Anda di halaman 1dari 21

1

PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN


MENULIS TEKS RECOUNT DENGAN PENERAPAN
MIND MAPPING PADA PESERTA DIDIK KELAS X
IPS 4 SMA NEGERI 19 BATAM

OLEH :

NAMA : INSANUL MUTAQIN


NOMOR PESERTA : 19290115710021
KELAS :A
MATA PELAJARAN : BAHASA INGGRIS

PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
TAHUN 2019
2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Keterampilan berbahasa Inggris merupakan suatu kebutuhan dan


keharusan di era komunikasi dan globalisasi sekarang ini. Pelajaran Bahasa
Inggris di SMA berfungsi sebagai alat pengembangan diri siswa dalam bidang
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Setelah menyelesaikan studi, mereka
diharapkan dapat tumbuh dan berkembang menjadi individu yang mandiri, cerdas,
terampil dan berkepribadian siap ikut serta dalam pembangunan nasional.

Bahasa dalam kehidupan sehari-hari mempunyai banyak sekali fungsi.


Secara singkat dapat dikatakan bahwa fungsi bahasa beserta variasi-variasinya
antara lain yaitu: (1) sebagai alat berkomunikasi (menyampaikan maksud), (2)
sebagai alat penyampai rasa santun, (3) sebagai penyampai rasa keakraban dan
hormat, (4) sebagai alat pengenalan diri, (5) sebagai alat penyampai rasa
solidaritas, (6) sebagai alat penopang kemandirian bangsa, (7) sebagai alat
menyalurkan uneg-uneg, dan (8) sebagai cermin peradaban (Peodjosoedarmo,
2001: 170).
Di sekolah, siswa dibekali beragam keterampilan berbahasa agar dapat
berbahasa dengan baik, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun
masyarakat. Tarigan (1993) menyatakan, ―Keterampilan berbahasa mempunyai
empat komponen, yaitu: (1) keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara,
(3) keterampilan membaca, dan (4) keterampilan menulis‖ (hlm. 192). Keempat
keterampilan berbahasa tersebut mempunyai hubungan yang erat satu sama lain.
Hal ini menunjukkan bahwa bahasa merupakan keterpaduan beberapa komponen.
Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan berbagai materi ajar,
metodologi pembelajaran, penggunaan media belajar, pemanfaatan situasi
lingkungan belajar dan evaluasi pembelajaran. Menurut Dimayati dan Mudjiono
(dalam Sagala, 2003), Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram
dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang
3

menekankan pada penyediaan sumber belajar (hlm. 62). Dalam pembelajaran,


guru harus memahami hakikat materi pelajaran yang disampaikan sebagai suatu
pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan dapat
merangsang siswa untuk belajar.
Seperti yang dinyatakan dalam pilar-pilar UNESCO, selain terjadi
learning to know (pembelajaran untuk tahu), juga harus terjadi learning to do
(pembelajaran untuk berbuat) dan bahkan dituntut sampai pada learning to be
(pembelajaran untuk membangun jati diri yang kokoh), serta learning to live
together (pembelajaran untuk hidup bersama secara harmonis).
Tujuan akhir pembelajaran bahasa Inggris dititik beratkan pada aspek
keterampilan berbahasa. Salah satu aspek keterampilan berbahasa tersebut adalah
keterampilan menulis. Keterampilan menulis ini perlu diajarkan sejak awal karena
sangat bermanfaat bagi peningkatan aspek intelektual,
DePorter (2005) mengatakan bahwa menulis merupakan aktivitas seluruh
otak, baik belahan otak kanan (emosional) maupun belahan otak kiri (logika)
sehingga ketika menulis seluruh belahan otak bekerja secara maksimal.
Alyuhendri (2010) mengutarakan bahwa menulis dapat didefinisikan
sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan
bahasa sebagai alat atau medianya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung
dalam suatu tulisan. Tulisan merupakan sebuah simbol atau lambang bahasa yang
dapat dilihat dan disepakati pemakaiannya. Dengan demikian, dalam komunikasi
tulis paling tidak terdapat empat unsur yang terlibat yaitu penulis sebagai
penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, saluran atau media berupa tulisan, dan
pembaca sebagai penerima pesan.

Keterampilan menulis bentuk teks recount sederhana secara akurat,


lancar, dan berterima untuk berinteraksi dalam konteks kehidupan sehari hari
dalam teks berbentuk recount adalah salah satu Kompetensi Dasar (KD) yang
harus dikuasai oleh peserta didik kelas X Sekolah Menengah Atas (SMA)
Kenyataan di lapangan menunjukkan proses pembelajaran yang
berlangsung dalam pembelajaran menulis Recount Text di kelas X IPS 4 SMA
Negeri 19 Batam tahun ajaran 2019/2020 masih belum optimal. Berdasarkan
4

survei awal, diketahui bahwa pembelajaran menulis teks recount masih


berlangsung secara konvensional belum terjadi interaksi aktif antara guru dan
siswa dalam pembelajaran. Secara terperinci, pembelajaran menulis teks recount
tersebut dilakukan dengan langkah–langkah sebagai berikut: (1) peserta didik
diberikan penjelasan mengenai pengertian teks recount, (2) peserta didik
diberikan contoh teks recount, (3) peserta didik diminta untuk membaca teks
recount, (4) peserta didik diminta untuk menulis teks recount berdasarkan
pengalaman pribadi. Hasil pembelajaran tersebut ternyata mendapatkan hasil nilai
dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dari hasil refleksi penulis
diperoleh data bahwa selama proses pembelajaran peserta didik sangat pasif dan
mengeluh serta munculnya rasa tidak percaya diri. Mereka sangat kesulitan
mngerjakan tugas tugasnya.
Kesulitan peserta didik tersebut antara lain: (1) peserta didik belum
mampu mengorganisasikan gagasan secara lancar dan runtut, (2) pembendaharaan
kata yang dimiliki peserta didik terbatas, (3) peserta didik belum mampu
menggunakan diksi secara tepat, (4) peserta didik belum mampu menggunakan
ejaan dan tanda baca dengan tepat, dan (5) kurangnya keterampilan peserta didik
dalam mengembangkan paragraf.
Uraian tersebut diatas merupakan kegagalan terhadap hasil dan proses
belajar. Kegagalan tersebut merupakan masalah yang harus diatasi. Salah satu
metode pembelajaran yang dianggap mampu mengoptimalkan hasil belajar adalah
metode peta konsep atau disebut peta pikiran (Mind Mapping). Menurut Edward
(2009), Peta pikiran (Mind Mapping) adalah cara paling efektif dan efisien untuk
memasukkan, menyimpan dan mengeluarkan data dari atau ke otak (hlm. 64).
Dapat diketahui peta pikiran (Mind Mapping) merupakan salah satu cara mencatat
materi pelajaran yang memudahkan siswa untuk belajar. Peta pikiran (Mind
Mapping) bisa juga dikategorikan sebagai teknik mencatat kreatif. Dikategorikan
ke dalam teknik kreatif karena pembuatan peta pikiran (Mind Mapping) ini
membutuhkan pemanfaatan imajinasi dari si pembuatnya.
Metode peta pikiran (Mind Mapping) akan menambah pengetahuan siswa
untuk mencari urutan dalam mengembangkan paragraf. Peserta didik akan lebih
5

mudah jika dalam pembelajaran menulis teks recount mengangkat tema dari
kehidupan sehari-hari atau pengalaman yang pernah dialami mereka. Melalui
bimbingan guru, pengalaman-pengalaman tersebut dituangkan ke dalam kerangka
berpikir melalui peta pikiran (Mind Mapping). Cara ini dapat memicu siswa untuk
memetakan ide-ide yang akan dikembangkan.
Oleh karena itu, penulis mencoba merencanakan melakukan penelitian
tindakan kelas dengan judul, “Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis
Peserta Didik Berbentuk Teks Recount Sederhana Dengan Menggunakan Metode
Pembelajaran Mind Mapping Di Kelas X IPS 4 SMA Negeri 19 Batam”.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan
permasalahan dari berbagai aspek diantaranya:
a. Peserta didik belum mampu dalam menulis teks recount
b. Peserta didik terkendala dengan penguasaan vocabularies.
c. Peserta didik kesulitan dalam menuangkan ide ke dalam bentuk paragrap.

1.3 Pembatasan Masalah


Berdasarkan identifikasi masalah, maka penelitian ini hanya dibatasi pada
kemampuan siswa menulis teks recount mengenai pengalaman pribadi terkait
pertemuan dengan seseorang yang dikagumi dengan penerapan metode mind
mapping.
6

1.4 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan
permasalahan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana proses meningkatkan keterampilan dalam menulis teks recount
dengan penerapan mind mapping pada peserta didik kelas X IPS 4 SMA
NEGERI 19 Batam?
2. Bagaimana hasil peningkatan keterampilan dalam menulis teks recount
dengan penerapan mind mapping pada peserta didik kelas X IPS 4 SMA
NEGERI 19 Batam?

2.5 Tujuan Penelitian


Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagi berikut :
1. Untuk meningkatkan keterampilan peserta didik dalam menulis teks
recount tentang pengalaman pribadi.
2. Untuk mengetahui hasil peningkatan keterampilan peserta didik dalam
menulis teks recount tentang pengalaman pribadi.

2.6 Manfaat Hasil Penelitian


1. Manfaat Teoretis
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk
meningkatkan pembelajaran menulis teks recount.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dan pedoman
bagi guru bahasa Inggris dalam mengajarkan dan meningkatkan
kemampuan menulis teks recount.
c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar penelitian lebih
lanjut terhadap kemampuan menulis teks recount.
2. Manfaat Praktis

i. Sebagai bahan melatih siswa untuk berpikir kreatif dan imajinatif.

ii. Sebagai motivasi dalam kegiatan memetakan gagasan untuk menulis


narasi.
7

iii. Sebagai penumbuh minat menulis di kalangan pelajar.


8

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori


2.1.1 Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Hardjodipuro mengatakan bahwa PTK adalah suatu pendekatan
untuk memperbaiki pendidikan melalui perubahan, dengan mendorong
para guru untuk memikirkan praktik mengajarnya sendiri, agar kritis
terhadap praktik tersebut dan agar mau utuk mengubahnya. PTK
mendorong guru untuk berani bertindak dan berpikir kritis dalam
mengembangkan teori dan rasional bagi mereka sendiri, dan bertanggung
jawab mengenai pelaksanaan tugasnya secara profesional.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, bahwa PTK adalah guru siap
untuk mengintropeksi, atau mengevalusi dirinya sendiri sehingga
kemampuannya sebagai seorang guru yang professional. Dan guru
diharapkan juga dapat meningkatkan kemampuan diri tersebut dan dapat
berpengaruh terhadap meningkatnya kemampuan belajar peserta didik,
baik dalam aspek penalaran, keterampilan, pengetahuan hubungan sosial
maupun aspek-aspek lain yang bermanfaat bagi peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan PTK ialah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis
reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru yang
sekaligus sebagai peneliti, PTK yaitu meningkatkan kualitas pendidikan
atau pangajaran yang dilaksanakan oleh guru/peneliti itu sendiri, yang
diharapkan dampaknya tidak ada lagi permasalahan yang mengganjal di
dalam kelas pada saat proses pembelajaran.
9

b. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas


Menurut John Elliot bahwa PTK bertujuan untuk mengkaji situasi
sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya
(Elliot, 1982). Berdasarkan pendapat di atas, bahwa tujuan PTK adalah
dalam rangka guru bersedia untuk mengintrospeksi, bercermin,
mereflekasi atau mengevaluasi diri nya sendiri sehingga kemampuannya
sebagai seorang guru atau pengajar diharapkan cukup profesional.
Tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah untuk mengubah
perilaku pengajaran guru, perilaku peserta didik di kelas, peningkatan atau
perbaikan praktik pembelajaran, dan atau mengubah kerangka kerja
melaksanakan pembelajaran kelas yang diajar oleh guru tersebut sehingga
terjadi peningkatan layanan profesional guru dalam menangani proses
pembelajaran. Jadi PTK dimaksudkan untuk mengembangkan
keterampilan atau pendekatan baru pembelajaran dan untuk memecahkan
masalah dengan penerapan langsung di ruang kelas. Sekaligus mengajak
guru untuk menjadi seorang peneliti.

2.1.2 Menulis
a. Pengertian Menulis
Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang
grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang,
sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik
tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambar grafik itu (Suyitno
dan Purwadi, 2000:1). Pada dasarnya, kegiatan menulis tidak hanya
menggambarkan bahasa yang dapat dipahami oleh seseorang tetapi juga
merupakan kegiatan pengungkapan ide, pengetahuan, ilmu, dan
pengalaman hidup seseorang dalam bentuk tulisan atau bahasa tulis.
Dewi Kusumaningsih, dkk (2013: 65) menyatakan bahwa menulis
merupakan suatu kegiatan dalam menyampaikan sesuatu dalam bentuk
tulisan untuk mencapai suatu yang dikehendaki.
10

Berdasarkan uraian di atas, dapat didefinisikan bahwa menulis


adalah serangkaian proses kegiatan yang kompleks yang memerlukan
tahapan-tahapan, dan menuangkannya ke dalam bentuk tulisan sehingga
pembaca dapat memahami isi dari pesan yang disampaikan. Dengan kata
lain, menulis merupakan serangkaian kegiatan yang akan melahirkan
pikiran dan perasaan melalui tulisan untuk disampaikan kepada pembaca.

b. Tujuan Menulis

Menulis sebagai suatu kegiatan sudah pasti memiliki tujuan.


Tujuan-tujuan tersebut berkaitan dengan isi sebuah tulisan. Sehubungan
dengan tujuan menulis, dalam Suyitno dan Purwadi, (2000) merumuskan
tujuan menulis sebagai berikut: (1) assignment purpose, (2) altruistic
purpose, (3) persuasive purpose, (4) informational purpose, (5) self-
expressive purpose,(6) creative purpose, dan (7) problem-solving purpose.

Altruistic purpose (tujuan altruistik) adalah kunci keterbacaan suatu


tulisan. Penulis mempunyai tujuan untuk menyenangkan pembaca,
menghindarkan kedukaan pembaca, ingin menolong pembaca memahami,
menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para
pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.
Tulisan yang mengandung tujuan altruistik menarik untuk dibaca, seperti
pada karya sastra untuk para remaja.

Tulisan yang mengandung persuasive purpose (tujuan persuasif)


bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang
diutarakan. Tulisan ini mengandung sejumlah fakta yang disertai
pendapat-pendapat untuk menambah kuat informasi yang disajikan.
Tulisan ini biasa terdapat pada bacaan- bacaan yang ada di media cetak
seperti opini pembaca dan sebagainya.

Tulisan yang mengandung informational purpose (tujuan


informasional) bertujuan memberi informasi atau keterangan kepada para
pembaca. Informasi- informasi seperti berita, petunjuk pelaksanaan,
11

keterangan denah suatu tempat hingga informasi suatu acara seperti poster-
poster yang tertempel di papan pengumuman. Tulisan-tulisan tersebut juga
sebagai media untuk menginformasikan suatu informasi kepada khalayak.

Self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri) adalah tujuan


memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para
pembaca. Biasanya pada prakata atau pendahuluan sebagai pembuka
sebuah buku teks pengarang memperkenalkan sedikit mengenai dirinya
dan tujuan ia membuat buku itu. Biografi lebih tepat mempunyai tujuan
self-expressive purpose ini.

Creative purpose (tujuan kreatif) adalah tulisan yang bertujuan


mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian. Tulisan ini terdapat pada
karya sastra seperti puisi, cerpen dan novel. Nilai-nilai artistik pada puisi
terdapat pada untaian kata yang digunakan, bisa juga melalui bentuk
penulisan puisi yang indah.

Dalam tulisan yang mengandung problem-solving purpose (tujuan


pemecahan masalah), penulis mempunyai tujuan untuk memecahkan suatu
permasalahan tertentu yang sedang dihadapi. Tulisan ini seperti pada karya
ilmiah bagian rumusan masalah hingga pembahasan. Di bagian tersebut,
penulis menguraikan pemecahan masalah kepada pembaca sehingga
pembaca bisa memahami permasalahan apa yang dimaksudkan penulis.
Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa setiap tulisan mempunyai tujuan
penulisan yang berbeda satu dengan yang lain sesuai dengan jenis tulisan
dan sasaran pembacanya.

c. Manfaat Menulis

Beberapa manfaat menulis menurut Akhadiah, Maidar G. Arsjad,


dan Sakura H. Ridwan (1999) antara lain: (1) dapat lebih mengenali
kemampuan dan potensi pribadi yang berkaitan dengan permasalahan yang
sedang ditulis, (2) dapat mengembangkan berbagai gagasan atau pemikiran
yang akan dikemukakan, (3) dapat memperluas wawasan kemampuan
12

berpikir, baik dalam bentuk teoritis maupun dalam bentuk berpikir terapan,
(4) permasalahan yang kabur dapat dijelaskan dan dipertegas melalui
kegiatan menulis, (5) dapat menilai gagasan sendiri secara objektif melalui
tulisan, (6) dalam konteks yang lebih konkret, masalah dapat dipecahkan
dengan lebih melalui tulisan, (7) dapat memotivasi diri untuk belajar dan
membaca lebih giat, dan (8) dapat membiasakan diri untuk berpikir dan
berbahasa secara tertib.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa melalui


menulis seseorang akan lebih mampu mengenali potensi yang dimilikinya.
Penulis akan mengetahui sampai di mana pengetahuannya tentang suatu
topik atau bahan yang akan dibuat tulisan. Selain itu, manfaat menulis
yang lain adalah agar manusia dapat mengetahui kejadian atau sejarah
masa lalu yang penting melalui tulisan yang dihasilkan.

2.1.3 Teks Recount


a. Pengertian Teks Recount
Teks recount adalah teks yang menceritakan kembali suatu peristiwa,
kejadian atau kegiatan yang terjadi/berlangsung pada masa lampau. Teks
recount berupa cerita pengalaman/ peristiwa pada masa lalu (Bachtiar
Bima: 2013 : 26). Struktur teks recount terdiri dari : 1) Orientation
(orientasi) yaitu bagian yang berisi pendahuluan tentang
pengalaman/peristiwa tang terjadi, tokoh yang terlibat, tempat, serta waktu
pengalaman/peristiwa itu terjadi. 2) Events yang erisi jalinan
pengalaman/peristiwa yang ada dalam cerita tersebut. Bagian ini bias
terdiri atas beberapa peristiwa. 3) Reorientation yaitu bagian yang berisi
tentang rangkuman atau penutup cerita. Adapun generic structure adalah
sebagai berikut : 1) Menggunakan Kalimat Past Tense, 2) Menggunakan
temporal conjuction seperti kata first, then, after that dan lain-lain.
Anderson (1997: 49) mengemukakan bahwa recount adalah teks
yang menceritakan tentang peristiwa yang terjadi di masa lalu dalam
13

urutan waktu. Tujuan teks adalah untuk memberi tahu pendengar/


pembaca tentang apa yang terjadi di masa lalu dan kapan itu terjadi. Lebih
jauh, Knapp dan Watkins (2005) juga mengatakan bahwa teks recount
adalah teks berurutan yang tidak lebih dari mengurutkan serangkaian
peristiwa. Itu bisa dipertimbangkan sebagai jenis genre naratif yang paling
sederhana.
Teks recount dapat berfungsi untuk menginformasikan dan
menceritakan kisah peristiwa masa lalu. Dalam hidup kita, itu adalah hal
yang umum untuk menceritakan sebuah kisah kepada seseorang baik
secara lisan maupun tulis.

Model tulisan recount (penceritaan kembali) termasuk dalam genre


penulisan faktual karena ia menceritakan ulang peristiwa yang telah
terjadi. Selain itu, secara subjektif, tulisan ini juga merekam apa yang
dipikirkan dan dirasakan seseorang. Peristiwa yang telah terjadi, yang
diceritakan kembali dalam bentuk tulisan itu, merupakan serangkaian
fakta yang dialami penulisnya. Para remaja biasanya menulis bentuk
recount dalam catatan harian mereka. Mereka menuangkan peristiwa-
peristiwa berkesan sekaligus pikiran dan perasaan mereka secara
ekspresif dalam buku diari mereka.
Callaghan dan Rothery (1993: 53) menjelaskan bahwa recount
berfungsi to tell events for the purpose of informing or entertaining.
Sekali lagi, recount merupakan penceritaan kembali sebuah
peristiwa dengan tujuan untuk memberikan informasi atau menghibur.
Dengan demikian, recount memiliki beberapa ciri yang menyertainya.
Pertama, selalu menggunakan bentuk lampau (use of past tense), karena
recount berupa penceritaan kembali sebuah peristiwa yang telah terjadi.
Kedua, fokus pada peristiwa tertentu. Ketiga, terfokus pada partisipasi
individu.Recount memiliki struktur skematik yang berbeda dengan model
tulisan lainnya. Struktur skematik yang biasa terdapat dalam tulisan
recount, menurut Callaghan dan Rothery (1993) adalah: (1) orientasi awal
14

(orientation), (2) peristiwa yang diceritakan (events), dan (3) reorientasi


(re-orientation). Reorientasi bersifat pilihan (optional element).
b. Struktur Teks Recout
Dalam membuat teks recount, ada poin penting yang harus difahami.
Menurut teori Anderson (1997: 53), teks recount memiliki tiga bagian
utama (Struktur Generik). Yaitu:
1) Orientasi (Orientation): pembukaan teks, pengantar topik teks. Ini
memberikan informasi latar belakang tentang siapa, apa, di mana, dan
kapan.
2) Kejadian (Events): Biasanya diceritakan dalam serangkaian paragraf
yang menceritakan kembali peristiwa di urutan urutan ketika mereka
terjadi.
3) Reorientasi (Reorientation): ifunctions sebagai pernyataan penutup. Itu
adalah paragraf yang berisi komentar pribadi penulis.
Fitur bahasa teks penghitungan ulang adalah:
1) Penggunaan kata benda (noun)yang tepat
2) Penggunaan bentuk lampau (simple past)
3) Menggunakan konektor yang menunjukkan serangkaian kejadian/
peristiwa, misalnya, then, next, after, meanwhile.
4) Penggunaan kata sifat (adjective) dan kata keterangan (adverb) untuk
lebih detail.

2.1.4 Metode Peta Pikiran (Mind Mapping)


a. Pengertian Metode Pembelajaran
Menurut Amalia (2010), Metode pembelajaran adalah prosedur,
urutan, langkah-langkah, dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian
tujuan pembelajaran. Pengertian metode juga disampaikan Maolani
(2007), Metode secara harfiah berarti cara. Dalam pemakaian yang umum,
metode diartikan sebagai cara melakukan kegiatan atau cara melakukan
pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara
sistematis‖.
15

Dalam dunia pendidikan, metode pembelajaran artinya cara yang


berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan kependidikan,
khususnya kegiatan pengajaran materi pelajaran kepada siswa. Metode
dapat juga dikatakan sebagai prosedur pembelajaran yang difokuskan ke
pencapaian tujuan tertentu.
Senada dengan pendapat di atas, Sudrajat (2008), Metode
pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan
nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran‖. Dalam
penerapannya, terdapat sejumlah metode pembelajaran yang dapat
digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran,
diantaranya: (1) ceramah, (2) demonstrasi, (3) diskusi, (4) simulasi, (5)
laboratorium, (6) pengalaman lapangan, (7) brainstorming, (8) debat, dan
(9) simposium.

b. Pengertian Peta Pikiran (Mind Mapping)


Peta pikiran atau disebut dengan mind mapping merupakan salah
satu metode belajar yang dikembangkan oleh Toni Buzan tahun 1970-an
yang didasarkan pada cara kerja otak. Disebut metode karena peta pikiran
ini berupa urutan langkah-langkah yang sistematis. Buzan (2009)
mengungkapkan, Mind mapping adalah alat berfikir kreatif yang
mencerminkan cara kerja alami otak.
Menurut Kantiti (2010), Mind mapping atau peta pikiran adalah
sebuah diagram yang digunakan untuk mempresentasikan kata-kata, ide-
ide (pikiran), tugas-tugas atau hal-hal lain yang dihubungkan dari ide
pokokm otak. Peta pikiran juga digunakan untuk menggeneralisasikan,
memvisualisasikan serta mengklasifikasikan ide-ide dan sebagai bantuan
dalam belajar, berorganisasi, pemecahan masalah, pengambilan keputusan
dalam menulis.

Mind mapping merupakan cara termudah untuk menempatkan


16

informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak mind
mapping adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah
akan memetakan pikiran- pikiran kita (Buzan, 2009: 4). Peta pikiran (mind
mapping) adalah satu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar
visual. Peta pikiran memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak
yang terdapat di dalam diri seseorang (Rostikawati: 2008).
Mind mapping merupakan sebuah gambar nonlinear yang mampu
mengorganisasikan informasi dan memberikan stimulus terhadap cara
pikir otak. Melalui mind mapping kita bebas mengembangkan,
menggabungkan, dan mengembangkan gagasan dengan suatu pola
tertentu.
Herdian (2009) meyebutkan, Mind mapping sangat efektif bila
digunakan untuk memunculkan ide terpendam yang kita miliki dan
membuat asosiasi di antara ide tersebut‖. Mind mapping juga berguna
untuk mengorganisasikan informasi yang dimiliki. Bentuk diagramnya
yang seperti diagram pohon dan percabangannya memudahkan untuk
mereferensikan satu informasi kepada informasi yang lain.

c. Langkah-Langkah Membuat Peta Pikiran (Mind Mapping)


Sebelum membuat sebuah peta pikiran diperlukan beberapa bahan,
yaitu kertas kosong tak bergaris, pena dan pensil warna, otak, serta
imajinasi. Buzan (2009) mengemukakan, Ada tujuh langkah untuk untuk
membuat mind mapping”. Tujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut:
(1) dimulai dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya
diletakkan mendatar (landscape), (2) menggunakan gambar atau foto
untuk sentral, (3) menggunakan warna yang menarik, (4) hubungkan
cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang
tingkat dua dan tingkat tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya, (5)
membuat garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus, (6)
menggunakan satu kata kunci untuk setiap garis, dan (7) menggunakan
gambar.
17

Untuk permulaan membuat peta pikiran adalah dengan


menggunakan bagian tengah kertas kosong karena apabila dimulai dari
tengah akan memberi kebebasan kepada otak untuk menyebar ke segala
arah dan untuk mengungkapkan dirinya secara lebih bebas dan alami.
Selanjutnya barulah diberi gambar atau foto karena sebuah gambar atau
foto akan mempunyai seribu kata yang membantu otak dalam
menggunakan imajinasi yang akan diungkapkan. Sebuah gambar sentral
akan lebih menarik, membuat otak tetap terfokus, membantu otak
berkosentrasi, dan mengaktifkan otak.
Langkah selanjutnya adalah menggunakan warna karena bagi otak,
warna sama menariknya dengan gambar. Warna membuat peta pikiran
(mind mapping) lebih hidup, menambah energi pada pemikiran yang
kreatif, dan menyenangkan. Setelah itu barulah dihubungkan dari satu
cabang ke cabang lainnya karena otak bekerja menurut asosiasi. Otak
senang mengaitkan dua (atau tiga atau empat) hal sekaligus. Apabila
cabang-cabang dihubungkan akan lebih mudah dimengerti dan diingat.
Dalam menghubungkan cabang satu dengan cabang lainnya tidak
dianjurkan untuk menggunakan garis lurus karena dengan garis lurus akan
membosankan otak. Cabang-cabang yang melengkung dan organis seperti
cabang-cabang pohon jauh lebih menarik bagi mata.
Sebuah kata kunci diperlukan karena dengan kata kunci tunggal
dapat memberi lebih banyak daya dan fleksibilitas kepada peta pikiran
(mind mapping). Selanjutnya diberi gambar karena seperti gambar sentral,
setiap gambar bermakna seribu kata. Gambar tersebut dapat membantu
daya imajinasi anak untuk memunculkan ide atau gagasan.

2.2 Penelitian yang Relevan

2.3 Kerangka Berfikir


18

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah
model spiral oleh Kemmis and Mc Tanggart (dalam Iskandar dan Narsim,
2015 hlm. 18). Tujuan menggunakan desain penelitian model ini, apabila dalam
pelaksanaan tindakan ditemukan adanya kekurangan, maka perencanaan dan
pelaksanaan tindakan perbaikan masih dapat dilanjutkan pada siklus berikutnya
sampai target yang diinginkan tercapai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
desain penelitian tindakan model Kemmis & Mc. Taggart dibawah ini:

Gambar 3.1

Desain Penelitian Kemmis & Mc Taggart


19

Gambar 3.1 menunjukan bahwa penelitian tindakan pada model spiral setiap
siklusnya terdiri dari langkah-langkah yaitu: (a) perencanaan (plan), (b) tindakan
(act) dan observasi (observe) proses dan konsekuensi perubahan, (c) refleksi
(reflect) proses tersebut dan konsekuensinya. Kemudian dilanjutkan para
perencanaan kembali, tindakan dan observasi, refleksi, dan seterusnya.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


a. Tempat
Tempat penelitian merupakan sekolah tempat mengajar dan waktunya
disesuaikan dengan jadwal pelajaran. Penelitian ini dilaksanakan di Kelas X
IPS 4 SMA Negeri 19 Batam.
b. Waktu
Pelaksanaan penelitian ini direncanakan pada semester ganjil tahun
pelajaran 2017-2018 dengan jadwal sebagai berikut:
20

3.3 Subjek dan Objek Penelitian

3.4 Definisi Operasional

3.5 Prosedur Penelitian

3.6 Teknik Pengumpulan Data

3.7 Instrumen Penelitian

3.8 Validitas dan Reliabilitas

3.9 Teknik Analisis Data

3.10 Indikator Keberhasilan


21

Referensi
Arikunto, Suharsini. 2001. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Balai Pustaka
Brown, Dougles H. 2004. Language assement. Cambridge University Press.

Anda mungkin juga menyukai