Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

PENERAPAN ROLE PLAY TERHADAP PEMAHAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN


MEMINTA DAN MENAWARKAN BANTUAN DALAM BAHASA INGGRIS DI MTS
ZUMROTUL WILDAN

Oleh:

NURIS MAULIDA ALFATIH

17020230032

UNIVERSITAS ISLAM KADIRI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

2019

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa internasional yang paling banyak dipelajari
dan digunakan dalam berkomunikasi antar bangsa. Ini sesuai dengan peran bahasa Inggris
sebagai bahasa global seperti yang dikemukakan oleh Crystal (2003: 3) bahwa bahasa Inggris
berperan sebagai bahasa global atau dunia karena bahasa Inggris dipelajari dan dijadikan
sarana berkomunikasi di berbagai negara baik sebagai bahasa pertama, bahasa kedua, maupun
sebagai bahasa asing. Di Indonesia, bahasa Inggris sebagai bahasa asing pertama yang
dipelajari sebagai mata pelajaran wajib dari sekolah menengah pertama hingga perguruan
tinggi. Dengan memiliki kemampuan berbahasa Inggris, kita bisa dengan mudah mengakses
dan memperoleh informasi karena sebagian besar informasi tersebut tertulis dalam bahasa
Inggris. Hal ini terjadi karena bahasa Inggris berfungsi sebagai bahasa ilmu pengetahuan,
teknologi dan perdagangan. Kemampuan berbahasa Inggris juga merupakan salah satu
kemampuan yang sangat menentu-kan dalam memperoleh lapangan kerja karena perusahaan-
perusahaan papan atas di Indonesia selalu mencantumkan persyaratan kemampuan berbahasa
Inggris baik lisan maupun tertulis sebagai salah satu syarat untuk menjadi karyawan di
perusahaan tersebut. Salah satu upaya pemerintah Indonesia dalam meningkatkan kemampuan
bahasa Inggris adalah memperkenalkan bahasa Inggris lebih awal di lembaga pendidikan
formal, yakni dimulai dari sekolah dasar. Pelaksanaan program penge-nalan bahasa Inggris di
tingkat sekolah dasar tersebut didasarkan atas Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor. 060/U/1993 tanggal 25 Februari 1993 (Depdikbud, 1993) yang
menjelaskan tentang dimungkinkannyapembelajaran bahasa Inggris sebagai mata pelajaran
muatan lokal di sekolah dasar dan dapat dimulai pada kelas empat sekolah dasar. Masyarakat
pendidikan memberikan respon yang sangat positif atas kebijakan ini, bahkan di berbagai
sekolah dasar swasta yang besar, pembelajaran bahasa Inggris telah dimulai sejak kelas satu.
Posisi bahasa Inggris sebagai mata pelajaran muatan lokal di sekolah dasar semakin kuat
dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional
pasal 37 ayat 1 yang mewajibkan adanya muatan lokal pada kurikulum pendidikan dasar dan
menengah. Bahasa Inggris merupakan salah satu pelajaran muatan lokal yang diberikan di
sekolah menengah pertama. Subjek pembahasan yang berkenaan dengan pembelajaran bahasa
inggris di tingkat SMP memiliki tingkatan dasar dalam pembelajaran. Pembelajaran bahasa
inggris yang meliputi pembelajaran tentang struktural teks, fungsi sosial dan unsur kebahasan
tingkat dasar yang ter –implementasikan dengan pembelajaran berkenaan dengan perkenalan,
menyapa, memberikan informasi-informasi lainnya sebagai contoh meminta dan menawarkan
bantuan dan tentunya dapat terlihat dengan evaluasi dari hasil peserta didik tersebut.
Menurut Winkel dan Mukhtar (Sudaryono, 2012: 44), pemahaman adalah kemampuan
seseorang untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari, yang dinyatakan
dengan menguraikan isi pokok dari suatu bacaan atau mengubah data yang disajikan dalam
bentuk tertentu ke bentuk yang lain. Dapat disimpulakn bahwa premahaman siswa berkenaan
dengan aktifitas ketika proses pembelajaran seorang peserta didik, dan dapat terlihat hasilnya
dari evaluasi pembelajaran.
Dari penjelasan yang tertera diatas, menjadi sebuah rasionalisasi atas pengerjaan penilitian ini
yang berkenaan dengan “Penerapan Role Play terhadap pemahaman siswa dalam ruang
lingkup pembelajaran meminta dan menawarkan bantuan dalam bahasa inggris di MTs
Zumrotul Wildan”.
Berkenaan dengan role play, dalam buku Pembelajaran Kontekstual (Komalasari : 2010)
Model Pembelajaran Role Playing adalah suatu tipe Model pembelajaran Pelayanan (Sercvice
Learning). Model pembelajaran ini adalah suatu model penguasaan bahan-bahan pelajaran
melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan murid. Pengembangan imajinasi dan
penghayatan dilakukan murid dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benada mati.
Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal ini bergantung kepada apa
yang di perankan. Sedangkan menurut Jill Hadfield Role playing atau bermain peran adalah
sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur
senang Dalam role playing murid dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun
saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas. Selain itu, role playing sering kali dimaksudkan
sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada
di luar kelas dan memainkan peran orang lain. Metode Role Playing adalah suatu cara
penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa.
Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai
tokoh hidup atau benda mati. Adanya model pembelajaran Role Playing dalam buku Model
Pembelajaran (2008:25) didasarkan pada: pertama, dibuat berdasarkan asumsi bahwa
sangatlah mungkin menciptakan analogi otentik kedalam situasi permasalahan kehidupan
nyata. Kedua, bahwa bermain peran dapat mendorong siswa mengekspresikan perasaannya
dan bahkan melepaskan perasaannya. Ketiga, bahwa proses psikologis melibatkan sikap, niali
dan keyakinan (belief) kita serta mengarahkan pada kesadaran melalui keterlibatan spontan
yang disertai analisis . model pembelajaran ini dipelopori oleh George Shafel.
Model pembelajaran role playing atau bermain peran ini merupakan pembelajaran yang
lebih menekankan pada permainan gerak dan siswa biasanya di latih untuk memahami,
memperagakan setiap peran – peran yang di perankan nya untuk selanjutnya biasanya siswa
di tugaskan untuk memberikan penilaian baik kekurangan atau kelebihan dari peran yang
dimainkan ataupun juga jalan cerita yang di perankannya. Selain penialaian terhadap peran,
penilaaian terhadap jalan cerita dalam role playing tersebut biasanya di jadikan bahan refleksi
dalam model pembelajaran role playing misalnya menentukan apa isi dari cerita tersebut,
hikmah yang di dapat dalam ceritanya dan lain- lain.

A. Identifikasi Masalah

Kurangnya pemahaman siswa dalam materi asking and offering help di sebabkan oleh :

a. Metode yang digunakan guru yg monoton dan kurang tepat, sehingga kelas
menjadi tidak kondusif.
b. Guru menggunakan media yang kurang menarik, sehingga tidak menarik
perhatian siswa.
c. Guru tidak dapat mengukur kemampuan siswa dengan baik.
d. Siswa kurang aktif selama proses pembelajaran mengenai materi asking and
offering help.

B. Analisis Masalah

Masalah yang dihadapi selama proses pengajaran, antara lain :

a. Siswa kurang memperhatikan penjelasan guru.


b. Siswa merasa bosan karena metode yang digunakan guru monoton
c. Siswa merasa bosan karena kurang menariknya media pembelajaran yang
digunakan guru.

C. Alternative Masalah dan Prioritas Pemecahan Masalah

Untuk mengatasi masalah tersebut, kami akan menerapakan metode role play, dengan berbagai
pertimbangan antara lain :

a. Melibatkan partisipasi seluruh siswa dikelas, sehingga siswa aktif dalam


pembelajaran
b. Mengasah critical thinking siswa untuk meminta dan menawarkan bantuan.
c. Memudahkan berbagai jenis penjelasan.
d. Kesalahan-kesalahan yang terjadi hasil dari menghafal dapat diperbaiki melalui
pengamatan dan contoh konkret, dengan menghadirkan objek sebenarnya
Berdasarkan pokok permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian
dengan judul : “ Penerapan Metode role play terhadap pemahan siswa dalam ruang
lingkup pembelajaran meminta dan menawarkan bantuan dalam bahasa Inggris di MTs
Zumrotul Wildan.”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penerapan metode role play terhadap peningkatan memahami materi


asking and offering help siswa kelas 8 Mts Zumrotul Wildan ?
2. Apakah penerapan metode role play dapat meningkatan kemampuan memahami materi
asking and offering help siswa kelas 8 Mts Zumrotul Wildan ?

1.3. Tujuan Penelitian

Bedasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah diatas , maka penelitian ini bertujuan
sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan metode role play terhadap peningkatan


kemampuan pemahaman materi asking and offering help siswa kelas 8 Mts Zumrotul
Wildan.
2. Untuk mengetahui apakah penerapan metode role play dapat meningkatan kemampuan
pemahaman materi asking and offering help siswa kelas 8 Mts Zumrotul Wildan.

1.4. Manfaat Hasil Penelitian

Adapun hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas 8 MTs Zumrotul
Wildan memiliki manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini dapat menjadi landasan dalam penerapan metode
pembelajaran secara lebih lanjut. Selain itu juga menjadi sebuah nilai tambah ilmu
pengetahuan ilmiah dalam bidang pendidikan bahasa inggris.
2. Manfaat Teknis
a. Bagi siswa, hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas
8 Mts Zumrotul Wildan dengan penerapan metode role play.
b. Bagi guru, penerapan metode role play dalam pembelajaran dapat memfasilitasi
siswa dalam belajar dan mempelajari materi dengan mudah dan bermakna.
c. Bagi sekolah, hasil dari penelitian penerapan metode role play ini memberikan
referensi dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan proses belajar mengajar
yang dilakukan oleh guru.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

Tinjauan tentang prestasi belajar


 Pengertian Pemahaman
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan dikatakan bahwa pemahaman adalah mengerti benar atau mengetahui
benar. Pemahaman yang diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Karena itu belajar
berarti harus mengerti secara mental makna dan filosofinya, maksudnya dan implikasi
serta aplikasi-aplikasinya sehingga menyebabkan siswa memahami suatu situasi. Hal ini
sangat penting bagi siswa yang belajar, memahami maksudnya menangkap maknanya
adalah tujuan akhir dari setiap mengajar. Pemahaman memiliki arti yang sangat mendasar
yang meletakkan bagian-bagian belajar pada proposinya. Tanpa itu, maka skill
pengetahuan dan sikap tidak akan bermakna.

Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata “Paham” yang


artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Sedangkan pemahaman siswa adalah proses,
perbuatan, cara memahami sesuatu. Dan belajar adalah upaya memperoleh pemahaman,
hakekat belajar itu sendiri adalah usaha mencari dan menemukan makna atau pengertian.
Berkaitan dengan hal ini J. Murshell mengatakan: “Isi pelajaran yang bermakna bagi anak
dapat dicapai bila pengajaran mengutamakan pemahaman, wawasan (insight) bukan
hafalan dan latihan.”

 Pengertian Peserta Didik

Dalam perspektif pedagogis, peserta didik diartikan sebagai sejenis makhluk


‘Homo Educantum’, makhluk yang menghajatkan pendidikan. Dalam pengertian ini,
peserta didik dipandang sebagai manusia yang memiliki potensi yang bersifat laten,
sehingga dibutuhkan binaan dan bimbingan untuk mengaktualisasikannya agar ia dapat
menjadi manusia susila yang cakap.

Dalam perspektif psikologis, peserta didik adalah individu yang sedang berada
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun psikis menurut fitrahnya
masing-masing. Sebagai individu yang tengah tumbuh dan berkembang, peserta didik
memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju ke arah titik optimal
kemampuan fitrahnya.
Dalam perspektif Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun
2003 pasal 1 ayat 4, “peserta didik diartikan sebagai anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis
pendidikan tertentu.”

Tinjauan tentang metode role play


Dalam pelajaran Bahasa Inggris, biasanya proses belajar mengajar yang
berlangsung kurang menarik, menjenuhkan dan membosankan. Hal ini membuat pelajaran
Bahasa Inggris menjadi jarang disukai pesertya didik. Metode pembelajaran yang biasa di
pakai saat proses pembelajaran di dominasi oleh metode menghafal kosakata, sehingga
pembelajaran kurang menarik. Oleh karena itu, seorang guru harus dapat lebih kreatif lagi
untuk menerapkan metode pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan materi yang
disampaikan, sehingga selain tujuan pembelajaran yang tersampaikan dengan baik
pembelajaran pun menjadi tidak membosankan. Misalnya pada mata pelajaran Bahasa
Inggris dengan materi asking and offering help, pembelajaran ini dapat di terapkan dengan
beberapa metode pembelajaran, salah satu diantaranya yaitu metode pembelajaran role
playing.
Penerapan metode role playing pada materi asking and offering help ini bertujuan
agar selain siswa memahami dan mengerti mengenai bahasan-bahasan pada materi ini
seperti meminta bantuan, menawarkan bantuan, dan lain-lain, tetapi pembelajaran juga
akan lebih menarik dan lebih bermakna karena siswa dapat mempraktekan langsung
proses tersebut. Proses pembelajaran role playing pada pembahasan materi asking and
offering help ini akan lebih membantu siswa dan guru dalam mencapai standar kompetensi
yang memang di harapkan.

2.2 Penelitian Terdahulu

Pada peninjauan terhadap penelitian sebelumnya, peneliti mengambil sumber


penelitian sebelumnya yang berkenaan dengan penerapan role play. Berdasarkan
jurnal “Penerapan metode bermain peran dalam meningkatkan prestasi belajar
bahasa Inggris siswa kelas VII SMP Negeri 2 Paciran Lamongan” karangan Nofi
Laelatul Mukaromah tahun 2009”. Menunjukan Hasil penelitian bahwa penggunaan
metode bermain peran dalam penelitian ini dapat meningkatkan prestasi belajar siswa,
karena dengan menggunakan metode bermain peran hasil belajar bahasa Inggris siswa
meningkat, suasana kelas menjadi hidup karena dapat menarik perhatian siswa dengan
memainkan peranan di depan kelas, serta dpat melatih keberanian siswa untuk
berbahasa Inggris
2.3 Kerangka Berfikir
Pembelajaran asking dan offering help yang sangat membutuhkan keaktifan
siswa dalam speaking dilakukan dengan metode menghafal, ceramah, tanya jawab, dan
penugasan secara individu. Pembelajaran speaking tersebut bersifat membosankan, tidak
menarik, dan menyebabkan siswa mengantuk, tidak berminat untuk aktif dalam proses
pembelajaran. Siswa malas bertanya dan malas mendengarkan penjelasan guru. Selama
proses pembelajaran siswa lebih banyak pasif. Kondisi tersebut menunjukkan siswa
kurang berminat dalam mengikuti pembelajaran.
Oleh karena itu diperlukan perubahan proses pembelajaran untuk lebih
meningkatkan minat siswa dan mengurangi keaktifan siswa dalam belajar
speaking. Pembelajaran speaking dapat dilakukan dengan menerapkan model
pembelajaran role play. Proses ini lebih menyenangkan dan
lebih menarik minat siswa untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran, saling
mengajari antar anggota kelompok . Siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran, siswa
lebih banyak berpartisipasi dalam proses pembelajaran, dan langsung praktik materi
yang dipelajari. Pada akhirnya hal tersebut dapat meningkatkan minat belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka
kerangka berpikir dalam penelitian tindakan kelas ini dapat digambarkan
sebagai berikut :

Guru Bahasa Inggris


Kemampuan berbicara siswa
dan keaktifan siswa kurang

Pembelajaran asking and


offering help
Penerapan Metode role play

Kemampuan berbicara dan


2.4 Hipotesis Tindakan

Setelah beberapa definisi berikut hasil dari penelitian di penjelasan


sebelumnya, penelitia membuat beberapa dugaan awal/ hipotesis terhadap penelitian
yang berkenaan dengan “Penerapan Role Play terhadap pemahaman siswa dalam
ruang lingkup pembelajaran meminta dan menawarkan bantuan dalam bahasa inggris
di MTs Zumrotul Wildan”. Dan hasil tersebut adalah terdapatnya dampak yang
significant atas penerapan metode role play terhadap pemahaman peserta didik dalam
materi asking and offering help dalam mata pelajaran Bahasa Inggris.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru didlam
kelas sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga
hasil belajar siswa menjadi meningkat (Wardani, 2008:14). Sedangkan menurut Arikunto
(2008:58)Dengan tujuan memperbaiki/meningkatkan mutu praktik pembelajaran. Siklus ini
tidak hanya berlangsung satu siklus tetapi beberapa kali hingga mencapai tujuan yang
diharapkan dalam pembelajaran Bahasa Inggris di kelas.
Penelitian tindakan kelas sebagai penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian
dengan tindakan subtantif, suatu tindakan yang dilakukan dengan disiplin inkuiri, atau suatu
usaha seseorang untuk memahami apa yang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah prosedur
perbaikan dan perubahan. Sedangkan Suhardjono (Komalasari, 2010:271), mengatakan bahwa
peneltian tindakan kelas adalah peneltian yang dilakukan oleh guru, bekerja sama dengan
peneliti lainnya (atau dilakukan sendiri oleh guru yang bertindak sebagai peneliti) di kelas atau
di sekolah tempat dia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan
proses dan praktis pembelajaran.
Langkah-langkah penelitian tindakan kelas ini meliputi: tahap persiapan, diagnostik,
perencanaan tindakan kelas, untuk memecahkan maslah. Prosedur penelitian tindakan kelas ini
yakni: (1) perencanaan (Planning), (2) pelaksanaan tindakan kelas (Action), (3) Observasi
(Observation) dan refleksi (reflection) dalam setiap siklus Hopkins (Arikunto, 2008:14).
Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatani

dst

Gambar 3.1 Prosedur siklus penelitian, diadopsi dari Arikunto (2010:17)

3.2 Subjek, Objek Penelitian Dan Teman Sejawat


1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah guru dan siswa kelas 8 Mts zumrotul Wildan dengan jumlah
siswa 29 orang, terdiri dari 14 orang siswa laki-laki dan 15 orang siswa perempuan.

2. Objek Penelitian

Objek Penelitian ini adalah proses pembelajaran dengan penggunaan metode role play
dengan dimaksudkan meningkatkan kemampuan pemahaman siswa dalam matei asking and
offering help.

3. Teman Sejawat
Nama : Ryan Akhmad Awaluddin
NIS : 17020230032
Bidang Study : Guru Bidang Study Bahasa Inggris untuk kelas 8

3.3 Lokasi Dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas 8 Mts Zumrotul Wildan Ngabul Tahunan Jepara.

2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas 8 Mts Zumrotul Wildan Jepara pada semester ganjil
tahun pelajaran 2019/2020.

3. Jadwal Penelitian

Tahun Pelajaran 2018/2019

No Uraian November Desember

1 2 3 4 1 2 3 4

1. Penyususan proposal

2. Perencanaan

3. Pelaksanaan

Pra Siklus
Siklus I

Siklus II

4. Pengolahan data dan


analisis data

5. Refleksi dan
pengumpulan hasil

Jadwal penelitian yang melputi persiapan, pelaksanaan dan pelaporan hasil penelitian

dalam bentuk bar chat. Dilaksanakan pada bulan november dan desember.

3.4 Prosedur Penelitian


Di dalam penelitian ini, prosedur penelitian dilaksanakan dengan menggunakan siklus-
siklus tindakan (daur ulang) dilakukan sebanyak 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 4 taha-
pan, yaitu diawali dengan perencanaan (Planning), tindakan (Action), pengamatan (Observation),
dan melakukan refleksi (Reflection), dan seterusnya sampai adanya peningkatan yang
diharapkan tercapai. Secara rinci pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini meliputi langkah-langkah
sebagai berikut:

PRA-SIKLUS

Sebelum melaksanakan Penelitian Tindakan kelas ( PTK ) dengan menerapkan


metode demonstrasi, terlebih dulu peneliti melakukan observasi awal melakukan pra siklus
untuk mengidentifikasi permasalahan – permasalahan yang ada pada saat berlangsungnya proses
pembelajaran Descriptive text dengan menggunakan metode ceramah pada siswa kelas 7 Mts
Miftahul Fallah Kediri. Observasi dilaksanakan dengan memperhatikan guru mengajar,
keaktifan siswa dan hasil belajar senam siswa.
Temuan awal hasil belajar siswa pada rencana pembelajaran dapat dilihat pada table
dibawah ini.
Tabel 4.1 Ketuntasan Hasil Belajar Senam Dasar Pra Siklus
N0 Aspek Jumlah Jumlah Persentase Keterangan

Ketuntasan Siswa Nilai %

1. Tuntas 7 Orang 57 26,7% Nilai > 70

2. Belum Tuntas 22 Orang 119 73,3% Nilai < 70

Jumlah 29 Orang 176 100%

Data Terlampir
Rata- Rata Nilai Siswa

rumus rata-rata adalah :

Keterangan :

x = nilai rata-rata
N = jumlah siswa (aspek penilaian)
∑x = jumlah nilai rumus rata-rata adalah :

x= 176 ÷ 29

= 6.06

Hasil data siswa yang memperoleh nilai 70 keatas sebanyak 8 orang, dengan
persentase 26,7%. Hasil tersebut belum mencapai standar ketuntasan belajar secara klasikal,
bisa dikatakan penerapan metode ceramah pada pembelajaran descriptive text gagal. Maka
peneliti akan melakukan rencana perbaikan pembelajaran Descriptive text dengan
menggunakan metode demonstrasi pada siswa kelas 7 Mts Zumrotul Wildan Jepara.

SIKLUS I
Kegiatan pada siklus pertama diawali dengan pembuatan perangkat pembelajaran
secara kolaboratif partisipatif antara guru dengan peneliti, kemudian rencana kegiatan
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi, agar efisien dan efektif
guru perlu memperhatikan hal-hal berikut:

a. Perencanaan

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam tahap perencanaan oleh peneliti


bersama guru adalah menyiapkan perangkat pembelajaran yakni rencana pelaksanaan
pembelajaran, sumber belajar, media pembelajaran. Kemudian dilanjutkan menyiapkan
instrumen tes dan non tes. Instrumen tes berupa soal tes unjuk kerja serta penilaiannya.
Instrumen non tes berupa lembar panduan observasi untuk mengamati aktivitas siswa
dan kinerja guru dalam proses pembelajaran.

b. Pelaksanaan
Tahap ini adalah pelaksanaan dari perencanaan yang telah ditetapkan sesuai
RPP. Dalam siklus pertama ini, kegiatan awal yang dilakukan guru adalah memahami
karakteristik siswa dan bagaimana cara belajar siswa dalam menerapkan metode
demonstrasi. Adapun pelaksanaan yang dilakukan sesuai dengan metode demonstrasi
yang digunakan, adapaun langkah-langkah sebagai berikut:

Kegiatan awal

1) Guru menyiapkan alat peraga yang diperlukan.

2) Guru mengadakan presensi terhadap kehadiran siswa.

3) Guru mengadakan tanya jawab yang mengarah pada materi pelajaran.

4) Menjelaskan tujuan pembelajaran.

5) Mendemonstrasikan materi asking and offering help.

Kegiatan Inti

1) Siswa dibagi 5 kelompok

2) Tiap kelompok membuat naskah role play tentang asking and offering help.

3) Menuliskan apa saja yang mereka ketahui dengan menggunakan lembar kerja.

4) Setiap kelompok mempraktikan role play yang sudah didiskusikan dengan kelompok

Kegiatan Akhir

1) Guru dan siswa menyimpulkan hasil belajar pada materi tersebut.

2) Siswa mengerjakan tes formatif pada akhir pelajaran.

3) Secara individu siswa diberi pekerjaan rumah.

c. Pengamatan

Pada tahapan ini guru observer akan melakukan pengamatan terhadap


aktifitas pembelajaran, baik yang dilakukan guru maupun siswa. Selama proses
pembelajaran seperti yang telah direncanakan, kolaborator akan melakukan pengamatan
dengan menggunakan pedoman observasi pelaksanaan pembelajaran.Setelah proses
pembelajaran berakhir, guru dan kolaborator akan memberikan tes untuk mengukur hasil
belajar siswa.
. Pada tahap ini akan dilakukan analisis data mengenai proses, hasil, dan ham-
batan yang dijumpai dalam pembela jaran. Selanjutnya hal tersebut akan direfleksi secara
bersama-sama dengan kolaborator khususnya berkaitan dengan dampak pelaksanaan tindakan
dalam pembelajaran. Pedoman observasi pelaksanaan pembelajaran dijabarkan sebagai
berikut:
- Aspek yang diamati:
 Pra Pembelajaran
 Kegiatan Inti Pembelajaran
 Penutup
- Skor Indikator:
1 = sangat tidak baik
2 = tidak baik
3 = kurang baik
4 = baik
5 = sangat baik
Berdasarkan hasil observasi, catatan lapangan dan hasil tes, maka siklus
berikutnya dapat dilaksanakan.

d. Refleksi
Pada tahap ini akan dilakukan analisis data mengenai proses, hasil, dan hambatan yang
dijumpai dalam pembelajaran. Selanjutnya hal tersebut akan direfleksi secara bersama-sama
dengan kolaborator khususnya berkaitan dengan dampak pelaksanaan tindakan dalam
pembelajaran. Kriteria refleksi pengembangan kemampuan berbahasa anak didik akan
dianalisis berdasarkan kriteria ketuntasan belajar individual dan klasikal.
Kriteria refleksi hasil belajar siswa akan dianalisis berdasarkan kriteria ketuntasan belajar
individual dan klasikal. Ketuntasan belajar individual berdasarkan KKM yang telah
ditetapkan untuk mata pelajaran Bahasa Inggris yaitu 75. Ketuntasan belajar klasikal tercapai
jika 85% dari jumlah siswa telah mendapatkan nilai 75.
SIKLUS II

Pada pelaksanaan siklus II ini adalah perbaikan dari hasil refleksi yang telah dilakukan
pada siklus I. Pelaksanaannya sebagai berikut:

a. Perencanaan

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam tahap perencanaan oleh peneliti


bersama guru adalah menyiapkan perangkat pembelajaran yakni rencana pelaksanaan
pembelajaran, sumber belajar, media pembelajaran. Kemudian dilanjutkan menyiapkan
instrumen tes dan non tes. Instrumen tes berupa soal tes unjuk kerja serta penilaiannya.
Instrumen non tes berupa lembar panduan observasi untuk mengamati aktivitas siswa
dan kinerja guru dalam proses pembelajaran.

b. Pelaksanaan

Tahap ini adalah pelaksanaan dari perencanaan yang telah ditetapkan sesuai
RPP. Dalam siklus kedua ini, kegiatan awal yang dilakukan guru adalah memahami
karakteristik siswa dan bagaimana cara belajar siswa dalam menerapkan metode
demonstrasi.
Adapun pelaksanaan yang dilakukan sesuai dengan metode demonstrasi yang
digunakan, adapaun langkah-langkah sebagai berikut:

Kegiatan awal

1) Guru menyiapkan alat peraga yang diperlukan.

2) Guru mengadakan presensi terhadap kehadiran siswa.

3) Guru mengadakan tanya jawab yang mengarah pada materi pelajaran.

4) Menjelaskan tujuan pembelajaran.

Kegiatan Inti

5) Siswa dibagi 5 kelompok

6) Tiap kelompok membuat adegan tentang asking and offeing help.


7) Menuliskan apa saja yang mereka ketahui dengan menggunakan lembar kerja.

8) Setiap kelompok mempraktikan role play yang sudah didiskusikan dengan kelompok

Kegiatan Akhir

1) Guru dan siswa menyimpulkan hasil belajar pada materi tersebut.

2) Siswa mengerjakan tes formatif pada akhir pelajaran.

3) Secara individu siswa diberi pekerjaan rumah.

c. Pengamatan

Pada tahapan ini guru observer akan melakukan pengamatan terhadap aktifitas
pembelajaran, baik yang dilakukan guru maupun siswa. Selama proses pembelajaran
seperti yang telah direncanakan, kolaborator akan melakukan pengamatan dengan
menggunakan pedoman observasi pelaksanaan pembelajaran.Setelah proses
pembelajaran berakhir, guru dan kolaborator akan memberikan tes untuk mengukur
hasil belajar siswa.
Pada tahap ini akan dilakukan analisis data mengenai proses, hasil, dan ham- batan
yang dijumpai dalam pembela jaran. Selanjutnya hal tersebut akan direfleksi secara bersama-
sama dengan kolaborator khususnya berkaitan dengan dampak pelaksanaan tindakan dalam
pembelajaran. Pedoman observasi pelaksanaan pembelajaran dijabarkan sebagai
berikut:
- Aspek yang diamati:
 Pra Pembelajaran
 Kegiatan Inti Pembelajaran
 Penutup
- Skor Indikator:
1 = sangat tidak baik
2 = tidak baik
3 = kurang baik
4 = baik
5 = sangat baik
d. Refleksi

Pada tahap ini akan dilakukan analisis data mengenai proses, hasil, dan
hambatan yang dijumpai dalam pembelajaran. Selanjutnya hal tersebut akan direfleksi
secara bersama-sama dengan kolaborator khususnya berkaitan dengan dampak
pelaksanaan tindakan dalam pembelajaran. Kriteria refleksi pengembangan
kemampuan berbahasa anak didik akan dianalisis berdasarkan kriteria ketuntasan
belajar individual dan klasikal.

Kriteria refleksi hasil belajar siswa akan dianalisis berdasarkan kriteria


ketuntasan belajar individual dan klasikal. Ketuntasan belajar individual berdasarkan
KKM yang telah ditetapkan untuk mata pelajaran Bahasa Inggris yaitu 75. Ketuntasan
belajar klasikal tercapai jika 85% dari jumlah siswa telah mendapatkan nilai 75.

3.5 TEKNIK PENGAMBILAN DATA


Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan dua teknik, yaitu: teknik tes
dan teknik non tes. Sumber data penelitian akan diperoleh secara langsung dari respon
siswa.
1) Alat pengumpulan data
a. Instrumen observasi
Instrumen observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas belajar
siswa dan kegiatan mengajar guru.
b. Tes hasil belajar
Tes hasil belajar digunakan untuk mengumpulkan data mengenai
hasil belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris pada materi
Descriptive Text.
2) Jenis data
Data penelitian ini berupa data kuantitatif dan data kualitatif.
a. Data kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang diperoleh dengan menggunakan
instrumen tes formatif pada siklus I, dan II. Data kuantitatif ini diperoleh
dengan menghitung rata-rata kelas dari hasil tes yang diberikan kepada
siswa. Hasil tes formatif (tes akhir) dianalisis menggunakan rumus:
∑𝑥
Χ=
𝓃
Keterangan :
Χ : nilai rata-rata kelas
∑𝑥 : jumlah semua nilai siswa
𝓃 : banyak siswa
(Arikunto, 2010:264)
Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumusan
sebagai berikut:
∑ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟
𝑃= 𝑥 100%
∑ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
Analisis ini dilakukan pada saat refleksi. Hasil analisis ini digunakan
untuk melakukan perencanaan lanjutan dalam siklus selanjutnya. Hasil analisis
juga dijadikan bahan refleksi dalam memperbaiki rancangan pembelajaran atau
bahkan mungkin sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan model
pembelajaran yang tepat, Agip (2006:41). Adapun kriteria tingkat keberhasilan
belajar siswa dalam % adalah sebagai berikut:
Kriteria Tingkat Keberhasilan Siswa
Tingkat Keberhasilan Arti

>80 Sangat tinggi

60-79 Tinggi

40-59 Sedang

20-39 Rendah

>20 Sangat rendah

(Sumber: Agip, 2006:41


b. Data kualitatif
Data kualitatif adalah data yang diambil dari kegiatan observasi
aktivitas. Data observasi untuk mengetahui kesulitan siswa dan guru
selama proses pembelajaran. Analisis ini bertujuan untuk mengungkapkan
semua prilaku siswa dan guru dalam pembelajaran siklus I, dan II. Nilai
aktivitas siswa diperoleh dengan rumus:
𝑅
𝑁𝑝 = 𝑥 100
𝑆𝑚
Keterangan:
- NP : nilai yang dicari atau diharapkan
- R : skor observasi yang bersangkutan
- Sm : skor maksimal observasi
- 100 : bilangan teta
3.6 TEKNIK ANALISIS DATA
Analisis data adalah suatu kegiatan untuk mencermati setiap langkah yang
dibuat mulai dari tahap persiapan, proses pembelajaran, hingga kegiatan akhir. Apakah
setiap proses kegiatan sudah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Demikian juga
dengan analisis data pada PTK adalah analisis terhadap hasil kegiatan pembelajaran.
Analisis dilakukan untuk memperkirakan apakah semua aspek pembelajaran yang
terlibat di dalamnya sudah sesuai dengan kapasitas. (Aunurrahman, dkk. 2009:9).
Analisis data yang dilakukan adalah:
1) Mengumpulkan semua data dari hasil pengamatan siklus I. Baik data kualitatif
maupun data kuantitatif.
2) Menganalisis data dengan membuat tabulasi persentase yang disajikan dalam
bentuk tabel dan grafik
3) Menguji keberhasilan penelitian dengan cara membandingkan hasil pengolahan
data dengan indikator keberhasilan antara tes siklus I, dan siklus II.
Selain itu, peneliti juga menggunakan teknik triangulasi sebagai teknik untuk
mengecek keabsahan data. Di mana dalam pengertiannya triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan
hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moloeng, 2004:330). Triangulasi dapat
dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda (Nasution, 2003:115) yaitu
wawancara, observasi dan dokumen. Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek
kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya data. Menurut Nasution, selain itu
triangulasi juga dapat berguna untuk menyelidiki validitas tafsiran peneliti terhadap data,
karena itu triangulasi bersifat reflektif. Denzin (dalam Moloeng, 2004), membedakan
empat macam triangulasi diantaranya dengan memanfaatkan penggunaan sumber, metode,
penyidik dan teori. Pada penelitian ini, dari keempat macam triangulasi tersebut, peneliti
hanya menggunakan teknik pemeriksaan dengan memanfaatkan sumber.

Anda mungkin juga menyukai