Anda di halaman 1dari 10

Nama : Maulida Zulfa Aini

NIM : 1808056055

1. Peristiwa penting dalam sejarah peradaban Islam


a. Peristiwa hijrah Rosulullah dari Mekkah ke Madinah
1.) Proses Hijrah
Proses hijrah nabi Muhammad Saw ke Madinah menjadi peristiwa penting bagi
umat Islam. Umat Islam di Mekkah mayoritas telah hijrah ke Madinah, kecuali Abu
Bakar dan Ali bin Abi Thalib. Keduanya menemani Nabi Muhammad Saw sampai
mendapat perintah dari Allah Swt untuk berhijrah ke Madinah. Nabi Muhammad telah
mempersiapkan hijrah hampir dua bulan dengan perencanaan yang matang. Beliau
menyiapkan rencana dengan melihat situasi dan kondisi di kota Mekkah.
Kafir Quraisy berencana membunuh nabi Muhammad Saw agar tidak jadi hijrah
ke Madinah. Pada saat itu umat Islam di Mekkah tinggal sedikit. Sebelum turun perintah
hijrah kepada Nabi Muhammad, beliau sudah meminta Abu Bakar untuk menemaninya.
Setelah itu, Abu Bakar menyiapkan dua ekor untanya yang diserahkan pemeliharaanya
kepada Abdullah bin Uraiqiz sampai nanti tiba waktunya diperlukan. Ketika turun
perintah hijrah dari Allah Swt, Nabi Muhammad Saw dan Abu Bakar meninggalkan
Mekkah secara diam-diam untuk hijrah ke Madinah.
Pada malam akan hijrah, Nabi Muhammad Saw meminta Ali bin Abi Talib untuk
memakai mantelnya dan berbaring di tempat tidurnya. Nabi Muhammad Saw berpesan
kepada Ali bin Abi Thalib setelah Nabi hijrah untuk tinggal dulu di Mekkah
menyelesaikan barang-barang amanat orang yang dititipkan kepadanya. Maka, ketika
algojo kafir Quraisy mengintip ke tempat tidur Muhammad Saw mereka melihat
sesorang berbaring di tempat tidur dan mengira bahwa Nabi Muhammad Saw masih
tidur. Setelah tahu bahwa yang tidur adalah Ali bin Abi Thalib, mereka menyeretnya ke
Masjid Haram dan menyiksanya, lalu melepaskannya.
Sementara itu, Nabi telah kembali ke Abu Bakr. Tanpa membuang waktu, mereka
keluar lewat jendela di belakang rumahnya, tempat kedua untanya, yang sudah
dipelanai, menunggu mereka. Nabi menunggangi salah satunya dan satu lagi untuk Abu
Bakr bersama anaknya, ‘Abd Allah. Sebagaimana telah direncanakan, mereka melintasi
rute menuju sebuah gua di Gunung Tsawr agak ke selatan, jalan ke arah Yaman. Nabi
Muhammad dan Abu Bakar pergi ke Madinah melalui arah selatan dalam rangka
mengelabuhi kafir Quraisy. Mereka berdua menetap di dalam gua Tsur hari Jum’at,
Sabtu, dan Ahad. Gua Tsur terletak di Jabal Tsur yang berjarak lima kilometer sebelah
selatan Kota Makkah.Selama berada di gua Tsur, Nabi Muhammad Saw telah
merencakan secara matang untuk mengamankan proses hijrahnya.
Setelah menempuh perjalanan 7 hari, Nabi Muhammad Saw dan Abu Bakar
sampai di Quba’, sebuah desa yang terletak dua mil di selatan Madinah. Beliau
membangun Masjid dan merupakan Masjid pertama dalam sejarah Islam. Beliau tinggal
di Quba’ selama empat hari. Pada Jum’at pagi beliau berangkat dari Quba’ menuju ke
Madinah. Ketika sampai di perkampungan Bani Salim bin Auf, waktu shalat Jum’at
tiba. Nabi Muhammad Saw melaksanakan shalat Jumat disana. Inilah Jum’at dan
khutbah yang pertama dalam Islam.
Setiba Nabi Muhammad Saw di Madinah, program pertama beliau adalah
menentukan tempat di mana akan dibangun Masjid. Beliau melepaskan untanya dan
menetapkan tempat berhenti untanya sebagai masjid. Ternyata untanya berhenti di tanah
milik dua orang anak yatim. Maka Nabi Muhammad Saw minta keduanya untuk
menjual tanahnya. Namun keduanya ingin memberikan tanahnya sebagai hadiah. Tapi
Nabi Muhammad Saw tetap ingin membayar harga tanah itu sebesar sepuluh dinar. Dan
Abu Bakar menyerahkan uang kepada mereka berdua.
Nabi Muhammad Saw tinggal di rumah Abu Ayyub al-Anshari sampai selesai
pembangunan Masjid Nabawi dan tempat tinggal beliau. Seluruh sahabat bersama Nabi
Muhammad Saw ikut membangun Masjid Nabawi, sebagaimana mereka melakukan
bersama-sama dalam pembangunan Masjid Quba’. Beberapa hari kemudian, istri Nabi
Muhammad Saw; Saudah ra; dua putri beliau Fatimah ra dan Ummu Kulsum ra,
Usamah bin Zaid ra, ‘Aisyah ra dan Ummu Aiman ra juga menyusul hijrah ke Madinah
dibawah kawalan Abdullah bin Abu Bakar ra. Adapun putri beliau seorang lagi, Zainab
ra, baru diijinkan hijrah ke Madinah setelah terjadi peperangan Badar.
Strategi Nabi Muhammad yang pertama yaitu membangun masjid. Adapun
strategi kedua yaitu membangun ukhuwwah islamiyyah yaitu mempersaudarakan kaum
Anshar dan Muhajirin. Strategi yang ke tiga adalah membuat perjanjian dengan non-
Muslim. Penduduk Madinah di awal kedatangan Rasulullah terdiri dari tiga kelompok,
yaitu bangsa Arab Muslim, bangsa Arab non-Muslim dan orang Yahudi. Untuk
menyelaraskan hubungan antara tiga kelompok tersebut, Nabi mengadakan perjanjian
atau kesepakatan dalam piagam yang di sebut “Konstitusi Madinah”.
2.) Alasan
Ada beberapa hal yang akan saya jelaskan mengapa peristiwa hijrah Rosul ke
Madinah merupakan persitiwa penting dalam sejarah peradaban Islam.
Peristiwa hijrah ini merupakan hal yang penting karena saat di Mekah, Islam
hanya memperoleh sedikit pengikut. Di Madinah, Islam memperoleh lebih banyak
pengikut, dan Nabi Muhammad segera mendapat pengaruh yang serta-merta
menjadikannya seorang pemimpin absolut. Selama beberapa tahun berikutnya, jumlah
umat Islam meningkat pesat.
Dipilihnya Madinah sebagai tempat tujuan berarti bahwa hijrah juga bermakna
pembangunan tahta peradaban (sebagaimana makna dari kata madinah). Untuk
membangun tahta perabadan umat Islam itu, Nabi membangun tiga orientasi umat
Islam, yaitu: Orientasi Budaya, Orientasi Kerja, Orientasi Kapital. Yang ketiganya
merupakan masalah pembangunan peradaban Muslim yang kita hadapi hingga saat ini,
yang penegakannya harus dibangun di atas keyakinan agama yang kuat.
Dampak perubahan peradaban yang paling signifikan pada masa Rasulullah
adalah perubahan tatanan sosial. Suatu perubahan mendasar dari masa amoral menuju
moralitas yang beradab. Dalam tulisan Ahmad al-Husairy diuraikan bahwa peradaban
pada masa nabi dilandasi dengan asas-asas yang diciptakan sendiri oleh Nabi
Muhammad di bawah bimbingan wahyu.
Pada masa ini, melalui strategi-strategi yang diterapkan di Madinah, Nabi
Muhammad membangun hal-hal yang sangat penting bagi keberlangsungan kehidupan
umat Islam selanjutnya, yaitu membangun tatanan masyarakat, dasar-dasar politik,
ekonomi, dan sosial, adapun penjelasannya sebagai berikut.
Masyarakat yang baru dibangun oleh Nabi adalah masyarakat madani yang
menjunjung tinggi nilai-nilai keadaban dan peradaban. Tidak ada hak-hak golongan
non-Muslim yang di hambat, ataupun di khianati. Nabi justru menerapkan dan
melaksanakan prinsip keadilan bagi warga Madinah, baik Muslim maupun non-Muslim.
Pendirian negara Islam Madinah dan pembentukan masyarakat di Madinah inilah yang
menjadi modal dasar bagi penataan kehidupan keagamaan dan penyiaran Islam di masa-
masa selanjutnya.
Adapun dalam bidang politik, Nabi Muhammad SAW meletakkan sistem
permusyawaratan (syura) sebagai dasar yang sangat ideal dalam kehidupan demokrasi.
Seperti yang difirmankan dalam al-Qur’an QS. Asy-Syura [42]: 38. Adapun dalam
bidang ekonomi, beliau meletakkan sistem yang dapat menjamin keadilan sosial.
Karena hal ini sangat diperlukan oleh masyarakat yang baru dibentuk, ditata, dibina dan
dikembangkan. Agar masyarakat dapat tumbuh kembang dengan keadilan sosial, oleh
karena itu Rasulullah sebagai seorang visioner, sangat menghayati dan menjiwai akan
merealisasikan prinsip-prinsip keadilan sosial dalam masyarakat yang baru dibentuknya,
seperti pembagian zakat.
Selanjutnya dalam bidang sosial-kemasyarakatan, Rasulullah SAW meletakkan
dasar dan sistem yang sangat penting, seperti persamaan derajat manusia dihadapan
Allah SWT yang mana tidak ditentukan oleh latar belakang suku, ras, bangsa, pangkat,
kedudukan, strata sosial dan atribut-atribut duniawi lainnya. Karena derajat dan
martabat manusia dihadapan Allah SWT ditentukan oleh kualitas takwa kepadaNya.
Dari semua strategi yang beliau lakukan, Nabi menjadi orang penting di negeri
tersebut. Pemimpin yang disegani rakyatnya, penyayang kepada seluruh lapisan
masyarakatnya, hingga beliau menjadi tokoh yang paling berpengaruh dalam Islam,
bahkan di dunia.
Peristiwa hijrah ini menjadi peristiwa yang sangat penting karena setelah hijrah ke
Madinah, Rosulullah dapat menjadi pemimpin yang absolut serta menjadikan Islam
sebagai agama yang besar dan kuat. Kepemimpinan Rosulullah yang amat baik di
Madinah ini pun menghasilkan dasar-dasar peradaban Islam yang seharusnya menjadi
pondasi bagi masa-masa Islam selanjutnya. Rasulullah SAW telah berhasil menjadikan
Madinah sebagai awal mula tonggak peradaban Islam. Masa ini menjadi peradaban
Islam terbaik dengan sudut pandang dilihat dari penerapan tauhid dalam keseharian
umatnya.

b. Peristiwa ‘Am al-Jama’ah


1.) Terjadinya Peristiwa ‘Am al-Jama’ah
Ketika Ali bin Abi Thalib syahid terbunuh oleh Abdurrahman bin Muljam pada
17 Ramadhan tahun 41 H/ 24 januari 661 M. Masyarakat membai’at puteranya, Hasan
bin Ali, menjadi khalifah. Akan tetapi, pemerintahan Hasan bin Ali hanya bertahan
beberapa bulan saja. Melihat kondisi pada masa tersebut, Hasan memiliki keinginan
untuk menyatukan seluruh umat Islam. Hal ini membuat ia menyerahkan pemerintahan
kepada Muawiyah bin Abu Sufyan.
Hasan bin Ali tidak menginginkan peperangan berkepanjangan yang meminta
banyak korban jiwa di kalangan umat Islam. Peristiwa penyerahan kekuasaan dari
Hasan bin Ali kepada Muawiyah bin Abu Sufyan itu terkenal dengan peristiwa Amul
Jamaah (tahun penyatuan). Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 41 H/ 6 September 661
M. Sejak saat itu, secara resmi pemerintahan Islam disandang oleh Muawiyah bin Abu
Sufyan. Ia kemudian memindahkan pusat kekuasaan dari Madinah ke Damaskus
(Suriah).
2.) Alasan
Alasan mengapa peristiwa ‘Am al-Jam’ah menurut saya penting adalah karena
peristiwa ini merupakan titik awal berdirinya dinasti Umayyah. Peradaban emas Islam
lahir pada masa Dinasti Umayyah. Ada beberapa hal yang memicu lahirnya peradaban
emas Islam pada masa Dinasti Umayyah ini, yaitu:
Hal pertama adalah ketika khalifah pertama Dinasti Umayyah yaitu Mu’awiyah
ibn Abu Sufyan melakukan invasi ke daerah Transjordania dan Syiria sampai dia
menemukan banyak banget manuskrip-manuskrip kuno di Kota Damaskus yang
diwariskan dari perkembangan ilmu pengetahuan Yunani dan Romawi (Sokrates, Plato,
Aristoteles, Galen, Euclid, dan sebagainya). Berdasarkan penemuannya itu, Mu’awiyah
terinspirasi untuk membuat pondasi peradaban Islam yang berdasarkan ilmu
pengetahuan.
Pemicu yang kedua, adalah karena pada saat yang bersamaan kekhalifahan
Ummayyah sedang mengadopsi teknologi penulisan naskah di atas kertas yang awalnya
berkembang di Tiongkok. Dengan perkembangan teknologi penulisan itu, Mu’awiyah
juga menyewa tenaga ilmuwan-ilmuwan dari Yunani dan Romawi untuk melakukan
terjemahan terhadap naskah-naskah kuno tersebut ke dalam bahasa Arab.
Pemerintahan Dinasti Umayyah dianggap sebagai masa penyebaran benih
kebudayaan yang berkembang subur di masa Dinasti Abbasiyyah. Banyak ilmu
pengetahuan yang berkembang pada masa Dinasti Umayyah, seperti ilmu-ilmu
keagamaan (ilmu qira’at, ilmu fiqh, ilmu tafsir, ilmu kalam, ilmu hadis, ilmu tasawuf
dan ilmu bahasa) dan juga ilmu arsitektur.
Selain banyaknya ilmu pengetahuan yang berkembang dan memunculkan
ulama-ulama besar di berbagai bidang, Dinasti Umayyah juga berperan besar dalam
perkembangan Islam di dunia. Karena pada masa inilah, pemerintahan Islam berhasil
menaklukan wilayah-wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh kerajaan Romawi dan
Byzantium. Bahkan pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah, wilayah kekuasaan
Islam terbentang sampe ke Andalusia, Afrika Utara, Persia, Asia Tengah dan wilayah
Hindia.
Adapun upaya yang dilakukan oleh para pemimpim di masa pemerintahan
Dinasti Umayyah, yang mampu menunjang kemajuan peradaban Islam adalah
membangun bidang administrasi di pemerintahan seperti sentralistik pemerintahan,
mendirikan departemen (diwan) yang membantu tugas-tugas pemerintahan, yang pada
masa Dinasti Umayyah, didirikan empat departemen atau diwan.
Empat departemen (diwan) tersebut adalah Diwan Rasail yang mengurus surat-
surat negara kepada para gubernur, Diwan Kharaj yang mengurusi tentang
perpajakan, Diwan Jund yang mengurus tentang ketentaraan negara (militer negara)
dan Diwan Khatam yang mengurusi perihal catat-mencatat. Selain mendirikan empat
departemen tersebut, pemerintahan Dinasti Umayyah juga menjadikan bahasa arab
sebagai bahasa resmi administrasi negara.
Selain bidang administrasi, bidang-bidang lain juga dikembangkan sebagai
penunjang kemajuan peradaban Islam seperti bidang seni dan budaya. Selain itu juga
mencetak mata uang dengan bahasa Arab, kemudian mendirikan pabrik industri dan
gedung, seperti pabrik kain sutra, gedung pemerintahan dan membangun kota Basrah
dan Kufah sebagai pusat perkembangan ilmu dan sastra.
Walaupun Dinasti Umayyah dianggap sebagai dinasti yang tidak terlalu
memperhatikan bidang pendidikan, karena lebih focus kepada politik dan militer,
namun Dinasti Umayyah juga mempunyai andil besar dalam pengembangan ilmu-ilmu
agama Islam, sastra dan filsafat. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya Kuttab (lembaga
pendidikan dasar dan menengah) dan masjid yang dibangun, dan dijadikan pusat
pembelajaran Islam.
Keberhasilan Dinasti Umayyah dalam melakukan futuhat atau perluasan
wilayah, tidak bisa dilepaskan dari kemajuan bidang politik dan militer Dinasti
Umayyah pada waktu itu. Kekuatan militer dan kebijakan-kebijakan politik yang
dijalankan oleh para pemimpin Dinasti Umayyah sangat berperan penting pada saat itu.
Oleh karena itu, pada masa Dinasti ini, bidang politik dan militer merupakan bidang
yang paling diperhatikan. Dengan perhatian pemerintah terhadap dua bidang ini, Islam
bisa masuk dan menaklukan wilayah-wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh Romawi
dan Byzantium.
Selain ekspansi wilayah besar-besaran yang dilakukan oleh Dinasti Umayyah,
gerakan penerjemahan buku-buku yang berbahasa selain Arab ke dalam bahasa Arab
juga sudah dimulai pada masa ini. Hanya saja, gerakan penerjemahan mulai
berkembang pesat pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyyah.
Islam dan peradabannya bisa jadi tidak akan maju dan berkembang jika hanya
memiliki wilayah yang sempit. Oleh karena itu, Dinasti Umayyah yang terkenal dengan
ekspansi wilayahnya sangat mempunyai peranan besar dalam kemajuan peradaban
Islam. Dan tentu saja, hal itu didukung dengan adanya pembangunan infrastruktur
setelah melakukan penaklukan, seperti kuttab dan masjid. Dengan begitu, wilayah-
wilayah yang telah ditaklukan menjadi tempat berkembang dan tumbuhnya peradaban
Islam di wilayah baru tersebut.
Oleh karena itu, masa Dinasti Umayyah disebut dengan masa peradaban emas
Islam jilid I, dan berdirinya dinasti ini tidak lain adalah karena adanya peristiwa ‘Am al-
Jama’ah.

c. Peristiwa Revolusi Bani Abbasiyah


Revolusi Abbasiyah mengacu kepada penggulingan Kekhalifahan Umayyah (661–
750 M), yang kedua dari empat Kekhalifahan utama dalam sejarah Islam awal, oleh
kekhalifahan yang ketiga, Kekhalifahan Abbasiyah (750–1258 M). Berkuasa tiga dekade
setelah wafatnya Nabi Muhammad dan segera setelah Kekhalifahan Rasyidin, Ummayah
merupakan kekaisaran Arab feodal yang memerintah sebuah populasi non-Arab serta
terutama non-Muslim yang sangat besar. Penduduk non-Arab diperlakukan sebagai warga
negara kelas dua tanpa menghiraukan apakah mereka beralih keyakinan masuk Islam atau
tidak, dan ketidakpuasan ini membelah agama dan etnis yang akhirnya mengarah pada
penggulingan Umayyah. Keluarga Abbasiyah menyatakan sebagai keturunan dari al-Abbas,
seorang paman Nabi.
Revolusi pada dasarnya menandai berakhirnya kekaisaran Arab dan awal dari
sebuah negara multietnik yang lebih inklusif di Timur Tengah. Dikenang sebagai salah satu
revolusi yang paling terorganisasi dengan baik selama periodenya dalam sejarah, revolusi
ini mengubah fokus Dunia Muslim ke timur.

Alasan
Menurut saya, persitiwa revolusi Abbasiyah ini penting karena dengan adanya
peristiwa ini, dinasti Abbasiyah berdiri, dan pada masa dinasti inilah peradaban emas Islam
jilid II lahir. Ada beberapa pemicu yang menjadikan lahirnya peradaban emas Islam lahir
pada dinasti ini, diantaranya yaitu:
1.) Pemicu pertama adalah ketika dinasti Ummayah beralih menjadi dinasti
Abbasiyah yang ditandai perpindahan pusat pemerintahan dari Damaskus ke Baghdad di
Mesopotamia. Dengan perpindahan pusat pemerintahan itu, yang dulunya peradaban
Islam saat masa Dinasti Umayyah mendapat  pengaruh kebudayaan dan ilmu
pengetahuan dari Yunani dan Romawi, nah saat di Baghdad mendapat tambahan
pengaruh lagi dari kebudayaan Persia dan India. Jadi, sempurnalah sumber ilmu yang
diperoleh. Seluruh sumber ilmu pengetahuan terlengkap yang dimiliki umat manusia
(Yunani, Romawi, Persia, India) pada saat itu akhirnya bisa ngumpul di satu titik lokasi.
2.) Pemicu kedua adalah pengaruh 2 orang khalifah besar, yaitu Harun Al Rasyid dan
anaknya, Al Ma’mun yang punya cita-cita mulia untuk membangun peradaban Islam
yang menjunjung tinggi perkembangan sains, logika, rasionalitas, serta
menjaga kemajuan ilmu pengetahuan serta meneruskan perkembangan ilmu yang telah
diraih oleh Bangsa India, Persia, dan Byzantium. Tanpa adanya peran mereka berdua
yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, masa keemasan Islam mungkin tidak akan
pernah muncul pada saat itu.
Pada masa Dinasti Abbasiyah ini banyak kemajuan di berbagai bidang, daintaranya
ekonomi, perdagangan, perluasan wilayah, ekonomi, politik, ilmu pengetahuan, hingga
peradaban. Kemajuan ini menjadikan kota Baghdad, ibu kota pemerintahan Abbasiyah
sebagai pusat perdagangan terbesar dan teramai di dunia. Di kota inilah terjadi berbagai
pertukaran barang-barang valuta asing dari berbagai penjuru dunia.
Pemasukan terbesar Dinasti ini berasal dari akivitas perekonomian yang terjadi di
wilayah kekuasaannya. Ditambah dengan perolehan pajak, negara ini memiliki dana yang
cukup untuk melakukan pembangunan. Kota ini dilengkapi dengan gedung-gedung yang
megah, sarana-sarana peribadatan yang cukup, lembaga pendidikan hingga pusat-pusat
kesehatan.
Harun membangun perpustakaan yang kemudian dikenal dengan nama Baytul
Hikmah, dan kelak dilanjutkan oleh anaknya, Al-Ma’mun. Baytul Hikmah menjadi cikal
bakal kegemilangan dunia ilmu pengetahuan dalam sejarah Islam. Naskah dari Yunani,
Cina, Sanskrit, Persia, dan Aramaik diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Pakar Islam,
Yahudi, Nasrani bahkan Budha pun berdatangan dan mengkaji ilmu pengetahuan dan
berdiskusi di Baytul Hikmah.
Pada masa pemerintahan anaknya, al-Ma’mun, fungsi Baitul Hikmah diperluas.
Baitul Hikmah dikembangkan menjadi lembaga pendidikan tinggi, perpustakaan, sekaligus
pusat penelitian. Perubahan ini kemudian mendorong gairah umat Islam untuk mempelajari
berbagai bidang ilmu pengetahuan.
Salah satu disiplin keilmuan yang sangat maju ketika itu adalah kedokteran.
Pendidikan kedokteran dan farmasi digalakkan di rumah-rumah sakit sehingga kota
Baghdad ketika itu memiliki 800 dokter, angka yang fantastis untuk zaman itu.
Zaman pemerintahan Harun ar-Rasyid dan anaknya Khalifah al-Ma’mun merupakan
The Golden Age of Islam. Ketika itu Baghdad menjadi kota metropolitan dan kota utama di
Dunia. Pendudukanya melebihi 1 juta jiwa, suatu jumlah yang sangat besar untuk ukuran
kota pada masa itu. Kota Baghdad kala itu menjadi pusat pendiidkan, ilmu pengetahuan,
pemikiran dan perdaban Islam, perdagangan, ekonomi dan politik.
Oleh karena itu, masa Dinasti Abbasiyah disebut dengan masa peradaban emas
Islam jilid II, dan berdirinya dinasti ini tidak lain adalah karena adanya peristiwa revolusi
dinasti abbasiyah.

2. Peninggalan Penting Peradaban Islam


a. Ketauhidan dan Akhlak
Peninggalan yang paling penting dari peradaban Islam adalah ketauhidan dan
akhlak. Peradaban Islam dimulai dari masa Rosulullah SAW. Pada masa Rosulullah ini
lahirlah peradaban Islam terbaik dengan sudut pandang dilihat dari penerapan tauhid dalam
keseharian umatnya dan juga akhlak yang memanusiakan manusia.
Pada masa sebelum kedatangan Islam, Arab dikenal dengan jaman jahiliah. Periode
jahiliyah adalah masa yang tidak mengenal agama tauhid yang membuat moralitas mereka
menjadi minim. Pada saat itu, masyarakat arab memiliki kebiasaan buruk seperti minum
minuman keras, berjudi, berzina dan menyembah berhala. Bangsa arab telah menganut
berbagai macam  agama, akhlak, adat istiadaat, dan aturan sebelum Islam datang. Islam
datang dengan membawa peradaban atau pembaharuan di berbagai bidang termasuk akhlak,
hukum, serta aturan hidup.
Peradaban yang berlandaskan pada ketuhidan ini mempunyai pengaruh yang jelas
dalam mengubah semua bentuk keagungan pada peradaban dan memberikan sumbangsih
dalam perjalanan kemanusiaan. Adanya Ketauhidan pada peradaban Islam ikut serta dalam
memberikan sumbangsih dalam menyamakan manusia dan memerdekakannya pada tirani
dan menghadapkan pandangan hanya kepada Allh SWT saja yang menciptakan alam
semesta dan arah perjalannya.
b. Penemuan, Karya, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi
Peninggalan terpenting dari peradaban Islam adalah ilmu pengetahuan dan
teknologinya. Banyak ilmu pengetahuan yang awal mulanya tergali pada masa peradaban
Islam, terutama pada masa keemasan Islam, yiatu pada masa Dinasti Umayyah dan Dinasti
Abbasiyah. Dengan peninggalan ini, seharunya umat Islam masa kini lebih mencintai ilmu
pengetahuan dan karena cinta akan ilmu pengetahuan, dengan sendirinya kita akan menjadi
umat yang maju dan kuat.
c. Semua masjid, artefak, museum, dll peninggalan peradaban Islam
Semua masjid, artefak, museum, dll peninggalan peradaban Islam merupakan
peninggalan yang penting karena dapat berfungsi sebagai ukhuwah Islamiyah. Dengan
adanya peninggalan-peninggalan tersebut, ukhuwah Islamiyah terjalin. Misalnya,
peninggalan Ka’bah dan masjid-masjid di Mekkah, seluruh umat Islam merasa mempunyai
Ka’bah dan masjid-masjid tersebut, tidak pandang status sosial, latar belakang negara, dan
perbedaan lainnya. Hal tersebut membangun dan menyatukan persaudaraan umat Islam di
seluruh dunia.

Sumber :
Muhammad Taufik Ismail, Zaenal Abidin. Kontekstualisasi Hijrah Sebagai Titik Tolak
Pembaharuan Pendidikan. 2017. SUHUF. 29(1).
Nelly Yusra. Diambang Kemunduran dan Kehancuran Dinasty Bani Umayyah. 2012. Jurnal
Pemikiran Islam. 37(2): 118
Ummu Salamah Ali. Peradaban Islam Madinah (Refleksi terhadap Primordialisme Suku Auz dan
Khazraj). 2017. Journal Kalimah. 15(2).

Anda mungkin juga menyukai