Makalah
diajukan untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Psikologi Sastra
Dosen pengampu: Yessi Hermawati, S.Pd M.Hum
Oleh :
Nabila Nufaiza Yusuf (41032121171017)
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Karena atas segala limpahan rahmat dan
hidayahNya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang di tugaskan oleh Dosen
Pengampu Yessi Hermawati, S.Pd M.Hum guna memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Psikologi Sastra di Universitas Islam Nusantara.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah
masih jauh dari kata sempurna. Tetapi kami berharap agar laporan yang kami buat dapat
menjadi referensi bagi pembaca.
Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang telah
membantu proses pembuatan laporan. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang
telah diperbuat. Kami mengharapkan agar pembaca dapat memberikan saran dan kritik agar
dapat jauh lebih baik.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................................1
A. Latar Belakang ...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................1
C. Tujuan Masalah ..........................................................................................................1
A. Psikologi Sastra
Psikologi sastra lahir sebagai salah satu jenis kajian sastra yang digunakan untuk
membaca dan menginterpretasikan karya sastra, pengarang karya sastra dan
pembacanya dengan menggunakan berbagai konsep dan kerangka teori yang ada
dalam psikologi. (Wiyatmi,2011:7)
B. Psikoanalisis Lacan
Lacan membagi proses pembentukan subjek ke dalam tiga fase yang memiliki
hubungan dengan tiga ranah atau tatanan dalam psikis manusia. Yang pertama
dinamakan fase pra-odipal pada tatanan Real, fase cermin pada tatanan Imajiner, dan
fase odipal pada tatanan Simbolik. Pada fase pra-odipal, seperti halnya Freud, Lacan
juga mengatakan pada fase ini bayi belum mengenali dirinya dan batasan egonya. Diri
bayi merasa satu dengan diri ibunya bahkan juga dengan diri yang lain, tak ada yang
membedakan. Bayi dan ibu masih merupakan kesatuan. Dalam fase cermin, terjadi tiga
hal penting. Pertama adalah pada saat bayi menyadari keterpisahannya dengan ibunya.
Hal ini membuat sang bayi merasa kehilangan, kekurangan, dan ingin menyatu kembali
dengan ibu. Akan tetapi, bayi masih belum mengetahui konsep “diri”nya. Hal ini
membawa bayi padahal penting berikutnya, yaitu dari kebutuhan menjadi permintaan.
Kedua, dikarenakan kebutuhannya tak lagi secara otomatis terpenuhi, maka sang bayi
harus memintanya. Akan tetapi, bayi tak dapat mengartikulasikan permintaannya
dengan tepat, akibatnya sang ibu atau siapa pun tidak dapat memenuhi permintaannya.
Di sini, bayi hanya bisa menangis karena bayi belum memiliki bahasa. Hal ketiga yang
terpenting lainnya adalah dimana terjadi proses identifikasi pada bayi.
Menurut Hartono, Imajiner adalah istilah yang dipakai Lacan untuk menyebut
proses pembentukan subjek yang didominasi oleh identifikasi dan dualitas, sebelum
pengenalan pada bahasa (Ricky,2016:78). Identifikasi menurut Lacan adalah suatu
transformasi yang terjadi pada benak subjek saat ia membayangkan suatu citra
(Ricky,2016:78). Identifikasi pertama kali yang dilakukan oleh bayi pada saat dirinya
melihat cermin adalah mencampuradukan bayangannya dengan bayangan orang lain.
Di sinilah bayi mengalami kesalahmengertian (misrecognition) terhadap dirinya
sendiri. Pada saat itulah bayi mulai belajar untuk menciptakan konstruksi suatu pusat
atau yang Lacan sebut sebagai ‘ego ideal’. Kemudian, ketika si anak tumbuh dewasa,
ia akan terus membuat identifikasi imajiner dengan objek-objek yang ditemuinya. Fase
ketiga adalah fase odipal atau tatanan Simbolik. Pada fase inilah anak harus mengalami
kastrasi, dimana anak harus berpisah dari ibunya. Ibu dipandang sebagai Liyan1 sebab
ibu tak lagi dilihat sebagai satu-kesatuan pada diri sang anak. Kemunculan ayah
memperparah hubungan antara ibu dan anak. Kehadiran ‘ayah simbolik’ menyebabkan
anak kehilangan objek hasratnya, yakni ibu (liyan). Konsep hasrat ini juga berangkat
dari suatu kegelisahan (anxiety). Gagasan kegelisahan selalu merupakan reaksi akan
suatu kehilangan. Kehilangan merupakan gagasan yang fundamental dalam konsepsi
subjek dalam psikoanalisis Lacanian. Kehilangan di sini merupakan suatu persepsi atau
kesalahmengiraan tentang adanya yang hilang. Yang hilang itu adalah objek-
penyebab-hasrat, atau yang disebut Lacan sebagai objek a (objek petit a). Huruf “a”
merupakan singkatan bahasa Perancis “autre” (other). Hasrat Lacanian selalu berkaitan
dengan yang lain. Mengakuisisi akan objek ini dapat memberikan suatu “kenikmatan”
saja, karena dalam konteks Lacanian, jouissance seperti kenikmatan yang paradoksal:
di satu sisi membawa nikmat, tetapi di sisi lain membawa derita.
C. Citra perempuan
Menurut Sugihastuti, citra wanita ialah semua wujud gambaran mental spiritual dan
tingkah laku keseharian yang terekspresikan oleh wanita dalam berbagai aspeknya
yaitu aspek fisik dan psikis sebagai sebagai citra diri perempuan serta aspek keluarga
dan masyarakat sebagai citra sosial. Kata citra wanita diambil dari gambaran-gambaran
citraan, yang ditimbulkan oleh pikiran, pendengaran, penglohatan, perabaan dan
pencecapan tentang wanita (Anthonia,2016:12).
1. Citra Diri Wanita
Menurut Sugihastuti citra diri wanita merupakan keadaan dan pandangan wanita yang
berasal dari dalam dirinya sendiri, yang m0eliputi aspek fisik dan aspek psikis. Citra
diri wanita terwujud sebagai sosok individu yang mempunyai pendirian dan pilihan
sendiri atas aktivitasnya berdasarkan kebutuhan pribadi maupun sosialnya.
(Anthonia,2016:12)
a. Citra Fisik Wanita
Secara fisik, wanita dewasa adalah sosok individu hasil bentukan proses
biologis dimulai dari bayi, sampai perjalanan usianya yang mencapai taraf
dewasa. Dalam aspek fisik ini, wanita dapat hamil, melahirkan, menyusui anak-
anaknya. Realitas fisik ini oada kelanjutannya menimbulkan mitos tentang
wanita sebagai mother nature atau sebagai sumber hidup dan kehidupan,
sebagai makhluk yang dapat menciptakan makhluk baru menurut Sugihastuti.
(Anthonia,2016:13)
b. Citra psikis wanita
Dilihat dari aspek psikis, wanita juga merupakan makhluk psikologis, makhluk
yang berpikir, berperasaan dan beraspirasi. Aspek psikis wanita tidak dapat
dipisahkan dari yang disebut feminitas. Feminitas merupakan sebuah
kecenderungan yang ada dalam diri wanita, prinsip-prinsip itu menyangkut ciri
cinta kasih, mengasuh berbagai potensi hidup, memelihara hubungan
interpersinal. Dari aspek psikis terlihat bahwa wanita dilahirkan secara
biopsikologi berbeda dengan laki-laki, hal ini mempengaruhi perkembangan
dirinya, bermula dari lingkungan keluarga. Aspek psikis wanita saling
berpengaruh dengan aspek fisik dan merupakan aspek yang mempengaruhi citra
diri wanita. Dalam aspek psikis kejiwaan wanita dewasa mempengaruhi citra
diri wanita, semakin bertumbuh baik wanita akan semakin berkembangan pula
psikisnya untuk menjadi dewasa.
Citra diri wanita tidak akan terlepas dari aspek psikis dan fisik. Adanya
perbedaan bentuk fisik antara wanita dan laki-laki mempengaruhi pola berpikir
dan pola kehidupan wanita. Aspek psikis menunjukkan bahwa wanita memiliki
pemikiran-pemikiran untuk berkembang, berinspirasi dan memiliki perasaan
untuk merasakan keadaan dalam dirinya atau diluar dirinya. (Anthonia,2016:13)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yakni pengumpulan data, analisis data dan
penyajian hasil analisis data.
B. Metode pengumpulan data
Objek penelitian ini adalah penggambaran citra perempuan yang meliputi citra diri
perempuan dan citra sosial perempuan. Data yang dikumpulkan diperoleh dari novel
Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan yang terbit tahun 2012. Novel karangan Ihsan
Abdul Quddus.
C. Sumber Data
Judul : Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan
Pengarang: Ihsan Abdul Quddus
Penerbit : Pustaka Alvabet
Tahun Terbit : 2012
Halaman :221 halaman
Pengumpulan data menggunakan metode pustaka. Studi pustaka yaitu mengadakan
penelitian dengan mempelajari dan membaca literatur yang berhubungan denagan
permasalahan yang menjadi objek penelitian.
D. Metode analisis data
Data yang sudah diklasifikasikan kemudian dianalisis menggunakan metode analisis
isi yaitu pesan-pesan yang dengan sendirinya sesuai dengan hakikat sastra.
BAB III
ANALISIS DATA
Citra Diri Perempuan berdasarkan aspek fisik dan psikis
Citra diri perempuan merupakan sosok individu yang memiliki pendirian dan pemilihan
sendiri atas berbagai aktivitasnya berdasarkan kebutuhan-kebutuhan pribadi maupun
sosialnya. Berikut ini merupakan citra perempuan berdasarkan aspek fisik dan psikis
dalam novel Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan.
A. Citra Perempuan dari Aspek Fisik
Dari aspek fisik citra perempuan digambarkan sebagai wanita dewasa yang
memiliki ciri-ciri fisik, seperti pecahnya selapit dara, melahirkan, menyusui serta
aspek-aspek kerumah tanggaan.
Berdasarkan aspek fisik sosok Suad digambarkan sebagai perempuan yang
memiliki kecantikan dan daya tarik layaknya perempuan sehingga banyak yang
menyukainya. Tetapi aspek fisik dalam citra perempuan lebih digambarkan pada
wanita dewasa yang dapat hamil dan menyusui. Hal itulah yang juga terjadi pada
Suad, dia menikah dengan seorang lelaki bernama Abdul Hamid dan dikaruniai
seorang anak perempuan bernama Faiza. Suad menjalani kehidupannya sebagai
seorang istri sekaligus calon ibu, tetapi kehamilannya tidak membuat Suad melepas
tanggung jawabnya sebagai perempuan yang bekerja dan aktif dalam berbagai
kegiatan. Suad bahkan masih mengajar di Kampus atau mengikuti berbagai
kegiatan perpolitikkan meski dalam kondisi sedang hamil. Hingga akhirnya proses
kelahiran anak Suad berjalan lancar. Setelah melahirkan, Suad menyusui sendiri
Faiza ketika pagi hari sebelum berangkat bekerja. Hal ini dapat dilihat dalam
kutipan berikut.
“Meski penampilan fisik perempuanhamil sama sekali tidak
menampakkan kesan seksi, Abdul Hamid begitu menikmati perjalanan
bersamaku.”(ALBAB:H72:P2:K5)
Berdasarkan pernyataan tersebut, citra perempuan sosok Suad dari aspek fisik
diceritakan dapat hamil, dan menyusui anaknya. Walaupun pada ceritanya, sosok Suad
tidak benar-benar mengurus anaknya secara intensif, dikarenakan kegiatannya yang
sangat padat diluar, sehingga menitipkan Faiza ke baby sitter atau Ibu Suad. Tetapi
dapat dibuktikan bahwa Suad dapat hamil dan menyusui anaknya. Beberapa tokoh
lainnya seperti Ibu Suad dan Samirah juga dicitrakan bahwa mereka telah memiliki
anak dan mengurus anaknya. Meskipun tidak diceritakan secara rinci kapan mereka
mengalami kehamilan atau melahirkan.
B. Citra Perempuan dari Aspek Psikis
Ditinjau dari aspek Psikisnya wanita merupakan makhluk psikologis, makhluk yang
berpikir, berperasaan dan beraspirasi.
Dilihat dari aspek Psikis, tokoh Suad adalah perempuan yang memiliki perasaan baik
dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya, yaitu perasaan bergejolak dalam hatinya.
Sebelumnya diceritakan bahwa Suad merupakan sosok perempuan yang sangat
berprestasi dalam segala bidang, sehingga banyak lelaki yang menyukainya, tetapi dia
memilih untuk menjadikannya sahabat, bagi laki-laki yang menyukainya. Seiring
berjalannya waktu Suad mulai tertarik dan nyaman dengan Abdul Hamid meskipun
mereka berdua memiliki banyak perbedaan dari cara berpikir,Suad harus
menyelesaikan studinya terlebih dahulu sebelum memikirkan hubungannya lebih jauh
dengan Abdul Hamid, setelah menyelesaikan studinya Suad dan Abdul Hamid
melangsungkan pernikahannya. Walaupun setelah itu, Suad memilih berpisah dengan
Abdul Hamid dengan cara yang baik. Setelah menjadi seorang janda, Suad mulai dekat
dengan seorang lelaki bernama Adil. Suad merasa mulai tertarik dan menyukainya
walaupun pada akhinya tidak menikah. Setelah lama menjadi seorang janda, Suad
memilih untuk menikah dengan Dokter Kamal yang memiliki kepribadian yang
berbeda dengannya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan tersebut.
“Seiring perjalanan waktu, aku menemukan diri dalam tempat terhormat di
tengah-tengah teman-teman kampusku dan mendapatkan banyak sahabat-sahabat baik,
hingga seorang Abdul Hamid mengganggu pikiranku.” (ALBAB:H19:P2:K2)
“Dia sungguh berbeda dariku tetapi aku menemukan kenyamanan
bersamanya” (ALBAB:H20:P4:K1)
“Sebenarnya aku punya felling kepada Adil. Feeling yang berpotensi untuk
berkembang menjadi cinta sepenuhnya” (ALBAB:H102:P1:K7)
”Beredarnya banyak isu tentang aku dan Adil telah mempengaruhi
keputusanku untuk melanjutkan atau menghentikan hubungan ini” (H102:P3:K2)
“Malam itu aku menemukan sisi lain dokter Kamal yang tidak kusingkap pada
pertemuan di tempat praktik.” (H144:P3:K1)
“Aku berkata dalam mata yang menyampaikan pesan ta’dhim dan ucap syukur
atas cinta dan keberhasilan perjuanganku menjaga diri, kamu selamanya sangat
berharga dalam hidupku” (H148:P4:K1)
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa citra diri perempuan terbangun dari
aspek fisik dan psikis. Dalam aspek fisik perempuan yang tergambar dalam novel Aku
Lupa Bahwa Aku Perempuan tersebut dicitrakan mengalami kehamilan, melahirkan
dan menyusui. Walaupun tokoh Suad merupakan wanita yang sangat bekerja keras
dalam kariernya, tetapi dia memiliki anak dan mengalami hal-hal yang ada dalam aspek
fisik. Dalam aspek psikis perempuan kelas bawah dicitrakan mudah jatuh cinta dengan
orang lain dan malas dengan gunjingan orang lain tentang mereka. Sedangkan citra
perempuan kelas atas adalah perempuan yang sabar dengan dan kuat menghadapi suami
yang menyakiti atau tidak sesuai dengan keinginannya, kuat sebagai istri dalam
keadaan apapun.
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Citra diri perempuan memiliki dua aspek, yaitu aspek fisik dan aspek psikis. Kedua
aspek itu kemudian biasanya dicitrakan didalam sebuah karya sastra. Sehingga kita
dapat mengetahui bagaimana citra perempuan berdasarkan cerita yang dituliskan oleh
pengarang. Terlepas dari peran apa yang dicitrakannya, tetapi aspek fisik dan psikis
biasanya dicitrakan oleh pengarang.
Tokoh Suad digambarkan sebagai perempuan yang berprestasi, mudah bergaul dan
memiliki ambisi tinggi untuk mencapai cita-citanya dibidang politik, tetapi segala
aktifitasnya tetap mencitrakan sebagaimana perempuan pada umumnya, walaupun dia
sangat giat dan rajin dalam berpolitik dan belajar, dia tetap merasakan pernikahan,
hamil, melahirkan, dan menyusui. Walaupun Suad dicitrakan sebagai wanita yang
sangat sibuk diluar rumah dan tidak memiliki waktu luang untuk mengurus rumah
tangga. Dia tetap dicitrakan dapat menyusui anaknya sebelum berangkat kerja. Suad
juga sempat beberapa menikah dengan 2 lelaki dan berujung dengan perceraian.
Pernikahan itu pula sebagai bentuk seorang perempuan yang dicitrakan memiliki
perasaan kepada lawan jenisnya, dan Suad dicitrakan memiliki perasaan dengan lelaki
dan merasakan sebuah ketertarikan dan kenyamanan ketika berada didekat lelaki, yang
menunjukkan citra perempuan pada aspek psikis dari sosok Suad
DAFTAR PUSTAKA
Quddus, Ihsan Abdul. Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan. Jakarta Timur, Pustaka
Alvabet,(2012)
Wiyatmi, Psikologi Sastra Teori dan Aplikasinya. Yogjayakarta. Kanwa
Publisher.(2011)
Manik,Ricky Aptifive. Hasrat Nano Riantiarno Dalam Cermin Cinta:
Kajian Psikoanalisis Lacanian, Jurnal Poetika Vol. IV No. 2, Desember 2016.
Mbulu, Anthonia Paula Hutri. Citra Perempuan dalam Novel Suti karya Sapardi Djoko
Damono:Kajian Kritik Sastra Feminisme. Jogja. 2016
Nurasiah, Aas. Konsep Diri Perempuan Bali Melawan Patriarki dalam Novel Tempurung.
Bandung. 2018