Anda di halaman 1dari 14

1

Analisis Klausa Bahasa Indonesia Berdasarkan


Tatabahasa Tagmemik

Endang Werdiningsih

Abstrak: Teori tatabahasa Tagmemik dikembangkan berdasarkan tiga konsep dasar.


Pertama, bahasa dipandang sebagai bagian dari tingkah laku manusia, dan
tingkah laku verbal tidak dapat dipisahkan dari tingkah laku nonverbal secara
total. Kedua, analisis dan pemerian didasarkan pada tagmem, yakni satuan
dasar gramatikal.Ketiga, berbeda dengan teori tatabahasa struktural yang
menganalisis suatu unit statistk menjadi konstituen langsung berdasarkan
pemenggalan binari (binary cutting), teori tatabahasa tagmemik menganalisis
suatu unit sintaktik menjadi tagmem-tagmem secara berurutan dan serempak
(sequental and equipollent). Secara umum, aliran tagmemik memiliki
karakteristik : (1) Teori Kesemestaan, (2) Bersifat Eklektik, (3) Setiap Struktur
Gramatik, (4) Ciri Hierarkhi, (5) Tatanan Normal dan Tak Normal, (6).
Kalimat Tidak Memiliki Subjek dan Predikat, (7). Predikat harus Berupa Kata
Kerja, (8) Tidak ada batas antara Morfologi dan Sintaksis, (9) Analisis
Dimulai dari Wacana, (10) Analisis Tagmemik, (11) Pembedaan Ciri Etik dan
Ciri Emik, (12) .Ciri Etik dan Emik pada Tataran Klausa

Pendahuluan
Aliran Tagmemik dipelopori oleh Kenneth Lee Pike dan Evelyn Gloria Pike.
Karya-karyanya antara lain: Language in Relation to a Unified Theory of the Structrur of
Human Behaviour. Buku tersebut berisi tentang Teori Tagmemik dan metode
penerapannya. Kemudian pada tahun 1977 Pike menerbitkan buku Grammatical Analysis.
Pike menyajikan kembali teori Tagmemik secara lebih sederhana dalam bukunya Linguis-
tics Concepts An Introduction to Tagmemics (1982).
Teori tatabahasa Tagmemik dikembangkan berdasarkan tiga konsep dasar.
Pertama, bahasa dipandang sebagai bagian dari tingkah laku manusia, dan tingkah laku
verbal tidak dapat dipisahkan dari tingkah laku nonverbal secara total. Tagmemik
memandang bahasa sebagai tingkah laku berpola dalam konteks berpola pula. Pemerian
bahasa tidak hanya sebatas pada tataran fonem dan tataran kalimat, tetapi mencakup
konteks tingkah laku yang lebih luas. Dimasukkannya pula konsep emik dan satuan-satuan
etik .
2

Kedua, analisis dan pemerian didasarkan pada tagmem, yakni satuan dasar
gramatikal. Tagmem didefiniskan sebagai ”The correlation of a grammatical function or
slot with a class if mutually subsitutable items occurring in that slot” (korelasi antara
fungsi gramatikal atau gatra dengan sekumpulan butir-butir bahasa yang sejenis dan saling
dapat mengisi yang menduduki fungsi tersebut. Tagmem adalah suatu tempat dalam suatu
struktur sintaktik dan morfologik, bersama-sama dengan kelas formal unsur-unsur yang
menempati tempat tersebut (sering disebut ”slot” – gatra – dan filler – butir pengisi).
Misalnya contoh berikut ini.
(1) Adik tidur.
Kalimat tersebut terdiri atas dua tagmem kata, yakni tagmem subjek yang diisi oleh
nomina dan tagmem predikat yang diisi oleh verba intransitif, yang biasanya disingkat
dengan simbol: + S : n + P : vint.
Walaupun tagmem adalah konsep pokok pada tataran konsep pokok pada tataran
satuan dasar sintaktik, yakni kata, struktur di atas kata dan bahkan juga struktur itu sendiri
diperlukan sebagai tagmem. Masing-masing struktur sidebut tataran. Dengan demikian,
ada tagmem tataran morfem, tagmem tataran kata, tagmem tataran frasa, tagmem tataran
klausa, dan tagmem tataran kalimat.
Ketiga, berbeda dengan teori tatabahasa struktural yang menganalisis suatu unit
statistk menjadi konstituen langsung berdasarkan pemenggalan binari (binary cutting),
teori tatabahasa tagmemik menganalisis suatu unit sintaktik menjadi tagmem-tagmem
secara berurutan dan serempak (sequental and equipollent).
Misalnya contoh berikut dianalisis model struktural dan tagmemik sebagai berikut
ini.
Persebaya telah memasukkan lima gol.

Persebaya telah memasukkan lima gol

telah memasukkan lima gol


Analisis di atas adalah model analisis struktural. Pemenggalan disebut analisis
kontituen antara (IC analysis). Jika dianalisis menurut teori tagmemik akan menghasilkan
pemerian sebagai berikut.
Persebaya telah memasukkan lima gol
Kla = + S FB1 + P FK + O FB2
3

Plk - Sta T Pdr -


Persebaya telah memasukkan lima gol

2. Karakteristik Teori Tagmemik


2.1 Teori Kesemestaan
Aliran Tagmemik pada dasarnya mengikuti juga teori kesemestaan yang
beranggapan bahwa semua bahasa yang ada di dunia ini, di samping memiliki ciri khasnya
masing-masing juga memiliki ciri atau karakter dengan semua bahasa. Konsep
kesemestaan dalam aliran Tagmemik tidak hanya terbatas pada bidang bahasa tetapi dapat
juga diterapkan untuk bidang di luar bahasa. (Pike & Pike, 1977:1).

2.2 Bersifat Eklektik


Aliran Tagmemik bersifat eklektik karena secara substansial merupakan perpadua
dari berbagai maca teori yang dirangkum menjadi satu. Karakteristik aliran linguistik
tertentu dipilih dan ditempatkan secara proposioanal sesuai dengan peran masing-masing.
Karakter analisis fungsi atau jabatan kalimat pada teori Tradisional dipilih dan ditempatkan
pada demensi slot. Karakteristik analisis unsur langsung atas kategori-kategori gramatikal
pada aliran struktural dan analisis surface pada aliran Transformasi dipilih dan ditempatkan
pada dimensi Fller atau Filler Clasa. Karakteristik analisis peran pada Case Grammer
dipilih dan ditempatkan pada dimensi role atau peran. Karakteristik analisis hubungan
antarunsur pada aliran Relasionlisme dipilih dan ditempatkan pada dimensi kohesi.

2.3 Setiap Struktur Gramatik Terbangun atas Tagmem-Tagmem


Setiap struktur gramatikal baik dalam tataran Wacana , percakapan, dialog,
monolog, paragraph, kalimat, klausa, frase, maupun kata terbangun atas tagmem-tagmem.
Tagmem adalah unsure dari suatu konstruksi gramatik yang memiliki empat dimensi, yakni
slot, klas, peran, dan kohesi. Slot adalah salah satu dimensi tagmem yang merupakan
tempat kosong di dalam struktur yang harus diisi oleh fungsi tagmem. Di dalam klausa,
fungsi tagmem tersebut berupa subjek, predikat, objek, adjung dan komplemen.
4

Klas atau Filler Class adalah salah satu dimensi tagmem yang merupakan wujud
nyata dari slot. Wujud nyata slot tersebut berupa satuan lingual seperti morfem, kata, frase,
kalusa, kalimat, aline, monolog, dialog, atau pun wacana.
Peran atau Role salah satu dimensi tagmem yang merupakan pembawa fungsi
tagmem (dalam Suparno, 2008:11). Kadang-kadang orang mengalami kesulitan untuk
membedakan peran dengan fungsi. Misalnya kita kenal kata Lurah dan Kepala Desa. Lurah
atau kepala desa adalah nama salah satu jabatan yang perannya sebagai pemimpin dengan
tugas memimpin sebuah desa, sedangkan wujud lahiriyahnya adalah seorang laki-laki.
Dalam hal ini lurah adalah fungsi, pemimpin desa adalah peran, dan lelaki tegap adalah
klas. Dalam sebuah klausa, subjek dan predikat adalah slot, pelaku dan penderita adalah
peran, frase benda dan frase kerja adalah klas.
Kohesi salah satu dimensi tagmem yang merupakan pengontrol hubungan
antartagmem. Pengontrol hubungan tersebut biasanya bertanda. Berdasrkan penanda yang
dapat diketahui tagmem mana yang berhubungan dengan tagmem lain atau tagmem mana
yang kehadirannya bergantung pada tagmem lain. Misalnya, pada kohesi ketransitifan
memaksa hadirnya tagmem objek sebagai penderita, klausa ekuatifmemaksa kehadiran
tagmem komplemen yang berperan sebagai karakter subjek, dan klausa intransitive tidak
mengizinkan hadirnya objek.
Di dalam rumus keempat dimensi itu ditempatkan pada setiap sudut perempatan
garis silang sebagai berikut.

SLOT KLAS
PERAN KOHESI

2. 4 Ciri Hierarkhi
Ada tiga macam hierarkhi, yaitu: (1) Hierarkhi referensial, (2) hierarkhi
fonologikal, dan (3) hierarkhi gramatikal.
Hierarkhi Referensial mengatur tatamakna yang merentang dari makna leksikal
(lexical package), istilah (term), proposisi (proposition), pengembangan tema (theme
development) sampai ke interaksi sosial (social interaction).
Makna bungkus leksem berada pada tataran morfem dan gugus morfem, makna
istilah berada pada tataran klausa dan kalimat. Makna pengembangan tema berada pada
tataran paragraph dan monolog. Sedangkan makna interaksi sosial berada pada tataran
dialog dan percakapan.
5

Secara Skemtis dapat dilihat pada tampilan berikut ini.


MEANING MINIMUM UNIT EXPANDED UNIT
Sosial Interaction Exchange Conversition
Thema Developement Paragraf/Sentence Cluster Monolog
Proposition Clause Sentence
Term Woed Phrase
Lexical Package Morpheme Morpheme Cluster

Hierarkhi Fonologikal mengatur tatabunyi dari satuan-satuan bunyi sampai ke suku


kata. Yang termasuk dalam hierarkhi ini adalah tekanan, nada, tempo, intonasi, jeda.
Aliran Amerika memilah hierarkhi ini menjadi dua, yaitu kemlompok yang memiliki sifat
emik dan sifat etik. Emik dikaji dalam subdisiplin linguistik fonemik dan etik dikaji dalam
subdisiplin linguistik fonetik.
Hierarkhi Gramatikal, semua aliran hierarkhi gramatikal (Tradisional sampai
Tranformasi) hanya sampai dengan kalimat. Hierarkhi Gramatikal pada aliran Tagmemik
merentang dari morfem, kata, frase, klausa, kalimat, paragraf, monolog, dialog, sampai
wacana.

2.5 Tatanan Normal dan Tak Normal


Hierarkhi gramatikal dalam aliran Tagmemik pada garis besarnya dikelompokkan
menjadi dua: (1) tatanan normal (normal mapping) , dan (2) tatanan abnormal (abnormal
mapping) yang meliputi level skipping, layering, dan back looping.
Tatanan normal adalah suatu urutan jenjang dalam struktur gramatikal yang unsur
langsungnya memiliki tataran satu tingkat lebih rendah, misalnya unsur langsung paragraf
adalah kalimat, unsur langsung kalimat adalah klausa dan seterusnya.
Tatanan abnormal adalah tatanan yang tidak mengikuti kaidah atau aturan yang
berlaku pada tataran normal. Tatanan ini terdiri atas tiga jenis, yaitu: level skipping
(loncatan tataran) , layering (pelapisan), dan back looping (hierarkhi terputar).
2.6 Kalimat Tidak Memiliki Subjek dan Predikat
Pada aliran tradisional dan beberapa aliran lain selalu menganalisis kalimat atas: S-
P, S-P-O, atau S-P-O-K. kebiasaan itu hampir tak tergoyahkan sampai saat ini. Akan tetapi
menurut aliran Tagmemik slot S, P, O, maupun K bukan pada tataran kalimat, melainkan
pada tataran klausa. Kalimat terdiri atas unsur-unsur yang berupa klausa.
6

Hubungan antarklausa yang satu dengan yang lain tidak berup hubungan string, tetapi
berupa hubunagn nucleus (inti) dan margin (luar inti) atau topic (pokok) dan Comment
(sebutan). Misalnya : Gathotkaca mencintai Pergiwa merupakan kalimat yang terdiri atas
satu klausa, yakni klausa transitif.

2.7 Predikat harus Berupa Kata Kerja


Menurut teori Tagmemik slot predikat harus diisi oleh kelas kata kerja atau frase
kerja. Dengan demikian tidak akan pernah ada istilah kalimat nominal, Bentuk-bentuk
Saya seorang guru. Rumahnya di tengah kota., Anaknya lima orang pada dasarnya
merupakan klausa ekulatif yang tidak berpredikat. Tagmem-tegmem seorang guru, di
tengah kota, dan lima orang yang menurut aliran tradisional disebut predikat sebenarnya
bukan predikat, melainkan adjung/komplemen.

2.8 Tidak Ada Batas antara Morfologi dan Sintaksis


Pada aliran Struktural bidang Morfologi dan Sintaksis dipisahkan secara tegas.
Urusan kata dan morfem menjadi wilayah morfologi, sedangkan urusan frase, klausa, dan
kalimwat wilayah sintaksis Pemisahan semacam ini ada kalanya dapat diterapkan, tatapi
ada kalanya juga bermasalah. Contoh: bentuk yan yang artinya “saya makan” dan bentuk
wan yang berarti “engkau makan” dalam bahasa Biyak dapat masuk wilayah morfologi
daan dapat juga masuk wilayah sintaksis. Sebagai bentuk bebas terkecil , yan dan wan
layak duperlakukan sebgai kata sehingga harus dikaji dalam bidang morfologi. Pada giliran
yang lain yan dan wan merupakan struktur gramatik yang bermakna proposisi sehingga
haris dikaji dalam bidang sintaksis. Dengan adanya kasus seperti ini tidak selayaknya ada
pemisahan antara bidang morfologi dan sintaksis.

2.9 Analisis Dimulai dari Wacana


Aliran Struktural memulai analisisnya dari analisis kata (Nida, 1949), sedangkan
aliran Transformasi memulai analisisnya dari kalimat (Chomsky, 1957), sedangkan aliran
Tagmemik titik awal analisisnya dimulai dari wacana. Adri analisis wacana turun ke
analisis percakapan, turun ke analisis dialog, dan seterusnya. Dalam aliran Tagmemik
tidak ada pemisahan bidang wacana, sintaksis, dan morfologi.

2.10 Analisis Tagmemik


7

Analisis Tagmemik menggunakan rumus-rumus dengan singkatan-singkatan


istilah. Istilah istilah dan singkatan yang digunakan secara bebas. Dalam pengkajiannya
boleh menggunakan istilah asing dan boleh menggunakan istlah Indonesia . ketentuan yang
harus dipatuhi adalah istilah dan singkatan yang dipakai harus konsisten. Rumus-rumus
diupayakan selengkap dan setuntas mungkin . ketuntasan rumus dilakukan dengan
menyusun rumus-rumus bawahan samapai ke morfem. Berikut ini contoh analisis klausa
transitif. “Persebaya telah memasukkan lima gol”.

Rumus klausa:
S FB1 P FK O FB2
Kla = + + +
Plk + Sta T Pdr +

Rumusan itu dibaca: Klausa transitif terdiri atas tabmem subjek bersifat wajib
dengan peran sebagai pelaku (Plk) yang diisi oleh kata benda, tagmem predikat wajib
dengan dengan peran stetment (Sta), yang diisi oleh frase kerja, dan tagmem objek bersifat
wajib dengan peran penderita (Pdr) yang diisi oleh frase benda. Kaidah kohesinya: predikat
dengan frase kerja transitif memaksa hadirnya tagmem objek sebagai penderita.
Adapun rumus bawahannya adalah sebagai berikut ini.

+ in KB
FB1 = +
It +

Rumus tersebut dibaca : frase benda terdiri atas satu tagmem , yakni tagmem inti
(In) bersifat wajib (t) dengan peran item yang disi oleh kata benda (KB).
LIn KAsp In KK
FK = ± +
Asp ± Pred T
8

Rumus tersebut dibaca: frase kerja terdiri atas tagmem luar inti (Lin) bersifat opsional
dengan peran aspek (Asp), dan diisi oleh kata keterangan aspek (Kasp) tagmem inti (In)
bersifat wajib dengan peran predikat (Pred) yang diisi oleh kata kerja.
LIn KBil In KB
FB2 = ± +
Jum ± It T

Rumus tersebut dibaca: Frase benda terdiri atas tagmem luar inti bersifat opsional (±)
dengan peran jumlah (Jum) yang diisi oleh kata bilangan , dan tagmem inti bersifat wajib
(+) dengan peran inti (It) yang diisi oleh kata benda

In MK LIn Konf
KK = + +
Pred ± PemT ±

Rumus tersebut dibaca: kata kerja terdiri atas tagmem inti bersifat wajib dengan peren
predikatif yang diisi oleh morfem kerja (MK) dan tagmem luar inti bersifat opsional
dengan peran pembentuk transitif (PemT) yang diisi oleh konfiks (Konf).

2.11 Perbedaan Ciri Etik dan Ciri Emik


Aliran tagmemik mulai menegakkan eksistensi ciri etik dan ciri emik di dalam
suatu struktur. Ciri etik adalah suatu ciri yang tidak membedakan, sedangkan ciri emik
adalah suatu ciri yang bersifat membedakan.

2. 12 Ciri Etik dan Emik pada Tataran Klausa


Ciri Etik dan emik pada tataran berdamoak pada klasifikasi tipe klausa, yang secara
garis besar dibedakan menjadi dua kategori, yaitu tipe klausa berdasarkan etik dan tipe
klausa berdasarkan emik. Penggunaan istilah untuk nama-nama peran seperti tergambar
berikut ini.
Nama/Istilah Untuk Peran
Platt Agentive Dative Objektive Factitive Locative,
inner, outer,
far-outer
9

Fillmore Agent Experiencer Object Goal Locative,


source,
Path, Goal
Grimes Agent Experiencer Patient Factitive Range,
source, goal
Chafer Agent Experiencer Patient Complement Locative,
Cook Agent Experiencer Object - Locative,
source,
Goal
Longcre Agent Experiencer Patient Range Locative,
source,
Path, Goal
Hale Actor - Undergoer - Scope
Phillippines Actor - Undergoer - Site
Pike Actor - Undergoer Complement Scope
Pelaku Penderita Pelengkap Jangkauan

Melihat karakteristik di atas terdapat satu karakter, yakni predikat harus kata/frase
kerja sulit untuk diterapkan dalam analsis BI. Karena ada beberapa predikat kalimat
bahasa Indonesia yang tidak berpredikat kata kerja. Misalnya dalam klausa berikut:
1) Saya mahasiswa Universitas negeri Malang..
2) Adik cantik sekali.
3) Rumahku di Malang.
4) Saudaranya lima orang.

Contoh Analisis Tagmemik


Analisis Tagmemik menggunakan rumus-rumus dengan singkatan-singkatan
istilah. Istilah istilah dan singkatan yang digunakan secara bebas. Dalam pengkajiannya
boleh menggunakan istilah asing dan boleh menggunakan istlah Indonesia . ketentuan yang
harus dipatuhi adalah istilah dan singkatan yang dipakai harus konsisten. Rumus-rumus
diupayakan selengkap dan setuntas mungkin . ketuntasan rumus dilakukan dengan
menyusun rumus-rumus bawahan samapai ke morfem. Berikut ini contoh analisis klausa
transitif. “Persebaya telah memasukkan lima gol”.
10

Rumus klausa:
S FB1 P FK O FB2
Kla = + + +
Plk + Sta T Pdr +

Rumusan itu dibaca: Klausa transitif terdiri atas tabmem subjek bersifat wajib
dengan peran sebagai pelaku (Plk) yang diisi oleh kata benda, tagmem predikat wajib
dengan peran stetment (Sta), yang diisi oleh frase kerja, dan tagmem objek bersifat wajib
dengan peran penderita (Pdr) yang diisi oleh frase benda. Kaidah kohesinya: predikat
dengan frase kerja transitif memaksa hadirnya tagmem objek sebagai penderita.

Adapun rumus bawahannya adalah sebagai berikut ini.

+ in KB
FB1 = +
It +

Rumus tersebut dibaca : frase benda terdiri atas satu tagmem , yakni tagmem inti
(In) bersifat wajib (t) dengan peran item yang disi oleh kata benda (KB).
LIn KAsp In KK
FK = ± +
Asp ± Pred T

Rumus tersebut dibaca: frase kerja terdiri atas tagmem luar inti (Lin) bersifat opsional
dengan peran aspek (Asp), dan diisi oleh kata keterangan aspek (Kasp) tagmem inti (In)
bersifat wajib dengan peran predikat (Pred) yang diisi oleh kata kerja.

LIn KBil In KB
FB2 = ± +
Jum ± It T
11

Rumus tersebut dibaca: Frase benda terdiri atas tagmem luar inti bersifat opsional (±)
dengan peran jumlah (Jum) yang diisi oleh kata bilangan , dan tagmem inti bersifat wajib
(+) dengan peran inti (It) yang diisi oleh kata benda
In MK LIn Konf
KK = + +
Pred ± PemT ±

Rumus tersebut dibaca: kata kerj terdiri atas tagmem inti bersifat wajib dengan peren
predikatif yang diisi oleh morfem kerja (MK) dan tagmem luar inti bersifat opsional
dengan peran pembentuk transitif (PemT) yang diisi oleh konfiks (Konf).

Analisis Predikat Klausa Bahasa Indonesia Berdasarkan Tatabahasa Tagmemik


Dalam bahasa Indonesia sering ditemui klausa-klausa berikut ini.
1) Saya mahasiswa Universitas Negeri Malang
2) Adik cantik sekali
3) Rumahku di Malang
4) Saudaranya lima orang
Kalusa-klausa tersebut jika dianalisis menurut aliran Tagmemik tidak memiliki
predikat. Tetpi jika Klausa-klausa tersebut dianalisis menurut tatabahasa struktural
memiliki predikat, dan dapat diperikan sebagai berikut ini.

(1a) Saya mahasiswa Universitas Negeri Malang


S P
(2a) Adik cantik sekali
S P
(3a) Rumahku di Malang
S P
(4a) Saudaranya lima orang
S P

Jika dianalisis menurut tatabahasa tagmemik klausa tersebut adalah sebagai berikut
S F B1 Kompl FB2
(1b) Kla = + +
12

Plk + Peng +

S F B1 Kompl FAdj
(2b) Kla = + +
Pengal + Ket. +

S F B1 Kompl FPre
(3b) Kla = + +
Mil + lok. +

S F B1 kompl FNum
(4b) Kla = + +
Terjum + Penjum +

Untuk memenuhi kriteria yang mengharuskan bahwa suatu klausa harus


berpredikat kata kerja/frase kerja, maka kalimat tersebut dianalisis berdasarkan struktur
batin sehingga menjadi:
(1c) Saya adalah mahasiswa Universitas Negeri Malang
S F B1 P FK Komp FB2
Kla = + + +
Plk + kpl ± Peng +

Rumus itu dibaca: Klausa transitif terdiri atas tagmem subjek bersifat wajib dengan
peran pelaku (Plk) yang diisi oleh kata Pronomina, Tagmem predikat bersifat manasuka
(opsional) dengan peran kopula (kpl) yang diisi oleh kata kerja, dan tagmem komplementer
bersifat wajib dengan peran pengenal

(2c) Adik berwajah cantik


13

S F B1 P FK Komp FAdjv
Kla = + + +
Pengal + Sta ± Ket. +

Rumus itu dibaca: Klausa transitif terdiri atas tagmem subjek yang bersifat wajib
dengan peran pengalam (Pengal) yang diisi oleh kata benda, tagmem predikat
manasuka/opsional dengan peran statment (Sta), yang diisi oleh frase kerja, dan tagmem
komplemen bersifat wajib dengan peran keterangan (ket.) yang diisi oleh frase adjv

(3c) Rumahku berada di Malang

S F B1 P FK Kompl FPre
Kla = + + +
Mil + Sta. ± lok +

Rumus itu dibaca: Klausa transitif terdiri atas tagmem subjek yang bersifat wajib
dengan peran Milik (mil) yang diisi oleh kata benda, tagmem predikat bersifat
manasuka/opsional dengan peran statment (Sta), yang diisi oleh frase kerja, dan tagmem
komplemen bersifat wajib dengan peran lokatif (lok) yang diisi oleh frase preposional.

(4c) Saudaranya berjumlah lima orang

S F B1 P FK Kompl Num
Kla = + + +
Terjum + sta ± Penjum +

Rumus itu dibaca: Klausa transitif terdiri atas tagmem subjek yang bersifat wajib dengan
peran terjumlah (terjum) yang diisi oleh kata benda, tagmem predikat bersifat
manasuka/opsional dengan peran statment (Sta), yang diisi oleh frase kerja, dan tagmem
komplemen bersifat wajib dengan peran penjumlah (penjum) yang diisi oleh frase
numeralian (Num).
14

Daftar Rujukan
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineke Cipta.

Cook, Walter A. 1969. Introduction to Tagmemic Analysis. New York: City University

Samsuri. 1988. Berbagai Aliran Linguistik Abad XX. Jakarta: Dirjen Dikti.

Soeparno. 2008. Aliran Tagmemik: Reori, Analisis, dan Penerapan dalam Pembelajaran
Bahasa.Yogjakarta: Tiara Wacana.

Parera, Jos Daniel. 1991. Sintaksis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Anda mungkin juga menyukai