Anda di halaman 1dari 9

Abstract

Gurindam Twelve is an old poem derived from an old manuscript work Raja Ali Haji is
important to study based on syntactic aspects. This is based on being able to examine
in depth the origin of phrases, clauses, and sentences in the Twelve Gurindam of King
Ali Haji. This study aims to analyze the Twelve Gurindam of King Ali Haji's work,
especially in the 7th chapter of the Twelve Gurindam, with the title we take "Teach
children morals and ethics since childhood" which will be implemented as a
reflection of your ethics.

Abstrak

Gurindam Dua Belas merupakan sebuah puisi lama yang berasal dari naskah lama
karya Raja Ali Haji yang penting untuk dikaji berdasarkan aspek sintaksis. Hal ini
didasarkan agar dapat menelaah secara mendalam asal muasal frasa, klausa, dan
kalimat pada Gurindam Dua Belas Karya Raja Ali Haji. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis Gurindam Dua Belas Karya Raja Ali Haji khususnya pada Gurindam Dua
Belas pasal ke 7, dengan judul yang kami ambil “Ajarkan akhlak dan Budi pekerti anak
sejak kecil” yang akan diimplementasikan sebagai cerminan budi pekerti anak padaa
kehidupan sehari-hari.
PENDAHULUAN
Gurindam Dua Belas (Jawi: ‫(بلس دوا ڬورين دام‬, adalah gurindam, salah satu puisi
Melayu lama, hasil tulisan Raja Ali Haji. Raja Ali Haji adalah seorang sastrawan
Indonesia dan Pahlawan Nasional dari Pulau Penyengat, Kepulauan Riau (Kepri).
Gurindam ini ditulis dan diselesaikan di Pulau Penyengat Tanjung Pinang, pada tanggal
23 Rajab 1264 Hijriyah atau 1847 Masehi, pada saat itu Raja Ali Haji berusia 38 tahun.
Karya ini terdiri dari 12 Fasal dan dikategorikan sebagai Syai'r al-Irsyadi atau puisi
didaktik, karena berisikan nasihat dan petunjuk menuju hidup yang diridai oleh Allah
SWT pencipta alam semesta.

Selain Gurindam 12 Raja Ali Haji juga menghasilkan karya lainnya yang cukup
dikenal seperti: Silsilah Melayu dan Bugis dan Segala Rajarajanya, Tuhfat al Nafis
(bersama Raja Ahmad ayahnya), Bustanul Katibin, Kitab Pengetahuan Bahasa, Syair
Sultan Abdul Muluk (bersama Raja Salina Anaknya) dan masih banyak lagi karyanya
yang lain. Gurindam Dua Belas mengandung cukup sarat makna dan muatan isi
kandungannya dalam memberi panduan atau panutan pengajaran yang dapat
dimanfaatkan sebagai rujukan utama dalam kehidupan maupun jika ditelaah dalam
bidang pendidikan bisa sebagai literasi ataupun penduan dalam bidang Pendidikan
bahasa Indonesia, Sejarah Melayu dan Agama Islam. Raja Ali Haji dianggap memiliki
kesamaan dengan R.O.Winstedt sebagai penulis karya sastra sejarah yang paling
penting sesudah kitab Sejarah Melayu karangan Tun Seri Lanang.

Gurindam adalah karya sastra melayu yang tergolong puisi lama terdiri dari 12
pasal dan tiap-tiap pasal mengambarkan beberapa jenis sifat yang baik dan yang tidak
baik di dalam kehidupan. Karya ini juga mengandung pesan moral yang disampaikan
dengan bahasa yang kuat dan terpilih. Dimana karya ini pernah diterbitkan dalam
Tijdschrift van het Bataviaasch Genootschap Nomor II tahun 1854 ini, yang mana
sangat terlihat jelas Raja Ali Haji memperlihatkan kepandaiannya dalam bidang puisi.

Menurut Hasan Junus (2002), Raja Ali Haji memberikan defenisi Gurindam 12
sebagai berikut: “perkataan yang bersajak juga pada akhir pasanggannya tetapi
sempurna perkataannya dengan satu pasangan sahaja . Jadilah seperti sajak yang
pertama itu syarth (isyarat), dan sajak yang kedua itu jadi seperti jawab” Gurindam
Dua Belas yang selesai ditulis Raja Ali Haji pada 1846 pada masa ini usia beliau 38
tahun dan oleh Hasan Junus digolongkan sebagai puisi didaktik (sya’ir al-irsyadi) ini
disebabkan oleh sarat dengan nasehat dan petunjuk sesuai dengan ajaran Islam.

Karya ini berisikan pesan Al-Qur’an dan hadist yang disampaikan oleh Raja Ali
Haji dengan cara seorang sufi yang sarat dengan makna tersirat Walaupun tergolong
kedalam salah satu genre puisi , gurindam dalam kebudayaaan Melayu juga untuk
menyebut lagu ratap yang disampaikan kepada orang-orang yang akan berpisah atau
yang ditujukan kepada yang meninggal dunia. Seperti yang kita tahu bahawa di
Kepulauan Riau pada umumnya dan di Pulau Penyengat pada khususnya, biasanya
Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji disampaikan dengan cara dilagukan dan selalu
menggunakan berbagai macam irama, seperti “Selendang Delima”, “Syair Kapal”, dan
sebagainya.

Secara prinsip isi kandungan dari gurindam dua belas bila diterapkan dengan
baik diharapkan dapat membentuk manusia yang memiliki sikap mental yang mandiri,
serta menyiapkan generasi muda yang dapat menghadapi kehidupan di masa datang.
Hal ini dapat kita lihat dalam pasal pertama gurindam 12 yang mengandung masalah
pokok yaitu agama dan makrifat (larik 1 sampai 4 )sebagai berikut: Barang siapa tiada
memegang agama Sekali- kali tiada boleh dibilang nama Barang siapa mengenal yang
empat Maka yaitulah orang yang makrifat Makrifat itu adalah mengenal yang empat :
Allah, diri sendiri, dunia, dan akhirat. Mengenal yang empat nilai- nilai yang bisa
dijadikan pedoman atau sumber untuk membangun dan membentuk sikap mental
bangsa yang memiliki karakter dan mampu membangun peradaban bangsa sendiri. Bila
kita rujuk pada konsep (National Character Building) program terdapat beberapa
prinsip dan nilainilai yang dapat diajarkan kepada peserta didik kedalam 9 pilar, yaitu;
spritualisme,nasionalisme kebangsaan, kedisiplinan ataupun menghargai waktu,
mencintai kebersihan etos kerja yang tinggi, pelayanan terbaik, keramah tamahan
dan menghargai orang lain, manajemen keteraturan, serta sistem organisasi dan
manajemen kerja berbasis spiritual. Prinsip yang diajarkan oleh National Character
Building ini juga terdapat pada gurindam dua belas karya Raja Ali Haji.
TINJAUAN PUSTAKA
METODOLOGI PERCOBAAN
PEMBAHASAN
Gurindam Dua Belas adalah suatu karya sastra yang dibuat oleh Raja Ali Haji, seorang
sastrawan dari Kepulauan Riau. Karya sastra ini berbahasa Melayu Kuno dengan ciri
khas banyaknya istilah tasawuf, kata-kata kiasan dan metafora. Karya ini terdiri dari
dua belas pasal dan dikategorikan sebagai “Syi’r Al-Irsyadi” atau puisi didaktik karena
berisikan nasehat atau petunjuk hidup, antara lain tentang ibadah, kewajiban raja,
kewajiban anak terhadap orang tua, tugas orang tua kepada anak, budipekertidan
hidup bermasyarakat.

Pembuatan karya ini dilatarbelakangi oleh konflik internal kerajaan dan tekanan
penjajah yang ada pada kerajaan Riau-Lingga saat itu. Agar nilai-nilai keislaman tidak
terkikis oleh konflik internal dan eksternal pada masyarakat Melayu saat itu, Raja Ali
Haji kemudian menunjukkan tanggung jawab beserta moral untuk memelihara dan
mempertahankan eksistensi agama dan budaya Islam dengan cara menulis Gurindam
Dua Belas ini. Karya ini selesai ditulis di Pulau Penyenat pada 23 Rajab Tahun 1263
Hijriah (1846 Masehi).

Pada saat sekarang Gurindam Dua Belas perkembangannya terhambat dikarenakan


adanya beberapa hal. Pertama karena kurangnya penerbitan dan penyebarluasan,
kedua adanya karena banyaknya kata dan kalimat yang sulit dipahami, sedangkan
ketiga adalah penyajiannya yang banyak diwarnai kiasan, metafora, dan bahkan
istilah tasawuf yang menjadi identifikasi dan identitas sastra Melaya yang sudah lama
tidak diketemukan di masyarakat Melayu sekarang.

Berikut adalah susunan dan isi dari Gurindam 12 pasal 7:

GURINDAM VII
Ini Gurindam pasal yang ketujuh:
Apabila banyak berkata-kata,
di situlah jalan masuk dusta.
Apabila banyak berlebih-lebihan suka,
itulah tanda hampir duka.
Apabila kita kurang siasat,
itulah tanda pekerjaan hendak sesat.
Apabila anak tidak dilatih,
jika besar bapanya letih.
Apabila banyak mencela orang,
itulah tanda dirinya kurang.
Apabila orang yang banyak tidur,
sia-sia sahajalah umur.
Apabila mendengar akan khabar,
menerimanya itu hendaklah sabar.
Apabila menengar akan aduan,
membicarakannya itu hendaklah cemburuan.
Apabila perkataan yang lemah-lembut,
lekaslah segala orang mengikut.
Apabila perkataan yang amat kasar,
lekaslah orang sekalian gusar.
Apabila pekerjaan yang amat benar,
tidak boleh orang berbuat onar.

Maknanya :

Apabila banyak berkata-kata.

Di situlah jalan masuk dusta.

Artinya : Orang yang banyak bicara memperbesar kemungkinan berdusta.

Apabila banyak berlebih-lebihan suka.

Itu tanda hampirkan duka.

Artinya : Terlalu mengharapkan sesuatu akan menimbulkan kekecewaan yang


mendalam saat sesuatu itu tidak seperti yang diharapkan.

Apabila kita kurang siasat.

Itulah tanda pekerjaan hendak sesat.


Artinya : Setiap pekerjaan harus ada persiapannya.

Apabila anak tidak dilatih.

Jika besar bapanya letih.

Artinya : Anak yang tidak di didik semasa kecilnya akan menyebabkan saat anak itu
sudah tumbuh dewasa, akan membangkan orang tua.

Apabila banyak mencacat orang.

Itulah tanda dirinya kurang.

Artinya : Jangan suka menghina orang lain.

Apabila orang yang banyak tidur.

Sia-sia sajalah umur.

Artinya : Pergunakan lah waktu sebaik-baiknya.

Apabila mendengar akan kabar.

Menerimanya itu hendaklah sabar.

Artinya : Jika menerima kabar duka atau kabar yang kurang menyenangkan, kita harus
sabar dan menerima dengan lapang dada.

Apabila mendengar akan aduan.

Membicarakannya itu hendaklah cemburuan.

Artinya : Jangan mudah terpengaruh akan omongan orang lain.

Apabila perkataan yang lemah lembut.

Lekaslah segala orang mengikut.

Artinya : Perkataan yang lemah-lembut akan lebih didengar orang, daripada perkataan
yang kasar.

Apabila perkataan yang amat kasar.


Lekaslah orang sekalian gusar.

Artinya : Perkataan orang yang kasar membuat orang yang berada didekatnya resah.

Apabila pekerjaan yang amat benar.

Tidak boleh orang berbuat onar.

Artinya : Orang yang benar jangan disalahkan (difitnah atau dikambinghitamkan).

Anda mungkin juga menyukai