Oleh:
17020230032
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa internasional yang paling banyak dipelajari
dan digunakan dalam berkomunikasi antar bangsa. Ini sesuai dengan peran bahasa Inggris
sebagai bahasa global seperti yang dikemukakan oleh Crystal (2003: 3) bahwa bahasa Inggris
berperan sebagai bahasa global atau dunia karena bahasa Inggris dipelajari dan dijadikan
sarana berkomunikasi di berbagai negara baik sebagai bahasa pertama, bahasa kedua, maupun
sebagai bahasa asing. Di Indonesia, bahasa Inggris sebagai bahasa asing pertama yang
dipelajari sebagai mata pelajaran wajib dari sekolah menengah pertama hingga perguruan
tinggi. Dengan memiliki kemampuan berbahasa Inggris, kita bisa dengan mudah mengakses
dan memperoleh informasi karena sebagian besar informasi tersebut tertulis dalam bahasa
Inggris. Hal ini terjadi karena bahasa Inggris berfungsi sebagai bahasa ilmu pengetahuan,
teknologi dan perdagangan. Kemampuan berbahasa Inggris juga merupakan salah satu
kemampuan yang sangat menentu-kan dalam memperoleh lapangan kerja karena perusahaan-
perusahaan papan atas di Indonesia selalu mencantumkan persyaratan kemampuan berbahasa
Inggris baik lisan maupun tertulis sebagai salah satu syarat untuk menjadi karyawan di
perusahaan tersebut. Salah satu upaya pemerintah Indonesia dalam meningkatkan kemampuan
bahasa Inggris adalah memperkenalkan bahasa Inggris lebih awal di lembaga pendidikan
formal, yakni dimulai dari sekolah dasar. Pelaksanaan program penge-nalan bahasa Inggris di
tingkat sekolah dasar tersebut didasarkan atas Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor. 060/U/1993 tanggal 25 Februari 1993 (Depdikbud, 1993) yang
menjelaskan tentang dimungkinkannyapembelajaran bahasa Inggris sebagai mata pelajaran
muatan lokal di sekolah dasar dan dapat dimulai pada kelas empat sekolah dasar. Masyarakat
pendidikan memberikan respon yang sangat positif atas kebijakan ini, bahkan di berbagai
sekolah dasar swasta yang besar, pembelajaran bahasa Inggris telah dimulai sejak kelas satu.
Posisi bahasa Inggris sebagai mata pelajaran muatan lokal di sekolah dasar semakin kuat
dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional
pasal 37 ayat 1 yang mewajibkan adanya muatan lokal pada kurikulum pendidikan dasar dan
menengah. Bahasa Inggris merupakan salah satu pelajaran muatan lokal yang diberikan di
sekolah menengah pertama. Subjek pembahasan yang berkenaan dengan pembelajaran bahasa
inggris di tingkat SMP memiliki tingkatan dasar dalam pembelajaran. Pembelajaran bahasa
inggris yang meliputi pembelajaran tentang struktural teks, fungsi sosial dan unsur kebahasan
tingkat dasar yang ter –implementasikan dengan pembelajaran berkenaan dengan perkenalan,
menyapa, memberikan informasi-informasi lainnya sebagai contoh meminta dan menawarkan
bantuan dan tentunya dapat terlihat dengan evaluasi dari hasil peserta didik tersebut.
Menurut Winkel dan Mukhtar (Sudaryono, 2012: 44), pemahaman adalah kemampuan
seseorang untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari, yang dinyatakan
dengan menguraikan isi pokok dari suatu bacaan atau mengubah data yang disajikan dalam
bentuk tertentu ke bentuk yang lain. Dapat disimpulakn bahwa premahaman siswa berkenaan
dengan aktifitas ketika proses pembelajaran seorang peserta didik, dan dapat terlihat hasilnya
dari evaluasi pembelajaran.
Dari penjelasan yang tertera diatas, menjadi sebuah rasionalisasi atas pengerjaan penilitian ini
yang berkenaan dengan “Penerapan Role Play terhadap pemahaman siswa dalam ruang
lingkup pembelajaran meminta dan menawarkan bantuan dalam bahasa inggris di MTs
Zumrotul Wildan”.
Berkenaan dengan role play, dalam buku Pembelajaran Kontekstual (Komalasari : 2010)
Model Pembelajaran Role Playing adalah suatu tipe Model pembelajaran Pelayanan (Sercvice
Learning). Model pembelajaran ini adalah suatu model penguasaan bahan-bahan pelajaran
melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan murid. Pengembangan imajinasi dan
penghayatan dilakukan murid dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benada mati.
Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal ini bergantung kepada apa
yang di perankan. Sedangkan menurut Jill Hadfield Role playing atau bermain peran adalah
sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur
senang Dalam role playing murid dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun
saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas. Selain itu, role playing sering kali dimaksudkan
sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada
di luar kelas dan memainkan peran orang lain. Metode Role Playing adalah suatu cara
penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa.
Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai
tokoh hidup atau benda mati. Adanya model pembelajaran Role Playing dalam buku Model
Pembelajaran (2008:25) didasarkan pada: pertama, dibuat berdasarkan asumsi bahwa
sangatlah mungkin menciptakan analogi otentik kedalam situasi permasalahan kehidupan
nyata. Kedua, bahwa bermain peran dapat mendorong siswa mengekspresikan perasaannya
dan bahkan melepaskan perasaannya. Ketiga, bahwa proses psikologis melibatkan sikap, niali
dan keyakinan (belief) kita serta mengarahkan pada kesadaran melalui keterlibatan spontan
yang disertai analisis . model pembelajaran ini dipelopori oleh George Shafel.
Model pembelajaran role playing atau bermain peran ini merupakan pembelajaran yang
lebih menekankan pada permainan gerak dan siswa biasanya di latih untuk memahami,
memperagakan setiap peran – peran yang di perankan nya untuk selanjutnya biasanya siswa
di tugaskan untuk memberikan penilaian baik kekurangan atau kelebihan dari peran yang
dimainkan ataupun juga jalan cerita yang di perankannya. Selain penialaian terhadap peran,
penilaaian terhadap jalan cerita dalam role playing tersebut biasanya di jadikan bahan refleksi
dalam model pembelajaran role playing misalnya menentukan apa isi dari cerita tersebut,
hikmah yang di dapat dalam ceritanya dan lain- lain.
A. Identifikasi Masalah
Kurangnya pemahaman siswa dalam materi asking and offering help di sebabkan oleh :
a. Metode yang digunakan guru yg monoton dan kurang tepat, sehingga kelas
menjadi tidak kondusif.
b. Guru menggunakan media yang kurang menarik, sehingga tidak menarik
perhatian siswa.
c. Guru tidak dapat mengukur kemampuan siswa dengan baik.
d. Siswa kurang aktif selama proses pembelajaran mengenai materi asking and
offering help.
B. Analisis Masalah
Untuk mengatasi masalah tersebut, kami akan menerapakan metode role play, dengan berbagai
pertimbangan antara lain :
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:
Bedasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah diatas , maka penelitian ini bertujuan
sebagai berikut :
Adapun hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas 8 MTs Zumrotul
Wildan memiliki manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini dapat menjadi landasan dalam penerapan metode
pembelajaran secara lebih lanjut. Selain itu juga menjadi sebuah nilai tambah ilmu
pengetahuan ilmiah dalam bidang pendidikan bahasa inggris.
2. Manfaat Teknis
a. Bagi siswa, hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas
8 Mts Zumrotul Wildan dengan penerapan metode role play.
b. Bagi guru, penerapan metode role play dalam pembelajaran dapat memfasilitasi
siswa dalam belajar dan mempelajari materi dengan mudah dan bermakna.
c. Bagi sekolah, hasil dari penelitian penerapan metode role play ini memberikan
referensi dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan proses belajar mengajar
yang dilakukan oleh guru.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam perspektif psikologis, peserta didik adalah individu yang sedang berada
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun psikis menurut fitrahnya
masing-masing. Sebagai individu yang tengah tumbuh dan berkembang, peserta didik
memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju ke arah titik optimal
kemampuan fitrahnya.
Dalam perspektif Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun
2003 pasal 1 ayat 4, “peserta didik diartikan sebagai anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis
pendidikan tertentu.”
Pengamatan
Perencanaan
Pengamatani
dst
Subjek penelitian adalah guru dan siswa kelas 8 Mts zumrotul Wildan dengan jumlah
siswa 29 orang, terdiri dari 14 orang siswa laki-laki dan 15 orang siswa perempuan.
2. Objek Penelitian
Objek Penelitian ini adalah proses pembelajaran dengan penggunaan metode role play
dengan dimaksudkan meningkatkan kemampuan pemahaman siswa dalam matei asking and
offering help.
3. Teman Sejawat
Nama : Ryan Akhmad Awaluddin
NIS : 17020230032
Bidang Study : Guru Bidang Study Bahasa Inggris untuk kelas 8
Penelitian ini dilaksanakan di kelas 8 Mts Zumrotul Wildan Ngabul Tahunan Jepara.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas 8 Mts Zumrotul Wildan Jepara pada semester ganjil
tahun pelajaran 2019/2020.
3. Jadwal Penelitian
1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyususan proposal
2. Perencanaan
3. Pelaksanaan
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
5. Refleksi dan
pengumpulan hasil
Jadwal penelitian yang melputi persiapan, pelaksanaan dan pelaporan hasil penelitian
dalam bentuk bar chat. Dilaksanakan pada bulan november dan desember.
PRA-SIKLUS
Data Terlampir
Rata- Rata Nilai Siswa
Keterangan :
x = nilai rata-rata
N = jumlah siswa (aspek penilaian)
∑x = jumlah nilai rumus rata-rata adalah :
x= 176 ÷ 29
= 6.06
Hasil data siswa yang memperoleh nilai 70 keatas sebanyak 8 orang, dengan
persentase 26,7%. Hasil tersebut belum mencapai standar ketuntasan belajar secara klasikal,
bisa dikatakan penerapan metode ceramah pada pembelajaran descriptive text gagal. Maka
peneliti akan melakukan rencana perbaikan pembelajaran Descriptive text dengan
menggunakan metode demonstrasi pada siswa kelas 7 Mts Zumrotul Wildan Jepara.
SIKLUS I
Kegiatan pada siklus pertama diawali dengan pembuatan perangkat pembelajaran
secara kolaboratif partisipatif antara guru dengan peneliti, kemudian rencana kegiatan
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi, agar efisien dan efektif
guru perlu memperhatikan hal-hal berikut:
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan
Tahap ini adalah pelaksanaan dari perencanaan yang telah ditetapkan sesuai
RPP. Dalam siklus pertama ini, kegiatan awal yang dilakukan guru adalah memahami
karakteristik siswa dan bagaimana cara belajar siswa dalam menerapkan metode
demonstrasi. Adapun pelaksanaan yang dilakukan sesuai dengan metode demonstrasi
yang digunakan, adapaun langkah-langkah sebagai berikut:
Kegiatan awal
Kegiatan Inti
2) Tiap kelompok membuat naskah role play tentang asking and offering help.
3) Menuliskan apa saja yang mereka ketahui dengan menggunakan lembar kerja.
4) Setiap kelompok mempraktikan role play yang sudah didiskusikan dengan kelompok
Kegiatan Akhir
c. Pengamatan
d. Refleksi
Pada tahap ini akan dilakukan analisis data mengenai proses, hasil, dan hambatan yang
dijumpai dalam pembelajaran. Selanjutnya hal tersebut akan direfleksi secara bersama-sama
dengan kolaborator khususnya berkaitan dengan dampak pelaksanaan tindakan dalam
pembelajaran. Kriteria refleksi pengembangan kemampuan berbahasa anak didik akan
dianalisis berdasarkan kriteria ketuntasan belajar individual dan klasikal.
Kriteria refleksi hasil belajar siswa akan dianalisis berdasarkan kriteria ketuntasan belajar
individual dan klasikal. Ketuntasan belajar individual berdasarkan KKM yang telah
ditetapkan untuk mata pelajaran Bahasa Inggris yaitu 75. Ketuntasan belajar klasikal tercapai
jika 85% dari jumlah siswa telah mendapatkan nilai 75.
SIKLUS II
Pada pelaksanaan siklus II ini adalah perbaikan dari hasil refleksi yang telah dilakukan
pada siklus I. Pelaksanaannya sebagai berikut:
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan
Tahap ini adalah pelaksanaan dari perencanaan yang telah ditetapkan sesuai
RPP. Dalam siklus kedua ini, kegiatan awal yang dilakukan guru adalah memahami
karakteristik siswa dan bagaimana cara belajar siswa dalam menerapkan metode
demonstrasi.
Adapun pelaksanaan yang dilakukan sesuai dengan metode demonstrasi yang
digunakan, adapaun langkah-langkah sebagai berikut:
Kegiatan awal
Kegiatan Inti
8) Setiap kelompok mempraktikan role play yang sudah didiskusikan dengan kelompok
Kegiatan Akhir
c. Pengamatan
Pada tahapan ini guru observer akan melakukan pengamatan terhadap aktifitas
pembelajaran, baik yang dilakukan guru maupun siswa. Selama proses pembelajaran
seperti yang telah direncanakan, kolaborator akan melakukan pengamatan dengan
menggunakan pedoman observasi pelaksanaan pembelajaran.Setelah proses
pembelajaran berakhir, guru dan kolaborator akan memberikan tes untuk mengukur
hasil belajar siswa.
Pada tahap ini akan dilakukan analisis data mengenai proses, hasil, dan ham- batan
yang dijumpai dalam pembela jaran. Selanjutnya hal tersebut akan direfleksi secara bersama-
sama dengan kolaborator khususnya berkaitan dengan dampak pelaksanaan tindakan dalam
pembelajaran. Pedoman observasi pelaksanaan pembelajaran dijabarkan sebagai
berikut:
- Aspek yang diamati:
Pra Pembelajaran
Kegiatan Inti Pembelajaran
Penutup
- Skor Indikator:
1 = sangat tidak baik
2 = tidak baik
3 = kurang baik
4 = baik
5 = sangat baik
d. Refleksi
Pada tahap ini akan dilakukan analisis data mengenai proses, hasil, dan
hambatan yang dijumpai dalam pembelajaran. Selanjutnya hal tersebut akan direfleksi
secara bersama-sama dengan kolaborator khususnya berkaitan dengan dampak
pelaksanaan tindakan dalam pembelajaran. Kriteria refleksi pengembangan
kemampuan berbahasa anak didik akan dianalisis berdasarkan kriteria ketuntasan
belajar individual dan klasikal.
60-79 Tinggi
40-59 Sedang
20-39 Rendah