Anda di halaman 1dari 21

TES KOMPETENSI MENULIS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penilaian Pembelajaran


yang Diampu oleh Prof. Dr. Drs. Burhan Nurgiyantoro

Disusun oleh :
Nadia Nafisa Maharani (18201241017)
Fia Patma Wijaya N. (18201241037)

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2020

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN TES KOMPETENSI MENULIS ...................................2
1. Tugas Menulis Otentik .......................................................................................2
2. Bentuk Tugas Kompetensi Menulis ...................................................................3
a. Tugas Menulis dengan Memilih Jawaban ...................................................4
b. Tugas Menulis dengan Membuat Karya Tulis ............................................5
c. Catatan tentang Teknik Penilaian Hasil Karangan ....................................15
d. Penilaian Portofolio .................................................................................. 16
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 18
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 18
B. Saran ................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup beberapa aktivitas yang memicu


peserta didik untuk bisa mengetahui lebih luas mengenai proses pembelajaran bahasa
Indonesia. Salah satu aktivitas dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah menulis.
Menurut KBBI, menulis adalah suatu membuat huruf (angka dan sebagainya) dengan
pena (pensil, kapur, dan sebagainya), melahirkan pikiran atau perasaan (seperti
mengarang, membuat surat) dengan tulisan. Menurut Tarigan (1985: 2), menulis
adalah menurunkan, menirukan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain
tersebut dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut, sehingga mereka dapat
memahami bahasa dan gambaran grafik itu.
Kegiatan menulis sangat penting dalam proses belajar mengajar. Dengan menulis,
siswa dapat lebih memahami materi dengan cara menuangkannya dalam tulisan
sehingga akan lebih awet ilmu yang didapat daripada hanya sekadar mengingatnya
saja tanpa menuliskannya. Bagi pendidik, menulis juga memberikan penjelasan
kepada peserta didik mengenai hal-hal yang kurang dipahami oleh peserta didik.
Itulah sebabnya, perlu diadakan tes kompetensi menulis untuk mengukur sejauh
mana siswa dapat menuangkan ide dan gagasannya dalam tulisan. Dengan adanya tes
kompetensi menulis, guru tidak hanya dapat memberikan ilmu kepada siswa
kemudian siswa dapat menerima segala ilmu yang telah disampaikan, tetapi guru juga
dapat melihat kemampuan siswanya dalam merangkai kata-kata dan menyusun
kalimat sehingga menjadi suatu tulisan yang padu dan bermakna.

1
BAB II
PEMBAHASAN
TES KOMPETENSI MENULIS

Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kompetensi berbahasa


paling akhir dikuasai pemelajar bahasa setelah kompetensi mendengarkan, berbicara,
dan membaca. Dibanding tiga kompetensi berbahasa yang lain, kompetensi menulis
dapat dikatakan lebih sulit dikuasai sebab kompetensi menulis menghendaki
penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang
akan menjadi isi karangan.
Kegiatan menulis menghendaki orang untuk menguasai lambang atau
simbol-simbol visual dan aturan tata tulis, khususnya yang menyangkut masalah
ejaan. Kelancaran komunikasi dalam suatu karangan sama sekali tergantung pada
bahasa yang dilambangvisualkan. Karangan adalah bentuk sistem komunikasi
lambang visual. Agar komunikasi lewat lambang tulis dapat seperti yang diharapkan,
penulis haruslah menuangkan gagasannya ke dalam bahasa yang tepat, teratur, dan
lengkap.
1. Tugas Menulis Otentik
Tes kemampuan menulis, sebagaimana halnya dengan tes kemampuan
berbicara, cukup potensial untuk dijadikan tes yang bersifat pragmatik dan atau
otentik. Tugas menulis hendaklah bukan semata-mata tugas untuk (memilih dan)
menghasilkan bahasa saja, melainkan bagaimana mengungkapkan gagasan dengan
memergunakan sarana bahasa tulis secara tepat. Dengan kata lain, tugas menulis
haruslah yang memungkinkan terlibatnya unsur linguistik dan ekstralinguistik, unsur
bahasa dan pesan, memberi kesempatan kepada pelajar untuk tidak saja berpikir
memergunakan bahasa secara tepat, melainkan juga memikirkan gagasan-gagasan apa
yang akan dikemukakan.
Selain pertimbangan dari segi kebahasaan dan gagasan, pemilihan tugas
membuat karya tulis harus juga mempertimbangkan bentuk, jenis, atau ragam tulisan
yang secara nyata dibutuhkan dalam kebutuhan di dunia nyata, seperti untuk
keperluan pekerjaan kantor, jurnalistik, penerbitan dan lain-lain seperti
surat-menyurat, resensi buku, menulis berita, menulis laporan, menulis artikel, iklan,
dan sebagainya. Tugas menulis yang demikian, yaitu yang mempertimbangkan ketiga
hal tersebut adalah tugas menulis yang benar-benar bermakna dan karenanya otentik.

2
Unsur-unsur kebahasaan yang diteskan dalam tes kompetensi menulis biasanya
berupa struktur dan kosakata. Misalnya contoh tes berikut yang dikutip dari (Amran
Halim 1974: 103-5 via Nurgiyantoro, 2016: 465)
 Kesesuaian subjek dengan bentuk kata kerja:
Buku itu (membaca/dibaca) si Amin.

 Kesejajaran bentuk kata (kerja) dalam kalimat yang panjang:


Setelah dikupasnya mangga itu, lalu (memberi/diberinya) bergula,
(meletakannya/diletakkannya) di atas piring, baru (memakannya/dimakannya).

 Tes pemakaian gaya bahasa dan kosa kata:


Betapa sedih hatinya mendengar berita, bahwa orang tuanya yang sangat
dicintainya itu telah (mati/berpulang/meninggal/mampus/wafat).

Bentuk-bentuk tes mungkin berupa mengenal kesalahan, melengkapi kalimat, ataupun


membetulkan kalimat.
Tes menulis seperti di atas, jika memang dianggap sebagai tes menulis dan
bukan struktur dan kosakata, kurang dapat mengungkap kemampuan menulis peserta
didik yang sebenarnya. Selain tidak menuntut peserta didik untuk memikirkan unsur
“isi”, juga hanya mengukur aspek tertentu secara terpisah. Namun, tes ini tetap
dibutuhkan untuk mengukur kompetensi pembelajar tahap pemula atau menulis tahap
elementer. Setelah peserta didik dapat menghasilkan sendiri bahasa (target) untuk
tujuan berkomunikasi, walau sederhana, sebaiknya tugas menulis sudah diarahkan ke
penulisan yang pragmatik dan sekaligus otentik, membiarkan peserta didik memilih
bentuk bahasa sendiri untuk mengungkapkan gagasannya.

2. Bentuk Tugas Kompetensi Menulis


Menulis merupakan kegiatan berbahasa yang melibatkan berbagai
kemampuan dan keterampilan secara terpadu. Tujuan pembelajaran menulis dapat
dibedakan menjadi dua, yakni: (1) siswa mampu mengungkapkan unsur-unsur
kebahasaan, seperti ejaan, kosakata, struktur kalimat, dan pemakaian paragraf, dan (2)
siswa mampu mengungkapkan gagasannya dalam bentuk tulisan yang sesuai dengan
konteks.(Tompkins dalam Ramli, 1998 via Supriyadi, 2013: 18) mengatakan bahwa
tes menulis dapat disikapi dalam dua aspek, yakni sebagai tes proses (tes menulis

3
sebagai proses) dan tes produk (tes menulis sebagai produk). Oleh karena itu
disarankan agar tes menggunakan portofolio, yaitu koleksi segala dokumentasi dan
aktivitas siswa yang menunjukkan usaha, kemajuan, dan pencapaian siswa dalam satu
atau beberapa bidang tertentu yang dapat digunakan sebagai alternatif atau pelengkap
kegiatan tes.
Cara langsung untuk mengukur kemampuan menulis seseorang adalah
dengan menyuruh seseorang itu menulis. Akan tetapi, tes bentuk esai ini banyak
kelemahannya. Di samping itu, kemampuan menulis juga dapat diukur dengan tes
objektif. Seperti pendapat (Nurgiyantoro, 2016: 467) yang menyatakan bahwa dalam
kondisi tertentu seperti dalam ujian yang hanya menyediakan waktu yang relatif
singkat dan terbatas, ujian menulis dapat juga diberikan dalam bentuk objektif. Ujian
menulis objektif pilihan ganda telah menyediakan respon yang harus dipilih, maka
kadar keotentikannya juga lebih rendah.
a. Tugas Menulis dengan Memilih Jawaban
Tes kemampuan menulis bentuk objektif yang mampu menuntut siswa untuk
mempertimbangkan unsur bahasa dan gagasan adalah tugas menyusun alinea
berdasarkan kalimat-kalimat (biasanya empat buah) yang disediakan. Tugas tersebut
menuntut siswa untuk menyusun gagasan secara tepat, menentukan urutan kalimat
secara logis. Untuk mengerjakan tugas itu, peserta didik harus mempertimbangkan ide
tiap kalimat sekaligus dengan bahasanya. Dari segi bahasa, mungkin terdapat
kata-kata tertentu yang menandakan adanya hubungan antarkalimat yang dapat
dijadikan petunjuk.
Hubungan antarkalimat (dan karenanya: antargagasan) mungkin berupa
hubungan menambahkan (misalnya: selain itu, di samping itu), mempertentangkan
(misalnya: akan tetapi, di pihak lain), akibat atau penyimpulan (misalnya: jadi, oleh
karena itu), dan sebagainya. Akan tetapi terkadang belum tentu terdapat kata-kata
“petunjuk” secara eksplisit seperti yang disebutkan, sedang yang ada hanyalah
hubungan secara logika.
 Contoh tes kemampuan menulis bentuk objektif yang dimaksud:
(1) Kita harus menghadapi dan berusaha mengatasinya.
(2) Atau, jika tidak, kita akan semakin jauh tertinggal dibandingkan dengan
bangsa lain.
(3) Kita menyadari betul bahwa tantangan pembangunan menghadang disegala
bidang.

4
(4) Kita pasti berhasil asal kita bekerja keras, dan alternatif lain tidak ada.
Keempat kalimat di atas akan menjadi sebuah alinea yang baik jika disusun dengan
urutan:
(a) (1) (4) (3) (2)
(b)* (3) (1) (4) (2)
(c) (3) (4) (1) (2)
(d) (1) (4) (2) (3)

b. Tugas Menulis dengan Membuat Karya Tulis


Tugas menulis untuk benar-benar menghasilkan karya tulis, apa pun
bentuknya haruslah mendapat prioritas dalam rangka mengukur kompetensi menulis
peserta didik. Karya tulis yang dihasilkan dapat sekaligus menunjukkan kompetensi
berbahasa tulis dalam arti yang sebenarnya. Dalam pandangan umum selama ini
kompetensi menulis sulit untuk dipahami. Hal itu terbukti dari banyaknya orang
berpendidikan tinggi yang ternyata tidak dapat menulis dengan baik.
Kenyataan itu sebenarnya dapat diatasi antara lain dengan melatih peserta
didik sejak awal dengan memberikan berbagai tugas yang benar. Selain itu, tugas
menulis yang diberikan tersebut harus berupa jenis-jenis karya tulis yang diperlukan
di dunia nyata. Dengan demikian, karya tulis yang dihasilkan benar-benar bermakna.
Dalam tahap awal untuk merangsang pengembangan kognisi dan imajinasi
peserta didik, kita dapat memanfaatkan tugas-tugas menulis dengan rangsangan
tertentu seperti gambar, buku, atau yang lain. Berikut beberapa tugas-tugas menulis
yang dimaksud.
1) Menulis Berdasarkan Rangsangan Gambar
Gambar yang memenuhi kriteria pragmatis untuk tugas menulis adalah
gambar cerita, gambar susun yang tiap panel menampilkan peristiwa atau keadaan
tertentu yang secara keseluruhan membentuk sebuah cerita. Gambar-gambar yang
dimaksud dapat berupa gambar yang sengaja dibuat untuk tugas tes, gambar kartun,
komik dengan tanpa atau sedikit kata (wordless pictures books) yang dapat diambil
dari buku, majalah, atau surat kabar. Hal yang perlu diingat adalah bahwa
gambar-gambar tersebut haruslah tidak mengandung tylisan yang bersifat
menjelaskan (Nurgiyantoro, 2016: 469).
Gambar sebagai rangsang tugas menulis baikdiberikan kepada murid sekolah
dasar, atau pelajar bahasa (target) pada tahap awal. Teknik pelaksanaan yang biasa

5
dilakukan adalah menyuruh siswa mengarang (mengarang terpimpin) berdasarkan
informasi yang terdapat dalam film atau gambar yang disajikan. Namun, mengarang
pada tingkat lebih tinggi, siswa disuruh mengarang bebas atau mengamati objek
tertentu/lingkungan lalu disuruh mengarang( Djumingin, 2017: 270)

 Contoh tugas :
Dibawah ini disediakan empat buah gambar yang membentuk sebuah cerita
(tunjukkan gambar-gambar yang dimaksud)

(1. ) Buatlah sebuah karangan berdasarkan gambar tersebut yang panjangnya kira-kira
satu halaman! (Sebagai variasi misalnya: tiap satu gambar menjadi satu alenia)
(2. ) Jangan lupa mencantumkan judul karangan.

Tabel 11.11
Contoh Rubrik Penilaian Menulis Berdasarkan Rangsangan Gambar
No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kerja
1 2 3 4 5
1. Kesesuaian dengan gambar
2. Ketepatan logika urutan cerita
3. Ketepatan makna keseluruhan cerita
4. Ketepatan kata
5. Ketepatan kalimat
6. Ejaan dan tata tulis
Jumlah Skor:
Nilai:

2) Menulis Berdasarkan Rangsangan Suara


Bentuk-bentuk suara yang dapat disajikan rangsang tugas menulis berupa
suara langsung atau tidak langsung (melalui media tertentu). Suara langsung adalah
bentuk bahasa yang dihasilkan dalam komunikasi konkret seperti: percakapan, diskusi,
ceramah, dan sebagainya. Tugas yang diberikan kepada siswa berupa tugas untuk

6
menulis berdasarkan pesan atau informasi yang didengarkan melalui sarana rekaman
atau radio (Djumingin, 2017: 271)
Sedangkan, bentuk suara tidak langsung dimaksudkan bahasa yang tidak
langsung didengar dari orang yang menghasilkannya, misalnya berupa program
rekaman atau radio. Program tersebut dapat berupa percakapan, ceramah, pembacaan
buku, drama ataupun acara siaran tertentu dalam radio.

 Tugas yang diberikan kepada peserta didik misalnya berbunyi sebagai berikut:
(1.) Dengarkan siaran sandiwara radio yang telah direkam ini dengan baik! Anda
boleh mencatat hal-hal yang penting. Setelah itu, Anda diminta untuk
menceritakannya kembali secara tertulis!

Tabel 11.12
Contoh Rubrik Penilaian Menulis Berdasarkan Rangsangan Suara
No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kerja
1 2 3 4 5
1. Kesesuaian isi tulisan dengan cerita
2. Ketepatan logika urutan cerita
3. Ketepatan makna keseluruhan cerita
4. Ketepatan kata
5. Ketepatan kalimat
6. Ejaan dan tata tulis
Jumlah Skor:
Nilai:

3) Tugas Menulis Berdasarkan Rangsangan Visual dan Suara


Contoh konkret rangsang yang dimaksud pada tugas ini adalah siaran televisi,
video, atau berbagai bentuk rekaman sejenis. Siaran televisi tertentu yang dimaksud
juga dapat direkam untuk kemudian dibawa ke kelas, misalnya karena jika siaran
yang diperlukan tidak berkesesuaian waku dengan jam pelajaran di sekolah, atau agar
siaran tersebut dapat dipakai berkali-kali. Siaran televisi yang dipilih dapat berupa

7
siaran berita, sinetron, acara flora dan fauna, discovery, dan lain-lain yang di
dalamnya terkandung unsur pendidikan atau unsur penting lainnya.

 Tugas yang diberikan kepada peserta didik misalnya berbunyi sebagai berikut:
(1) Cermatilah siaran berita (juga: sinetron, duni binatang, dan lain-lain) televisi
pada pukul 18.00! Catatlah hal-hal penting! Setelah itu, Anda diminta untuk
menceritakannya kembali di depan kelas!

Tabel 11.13
Contoh Rubrik Penilaian Menulis Berdasarkan Rangsangan Visual dan Suara
No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kerja
1 2 3 4 5
1. Kesesuaian isi teks dengan cerita
2. Ketepatan logika urutan cerita
3. Ketepatan makna keseluruhan cerita
4. Ketepatan kata
5. Ketepatan kalimat
6. Ejaan dan tata tulis
Jumlah Skor:
Nilai:

4) Menulis dengan Rangsangan Buku


Buku sebagai bahan atau rangsang untuk tugas menulis sudah lazim dan
banyak dilakukan di sekolah dan perguruan tinggi. Buku yang dijadikan perangsang
tugas menulis dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu buku fiksi dan nonfiksi.
Tugas menulis berdasarkan buku fiksi (cerita: cerpen, novel, roman) inilah yang lebih
banyak dilakukan untuk melatih kemampuan menulis peserta didik. Tugas itu
misalnya berbunyi: “Tuliskan kembali dengan bahasa sendiri buku Mutiara dari
Sebuah Dusun yang Anda baca!” atau jika untuk peserta didik lebih tinggi: “Buatlah
ringkasan cerita novel Ayat-ayat Cinta!”
Tugas menulis berupa tugas menulis laporan biasanya dilakukan terhadap
buku-buku nonfiksi. Kemudian, tugas menulis berdasarkan rangsangan buku yang
lain misalnya berupa tugas membuat resensi atau timbangan buku. Menulis resensi

8
buku lebih sulit daripada dua tugas yang disebutkan sebelumnya, sebab untuk dapat
menulis resensi dengan baik, disamping harus memahami isi buku yang bersangkutan
kita juga harus mampu memberikan secara kritis, misalnya dengan menunjukkan
keunggulan dan (jika ada) kelemahan buku tersebut.

 Di bawah ini contoh tugas dan rubrik penilaian, misalnya untuk menilai hasil
menulis resensi atau timbangan buku.
(1) Buatlah sebuah tulisan berupa timbangan buku! Pada prinsipnya Anda bebas
memilih buku yang dijadikan bahan penulisan, tetapi buku tersebut harus
berupa biografi seorang tokoh penting dunia.

Tabel 11.14
Contoh Rubrik Penilaian Menulis Timbangan Buku
No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kerja
1 2 3 4 5
1. Kesesuaian isi buku
2. Ketepatan penunjukan detail isi buku
3. Ketepatan argumentasi
4. Ketepatan keseluruhan tulisan
5. Ketepatan kata
6. Ketepatan kalimat
7. Ejaan dan tata tulis

Jumlah Skor:
Nilai:

5) Menulis Laporan
Dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa, menulis laporan pun dapat
dimanfaatkan untuk melatih dan mengungkap kemampuan menulis peserta didik. Ada
berbagai hal yang dapat dijadikan bahan penulisan laporan, misalnya laporan kegiatan
perjalanan, darmawisata, laporan penelitian, laporan mengikuti kegiatan tertentu
seperti misalnya seminar dan sebagainya. Salah satu bentuk tugas otentik dalam
pembelajaran adalah kerja proyek. Dalam tugas ini peserta didik dilatih bekerja sama
dalam kelompok-kelompok kecil untuk menghasilkan sebuah karya tertentu. Hasil

9
kerja hasil proyek dapat berbentuk macam-macam dan salah satunya adalah laporan
tertulis.
Untuk melakukan tugas ini, peserta didik diharapkan mampu bekeria
bersama, pembagian tugas, dan pemecahan masalah yang semuanya merupakan upaya
kolaboratif. Analisis tugas, analisis, sintesis, data, sampai dengan pemaknaan dan
kesimpulan. Maka, penilaian yang dilakukan juga harus mencakup hal-hal tersebut.
Rubrik Pengumuman untuk mengerjakan proyek “Analisis Berita Pendidikan di Surat
Kabar”.
Tabel 11.15:
Contoh Rubrik Penilaian Mengerjakan Proyek
No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kerja
1. Pemahaman isi berita 1 2 3 4 5
2. Organisasi penulisan
3. Ketepatan analisis data dan penyimpulan
4. Kebermaknaan keseluruhan tulisan
5. Ketepatan diksi
6. Ketepatan kalimat
7. Ejaan dan tata tulis
Jumlah skor :
Nilai :

6) Menulis Surat
Surat merupakan salah satu jenis tulisan yang banyak ditemukan dan
dibutuhkan dalam kehidupan. Semua lembaga dan bahkan semua orang tidak
dapat melepaskan dari layanan surat-menyurat, baik yang masih tradisional
maupun elektronik. Berhubungan dengan peran surat yang diperlukan untuk
keperluan, menulis surat yang diminta telah dibor dan ditugaskan untuk peserta
didik di sekolah.
Jenis surat yang diterbitkan dipindahkannya pada surat-surat resmi, atau
surat-surat yang meminta diterbitkan menggunakan bahasa secara benar. Untuk
menerima surat-surat resmi, misalnya surat lamaran peker-jaan penawaran, harap,
undangan, dan lain-lain peserta didik tidak dapat memilih model itu sendiri, dan
tidak harus selalu mencontoh model yang telah lazim. Penilaian hasil menulis

10
disetujui juga menggunakan rubrik yang sengaja disiapkan untuk itu. Rubrik
penilaian yang disetujui dicontohkan di bawah.
Tabel 11.16:
Contoh Rubrik Penilajan Menulis Surat Resmi
No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kerja
1. Ketepatan isi surat 1 2 3 4 5
2. Kelengkapan unsur surat
3. Kepantasan format surat
4. Ketepatan kata
5. Ketepatan kalimat
6. Ejaan dan tata tulis
Jumlah skor :
Nilai :

7) Menulis berdasarkan Tema Tertentu


Tes kemampuan menulis yang paling penting diberikan kepada peserta didik
adalah dengan menyediakan tema atau lengkap tema, dan ada kalanya sudah
berisi judul (-judul) yang harus dipilih salah satu di yang didukung. Jenis
karangan yang ditulis dapat berbentuk fiksi (karya kreatif) atau nonfiksi,
karangan bukan cerita. Pembicaraan di sini membahas tentang menulis nonfiksi,
sedang menulis karya kreatif (kesastraan) dibicarakan khusus di bab berikutnya.
Penyediaan tema yang memberi peluang bagi peserta didik untuk memilih
tema yang menarik atau yang diketuai dapat membuat mestinya dapat
mengeskpresikan kompetensinya dengan maksimal. Namun, fakta yang terlihat
tidak selalu sesuai dengan harapan. Hal yang terlihat dari karangan-karangan
peserta didik, SMP atau SMA / SMK, yang hanya begitu-begitu atau itu-itu saja
yang tidak maksimal membuat tingkat sekolahnya. Intinya, karangan mereka
belum baik, belum sesuai dengan harapan.
Salah satu sebabrnya mungkin adalah tugas mengarang itu sendiri yang tidak
jelas dan tidak disetujui peserta didik mencari rujukan. Jadi, mereka hanya
menulis hal-hal yang terlintas di diterbitkan, dengan karangan yang berjudul
"Suka Duka Liburan Sekolah", "Liburan di Desa di Tempat Nenek", "Perjalanan
Darmawisata ke Bali", dan lain-lain yang dari segi judul saja sudah tampak

11
tidak menjanjikan apa-apa. Mengarang salah satu kegiatan berpikir kritis, berpikir
analitis-sintesis, yang sekaligus merupakan gabungan padu antara
menggabungkan apa yang ditulis dan bagaimana mengungkapkannya secara tepat
lewat bahasa.
Intinya, memberikan tugas, mengumpulkan, belajar, mencari sumber bahan,
data, rujukan, atau hal-hal lain yang terkait dapat diperoleh melalui buku, majalah
/ jurnal, kamus, internet, kantor khusus (misalnya data-data tertentu), narasumber,
atau bahkan pengamatan langsung di lapangan. Jadi, apa yang dituliskan tidak
hanya berdasarkan pada apa yang terlintas di angan saja, dapat memuat sesuatu
yang dapat dijumpai sehingga kebenarannya teruji. Dengan cara ini peserta
didik tidak mau ikut aktif-kreatif, dan itu merupakan bekal yang sangat baik
untuk berbagai keperluan hidup kelak.
Penilaian terhadap hasil karangan peserta didikusikan juga menggunakan
rubrik penilaian yang mencakup komponen isi dan bahasa masing-masing dengan
subkomponennya. Rubrik penilaian yang dimaksud dicontohkan di bawah.
Tabel 11.17:
Contoh Rubrik Penilaian Mengarang dengan Tema Tertentu
No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kerja
1. Pemahaman isi berita 1 2 3 4 5
2. Organisasi penulisan
3. Ketepatan analisis data dan penyimpulan
4. Kebermaknaan keseluruhan tulisan
5. Ketepatan diksi
6. Ketepatan kalimat
7. Ejaan dan tata tulis
8. Kelengkapan memberi rujukan
Jumlah skor :
Nilai :

Contoh lain Rubrik Penilaian. Misalnya, kita beranggapan sebagai model


penilaian dengan rubrik-rubrik di atas tidak proporsional karena bobot untuk semua
komponen sama dan tidak mengakomodasi komponen- komponen yang lebih penting.
Komponen struktur kalimat misalnya, jelas lebih penting dari sekadar ejaan dan tata

12
tulis, namun skornya tidak berbeda, dan itu tidak adil. Untuk itu, kita dapat
mengembangkan sendiri rubrik yang memberi bobot pada proporsional terhadap
setiap komponen yang menyangkut komponen-komponen itu dalam mendukung
eksistensi sebuah karya tulis. Ringkasnya, komponen yang lebih penting diberi skor
yang lebih tinggi, sedang yang kurang penting diberi skor lebih rendah. Dengan
skala 1-100 pembobotan penilaian tiap komponen yang dimaksud, dicontohkan dalam
rubrik di bawah :
Tabel 11.18:
Contoh Penilaian Tugas Menulis Bebas dengan Pembobotan Tiap
Komponen
No. Komponen yang Dinilai Rentangan Skor Skor
1. Isi gagasan yang dikemukakan 13-30
2. Organisasi isi 7-20
3. Tata bahasa 5-25
4. Gaya : pilihan struktur dan kosakata 7-15
5. Ejaan dan tata tulis 3-10
Jumlah :
Nilai :

Selain model tersebut, tersedia model lain yang juga memberikan bobot tidak
sama untuk tiap komponen, namun lebih rincidalam melakukan penyekoran, yaitu
dengan menggunakan model skala interval untuktiap tingkat tertentu pada tiap aspek
yang dinilai. Model penilaian ini, berhubung lebih detail dan teliti dalam memberikan
skor, lebih pantas dipertanggungjawabkan. Model yang dimaksud -yang banyak
digunakan pada program ESL (English as a Second Language) ditunjukkan sebagai
berikut (dimodifikasi oleh Hartfield dkk, 1985: 91).
Tabel 11.19:
Contoh Penilaian Tugas Menulis Bebas dengan Pembobotan Tiap Komponen
PROFIL PENILAIAN KARANGAN
NAMA :
JUDUL :
SKOR KRITERIA
I 27-30 SANGAT BAIK-SEMPURNA: pada informasi *

13
S substansif pengembangan tesis tuntas*relevan dengan
I permasalahan dan tuntas
22-26 CUKUP -BAIK: informasi cukup * substansi cukup *
pengembangan tesis terbatas *relevan dengan masalah
tetapi tidak lengkap
17-21 SEDANG-CUKUP: informasi terbatas* substansi
kurang* pengembangan tesis tidak cukup *
permasalahan tidak cukup
13-16 SANGAT-KURANG: tidak berisi * tidak ada substansi
*tidak ada pengembangan tesis* tidak ada permasalahan
O 18-20 SANGAT BAIK-SEMPURNA : ekspresi lancar *
R gagasan diungkapkan dengan jelas * padat * tertata
G dengan baik* urutan logis * kohesif
A 14-17 CUKUP-BAIK: kurang lancar * kurang terorganisir
N tetapi ide utama terlihat * beban pendukung terbatas *
I urutan logis tetapi tidak lengkap
S 10-13 SEDANG-CUKUP. : tidak lancar* gagasan kacau*
A terpotong-terpotong * urutan dan pengembangan tidak
S logis
I 7-9 SANGAT KURANG: tidak komunikatif * tidak
terorganisir *tidak layak nilai
K 18-20 SANGAT BAIK-SEMPURNA : pemanfaatan potensi
O kata canggih * pilihan kata dan ungkapan tepat*
S menguasai pembentukan kata
A 14-17 CUKUP-BAIK : pemanfaatan kata agak canggih *
K pilihan kata dan ungkapan kadang-kadang kurang tepat
A tetapi tidak mengganggu*
T 10-13 SEDANG-CUKUP : pemanfaatan potensi kata
A terbatas* sering terjadi kesalahan penggunaan kosa kata
dan dapat merusak makna
7-9 SANGAT KURANG : pemanfaatan potensi kata
asal-asalan * pengetahuan tentang kosa kata rendah*
tidak layak nilai

14
P 22-25 SANGAT BAIK-SEMPURNA : konstruksi kompleks
E tetapi efektif* hanya terjadi sedikit kesalahan
N penggunaan bentuk kebahasaan
G 18-21 CUKUP-BAIK : konstruksi sederhana tetapi efektif *
kesalahan kecil pada konstruksi kompleks* terjadi
B sejumlah kesalahan tetapi makna tidak kabur
A 11-17 SEDANG-CUKUP : Terjadi kesalahan serius dalam
H konstruksi kalimat * makna membingungkan atau kabur
A 5-10 SANGAT KURANG : tidak menguasai aturan
S
sintidaksis *terdapat banyak kesalahan* tidak
A
komunikatif *tidak layak nilai
M 5 SANGAT BAIK-SEMPURNA : Menguasai aturan
E penulisan * hanya terdapat beberapa kesalahan ejaan
K
4 CUKUP-BAIK : kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan
A
tetapi tidak mengaburkan makna
N
3 SEDANG-CUKUP : sering terjadi kesalahan
I
ejaan * makna membingungkan atau kabur
K
2 SANGAT KURANG : tidak menguasai aturan
penulisan*terdapat banyak kesalahan ejaan* tulisan
tidak terbaca*tidak layak nilai
JUMLAH : PENILAI :
KOEMNTAR :

c. Catatan tentang Teknik Penilaian Hasil Karangan


Bentuk-bentuk tugas menulis seperti dicontohkan di atas, dilihat dari adanya
kebebasan peserta didik untuk memilih gagasan dan bahasa, sampai dalam batas
tertentu dapat dikategorikan karangan bebas. Penilaian terhadap hasil karangan
bebas memunyai kelemahan pokok, yaitu rendahnya kadar objektivitas.
Masalah yang perlu dipikirkan kemudian adalah bagaimana kita mendapatkan
atau memilih model teknik penilaian yang memungkinkan penilai untuk
memperkecil kadar subjektivitas dirinya.
 Penilaian Holistik

15
Penilaian holistik sebagai cara menilai hasil karangan yang bersifat
menyeluruh dan sekaligus tanpa dirinci ke dalam komponen pendukungnya.
Artinya, menilai sebuah hasil karangan peserta didik secara keseluruhan, dibaca
dari awal hingga akhir, dan setelah selesai langsung diberi skor. Skor itu
mewakili keseluruhan karangan itu tanpa informasi skor per komponen karangan.
Bahkan, tidak jarang guru tidak membaca keseluruhan karangan, jadi hanya
sebagian besar, dan langsung membubuhkan skor. Dengan demikian, sebenarnya
penilaian yang menyeluruh tersebut hanya berdasarkan kesan yang diperoleh dari
membaca karangan secara selintas. Penilaian yang dilakukan oleh orang ahli dan
berpengalaman memang dapat dipertanggungjawabkan. Akan tetapi, keahlian itu
belum tentu disetujui oleh para guru di sekolah.
 Penilaian Analitis
Penilaian hasil karangan peserta didik berdasarkan kualitas komponen
pendukungnya; tiap komponen diberi skor secara tersendiri dan skor
keseluruhan diperoleh dengan menjumlahkan skor-skor komponen tersebut.
Dengan cara ini, akan diperoleh informasi komponen apa yang skornya tinggi
atau yang rendah, dan itu mencerminkan tingkat kompetensi peserta didik. Hal
itu berarti lewat penilaian analitis akan sekaligus diketahui kelebihan dan
kelemahan peserta didik, maka penilaian ini dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan diagnostik-edukatif. Artinya, untuk pembelajaran menulis
selanjutnya, kita dapat lebih memfokuskan pada hal-hal yang masih menjadi
kelemahan peserta didik.
Berbagai rubrik penilaian yang dicontohkan sebelumnya merupakan
penilaian karangan yang bersifat analitis. Semua rubrik penilaian yang
dicontohkan terdiri dari komponen isi, pesan, gagasan, atau informasi yang ingin
diekspresikan serta komponen kebahasaan yang dipakai untuk mengekspresikan
isi. Untuk tugas-tugas mengarang di akhir program pembelajaran dalam satu
periode tertentu yang lebih dimaksudkan untuk menilai capaian kompetensi
menulis peserta didik tampaknya dapat dipergunakan penilaian analisis dan
holistik. Tepatnya sebagian peserta didik dinilai dengan rubrik analitis, sedang
sebagian yang lain biar lebih cepat mempergunakan teknik holistik.

d. Penilaian Portofolio

16
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, portofolio menunjuk pada sekumpulan
karya, yang dalam hal ini adalah hasil karya peserta didik. Pada umumnya, hasil karya
mereka berwujud karya verbal, yaitu yang terdiri dari berbagai jenis tulisan
sebagaimana jenis-jenis tulisan yang ditugaskan di atas bahan untuk penilaian
portofolio dapat berasal dari berbagai tugas menulis di bawah ranah kompetensi
menulis, namun juga dapat dari hasil tulisan di bawah ranah kompetensi berbahasa
yang lain. Jadi, tulisan itu dapat berupa penceritaan kembali terhadap berbagai
rangsang, ringkasan buku, resensi, surat, iklan, berbagai bentuk laporan, karangan
bebas dengan tema tertentu, karya kreatif dan lain-lain.
Salah satu tujuan penilaian portofolio adalah untuk menunjukkan kemajuan
belajar peserta didik dari awal hingga akhir pembelajaran. Untuk itu, kita dapat
membandingkan karya-karya mereka di awal dengan yang akhir pembelajaran, namun
haruslah yang bergenre sama. Hal itu akan lebih bermakna jika proses pembelajaran
lanjutan juga didasarkan atas umpan balik dari hasil penilaian sebelumnya.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tes kompetensi menulis merupakan tes kompetensi bahasa yang aktif-produktif
yang diselenggarakan dengan tujuan untuk mengukur tingkat penguasaan kompetensi
mengungkapkan pikiran kepada orang lain (Djiwandono, 2011: 155). Di dalam tes
kompetensi menulis, terdapat beberapa bagian yang penting diperhatikan, yaitu tes
menulis otentik dan bentuk tugas kompetensi menulis. Tugas menulis otentik
memberikan pertimbangan selain dari segi kebahasaan dan gagasan. Pemilihan tugas
membuat karya tulis harus juga mempertimbangkan bentuk, jenis, atau ragam tulisan
yang secara nyata dibutuhkan dalam kebutuhan di dunia nyata. Tugas menulis yang
demikian, yaitu yang mempertimbangkan ketiga hal tersebut adalah tugas menulis
yang benar-benar bermakna dan karenanya otentik.
Sedangkan, Tompkins (dalam Ramli, 1998 via Supriyadi, 2013: 18) mengatakan
bahwa bentuk tugas kompetensi menulis dapat disikapi dalam dua aspek, yakni
sebagai tes proses (tes menulis sebagai proses) dan tes produk (tes menulis sebagai
produk). Di samping itu, kemampuan menulis juga dapat diukur dengan tes objektif.
Bentuk tugas kompetensi menulis meliputi tugas menulis dengan memilih jawaban,
tugas menulis dengan membuat karya tulis, catatan tentang teknik penilaian hasil
karangan, dan penilaian portofolio. Tugas menulis dengan membuat karya tulis masih
dibagi lagi menjadi beberapa bentuk, seperti menulis berdasarkan rangsangan gambar,
menulis berdasarkan rangsangan suara, tugas menulis berdasarkan rangsangan visual
dan suara, menulis dengan rangsangan buku, menulis laporan, menulis surat, dan
menulis berdasarkan tema tertentu.

B. Saran
Pentingnya penilaian tes kompetensi menulis di dalam proses pembelajaran
memberikan kesadaran bagi para pendidik untuk tetap menilai kemapuan siswa dari
sisi tulisan. Itulah mengapa, penilaian di bidang menulis bagi peserta didik sangat
penting untuk diterapkan karena hal ini dapat menjadi tolok ukur bagi peserta didik.
Sehingga, dalam hal ini guru menjadi pemantau dan pembimbing bagi peserta didik
setelah penilaian kompetensi menulis ini diterapkan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Djumingin, Sulastriningsih. 2017. Penilaian Pembelajaran Bahasa dan Sastra Teori


dan Penerapannya. Makasar: Badan Penerbit Universitas Negeri Makasar.

Nurgiyantoro, Burhan. 2016. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi


Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE.

Supriyadi. 2013. Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Gorontalo: UNG Press


Gorontalo.

19

Anda mungkin juga menyukai