Anda di halaman 1dari 25

Kata Pengantar

Puji Syukur kehadirat Allah Subhanallahu Ta’ala atas limpahan berkat dan rahmatnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah sejarah peradaban islam tentang
Khulafa’urrasidin yang menjadi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam.

Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi agung
Muhammad SAW yang atas berkatnya sehingga kita dapat keluar dari zaman yang gelap
gulita menuju zaman yang terang benderang dengan pancaran iman dan islam.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak pihak yang telah membantu penulis
dalam penyusunan makalah ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah sejarah
peradaban islam dengan judul “Peradaban Islam pada masa Khulafaurrasyidin” .

Demikian makalah ini dibuat , semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca. Penulis sadar betul bahwa makalah yang ditulis penulis sangat jauh dari kata
sempurna. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk dapat
memperbaiki makalah ini. Demikian yang dapat penulis sampaikan

Semarang, 4 Maret 2020

Penulis

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah Khulafaur Rasyidin selalu digunakan untuk menunjuk pada masa dan
sistem kepemimpinan yang lurus pasca kepemimpinan Rasulullah, yaitu pemerintahan
Abu Bakar, Umar ibn Al-khaththab,Ustman ibn Affan, dan Ali ibn Abi Thalib. Sistem
Khilafah Rasyidin dianggap selesai setelah sistem pemerintahan berubah menjadi
kerajaan, sejak masa Muawiyah dan keturunannya hingga masa-masa berikutnya.
Periode pemerintahan Khulafaurrasyidin dimulai dari peristiwa Saqifah Bani Sa’idiah.
Peristiwa ini terjadi pada hari Senin sore tanggal 12 Rabi'ul Awwal tahun 11 Hijriyah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peradaban Islam pada masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq?
2. Bagaimana peradaban Islam pada masa Khalifah Umar ibn Al-Khattab?
3. Bagaimana peradaban Islam pada masa Khalifah Utsman ibn Affan?
4. Bagaimana peradaban Islam pada masa Khalifah Ali ibn Abi Thalib?
C. Tujuan
1. Mengetahui peradaban Islam pada masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq
2. Mengetahui peradaban Islam pada masa Khalifah Umar ibn Al-Khattab
3. Mengetahui peradaban Islam pada masa Khalifah Utsman ibn Affan
4. Mengetahui peradaban Islam pada masa Khalifah Ali ibn Abi Thalib

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perebutan Kekhalifahan sepeninggal Rasulullah SAW

Setelah Rasulullah wafat terjadilah perebutan kepemimpinan dan


perselisihan pendapat antar umat islam mengenai penentuan khalifah yang tepat
untuk meneruskan kepemimpinan setelah nabi Muhammad SAW wafat.
Sekelompok orang berpendapat bahwa Abu bakar berhak untuk menggantikan
kepemimpinan setelah nabi Muhammad kelompok lainnya berpendapat bahwa
yang berhak menggantikan Rasulullah dalam kepemimpinan adalah ahlul bait
Rasulullah yakni Abdullah bin Abbas atau Ali bin Abu Thalib. Kelompok lain
berpendapat bahwa yang berhak menggantikan kepemimpinan adalah salah satu
kaum muhajirin. Kelompok lainnya berpendapat bahwa yang berhak
menggantikan kepemimpinan adalah salah satu kaum muhajirin.

Dalam hal perebutan kepemimpinan, terdapat 3 golongan yang bersaing


keras memperebutkan kepemimpinan, yakni Anshar, Muhajjirin dan keluarga
Hasyim. Untuk menindak lanjuti pemilihan khalifah baru setelah nabi Muhammad
, maka diadakannya pertemuan di balai pertemuan Bani Saidah madinah. Dalam
pertemuan tersebut, kaum Ansar mencalonkan Sa’ad bin ubadah , pemuka
Khazraj. Kaum Muhajjirin Abu bakar sebagai pengganti Nabi Muhammad karena
dipandang layak dan sudah pernah diberi perintah oleh nabi Muhammad untuk
memimpin manusia dalam ibadah saat nabi muhammad sakit sebelum wafat. di
pihak lain terdapat kelompok orang yang menghendaki Ali Bin Abi Thalib.1

Ketiga kelompok saling berselisih pendapat dan merasa paling berhak


untuk menjadi penerus Nabi, Hingga akhirnya , berkat tindakan tegas dari tiga
orang, yakni Abu bakar, Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah bin Jarrah yang
melakukan semacam Kudeta terhadap kelompok , memaksa Abu Bakar sendiri
sebagai deputi Nabi. Dengan semangat Ukhuwah Islamiyah, terpilihlah Abu
Bakar sebagai khafillah Rasulullah atau Kalifah.

B. Peradaban Islam Pada masa Abu bakar As-sidiq


1) Sistem dan Kebijakan Pemerintahan Abu Bakar Ash-Shiddiq
1
Amin, Syamsul Munir.Sejarah Peradaban Islam. Jakara : Sinar Grafika Offset hlm.135

3
a. Penataan Birokrasi Pemerintahan
Sistem birokrasi yang diterapkan oleh Khalifah Abu Bakar
masih meneruskan sistem pemerintahan Rasulullah, Shallalahu ‘alaihi
wassalamyaitu sistem pemerintahan sentralisasi.Pada sistem ini, semua
kewenangan eksekutif, legislatif, dan yudikatif dipusatkan pada satu
orang.
Abu Bakar mengangkat beberapa sahabat untuk mengurusi
beberapa bidang.Misalnya, Ali ibn Abi Thalib bertugas mengurusi
masalah kesekretariatan negara. Selain itu, Umar ibn Al-Khaththab dan
Abu Ubaidah ibn Al-Jarrah juga termasuk sahabat yang diutus Abu
Bakar untuk membantu roda pemerintahannya.2
b. Memerangi Nabi palsu, Kaum Murtad dan Kelompok yang Menolak
Membayar Zakat
1) Memerangi Nabi Palsu
Di tahun-tahun terakhir kehidupan Nabi Muhammad
SAW, sudah bermunculan nabi-nabi palsu di wilayah Arab
bagian selatan dan tengah. Orang yang mengaku dirinya
memegang peran kenabian pertama kali muncul di Yaman, ia
bernama Aswad Al-Ansi. Lalu, muncul nama Musailamah Al-
Kadzab, Thulaihah dan Sajah binti Al-Haris ibn Suwaid At-
Tamimiyyah. Ia adalah seorang wanita yang berasal dari
Arabiyah Tengah. Kesesatan Sajah diikuti oleh suku Bani
Tamim, Taghlab, dan suku lainnya dari Bani Rabi’ah.3
2) Memerangi Kaum Murtad
Upaya Abu Bakar dalam memerangi penyimpangan ini
awalnya dilakukan dengan mengirim surat kepada semua
golongan yang menyimpang. Surat tersebut berisi seruan untuk
kembali kepada jalan yang benar yaitu ajaran islam. Namun
demikian, surat tersebut tidak mendapatkan respons positif dari
mereka. Akhirnya dengan sangat terpaksa, khalifah
mengirimkan pasukan untuk memerangi kaum murtad yang
berujung pada kemenangan umat Islam.Kebijakan ini dilakukan

2
Ibid., hlm.23
3
Ibid., hlm.28

4
dengan tujuan menciptakan persatuan umat serta mengakkan
hukum dan keadilan.4

3) Memerangi kelompok yang menolak membayar zakat


Terdapat beberapa alasan mengapa setelah wafatnya
Nabi Muhammad SAW, banyak orang yang enggan membayar
zakat. Alasan yang paling kuat dari suku Arab, mereka mengira
bahwa zakat serupa dengan pajak yang diserahkan kepada
pemerintah pusat di Madinah. Hal ini tidak disukai oleh suku
Arab karena bertentangan dengan karakter mereka yang
independen. Mengetahui hal tersebut, Abu Bakar mengadakan
rapat bersama kaum Muhajirin dan Anshar. Setelah Abu Bakar
Ash-Shiddiq dan Umar ibn Al-Khaththab menyampaikan
pendapat serta pidatonya, kaum Muhajirin dan kaum Anshar
serta Utsman bin Affan pun setuju untuk memerangi mereka
yang enggan membayar zakat.5
c. Pelantikan 11 Kepala Batalion
Abu Bakar Ash-Shiddiq memilih 11 orang sebagai pemimpin 11
batalion untuk memerangi segala penyimpangan. 11 orang yang
dilantik tersebut adalah Khalid ibn Al-Walid, Ikrimah ibn Abu Jahal
,Syurahbil ibn Hasanah, Muhajir ibn Abi Umayyah, Khalid ibn Said
ibn Al-Ash, Amru ibn Ash, Hudzaifah ibn Mihzan Al-Ghalfani,
Arfajah ibn Hartsamah, Thuraifah ibn Hajiz, Al-Ala ibn Al-
Hadhrami ,Suwaid ibn Muqrin.
Khalifah Abu Bakar mengirimkan bala tentara yang dipimpin
oleh Saifullah Al-Maslul, Khalid ibn Walid untuk memerangi
Musailamah Al-Kadzab di Yamamah. Saat itu pasukan yang dipimpin
Khalid berjumlah belasan ribu, sementara pasukan Musailamah
mencapai 40.000 orang. Pertempuran berakhir dengan terbunuhnya
Musailamah dan 10.000 lebih dari pasukannya, sementara dari pihak

4
Ibid., hlm.29
5
Ibid.,hlm.30

5
muslimin yang terbunuh sebanyak 1.000 orang, di antaranya 70 orang
penghafal Al-Qur’an.6
d. Ekspansi Wilayah
Ekspansi yang dilakukan oleh Khalifah Abu Bakar dimulai
dengan melanjutkan rencana Rasulullah yang tertunda, yakni
pengiriman ekspedisi di bawah pimpinan Usamah ibn Zaid ke
perbatasan Syuriah. Pengiriman pasukan ini bertujuan untuk membalas
pembunuhan Zaid, ayah Usamah dan kerugian yang diderita oleh umat
islam dalam perang Mu’tah.7
1) Penaklukan di Irak

Abu Bakar mengirim perintah tertulis kepada Khalid yang saat


itu masih berada di Yamamah, untuk melanjutkan perjalanannya ke
Irak. Khalid berangkat bersama pasukannya yang telah menumpas
kaum murtadin, berjumlah 2.000 tentara ditambah 8.000 tentara dari
suku Rabi’ah. Khalid juga mengirim surat kepada tiga pemimpin Irak
yang memiliki pasukan siap jihad. Mereka adalah Adz’ur ibn ‘Adiy
Al-‘Ajali, Sulma ibn Al-Qain At-Tamimi, dan Harmalah ibn Huraithah
At-Tamimi. Mereka setuju dan bergabung dengan pasukan mereka
yang berjumlah 8.000 tentara, sehingga jumlah pasukan kaum
muslimin mencapai 18.000 tentara. Mereka bersepakat akan bertemu di
Ubulla. Lalu, mereka siap menghadapi pertempuran melawan pasukan
Persia.8

a) Perang Dzat As-Salasil

Sebelum memasuki Irak, Khalid sudah menulis


surat peringatan kepada Hurmuz, pemimpin persia,
diperbatasan Ubulla. Hurmus sudah mengetahui dan
mempercepat gerak pasukannya untuk mendahului kaum
muslimin tiba di tempat tersebut dengan menempatkan dua
pemimpin pasukan, yaitu Qubbadz dan Anu Syajan.

6
Ibid., hlm.33
7
Ibid., hlm.35
8
Ibid., hlm.36

6
Perang ini dinamakan Dzatu As-Salasil (perang
berantai) karena menggunakan rantai utuk mengikat kaki-
kaki mereka agar tidak lari dari medan perang. Perang ini
dimenangkan oleh kaum muslimin dengan memperoleh
ghanimah yang berlimpah, dibawa oleh seribu ekor unta.9

b) Perang Al-Madzar
Perang Al-Madzar terjadi pada bulan Shafar tahun 12
H. Perang ini disebut juga dengan Perang As-Tsaniy
( perang sungai ). Peperangan ini terjadi karena Hurmuz
telah mengirim surat kepada Ardisyir dan Syira tentang
kedatangan Khalid ke kotanya setelah dari Yamamah. Syira
segera mengirimkan tentaranya dengan seorang panglima
yang bernama Qarin bin Qiryanis. Setelah bantuan ini
sampai ke Hurmuz, ternyata seluruh pasukan Hurmuz telah
dikalahkan.

Perang ini dimenangkan oleh pasukan Khalid.Pada


saat itu, tentara Khalid berhasil membunuh 30.000 personil
pasukan Persia dan banyak dari mereka yang hanyut di
sungai.10

c) Perang Walajah

Perang Walajah terjadi pada bulan Shafar tahun 12


H, setelah berita kekalahan Qarin dan pasukannya di Al-
Madzar sampai kepada Ardisyir yang ketika itu menjadi
raja.Ia mengirim panglima perangnya yang bernama Al-
Andar Zaghar dan diperkuat dengan pasukan lain yang
dipimpin oleh Bahman Jadzawaih. Mereka kemudian
berangkat hingga tiba di suatu tempat yang bernama Al-
Walajah.

9
Ibid., hlm.36
10
Ibid. ,hlm.38

7
Pada peperangan ini, pasukan Khalid mengalahkan
pasukan musuh. Adapun Andar Zaghar langsung melarikan
diri dari medan perang dan mati kehausan.11

d) Perang Ullais

Perang Ullais terjadi pada bulan Shafar tahun 12 H.


Perang ini terjadi karena pada perang Walajah, Khalid telah
membunuh beberapa orang dari Bani Bakar ibn Wail, dari
kaum Nasrani Arab yang berada di bawah kekuasaan
Persia. Mereka segera menulis surat kepada orang-orang
Ajam, lalu ditindak lanjuti oleh Ardisyir dengan
mengirimkan bantuan pasukan kepada mereka. Setelah itu,
berkumpul di suatu tempat yang bernama Ullais.

Pada peperangan ini pasukan Khalid dapat


mengalahkan pasukan musuh. Khalid menugaskan
pasukannya untuk memenggal kepala musuh dan
mencampakkan mereka ke sungai.12

2) Penaklukan di Syam

Pada awal tahun 13 H, Abu Bakar mengirim pasukan ke Syam.


Beliau mengirim pasukan yang dipimpin Amru ibn Al-Ash ke
Palestina, serta pasukan lain di bawah komando Yazid ibn Abi
Sufyan, Abu Ubaidah ibn Al-Jarrah, dan Syurahbil ibn Hasanah ke
Syam. Pasukan Romawi yang menuruni bukit Jalaq di bagian atas
Palestina berjumlah 70.000 orang, di bawah pimpinan Taadzaruq,
Saudara Heraklius. Pertempuran tersebut berakhir dengan
kemenangan di tangan pasukan muslimin yang berhasil membunuh
musuh lebih dari 3.000 orang dan sebagian yang lain berhasil
ditawan. Pasukan Romawi sebagian lari ke Aelia, Kaesaria, dan
Damaskus.13

11
Ibid., hlm.39
12
Ibid., hlm.40
13
Ibid.,hlm. 41

8
e) Kodifikasi Al-Qur’an
Tujuan dari kodifikasi Al-Quran adalah untuk menjaga dan
melindungi sumber utama syariat Islam itu setelah terbunuhnya
beberapa sahabat penghafal Al-Quran dalam Perang Yamamah. Ketika
itu, Umar ibn al-Khaththab merasa khawatir jika Al-Quran hilang dari
tengah-tengah umat Islam sehingga ia mengajukan usul kepada Abu
Bakar untuk mengumpulkan catatan ayat-ayat Al-Quran yang tercecer
pada lempeng-lempeng batu, pada pelepah kurma, dan potongan-
potongan kulit hewan. Abu Bakar al-Shiddiq menyetujui usulan Umar.
Kemudian, Abu Bakar al-Shiddiq menunjuk Zaid ibn Tsabit dalam
proses kodifikasi Al-Quran. Lembaran-lembaran tersebut disimpan
oleh Abu Bakar hingga Allah mewafatkannya, kemudian disimpan
oleh Umar ibn al-Khaththab hingga ia wafat, dan kemudian disimpan
oleh Hafshah binti Umar r.a.14
f) Mendirikan Baitul Mal
Baitul mal yang didirikan Abu Bakar adalah suatu lembaga
pemerintahan yang mengelola harta zakat, infaq dan sedekah. Harta
tersebut diperoleh kaum muslimin, kemudian dikelola dan disalurkan
untuk kepentingan negara dan masyarakat.15

2. Akhir Hayat Abu Bakar Ash-Shiddiq

Menurut penuturan putrinya, Aisyah r.a., awal mula Abu Bakar sakit adalah
sebab beliau mandi pada suatu hari yang sangat dingin. Akibatnya, Abu Bakar
mengalami demam hingga terpaksa harus beristirahat di rumah selama beberapa
hari.Karena sakitnya yang semakin parah, banyak orang yang menawarkan untuk
memanggilkan dokter.16

Namun, Abu Bakar menolaknya. Abu Bakar wafat pada usia yang sama
dengan Nabi Muhammad SAW yaitu 63 tahun, tepatnya pada Senin malam tanggal 23
Agustus 634 M 17 Jumadil Akhir 13 H di Madinah. Waktu itu, beliau ditimpa demam
sebelum akhirnya wafat setelah 15 hari menderita sakit tersebut.Dengan demikian,

14
Dr.Musthafa Murad, kisah Hidup Abu Bakar Al-Shiddiq,(Jakarta:Zaman,2007), hlm 146
15
Abdullah munib El Basyiry.2016.Meneladani Kepemimpinan Khalifah,(Jakarta:Amzah,2016), hlm. 42
16
Ibid., hlm.47

9
berakhirlah masa jabatannya sebagai khalifah yang hanya berlangsung selama 2
tahun, 3 bulan, 8 hari.17

C. Peradaban Islam pada masa Khalifah Umar bin Khattab


1. Umar ibn Al-Khaththab sebagai Khalifah
a. Sistem dan kebijakan pemerintahan Khalifah Umar ibn Al-Khaththab
Selama memegang tampuk kekhalifahan, Umar ibn Al-
khaththab jauh dari istilah otoriter. Semua kebijakan yang diambilnya
selalu berdasrkan Al-Quran dan hadits. Adapun beberapa keberhasilan
yang diraih pada masa khalifah Umar ibn Al-Khaththab sebagai
berikut:
1) Penataan Administrasi Pemerintahan

Khalifah Umar berhasil membangun sebuah jaringan


pemerintahan sipil yang luas dan kokoh. Ia berhasil meletakkan dasar-
dasar dan menyusun undang-undang sebuah negara besar. Beberapa
departemen kenegaraan juga dibentuk dengan segala prosedurnya
sesuatu yang sama sekali belum dikenal oleh bangsa arab.18

Dalam menjalankan roda pemerintahannya, Ia banyak


mengadaptasi kebijakan dari negara maju untuk diterapkan
dinegaranya. Khalifah Umar membagi administrasi negara menjadi
unit berupa iqlim (provinsi) dan distrik. Hingga akhir masa jabatannya,
Umar membagi negara pemerintahannya dalam beberapa provinsi
yaitu : Makkah dan madinah, Jazirah, Kufah, dan Bashrah, Khurasan,
Azerbaijan, Fars (Persia), Suriah dan Palestina, dan Mesir.

Beberapa pejabat di setiap provinsi diangkat oleh Khalifah


Umar. Pejabat tertinggi yang memerintah setiap provinsi adalah wali
atau gubernur, disusul oleh kepala sekretaris wilayah atau katib, kepala
pasukan ketentaraan atau perwira militer (qaid), pejabat dinas
perpajakan (shahib al-kharraj) yang merangkap petugas zakat (amil),
pejabat dinas keamanan (shahib al-ahdats), pejabat keuangan negara
(shahib bait al-mal) juga kepala dinas kehakiman (qadhi).19
17
Abdullah munib El Basyiry.2016.Meneladani Kepemimpinan Khalifah,(Jakarta:Amzah,2016),hlm.2
18
Dr.Musthafa Murad,Umar ibn Al-Khattab, (Jakarta:Zaman,2007), hlm.169
19
Ibid., hlm.170

10
2) Penanggalan Hijriyah

Penetapan penanggalan Hijriah bermula dari keresahan


Khalifah Umar yang suatu ketika diperlihatkan sebuah dokumen
kesepakatan antara dua orang. Dalam dokumen tersebut, tertulis masa
berlaku bulan Syaban, tetapi tidak disertai angka dan tahun.20

Dari kejadian tersebut Khalifah Umar segera mengumpulkan


para sahabat untuk membicarakan ihwal pentingnya penanggalan. Dari
berbagai pendapat yang diajukan oleh para sahabat Khalifah Umar
lebih cenderung mendukung pendapat dari sahabat Ali bin Abi Thalib
yaitu dengan perhitungannya berdasarkan peristiwa Nabi Muhammad
SAW berhijrah dari Makkah ke Madinah.21

3) Melakukan Ijtihad

Umar dikenal sebagai sahabat yang berani melakukan ijtihad


dengan tetap menjunjung tinggi prinsip-prinsip musyawarah. Beliau
biasanya melakukan Ijtihad untuk menentukan sesuatu yang belum ada
dasar hukumnya, atau belum pernah ada pada masa Nabidan
sesudahnya.Ijtihad yang dilakukan Khalifah Umar terdapat di berbagai
bidang.22

4) Ekspansi Wilayah

Periode ekspansi kekuasaan besar-besaran yang dilakukan pada


masa Khalifah Umar ini dikenal dengan periode Futuhat Al-
Islamiyyah( Perluasan wilayah Islam). Awalnya tentara Islam berhasil
menguasai Damaskus pada tahun 635 M. Setelah itu, disusul dengan
kemenangan atas tentara Byzantium di pertempuran Yarmuk ditahun
brikutnya 636 M. Kemenangan tersebut sekaligus menjadikan seluruh
wilayah Syria jatuh kedalam kekuasaan Islam.

Dari Wilayah Syria, perluasaan daerah berlanjut ke Mesir dan


Irak. Penaklukan Mesir dipimpin oleh Amr ibn Al-Ash dan di Irak

20
Abdullah Munib El-Basyiriy,Meneladani Kepemimpinan Khalifah(Jakarta:Amzah,2016), hlm.112
21
Ibid. ,hlm.119
22
Ibid., hlm.114

11
dipimpin oleh Sa’ad ibn Abi Waqqash. Tahun 640 M, Babilon di Mesir
berhasil dikepung oleh pasukan pimpinan Amr ibn Al-Ash. Sementara
itu, tentara Byzantium di Heliopolis berhasil dikalahkan dan
Alexandria menyerah pada tahun 641 M.23 Tujuan perluasan wilayah
untuk melindungi kaum muslimin dari gangguan musuh-musuh
islam.24

5) Penaklukan Yerusalem tanpa Kekerasaan

Pada saat itu, Yerusalem ditempati oleh penduduk Kristen dan


Yahudi. Mereka tengah bersiap-siap dengan cemas setelah mendengar
kabar bahwa pasukan muslim beserta bala bantuannya telah
mengepung kota. Pasukan Islam sadar bahwa Yerusalem merupakan
kota suci, sehingga mereka tidak ingin menumpahkan darah kota
dikota tersebut. Di sisi lain, umat Kristen yang mempertahankan kota
itu juga sadar, mereka tidak akan mmpu menahan kekuatan pasukan
muslim.25

Ditengah kecemasan penduduk Yerusalem, Patriarch


Yerusalem, uskup agung Sophronius mengajukan perjanjian damai.
Permintaan tersebut disambut baik oleh panglima Amru ibn Al-Ash,
yang sejak awal memang menginginkan penaklukan damai, tanpa
pertumpahan darah. Uskup agung Sophronius menginginkan agar kota
suci itu diserahkan secara langsung pada Khalifah Umar ibn Al-
Khaththab. Ia menghendaki agar amirul mu’minin datang ke
Yerusalem secara pribadi untuk menerima penyerahan kunci kota suci
tersebut. Kota Yerusalem menjadi kiblat pertama kaum muslimin ,
tempat singgahnya Rasulullah SAW pada peristiwa isra’ sekaligus
menjadi permulaan mi’raj Rasulullah SAW. 26

Ketika sampai di masyarakat menyaksikan pemandangan yang


sangat ganjil yang belum pernah terjadi. Khalifah Umar menerima

23
Ibid., hlm.115
24
Ibid., hlm.116
25
Ibid., hlm.116-117

26
Ibid., hlm.117-118

12
seorang utusan kaum Kristen dari Yerusalem. Di tempat itulah
Perjanjian Adelia ( istilah lain Yerusalem) dirumuskan dan
ditandatangani.27

Berdasarkan perjanjian itu, Khalifah Umar menjamin


keamanan nyawa dan harta benda segenap penduduk Yerusalem,
keselamatan gereja, dan tempat-tempat suci lainnya. Dalam perjanjian
itu ada butir yang merupakan pesan khusus dari pemimpin Kristen.
Ketentuan tersebut berisi larangan kaum Yahudi berada di Yerusalem.
Namun demikian, butir khusus ini berangsur-angsur dihapuskan
setelah Yerusalem berubah dari kota Kristen menjadi kota Muslim.28

Khalifah Umar melanjutkan perjalanan ke Yerusalem. Seperti


biasa, beliau berjalan layaknya seorang Musafir biasa, tanpa pengawal
dengan tunggangan seadanya. Uskup Sophronius kemudian
menyerahkan kunci kota Yersualem kepada Khalifah Umar didepan
gereja makam suci Yesus. Di tempat itu, Khalifah Umar menyatakan
keinginnya untuk menunaikan shalat dan meminta agar diantar ke
tempat ia biasa melaksanakan shalat.29

6) Syahidnya Khalifah Umar ibn Al-Khaththab


Di usianya semakin senja, khalifah Umar menyadari
kekuatannya yang semakin lemah, sementara rakyatnya tersebar
diseluruh daerah kekuasaan. Khalifah Umar dicekam kekhawatiran jika
ia tidak lagi bisa memenuhi kewajibannya sebagai pemimpin. Hingga
suatu ketika, usai melaksanakan ibadah haji pada tahun 23 H, Khalifah
Umar ibn khaththab berdoa agar dirinya diwafatkan di Madinah dan
Allah berkenan memberikan syahadah (mati syahid) kepadanya.30
Tidak ada yang menyangka, Khalifah Umar yang ditakuti
kegarangannya bisa wafat di tangan seorang budak Majusi. Namanya
Abu Lu’lu’ah Fairuz, ia menikam Khalifah Umar ibn Al-Khaththab di
suatu subuh saat sedang shalat di mihrab.

27
Ibid., hlm .118
28
Ibid., hlm.119
29
Ibid., hlm.119
30
Ibid., hlm.120

13
Dalam kondisi bersimbah darah menahan luka, amirul
mu’minin masih sempat memberikan nasihat. Saat itu beliau di
kelilingi beberapa sahabat yang sedang menjenguknya tiba-tiba datang
seorang pemuda dan berkata “Bergembiralah wahai amirul mu’minin
dengan berita gembira dari Allah untukmu, engkau adalah sahabat
Rasulullah, pendahulu islam. Engkau menjadi pemimpin yang adil,
kemudian engkau diberikan Allah Syahadah ( mati Syahid).31
Sebelum wafat Umar ibn Al-Khaththab memiliki dua
permintaan kepada anaknya, Abdullah ibn Umar beliau meminta
anaknya menghitung hutang beliau dan membayarkannya memakai
hartanya tetapi jika hartanya tidak cukup mintalah kepada Bani Adi ibn
Ka’ab, dan jika ternyata belum juga cukup, mintalah kepada kaum
Quraisy dan jangan meminta selain mereka.Permintaan kedua Khalifah
Umar ibn Al-Khaththab adalah beliau ingin di makamkan di samping
kedua sahabatnya yaitu Nabi Muhammad Shallalahu ‘alaihi wassalam
dan Khalifah Abu Bakar.32
D. Proses Kekhalifahan Ustman bin Affan

Pada zaman kekhalifahan Umar bin Khattab, tepatnya ketika beliau sakit
dibentuklah dewan musyawarah yang terdiri dari Ali bin Abi Thalib, Ustman bin
Affan, Sa’ad bin Abi Waqas, Thalha bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam dan
Abdur Rahman bin Auf. Salah seorang putra Umar, Abdullah ditambahkan pada
komisi di atas tetapi hanya punya hak pilih dan tidak berhak dipilih 33.
Dewan tersebut dikenal dengan sebutan Ahlul Halli wal Aqdi dengan
tugas pokok menentukan siapa yang layak menjadi penerus Khalifah Umar bin
Khattab dalam memerintah umat Islam. Sahabat-sahabat yang tergabung dalam
dewan, posisinya seimbang tidak ada yang lebih menonjol sehingga cukup sulit
untuk menetapkan salah seorang dari mereka sebagai pengganti Umar. Tidaklah
heran bila dalam sidang terjadi tarik ulur pendapat yang sangat alot, walau pada
akhirnya, mereka memutuskan Ustman bin Affan sebagai Khalifah setelah Umar
bin Khattab. Diantara kelima calon hanya Tholhah yang sedang tidak berada di
Madinah ketika terjadi pemilihan. Akhirnya suara mayoritas menghendaki dan
31
Ibid., hlm.120-121
32
Ibid., hlm.123
33
Mufrodi Ali, Negeri Islam Yang Hilang,(Surabaya: Turkistan, 2010), Hlm. 57

14
mendukung Ustman. Lalu ia dinyatakan resmi sebagai Khalifah melalui sumpah,
dan baiat seluruh umat Islam.

1) Sistem dan Kebijakan dan Pemerintahan Ustman bin Affan


a. Perluasan Wilayah
Khalifah Utsman mengutus Sa’ad bin al-Ash bersama
Khuzaifah Ibnu al-Yamaan serta beberapa sahabat Nabi lainnya pergi
ke negeri Khurosan dan sampai di Thabristan dan terjadi peperangan
hebat, sehingga penduduk mengaku kalah dan meminta damai. Tahun
30 H/ 650 M pasukan Muslim berhasil menguasai Khurazan.
Adapun tentang Iskandariyah, bermula dari kedatangan kaisar
Konstan II dari Roma Timur atau Bizantium yang menyerang
Iskandariyah dengan mendadak, sehingga pasukan Islam tidak dapat
menguasai serangan. Panglima Abdullah bin Abi Sarroh yang menjadi
wali di daerah tersebut meminta pada Khalifah Utsman untuk
mengangkat kembali panglima Amru bin ‘Ash yang telah
diberhentikan untuk menangani masalah di Iskandariyah. Abdullah bin
Abi Sarroh memandang panglima Amru bin ‘Ash lebih cakap dalam
memimpin perang dan namanya sangat disegani oleh pikak lawan.
Permohonan tersebut dikabulkan, setelah itu terjadilah perpecahan dan
menyebabkan tewasnya panglima di pihak lawan.
Selain itu, Khalifah Ustman bin Affan juga mengutus Salman
Robiah Al-Baini untuk berdakwah ke Armenia. Ia berhasil mengajak
kerjasama penduduk Armenia, bagi yang menentang dan memerangi
terpaksa dipatahkan dan kaum muslimin dapat menguasai Armenia.
Perluasan Islam memasuki Tunisia dipimpin oleh Abdullah bin Sa‘ad
bin Abi Zarrah. Tunisia sebelum kedatangan pasukan Islam sudah lama
dikuasai Romawi. Tidak hanya itu saja, ia berhasil menguasai Asia
kecil dan Cyprus. Negeri-negeri yang telah masuk ke dalam kekuasaan
Islam antara lain: Barqoh, Tripoli Barat, sebagian Selatan negeri
Nubah, Armenia dan beberapa bagian Thabaristan bahkan tentara Islam
telah melampaui sungai Jihun, negeri Balkh, Hara, Kabul dan Gzaznah
di Turkistan. Jadi Enam tahun pertama pemerintahan Ustman bin Affan

15
ditandai dengan perluasan kekuasaan Islam.. Atas perlindungan
pasukan Islam, masyarakat Asia kecil dan Cyprus bersedia
menyerahkan upeti sebagaimana yang mereka lakukan sebelumnya
pada masa kekuasaan Romawi atas wilayah tersebut.

b. Pembangunan Angkatan Laut


Pembangunan angkatan laut bermula dari adanya rencana
Khalifah Ustman untuk mengirim pasukan ke Afrika, Mesir, Cyprus
dan Konstatinopel Cyprus. Untuk sampai ke daerah tersebut harus
melalui lautan.
Selain itu, Keberangkatan pasukan ke Cyprus yang melalui
lautan, juga mendesak ummat Islam agar membangun armada angkatan
laut. Pada saat itu, pasukan di pimpin oleh Abdullah bin Qusay Al-
Harisy yang ditunjuk sebagai Amirul Bahr atau panglima Angkatan
Laut.
Serangan yang dilakukan oleh bangsa Romawi ke Mesir
melalui laut juga memaksa ummat Islam agar segara mendirikan
angkatan laut. Bangsa Romawi telah menduduki Alexandria dengan
penyerangan dari laut yang mengakibatkan jatuhya Mesir ke tangan
kekuasan bangsa Romawi.

c. Pendewanan Mushaf Ustmani


Penyebaran Islam bertambah luas dan para Qori‘ pun tersebar
di berbagai daerah, sehinga perbedaan bacaan pun terjadi yang
diakibatkan berbedanya qiro‘at dari qori‘ yang sampai pada mereka.
Sebagian orang Muslim merasa puas karena perbedaan tersebut
disandarkan pada Rasullullah SAW.
Sebagian bacaan itu tercampur dengan kesalahan tetapi masing-
masing berbekal dan mempertahankan bacaannya. Bahkan mereka
saling mengkafirkan. Melihat hal tersebut beliau melaporkannya
kepada Khalifah Ustman. Para sahabat amat khawatir kalau perbedaan
tersebut akan membawa perpecahan dan penyimpangan. Mereka
sepakat menyalin lembaran pertama yang telah di lakukan oleh

16
Khalifah Abu Bakar yang disimpan oleh istri Rasulullah, Siti Hafsah
dan menyatukan umat Islam dengan satu bacaan yang tetap pada satu
huruf
Selanjutnya Ustman mengirim surat pada Hafsah yang berupa
lembaran-lembaran yang bertuliskan Al-Qur‘an, lalu menyalinnya
dalam bentuk mushaf dan setelah selesai akan dikembalikan.
Kemudian Hafsah mengirimkannya kepada Ustman. Ustman
memerintahkan Zaid Ibn Tsabit, Abdullah Ibn Zubair, Sa‘ad Ibn
Al-‘Ash dan Abdurahman Ibnu Harist Ibn Hisyam, untuk menyalin
mushaf yang telah dipinjam. Khalifah Ustman berpesan kepada kaum
Quraisy bila berbeda pendapat tentang hal Al-Qur‘an maka tulislah
dengan ucapan lisan Quraisy karena Al-Qur‘an diturunkan di kaum
Quraisy. Setelah mereka menyalin ke dalam beberapa mushaf Khalifah
Ustman mengembalikan lembaran mushaf asli kepada Hafsah.
Selanjutnya ia menyebarkan mushaf yang yang telah di salinnya
keseluruh daerah dan memerintahkan agar semua bentuk lembaran
mushaf yang lain dibakar.
Al-Mushaf ditulis lima buah, empat buah dikirimkan ke daerah-
daerah Islam supaya disalin kembali dan supaya dipedomani, satu buah
disimpan di Madinah untuk Khalifah Ustman sendiri dan mushaf ini
disebut mushaf Al-Imam dan dikenal dengan mushaf Ustmani. Jadi
langkah pengumpulan mushaf ini merupakan salah satu langkah
strategis yang dilakukan Khalifah Ustman bin Affan yakni dengan
meneruskan jejak Khalifah pendahulunya untuk menyusun dan
mengkodifikasikan ayat-ayat al-Qur an dalam sebuah mushaf.
Dibantu oleh Zaid bin Tsabit dan sahabat-sahabat yang lain,
Khalifah berusaha menghimpun kembali ayat-ayat al-Qur an yang
outentik berdasarkan salinan Kitab Suci yang terdapat pada Siti
Hafsah, salah seorang isteri Nabi yang telah dicek kembali oleh para
ahli dan huffadz dari berbagai kabilah yang sebelumnya telah
dikumpulkan34.

34
A. Hasjmy, Di Mana Letaknya Negara Islam, (Surabaya:PT Bina Ilmu, 1984), hlm 133

17
2. Konflik dan Kemelut Politik Islam
Pada masa awal pemerintahannya, beliau berhasil
memerintahan Islam dengan baik sehingga Islam mengalami kemajuan
dan kemakmuran dengan pesat. Namun pada paruh terakhir masa
kekhalifahannya muncul perasaan tak puas dan kecewa umat Islam
terhadapnya. Khalifah Ustman adalah pemimpin yang sangat
sederhana, berhati lembut dan sangat shaleh, sehingga kepemimpinan
beliau dimanfaatkan oleh sanak saudaranya dari keluarga besar Bani
Umayah untuk menjadi pemimpin di daerah-daerah.
Orang-orang menuduh Khalifah Ustman melakukan nepotisme,
dengan mengatakan bahwa beliau menguntungkan sanak saudaranya
Bani Umayyah, dengan jabatan tinggi dan kekayaannya. Mereka juga
menuduh pejabat-pejabat Umayyah suka menindas dan menyalahkan
harta baitul maal. Disamping itu Khalifah Utsman dituduh sebagai
orang yang boros mengeluarkan belanja, dan kebanyakan diberikan
kepada kaum kerabatnya sehingga hampir semuanya menjadi orang
kaya.
Dalam kenyataannya, satu persatu kepemimpinan didaerah-
daerah kekuasaan Islam diduduki oleh keluarga Khalifah Ustman.
Adapun pejabat-pejabat yang diangkat Ustman antara lain:
1.Abdullah bin Sa‘ad (saudara susuan Ustman) sebagai wali Mesir
menggantikan Amru bin Ash.
2.Abdullah bin Amir bin Khuraiz sebagai wali Basrah menggantikan
Abu Musa Al-Asyari.
3.Walid bin Uqbah bin Abi Muis (saudara susuan Ustman) sebagai
wali Kufah menggantikan Sa‘ad bin Abi Waqos.
4.Marwan bin Hakam (keluarga Ustman ) sebagai sekretaris Khalifah
Ustman.
Protes orang dengan tuduhan nepotisme tidaklah beralasan
karena pribadi Ustman itu bersih. Pengangkatan kerabat oleh Ustman
bukan tanpa pertimbangan. Hal ini ditunjukkan oleh jasa yang dibuat
oleh Abdullah bin Sa‘ad dalam melawan pasukan Romawi di Afrika
Utara dan juga keberhasilannya dalam mendirikan angkatan laut. Ini

18
menunjukkan Abdullah bin Sa’ad adalah orang yang cerdas dan cakap,
sehingga pantas menggantikan Amr ibn ‘Ash yang sudah lanjut usia.
Hal lain ditunjukkan ketika diketahui Walid bin Uqbah melakukan
pelanggaran berupa mabuk-mabukkan, ia dihukum cambukdan diganti
oleh Sarad bin Ash.35.
Penyebab utama dari semua protes terhadap Khalifah Ustman
adalah diangkatnya Marwan ibnu Hakam, karena pada dasarnya dialah
yang menjalankan semua roda pemerintahan, sedangkan Ustman hanya
menyandang gelar Khalifah. Rasa tidak puas memuncak ketika
pemberontak dari Kufah dan Basrah bertemu dan bergabung dengan
pemberontak dari Mesir. Wakil-wakil mereka menuntut diangkatnya
Muhammad Ibnu Abu Bakar sebagai Gubernur Mesir. Tuntutan
dikabulkan dan mereka kembali. Akan tetapi di tengah perjalanan
mereka menemukan surat yang dibawa oleh utusan khusus yang isinya
bahwa wakil-wakil itu harus dibunuh ketika sampai di Mesir. Yang
menulis surat tersebut menurut mereka adalah Marwan ibn Hakam.
Mereka meminta Khalifah Ustman menyerahkan Marwan, tetapi
ditolak oleh Khalifah. Ali bin Abi Tholib mencoba mendamaikan tapi
pemberontak berhasil mengepung rumah Ustman dan membunuh
Khalifah yang ketika membaca al-Qur’an pada 35 H/17Juni 656 M.
Pembunuhan ini menimbulkan berbagai gejolak pada tahun-tahun
berikutnya, sehingga bermula dari kejadian ini dikenal sebutan al-bab
al-maftukh (terbukanya pintu bagi perang saudara).
Menurut ahli sejarah berkebangsaan Jerman Mr. Welhausen
“Pembunuhan Ustman yang bermotif politik itu lebih berpengaruh
terhadap lembaran sejarah Islam dibandingkan dengan sejarah-sejarah
Islam yang lainnya. Kesatuan umat Islam yang baru terbentuk oleh dua
Khalifah pendahulunya mulai sirna dan keruwetan muncul di tengah-
tengah umat Islam. Selanjutnya masyarakat Muslim terpecah menjadi
dua golongan yaitu Umaiyah dan Hasyimiyah. Golongan Umaiyah
menuntut pembalasan atas darah Ustman sepanjang pemerintahan Ali
hingga terbentuknya Dinasti Umaiyah”. Ibnu Saba’, nama lengkapnya
Abdullah bin Saba’, adalah seorang Yahudi dari Yaman yang masuk
35
Ibid.,Hlm. 125

19
Islam. Ia merupakan provokator yang berada di balik pemberontakan
terhadap Khalifah Ustman bin Affan.
Ibnu Saba’ melakukan semuanya itu didasarkan motivasi
dirinya untuk meruntuhkan dasar-dasar Islam yang telah dipegang
teguh oleh umat Islam. Niatnya masuk Islam hanyalah sebagai kedok
belaka untuk merongrong kewibawaan pemerintahan Khalifah Ustman,
sehingga muncullah kerusuhan yang terjadi di berbagai wilayah
kekuasaan Islam di antaranya adalah Fustat (Kairo), Kufah, Basrah,
dan Madinah36.
Selain faktor dari luar tersebut (provokasi dari Ibnu Saba’),
dalam internal kekhalifahan Ustman bin Affan terdapat konfrontasi
lama yang mencuat kembali. Permasalahan tersebut semata-mata
berupa persaingan yang di antara Bani Hasyim dan Bani Umayyah.
Sedangkan Ustman sendiri merupakan salah satu anggota dari keluarga
besar Bani Umayyah. Pada konteks sejarahnya, Bani Hasyim sejak
dahulu berada di atas Bani Umayyah terutama pada masalah-masalah
perpolitikan orang-orang Quraisy.

E. Peradaban Islam pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib


1). Pembaiatan Khalifah Ali bin Abi Thalib
Setelah terbunuhnya Utsman bin Affan, masyarakat beramai-ramai
datang dan membaiat Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah. Akan tetapi suasana
pada saat itu sedang kacau, karena hanya ada beberapa tokoh senior masyarakat
Islam yang tinggal di Madinah. Sehingga keabsahan pengangkatan Ali bin Abi
Thalib ditolak oleh sebagian masyarakat termasuk Mu’awiyah bin Abi Sufyan.
Meskipun hal itu terjadi, Ali masih menjadi Khalifah dalam pemerintahan Islam.
Pro dan kontra terhadap pengangkatan Ali bin Abi Thalib sebagai
Khalifah dikarenakan beberapa hal yaitu bahwa orang yang tidak menyukai Ali
diangkat menjadi Khalifah, bukanlah rakyat umum yang terbanyak. Akan tetapi
golongan kecil (keluarga Umaiyyah) yaitu keluarga yang selama ini telah hidup
bergelimang harta selama pemerintahan Khalifah Ustman. Mereka menentang Ali

36
Ibid., Hlm. 129

20
karena khawatir kekayaan dan kesenangan mereka akan hilang lenyap karena
keadilan yang akan dijalankan oleh Ali.37

2)Permasalahan Masa Ali bin Abi Thalib


Tidak berfungsinya konsep kekhalifahan pada masa Ali ibn Abi Thalib,
pertama disebabkan karena pembunuhan terhadap Khalifah Ustman masih
misterius, tidak diketahui siapa pembunuhnya. Karena itu ada dugaan bahwa yang
membunuh adalah kelompok Ali. Keadaan ini oleh sebagian pendapat dipolitisir
untuk mempertajam pertentangan kesukuan antara Bani Hasyim (Ali) dengan
Bani Umayyah.
Kedua, elite pemerintahan khususnya dari kalangan Gubenur Syiria tidak
menginginkan Ali tampil sebagai Khalifah. Sebab Ali yang alim dan zuhud itu
sudah barang tentu tidak suka melihat gubenurnya yang berorientasi pada
kemewahan Dunia. Dengan kata lain munculnya Ali sebagai Khalifah akan
merugikan orang elite Islam yang cinta pada kedudukan dan kekuasaan.
Sedangkan rakyat memimpikan kualitas kepemimpinan seperti pada zaman
Khalifah sebelumnya.
Berdasarkan skenario inilah muncul konsep pemboikotan terhadap Ali
sebagai Khalifah. Pemerintahan Ali adalah pemerintahan yang mencoba
mendasarkan pada dasar-dasar hukum agama Islam. Hal tersebut terlihat ketika
Ali hendak mengembalikan umat kepada kehidupan seperti zaman Rasulullah,
dimana orang-orang bekerja dan berjihad semata-mata karena Allah. Dengan
pemahaman yang dalam tentang agama Islam maka langkah pertama yang ia
lakukan setelah menjabat menjadi Khalifah, antara lain yaitu mengganti seluruh
Gubernur/wali-wali daerah yang dulu diangkat Ustman secara nepotisme dan
mencabut kembali segala fasilitas yang diberikan Ustman pada familinya. Karena
hal tersebut bertentangan dengan ajaran agama yang memerintahkan agar berlaku
adil kepada siapa saja.
Sementara itu sejak awal berlangsungnya proses pemilihan, pembai’atan,
sampai pada saat Ali menjabat sebagai Khalifah ia terus saja dihadapkan pada
suasana politik yang rumit karena dari berbagai pihak yang bermaksud

37
A.Syalabi, Sejarah & Kebudayaan Islam. (Jakarta: Pustaka Alhusna, 1983) hlm. 283

21
menjatuhkan kekhalifahan Ali. Adapun alasan pihak-pihak yang merongrong
kekhalifahanAli adalah:
1.Sebagian kaum muslimin memandang bahwa menyerahkan kursi
Khalifah kepada Ali berarti penyerahannya turun-temurun kepada
Bani Hasyim.
2.Jika pemerintahan dipegang Ali maka dikhawatirkan tipe
kepemimpinan Ali akan sama dengan tipe kepemimpinan Umar Ibn
Khatab yang terkenal jujur, keras dan disiplin. Sehingga orang-orang
yang pada masa Ustman merasakan kesenangan hidup enggan untuk
melepas kesenangan tersebut 38
Selain adanya pihak-pihak yang tidak menyukainya, Ali juga direpotkan
dengan gencarnya desakan yang menuntut penuntasan tragedi pembunuhan
Ustman, yang ternyata mereka tidak sekedar mendesak bahkan akhirnya mereka
menyatakan perang dengan Ali dan merongrongnya selama Ali belum
mengabulkan tuntutannya. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka banyak
orang-orang yang tidak menyukai Ali. Akan tetapi tidak ada orang yang ingin
diangkat sebagai Khalifah, karena Ali masih ada.

3)Kebijaksanaan Politik Ali bin Abi Thalib


Setelah Ali dibaiat menjadi Khalifah, ia mengeluarkan dua kebijaksanaan
politik yang sangat radikal yaitu: 39
1.Memecat kepala daerah angkatan Usman dan menggantikan dengan
gubenur baru.
2.Mengambil kembali tanah yang dibagi–bagikan Ustman kepada
famili–familinya dan kaum kerabatnya tanpa jalan yang sah.
Menanggapi kebijakan yang dilakukan okleh Ali tersebut, ada yang
berpendapat bahwa kebijaksanaan Ali itu terlalu radikal, sehingga
menimbulkan perlawanan politik dari Bani Ummayyah, terbukti ia menolak
kehadiran gubenur yang baru diangkat Ali. Penulis memandang bahwa
tindakan politik Ali yang radikal itu kendati strategis tapi tidak taktis, sebab
pada masa Khalifah Ustman konflik etnis antara Bani Ummayyah dan Bani

38
Ibid., hlm. 282
39
Ibid., hlm 284-296

22
Hasyim sudah ada, terbukti ketika Ustman terbunuh secara misterius Bani
Ummayyah mengeksploitasi tuduhan pada Ali, karena didasari Bani Umayyah
yang memang ambisi menjadi Khalifah.
Semestinya gerakan radikal Ali untuk mengusir elite Bani Umayyah
dilakukan secara bertahap, sebab walau bagaimanapun elite baru yang telah
lama berkuasa seperti Muawiyah sulit ditundukkan, sedangkan Ali yang
mengandalkan idealisme dan dukungan masyarakat bawah beberapa kelompok
tua terlalu intelektual tapi kurang pengalaman dalam menyelesaikan konflik
dalam pemerintahan, sehingga dengan demikian yang muncul dalam
pemerintahan bukan integrasi tetapi disintegrasi yang ditandai dengan lahirnya
perang saudara yang pertama kali dalam Islam, yakni perang jamal.

BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan

 Problem besar yang dihadapi Abu Bakar ialah munculnya nabi palsu dan
kelompok ingkar zakat serta munculnya kamum murtad Musailimah bin
kazzab beserta pengikutnya menolak, membayar zakat dan murtad

23
 Umar bin Khatab dikenal dengan masa Futuhat Al-Islamiyyah( Perluasan
wilayah Islam)
 Ustman bin Affan memiliki kebijakan pembuatan Mushaf Usmani dan
pembentukan angkatan laut
 Kebijakan Ali bin Abi Thalib adalah memecat kepala daerah yang kurang
cakap , mengambil kembali tanah

B.  Saran.
Kami bangga sekaligus kagum atas perjuangan-perjuangan yang
dilakukan oleh Khulafaur Rasyidin. Tapi yang di sayangkan pada masa
pemerintahan salah satu dari Khulafaur Rasyidin ialah: Para aparatur Negara di
ambil dari kalangan keluarga Khalifah, dan ketidak tegasan dalam
memutuskan/menyelesaikan masalah, hal tersebut yang menyebabkan perpecahan
dan pemberontakan di kalangan umat Islam, sehingga berdampak negatif di era
globalisasi ini.

DAFTAR PUSTAKA

A. Hasjmy. 1984. Di Mana Letaknya Negara Islam. Surabaya: PT Bina Ilmu

Amin, Syamsul Munir. 2009.Sejarah Peradaban Islam. Jakara : Sinar Grafi Offset

Amin,Samsul Munir.2015.Sejarah Peradaban Islam.Jakarta:Amzah

A.Syalabi. 1983. Sejarah & Kebudayaan Islam. Jakarta: Pustaka Alhusna

24
El-Basyiry,Abdullah Munib.2016.Meneladani KepemimpinanKhalifah Khulafaur
Rasyidin dan Khalifah Pilihan.Jakarta:Amzah

Mahmudunnasir. 1988. Islam Konsepsi dan Sejarahnya. Bandung: Remaja Rosdakarya


Offset

Mufrodi, Ali. 2010. Negeri Islam Yang Hilang. Surabaya: Turkistan

Murad,Musthafa.2007.Kisah Hidup Abu Bakar Al-Shiddiq.Jakarta:zaman

Murad,Musthafa.2007.Kisah Hidup Umar Ibn Al-Khathathab.Jakarta:zaman

Niswah, Choirun. 2015. Pendidikan Islam pada Masa Khulafa Al-Rasyidin dan Bani
Umayyah. Palembang: Tadrib Vol.1, No. 2 Thn.15.

25

Anda mungkin juga menyukai