segala perkataan/perbuatan Rasulullah saw. dan

persetujuan beliau terhadap perkataan dan perbuatan sahabatnya dinilai baik.

As-Sunnah dijadikan landasan pokok pendidikan Islam yang kedua setelah

Kalam Allah swt.

69
Daulay, op. cit., 2009, hlm. 16.
70
Abdurahman, op. cit., 2001, hlm. 36-38.

79
80

c. Ijtihad

Ijtihad ialah ikhtiar yang dilakukan dan ditetapkan kaum muslimin

terhadap al-Qur’an dan as-Sunnah yang memunculkan kekreatifan di bidang

pendidikan Islam ditambah karena adanya tantangan zaman dan desakkan

yang dibutuhkan untuk melahirkan gagasan fungsional yang gemilang.

4. Fungsi Pendidikan Islam

Fungsi pendidikan Islam terdiri atas tiga hal sebagai berikut:71

a. Menumbuhkembangkan peserta didik ke tingkat yang normatif

Kata pertumbuhan menunjukkan perbaikan yang bersifat jasmani.

Sedangkan perihal berkembang mengarah pada perbaikan rohani/jiwa.

Dalam hal ini yang menjadi ukurannya ialah ajaran Islam. Jadi, fungsi

pertama mengarah pada penegasan values yang terkandung dalam landasan

dasar pendidikan Islam tersebut.

b. Memajukan ajaran Islam

Ajaran Islam mencakup bidang-bidang sebagai berikut: Pertama,

bidang ibadah menguraikan hubungan insan dengan Khalik dalam hal

beribadah dan ketaatan kepada-Nya. Kedua, bidang ekonomi yang berkaitan

dengan cara hidup dan mendapat rezeki. Ketiga, bidang pernikahan yang

berkenaan dengan akad, perceraian, dan kembali bersatu merupakan

perantara memperoleh keturunan yang benar. Keempat, bidang hukum


71
Ibid., hlm. 38-39.

80
81

pidana yang berkaitan tindak pidana antar individu, individu dengan

masyarakat umum. Jadi, ajaran Islam yang seperti itu hendaknya

terlestarikan dari jalan pendididikan Islam.

5. Aspek-aspek Pendidikan Islam

Dilihat dari segi kesanggupan individu terbagi 2 jenis, yaitu kekuatan

hati, bisa terlihat dari kategori pendidikan fisik manusia dan aspek pendidikan

rohaniah manusia mencakup aspek akal dan aspek nurani manusia. Aspek-aspek

pendidikan yang harus ditanamkan kepada manusia adalah sebagai berikut:72

a. Aspek pendidikan Ketuhanan yakni menanamkan value Islam yang

tangguh mencakup Keyakinan yang utuh.

b. Aspek pendidikan akhlak adalah memperlihatkan watak dan kelakuan

mulia serta menghindari yang dicela.

c. Aspek pendidikan akal dan ilmu pengetahuan adalah berkenan dengan

kecerdikan pikiran untuk bekal disamping ilmu pengetahuan yang baik.

d. Aspek pendidikan kecakapan ialah menyerahkan kemahiran khusus.

e. Aspek pendidikan jasmani bersangkutan dengan badan dalam

membugarkan dan merawat sebagai titipan Allah swt. supaya

mendatangkan kebaikan untuk mengabdi kepada Allah swt.

f. Aspek pendidikan kejiwaan intinya supaya mempunyai jiwa sehat dan

terjauhkan dari penyakit hati.


72
Daulay, op. cit., 2009, hlm. 8-9.

81
82

B. Aspek-Aspek Nilai Pendidikan Islam

1. Nilai Pendidikan Islam Aspek Akidah

Akidah adalah aspek ajaran Islam yang merundingkan dasar keyakinan

tentang Al-Khalik dengan alam semesta sebagai ciptaan Allah swt. termasuk

bagaimana hubungan antara manusia dengan makhluk lain berupa lingkungan,

rohani, sosial, maupun jasad.73 Akidah artinya ikatan, yakni ikatan hati. Bahwa

seseorang yang beriman mengikatkan hati dan perasaan dengan sesuatu

kepercayaan yang tidak lagi ditukarnya dengan kepercayaan lain.74 Sistem

kepercayaan Islam atau akidah dibangun di atas enam dasar keimanan yang lazim

disebut Rukun Iman, meliputi: keimanan kepada Allah, para Malaikat, kitab-

kitab, para Rasul, hari akhir, serta qada dan qadarNya.75

a. Iman Kepada Allah

Iman kepada Allah artinya menyatakan dan menunaikan kewajiban

kepada Allah, sesuai firman-Nya terdapat dalam al-Qur’an. Iman kepada

Allah bukan sekedar menyakini dan mempercayai tanpa menyertai dengan

tindakan yang selaras kehendak Allah, barulah bisa dikatakan sebagai

pengakuan yang sempurna.76

73
Abu Su’ud, Islamologi Sejarah, Ajaran, Dan Peranannya Dalam Peradaban Umat
Manusia,(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), hlm. 144.
74
Kaelay, Islam, Iman, dan Amal Saleh,(Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 58.
75
Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam
Departemen Agama RI, Buku Teks Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum,(Jakarta:
PT. Bulan Bintang, 2001), hlm. 90.
76
Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam,(Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm. 199.

82
83

b. Iman kepada Malaikat

Salah satu syarat seseorang beriman yakni menyakini adanya makhluk

Allah swt. yang gaib disebut malaikat. Iman kepada malaikat lebih ke

ikhtisar sesuai firman Allah swt. yang ada dalam al-Qur’an dan sulit diterima

oleh nalar. Oleh karena itulah Syekh Mahmud Syaltut mengatakan orang

Islam yang mempercayai bahwa sumber keyakinan terhadap hal-hal gaib

ialah al-Qur’an saja, dan hanya al-Qur’an itulah yang benar kabar-kabarnya

tentang malaikat itu.77

c. Iman Kepada Kitab-Kitab

Iman kepada kitab suci sebagai keesaan yang tidak terlepas dari iman

kepada Allah, malaikat, dan rasul Allah swt. yang bersifat pengasih kepada

makhlukNya termasuk kepada manusia, berkemauan menyampaikan ilham

dengan menurunkan wahyu-Nya yakni kitab suci. Islam mengajarkan agar

umatnya menyakini keberadaan kitab-kitab suci itu yang diturunkan kepada

para nabi terdahulu.78

d. Iman Kepada Para Rasul

Beriman kepada para Rasul merupakan rukun iman keempat. Rasul

ialah orang yang menerima wahyu Allah swt. untuk disampaikan kepada

manusia. Oleh karena itu, Rasul adalah Nabi, tetapi seorang Nabi belum

tentu Rasul. Di dalam al-Qur’an terdapat 25 nabi beberapa diantaranya

77
Rosihon Anwar, Akidah Akhlak,(Bandung: Pustaka Setia, 2009), hlm. 124.
78
Su’ud, op. cit., hlm. 153.

83
84

berfungsi juga sebagai rasul yang berkewajiban menyampaikan wahyu yang

diterimanya kepada manusia dan menunjukkan cara-cara pelaksanaannya

dalam kehidupan manusia sehari-hari.79

e. Iman Kepada Hari Akhir

Keyakinan ini sangat pokok dalam menyusun kesatuan rukun iman

lainnya, sebab tanpa menyakini hari akhir sama halnya dengan orang yang

tidak mempercayai agama Islam, walaupun orang itu menyatakan ia percaya

kepada Allah swt., al-Qur’an, dan Nabi Muhammad saw. Keyakinan kepada

hari akhir inilah yang mendorong manusia menyerasikan diri dengan

rancangan nilai kekal yang ditetapkan Allah swt.80

f. Iman Kepada Qada dan Qadar

Beriman kepada qada dan qadar merupakan rukun iman yang keenam.

Iman kepada qada dan qadar sering disebut dengan sebutan iman kepada

ketetapan Tuhan. Iman kepada takdir berarti yakin bahwa segala apa yang

terjadi di alam semesta ini merupakan kehendak dan ketentuan Allah swt.

segala sesuatu yang akan terjadi telah ditentukan dan direncanakan oleh

Allah swt. tak satupun makhlukNya mengetahui ketentuan Allah swt. baik

dari golonga n manusia, jin, maupun manusia semuanya tidak ada yang

mengetahui.81

2. Nilai Pendidikan Islam Aspek Akhlak


79
Ali, op. cit., 2013, hlm. 221.
80
Ibid., hlm. 226.
81
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti,(Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015), hlm. 152.

84
85

a. Pengertian akhlak

Dari segi bahasa, kata akhlak berasal dari bahasa arab akhlak yang

berarti kelakuan, tingkah laku, watak, dan tata krama beragama. 82 Secara

bahasa kata akhlak merupakan isim ghair mustaq, yaitu isim yang tidak

memiliki pangkal kata, namun kata tersebut memang sudah sedemikian

adanya. Kata akhlak ialah penggabungan dari khaliqun atau khuluqun

yang berarti perangai atau tabiat beragama. Baik kata akhlaq atau khuluq

keduanya sering ditemukan dalam al-Qur’an maupun al-Hadist, sebagai

berikut:

    


“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung (Q.S.
Al-Qalam:4)”83
     
“(agama kami) Ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu
(Q.S. asy- Syu’ara: 137)”84
Ayat pertama di atas memakai kata khuluq berarti tingkah laku,

sedangkan ayat kedua memakai kata akhlaq berarti kebiasaan. Jadi, kata

akhlaq dapat berarti kebiasaan ataupuntingkah laku dll.85

Pendidikan akhlak dimaknai semacam pengajaran dalam

mengoptimalkan akhlak mulia dari peserta didik dengan melaksanakan

82
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf: Nilai-Nilai Akhlak/Budi Pekerti Dalam Ibadah dan Tasawuf
(Jakarta: Karya Mulia, 2005), hlm. 25.
83
Departemen Agama RI, hlm. 564
84
Departemen Agama RI, hlm. 373
85
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia,(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013),
hlm. 1-2.

85
86

dan menunaikan values susila serta membuat penetapan berakhlak baik

dengan hablu minannas maupun hablu minaAllah.86

Berdasarkan jabaran di atas, penulis simpulkan bahwa pendidikan

akhlak adalah suatu rangkaian ikhtiar yang dijalankan oleh guna

membimbing, mengarahkan, memelihara, dan menyerahkan keputusan

berakhlak sesuai tuntunan ajaran Islam.

b. Ruang Lingkup Akhlak

Setelah memahami gambaran pendidikan akhlak berikutnya ialah

mengetahui ruang lingkupnya. Menurut Quraish Shihab sebagaimana

dikutip Abudin Nata menguraikan menjadi 3 hal yakni hablu minaAlah,

hablu minannas, dan akhlak kepada alam.87 Jenis bentuk dan ruang

lingkup akhlak dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Akhlak kepada Allah swt.

Akhlak kepada Allah bermakna sebagai perilaku dan

kelakuan yang semestinya dikerjakan manusia sebagai makhluk

terhadap Tuhan sebagai khalik.88 Nasharudin menuturkan akhlak

kepada Khalik menjadi tingkatan mulia seperti tunduk terhadap

aturan-Nya serta menghindari yang tercela. 89 M. Sholih

86
Muchlas Samani dan Hariyanto, Pendidikan Karakter,(Bandung: Remaja Rosdakarya
Offset, 2011), hlm. 44.
87
Nata, op. cit., 2013, hlm. 133.
88
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf ,(Jakarta: RajaGrafindo, 2012), hlm. 149.
89
Nasharuddin, Akhlak Ciri Manusia Paripurna ,(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2015), hlm.
214.

86
87

memaparkan alasan manusia perlu berakhlak kepada-Nya: 90

Pertama karena Dialah sang Pencipta. Kedua yang menciptakan

dengan sempurna makhluk-Nya Ketiga Dialah tempat

menyandarkan diri. Keempat karena telah memuliakan dan

menjadikan manusia menjadi pemimpin di bumi.

2. Akhlak terhadap sesama manusia

Menurut Nasharuddin hablum minannas mencakup ilmu-

ilmu kemanusiaan dan kemasyarakatan, ilmu pernikahan, hukum

pidana, dan mawaris.91 Bersangkutan hablun minannas, tertera

dalam kitab suci berupa perintah dan larangan.92

a) Anjuran berbicara baik

        


“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah

kamu kepada Allah dan Katakanlah perkataan

yang benar (Q.S. Al-Ahzab: 70)93

b) Jangan memberi panggilan yang buruk

      


       
        
     
90
M. Sholih dan M. Rosyid Anwar, Akhlak Tasawuf: Etika dan Makna Kehidupan,(Bandung:
Nuansa, 2005), hlm. 97.
91
Mujahidin, Akhlak Tasawuf Mu’jizat Nabi, Karamah Wali dan Ma’rifah Sufi, n.d., hlm.
738.
92
Ibid., hlm. 788.
93
Departemen Agama RI, hlm. 427

87
88

       


     
     
        
       
       
   
“11. Hai orang-orang yang beriman, janganlah
sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang
lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari
mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan
merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang
direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela
dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran
yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan
adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan
barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah
orang-orang yang zalim.
12. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan
purba-sangka (kecurigaan), Karena sebagian dari purba-
sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan
orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.
adakah seorang diantara kamu yang suka memakan
daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu
merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang” (Q.S. al-Hujurat: 11-12)”94
c) Memaafkan atas kesalahan orang lain

    


     
   
“yaitu orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di
waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan
amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Q.S. Ali
Imran: 134).95

3. Akhlak terhadap lingkungan

94
Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: CV. Penerbit Diponegoro, 2010), hlm. 517
95
Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: CV. Penerbit Diponegoro, 2010), hlm. 67

88
89

Lingkungan ialah keseluruhan elemen sekeliling berupa

hewan, tumbuhan ataupun benda mati. Tujuan penciptaan manusia

adalah menjadi pemimpin di muka bumi. Oleh karena itu, manusia

harus menjaga dan merawat bumi ini dari kehancuran.96

      


      
 
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena
perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka
sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali
(ke jalan yang benar)” (Q.S. ar-Rum: 41)97
Penjabaran di atas menunjukkan bahwa akhlak Islam

sangat komperhensif merata dan utuh untuk semua ciptaan-Nya.

Ruang lingkup akhlak terbagai 3 hal. Pertama, hablun minaAllah,

kedua, hablun minannas dan ketiga, akhlak terhadap alam. Titik

ukurnya yakni tindakan baik manusia.

c. Dasar Pendidikan Akhlak

Dasar ialah tumpuan bertumpu agar teguh dan kuat. Dasar

inilah harus diperkukuh meskipun terombang-ambing dampak luar

yang akan menjatuhkan dan meruntuhkan.98 Azyumardi Azra

menuturkan dasar/fondasi akhlak berasal dari pedoman Islam, karena

islam tidak bisa dipisahkan dari akhlak..99

Adapun dasar tersebut ialah al-Qur’an dan as-Sunnah


96
Nina Amminah, Studi Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), hlm. 95.
97
Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: CV. Penerbit Diponegoro, 2010), hlm. 408
98
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 19.
99
Azyumardi Azra, Esai-Esai Intelektual Muslim & Pendidikan Islam (Jakarta: Logos, 1999),
hlm. 8.

89
90

1) Al-Qur’an

Al-Qur’an ialah sabda Allah swt. berwujud petunjuk

yang diterima Rasulullah saw. melalui malaikat Jibril. Di

dalamnya termuat nasihat berupa ijtihad ulama. Petunjuk itu

perihal keyakinan, dan peribadatan.100 Al-Qur’an disediakan

sebagai pegangan hidup. Karena al-Qur’an merupakan jawaban

yang benar dalam menjalankan kehidupan.

“Deden Makbuloh, dalam bukunya Pendidikan Agama


Islam mendefinisikan bahwa al-Qur’an ialah wahyu
Allah swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
saw. yang ditulis dalam bentuk mushaf berdasarkan
penukilan secara mutawatir.”101
Diantara fungsi al-Qur’an adalah sebagai berikut:102

a) Bukti kerasulan Muhammad dan kebenaran ajarannya,

b) Petunjuk keyakinan yang harus diikuti oleh manusia,

yang diikat dalam keimanan kepada Allah swt. dan

kepastian adanya hari pembalasan.

c) Pedoman akhlak mulia sebagai aturan hidup.

d) Pedoman syari’at sebagai dasar-dasar peraturan yang

tertera dalam al-Qur’an sebagai petunjuk bagi seluruh

manusia ke jalan yang harus ditempuh demi

kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

100
Zakiah Dradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Aksara, 1996), hlm. 21.
101
Deden Makbuloh, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2012), hlm. 158.
102
Hasan Basri,dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), hlm. 43.

90
91

Akhlak yang diajarkan dalam al-Qur’an bertumpuh

pada kemurnian hati, agama, dan hasrat serta iktikad

manusia.103

Ayat-ayat al-Qur’an tentang akhlak diantaranya adalah:

       


“Jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan
yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang
bodoh.” (Q.S. Al-A’raf: 199)104
      
    
     
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan
berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah
melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.
dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajaran.”(Q.S. An-Nahl: 90)105
    
       
     
“Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan
yang mungkar dan Bersabarlah terhadap apa yang menimpa
kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang
diwajibkan (oleh Allah).”(Q.S. Luqman: 17)106
2) As-Sunnah

As-Sunnah menjadi pelengkap dan penafsiran ajaran

Islam serta jalan hidup tiap muslim. Adanya sunnah membantu

dalam menyakini dan memantapkan contoh masalah

103
Dradjat, op. cit., hlm. 11.
104
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: CV. Penerbit
Diponegoro, 2010), hlm. 176
105
Ibid., hlm. 277
106
Ibid., hlm. 416

91
92

pelaksanaan beribadah yakni shalat, puasa dan menunaikan

haji.107

Ada tiga peranan hadist di samping peranan al-Qur’an

sebagai sumber utama. Pertama, penegasan makin dalam

ketetapan al-Qur’an. Kedua, penafsiran kandungan al Qur’an,

Ketiga, penyempurna perihal yang tidak diperjelas di al-

Qur’an.108

Al-Qur’an dan al-Hadist ibarat pedoman menjalankan

hidup. Karena diuraikan yang hak dan batil, yang harus

dikerjakan dan dilaksanakan. Dengan begitu manusia gampang

mengenali tindakan yang hak dan batil, mulia dan tercela dan

seterusnya. Dengan demikian, fondasi dan sumber inti susila

daripada akhlak Islam ialah al-Qur’an dan al-hadist.109

d. Tujuan Pendidikan Akhlak

Tujuan ialah arah yang hendak dicapai dari proses

pendidikan.110 Tujuan pendidikan ialah sasaran yang ingin diraih

berpengaruh pada penampilan manusia.111 Sedangkan menurut

Muhammad Al-Athiyah Al-Abrasy, sasaran pokoknya ialah


107
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, Upaya Pembentukan Pemikiran dan
Kepribadian Muslim (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 189.
108
Ali, op. cit., hlm. 112.
109
Hasanudin Zahrudin, Pengantar Studi Akhlak (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014), hlm.
91.
110
Sudirman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2014), hlm. 57.
111
Asrorun Ni’am Sholeh, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Elsas, 2006), hlm. 7.

92
93

membimbing manusia berakhlak baik, ulet, beradab, hati yang suci,

selalu ingat Allah serta mumayiz.112 Selanjutnya Mahmud Yunus

memaparkan dengan singkat yakni menjadikan insan yang baik hati,

tekun, bersusila, serta ulet.113

Itulah ringkasan tentang tujuan akhlak yakni petuah dalam

menentukan sikap dan tindakan dalam hidup. Penentuan keputusan

untuk mencapai kebaikan dalam hidup selaras dalam al-Qur’an dan al-

Hadist demi tercapainya pribadi yang mulia.114

e. Macam-Macam Akhlak

Akhlak terbagi menjadi 2 yaitu akhlak mahmudah dan akhlak

yang buruk akhlak mazmumah. Berbuat adil, jujur, sabar, pemaaf,

dermawan dan amanah termasuk akhlak mahmudah. Berbeda dengan

kejam, berdusta, pemarah, pendendam, kikir, dan curang termasuk

akhlak mazmumah.

Akhlak yang baik merupakan cerminan dari sikap Rasulullah

saw. Secara etimologi kata al-mahmudah menerangkan akan hal yang

dicintai Allah swt. Dengan demikian, mahmudah mengarahkan pada

112
Muhammad ‘Athijah Al-Abrasjy, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1970), hlm. 5.
113
Mahmud Yunus, Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta: PT. Hidakarya
Agung, 1990), hlm. 22.
114
Heny Narendrani Hidayati, Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa (Jakarta: UIN
Perss dan Center for Quality Development and Assurance, 2009), hlm. 17.

93
94

rahmat Allah.115 Artinya akhlak mahmudah adalah perilaku dan

perbuatan yang menimbulkan keridhoan Allah.

Yang termasuk akhlak mahmudah ialah sebagai berikut:

1) Akhlak baik terhadap Allah swt.

Akhlak kepada Allah swt. dapat diartikan sebagai sikap

atau perbuatan yang seharusnya dilakukan manusia sebagai

makhluk kepada Tuhan sebagai Khalik. Sikap dan perbuatan

tersebut memiliki ciri-ciri perbuatan akhlaki. Sekurang-

kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak

kepada Allah swt.

Alasan harus berakhlak baik kepada Khalik ialah

karena Allah swt. sang pencipta manusia yang sempurna dan

luhur. Oleh karena itu sepantasnya manusia taat kepada-Nya.

Sebagai wujud penghambaan kepada-Nya

    


     
      
 
“Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, (demikian
pula) para malaikat Karena takut kepada-Nya, dan Allah
melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang
dia kehendaki, dan mereka berbantah-bantahan tentang Allah,
dan Dia-lah Tuhan yang Maha keras siksa-Nya.” (Q.S. ar-
Ra’d: 13).

115
Daulay, op. cit., 2014.

94
95

Akhlak baik terhadap Allah meliputi:

a) At-Taubah

At-taubah artinyasadar dan menyesal akan dosa dan

berniat akan memperbaiki tingkah lakunya.

b) Sabar

“Menurut Tallal Alie Turfe, hakikat sabar ialah ketika


kita mampu mengendalikan diri untuk tidak berbuat
keji dan dosa, ketika mampu mentaati perintah Allah
swt. ketika mampu memegang teguh akidah Islam, dan
ketika mampu tabah serta tidak mengeluh atas musibah
dan keburukan apapun yang menimpa.116 Sabar yakni
tahan menderita yang tidak disenangi dengan ridha dan
menyerahkan diri kepada Allah swt.”117
Dibuktikan pada surah Ali-Imron ayat 120 sebagai

berikut:

     


     
      
    
“Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka
bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana,
mereka bergembira karenanya. jika kamu bersabar dan
bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak
mendatangkan kemudharatan kepadamu.
Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang
mereka kerjakan”

116
Tallal Alie Turfe, Mukjizat Sabar (Bandung: Mizan, 2013), hlm. 31.
117
Muhammad Al-Ghazali, Akhlak Seorang Muslim, Penerjemah Moh. Rifa’i (Semarang: CV.
Wicaksana, 1993), hlm. 258.

95
96

c) Al-Syukru

Bersyukur ialah berterima kasih kepada Allah dengan

menguntaikan ujar alhamdulillah atas karunia-Nya.118

d) Tawakal (At-Tawakkul)

Tawakal ialah pasrah diri kepada kehendak Allah swt.

dengan percaya sepenuh hati keputusan-Nya.119

e) Ikhlas (Al-Ikhlas)

Ikhlas ialah tulus hati dengan hanya mengharapkan

keridhoan Allah swt.120

f) Raja’ (Al-Raja’)

Ialah sikap menantikan datangnya Allah swt. atas

tindakannya.121

2) Akhlak baik terhadap manusia

Identitas manusia yang utuh berada pada tabiat luhur

tercapainya kemurnian hati. Terbentuknya tabiat yang tangguh

disesuaikan pencapaian jiwa tangguh dan istiqomah serta

pengabdian seutuhnya terhadap al-Khalik.

118
Zainudin Ali, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 35.
119
Sa’id bin Muhammad Daib Hawwa, Mensucikan Jiwa: Konsep Tzkiyatun Nafs Terpadu
Terj. dari Al-Mustakhlash fii Tazkiyatil Anfas, oleh Annur Rafiq Shaleh Tamhid (Jakarta: Robbani
Press, 2004), hlm. 355.
120
Akbar Zainudin, Hasanah Dunia Akhirat (Bandung: Mizania, 2012), hlm. 78.
121
Ali, op. cit., 2007, hlm. 37.

96
97

Akhlak terpuji adalah perilaku yang diidamkan

mayoritas namun sukar penerapan dan pelaksanaannya dalam

hidup. Akhlak baik terhadap manusia mencakup antara lain:

a) Belas kasih

Belas kasih ialah rasa kasih karena iba. Dalam al-

Qur’an terangkum dalam Q.S. Ali-Imron: 159 yakni:

        


      
    
        
    
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu
berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya
kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu
ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi
mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam
urusan itu[246]. Kemudian apabila kamu Telah
membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertawakkal kepada-Nya.”122
b) Penasihat

Ialah usaha menunjukkan jalan yang lurus, ketika orang

hendak mengerjakan keburukan serta tidak akan

diulangi lagi.123

c) Memberi pertolongan (An-Nashru)

Perbuatan menolong orang lain agar tidak menjalani

kesukaran.124
122
Departemen Agama RI, Op.Cit., hlm. 71
123
Ali, op. cit., 2007, hlm. 363.
124
Ibid., hlm. 365.

97
98

d) Menahan Amarah (Kazmu Al-Ghaizi)

Ialah usaha mengendalikan diri supaya tidak mengikuti

hawa nafsu. Dijelaskan surat Ali-Imron: 134 yaitu:

    


   
     
“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya),
baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang
yang menahan amarahnya dan mema'afkan
(kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang
berbuat kebajikan.(Q.S. Ali-Imron: 134)”125
e) Sopan santun (Al-Hilmu)

Ialah berbicara dengan lembut dan ramah penuh dengan

tata krama. Keadaban merupakan sifat yang harus

dipraktekkan dalam kehidupan.

f) Saling memaafkan (Al-‘Afwu)

Ialah sikap memberi maaf atas kekeliruan orang lain

dan melapangkan hati untuk memaafkannya.

3. Nilai Pendidikan Islam Aspek Ibadah

a. Pengertian Ibadah

Ulama fiqih dalam buku Abdullah Arief Cholil menuturkan Ibadah

sebagai kepatuhan, kesetiaan, dan kesalehan jiwa Allah swt. Yusuf al-

125
Departemen Agama RI, Op.Cit., hlm. 67

98
99

Qardhawi memaparkan Ibadah berkenaan dengan keridhaan dan rahmat

Allah swt dengan setulus hati.126

Dikatakan dalam surah adz-Dzariyat: 56, yaitu:

      


“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku. (Q.S. Adz-Dzariyat: 56)”127

Menurut Ulama Mazhab Hanafi dalam buku Abdullah Arief Cholil

Ibadah ialah perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah swt.

Menurut Ulama Mazhab Syafi’I dalam buku Abdullah Arief Cholil

Ibadah ialah perbuatan yang didasari ketaatan mengerjakan perintah-

Nya.128

Ibadah menurut Syeikh Muhammad Abduh dalam buku Abdullah

Arief Cholil ialah kesetiaan, ketundukan, dan kesalehan untuk sampai

pada derajat tinggi.129 Menurut ibnu Taimiyah dalam buku Syahud

Muchson ibadah ialah ketaatan dan ketundukan yang sempurna. Ibnu

Taimiyah menitikkan pada tercapainya keridhaan dan kerinduan Allah

swt.130

“Penulis kitab Adz-Dzakhirah al-Mardhiyah dalam buku Umar


Sulaiman Al-Asyqar mengemukakan ibadah dengan mengatakan, bahwa
Ibadah adalah perkara-perkara yang apabila dikerjakan maka orang
melakukannya akan mendapat ganjaran pahala, dan ganjaran pahala itu

126
Abdullah Arief Cholil, Studi Islam II (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), hlm. 26.
127
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta: Rajawali Pers, 2015),
hlm. 523.
128
Cholil, op. cit., hlm.26.
129
Ibid., hlm. 26.
130
Syahud Muchson, Dahsyatnya Sholat Tasbih (Jakarta: Qultum Media, 2009), hlm. 20.

99
100

bergantung kepada niatnya, seperti wudhu, mandi, shalat, puasa dan lain
sebagainya.”131
Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa Ibadah

merupakan segala perbuatan yang didasari ketunduk patuhan kepada

Allah SWT serta segala sesuatu baik perkataan maupun tindakan yang

dipersembahkan untuk Allah swt.

b. Macam-Macam Ibadah

Menurut Syuhud Muchson, macam-macam Ibadah terdiri

dari:132

1) Ibadah mahdhah ialah ibadah khusus dikerjakan hanya kepada

Allah swt. Ciri-ciri ibadah mahdhah ialah segala ketetapan dan

rancangan yang sudah tertera dalam al-Qur’an atau hadist.

Ibadah mahdhah mengarah untuk qurbah kepada Allah swt.

2) Ibadah maliyah yakni ibadah yang dilakukan dengan

mengeluarkan harta benda seperti zakat.

3) Ibadah badaniyah ruhaniyah maliyah yakni suatu ibadah yang

dilakukan fisik, rohani dan mengeluarkan harta kekayaan

seperti haji.

Dilihat sasaran manfaatnya menurut Syuhud Muchson ibadah

terbagi 2 jenis:133

131
Umar Sulaiman al- Asyqar, Fiqih Niat (Jakarta: Gema Insani, 2006), hlm. 35.
132
Muchson, op. cit., hlm. 24.
133
Ibid.

100
101

1) Fardiyah, yakni ibadah yang dikerjakan perorangan seperti

shalat.

2) Ijtima’iyyah, yaitu ibadah umum. Misalnya, bersedekah

dan zakat. Selain sebagai nilai beribadah sedekah zakat

juga menjadi ibadah umum yang menyangkut publik.

C. Konsep Novel

1. Pengertian Novel

Fiksi menurut Altenbernd dan Lewis mengartikan sebagai karangan

bebas imajinasi bersifat narasi akan tetapi logis dan kejadiaan yang nyata

dibuat dramatis. Istilah fiksi bermakna khayalan atau pikiran. Dikarenakan

bersifat menguraikan kisah dengan faktual.134

Fiksi diartikan sebagai cerita rekaan, namun tidak seluruh karya

bersifat fantasi. Karya fiksi lebih ditujukan pada bentuk prosa naratif. Karya

lain yang mengandung unsur rekaan tetapi penulisannya tidak berbentuk

prosa, misalnya drma, skenario, film, ataupun puisi pada umumnya tidak

disebut sebagai karya fiksi.135

Salah satu bentuk Fiksi adalah novel dan cerpen. Novel ialah karangan

prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang

dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap

134
Nurgiyantoro, op. cit., hlm. 2-3.
135
Ibid., hlm. 10.

101
102

pelaku. Di dalamnya terdapat alur, plot, tokoh dan penokohan, latar, dan sudut

pandang.136

Hakikat novel dalam buku Endah Tri Priyatni bahwa novel ialah

karangan bebas yang meninjau kehidupan nyata. Menurut The Advanced Of

Current Englisht novel ialah kisahan prosa rekaan yang lebih panjang dan

lebih kompleks dengan kurang lebih ada 50.000 kata namun itu tidak

mutlak.137 Jadi, ditinjau pendapat diatas dapat diikatkan bahwa novel ialah

sebuah kisah yang di ambil dari kisah kehidupan sehari-hari, yang terdapat

sebuah alur cerita yang cukup panjang. Novel terdapat unsur yang

membangun di dalamnya yaitu unsur instrinsik dan ektrinsik.

2. Macam-Macam Novel

Klasifikasi novel dilihat dari tinjauan sejarah dan teknik. Tinjauan

sejarah ditinjau dari unsur-unsur intrinsik novel, sedangkan tinjauan teknis

ditinjau dari unsur-unsur ekstrinsik serta gaya bahasa yang dipakai.

Klasifikasi tersebut sebagai faktor pendukung gambaran novel.138 Di bawah

ini dijelaskan macam-macam novel sebagai berikut:139

a. Novel Picaresque

Berasal dari kata picaro, berarti “bandit” dengan segala kecerdikannya

hidup dalam satu perjalanan ke perjalanan lainnya.


136
Ibid., hlm. 5.
137
Endah Tri Priyatni, Membaca Sastra Dengan Ancaman Literasi Kritis (Jakarta: Bumi
Aksara, 2010), hlm. 124-125.
138
Furqonul Aziez dan Abdul Hasim, Menganalisis Fiksi Sebuah Pengantar (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2010), hlm. 22.
139
Ibid., hlm. 22-31.

102
103

b. Novel Religi

Novel Religi ialah cerita yang menyuguhkan nilai Islam berupa

permasalahan menyangkut agama.

c. Novel Epistolari

Seperti yang diindikasi oleh namanya, nnvel epistolari memanfaatkan

surat (epistles) yang dikirim di antara para tokoh yang ada di

dalamnya sebgai media penyampaian cerita. Novel ini merebak pada

abad ke delapan belas.

d. Novel sejarah

Novel jenis ini biasanya berbentuk pertualangan, dimana latar

belakang sejarah, termasuk tokoh-tokoh sejarah dimasukkan dalam

rangkaian cerita tokoh-tokoh fiktif.

e. Novel regional

Novel regional ialah novel yang latarnya atau “warna daerahnya”

memainkan peran yang sangat penting. Daerah yang dimaksud ialah

daerah terpencil atau daerah pegunungan, bukan daerah perkotaan.

f. Novel Satir

103
104

Satir tidak harus berbentuk prosa dan bersifat rekaan, sekaligus di

dalamnya di kandung maknan”melebih-lebihkan”, yang melibatkan

khayalan fiktif dalam kadar tertentu.

g. Bildungsroman

Istilah yang berasal dari Jerman ini sekarang umumnya digunakan

dalam bahasa Inggris untuk menunjuk pada sejenis novel yang

memfokuskan dirinya pada perkembangan diri sang tokoh, dari masa

muda atau kanak-kanak sampai masa dewasa.

h. Novel Tesisi

Novel ini memiliki argumen tertentu yang mendasari ceritanya. Novel

yang berkenaan dengan suatu upaya untuk mendorong dilakukannya

reformasi sosial atas perilaku-perilaku keliru tertentu.

i. Novel Gotik

Istilah yang lebih utama di Inggris untuk novel jenis ini yaitu novel

gotik (gotic novrl). Novel gotik memunculkan tokoh-tokoh, latar, dan

situasi khas yang sampai sekarang masih muncul dalam film-film

horor modern.

j. Roman Fleuve

Istilah ini merujuk pada jenis novel berantai yang bisa dibaca dan

diapresiasi satu-satu, tetapi berkenaan dengan tokoh-tokoh atau

peristiwa-peristiwa yang sama dan selalu muncul dari satu novel ke

104
105

novel berikutnya. Novel jenis ini bisa membentuk urutan (sequels) dan

melengkapi satu sama lain.

k. Roman Feuilleton

Merupakan novel keluaran sistem “mencicil”. Model penerbitan

semacam ini sangat populer di abad kesembilan belas.

l. Fiksi Ilmiah

Merupakan fiksi sains biasanya berlatar masa depan dengan

pengembangan ilmu dan teknologi imajiner serta berhubungan dengan

dunia lain.

m. Novel Baru

Dalam novel jenis ini konveksi-konveksi penulisan fiksi yang sudah

mapan secara sengaja disimpangkan atau diperlakukan sedemikian

rupa untuk membinggungkan pembaca dan untuk mencapai efek

tertentu yang berbeda.

n. Metafiksi

Maksudnya novel yang hanya terdapat dalam khayalan atau fiksi dan

mengulas kefiktifannya dalam menulis.

o. Faksi

Berarti ciptaan yang menggabungkan nyata dan khayalan terdapat

pada alur dan tokoh nyata, namun memakai uraian fiksi guna

mempertinggi kepercayaan dan pemahamannya.

105
106

Adapun jenis novel yang digunakan disini adalah jenis novel religi

karena novel Pelukis Gurun Pasir mengisahkan tentang cerita Islam yang

meyuguhkan kehidupan, konflik dan cerita yang berdasarkan nilai-nilai

agama.

3. Unsur-Unsur Novel

a. Intrinsik Intrinsik

Menurut Aminuddin unsur intrinsik ialah elemen-elemen yang

membangun karya fiksi sebagai suatu wacana. Sedangkan menurut Soedjijono

menyatakan bahwa unsur intrinsik adalah unsur yang berkaitan dengan

eksistensi sastra sebagai struktur verbal yang otonom, sedangkan menurut

Jakob Sumardjo dan Sai K.M. menyatakan bahwa unsur intrinsik prosa fiksi

melliputi: alur, tema, tokoh dan penokohan, suasana, latar, sudut pandang, dan

gaya. Sedangkan, menurut William Kenney bahwa unsur instrinsik itu

mencakup: plot, karakter, setting, point of view, gaya, tone, dan tema.140 Jadi,

dapat disimpulkan bahwa unsur intrinsik yang terdapat di dalam novel yaitu:

tema, tokoh, dan penokohan, alur atau plot, gaya, setting atau alur, sudut

pandang, dan suasana.

1) Tema

Tema yaitu sesuatu yang menjadi dasar cerita. Tentu selalu

berkaitan dengan berbagai pengalaman kehidupan, seperti cinta, kasih,


140
Ibid., hlm. 109-110.

106
107

rindu, takut, maut, religius, sosial, dan sebagainya. Dalam hal tertentu

sering tema dapat disinonimkan dengan ide atau tujuan cerita. 141 Tema

menjadi panduan pengarang dalam memilih bahan-bahan cerita cara

watak-watak bergerak, berpikir, dan merasa serta cara watak-watak

bertentangan satu dengan yang lainnya, bagaimana cerita itu

diselesaikan, semuanya menentukan rupa tema yang hendak

disampaikan oleh pengarang.142

2) Tokoh dan Penokohan

Tokoh ialah para pemeran dalam cerita. Tokoh ditinjau dari

wujudnya terbagi 2: tokoh fisik dan tokoh imajiner. Tokoh fisik ialah

tokoh yang digambarkan di alam nyata. Sedangkan tokoh imajiner

ialah tokoh yang hanya terdapat dalam angan-angan. Tokoh ditinjau

dari watak terbagi 2: tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh

protagonis adalah tokoh utama bersifat baik. Sedangkan tokoh

antagonis adalah tokoh yang suka menentang.143

Tokoh berdasarkan fungsinya tokoh dibedakan menjadi: tokoh

utama dan tokoh bawahan. Tokoh utama merupakan tokoh yang

memegang peran utama. Sedangkan tokoh figuran ialah tokoh yang

memegang peran yang tidak berarti. Tokoh menurut kerumitan cerita

dibagi menjadi: tokoh simple dan tokoh kompleks. Tokoh simple ialah

141
Nurgiyantoro, op. cit., hlm. 32.
142
Priyatni, op. cit., hlm. 119.
143
Ibid., hlm. 110.

107
108

tokoh yang mudah dimengerti. Sedangkan tokoh kompleksitas ialah

tokoh yang mengalami keruwetan hidup. Tokoh menurut

berkembangnya watak terbagi tokoh statis dan tokoh dinamis. Tokoh

statis ialah tokoh yang tidak berubah keadaannya. Sedangkan tokoh

dinamis yakni tokoh yang berubah menyesuaikan diri dengan

keadaan.144

3) Alur atau Plot

Alur merupakan rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan

sebab akibat. Dapat disimpulkan bahwa peristiwa ialah unsur utama

alur. Keterampilan pengarang dalam menggarap peristiwa menjadi

jalinan cerita yang menarik ikut menentukan kualitas cerita yang

ditampilkan pengarang. Jalinan peristiwa dalam prosa fiksi tersusun

dalam tahapan-tahapan. Pada prinsipnya prosa fiksi bergerak

permulaan, melalui pertengahan, dan menuju akhir.145

4) Gaya

Gaya adalah cara seorang pengarang menyampaikan gagasannya

dengan menggungakan media bahasa yang indah dan harmonis serta

mempu menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya

intelektual dan emosi pembaca. Pengertian gaya sering dikaitkan

dengan pengertian gaya bahasa. Gaya bahasa merupakan salah satu

144
Ibid., hlm. 111.
145
Ibid., hlm. 112.

108
109

unsur pembentuk gaya. Amirudin menyatakan bahwa gaya dibentuk

oleh unsur kebahasaan yang berupa kata dan kalimat. Adapun alat

gaya yaitu majas dan kiasan.146

5) Setting atau latar

Peristiwa dalam prosa fiksi dilatari oleh tempat, waktu, dan

situasi tertentu. Sebenarnya setting tidak hanya berupa tempat, waktu

yang bersifat fisikal semata, tetapi juga bersifat psikologis. Setting

fisikal berkaitan dengan tempat, waktu, situasi, benda-benda, atau

lingkungan hidup yang berfungsi menbuat cerita menjadi logis.

Sedangkan setting psikologis mampu membuat cerita menjadi logis

serta mampu menggerakkan emosi dan jiwa pembaca.147

6) Sudut pandang

Seorang pengarang dalam memaparkan ceritanya dapat memilih

sudut pandang tertentu. Secara garis besar, pengarang dapat memilih

penceritaan AKUAN atau DIAAN. Seorang pencerita dapat bercerita

menggungakan kata ganti orang pertama yakni aku atau saya.

Sedangkan pencerita dapat dkatakan sebagai penceritaan DIAAN

biasanya menggunakan kata ganti orang ketiga yaitu dia, ia, atau

mereka.148

7) Suasana

146
Ibid., hlm. 114.
147
Priyatni, op. cit.
148
Ibid., hlm. 115.

109
110

Dalam cerita fiksi terdapat suasana batin dari individupengarang

yang disebut mood dan suasana dari penataan setting yang disebut

atmosphere. Di samping itu juga terdapat suasana cerita yang timbul

karena sikap pengarang terdapat pokok persoalan yang dikemukakan

dalam cerita yang disebut tone.149

b. Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik ialah unsur-unsur yang berada di luar karya

sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangun cerita

sebuah karya. Unsur ekstrinsik karya sastra, antara lain sebagai

berikut:150

1) Keadaan subjektivitas pengarang yang memiliki sikap, keyakinan,

dan pandangan hidup

2) Psikologis pengarang yang mencakup proses kreatifnya, psikologi

pembaca dan peranan prinsip-prinsip psikologis dalam sastra

3) Keadaan di lingkungan, seperti ekonomi, politik, dan sastra sosial

4) pandangan hidup suatu bangsa dan berbagai karya seni yang

lainnya

Namun dalam hal lain pengkajian unsur ekstrinsik prosa fiksi

mencakup: aspek historis, sosiologis, psikologis, filsafat, dan religius.

4. Ciri-ciri Novel

149
Ibid., hlm. 118.
150
Ibid., hlm. 117.

110
111

Novel memiliki ciri khas dibandingkan karya sastra lainnya. Ditinjau

dari jumlah kata dan kalimat, novel lebih mengandung banyak kata dan

kalimat sehingga dalam proses pemaknaannya jauh lebih mudah dibandingkan

pemaknaan puisi. Ciri-ciri novel antara lain sebagai berikut:151

a. Terurai dengan gaya bahasa yang indah

b. Bersifat wajar (real).

c. Jalan cerita yang dramatis.

d. Tema hanya satu namun bermunculan tema sambilan.

e. Jumlah pemeran banyak.

5. Novel Sebagai Media Pendidikan

Menurut Wellek dan Warren sebuah sastra selain mempunyai fungsi

sebagai hiburan juga berfungsi sebagai pelajaran. Karya sastra difungsikan di

tengah-tengah masyarakat sebagai media pembelajaran bagi masyarakat.

Karya sastra menuntun individu untuk menemukan nilai yang diungkapkan

sebagai benar atau salah.152 Berbagai jenis sastra terutama novel diyakini

mengandung unsur moral dan nilai-nilai yang dapat dijadikan bahan baku

pendidikan dan pembentukan karakter. Isi teks dalam sastra diyakini

mengandung suatu “ajaran” karena tidak mungkin seseorang pengarang

menulis tanpa pesan moral.153

151
Burdjanah Kafrawi, Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia (Jakarta: PT. Raja
Grafindo, 2002), hlm. 46.
152
Rohman, op. cit., hlm. 9.
153
Nurgiyantoro, op. cit., hlm. 434.

111
112

Sastra dipersepsi sebagai suatu fakta sosial yang menyimpan pesan

yang mampu menggerakkan emosi pembaca untuk bersikap atau berbuat

sesuatu. Sastra mempunyai peran sebagai salah satu alat pendidikan yang

seharusnya dimanfaatkan dalam dunia pendidikan dan berperan dalam usaha

untuk membentuk dan mengembangkan kepribadian anak.154 karya sastra juga

tidak terlepas dari nilai-nilai yang dikandungnya. Suatu karya sastra bisa

dikatakan baik jika mengandung nilai-nilai yang mendidik. Nilai-nilai

pendidikan dapat ditangkap manusia melalui berbagai hal diantaranya melalui

pemahaman dan penikmatan sebuah karya sastra.155

Hubungan sastra dan pendidikan sangatlah erat dan tidak bisa

dipisahkan karena keduanya memiliki keterkaitan. Hubungan ini dikarenakan

dalam sastra terkandung nilai-nilai yang mendidik bagi pembaca. Sedangkan

sastra merupakan salah satu wahana bagi pengarang untuk mengapresiasikan

nilai-nilai pendidikan bagi pembaca. Meskipun rangkaian peristiwa dan tokoh

bersifat imajinatif, tetapi kebenaran nilai kehidupan yang disampaikan

pengarang tidak dapat disangkal. Nilai-nilai pendidikan dalam karya sastra

memberikan nasihat bagi pembaca, tidak jarang memberikan kritikan baik

secara ironi maupun transparan. Hal ini memberikan pesan kepada pembaca

untuk menjadi insan yang pandai dalam memetik suatu hikmah dari nilai yang

terkandung dalam karya sastra.156


154
Ibid.
155
Vivi Zulfianti Soharab dan Marwati, “Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Novel Sabtu
Bersama Bapak Karya Adithya Mulya”, Jurnal Bastra, Vol. 3, No. 3 (Desember 2016), hlm 2
156
Ibid.,

112
113

Novel dapat diartikan sebagai salah satu pendukung dalam pendidikan.

Meski ceritanya fiktif, namun hal ini justru menjadi daya tarik bagi para

pembacanya. Dengan membaca novel, pembaca biasanya akan terbawa arus

cerita yang dialami oleh para tokoh dalam cerita. Dengan demikian, pesan-

pesan pendidikan yang terdapat pada isi cerita secara tidak langsung akan

mampu terserap oleh para pembaca dan menjadi suatu pelajaran yang dapat

diteladani dalam kegiatan sehari-hari.157

BAB III

GAMBARAN UMUM NOVEL FUAD ABDURAHMAN

A. Profil Fuad Abdurahman

1. Biodata Penulis158
Nama : Fuad Abdurahman
Tempat tgl lahir : Cianjur, 24 Mei 1971
Alamat : East Garden Residences (Komplek Taman Cileunyi),
Blok J-2, RT. 01/22, Cileunyi Kulon, Bandung 40621
Pekerjaan : Penulis, Penerjemah, Kaligrafer, dan Tour Leader
Umroh
Pendidikan : S-1 Pendidikan Bahasa Arab IAIN (sekarang UIN)
Sunan Gunung Djati Bandung
157
Abdul Khakim dan Miftakhul Munir, “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Yang Terkandung
Pada Novel Dalam Mihrab Cinta Karya Habiburrahman, Al-Murabbi, Vol. 3, No. 1, (Desember 2017),
hlm. 102
158
Wawancara tertulis lewat e-mail pada tanggal 06 Oktober 2019 pukul 06: 47 WIB

113
114

Email : abufaizfarhan571@gmail.com dan


nurfsmile24@gmail.com
Facebook : Fuad Abdurahman
Instagram : kang_fuad24
Twitter : Nur el Fuad @far_noor24
No. Hp : 0895601757802

2. Karya-Karya Penulis

Karya-karya Fuad Abdurahman telah beragam mulai dari buku anak

hingga buku dewasa diantaranya:159

Buku-Buku Anak
a. Durus al-Khath al-‘Arobi, 2 jilid, (Pesantren Terpadu Serambi Mekkah,
2000)
b. Asalib al-‘Arobiyyah fi al-Muhadatsat al-Yaumiyyah, 2 jilid, (PTSM,
2001)
c. Kehebatan Sedekah, (DAR Mizan, 2009), telah diterjemahkan ke dalam
bahasa Melayu Malaysia. Nominasi Islamic Book Award kategori fiksi
anak tahun 2010)
d. Keajaiban Maaf, (DAR Mizan, Bandung 2009)
e. Dahsyatnya Jujur, (DAR Mizan, Bandung 2010)

159
Wawancara tertulis lewat e-mail pada tanggal 06 Oktober 2019 pukul 06: 47 WIB

114
f. Kisah Menakjubkan Para Syuhada, (DAR Mizan, Bandung 2010), telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu Malaysia.
g. Senyumlah Bunda, (DAR Mizan, Bandung 2010). Buku peraih Islamic
Book Award sebagai buku Isla terbaik kategori fiksi anak tahun 2011,
telah diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu Malaysia.
h. Sepuluh Sahabat Remaja Rasulullah, (Ikhlas Media, Bandung).
i. Keluarga Yang Diridhai, (DAR Mizan, Bandung 2017). Buku peraih
Islamic Book Award sebagai buku Islam terbaik kategori non fiksi anak
tahun 2017.
j. Rusa Tak Pernah Berdusta, (DAR Mizan, Bandung 2017)
k. Buku Mewarnai Kata-Kata Indah, (DAR Mizan, Bandung 2017).
l. Dicintai Allah, (DAR Mizan, Bandung).
m. Kisah Para Ayah Dalam Al-Qur’an, (DAR Mizan, Bandunng).
n. Kisah Para Bunda Dlam Al-Qur’an, (DAR Mizan, Bandunng).
o. Mewarnai Asmaul Husna, (DAR Mizan, Bandung).
p. Kisah Para Pencari Ilmu, (Nourabooks, Desember 2018).
q. Kado Terindah Khulafa’ur Rasyidin, 2 jilid (Nourabooks, dalam proses
terbit).
r. Kado Terindah Anak Muslim, (dalam proses terbit).
s. Kaum-Kaum Yang Dihancurkan, (Tiga Ananda, dalam proses terbit).
t. Keajaiban Surat Halimah, (dalam proses terbit).
Buku-Buku Dewasa
a. 115 Kisah Menakjubkan Dalam Kehidupan Rasulullah saw., (Pustaka
Hidayah, Bandung 2011). Dicetak ulang oleh Nourabooks, Jakarta. Buku
bestseller telah mengalami beberapa kali cetak ulang.
b. Harumnya Bidadari Bumi, (Pustaka Hidayah, Bandung 2012).
c. Cinta Abadi Layla Majnun, Terjemahan, (Ikhlas Media, Bandung 2012).
d. Kado Terindah Rasulullah saw., (Ikhlas Media, Bandung 2013).
e. The Great of Two Umar’s, (Zaman, Jakarta 2013). Buku bestseller telah
mengalami beberapa kali cetak ulang.
f. Bidadari Stories, (Zahira, Jakarta 2015).
g. The Golden Stories, (Tinta Medina, Solo 2017).
h. Novel Pelukis Gurun Pasir, (Republika, Jakarta 2018).
i. 4 Wanita Pemimpin Surga, (Tinta Medina, Solo 2018
j. Bidadari Stories, (Zahira, Jakarta 2015).
k. The Great of Abu Bakar As-Shiddiq, (Tinta Medina, Solo 2018).
l. Novel Pengarung Gurun Pasir, (Republika, Jakarta 2019).
m. Fatimah Al-Zahra, (Republika, dalam proses terbit).
n. Hikayat Keajaiban Istighfar dan Shalawat Nabi, (Zaman, dalam proses
terbit).

90
o. Muhammad saw. Suami Teladan, (Tinta Medina, Solo dalam proses
terbit).
p. Cinta Damai Ala Rasulullah, (Alvabet, Tangerang, dalam proses terbit).
q. Merindu Pelangi Senja, (sebuah novel tentang cinta yang terwakafkan
dalm proses terbit).

3. Riwayat Pendidikan:160
Pendidikan Formal:
a. MI Islamiyah Sayang, Cianjur, tahun 1984.
b. MTs. Manarulhuda, Karangtengah, Cianjur, tahun 1988.
c. PGAN, Cianjur tahun 1991.
d. IAIN (Sekarang UIN) Sunan Gunung Djati, Fakultas Tarbiyah, Prodi
Pendidikan Bahasa Arab, tahun 1996.
e.
Pendidikan non Formal:
a. Ponpes Baitul Arqam, Bandung tahun 1985.
b. Ponpes Nailul Kiram, Cinunuk Bandung, 1991-1996.
c. Kursus Bahasa Inggris dan Bahasa Arab, Pare Kediri, tahun 1993.
d. Kursus Bahasa Inggris di SSC dan Lembaga lainnya di Cianjur, tahun
1996.
e. Pelatihan Editor, Penerbit DAR Mizan, Tahun 2011.

4. Anggota Keluarga:161
Nama Istri : Siti Noor Asiah. Pekerjaan Guru Kelas 3 di SD Plus
Al-Fatwa, Bandung. Ia merupakan alumni dari
Fakultas Tarbiyah Prodi Pendidikan Agama Islam,
UIN SGD Bandung tahun 1997 serta Umiversitas
Terbuka tahun 2014.
Nama Anak-Anak :
1. Faiz Zainulfikri Sulthoni, kuliah di Fakultas
Teknik dan Ilmu Komputer, Prodi Teknik
Informatika, Smt. 5 UNIKOM Bandung.
2. Muhammad Farhan Rasyidi, siswa SMA Alfa
Centaury, Bandung, kelas XII jurusan IPA.

5. Perjalanan Hidup Fuad Abdurahman Hingga Menjadi Seorang Penulis 162


“Dari kecil, saya punya hobi membaca dan menulis. Otomatis suka
dengan buku. Sampai sekarang masih menyimpan buku tulis dan pelajaran
dari MI hingga kuliah di IAIN Bandung. Sekarang punya perpustakaan sendiri
160
Ibid.,
161
Ibid.,
162
Ibid.,

91
di rumah. Kemampuan menulis saya terasah ketika duduk di bangku PGAN
(Pendidikan Guru Agama Negeri) Cianjur. Dari tahun 1988-1991. Di sini,
saya dibimbing langsung bagaimana cara menulis dengan baik oleh guru
Bahasa Indonesia yang juga seorang wartawan handal, Bpk. Lily Aziz Saleh.
Selain itu, saya juga aktif di ekskul Karya Ilmiah Remaja, Dunia Sastra
Remaja di Radio Siaran Pemerintah Daerah (RSPD) Cianjur, dan mulai
mengirim tulisan puisi dan cerpen ke media massa seperti Koran Pikiran
Rakyat Bandung, Majalah Bobo Jakarta, dan Majalah Anita Cemerlang
Jakarta.
Semasa kuliah di Program Studi Pendidikan Bahasa Arab, Fakultas
Tarbiyah, selain di HMI dan HMJ Bahasa Arab, saya juga aktif di LPTQ
IAIN SGD (Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an bidang kaligrafi), dan
Koran Kampus. Sering juga mengirim artikel ke beberapa Media Massa Lokal
dan Nasional. Memasuki semester 6, aktif di Yayasan PIARA (Pengembangan
Ilmu Agama dan Humaniora) yang mengembangkan metode LIBAT (Lihat,
Baca, dan Tulis) al-Qur’an sistem 10 jam di bawah arahan Prof. Dr. Juhaya S.
Praja. Saya dengan tim LIBAT sering tampil di TVRI Bandung mengisi acara
metode LIBAT dan kursus-kursus metode LIBAT di Bandung mengisi acara
Metode LIBAT dan Kursus-kursus Metode LIBAT di berbagai tempat di
seluruh Jawa Barat dan mengisi kursus LIBAT di beberapa hotel di Bandung.
Selain itu, dari dulu sejak MI, saya suka ikut lomba MTQ bidang Kaligrafi
hingga Tingkat Provinsi, dan pernah juara dua lomba lukis kaligrafi tingkat
Nasional di IAIN (Sekarang UIN) Imam Bonjol Padang. Sekarang, aktif
sebagai juri kaligrafi, baik di MTQ, Pentas PAI (Kemendikbud), maupun
Aksioma (Kemenag) di Cianjur dan Bandung.
Selepas kuliah tahun 1996, saya mengabdi di MTs. Manarulhuda Cianjur,
sambil tetap mengembangkan kaligrafii dan menulis artikel, cerpen, dan puisi
di media massa.Tahun 1999 saya merantau ke Padangpanjang Sumatera Barat
sebagai pengajar di Pesantren Terpadu Serambi Mekkah Padangpanjang
(PTSM). Di sini selain mengajar Bahasa Arab dan Kaligrafi juga sempat
melukis beberapa masjid dan mulai mencetak buku sendiri (buku Percakapan
Bahasa Arab dan Panduan Kaligrafi masing-maasing dua jilid).
Tahun 2002, saya kembali ke kampung halaman di Cianjur, karena istri
harus melahirkan secara cesar untuk kedua kalinya usai mengalaminya ketika
punya anak pertama. Saya resign dari PTSM dan kembali mengajar di MTs.
Manarulhuda. Mata pelajaran yang diampu waktu itu Bahasa Arab, Sejarah
Kebudayaan Islam, dan Qur’an Hadist sampai tahun 2004. Dalam rentang
waktu dua tahun ini, saya tidak berhenti menulis artikel terutama kajian dan
sejarah Islam di beberapa media massa.
Tahun 2004, saya menerima tawaran teman-teman kaligrafi saya yang
bekerja di al-Zulfi, Saudi Arabia. Mereka mengajak saya untuk bekerja di
sana serta mengirimkan visa kerja ke Indonesia. Maka, akhir tahun 2004, saya
mengadu nasib ke Zulfi murni ingin bekerja, maka tujuan saya adalah ingin

92
menunaikan ibadah haji ke tanah suci (lihat novel saya, Pelukis Gurun Pasir).
Tahun 2007, saya kembali ke Indonesia dan tidak mau melanjutkan kerjasama
dengan majikan, padahal sang majikan terus merayu dan mengiming-imingi
dengan gaji yang besar. Bahkan, sang majikan sampai datang ke Indonesia
dan bertemu di Hotel Grand Pasundan, Bandung. Dia sengaja datang ke
Indonesia hanya untuk membujuk saya agar mau kembali bekerja di Saudi.
Namun, saya sudah tetap hati untuk tidak kembali ke Saudi kecuali jika
menunaikan ibadah haji dan umrah lagi.
Ketika di Zulfi – Riyadh, saya tidak bisa menulis artikel sama sekali
karena waktunya yang tidak memungkinkan. Sibuk dengan pekerjaan di
maktabah. Hanya saja, saya tidak meninggalkan kebiasaan saya untuk
membaca buku, tentu saja, buku atau kitab berbahasa Arab. Maka saya selalu
membeli buku-buku yang dikira perlu untuk dibaca dan dijadikan referensi
nantinya. Selain itu, kakak majikan saya, Muhammad al-Hubaisyi sangat
perhatian dan selalu memberi majalah al-Bayan, dan sering berdiskusi
dengannya tentang berbagai hal di dunia Islam. Dia tahu bahwa saya suka
membaca dan diskusi, maka jika dia melaksanakan umroh ke Mekkah, ia suka
menelpon dan memberi oleh-oleh buku dan kitab setumpuk. Kadang saya juga
suka dibelikan buku di Maktabah di Riyadh. Menjelang pulang ke Indonesia,
buku-buku yang banyak itu saya kirim ke Indonesia.
Tahun 2007, saya mulai menulis buku untuk Penerbit, dimulai dengan
buku anak. Tentu saja, saya tidak usah repot-repot cari referensi karena buku
yang saya bawa dari Saudi cukup untuk menjadi referensi. Tapi kebiasaan
membeli buku bagus selalu menggoda saya sepanjang waktu, terutama di
pameran-pameran buku Nasional dan Internasional.
Tahun 2009, saya ditarik lagi oleh MTs. Manarulhuda untuk mengajar.
Maka sejak saat itu, saya mengajar lagi sebagai guru Bahasa Arab dan Qur’an
Hadist sampai tahun 2014. Awal 2015 saya memutuskan untuk resign dari
mengajar karena lelah harus bolak-balik Bandung-Cianjur tiap minggunya.
Semenjak kembali ke Indonesia, saya bersama keluarga tinggal di Bandung
hingga sekarang. Padahal waktu itu saya sudah mengikuti Pendidikan dan
Latihan Profesi Guru (PLPG) bidang studi Bahasa Arab di Bandung.
Sejak mundur dari dunia “Oemar Bakrie”, saya memutuskan untuk total
terjun di dunia kepenulisan mulai menulis dan menghasilkan buku anak,
religi, dan novel. Sambil tetap menulis artikel untuk media massa sampai
sekarang. Selain sebagai penulis buku aktif, sering kali juga menerjemahkan
buku berbahasa Arab ke dalam Bahasa Indonesi. Di waktu senggang, saya
juga menerima pesanan dekorasi kaligrafi di masjid-masjid dan lukisan
kaligrafi. Sampai sekarang sudah menulis buku kurang lebih 35 buah. Selain
itu, jika saya tidak sibuk suka membimbing umroh pada beberapa travel.
Dalam perjalanannya sebagai penulis hingga sekarang, ada beberapa buku
saya yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu Malaysia (lihat daftar
karya-karya saya), juga ada beberapa buku saya yang masuk bestseller seperti

93
115 Kisah Menakjubkan dalam Kehidupan Rasulullah Saw, (Pustaka Hidayah
Bandung dan Nourabooks Jakarta), 4 Pemimpin Wanita Surga(Tinta Medina
Solo), The Great of Two Umar’s (Zaman Jakarta) dan The Great of Abu
Bakar Ash-Shiddiq (Tinta Medina Solo). Saya juga menerima Islamic Book
Award tahun 2011 dari IKAPI Jakarta, melalui buku Senyumlah Bunda
sebagai buku Islam terbaik kategori fiksi anak dan menerima pernghargaan
serupa tahun 2017 melalui buku Keluarga Yang Diberkahi sebagai buku Islam
terbaik kategori non fiksi anak. Kini, selain menulis, saya sering mengisi
Seminar Kepenulisan atau bedah buku di berbagai tempat.

B. Sinopsis Novel “Pelukis Gurun Pasir, Petualangan Pekerja Seni di Arab


Saudi”

Novel Pelukis Gurun Pasir menceritakan tentang Prasetyo, seorang guru

honorer murni yang lugu dan jujur dengan gaji pas-pasan. Gajinya sebagai guru

honorer murni hanya cukup untuk 2-3 hari saja. Selain itu, ia tidak sanggup melihat

ketidakadilan yang sudah membudaya di dunia yang ia geluti. Lalu, ia menekuni

dengan serius keahliannya yang selama ini terpendam yakni kaligrafer dan penulis.

Profesi itu pula yang menghantarkannya berpetualang di negeri seribu oasis.

Kingdom of Saudi Arabia (KSA). Berangkat ke tanah suci merupakan impiannya

sejak kecil seperti yang diberitakannya oleh seorang kyai mumpuni ahli hikmah

sewaktu ia kecil.

Di negeri petro dollar tersebut, Prasetyo bekerja sebagai kaligrafer dan

pelukis (khattat wa rossam) profesional. Ia dengan ketiga kawannya yaitu Cepi,

Daday, dan Misbah bekerja di maktabah Tidzkar di Zulfi Riyadh, KSA. Di luar

pekerjaan resmi di Maktabah, Prasetyo juga sempat menjadi guru privat Bahasa

94
Inggris dan menjadi pendorong kursi roda bagi lelaki tua yang berprofesi sebagai

tukang adzan.

Dengan kemampuan bahasa Arabnya yang fasih. Prasetyo bisa beradaptasi

dan berkomunikasi dengan warga pribumi. Bahkan, ia diperlakukan sebagai “anak

emas” oleh kakak majikannya, Muhammad ibn Abdul Aziz al-Hubaisyi. Meskipun

diperlakukan istimewa oleh Muhammad, ia juga kerap mengalami berbagai peristiwa

yang tidak terduga sebelumnya, seperti dicintai oleh gadis Saudi, diajak mesum oleh

pemuda pribumi, hingga dipenjara dua kali oleh polisi Zulfi. Namun, ia selalu

berhasil keluar dari semua masalah berkat pertolongan seorang polisi yang baik hati,

Ibrahim. Di luar itu, ia juga banyak mengalami peristiwa-peristiwa mendebarkan,

menggelikan sekaligus menakjubkan.

Berbekal komunikasi yang cukup handal. Prasetyo selalu terpanggil untuk

memberi pertolongan dan advokasi kepada para TKI terutama para TKW yang

nasibnya begitu mengenaskan di Saudi. Contohnya masalah ketidakadilan gaji

seorang TKW selama 2 tahun yang tidak dibayarkan oleh sang majikan.

Cita-citanya ingin menginjakkan kaki di dua tanah suci, Mekkah dan Madinah

kesampaian juga ketika usai lebaran Idul Fitri. Prasetyo dikasih hadiah umroh oleh

Muhammad yang baik hati. Umroh pertama itu sangat berkesan baginya. Muhammad

jualah yang memberinya ongkos untuk naik haji sebelum ia pulang ke tanah air.

Ketika Prasetyo hendak pulang ke tanah air, ia berkeinginan umroh lagi. Ketika itu

telah datang pengganti Prasetyo yang akan bekerja di maktabah yaitu Komarudin.

95
Alhasil umroh keduanya itu terwujud dan dibayari oleh Mubarok, kafilnya yang

kebetulan Mubarok meminta di do’akan agar ibunya segera sembuh. Umroh kedua

bersama Komarudin membuat Prasetyo terkesan karena puncak spiritualnya, ia alami

ketika melaksanakan beberapa kali umroh dan haji tersebut. Ia berada di pusaran

cahaya Ilahi yang langsung bisa merasakan kenikmatan-Nya yang luar biasa saat ia

bermesraan dengan Tuhan.

C. Karakteristik Novel “Pelukis Gurun Pasir, Petualangan Pekerja Seni di

Arab Saudi

1. Judul

Cerita ini berbentuk novel bernuansa Perjalanan Hidup Pekerja Seni di Arab

Saudi yang berjudul “Pelukis Gurun Pasir, Petualangan Pekerja Seni di Arab

Saudi”.

2. Pengarang

Novel ini merupakan karangan Fuad Abdurahman.

3. Kota Penerbit

Novel ini diterbitkan oleh Republika Penerbit, Jakarta.

4. Jumlah Halaman

Novel ini terdiri dari 410 halaman.

5. Latar Tempat

Cerita di dalam novel ini berlatar belakang tempat di 2 negara yaitu Indonesia

(Cianjur), dan Arab Saudi.

96
6. Tokoh yang berperan

a. Prasetyo

Prasetyo adalah pemeran utama laki-laki. Prasetyo adalah sosok tokoh

yang memiliki sifat saleh, hidupnya sederhana, tidak lalai dalam beribadah,

memiliki budi pekerti yang baik, patuh kepada orang tua, ikhlas, sabar, dan

menyakini serta menerima segala takdir Allah swt. bahwa Allah swt. telah

mengatur segala sesuatu yang terbaik kepada hambanya.

b. Ayah dan ibu prasetyo

Sosok yang tegas, sederhana, baik hati, penuh kasih sayang, jujur, serta

berhasil mendidik anaknya menjadi baik. Terlihat dari pesannya terhadap

prasetyo

“Nggak jadi PNS juga nggak apa-apa, jangan takut! Selama masih ada

ayah-ibumu, kamu tidak akan kelaparan, Pras!”163

Kata motivasi itu mencerminkan bagaimana sifat dan watak ayah dan ibu

Prasetyo yang baik, jujur, dan teguh pendirian (istiqomah di jalan Allah)

c. Daday

Daday adalah sahabat Prasetyo. Postur tubuhnya besar, mukanya bulat,

suka usil, paling nyebelin tapi pemberani diantara yang lain, dan belum

nikah.164

163
Abdurahman, op. cit., 2018, hlm. 3.
164
Ibid., hlm. 27.

97
d. Cepi

Cepi adalah sahabat Prasetyo. Orangnya baik, dan perhatian. Tinggi

badannya sama dengan prasetyo, agak kurus, dan belum menikah serta

paling jago ngaji karena lama mondok di pesantren.165

e. Misbah

Berpostur tinggi dan berjambang lebat, sikapnya cuek serta sudah

beristri.166 Meskipun sikapnya cuek tapi dia sosok yang baik.

f. Mubarok bin Abdul Aziz al-Hubaisyi

Mubarok adalah Kafil Prasetyo, Misbah, Cepi, dan Daday. Berbadan

kurun dan tidak berjanggut.167 Mubarok adalah sosok yang baik. Namun

tidak sebaik dan seperhatian kakaknya, Muhammad.

g. Muhammad

Seorang guru di Madrasah Mutawassithah Abu Musa al-Asy’ari. Kakak


168
dari mubarok. Muhammad agak gemuk dan sedikit berjanggut

Memiliki sifat yang baik hati, dermawan, perhatian, dan selalu menolong

dengan ikhlas tanpa mengharap imbalan apapun. Terlihat dari ia selalu

memberikan hadiah berupa buku-buku kepada Prasetyo serta

mengumrohkan, dan menghajikan Prasetyo.

h. Abdurahman

165
Ibid.
166
Ibid.
167
Ibid., hlm. 35.
168
Ibid.

98
Adik dari Muhammad dan Mubarok. Tubuhnya kurus dan tidak

berjanggut.169Memiliki sifat yang baik dan menghargai orang lain.

i. Aji

Aji adalah teman Prasetyo yang bekerja di seberang maktabah tidzkar.

Pemeran aji memiliki sifat baik, shaleh terlihat ia suka shalat di masjid

bareng Prasetyo.

j. Ibrahim Bin Saqr al-Qarni

Tokoh ibahim memiliki karakter baik hati, dan berwibawa. Terlihat dari

ucapannya:

“Jangan begitu Kawan,” tegasnya, “Aku menolongmu karena itu sudah


kewajibanku dan aku tidak minta imbalan apapun.”170
k. Hamd bin Imad al-Thuraiqi

Ia adalah teman ngajar Muhammad di MTs. Abu Musa al-Asy’ari. Dia

adalah seorang Hafiz dan menjadi imam masjid ‘Ikrimah ibn Abi

Jahl.171Dia sosok yang baik, ramah serta tekun beibadah (saleh)

l. Zaid

Zaid adalah seorang guru perempuan di salah satu sekolah di Zulfi. Ia

seorang yang sombong terlihat dari kalimat beliau:172

“gajiku dari sekolah lebih dari seribu riyal,” ujarnya bangga. Jadi, harga
segitu tidak menjadi masalah bagiku”.
Zaid ingin menunjukkan bahwa dia punya uang banyak. Lalu dia
memperlihatkan dompetnya yang memang tebal dengan uang”.
m. Abah Utsman dan istrinya
169
Ibid., 35
170
Ibid., hlm. 80
171
ibid., hlm. 102-103
172
Ibid., hlm. 158

99
Abah utsman adalah orang sunda asli tepatnya di Cililin Bandung. Istrinya

bekerja sebagai khadamah (pembantu rumah tangga) sedangkan Abah

Utsman bekerja sebagai sopir di majikan yang sama. Istri Abah Utsman

sosok yang baik sedangkan Abah Utsman sendiri punya watak yang keras

dan tidak menerima nasihat orang lain. Itu terlihat pada kutipan:173

“Suatu ketika dia dibangunkan untuk shalat Shubuh di Masjid yang dekat
rumahnya oleh imam masjid. Abah Utsman malah menghardik sang imam
dan hampir berkelahi. Ia tidak mau diganggu dan katanya itu melanggar
hak asasinya. Menurutnya, urusan shalat itu urusan dia sama Allah swt.,
jangan ada unsur paksaan dari orang ketiga.”
n. Sumiati

Suamiati adalah seorang TKW yang hanya lulusan SMP. Ia sosok yang

masih lugu, polos, serta tidak punya firasat buruk serta selalu berbaik

sangka kepada sang majikan.174

o. Baihaki

Baihaki adalah teman kerja sumiati. Ia adalah seorang sopir tempat

sumiati bekerja. Ia orang yang baik, suka menolong teman yang sedang

kesulitan. Terlihat dalam kutipan ketika ia meminta bantuan keadilan

untuk Sumiati:

Kang, ada masalah. Bisa bantu tidak?” Baihaki menelpon Prasetyo


Ini masalah gajinya yang tidak dibayar selama dua tahun” ujar Baihaki

p. Pak Oka

173
Ibid., hlm 182
174
Ibid., hlm. 210

100
Pak oka adalah orang Sunda asli asal Kuningan. Tinggi pak Oka sama

dengan Prasetyo, tapi tubuhnya lebih gempal, serta umurnya 15 tahun di

atas Prasetyo. Dia bekerja sebagai tukang setrika di sebuah laundry besar

di Zulfi.175 Pak Oka sosok yang pemberani dan tidak takut pada siapapun.

q. Mazhar dan Nadim

Mazhar dan keponakannya bernama Nadim adalah orang Pakistan.

Mereka b ekerja di laundry milik Mubarok. Mereka memiliki sifat yang

baik. Terlihat dari kutipan berikut:176

“Mashar dan Nadim sering menawari Prasetyo makan bersama.”


r. Nunik

Nunik adalah wanita tangguh dan hebat yang biasa mengerjakan pekerjaan

lelaki seperti mencakul, naik pohon kelapa atau naik atap rumah untuk

membetulkan genting yang bocor.177 Badannya tinggi kurus serta kulit

agak hitam namun ia memiliki sifat yang baik, penuh rasa syukur, dan taat

beribadah. Terlihat dari kutipannya berikut:178

“Hidup itu, bagaimana pun keadaannya, tetap wajib kita syukuri, Pras!”
ujar Nunik kepada Prasetyo.”
s. Komarudin

Komarudin adalah orang yang menggantikan Prasetyo bekerja di

maktabah Tidzkar. Ia adalah keluaran Pesantren.179 Komar adalah orang

yang baik.
175
Ibid., hlm. 337
176
Ibid., hlm. 343
177
Ibid., hlm. 258
178
Ibid., hlm. 259
179
Ibid., hlm. 391

101
t. Kang Didin

Kang Didin adalah tetangga dari kampung Prasetyo, Selaeurih. Kang didin

bekerja sebagai kasir di pusat perbelanjaan bernama suq Abu ‘Unuq.180 Ia

orang yang ramah, dan baik.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

180
Ibid., hlm. 395

102
Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Novel Pelukis Gurun Pasir,

Petualangan Pekerja Seni Di Arab Saudi Karya Fuad Abdurahman

Nilai-nilai pendidikan Akhlak dalam novel Pelukis Gurun Pasir karya Fuad

Abdurahman terurai dan tergambar dengan utuh. Terdapat percakapan antar

pemain, tanggapan, reaksi, serta jawaban para pemeran. Semuanya terurai dalam

tulisan isi di novel tersebut.

Tiap paragraf dan kalimat merupakan himpunan pikiran yang dituangkan oleh

penulis. Intrepretasi berlainan pun akan mewarnai yang otomatis amanatnya pun

akan berlainan. Oleh sebab itu, paragraf dan kalimat yang jelas akan memudahkan

pembaca serta amanat yang disampaikan pun dapat dipahami pembaca dengan

mudah. Agar mampu mendapatkan nasihat dari jabaran kisah maka dalam skripsi

ini penulis akan menyampaikannya dalam bentuk potongan paragraf atau kalimat.

Adapun penguraian nilai-nilai pendidikan akhlak dalam novel Pelukis Gurun

Pasir karangan Fuad Abdurahman akan penulis paparkan sebagai berikut:

103
91

1. Akhlak terhadap Allah swt.

Dalam ajaran Islam, aspek terpenting ialah tauhidiah. Sejalan dengan

ajaran yang dibawa Rasulullah saw. dalam tugas dakwahnya. Dengan begitu

dasar keberagaman Islam adalah tauhidiah. Dalam arti mengEsakan Allah swt.

inilah yang menjadi syarat utama seorang muslim yaitu bersyahadat.

Sebagai manusia seharusnya mampu berakhlak terpuji terhadap Allah

swt., karena hanya Allah lah yang patut kita sembah. Sebagai wujud

terimakasih dan penghambaan atas kesempurnaan fisik dan akal. Akhlak

kepada Allah dapat dilakukan dengan memujinya sebagai satu-satunya yang

maha segalanya. Oleh sebab itu, kita sebagai manusia yang mempunyai cara-

cara untuk mendekatkan diri kepada sang Pencipta181

Menurut Moh. Ardani, setidaknya ada empat alasan mengapa manusia

perlu berakhlak kepada Allah swt. yakni:182

a. Karena Allah telah menciptakan manusia,

b. Karena Allah telah memberikan perlengkapan panca indera dan anggota

badan kepada manusia,

c. Karena Allah telah menyediakan berbagai sarana hidup bagi manusia,

d. Karena Allah telah memberi kemampuan kepada manusia untuk

mengelola alam.

181
Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2007),
hlm. 200
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf: Nilai-Nilai Akhlak/Budi Pekerti Dalam Ibadat dan
182

Tasawuf, (Jakarta: Karya Mulia, 2005), hlm. 66-67


92

Dalam novel Pelukis Gurun Pasir terdapat cara-cara seorang hamba

untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. yaitu sebagai berikut:

a. Bersikap Takut (Al-Khauf)

Dalam novel Pelukis Gurun Pasir, Fuad Abdurahman mengemukakan

Prasetyo yang taat kepada-Nya. Ketika di Cianjur, Prasetyo merasa sangat

takut imannya akan luntur, untuk itu ia tidak henti-hentinya berdo’a agar

Allah memelihara imannya, tertera dalam petikan berikut:

“Ada kejadian menarik dan lucu, ketika aku mendaftar CPNS. Tahun
2000 silam, Kabupaten Cianjur memerlukan seorang guru Bahasa
Arab. Aku yang sudah siaap mendaftar di Depag, ditolak mentah-
mentaholeh panitia penerimaan tes. Ternyata jatah untuk guru Bahasa
Arab itu sudah diisi oleh teman kuliahku sendiri, seorang perempuan.
Dia punya channel di Depag dan sudah menyerahkan sejumlah
uang.183

“Aku masih bersabar dengan kondisi seperti ini,sambil berharap ada


keajiban dalam hidupku, dengan terus mempertahankan sikap
istiqomah dalam kejujuran. Semakin aku mempertahankan
keyakinanku itu maka semakin pula godaan dan rayuan menggodaku
dalam bentuk yang kian banyak. Contohnya suatu ketika aku didatangi
seseorang yang ntah darimana tahu tentang diriku dan ia menyodorkan
sebuah SK jadi yang hanya tinggal mengisi dataku saja kemudian
otomatis jadi PNS. Dia hanya minta uang pengganti 5 juta. Aku
tertegun sejenak, tidak percaya begitu saja. Kemudian saya
merundingkan hal tersebut ke keluarga saya. Pro dan kontra sempat
mewarnai rembungan keluarga. Namun, aku sudah mantap tidak akan
mengambil kesempatan itu. Bukan masalah uang, tapi lebih kepada
keberkahan hidup nanti di masa depan. Hatiku benar-benar mantap
usai istikharah dan hasil itu tidak baik dan sangat merugikan dunia
akhirat.”184
Ketidakjujuran dalam melakukan tes CPNS, Prasetyo takut

terpengaruh dan terpedaya dengan bujukan orang. Ia merasa hanya Allah


183
Fuad Abdurahman., hlm. 3-4
184
Fuad Abdurahman., hlm. 7-9
93

yang bisa menolong dan merawat keimanannya dari kesesatan itu. Untuk

itu ia selalu memohon agar Allah senantiasa mengukuhkan hatinya pada

keimanan dan ketakwaan. Untungnya ia mendapat dukungan dari orang

tuanya untuk menegakkan kejujuran. Hal tersebut merupakan akhlak

kepada Allah swt. yakni selalu merasa takut.

b. Taat

Adapun kutipan dalam novel Pelukis Gurun Pasir yang mengandung

pesan tentang kewajiban menjalankan ibadah shalat yaitu sebagai berikut

Seperti biasa, sebelum berangkat kerja sore hari, aku suka


shalat berjamaah di masjid yang dekat dengan maktabah.185
Usai shalat Isya, aku duduk menunggu shalat tarawih berjamaah di
masjid. Aku ingin merasakan bagaimana suasana shalat tarawih di
Zulfi.186
Usai shalat Maghrib, aku dan Aji kembali melaksanakan tawaf
dengan khusyu’. Usai shalat Isya’ kami naik ke lantai tiga
masjidilharam. Begitu indah ka’bah dilihat dari lantai tiga, lantai
teratas pada waktu itu.187
Usai adzan Dzuhur, kami bergegas tiba di Madinah. Kami
bergegas mengambil air wudhu untuk bisa shalat berjamaah di Masji
Nabawi, Aku tidak bisa berkata apa-apa ketika melihat keindahan
masjid Nabawi. Sungguh sangat indah dan menawan dengan semua
ornamen yang luar biasa, yakni kubah hijau yang berdiri kokoh di atas
masjid.188
Pada kutipan di atas, terlihat begitu taatnya Prasetyo dalam

melaksanakan shalat lima waktu. Ia tidak ingin terlewatkan dimana pun ia

harus tetap menunaikan shalat. Perintah sholat disampaikan secara

langsung oleh Allah swt. kepada Rasulullah. Ini mengisyaratkan betapa

185
Fuad Abdurahman., hlm. 90
186
Fuad Abdurahman., hlm. 94
187
Fuad Abdurahman., hlm. 142
188
Fuad Abdurahman., hlm. 147
94

pentingnya ibadah shalat. Bahkan orang yang sedang sakit pun diharuskan

untuk melaksanakannya dengan cara-cara tertentu, karena salat merupakan

tiang agama.

Allah swt. berfirman dalam surat Thoha ayat 132:

       


       
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan
Bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. kami tidak meminta rezki
kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang
baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.
c. Tawakkal

Tawakkal ialah percaya dengan sepenuh hati kepada Allah swt.dan

pasrah diri kepada kehendak Allah swt. Tawakkal berkaitan dengan

ketetapan Tuhan, ridha, usaha, sabar dan harapan.189 Allah swt. berfirman:

          
       
        
      
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut
terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu
ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila
kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-
Nya.”190

Sebagai halnya tergambar pada percakapan berikut:


“Ya Allah, selamatkanlah aku dari pemuda bajingan ini, do’aku
berulang-ulang. Dalam keadaan seperti dan tiada seorang pun yang
bisa dimintai tolong, aku pasrahkan semuanya kepada Allah Yang

189
Rosihon Anwar. Op.Cit, hlm. 220
190
Departemen Agama RI, Op.Cit, hlm. 71
95

Maha Gagah dan Perkasa. Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan
pertolongan Allah semata.”191
“Sepuluh menit pekerjaanku rampung. Aku pun beres-beres dan siap
mau pulang. Tapi, alangkah kagetnya ketika mau naik sepeda yang ku
parkir di seberang toko dan ku gembok pada tiang besi, aku melihat di
ujung jalan sudah ada mobil jip polisi yang rupaya sedari tadi
mengintaiku.mereka turun dari mobil, tidak bicara, dan langsung
menamparku, memborgol kedua tanganku, lalu membawaku ke kantor
polisi dengan mobilnya.192 Karena tidak ada jaminan, aku pun
dijebloskan ke penjara sementara yang mirip pos penjagaan berukuran
2x3 m, sambil menunggu proses selanjutnya.”
“Usai sholat, kuhadapkan jiwa ragaku pada Yang Mahakuasa,
memohon pertolongan-Nya.seketika ku ingat satu amalan do’a yang
pernah diajarkan kiaiku di pesantren dulu:
“Allahummalthuf bi fi taisiri kulli ‘asirin, fainna taisira kulli ‘asirin
‘alaika yasirun, waasalukal yusra wal mu’afata fid dunya wal akhirah
(Ya Allah, lembutkanlah untukku dalam memudahkan setiap yang
sulit bagi-Mu itu gampang sekali. Aku juga memohon kepada-Mu
kemudahan dan keselamatan di dunia dan akhirat).”193
Pada kutipan di atas, terlihat begitu tawakkalnya Prasetyo dalam

menghadapi ulah penduduk Saudi yang ingin berbuat tidak baik

kepadanya. Prasetyo melawan dan mencoba melarikan diri dari terpaan

srigala buas itu, disertai dengan memohon bantuan kepada Allah agar

terbebas dari kejaran manusia itu. Disitu terlihat sikap Prasetyo yang

menyerahkan sepenuhnya kepada Allah swt. atas musibah yang

diterimanya itu, sehingga tak henti-hentinya Prasetyo berdo’a, ikhtiar, dan

mempasrahkan kepada Allah. Ia yakin hanya Allah sajalah yang bisa

membantunya dalam menyelesaikannya.

191
Fuad Abdurahman., hlm.56
192
Fuad Abdurahman., hlm. 73
193
Fuad Abdurahman., hlm. 76
96

d. Syukur
Syukur yaitu rasa terima kasih kepada Allah swt. dengan pernyataan

lega, dan senang seperti mengaku dalam hati, melafalkan dengan lisan, dan

melaksanakannya dengan ketaatan kepada-Nya. Jadi, syukur itu berkaitan

dengan hati, lisan, dan anggota badan. Allah swt. berfirman:

        


   
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat
pedih”(Q.S. Ibrahim: 7)

e. Ikhlas
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ikhlas diartikan sebagai “tulus hati

(dengan hati yang bersih dan jujur).194 Menurut Moh. Ardani, ikhlas adalah

sikap yang menjauhkan diri dari riya’ ketika mengerjakan amal baik.195

Konsep ikhlas dapat dilihat dalam Al-Qur’an antara lain di surah al-Bayyinah

ayat 5.

       


      
  
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus,
dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang
demikian Itulah agama yang lurus “
Dalam novel Pelukis Gurun Pasir, Fuad Abdurahman banyak

menampilkan konsep pendidikan akhlak tentang ikhlas. Sebagai gambaran

194
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia., hlm. 572
195
Moh. Ardian, Akhlak Tasawuf., hlm. 70
97

berikut penulis tampilkan bagian dalam novel tersebut yang mengandung

konsep pendidikan akhlak tentang ikhlas.

“Suatu ketika, dua bulan setelah kepergian Kang Ajat ke Indonesia,


aku mendorong kursi roda majikan Kang Ajat beberapa menit sebelum
adzan berkumandang. Usai berada di masjid, ternyata dia menyuruhku
untuk adzan. Padahal selama ini, dia yang selalu melakukannya,
karena itu adalah profesi yang ditekuninya sejak dulu. Ia menyuruhku
adzan pagi itu dengan alasan sedang sakit tenggorokan.
Aku tidak menyangka sama sekali akan ada tanggapan dari para
penghuni tetangga masjid di sini. Tapi kalau tanggapan itu bagus,
syukur berarti adzanku diterima oleh warga sekitar.
Keluarga majikan sangat mengapresiasi dan berterima kasih kepadaku
yang telah mau menggantikan adzan shubuh. Sebagai imbalannya.
Aku dikasih uang seratus riyal. Tentu saja aku menolaknya, karena
kupikir itu sudah menjadi tugasku dan kulakukan ikhlas lillahi
ta’ala.”196
“Suatu saat, ketika aku kembali dari masjidilharam menuju Mina,
kutemukan seorang kakek yang tersesat. Kulihat dari wajah dan
pakaiannya, apalagi beliau berpeci terlihat Indonesia banget.
Dari mana Bapak berasal?” tanyaku untuk menyakinkan
Aku nang Jawa Timur,” jawabnya.
Bapak maktab piro?”
Bapak itu tidak menjawab, tapi memperlihatkan name tag yang
tergantung di lehernya. Kulihat tanda pengenal itu, ternyata Bapak itu
berasal dari maktab Kuputuskan untuk mengantarnya sampai ke
maktab 24.
Akhirnya, setelah mencari ke sana-kemari, ketemu juga maktab 24
dari Jawa Timur. Tentu saja Bapak itu sangat gembira bisa kembali ke
maktabnya. Sewaktu mau pulang, si Bapak itu mau memberiku uang,
tapi kutolak dengan halus. Tidak usah, Pak! Aku ikhlas karena Allah.
Uang itu Bapak simpan saja buat oleh-oleh keluarga di Indonesia. Aku
sudah dua tahun tinggal di Saudi dan masih punya uang.”197
Pada kutipan di atas terlihat sikap keikhlasan Prasetyo dalam bekerja

dan menolong orang. Prasetyo tidak ingin menerima imbalan jikalau itu

masalah kewajiban seperti mengumandangkan adzan tersebut, serta

196
Fuad Abdurahman., hlm. 252
197
Fuad Abdurahman., hlm. 382-383
98

tampak pula sikap Prasetyo yang ikhlas membantu orang yang kesulitan

yaitu menolong kakek yang sedang tersesat. Sikap tersebut harus

diterapkan, ditiru serta dimiliki oleh anak muda zaman sekarang.

f. Salawat

Yang dimaksud dengan salawat dalam poin ini ialah akhlak memuliakan

Nabi Muhammad saw. dengan membacakan do’a kepadanya dan kepada

keluarga serta sahabatnya.

“Ya Rabb, aku yakin kau pasti mendengar dan mengabulkan do’a-
do’aku yang diangkat oleh sayap-sayap Malaikat-Mu lalu
dipersembahkan ke hadirat-Mu...
“Allahummalthuf bi fi taisiri kulli ‘asirin, fainna taisira kulli ‘asirin
‘alaika yasirun, waasalukal yusra wal mu’afata fid dunya wal akhirah
(Ya Allah, lembutkanlah untukku dalam memudahkan setiap yang
sulit bagi-Mu itu gampang sekali. Aku juga memohon kepada-Mu
kemudahan dan keselamatan di dunia dan akhirat).198
Do’a ini kuulang-ulang terus diselingi dengan salawat, “Ashsholatu
was salamu ‘alaika wa ‘ala alika ya sayyidi ya Rasulallah, aghitsni
sari’an bi’izzatillah” (Shalawat serta salam semoga tercurah
kepadamu, wahai junjunganku, wahai Rasulullah. Tolonglah aku
secepatnya dengan keagungan dan kemuliaan Allah swt.)”199
Dari kutipan dapat dipahami bahwa pemeran Prasetyo sedang berdo’a

memohon bantuan dan pertolongan kepada Allah swt. ketika ia berada di dalam

sel penjara di Zulfi dan bersalawat kepada Nabi Muhammad saw. Hal itu

dilakukan agar ia mendapat kekuatan untuk menghadapi cobaan yang

menimpanya itu. Dengan mengulang-ulangi salawat-salawat di atas agar hati

198
Fuad Abdurahman., hlm. 76
199
Fuad Abdurahman., hlm. 77
99

Prasetyo menjadi tenang dan segera mendapat pertolongan yang dikirimkan oleh

Allah dalam membantunya menyelesaikan masalahnya itu.


2. Akhlak terhadap diri sendiri

Akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri

pribadinya baik jasmani ataupun rohani. Manusia dapat diperbaiki akhlaknya

dengan menghilangkan akhlak-akhlak tercela. Di sinilah terletak tujuan pokok

agama yakni mengajarkan dan menawarkan sejumlah nilai moral atau akhlak

mulia agar mmereka menjadi baik dan bahagia dengan melatih diri untuk

melakukan hal terbaik.200 Adapun contoh akhlak terhadap diri sendiri, sebagai

berikut: memelihara kesucian diri, rendah hati, ikhlas, sabar, jujur, malu

melakukan perbuatan jahat, menjauhi dengki, menjauhi dendam, adil terhadap diri

sendiri dan orang lain, dan menjauhi perbuatan dan perkataan yang sia-sia. 201

Seperti yang di jelaskan dalam firman Allah Q.S Al-Jatsiyah (45): 15 yaitu:202

          


  
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, Maka itu adalah untuk dirinya
sendiri, dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, Maka itu akan menimpa
dirinya sendiri, Kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan”.
Jadi, dari penjelasan di atas serta ayat di atas dapat disimpulkan bahwa

akhlak terhadap diri sendiri merupakan sikap seseorang terhadap diri pribadinya.

Sikap tersebut harus berdasarkan akhlak yang baik dan menjauhkan diri dari

akhlak yang buruk. Manusia akan menerima apa yang ia perbuatnya, apabila

dirinya berbuat kepada hal-hal yang baik terhadap dirinya sendiri, sebaliknya

200
Teguh, Moral Islam Dan Moral Jawa, (Jember: CSS Jember, 2008), hlm. 4
201
Muhammad Daus Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm. 209-
210
202
Departemen Agama RI, Op.Cit., hlm. 500

117
apabila ia berbuat kepada hal-hal yang buruk maka hal buruk itu jugalah yang

akan menimpa dirinya sesuai dengan apa yang diperbuatnya.

Akhlak buruk terhadap diri sendiri bisa bersifat fisik maupun jiwa. Fisik

misalnya melakukan hal-hal yang membuat tubuh menjadi sakit, contohnya

begadang, merokok, dan sebagainya. Sedangkan jiwa misalnya iri, dengki,

munafik, dan sombong. Sedangkan akhlak baik terhadap diri sendiri yang bersifat

fisik misalnya melakukan hal-hal yang menyehatkan tubuh contonya berolahraga,

shalat, dan puasa. Sedangkan jiwa misalnya berbuat baik, tidak sombong, ramah,

suka menolong, dan sebagainya. Dalam novel “Pelukis Gurun Pasir, Petualangan

Pekerja Seni di Arab Saudi” terdapat pesan tentang akhlak terhadap tetangga

dalam sebuah kutipan sebagai berikut:

a. Kerja Keras

Kesejahteraan lahir dan batin dapat diperoleh bukan hanya dengan

terpenuhninya kebutuhan spiritual melainkan juga dengan tersedianya sarana

kebutuhan primer yang bersifat kebendaan, berupa sandang, pangan, dan

tempat tinggal. Kebutuhan primer tersebut hanya terpenuhi dengan berusaha

dan giat bekerja mencari nafkah, seraya tahan uji menghadapi berbagai

godaan. Siapa ingin sejahtera harus rajin bekerja, membuang kemaluan dan

tabah menghadapi ujian.

Telah dimaklumi bahwa untuk mencari nafkah adalah tugas hidup setiap

orang. Dengan kata lain, bekerja keras ialah jalan untuk memperoleh nafkah.

118
Bahkan hanya dengan bekerja seseorang akan meraih pangkat, harta, dan

kepintaran.

Konsep kerja keras dapat dilihat dalam al-Qur’an, antara lain di surat an-

Nahl: 93

        


        

“Dan kalau Allah menghendaki, niscaya dia menjadikan kamu satu umat
(saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi
petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Sesungguhnya kamu akan
ditanya tentang apa yang Telah kamu kerjakan.” (Q.S. An-Nahl: 93)
Dalam novel Pelukis Gurun Pasir, Fuad Abdurahman banyak

menampilkan konsep pendidikan akhlak tentang kerja keras. Sebagai

gambaran, berikut penulis tampilkan bagian dalam novel tersebut yang

mengandung konsep pendidikan akhlak tentang kerja keras.

“Suatu hari dimusim peralihan dari musim panas ke musim dingin,


aku mendapat surat dari Indonesia, keluargaku meminta bantuan untuk
mengirim sejumlah uang yang cukup besar untuk pengobatan salah
seorang kerabatku yang akan dioperasi di RS. Aku berjanji akan
memberi bantuan dalam tiga bulan ke depan. Kini, aku harus memutar
otak agar mendapat uang lebih dari gaji yang selama ini kuterima,
yaitu seribu riyal. Tuhan masih memerhatikan keresahanku ini suatu
sore, aku shalat Asshar di masjid yang baru direnovasi tidak jauh dari
rumah kontrakanku”203
“Jika dihitung-hitung, kini dalam sebulan aku bisa mengumpulkan
uang 1600 riyal. Di Zulfi sendiri, aku cukup hidup dengan uang 200
riyal per bulan, jadi masih banyak sisanya. Dan biasanya aku
mentransfer uang ke tanah air tiga bulan sekali.
Tapi, aku masih berharap ada tambahan pemasukan dari sektorlainnya,
mengingat aku butuh uang banyak untuk biaya operasi di Indonesia
yang cukup mahal. Coba kalau seperti di Saudi, biaya pengobatan di
RS tidaklah mahal, kecuali kalau berobat ke dokter-dokter. Aku harus
memutar otak lagi dalam mencari tambahan biaya tersebut.”204
203
Fuad Abdurahman., hlm. 229
204
Fuad Abdurahman., hlm. 239

119
Tiba-tiba Kang Ajat berkata padaku, “Begini Pras, dua minggu lagi
kami mau pulang dulu ke Indonesia, tapi nanti balik lagi ke Zulfi.
Rencananya, kami mau tinggal di indonesia selama lima bulan karena
mau memperbaiki rumah dulu. Nah majikan kami memintaku untuk
mencari orang yang mau mendorong kursi rodanya ke masjid setiap
waktu shalat fardhu. Kira-kira, kamu mau tidak menggantikanku
selama enam bulan ke depan? Tapi jangan sampai mengganggu
pekerjaanmu yang sekarang”.205
Pada bagian ini Fuad Abdurahman menggambarkan tokoh Prasetyo yang

sedang bekerja keras mencari pekerjaan sampingan untuk menambah

pemasukan guna membatu operasi kerabatnya. Dari gambaran tersebut, Fuad

Abdurahman berusaha menyampaikan pesan pendidikan akhlak kepada

pembaca bahwa kerja keras adalah kewajiban yang harus dilakukan jika

seseorang ingin berhasil. Tanpa kerja keras maka keberhasilan mustahil akan

datang dengan sendirinya.

b. Cita-Cita Tinggi

Cita-cita ialah ketetapan hati untuk menggapai maksud dengan sangat

memperhatikan maksud tersebut. Cita-cita setiap orang iu berdasarkan kadar

kedudukannya. Dalam pandangan al-Ghazali, seseorang akan sangat

ditentukan oleh cita-citanya. Ia mencontohkan orang yang memiliki

kedudukan atau pekerjaan rendah, karena memiliki cita-cita yang rendah.

Begitu pula orang yang memiliki kedudukan atau derajat tinggi, karena

memiliki cita-cita yang tinggi pula. Semua itu karena cita-cita yang tertanam

205
Fuad Abdurahman., hlm. 243

120
dalam hati sangat menentukan kesungguhan seseorang dalam meraih tujuan

hidup.206

Konsep cita-cita ini cukup jelas dipaparkan dalam al-Qur’an yakni:

       


           
          
       
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di
muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah[767].
Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merobah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (Q.S
ar-Rad: 11)
Dalam novel Pelukis Gurun Pasir, Fuad Abdurahman menampilkan

konsep pendidikan akhlak terhadap diri sendiri, terutama tentang cita-cita

yang tinggi.

“Akhir-akhir ini, perasaan ingin menginjakkan kaki di tanah suci


kembali menguat. Hal ini mungkin dipicu oleh kawan-kawanku para
kaligrafer Cianjur yang telah magang di Arab Saudi. Satu per satu
mereka pergi ke sana untuk bekerja sebagai kaligrafer. Sedangkan
bagiku, bukan ingin sengaja bekerja di sana, tapi ingin menunaikan
ibadah haji ke tanah suci, titik.”207
Cita-cita ingin menginjakkan kaki di tanah suci akhirnya kesampaian
juga. Prediksi Sang Kiai mumpuni, do’a kedua orangtuaku, serta tekad
yang begitu menggebu dalam diriku telah mengantarkan diri ini
mewujudkan mimpi itu. Dan hari ini, aku beserta temanku, Aji akan
menghabiskan waktu seharian penuh di tanah suci Makkah.208
Pada bagian ini tokoh Prasetyo bercita-cita yang tinggi yaitu umroh dan

haji. Namun, kalau dilihat dari penghasilan awalny yaitu mengajar. Hal

tersebut mustahil akan tercapai. Alhasil akhirnya ia bertekad menjadi TKI


206
Imam al-Ghazali, Risalah-Risalah al-Ghazali, Terj. dari Majmu’ah Rasa’il al-Imam al-
Ghazali oleh Irwan Kurniawan, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1997), hlm. 240
207
Fuad Abdurahman., hlm. 17
208
Fuad Abdurahman., hlm. 137

121
demi meraih cita-citanya itu. Alhamdulillah cita-cita itupun tercapai setelah ia

bekerja di Zulfi.

c. Giat Belajar

Giat belajar merupakan bentuk konkret dari rasa syukur terhadap segala

nikmat Allah. Ini merupakan konsekuensi logis dari rasa tanggungjawab

sebagai makhluk yang mendapat gelar khalifah Allah di muka bumi. Dengan

giat belajar, seseorang sesungguhnya telah meneladani karakter Nabi Adam

dalam masa pertama penciptaan manusia. Sebab Allah telah mengajarkan

Nabi Adam berbagai ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi

kehidupan di dunia.

Konsep giat belajar ini dapat dikaji dari berbagai ayat al-Qur’an, salah

satunya adalah:

       


        
       
       
“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-
lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. “ (Q.S. Al-
Mujadilah:11)
Dalam novel Pelukis Gurun Pasir, tampak bahwa Fuad Abdurahman

banyak menampilkan konsep pendidikan akhlak tentang giat belajar, sebagai

gambaran, berikut penulis tampilkan bagian dalam novel tersebut yang

termasuk pendidikan akhlak tentang giat belajar.

122
“Usai Baihaki pulang, aku berkutat dengan buku-buku kisah para
sahabat Nabi, mencari sebuah kisah yang relevan dengan kasus ini,
untuk dijadikan referensi dalam pertemuan dengan majikan Sumiati
nanti. Menghadapi orang Arab yang bohong tidak ampuh dengan dalil
al-Qur’an atau hadits, melainkan dengan sedikit sentuhan cerita para
sahabat yang benar-benar menyentuh hatinya.”209
“.....Muhammad selalu memberiku majalah Al-Bayyan setiap
bulannya, karena dia tahu aku punya hobi membaca. Ia sangat senang
kalau kuajak berdiskusi tentang masalah-masalah aktual yang sedang
terjadi, baik di Saudi atau di Indonesia.210
Buku-buku yang kukumpulkan sudah menumpuk. Kebanyakan buku-
buku itu pemberian Muhammad. Sebagian lagi kubeli di maktabah dan
toko buku lainnya. Semuanya sudah kubaca. Aku punya jadwal khusus
sebelum tidur untuk membaca buku. Bahkan, jika nanti pulang ke
Indonesia, aku sudah punya rencana akan membuka perpustakaan
umum atau taman bacaan untuk masyarakat.211
Pada bagian ini Prasetyo yang gigih dalam belajar membaca. Hal ini

terbukti dengan buku-buku yang telah dikumpulkannya dan dibacanya. Selain

itu, semangat belajar pula yang membuatnya tidak pernah bosan membaca.

Semangat belajar sebagaimana yang ditunjukkan tokoh Prasetyo sangat perlu

untuk terus dikembangkan di kalangan peserta didik. Sebab tanpa semangat

belajar yang tinggi, sukar untuk bisa meraih prestasi gemilang.

d. Disiplin

Disiplin secara sederhana merupakan sikap patuh dan tepat waktu, dari

jadwal dan ketentuan yang berlaku. Sikap disiplin ini memiliki keterkaitan

dengan waktu kepemimpinan dan tangggung jawab. Seseorang yang terbiasa

disiplin, cenderung akan lebih mudah dalam mengatur waktu dan program.

209
Fuad Abdurahman., hlm. 212
210
Fuad Abdurahman., hlm. 310
211
Fuad Abdurahman., hlm. 315

123
Target atau tujuan yang sudah ditancap akan lebih mudah tercapai secara

optimal.

Konsep disiplin ini dapat dikaji dalam banyak ayat al-Qur’an yakin:

     


          
Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan
berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang demikian itu
adalah lebih baik bagimu, jika kamu Mengetahui.”(Q.S. At-Taubah: 41)212
Dalam novel Pelukis Gurun Pasir, tampak bahwa Fuad Abdurahman

banyak menampilkan konsep pendidikan akhlak terhadap diri sendiri terutama

tentang disiplin. Sebagai gambaran, penulis tampilkan bagian dalam novel

tersebut tentang pendidikan akhlak yaitu tentang disiplin.

“Di Zulfi, aku jarang menonton sepak bola. Pasalnya, aku dihadapkan
dengan kesibukan di maktabah setiap harinya yang padat, apalagi di
musim sekolah. Hanya pada waktu-waktu luang aku bisa melihatnya
di tv, itu pun bukan siaran langsubg tapi beritanya saja.
Pada kutipan di atas, terlihat bahwa kehidupan Prasetyo yang disiplin

dengan segala kesibukan kegiatannya per hari. Mulai dari pekerjaannya di

maktabah, pekerjaan sampingannya, hingga dia tidak ada waktu untuk

menyaksikan kesukaannya yaitu menonton sepak bola.

e. Berani

Prasetyo yang digambarkan oleh Fuad Abdurahman juga memiliki sifat

berani dan kuat. Dalam islam sifat berani dan kuat merupakan salah satu

akhlak yang harus dimiliki oleh seorang muslim. Berani di sini adalah berani

212
Departemen Agama RI, Op.Cit., hlm. 194

124
dalam mengemukakan pendapat dan bertanya kepada imam besar seperti pada

kutipan di bawah ini:

“Ketika ramai-ramainya masalah Irhab dan Koran Jylland Posten di


Denmark yang memuat kartun yang menghina Nabi Muhammad saw.
Seakan berlomba, semua guru dan siswa di Saudi menentang masalah
teroris dan kartun yang menghina Baginda Nabi. Mereka menuangkan
kekesalannya lewat media lukis atau yang lainnya, dan maktabah kami
kebanjiran order lukisan jenis itu. Jika di Indonesia umat Islam
berdemonstrasi turun ke jalan-jalan di berbagai kota besar dan orasi di
depan kedutaan besar Denmark di Jakarta untuk menentang kartun
bodoh tersebut, maka di Saudi tidak ada demonstrasi, apalagi orasi di
Kedubes asing di Riyadh.”213
“Bahkan saudara-saudara kami di Indonesia mengutuk para teroris
internasional yang banyak membunuh umat Islam seperti di Palestina,
Irak, dan yang lainnya,” terangku. Dan mengapa negara anda tidak
mengutuk penyerangan Israel ke Palestina dan membela saudara-
saudara kita disana? Alih-alih membantu malah diam dan taat pada
mereka dan konco-konconya.”
Si pemuda itu diam tak berkutik, dan malah melihat ke sekeliling,
seperti takut ketahuan oleh seseorang. Dia lalu mengajakku ke pojok
ruangan dan berbisik kepadaku, “ya akhi, aku setuju dengan
pendapatmu, tapi disini bahaya berbicara seperti itu, bisa ditangkap!”
Aku mengerti dan paham dengan yang dia ucapkan, karena aku juga
pernah berdialog dengan salah seorang imam dan khatib Jum’at di
Zulfi.
“Ya Syaikh, aku dengar semua imam di Saudi ini digaji oleh
pemerintah,” tanyaku saat itu.
“Bala...” ujarnya singkat.
Kalau boleh tahu berapa besaran gaji sekali jadi imam dan khatib
Jum’at? “ selidikku.
Kalau aku lima ratus riyal, tapi tergantung masjid jami’nya. Itu sekali
naik mimbar Jum’at, kalau imam harian di masjid-masjid beda lagi.”
Dan orang-orangnya sudah ditentukan oleh pihak pemerintah?”
lanjutku.
Ya jelas, dan harus lolos seleksi serta mengikuti aturan mainnya.”214
Maksud aturan mainnya, bagaimana?” aku masih tidak mengerti.

213
Fuad Abdurahman., hlm. 183-184
214
Fuad Abdurahman., hlm. 185

125
Iya, aturan yang harus dijalankan oleh seorang khatib Jum’at, seperti
jangan berbicara masalah politik, menentang kebijakan kerajaan, dan
yang lainnya,” jelas dia.
Aku manggut-manggut dan kini menjadi paham.
Pantas sekali, isi materi khutbah Anda, ya Syaikh, hanya berkutat pada
masalah ubudiyah saja setiap Jum’at, dan bagiku itu membosankan”
tanggapanku. Lalu, kalau misalnya seorang khatib berbicara masalah
politik ketika khutbah, apa akibat yang akan diterimanya?” tanyaku
lebih lanjut, penasaran.
Sang Syaikh tersenyum dan menjawab, “Saya pastikan sebelum dia
pulang ke rumah dia sudah diborgololeh pihak berwajib.”
Oh my God, ternyata situasi di Saudi sama seperti pada zaman rezim
Soeharto di Indonesia, kata hatiku. Seungguh jauh sekali dari nilai-
nilai kekhalifahan pada zaman para sahabat Rasul dahulu.215
Kutipan di atas menceritakan tentang Prasetyo yang terang-terangan

bertanya kepada penduduk Saudi tentang masalah yang menghina Rasulullah,

masalah Israel dan Palestina. Serta Prasetyo dengan beraninya bertanya

kepada salah satu Syaikh yang bertugas khutbah Jum’at. Prasetyo

mempertanyakan tentang isi materi yang disampaikan dan terang-terangan

mengucapkan bahwa isi materi yang disampaikan di setiap khutbah Jum’at itu

membosankan. Nilai akhlak berani sangat penting untuk dimiliki setiap

muslim. Sebagai umat muslim harus berani mengemukakan pendapat atau

tanggapannya kalau apa yang dikemukakannya itu benar.

3. Akhlak terhadap sesama manusia

Akhlak kepada sesama manusia yaitu harus berbuat baik kepada

sesama manusia tanpa memandang kepada siapa orang tersebut sehingga kita

bisa hidup bermasyarakat aman, dan tentram. Manusia merupakan makhluk

yang membutuhkan satu sama lain apabila dalam bermasyarakat diperlukan


215
Fuad Abdurahman., hlm. 186

126
saling menghargai, misalnya cara bersikap kepada orang yang lebih tua. Itulah

mengapa akhlak menjadi sangat penting bagi sesama manusia, karena dengan

akhlak kita akan saling menghargai dan terciptanya ketentraman. Contoh

akhlak terhadap sesama manusia sebagai berikut:

a. Tolong menolong

Konsep tolong menolong menjadi salah satu ajaran Islam. Dalam al-

Qur’an banyak ayat yang menganjurkan manusia untuk saling menolong.

Salah satunya adalah ayat berikut ini:


         
 
“.......dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan
dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran...” (Q.S. Al-Ma’idah: 2)
Adapun kutipan dalam novel Pelukis Gurun Pasir tentang tolong

menolong yaitu sebagai berikut:

“Aku pamit kepada si Bapak pengemis itu dan berterima kasih


kepadanya karena mau berbagi pengalaman denganku. Aku berjanji
padanya akan mengusahakan agar dia mendapat tunjangan dari pihak
pemerintah Saudi. Dia mengucapkan beribu-ribu terimakasih
kepadaku”216
“Betul sekali! Sehari setelah aku bicara sama kamu, esoknya ada pihak
yang berwenang datang ke rumahku. Mereka berkata nahwa aku akan
mendapat tunjangan du’afa setiap bulannya. Mereka juga memberikan
bantuan kebutuhan sehari-hari kepadaku”217
“Tiga hari setelah menyaksikan pelaksanaan hukum cambuk atas
kasus narkoba di lapangan dekat pasaritu, aku mendapat telepon dari
kawanku, Baihaki, yang berprofesi sebagai sopir.
Kang ada masalah. Bisa bantu tidak?” kudengar Baihaki di ujung
telepon.
Ya, masalah apa, Bek?” tanyaku penasaran.
216
Fuad Abdurahman., hlm. 164-165
217
Fuad Abdurahman., hlm. 166

127
Ini, masalah TKW yang bekerja di rumah majikanku. Dia sekarang
sedang memperjuangkan haknya dari sang majikan,”jelas Baihaki.
Insya Allah, aku bantu sebisa mungkin. Jawabku.
Suatu saat, ketika aku kembali dari Masjidilharam menuju Mina,
kutemukan seorang kakek yang tersesat. Kulihat dari wajah dan
pakaiannya, apalagi beliau berpeci terlihat indonesia banget.
Terlihat dari name tag yang tergantung di lehernya. Kulihat tanda
pengenal itu, ternyata bapak itu berasal dari maktab 24. Ku putuskan
untuk mengantarnya sampai ke maktab 24. “ Jelasku
Pada kutipan di atas terlihat Prasetyo yang ramah dan peduli kepada

orang lain tidak sungkan-sungkan menolong orang yang belum ia kenal.

Seperti pada kutipan tersebut Prasetyo menolong seorang pengemis untuk

bisa mendapatkan tunjangan hidup agar ia tidak usah menjadi pengemis

lagi. Prasetyo juga pernah menolong seorang TKW yang tidak

mendapatkan keadilan dari sang majikan perihal gajinya. Disini terlihat

jelas jiwa sosial yang tinggi ada pada diri Prasetyo. Sikap tolong

menolong ini perlu diterapkan dan di didik sejak dini, agar ke depannya

akan tercipta jiwa sosial dan kepedulian terhadap orang lain tinggi.

b. Toleransi

Ada seorang guru guru yang membeli suvenir wadah pulpen. Dia

menyodorkan nama di kertas yang akan kutulis. Ternyata itu bukan

namanya, itu nama perempuan.

“Apakah ini nama anak perempuanmu?” aku bertanya.


“Ya betul. Ini sebagai hadiah karena dia juara kelas.” Jawabnya.
“Apakah kamu sudah menikah dan punya anak?” dia balik tanya.
“Ya, Aku juga sudah menikah dan sudah punya dua anak, tapi
semuanya lak-laki,” ujarku.
“Mereka semua dibawa kesini?” tanyanya lagi.

128
“Tidak, mereka ada di Indonesia karena istriku juga seorang guru
ibtidaiyyah, “jelasku.
“Anda punya istri berapa?” lanjutnya
“Istriku satu.”
“Ada rencana untuk menikah lagi?” susulnya.
Aku diam sejenak dan berpikir alasan dia bertanya seperti itu,
“Mengapa Anda bertanya seperti itu?” aku penasaran.
“Apakah kamu tidak tahu bahwa poligami itu sunnah Rasul?”
“Ya, aku tahu itu, lalu?” aku balik nanya.
“Jadi, sebaiknya kita mengikuti jejak Rasul dalam masalah menikah
ini. “jelasnya.
Aku tersenyum lalu berkata, “Poligami di sini bisa dilaksanakan
dengan baik karena syarat-syaratnya terpenuhi, sudah menjadi adat,
tidak dipermasalahkan oleh perempuan, dan laki-lakinya memang bisa
menafkahi beberapa orang istri karena dia kaya-kaya, tetapi di
negaraku beda lagi situasi dan kondisinya.”
Para guru itu mengacungkan jempolnya kepadaku tanda setuju seraya
minta izin pamit.
Bagian ini tampak bahwa Fuad Abdurahman melalui tokoh Prasetyo

menampilkan konsep toleransi dalam hal berpoligami. Dimana ketika guru

mengajak Prasetyo untuk menjalankan sunnah Rasul yaitu poligami dan

itu dianggap hal biasa serta sudah menjadi tradisi di kalangan mereka,

namun Prasetyo menolaknya dengan memberikan penjelasan kepada para

Guru disana. Alhasil para guru setuju terhadap alasan Prasetyo tidak ingin

berpoligam.

c. Penepatan janji

Penetapan janji merupakan salah satu bentuk akhlak mulia. Sifat ini

bernilai sangat tinggi karena dapat meneguhkan tali kepercayaan antar

anggota masyarakat dan dapat meneguhkan perasaan untuk saling menolong.

129
Penepatan janji merupakan sifat unik yang hanya dimiliki manusia. Jadi,

barang siapa yang telah berani menanggalkan sifat ini dalam jiwanya maka ia

telah mencabut peri kemanusiaan dari dalam jiwanya. Allah swt. menjadikan

janji sebagai bagian dari iman, bahkan sebagai penguat hubungan antar

manusia. Hal ini karena manusia pasti saling membutuhkan. Saling menolong

tidak akan tercapai jika tidak ada keinginan untuk saling menepati janji. Jika

tidak ada keinginan untuk saling menepati janji, anggota masyarakat akan

mudah saling menjauh.

Konsep penepatan janji dapat dilihat dalam al-Qur’an yakni:

      


       
     
     
     
      
      
       
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman
kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-
nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan
pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan
zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji,
dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan
dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar
(imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.(Q.S. Al-
Baqarah: 177)218

218
Departemen Agama RI, Op.Cit., hlm. 27

130
Dalam novel Pelukis Gurun Pasir, tampak bahwa Fuad Abdurahman

menampilkan konsep pendidikan akhlak tentang penepatan janji. Sebagai

gambaran berikut penulis tampilkan bagian dalam novel tersebut:

“Ya Muhammad, maukah kau membereskan kayu bakar besok pagi di


rumahku?” dia bertanya
Yang mana rumah Tuan?” aku bertanya
Itu, yang catnya abu-abu,” ujarnya seraya menunjuk rumah yang bercat
abu-abu persis seberang masjid.
Insya Allah, siap!” kataku bersedia. Jam berapa besok?”
Biasanya truk kayu bakarnya datang jam setengah delapan. Kau harus
sudah siap di sini jam segitu,” ia menjelaskan.
Esoknya, aku sudah stanby jam tujuh seperempat. Tak lama kemudian,
datang truk kayu bakar itu.”
Pada bagian ini Fuad Abdurahman menampilkan tokoh Prasetyo yang

berusaha menepati janji untuk datang ke rumah yang berada di seberang masjid

untuk membantu membereskan kayu bakar.

d. Rendah hati

Menurut Nurcholish Majdid, rendah hati ialah sikap yang tumbuh

karena keinsyafan bahwa segala kemuliaan adalah milik Allah. Maka tidak

sepantasnya manusia mengklaim kemuliaan itu kecuali dengan pikiran dan

perbuatan yang baik, yang itupun hanya Allah yang akan menilai.

Rendah hati berbeda dengan rendah diri. Rendah diri merupakan sikap

negatif yang tidak percaya diri dalam pergaulan. Sedangkan seorang yang

rendah hati akan senantiasa menghormati orang lain, karena ia menyadari

bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Konsep rendah hati ada dalam Al-

Qur’an yakni:

131
      
          
          
        
Maka mulailah Yusuf (memeriksa) karung-karung mereka sebelum
(memeriksa) karung saudaranya sendiri, Kemudian dia mengeluarkan
piala raja itu dari karung saudaranya. Demikianlah kami atur untuk
(mencapai maksud) Yusuf. tiadalah patut Yusuf menghukum saudaranya
menurut undang-undang raja, kecuali Allah menghendaki-Nya. kami
tinggikan derajat orang yang kami kehendaki; dan di atas tiap-tiap orang
yang berpengetahuan itu ada lagi yang Maha Mengetahui. (Q.S. Yusuf:
76)219
Dalam novel Pelukis Gurun Pasir nampak Fuad Abdurahman turut

menampilkan konsep pendidikan akhlak terhadap sesama manusia

terutama tentang rendah hati. Sebagai gambaran berikut penulis tampilkan

bagian dalam novel tersebut yang mengetengahkan konsep pendidikan

akhlak tentang rendah hati.

“Bentar Mas, aku mau beli dulu susu dan buah-buahan dulu”.
Setengah berlari aku menuju pintu mall yang baru saja dibuka.
Kemudian aku membeli roti, susu, buah-buahan, dan minuman
berenergi.”
Sebelum Mas Alex pergi dengan truknya, aku menitipkan barang-
barang itu untuk diberikqn kepada TKW tersebut, agar tenaganya
pulih kembali usai mengalami peristiwa pahit dan mengerikan.
Setidaknya, itu bisa mengurangi bebannya yang teramat berat.”
Pada bagian ini Fuad Abdurahman menampilkan tokoh Prasetyo yang rendah

hati kepada sesama manusia. Ia selalu berusahan menghargai dan menolong serta

membantu orang lain selagi ia mampu dan bisa. Salah satunya yaitu kutipan di

atas, Disitu Prasetyo tidak sungkan-sungkan memberikan bantuan kepada orang

yang belum pernah ia kenal dan ditemuinya hanya lewat dari cerita ia langsung

berinisiatif memberikan bantuan berupa makanan kepada TKW itu. Dari sikapnya

219
Departemen Agama RI, Op.Cit, hlm. 244

132
itu setiap manusia harus memiliki jiwa kemanusiaan yang tinggi terhadap

saudaranya agar terjalin tali silaturahmi yang kuat. Salah satunya yaitu bersikap

rendah hati.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil kajian yang dilakukan penulis mengenai nilai-nilai pendidikan

akhlak yang terkandung dalam novel Pelukis Gurun Pasir karya Fuad Abdurahman

dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: Novel Pelukis Gurun Pasir karya

Fuad Abdurahman mengandung nilai-nilai pendidikan akhlak. Nilai-nilai pendidikan

akhlak yang terkandung dalam novel Pelukis Gurun Pasir karya Fuad Abdurahman

digambarkan melalui perilaku tokoh utama yang berperan dalam novel tersebut. Dari

hasil analisis yang dilakukan penulis dapat menyimpulkan bahwa Nilai-Nilai

Pendidikan Islam khususnya Pendidikan Akhlak yang terkandung dalam novel

133
Pelukis Gurun Pasir meliputi: Akhlak terhadap Allah yaitu bersikap takut, taat,

tawakkal, syukur, ikhlas, dan salawat. Akhlak terhadap diri sendiri yaitu kerja keras,

bercita-cita tinggi, giat belajar, disiplin, dan berani. Sedangkan akhlak terhadap

sesama manusia yaitu tolong-menolong, toleransi, penepatan janji, dan rendah hati.

B. Saran

Temuan-temuan yang terdapat dalam novel Pelukis Gurun Pasir karya

Fuad Abdurahman, penulis menyarankan beberapa hal yaitu::

1. Penelitian terhadap novel Pelukis Gurun Pasir karya Fuad Abdurahman,

perlu dilakukan dan dilanjutkan oleh peneliti yang berminat. Karena ada

134
banyak hal yang dapat dikaji dan diteliti dari novel Pelukis Gurun Pasir

karya Fuad Abdurahman,, yang digunakan dalam penelitian maupun aspek

lainnya.

2. Novel Pelukis Gurun Pasir karya Fuad Abdurahman, syarat akan nilai-nilai

pendidikan Islam. Oleh sebab itu, selayaknya ini dapat menjadi bahan bacaan.

3. Penulis sangat menyadari bahwa dalam mengungkapkan nilai-nilai pendidikan

Islam terkhusus pada Nilai Pendidikan Akhlak dalam novel Pelukis Gurun

Pasir karya Fuad Abdurahman ini, tidak begitu sempurna. Oleh karena itu

kritik dan saran sangat penulis butuhkan.

135
DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman. Paradigma Pendidikan Islam. Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN


Walisongo, 2001.
Abdurahman, Fuad. Pelukis Gurun Pasir, Petualangan Pekerja Seni di Arab Saudi.
Jakarta: Republika Penerbit, 2018.
Al-Abrasjy, Muhammad ‘Athijah. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam. Jakarta:
Bulan Bintang, 1970.
Al-Ghazali, Muhammad. Akhlak Seorang Muslim, Penerjemah Moh. Rifa’i.
Semarang: CV. Wicaksana, 1993.
Al Qur’an Dan Terjemahnya. Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2010.
Ali, Muhammad Daud. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Pers, 2013.
Ali, Zainudin. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
Alim, Muhammad. Pendidikan Agama Islam, Upaya Pembentukan Pemikiran dan
Kepribadian Muslim. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011.
Amminah, Nina. Studi Agama Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014.
Ancok, Djamaludin. Psikologi Islam (Solusi Islam Atas Problem-Problem Psikologi),
Cet. Ke-VIII,. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.
Ardiansyah. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Syarah Arbai’n Nawawi,
Skripsi Sarjana PAI UIN Raden Fatah. Palembang: Perpustakaan Pusat, 2017.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta, 2014.
Assegaf, Abd. Rachman. “Filsafat Pendidikan Islam,” 36. Jakarta: Rajawali Pers,
2014.
Asyqar, Umar Sulaiman al-. Fiqih Niat. Jakarta: Gema Insani, 2006.
Azra, Azyumardi. Esai-Esai Intelektual Muslim & Pendidikan Islam. Jakarta: Logos,
1999.
Badan dan Pembinaan Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar. Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2011.
Baldi Anggara dan Hj. Zuhdiyah. Tafsir, Cet. Ke-1. Palembang: NoerFikri Offset,
2015.
Cholil, Abdullah Arief. Studi Islam II. Jakarta: Rajawali Pers, 2015.
Daulay, Haidar Putra. Pemberdayaan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Rineka
Cipta, 2009.
———. Pendidikan Islam Dalam Perspektif Filsafat. Jakarta: Kencana Prenadamedia
Group, 2014.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Rajawali Pers, 2015.
Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama
Islam Departemen Agama RI, Buku Teks Pendidikan Agama Islam Pada
Perguruan Tinggi Umum. Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2001.
Dradjat, Zakiah. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Aksara, 1996.

136
E.Kosasih. “Apresiasi Sastra Indnesia,” 51. Jakarta: Nobel Edumedia, 2008.
Elnari, Nindy. “NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL MAMAK” 14, no.
1 (2018): 1–13.
Fitrianti, Siti. “NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL SANG PEMIMPI KARYA
ANDREA HIRATA” 1, no. 2 (2015): 104–16.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif, Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi
Aksara, 2013.
Hasan Basri, Dkk. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: CV Pustaka Setia, 2010.
Hasim, Furqonul Aziez dan Abdul. Menganalisis Fiksi Sebuah Pengantar. Bogor:
Ghalia Indonesia, 2010.
Hawwa, Sa’id bin Muhammad Daib. Mensucikan Jiwa: Konsep Tzkiyatun Nafs
Terpadu Terj. dari Al-Mustakhlash fii Tazkiyatil Anfas, oleh Annur Rafiq Shaleh
Tamhid. Jakarta: Robbani Press, 2004.
Hazarani, Nyanyu Siti Fatimah. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Novel Hafalan
Shalat Delisa” Karya Darwis Tere Liye, Skripsi Sarjana PAI UIN Raden Fatah.
Palembang: Perpustakaan Pusat, 2018.
Hidayati, Heny Narendrani. Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa. Jakarta: UIN
Perss dan Center for Quality Development and Assurance, 2009.
Irja Pratama And Zulhijra “REFORMASI PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA”,
Jurnal PAI Raden Fatah, 1(2), pp. 117-127. “No Title,” n.d., 117–27.
Jalaluddin. “Pendidikan Islam Pendekatan Sistem dan Proses,” 79. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2016.
Kaelay. Islam, Iman, dan Amal Saleh. Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
Kafrawi, Burdjanah. Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: PT.
Raja Grafindo, 2002.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Pendidikan Agama
Islam dan Budi Pekerti. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015.
Kurniawan, Syamsul. “PENDIDIKAN KARAKTER DALAM ISLAM Pemikiran Al-
Ghazali tentang Pendidikan Karakter Anak Berbasis Akhlaq al-Karimah,” n.d.,
197–216.
M. Sholih dan M. Rosyid Anwar. Akhlak Tasawuf: Etika dan Makna Kehidupan.
Bandung: Nuansa, 2005.
Makbuloh, Deden. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Press, 2012.
Mansur. Sejarah Sarekat Islam Dan Pendidikan Bangsa. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2004.
Mashita, Mutia. “NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL SEPATU
DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN IMPLIKASINYA data on
sportsmanship . The results ofthe study entitled " Values Educationin the
Indonesia Language " can be used for learning in class XI semester I of high
school.” Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 1, no. 2 (2013): 85–94.
Mawangir, Muh. “NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PERSPEKTIF
TAFSIR AL-MISHBAH KARYA MUHAMMAD QURAISH SHIHAB.”
Jurnal Tadrib IV, no. 1 (2018): 166.

137
Moh. Ardani. Akhlak Tasawuf: Nilai-Nilai Akhlak/Budi Pekerti Dalam Ibadah dan
Tasawuf. Jakarta: Karya Mulia, 2005.
Muchlas Samani dan Hariyanto. Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya
Offset, 2011.
Muchson, Syahud. Dahsyatnya Sholat Tasbih. Jakarta: Qultum Media, 2009.
Muhmidayeli. Filsafat Pendidikan. Bandung: PT. Refika Aditama, 2013.
Mujahidin. Akhlak Tasawuf Mu’jizat Nabi, Karamah Wali dan Ma’rifah Sufi, n.d.
Muliawan, Jasa Ungguh. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Rajawali Pers, 2015.
Mulyana, Rohmat. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta, 2011.
Nasharuddin. Akhlak Ciri Manusia Paripurna. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2015.
Nata, Abudin. Akhlak Tasawuf. Jakarta: RajaGrafindo, 2012.
———. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013.
———. Matodologi Studi Islam. Jakarta: Rajawali Pers, 2011.
———. Metodologi Penelitian Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.
Nurgiyantoro, Burhan. “Teori Pengkajian Fiksi,” 434. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2015.
Priyatni, Endah Tri. Membaca Sastra Dengan Ancaman Literasi Kritis. Jakarta: Bumi
Aksara, 2010.
Ratna, Nyoman Kutha. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta:
Pustaka Belajar, 2004.
Ratnasari, Desi. Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Novel Dwilogi Bumi Cinta
Karya Habiburrahman El-Shirazy (Perspektif Konsep Kecerdasan dan
Emosional). Palembang: Perpus Tarbiyah, 2013.
Rohman, Emzir dan Saifur. Teori dan Pengajaran Sastra, Ed 1, Cet. 2,. 1 ed. Jakarta:
Rajawali Pers, 2016.
Roqib, Moh. Ilmu Pendidikan Islam,. Yogyakarta: LKIS, 2009.
Rosihon Anwar. Akidah Akhlak. Bandung: Pustaka Setia, 2009.
Rusmaini. “Ilmu Pendidikan,” 2. Palembang: Grafika Telindo Press, 2014.
Sholeh, Asrorun Ni’am. Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta: Elsas, 2006.
Silviadeswika. “Struktur dan nilai religius dalam novel rinai kabut singgalang karya
muhammad subhan.” Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
1, no. September 2012 (2012): 478–86.
Siswantoro. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Su’ud, Abu. Islamologi Sejarah, Ajaran, Dan Peranannya Dalam Peradaban Umat
Manusia. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003.
Sudirman. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2014.
Sugiana, A. And Sofyan, S. “‘PENANAMAN NILAI KARAKTER DISIPLIN DAN
TANGGUNG JAWAB DI SMK ETHIKA PALEMBANG’, Jurnal PAI Raden
Fatah, 1(1), pp. 105-106.” PAI Raden Fatah, n.d., 105–6.
Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2016.
Sulaiman, Ahmad. “Pendidikan Agama Islam, Sebuah Kajian PAI di Universitas,” 1.
Palembang: Surya Adi Pratama, 2016.

138
Topikin. “Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku ‘La Tahzan’ Karya ‘Aidh
Qorni”, Skripsi Sarjana Pendidikan Agama Islam. Salatiga: IAIN, 2017.
Turfe, Tallal Alie. Mukjizat Sabar. Bandung: Mizan, 2013.
Uhbiyati, Nur. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia, 1997.
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 PasalL 1 Ayat 1, Tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Surabaya: Media Centre, 2005.
Yunus, Mahmud. Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran. Jakarta: PT. Hidakarya
Agung, 1990.
Zahrudin, Hasanudin. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014.
Zaim Elmubarok. Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta, 2013.
Zainudin, Akbar. Hasanah Dunia Akhirat. Bandung: Mizania, 2012.
Zed, Mestika. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2008.
Zuhairini, dkk. Filsafat Pendidikan Islam. jakarta: Bumi Aksara, 1998.
Zusnani, Ida. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Suka Buku, 2012.

139

Anda mungkin juga menyukai