Oleh:
Rochana Nur Azizah 1708056049
Fatmawati Puji Lestari 1708056050
Maulida Zulfa Aini 1808056055
Hilmi Alwi Addahlawi 1808056074
A. Latar Belakang
Suara tajuk rencana bukan merupakan suara perorangan atau pribadi-pribadi yang
terdapat di jajaran redaksi atau di bagian produksi dan sirkulasi, melalui suara kolektif
seluruh wartawan dan karyawan dari suatu lembaga penerbitan pers. Karena merupakan
suara lembaga, maka tajuk rencana tidak di tulis mencantumkan nama penulis. Sedangkan
kolom lebih banyak mencerminkan cap pribadi penulis. Kolom ditulis secara inferensial
dan memiliki sifat memadat memakna. Biasanya dalam tulisan kolom terdapat foto
penulis. Kolom dimaksudkan untuk mengurai permasalahan menjadikan lebih terarah.
Sebagai seorang mahasiswa di era digital seperti sekarang ini, dapat memahami hal-
hal penting dari kejurnalistikan menjadi point tambahan. Selain agar dapat menulis kolom,
essay, features, berita, dan lain-lain, mempelajari jurnalistik terutama dalam makalah ini
yaitu editorial dan kolo, kita dapat memahami arti dari editorial dan kolom yang
dikeluarkan oleh surat kabar di negeri ini. Tentu sangat menguntungkan bagi kita karena
dengan itu kita dapat mengikuti arus di era digital ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tajuk rencana?
2. Apa saja jenis tajuk rencana?
3. Apa saja tipe tajuk rencana?
4. Apa tujuan penulisan tajuk rencana?
5. Bagaimana teknik menulis tajuk rencana?
6. Apa pengertian kolom?
7. Bagaiman struktur kolom?
8. Bagaimana perbedaan antara tajuk rencana dengan kolom?
9. Bagaimana teknik menulis kolom?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian tajuk rencana.
2. Untuk mengetahui jenis tajuk rencana
3. Untuk mengetahui tipe tajuk rencana.
4. Untuk mengetahui tujuan penulisan tajuk rencana.
5. Untuk mengetahui teknik menulis tajuk rencana.
1
6. Untuk mengetahui pengertian kolom.
7. Untuk mengetahui struktur kolom.
8. Untuk mengetahui perbedaan antara tajuk rencana dengan kolom.
9. Untuk mengetahui teknik menulis kolom.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tajuk Rencana
1. Pengertian Tajuk Rencana
Dalam bahasa Inggris, tajuk rencana ini disebut dengan “editorial”, yang berasal dari
kata “edit”. Secara harfiah, edit berarti membaca dan memperbaiki naskah,
mempersiapkan naskah. Lalu dari kata editing lahirlah kata editorial yang dalam
bahasa Indonesia berarti Tajuk Rencana.
Tajuk rencana adalah artikel utama yang ditulis oleh redaktur surat kabar, yang
merupakan pandangan redaksi terhadap suatu peristiwa aktual yang sedang menjadi
sorotan, fenomenal, dan kontroversial, yang menimbulkan perbedaan pendapat. Tajuk
rencana berisi pendapat, pandangan umum, ataupun reaksi mengenai peristiwa aktual
yang menjadi sorotan masyarakat. Meskipun tajuk rencana berisikan pendapat, tetapi
tetap harus ada fakta-fakta yang mendasari pendapat tersebut.
Menurut Hadhramaut, tajuk rencana atau editorial adalah opini berisi
tanggapan, pendapat dan sikap resmi suatu media sebagai institusi penerbitan terhadap
persoalan aktual, fenomenal, atau kontroversial yang berkembang di masyarakat.
Tanggapannya itu berupa dukungan, pujian, kritikan, ataupun cemohan. Opini yang
ditulis pihak redaksi diasumsikan mewakili redaksi sekaligus mencerminkan pendapat
dan sikap resmi media yang bersangkutan. Tajuk rencana selalu menyertai suatu berita
yang ada dalam surat kabar itu.1 Isi dari tajuk rencana merupakan representasi dari
ideologi suatu surat kabar. Sehingga wajar saja jika isi tajuk rencana berbeda antara
surat kabar yang satu dengan surat kabar yang lain, meskipun mengangkat
permasalahan yang sama.
Tajuk rencana atau editorial merupakan suara koran secara umum dan tidak
disebutkan siapa penulisnya meski hanya ditulis satu orang. Di sini penulis
menggunakan kata jamak, suara kami, berisi pendapat dan sikap resmi suatu media
sebagai institusi penerbit terhadap persoalan aktual, fenomenal, dan kotroversial yang
berkembang di masyarakat.2
1
Hojianto, Penggunaan Gramatika Dalam Tajuk Rencana Pada Koran Radar Sulteng, e-Jurnal Bahasantodea,
Volume 3 Nomor 4, Oktober 2015, hlm 103
2
Ratu Lestari, Fakta dan Opini Dalam Teks Tajuk Rencana Pada Surat Kabar Kompas, KLITIKA: Jurnal Ilmiah
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Volume 1 Nomor 1, 2019, hlm 3
3
Dalam mengidentifikasi tajuk rencana dengan karya tulis lainnya dapat diamati
dari ciri-cirinya. Menurut Febiyanto3, ciri-ciri tajuk rencana dapat dibagi menjadi 4 ciri
sebagai berikut:
a) Berisi opini redaksi tentang peristiwa yang sedang hangat dibicarakan;
b) Berisi ulasan tentang suatu masalah yang dimuat;
c) Biasanya berskala nasional, berita internasional dapat menjadi tajuk rencana,
apabila berita tersebut memberi dampak kepada nasional; dan
d) Tertuang pikiran subyektif redaksi.
6
Mengajarkan atau menjelaskan kepada pembaca bahwa mereka dapat
berperan dalam banyak editorial. Prinsip menjelaskan yang baik adalah kejelasan,
kesempurnaan, dan ketepatan. Dalam penjelasan, penekanan bukan pada
pengalaman atau penilaian seseorang, melainkan pada penyajian fakta dan
gagasan yang objektif dan tanpa prasangka. Umumnya editorial tidak slalu
menjelaskan, tetapi kadang-kadang memusatkan pada informasi: misalnya sebuah
editorial berfungsi melaporkan informasi yang kurang tepat untuk dimuat pada
halaman berita.
b. Meyakinkan pembaca (persuading the readers)
Metode-metode persuasif dibagi kedalam tiga klasifikasi umum yaitu
penalaran deduktif, penalaran induktif, dan kombinasi keduanya.
c. Menilai peristiwa (evaluating an evemt)
Selain menjelaskan dan meyakinkann (persuasif), editorial bisa juga
memulai peristiwa. Berbeda dengan penyajian yang menyajikan fakta-fakta
objektif dan bisa dibuktikan, penilaian bersifat subjektif, sebagai ungkapan suatu
sudut pandang yang tidak dapat diverifikasi secara bebas, penilaian tetap
merupakan persoalan penilaian.
6
I Wayan Wendra, Penulisan Tajuk Rencana : Kajian Berbasis
Tahapan Penalaran, Teknik Interpretasi Dan Isi, Bali: UNDIKSHA Bali, 2019), hlm 3
7
I Wayan Wendra, Penulisan Tajuk Rencana :.... hlm 4
7
Dalam penulisan tajuk rencana tentunya akan ada tahapan penalaran atau
tahapan isi pemikiran yang dikemukakannya. Budyatna mengemukakan, sebuah tajuk
rencana yang baik memuat hal-hal berikut ini:8
a. Pernyataan masalah pokok atau topik;
b. Alasan mengapa hal atau masalah itu penting;
c. Penyajian fakta-fakta yang bersangkutan dengan topik;
d. Pernyataan sikap yang diambil terhadap topik tersebut;
e. Evaluasi terhadap mereka yang mengambil sikap lain;
f. Pernyataan alternatif lain;
g. Pembuatan perbandingan atau analogi dengan isu-isu atau topik-topik lain.
h. Menarik kesimpulan
Dalam penulisannya, tajuk rencana mengunakan gaya bahasa yang sederhana
dan lugas sehingga mudah dipahami, menitik beratkan pada kejelasan dan ketetapan
makna, bukan semata-mata keindahan bahasa. Gaya bahasa tajuk rencana disesuaikan
dengan tujuan yang ingin dicapai melalui tajuk rencana tersebut.
B. Kolom
1. Pengertian Kolom
Kolom, berasal dari bahasa Inggris, column. Orangnya disebut columnist.
Dalam bahasa Inggris, istilah kolumnis diartikan sebagai penulis karangan khusus
berupa komentar, saran, informasi, atau hiburan, pada surat kabar atau majalah secara
reguler. Demikian juga dalam bahasa Indonesia, Anton Moeliono menjelaskan arti
kolumnis sebagai penulis yang menyumbangkan artikel pada surat kabar atau majalah
secara tetap. Kadang-kadang tulisan dimaksud dikirimkan langsung untuk dimuat
dalam surat kabar atau majalah.9
Kolom adalah tulisan jurnalistik yang bersifat personal dan selalu di tulis oleh
seorang individu. Kolom biasanya dilihat dari siapa yang menulisnya. Jadi nama
yang ditulis dalam karangan akan menjual atau menjadi daya tarik tulisan. Pembaca
akan membaca tulisan tersebut karena nama penulisnya atau judul tulisannya. Jadi,
nama penulis dan judul tulisan sama-sama penting bagi sebuah kolom.
Menurut Slamet Suseno, kolom isinya hanya pendapat. Penulisnya dituntut
agar yang dimukakannya itu benar-benar pendapatnya saja. Namun tetap saja,
8
I Wayan Wendra, Penulisan Tajuk Rencana :.... hlm 6
9
Juwito, Menulis Berita dan Feature’s, (Surabaya: Unesa University Press, 2008), hlm 13
8
pendapat-pendapat yang dituliskan harus rasional dan berdasarkan pemikiran yang
kritis.
Rubrik khusus itu umumnya bernama asli (“Kolom”), namun ada
pula media massa yang menggunakan nama lain seperti “Resonansi” dan “Refleksi
(Republika), “Asal Usul” (Kompas), “Perspektif” (Ummat), dan sebagainya.
Kolumnis yang terkenal di negara kita kebanyakan dari kalangan budayawan,
misalnya Emha Ainun Najib, Sujiwo Tedjo, Goenawan Muhammad, Abdurrahman
Wahid, dan Mahbud Djunaidi.
Menurut KH. Zainal Arifin Thoha, kolom yang baik dan bermutu adalah kolom
yang mencerminkan suara hati nurani, kolom harus mampu menggedor-gedor nurani
pembaca dan menyisakan perenungan setelah selelai membacanya.
2. Struktur Kolom
Pada dasarnya, kolom tidak mempunyai struktur tertentu seperti pendahuluan
atau lead, isi atau tubuh tulisan, dan penutup. Namun, umumnya kolom diawali
dengan wacana, berupa hikmah, atau pengalaman dari hasil pembacaan, renungan,
maupun perjalanan. Selanjutnya berisi ulasan atau refleksi dari apa yang disampaikan
di wacana awal. Ulasan yang disampaikan bukan dari hasil analisis ilmiah, tetapi
pemikiran kritis dari penulis. Bagian terakhir, penutup. Penutup biasanya diakhiri
dengan solusi, pelajaran, atau tawaran aksi. Sederhananya, penutup adalah inti pesan
yang hendak kita sampaikan.
9
Ada banyak sekali tema di sekitar kita. Namun kita hanya bisa menemukannya
jika memiliki kepekaan. Jika kita banyak melihat dan mengamati lingkungan, lalu
menuliskannya dalam catatan harian, ide tulisan sebenarnya “sudah ada di situ”
tanpa kita perlu mencarinya.
Tema itu bahkan terlalu banyak sehingga kita kesulitan memilihnya. Untuk
mempersempti pilihan, pertimbangkan aspek signifikansi (apa pentingnya buat
pembaca) dan aktualitas (apakah tema itu tidak terlampau basi).
b. Merumuskan masalah
Esai yang baik umumnya ringkas (“Less is more” kata Ernest Hemingway) dan
fokus. Untuk bisa menjamin esai itu ditulis secara sederhana, ringkas tapi padat,
pertama-tama kita harus bisa merumuskan apa yang akan kita tulis dalam sebuah
kalimat pendek.
Rumusan itu akan merupakan fondasi tulisan. Tulisan yang baik adalah
bangunan arsitektur yang kokoh fondasinya, bukan interior yang indah (kata-kata
yang mendayu-dayu) tapi keropos dasarnya.
c. Mengumpulkan Bahan
Jika kita rajin menulis catatan harian, sebagian bahan sebenarnya bisa
bersumber pada catatan harian itu. Namun seringkali, ini harus diperkaya lagi
dengan bahan-bahan lain: pengamatan, wawancara, reportase, riset kepustakaan
dan sebagainya.
d. Menentukan bentuk penuturan
Beberapa tema tulisan bisa lebih kuat disajikan dalam bentuk dialog. Tapi,
tema yang lain mungkin lebih tepat disajikan dengan lebih banyak narasi serta
deskripsi yang diperkaya dengan anekdot. Beberapa penulis memilih bentuk
penuturan yang ajeg untuk setiap tema yang ditulisnya:
1) Dialog (Umar Kayam)
2) Reflektif (Goenawan Mohamad)
3) Narasi (Faisal Baraas, Bondan Winarno, Ahmad Tohari)
4) Humor/Satir (Mahbub Junaedi)
e. Menulis
1) Tata Bahasa dan Ejaan: Taati tata bahasa Indonesia yang baku dan benar.
Apakah ejaan katanya benar, di mana meletakkan titik, koma dan tanda
hubung? Apakah koma ditulis sebelum atau sesudah penutup tanda kutip (jika
ragu cek kebuku rujukan Ejaan Yang Disempurnakan).
10
2) Akurasi Fakta: tulisan nonfiksi, betapapun kreatifnya, bersandar pada fakta.
Apakah peristiwanya benar-benar terjadi? Apakah ejaan nama kita tulisa secara
benar? Apakah rujukan yang kita tulis sama dengan di buku atau kutipan
aslinya? Apakah kita menyebutkan nama kota, tahun dan angka-angka secara
benar?
3) Jargon dan Istilah Teknis: hindari sebisa mungkin jargon atau istilah teknis
yang hanya dimengerti kalangan tertentu. Kreatiflah menggunakan deskripsi
atau anekdot atau metafora untuk menggantikannya. Hindari sebisa mungkin
bahasa Inggris atau bahasa daerah.
4) Sunting dan Pendekkan: seraya menulis atau setelah tulisan selesai, baca
kembali. Potong kalimat yang terlalu panjang; atau jadikan dua kalimat.
Hilangkan repetisi. Pilih frase kata yang lebih pendek: melakukan pembunuhan
bisa diringkas menjadi membunuh. “Tidak” sering bisa diringkas menjadi
“tak”, “meskipun” menjadi “meski” dan sebagainya.
5) Pakai kata kerja aktif: kata kerja aktif adalah motor dalam kalimat, dia
mendorong pembaca menuju akhir, mempercepat bacaan. Kata kerja pasif
menghambat proses membaca. Pakai kalimat pasif hanya jika tak terhindarkan.
6) Tak menggurui: meski Anda perlu menunjukkan bahwa Anda menguasai
persoalan (otoritatif dalam bidang yang ditulis) hindari bersikap menggurui.
Jika mungkin hindari kata “seharusnya”, “semestinya” dan sejenisnya.
Gunakan kreatifitas dan ketrampilan mendongeng seraya menyampaikan
pesan. Don’t tell it, show it.
7) Tampilkan anekdot: jika mungkin perkaya tulisan Anda dengan anekdot, ironi
dan tragedi yang membuat tulisan Anda lebih “basah” dan berjiwa.
8) Jangan arogan: orang yang tak setuju dengan Anda belum tentu bodoh.
Hormati keragaman pendapat. Opini Anda, bahkan jika Anda meyakininya
sepenuh hati, hanya satu saja kebenaran. Ada banyak kebenaran di “luar sana”.
9) Uji Tulisan Anda: minta teman dekat, saudara, istri, pacar untuk membaca
tulisan yang sudah usai. Dengarkan komentar mereka atau kritik mereka yang
paling tajam sekalipun. Mereka juga seringkali bisa membantu kita
menemukan kalimat atau fakta bodoh yang perlu kita koreksi sebelum
diluncurkan ke media.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Editorial atau tajuk rencana adalah sikap, pandangan atau pendapat penerbit terhadap
masalah-masalah yang sedang hangat dibicarakan masyarakat.
2. Jenis tajuk rencana dibagi menjadi tajuk rencana yang bersifat argumentatif,
informatif, dan aneka rupa.
3. Tipe tajuk rencana yaitu advokasi, pemecahan masalah, penghargaan, editorial
singkat, editorial pendek, dan kartun.
4. Tujuan penulisan tajuk rencana yaitu menjelaskan berita, menjelaskan latar belakang,
meramalkan, menyampaikan pertimbangan moral. Serta menjelaskan informasi,
meyakinkan pembaca, dan menilai peristiwa.
5. Kebijakan penerbit dalam penulisan tajuk rencana yaitu tajuk rencana juga
menggambarkan falsafah dan pandangan hidup dari penerbitnya. Isi dari tajuk rencana
merupakan representasi dari ideologi suatu surat kabar yang tercermin dari visi dan
misinya.
6. Kolom adalah opini singkat seseorang yang lebih banyak menekankan aspek
pengamatan dan pemaknaan terhadap suatu persoalan atau keadaan yang terdapat
dalam masyarakat
7. Perbedaan tajuk rencana dan kolom yaitu tajuk rencana menggambarkan gagasan dari
staf keseluruhan yang mengatasnamakan penerbit, sedangkan kolom merupakan murni
gagasan dari seseorang.
8. Teknik/tahapan menulis kolom yaitu mencari ide tulisan, merumuskan masalah,
mengumpulkan bahan, menentukan bentuk tulisan, dan terakhir menulis.
12
DAFTAR PUSTAKA
13
BIOGRAFI PENULIS
16