Puji Syukur kehadirat Allah Subhanallahu Ta’ala atas limpahan berkat dan rahmatnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah sejarah peradaban islam tentang
Khulafa’urrasidin yang menjadi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam.
Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi agung
Muhammad SAW yang atas berkatnya sehingga kita dapat keluar dari zaman yang gelap
gulita menuju zaman yang terang benderang dengan pancaran iman dan islam.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak pihak yang telah membantu penulis
dalam penyusunan makalah ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah sejarah
peradaban islam dengan judul “Peradaban Islam pada masa Khulafaurrasyidin” .
Demikian makalah ini dibuat , semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca. Penulis sadar betul bahwa makalah yang ditulis penulis sangat jauh dari kata
sempurna. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk dapat
memperbaiki makalah ini. Demikian yang dapat penulis sampaikan
Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah Khulafaur Rasyidin selalu digunakan untuk menunjuk pada masa dan
sistem kepemimpinan yang lurus pasca kepemimpinan Rasulullah, yaitu pemerintahan
Abu Bakar, Umar ibn Al-khaththab,Ustman ibn Affan, dan Ali ibn Abi Thalib. Sistem
Khilafah Rasyidin dianggap selesai setelah sistem pemerintahan berubah menjadi
kerajaan, sejak masa Muawiyah dan keturunannya hingga masa-masa berikutnya.
Periode pemerintahan Khulafaurrasyidin dimulai dari peristiwa Saqifah Bani Sa’idiah.
Peristiwa ini terjadi pada hari Senin sore tanggal 12 Rabi'ul Awwal tahun 11 Hijriyah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peradaban Islam pada masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq?
2. Bagaimana peradaban Islam pada masa Khalifah Umar ibn Al-Khattab?
3. Bagaimana peradaban Islam pada masa Khalifah Utsman ibn Affan?
4. Bagaimana peradaban Islam pada masa Khalifah Ali ibn Abi Thalib?
C. Tujuan
1. Mengetahui peradaban Islam pada masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq
2. Mengetahui peradaban Islam pada masa Khalifah Umar ibn Al-Khattab
3. Mengetahui peradaban Islam pada masa Khalifah Utsman ibn Affan
4. Mengetahui peradaban Islam pada masa Khalifah Ali ibn Abi Thalib
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
a. Penataan Birokrasi Pemerintahan
Sistem birokrasi yang diterapkan oleh Khalifah Abu Bakar
masih meneruskan sistem pemerintahan Rasulullah, Shallalahu ‘alaihi
wassalamyaitu sistem pemerintahan sentralisasi.Pada sistem ini, semua
kewenangan eksekutif, legislatif, dan yudikatif dipusatkan pada satu
orang.
Abu Bakar mengangkat beberapa sahabat untuk mengurusi
beberapa bidang.Misalnya, Ali ibn Abi Thalib bertugas mengurusi
masalah kesekretariatan negara. Selain itu, Umar ibn Al-Khaththab dan
Abu Ubaidah ibn Al-Jarrah juga termasuk sahabat yang diutus Abu
Bakar untuk membantu roda pemerintahannya.2
b. Memerangi Nabi palsu, Kaum Murtad dan Kelompok yang Menolak
Membayar Zakat
1) Memerangi Nabi Palsu
Di tahun-tahun terakhir kehidupan Nabi Muhammad
SAW, sudah bermunculan nabi-nabi palsu di wilayah Arab
bagian selatan dan tengah. Orang yang mengaku dirinya
memegang peran kenabian pertama kali muncul di Yaman, ia
bernama Aswad Al-Ansi. Lalu, muncul nama Musailamah Al-
Kadzab, Thulaihah dan Sajah binti Al-Haris ibn Suwaid At-
Tamimiyyah. Ia adalah seorang wanita yang berasal dari
Arabiyah Tengah. Kesesatan Sajah diikuti oleh suku Bani
Tamim, Taghlab, dan suku lainnya dari Bani Rabi’ah.3
2) Memerangi Kaum Murtad
Upaya Abu Bakar dalam memerangi penyimpangan ini
awalnya dilakukan dengan mengirim surat kepada semua
golongan yang menyimpang. Surat tersebut berisi seruan untuk
kembali kepada jalan yang benar yaitu ajaran islam. Namun
demikian, surat tersebut tidak mendapatkan respons positif dari
mereka. Akhirnya dengan sangat terpaksa, khalifah
mengirimkan pasukan untuk memerangi kaum murtad yang
berujung pada kemenangan umat Islam.Kebijakan ini dilakukan
2
Ibid., hlm.23
3
Ibid., hlm.28
4
dengan tujuan menciptakan persatuan umat serta mengakkan
hukum dan keadilan.4
4
Ibid., hlm.29
5
Ibid.,hlm.30
5
muslimin yang terbunuh sebanyak 1.000 orang, di antaranya 70 orang
penghafal Al-Qur’an.6
d. Ekspansi Wilayah
Ekspansi yang dilakukan oleh Khalifah Abu Bakar dimulai
dengan melanjutkan rencana Rasulullah yang tertunda, yakni
pengiriman ekspedisi di bawah pimpinan Usamah ibn Zaid ke
perbatasan Syuriah. Pengiriman pasukan ini bertujuan untuk membalas
pembunuhan Zaid, ayah Usamah dan kerugian yang diderita oleh umat
islam dalam perang Mu’tah.7
1) Penaklukan di Irak
6
Ibid., hlm.33
7
Ibid., hlm.35
8
Ibid., hlm.36
6
Perang ini dinamakan Dzatu As-Salasil (perang
berantai) karena menggunakan rantai utuk mengikat kaki-
kaki mereka agar tidak lari dari medan perang. Perang ini
dimenangkan oleh kaum muslimin dengan memperoleh
ghanimah yang berlimpah, dibawa oleh seribu ekor unta.9
b) Perang Al-Madzar
Perang Al-Madzar terjadi pada bulan Shafar tahun 12
H. Perang ini disebut juga dengan Perang As-Tsaniy
( perang sungai ). Peperangan ini terjadi karena Hurmuz
telah mengirim surat kepada Ardisyir dan Syira tentang
kedatangan Khalid ke kotanya setelah dari Yamamah. Syira
segera mengirimkan tentaranya dengan seorang panglima
yang bernama Qarin bin Qiryanis. Setelah bantuan ini
sampai ke Hurmuz, ternyata seluruh pasukan Hurmuz telah
dikalahkan.
c) Perang Walajah
9
Ibid., hlm.36
10
Ibid. ,hlm.38
7
Pada peperangan ini, pasukan Khalid mengalahkan
pasukan musuh. Adapun Andar Zaghar langsung melarikan
diri dari medan perang dan mati kehausan.11
d) Perang Ullais
2) Penaklukan di Syam
11
Ibid., hlm.39
12
Ibid., hlm.40
13
Ibid.,hlm. 41
8
e) Kodifikasi Al-Qur’an
Tujuan dari kodifikasi Al-Quran adalah untuk menjaga dan
melindungi sumber utama syariat Islam itu setelah terbunuhnya
beberapa sahabat penghafal Al-Quran dalam Perang Yamamah. Ketika
itu, Umar ibn al-Khaththab merasa khawatir jika Al-Quran hilang dari
tengah-tengah umat Islam sehingga ia mengajukan usul kepada Abu
Bakar untuk mengumpulkan catatan ayat-ayat Al-Quran yang tercecer
pada lempeng-lempeng batu, pada pelepah kurma, dan potongan-
potongan kulit hewan. Abu Bakar al-Shiddiq menyetujui usulan Umar.
Kemudian, Abu Bakar al-Shiddiq menunjuk Zaid ibn Tsabit dalam
proses kodifikasi Al-Quran. Lembaran-lembaran tersebut disimpan
oleh Abu Bakar hingga Allah mewafatkannya, kemudian disimpan
oleh Umar ibn al-Khaththab hingga ia wafat, dan kemudian disimpan
oleh Hafshah binti Umar r.a.14
f) Mendirikan Baitul Mal
Baitul mal yang didirikan Abu Bakar adalah suatu lembaga
pemerintahan yang mengelola harta zakat, infaq dan sedekah. Harta
tersebut diperoleh kaum muslimin, kemudian dikelola dan disalurkan
untuk kepentingan negara dan masyarakat.15
Menurut penuturan putrinya, Aisyah r.a., awal mula Abu Bakar sakit adalah
sebab beliau mandi pada suatu hari yang sangat dingin. Akibatnya, Abu Bakar
mengalami demam hingga terpaksa harus beristirahat di rumah selama beberapa
hari.Karena sakitnya yang semakin parah, banyak orang yang menawarkan untuk
memanggilkan dokter.16
Namun, Abu Bakar menolaknya. Abu Bakar wafat pada usia yang sama
dengan Nabi Muhammad SAW yaitu 63 tahun, tepatnya pada Senin malam tanggal 23
Agustus 634 M 17 Jumadil Akhir 13 H di Madinah. Waktu itu, beliau ditimpa demam
sebelum akhirnya wafat setelah 15 hari menderita sakit tersebut.Dengan demikian,
14
Dr.Musthafa Murad, kisah Hidup Abu Bakar Al-Shiddiq,(Jakarta:Zaman,2007), hlm 146
15
Abdullah munib El Basyiry.2016.Meneladani Kepemimpinan Khalifah,(Jakarta:Amzah,2016), hlm. 42
16
Ibid., hlm.47
9
berakhirlah masa jabatannya sebagai khalifah yang hanya berlangsung selama 2
tahun, 3 bulan, 8 hari.17
10
2) Penanggalan Hijriyah
3) Melakukan Ijtihad
4) Ekspansi Wilayah
20
Abdullah Munib El-Basyiriy,Meneladani Kepemimpinan Khalifah(Jakarta:Amzah,2016), hlm.112
21
Ibid. ,hlm.119
22
Ibid., hlm.114
11
dipimpin oleh Sa’ad ibn Abi Waqqash. Tahun 640 M, Babilon di Mesir
berhasil dikepung oleh pasukan pimpinan Amr ibn Al-Ash. Sementara
itu, tentara Byzantium di Heliopolis berhasil dikalahkan dan
Alexandria menyerah pada tahun 641 M.23 Tujuan perluasan wilayah
untuk melindungi kaum muslimin dari gangguan musuh-musuh
islam.24
23
Ibid., hlm.115
24
Ibid., hlm.116
25
Ibid., hlm.116-117
26
Ibid., hlm.117-118
12
seorang utusan kaum Kristen dari Yerusalem. Di tempat itulah
Perjanjian Adelia ( istilah lain Yerusalem) dirumuskan dan
ditandatangani.27
27
Ibid., hlm .118
28
Ibid., hlm.119
29
Ibid., hlm.119
30
Ibid., hlm.120
13
Dalam kondisi bersimbah darah menahan luka, amirul
mu’minin masih sempat memberikan nasihat. Saat itu beliau di
kelilingi beberapa sahabat yang sedang menjenguknya tiba-tiba datang
seorang pemuda dan berkata “Bergembiralah wahai amirul mu’minin
dengan berita gembira dari Allah untukmu, engkau adalah sahabat
Rasulullah, pendahulu islam. Engkau menjadi pemimpin yang adil,
kemudian engkau diberikan Allah Syahadah ( mati Syahid).31
Sebelum wafat Umar ibn Al-Khaththab memiliki dua
permintaan kepada anaknya, Abdullah ibn Umar beliau meminta
anaknya menghitung hutang beliau dan membayarkannya memakai
hartanya tetapi jika hartanya tidak cukup mintalah kepada Bani Adi ibn
Ka’ab, dan jika ternyata belum juga cukup, mintalah kepada kaum
Quraisy dan jangan meminta selain mereka.Permintaan kedua Khalifah
Umar ibn Al-Khaththab adalah beliau ingin di makamkan di samping
kedua sahabatnya yaitu Nabi Muhammad Shallalahu ‘alaihi wassalam
dan Khalifah Abu Bakar.32
D. Proses Kekhalifahan Ustman bin Affan
Pada zaman kekhalifahan Umar bin Khattab, tepatnya ketika beliau sakit
dibentuklah dewan musyawarah yang terdiri dari Ali bin Abi Thalib, Ustman bin
Affan, Sa’ad bin Abi Waqas, Thalha bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam dan
Abdur Rahman bin Auf. Salah seorang putra Umar, Abdullah ditambahkan pada
komisi di atas tetapi hanya punya hak pilih dan tidak berhak dipilih 33.
Dewan tersebut dikenal dengan sebutan Ahlul Halli wal Aqdi dengan
tugas pokok menentukan siapa yang layak menjadi penerus Khalifah Umar bin
Khattab dalam memerintah umat Islam. Sahabat-sahabat yang tergabung dalam
dewan, posisinya seimbang tidak ada yang lebih menonjol sehingga cukup sulit
untuk menetapkan salah seorang dari mereka sebagai pengganti Umar. Tidaklah
heran bila dalam sidang terjadi tarik ulur pendapat yang sangat alot, walau pada
akhirnya, mereka memutuskan Ustman bin Affan sebagai Khalifah setelah Umar
bin Khattab. Diantara kelima calon hanya Tholhah yang sedang tidak berada di
Madinah ketika terjadi pemilihan. Akhirnya suara mayoritas menghendaki dan
31
Ibid., hlm.120-121
32
Ibid., hlm.123
33
Mufrodi Ali, Negeri Islam Yang Hilang,(Surabaya: Turkistan, 2010), Hlm. 57
14
mendukung Ustman. Lalu ia dinyatakan resmi sebagai Khalifah melalui sumpah,
dan baiat seluruh umat Islam.
15
ditandai dengan perluasan kekuasaan Islam.. Atas perlindungan
pasukan Islam, masyarakat Asia kecil dan Cyprus bersedia
menyerahkan upeti sebagaimana yang mereka lakukan sebelumnya
pada masa kekuasaan Romawi atas wilayah tersebut.
16
Khalifah Abu Bakar yang disimpan oleh istri Rasulullah, Siti Hafsah
dan menyatukan umat Islam dengan satu bacaan yang tetap pada satu
huruf
Selanjutnya Ustman mengirim surat pada Hafsah yang berupa
lembaran-lembaran yang bertuliskan Al-Qur‘an, lalu menyalinnya
dalam bentuk mushaf dan setelah selesai akan dikembalikan.
Kemudian Hafsah mengirimkannya kepada Ustman. Ustman
memerintahkan Zaid Ibn Tsabit, Abdullah Ibn Zubair, Sa‘ad Ibn
Al-‘Ash dan Abdurahman Ibnu Harist Ibn Hisyam, untuk menyalin
mushaf yang telah dipinjam. Khalifah Ustman berpesan kepada kaum
Quraisy bila berbeda pendapat tentang hal Al-Qur‘an maka tulislah
dengan ucapan lisan Quraisy karena Al-Qur‘an diturunkan di kaum
Quraisy. Setelah mereka menyalin ke dalam beberapa mushaf Khalifah
Ustman mengembalikan lembaran mushaf asli kepada Hafsah.
Selanjutnya ia menyebarkan mushaf yang yang telah di salinnya
keseluruh daerah dan memerintahkan agar semua bentuk lembaran
mushaf yang lain dibakar.
Al-Mushaf ditulis lima buah, empat buah dikirimkan ke daerah-
daerah Islam supaya disalin kembali dan supaya dipedomani, satu buah
disimpan di Madinah untuk Khalifah Ustman sendiri dan mushaf ini
disebut mushaf Al-Imam dan dikenal dengan mushaf Ustmani. Jadi
langkah pengumpulan mushaf ini merupakan salah satu langkah
strategis yang dilakukan Khalifah Ustman bin Affan yakni dengan
meneruskan jejak Khalifah pendahulunya untuk menyusun dan
mengkodifikasikan ayat-ayat al-Qur an dalam sebuah mushaf.
Dibantu oleh Zaid bin Tsabit dan sahabat-sahabat yang lain,
Khalifah berusaha menghimpun kembali ayat-ayat al-Qur an yang
outentik berdasarkan salinan Kitab Suci yang terdapat pada Siti
Hafsah, salah seorang isteri Nabi yang telah dicek kembali oleh para
ahli dan huffadz dari berbagai kabilah yang sebelumnya telah
dikumpulkan34.
34
A. Hasjmy, Di Mana Letaknya Negara Islam, (Surabaya:PT Bina Ilmu, 1984), hlm 133
17
2. Konflik dan Kemelut Politik Islam
Pada masa awal pemerintahannya, beliau berhasil
memerintahan Islam dengan baik sehingga Islam mengalami kemajuan
dan kemakmuran dengan pesat. Namun pada paruh terakhir masa
kekhalifahannya muncul perasaan tak puas dan kecewa umat Islam
terhadapnya. Khalifah Ustman adalah pemimpin yang sangat
sederhana, berhati lembut dan sangat shaleh, sehingga kepemimpinan
beliau dimanfaatkan oleh sanak saudaranya dari keluarga besar Bani
Umayah untuk menjadi pemimpin di daerah-daerah.
Orang-orang menuduh Khalifah Ustman melakukan nepotisme,
dengan mengatakan bahwa beliau menguntungkan sanak saudaranya
Bani Umayyah, dengan jabatan tinggi dan kekayaannya. Mereka juga
menuduh pejabat-pejabat Umayyah suka menindas dan menyalahkan
harta baitul maal. Disamping itu Khalifah Utsman dituduh sebagai
orang yang boros mengeluarkan belanja, dan kebanyakan diberikan
kepada kaum kerabatnya sehingga hampir semuanya menjadi orang
kaya.
Dalam kenyataannya, satu persatu kepemimpinan didaerah-
daerah kekuasaan Islam diduduki oleh keluarga Khalifah Ustman.
Adapun pejabat-pejabat yang diangkat Ustman antara lain:
1.Abdullah bin Sa‘ad (saudara susuan Ustman) sebagai wali Mesir
menggantikan Amru bin Ash.
2.Abdullah bin Amir bin Khuraiz sebagai wali Basrah menggantikan
Abu Musa Al-Asyari.
3.Walid bin Uqbah bin Abi Muis (saudara susuan Ustman) sebagai
wali Kufah menggantikan Sa‘ad bin Abi Waqos.
4.Marwan bin Hakam (keluarga Ustman ) sebagai sekretaris Khalifah
Ustman.
Protes orang dengan tuduhan nepotisme tidaklah beralasan
karena pribadi Ustman itu bersih. Pengangkatan kerabat oleh Ustman
bukan tanpa pertimbangan. Hal ini ditunjukkan oleh jasa yang dibuat
oleh Abdullah bin Sa‘ad dalam melawan pasukan Romawi di Afrika
Utara dan juga keberhasilannya dalam mendirikan angkatan laut. Ini
18
menunjukkan Abdullah bin Sa’ad adalah orang yang cerdas dan cakap,
sehingga pantas menggantikan Amr ibn ‘Ash yang sudah lanjut usia.
Hal lain ditunjukkan ketika diketahui Walid bin Uqbah melakukan
pelanggaran berupa mabuk-mabukkan, ia dihukum cambukdan diganti
oleh Sarad bin Ash.35.
Penyebab utama dari semua protes terhadap Khalifah Ustman
adalah diangkatnya Marwan ibnu Hakam, karena pada dasarnya dialah
yang menjalankan semua roda pemerintahan, sedangkan Ustman hanya
menyandang gelar Khalifah. Rasa tidak puas memuncak ketika
pemberontak dari Kufah dan Basrah bertemu dan bergabung dengan
pemberontak dari Mesir. Wakil-wakil mereka menuntut diangkatnya
Muhammad Ibnu Abu Bakar sebagai Gubernur Mesir. Tuntutan
dikabulkan dan mereka kembali. Akan tetapi di tengah perjalanan
mereka menemukan surat yang dibawa oleh utusan khusus yang isinya
bahwa wakil-wakil itu harus dibunuh ketika sampai di Mesir. Yang
menulis surat tersebut menurut mereka adalah Marwan ibn Hakam.
Mereka meminta Khalifah Ustman menyerahkan Marwan, tetapi
ditolak oleh Khalifah. Ali bin Abi Tholib mencoba mendamaikan tapi
pemberontak berhasil mengepung rumah Ustman dan membunuh
Khalifah yang ketika membaca al-Qur’an pada 35 H/17Juni 656 M.
Pembunuhan ini menimbulkan berbagai gejolak pada tahun-tahun
berikutnya, sehingga bermula dari kejadian ini dikenal sebutan al-bab
al-maftukh (terbukanya pintu bagi perang saudara).
Menurut ahli sejarah berkebangsaan Jerman Mr. Welhausen
“Pembunuhan Ustman yang bermotif politik itu lebih berpengaruh
terhadap lembaran sejarah Islam dibandingkan dengan sejarah-sejarah
Islam yang lainnya. Kesatuan umat Islam yang baru terbentuk oleh dua
Khalifah pendahulunya mulai sirna dan keruwetan muncul di tengah-
tengah umat Islam. Selanjutnya masyarakat Muslim terpecah menjadi
dua golongan yaitu Umaiyah dan Hasyimiyah. Golongan Umaiyah
menuntut pembalasan atas darah Ustman sepanjang pemerintahan Ali
hingga terbentuknya Dinasti Umaiyah”. Ibnu Saba’, nama lengkapnya
Abdullah bin Saba’, adalah seorang Yahudi dari Yaman yang masuk
35
Ibid.,Hlm. 125
19
Islam. Ia merupakan provokator yang berada di balik pemberontakan
terhadap Khalifah Ustman bin Affan.
Ibnu Saba’ melakukan semuanya itu didasarkan motivasi
dirinya untuk meruntuhkan dasar-dasar Islam yang telah dipegang
teguh oleh umat Islam. Niatnya masuk Islam hanyalah sebagai kedok
belaka untuk merongrong kewibawaan pemerintahan Khalifah Ustman,
sehingga muncullah kerusuhan yang terjadi di berbagai wilayah
kekuasaan Islam di antaranya adalah Fustat (Kairo), Kufah, Basrah,
dan Madinah36.
Selain faktor dari luar tersebut (provokasi dari Ibnu Saba’),
dalam internal kekhalifahan Ustman bin Affan terdapat konfrontasi
lama yang mencuat kembali. Permasalahan tersebut semata-mata
berupa persaingan yang di antara Bani Hasyim dan Bani Umayyah.
Sedangkan Ustman sendiri merupakan salah satu anggota dari keluarga
besar Bani Umayyah. Pada konteks sejarahnya, Bani Hasyim sejak
dahulu berada di atas Bani Umayyah terutama pada masalah-masalah
perpolitikan orang-orang Quraisy.
36
Ibid., Hlm. 129
20
karena khawatir kekayaan dan kesenangan mereka akan hilang lenyap karena
keadilan yang akan dijalankan oleh Ali.37
37
A.Syalabi, Sejarah & Kebudayaan Islam. (Jakarta: Pustaka Alhusna, 1983) hlm. 283
21
menjatuhkan kekhalifahan Ali. Adapun alasan pihak-pihak yang merongrong
kekhalifahanAli adalah:
1.Sebagian kaum muslimin memandang bahwa menyerahkan kursi
Khalifah kepada Ali berarti penyerahannya turun-temurun kepada
Bani Hasyim.
2.Jika pemerintahan dipegang Ali maka dikhawatirkan tipe
kepemimpinan Ali akan sama dengan tipe kepemimpinan Umar Ibn
Khatab yang terkenal jujur, keras dan disiplin. Sehingga orang-orang
yang pada masa Ustman merasakan kesenangan hidup enggan untuk
melepas kesenangan tersebut 38
Selain adanya pihak-pihak yang tidak menyukainya, Ali juga direpotkan
dengan gencarnya desakan yang menuntut penuntasan tragedi pembunuhan
Ustman, yang ternyata mereka tidak sekedar mendesak bahkan akhirnya mereka
menyatakan perang dengan Ali dan merongrongnya selama Ali belum
mengabulkan tuntutannya. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka banyak
orang-orang yang tidak menyukai Ali. Akan tetapi tidak ada orang yang ingin
diangkat sebagai Khalifah, karena Ali masih ada.
38
Ibid., hlm. 282
39
Ibid., hlm 284-296
22
Hasyim sudah ada, terbukti ketika Ustman terbunuh secara misterius Bani
Ummayyah mengeksploitasi tuduhan pada Ali, karena didasari Bani Umayyah
yang memang ambisi menjadi Khalifah.
Semestinya gerakan radikal Ali untuk mengusir elite Bani Umayyah
dilakukan secara bertahap, sebab walau bagaimanapun elite baru yang telah
lama berkuasa seperti Muawiyah sulit ditundukkan, sedangkan Ali yang
mengandalkan idealisme dan dukungan masyarakat bawah beberapa kelompok
tua terlalu intelektual tapi kurang pengalaman dalam menyelesaikan konflik
dalam pemerintahan, sehingga dengan demikian yang muncul dalam
pemerintahan bukan integrasi tetapi disintegrasi yang ditandai dengan lahirnya
perang saudara yang pertama kali dalam Islam, yakni perang jamal.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Problem besar yang dihadapi Abu Bakar ialah munculnya nabi palsu dan
kelompok ingkar zakat serta munculnya kamum murtad Musailimah bin
kazzab beserta pengikutnya menolak, membayar zakat dan murtad
23
Umar bin Khatab dikenal dengan masa Futuhat Al-Islamiyyah( Perluasan
wilayah Islam)
Ustman bin Affan memiliki kebijakan pembuatan Mushaf Usmani dan
pembentukan angkatan laut
Kebijakan Ali bin Abi Thalib adalah memecat kepala daerah yang kurang
cakap , mengambil kembali tanah
B. Saran.
Kami bangga sekaligus kagum atas perjuangan-perjuangan yang
dilakukan oleh Khulafaur Rasyidin. Tapi yang di sayangkan pada masa
pemerintahan salah satu dari Khulafaur Rasyidin ialah: Para aparatur Negara di
ambil dari kalangan keluarga Khalifah, dan ketidak tegasan dalam
memutuskan/menyelesaikan masalah, hal tersebut yang menyebabkan perpecahan
dan pemberontakan di kalangan umat Islam, sehingga berdampak negatif di era
globalisasi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Syamsul Munir. 2009.Sejarah Peradaban Islam. Jakara : Sinar Grafi Offset
24
El-Basyiry,Abdullah Munib.2016.Meneladani KepemimpinanKhalifah Khulafaur
Rasyidin dan Khalifah Pilihan.Jakarta:Amzah
Niswah, Choirun. 2015. Pendidikan Islam pada Masa Khulafa Al-Rasyidin dan Bani
Umayyah. Palembang: Tadrib Vol.1, No. 2 Thn.15.
25