Ina Astarina
19280115710395
SERANG
2019
DAFTAR ISI
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
siswa belum mampu membuat teks singkat yang berbentuk descriptive.
Kemungkinan rendahnya kemampuan menulis siswa dalam teks yang berbentuk
descriptive disebabkan oleh motivasi siswa yang rendah, atau karena metode
penilaian yang tidak tepat, bisa juga karena rendahnya penguasaan tata bahasa
inggris, atau mungkin karena metode mengajar yang tidak tepat, dan frekuensi
latihan yang tidak cukup.
Guru harus mampu menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dalam
proses pembelajaran, termasuk juga rendahnya kemampuan menulis siswa kelas X
SMK Walisongo dalam teks yang berbentuk descriptive. Penulis ingin mencoba
menerapkan metode Estafet Writing dalam peningkatan kemampuan menulis
siswa dalam teks descriptive. Oleh karena itulah penulis membuat penelitian
tindakan kelas dengan judul: Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Deskriptif
Siswa Kelas X Smks Walisongo Melalui Metode Estafet Writing.
2
1.4 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana penggunaan metode Estafet Writing dapat meningkatkan kemampuan
menulis teks deskriptif siswa?
2. Apakah metode Estafet Writing dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa?
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
4
Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah proses
komunikasi yang menggambarkan suatu bahasa (penulis) yang dapat dipahami
oleh pembacanya. Kemampuan menulis bukan hanya menulis symbol tetapi juga
kemampuan berpendapat dalam bahasa tulis yang disusun lengkap dan jelas.
5
mencium, dan merasa melalui alat-alat indra manusia, dan dengan pancaindra itu
agar dapat dihayati oleh orang lain.
Menulis teks deskripsi sebagai suatu teks yang memberikan gambaran
suatu objek atau peristiwa yang berdasarkan hasil dari proses pengamatan,
perasaan, dan pengalaman penulis. Pembelajaran menulis teks deskripsi dapat
membantu siswa dalam melatih kepekaaan karena dengan menulis teks deskripsi,
siswa dapat menjelaskan secara nyata suatu objek ataupun suasana tertentu. Selain
itu, siswa dapat menulis secara rinci unsur-unsur, ciri-ciri dan struktur bentuk
suatu benda secara konkret dalam bentuk teks yang dapat diinformasikan kepada
pembaca.
Cara penulisan teks deskripsi dikemukakan oleh Semi (2007: 114).
Menggambarkan sesuatu sedemikian rupa sehinggga pembaca dibuat mampu
(seolah merasakannya, melihat, mendengar atau mengalami) sebagaimana
dipersepsi oleh pancaindra. Karena dilandaskan pada pancaindra, dan rincian atau
maka deskripsi sangat mengandalkan pencitraan konkret dan rincian atau
spesifikasi. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis teks
deskripsi adalah proses menggambarkan objek, terutama objek yang jauh dan
tidak bisa dihadirkan ke dalam kelas. Oleh karena objek dari teks deskripsi berupa
objek realita, peserta didik tidak bisa asal berkreasi sendiri dalam pikiran. Ciri-ciri
Paragraf Deksripsi Kurniasari (2014: 141), ciri-ciri paragraf deskripsi sebagai
berikut.
a) Isinya menggambarkan suatu benda, tempat, makhluk hidup, atau sesuana
tertentu.
b) Penggambaran yang dilakukan dengan menggunakan panca indra yang
digunakan diantaranya indra pengelihatan, indra pendengaran, indra penciuman,
indra pengecapan, atau indra perabaan.
c) Tujuan membaca paragraf deskripsi, yakni seolah-olah orang yang membaca
atau diceritakan ikut merasakan dan melihat sendiri objek yang dimaksud.
6
Strategi Estafet Writing atau menulis berantai merupakan salah satu metode
active learning atau learning by doing yang bertujuan membuat pembelajaran
dikelas menjadi lebih aktif dan menyenangkan (Cahyono, 2011:14). Metode
Estafet Writing diprediksi mampu meningkatkan kemampuan siswa
mengidentifikasi kata untuk membuat sebuah karangan. Berkaitan dengan
pembelajaran menulis teks descriptive yang masih kurang dan belum efektif,
diperlukan sebuah solusi yang mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam
menulis.
Estafet Writing adalah salah satu strategi yang digunakan didalam proses
pembelajaran bahasa inggris diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam menulis. Dimana adanya kerjasama antar siswa yang satu dengan yang
lainnya. Sehingga pada akhirnya siswa dapat membuat sebuah teks secara
berantai.
Syatariah (2011:42) mengemukakan bahwa kegiatan menulis dengan
menggunakan metode Estafet Writing membuat siswa aktif mengembangkan daya
khayalnya, berimajinasi, dan langsung menghasilkan sebuah produk. Produk yang
dihasilkan adalah berupa karya bersama teman satu kelompok, misalnya sebuah
teks ulasan drama yang dibuat bersama-sama (berantai). Metode ini digunakan
untuk membuat siswa lebih aktif dalam mengembangkan daya khayalnya, dengan
memakai metode ini siswa mengerjakan suatu karya dengan cara bersama-sama
dan cara pengerjaannya berantai.
Oleh karena itu, dengan adanya metode Estafet Writing diharapkan siswa
menjadi lebih aktif. Metode inovatif ini merupakan salah satu metode yang
melibatkan siswa belajar dengan cara berkelompok. Dalam metode pembelajaran
ini siswa dilibatkan secara aktif menuliskan teks ulasan drama secara berantai.
7
sesuai untuk memudahkan berlangsungnya proses pembelajaran. Dalam penelitian
ini tujuan pembelajaran yang ingin dicapai adalah siswa dapat menulis teks ulasan
drama menggunakan metode Estafet Writing.
Metode ini termasuk salah satu metode active learning by doing yang
bertujuan agar siswa mengasosiasikan belajar sebagai sebuah kegiatan yang
8
menyenangkan. Pada dasarnya dalam setiap kegiatan pembelajaran mempunyai
kekurangan dan kelebihan, begitu juga dengan metode Estafet Writing. Berikut ini
adalah kelebihan-kelebihan dari metode Estafet Writing. Syathariyah (2011:40)
mengemukakan bahwa ide yang semula hilang entah kemana, akan muncul secara
spontanitas seiring dengan kegiatan menulis.
9
aktif mengembangkan daya khayal dan imajinasi sehingga tercipta kolaborasi
pembelajaran di kelas.
10
Berdasarkan hal tersebut penulis menyimpulkan bahwa kedua peneliti
terdahulu telah berhasil dalam melakukan penelitiannya yang dilakukan di 2
sekolah yang berbeda dan penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap
kemampuan siswa dalam memproduksi teks deskriptif dengan menggunakan
metode Estafet Writing pada siswa kelas X SMK Walisongo. Tujuannya untuk
mengetahui perbedaan hasil ketika siswa diberikan soal yang belum dipelajari dan
soal yang telah dipelajari.
11
Tabel Kerangka Pemikiran:
Kemampuan siswa
Guru dalam berbahasa
Kondisi Saat ini menggunakan masih rendah,
metode yang khususnya dalam
kurang menarik kemampuan
menulis
Kondisi Akhir
Melalui pembelajaran menyusun
teks deskriptif dengan metode
Estafet Writing dapat
meningkatkan hasil belajar siswa
12
belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar yang baik pula. Jika proses
belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
dilakukan dengan pengkajian berulang. Terdapat empat langkah dalam PTK yang
pada siklus berikutnya sampai target yang diinginkan tercapai. Alur penelitiannya
13
Gambar 1: Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Mc Taggart
14
Keterangan gambar:
1. Rencana (plan), merupakan tahap awal yang harus dilakukan guru sebelum
melakukan sesuatu tentang apa, mengapa, dimana, oleh siapa, dan bagaimana
penelitian tersebut dilakukan.
2. Tindakan dan pengamatan (action), merupakan tahapan dimana menerapkan
apa yang telah direncanakan sebelumnya.
3. Pengamatan (observation), merupakan kegiatan pengamatan terhadap
pelaksanaan penelitian tersebut.
4. Refleksi (reflection) adalah penafsiran (penginterpretasian), menjelaskan dan
menyimpulkan hasil yang diperoleh dari penelitian. Sehingga hasil dari refleksi
dapat digunakan sebagai revisi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan dan
dipergunakan untuk memperbaiki kinerja guru pada pertemuan selanjutnya.
15
Penelitian ini akan dilaksakan mulai minggu dua Januari sampai dengan
minggu keempat Februari 2020 selama 7 (Tujuh) minggu seperti tabel di bawah
ini
BULAN / MINGGU KE
7 Seminar
16
Kejuruan Walisongo. Oleh karena itu, dalam menganalisis masalah dalam
penelitian ini, ada dua variabel yang digunakan, yaitu:
1. Variabel X adalah Estafet Writing. Estafet Writing adalah variabel independen.
Mengaktifkan pembelajaran dengan menggunakan strategi dalam PBM
menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan di mana penyampaian
informasi lebih mudah dan belajar lebih menarik. Sehingga, dapat memudahkan
siswa dalam menulis teks sepenuhnya
2. Variabel Y adalah kemampuan Menulis Teks Deskriptif. Kemampuan Menulis
adalah variabel dependen. Kemampuan Menulis adalah salah satu keterampilan
yang harus dikuasai oleh siswa sehingga dapat menyusun teks deskriptif.
17
Observasi dilakukan selama proses pembelajaran dengan menggunakan
lembar observasi yang telah disiapkan dan mencatat kejadian-kejadian yang tidak
terdapat dalam lembar observasi dengan membuat lembar catatan lapangan. Hal-
hal yang diamati selama proses pembelajaran adalah kegiatan pembelajaran dan
aktivitas guru maupun siswa selama pelaksanaan pembelajaran.
d. Refleksi
Pada tahap ini peneliti bersama guru melakukan evaluasi dari
pelaksanaan tindakan pada siklus I yang digunakan sebagai bahan pertimbangan
perencanaan pembelajaran siklus berikutnya. Refleksi dilakukan pada akhir
pembelajaran yang bertujuan untuk megetahui kelebihan dan kelemahan
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hasil refleksi ini digunakan untuk
menentukan langkah lebih lanjut sebagai dasar perbaikan pada pembelajaran
berikutnya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Jika hasil yang
diharapkan belum tercapai, dilakukan perbaikan yang dilaksanakan pada siklus II
dan seterusnya
18
siswa yang diwawancarai dan pascatindakan dilakukan wawancara terhadap tiga
siswa. Responden bebas menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti tanpa
terikat oleh suatu jawaban.
4. Tes
Tes menulis teks deskripsi dilaksanakan sebelum tindakan dan sesudah
tindakan dengan menerapkan Estafet Writing. Tes digunakan untuk mengukur
kemampuan siswa dalam menulis teks deskripsi.
5. Dokumentasi
Dokumentasi diambil pada saat proses pembelajaran berangsung. Hal ini
dilakukan untuk memperoleh rekaman aktivitas atau perilaku siswa selama
mengikuti proses pembelajaran. Dokumentasai ini akan memperkuat analisis
penelitian pada setiap siklus.
Estafet Writing.
19
siswa pada saat sebelum dan sesudah belajar menulis teks deskripsi dengan
Estafet Writing.
4. Tes
Tes yang digunakan adalah tes tertulis yaitu siswa menulis teks deskripsi
dengan dilakukannya Estafet Writing. Teknik tes dilakukan dalam rangka
mengumpulkan data dari penggunaan Estafet Writing dalam pembelajaran
menulis teks deskripsi. Teknik pengumpulan data berupa pretes dan post-tes.
Untuk memperoleh data yang diperlukan maka terlebih dahulu dibuat
instrumen penelitian yang terdiri dari:
Instrument Pretest
1. Kerjakan soal berikut dengan sebaik-baiknya.
2. Jawaban ditulis pada lembar jawab yang disediakan
3. Gunakan Bahasa yang baik dan benar
4. Waktu mengerjakan 45 menit. Soal
Petunjuk:
1. Tulislah sebuah teks deskripsi dengan tema bebas.
a. Buatlah kerangka karangan terlebih dahulu berdasarkan ide-ide yang telah
terkumpul.
b. Kembangkan kerangka karangan yang telah dibuat menjadi teks deskripsi!
c. Berilah judul yang sesuai!
d. Perhatikan penulisan ejaan (tanda baca, huruf kapital, kata depan, dan kata
penghubung)
e. Perhatikan pilihan kata dan kelogisan karangan!
Instrument Postest
1. Kerjakan soal berikut dengan sebaik-baiknya.
2. Jawaban ditulis pada lembar jawab yang disediakan.
3. Gunakan Bahasa yang baik dan benar.
4. Waktu mengerjakan 45 menit. Soal
20
Petunjuk:
1. Tulislah sebuah teks deskripsi dengan tema “Tempat Wisata”
a. Buatlah teks deskripsi sesuai dengan tema yang ditentukan!
b. Kembangkan kerangka karangan yang telah dibuat menjadi teks deskripsi!
c. Berilah judul yang sesuai!
d. Perhatikan penulisan ejaan (tanda baca, huruf kapital, kata depan, dan kata
penghubung)!
e. Perhatikan pilihan kata dan kelogisan karangan!
Analisis tes dilakukan dengan cara menentukan komponen penilaian
menulis teks deskripsi dengan skala untuk masing-masing aspek penilaian.
Berikut rincian pedoman penilaian menulis teks deskripsi dengan perubahan
seperlunya, yang dikembangkan dengan melihat model penilaian pada program
ESL (English as a Second Language) (dimodifikasi dari Nurgiyantoro,
2013:441).
Modifikasi dilakukan pada aspek kosakata dan penggunaan bahasa,
peneliti menggantinya menjadi aspek tata bahasa dan gaya. Modifikasi juga
dilakukan pada tiap-tiap aspek dengan membagi menjadi dua kriteria
untuk masing-masing aspek. Aspek isi terdiri dari latar belakang pemilihan judul
dan ketepatan tulisan dengan judul, aspek organisasi isi terdiri dari uraian fakta
dalam kalimat dan penyusunan paragraf deskripsi, aspek tata bahasa terdiri dari
keefektifan kalimat dan bahasa komunikatif, aspek gaya terdiri dari kosa kata dan
ungkapan, aspek mekanik terdiri dari penulisan kata dan penggunaan tanda baca.
21
Tabel 3.1
22
bentuk kata yang tepat dan efektif
3 Hampir seluruh isi karangan
menggunakan pemilihan kata dan
bentuk kata yang tepat
2 Sebagian besar isi karangan
menggunakan pemilihan kata dan
bentuk kata yang tepat
1 Sebagian kecil isi karangan
menggunakan pemilihan kata dan
bentuk kata yang tepat dan
4 Seluruh isi Karangan
menggunakan ejaan, tanda baca
dan penggunaan huruf capital
yang tepat
3 Hampir seluruh isi Karangan
menggunakan ejaan, tanda baca
Mechanic (M) 15% dan penggunaan huruf capital
Spelling yang tepat
1,5X
Punctuation 2 Sebagian besar Seluruh isi
Capitalization Karangan menggunakan ejaan,
tanda baca dan penggunaan huruf
capital yang tepat
1 Sebagian kecil Seluruh isi
Karangan menggunakan ejaan,
tanda baca dan penggunaan huruf
capital yang tepat
(diadaptasi dari principles of Language Learning and Teaching, Brown, 2007)
40
1. Validitas Isi
23
Menurut Tuckman (dalam Nurgiyantoro, 2010: 157) menyatakan validitas isi
adalah validitas yang mampu menunjukkan sejauh mana alat tes itu memiliki
kesesuaian dengan tujuan dan diskripsi dengan bahan yang diajarkan. Validitas
dalam penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan tes keterampilan
menulis teks deskriptif kelas X yang dibuat oleh peneliti berdasarkan standar
kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian serta materi-materi yang
terdapat dalam kurikulum yang digunakan di SMK Walisongo yaitu dengan
materi yang berisi mendeskripsikan tempat wisata, mendeskripsikan seseorang,
dan menceritakan hobi. Selanjutnya instrumen tersebut dikonsultasikan dengan
orang yang ahli, dalam hal ini adalah guru bahasa Inggris SMK Walisongo.
2. Validitas Konstruk
3. Uji Reliabilitas
Menurut Arikunto (2009: 86) reliabilitas merupakan ketetapan hasil tes.
Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes
tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Dalam penelitian ini teknik yang
digunakan untuk uji reliabilitas adalah rumus Alpha Cronbach. Rumus ini
digunakan untuk mencari Reliabilitas instrumen yang skornya merupakan
rentangan nilai atau bentuk skala. Rumus Alpha Cronbach menurut Arikunto
(2006: 100) adalah sebagai berikut.
Keterangan:
24
r11 : Reliabilitas instrumen
K : Banyaknya butir pertanyaan
σb² : Jumlah varians butir
σt² : Varians total
Selanjutnya perhitungan dikonsultasikan dengan tabel r pada taraf
signifikansi 5%. Apabila koefisien reliabilitas lebih besar daripada rtabel, maka
soal dinyatakan reliabel dan layak digunakan untuk mengambil data penelitian.
Namun apabila koefisien reliabilitas lebih kecil, maka soal dinyatakan tidak
reliabel dan tidak layak digunakann untuk mengambil data penelitia
1. Teknik Kualitatif
2. Teknik Kuantitatif
Teknik kuantitatif dilakukan untuk menganalisis data yang diperoleh dari
hasil tes tertulis. Hasil analisis data secara kuantitatif dihitung dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Menghitung skor masing-masing aspek;
b. Merekap nilai yang diperoleh siswa;
c. Menghitung nilai rata-rata kelas
25
3.10 Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan proses
dan produk, yakni sebagai berikut.
1. Indikator Keberhasilan Proses
Indikator keberhasilan ini dapat diamati ketika berlangsungnya tindakan
kelas. Pengamatan dilakukan langsung oleh peneliti. Tindakan dalam penelitian
ini dianggap berhasil apabila dalam pelaksanaan tindakan siswa memiliki
perhatian terhadap pembelajaran, gairah belajar, aktif dalam pembelajaran, dan
suasana pembelajaran di kelas yang kondusif.
2. Indikator Keberhasilan Produk
Indikator keberhasilan ini dilihat berdasarkan peningkatan nilai siswa
dalam menulis teks deskripsi setiap akhir siklus. Tindakan dianggap berhasil
apabila dalam pembelajaran menulis teks deskripsi ≥ 70% dari jumlah siswa
mendapat nilai ≥ KKM yakni ≥ 75.
26
DAFTAR PUSTAKA
27
Hanisyah, Resi Ayu. 2011. Penerapan Peta Pikiran (Mind Maps) sebagai Upaya
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Kelas X
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) PGRI Babakanmadang. Skripsi.
http://repository.uinjkt.ac.id/.
Ruddel, Martha Rapp. 2005. Teaching Content: Reading and Writing. USA.
Semi, M. Atar. 1995. Dasat-Dasar Keterampilan Menulis. Bandung:
Mugantara.
28
29