Anda di halaman 1dari 11

Analisis Buku Karya Sastra Anak: Al-Wazīr al-Ḥakīm

Karya Salwa Muṭawa

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Genre Sastra Arab
Dosen Pengampu: Dr. Hindun, M. Hum.

Disusun oleh :
Muhammad Ardiansyah 21/474626/SA/20825

PROGRAM STUDI SASTRA ARAB


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2022
A. Pengantar

Adab al-Atfal (‫األطفال‬ ‫ )أدب‬atau sastra anak merupakan salah satu genre yang
ada dalam kesusastraan Arab. Sastra anak secara keseluruhan adalah karya tulis yang
sasaran pembacanya diutamakan kepada anak-anak, namun penulis atau pembuat karya
sastra anak tidak memiliki batas umur baik itu dari kalangan anak-anak itu sendiri
hingga orang dewasa. Dan penikmat karya sastra anak tidak hanya untuk anak kecil
karena sekarang tidak jarang ditemukan bahwa penikmat karyanya juga orang dewasa,
meskipun sasaran utamanya tetaplah untuk bacaan anak-anak rentan usia 5-12 tahun.
(Hindun, 2022) sastra anak adalah kecakapan bahasa dalam bentuk estetis yang
diciptakan oleh seorang seniman untuk anak-anak umur 2-12 tahun atau lebih sedikit.
Yang hidup (khayalan) dan merasakan semua, sehingga memberikan mereka
kesenangan dan hiburan, dan rasa ‘wah’ dalam hati mereka, dan menumbuhkan
perasaan keindahan dalam diri anak-anak, dan memperkuat kebaikan-kebaikan dalam
dirinya dan senang akan kebaikan itu.juga menumbuhkan imajinasinya, membuat
mereka memiliki kemampuan untuk menciptakan, yang akhirnya membentuk dia
menjadi manusia yang sesungguhnya. Sastra anak juga dikatakan sebagai ungkapan-
ungkapan yang indah yang bermelodi (ada kesamaan-kesamaan bunyi), bentuk prosa
yang teratur bunyinya yang dimaksudkan untuk memberi pengaruh kepada pendengar,
juga untuk penerima. Yang mendekatkan diri pada perasaan baik berupa puisi maupun
prosa.
(Sarumpet, 2010) mengungkapkan bahwa sastra anak merupakan sebuah karya
sastra terbaik dengan karakteristik yang beragam, format, dan tema yang dibaca oleh
anak-anak. Sedangkan (Kurniawan, 2013) mengemukakan bahwa sastra anak
merupakan sebuah karya sastra yang ceritanya berkorelasi dengan dunia anak-anak dan
bahasa yang digunakan sesuai dengan perkembangan intelektual, dan emosional anak.
Sastra Anak memiliki peranan yang penting dalam kehidupan anak-anak.
Diantara peran tersebut adalah:
 Seharusnya sastra anak bisa memberi pendidikan kepada anak dengan
pendidikan rohani yang benar
 Mempersiapkan anak-anak untuk hidup di kehidupan yang akan datang
dengan segala perubahan-perubahannya dan teknologi-teknologi yang maju
 Mempunyai peran yang penting untuk memperbanyak kosakata yang dimiliki
anak
 Bisa memberikan nilai-nilai dan sifat-sifat yang seharusnya untuk berfikir
kreatif (menciptakan sesuatu) contoh memiliki ketelitian dalam melakukan
sesuatu, sabar, berpikir secara sungguh-sungguh.
 Membentuk pola pikir prospektif(bertujuan) kepada anak, maksudnya adalah
menanamkan pola pikir anak yang bisa menyelesaikan masalah-masalah.
 Memberi pengetahuan kepada anak atas lingkungan dia hidup dari berbagai
sisi
 Menumbuhkan kemampuan kebahasaan anak dengan penambahan kosakata
 Membentuk budaya secara umum
Hal terpenting dalam sastra anak adalah karya tersebut mengandung dan
memiliki nilai-nilai pendidikan, moral, dan positif yang bisa diambil oleh anak-anak.
Pada hakekatnya, tujuan dihadirkannya sastra anak pada masyarakat sebagai sarana
hiburan dan media dalam mendidik anak. Setiap genre sastra pasti memiliki
karakteristik untuk membedakannya satu dengan yang lain. Hal itu bersifat
fundamental dikarenakan adanya karakteristik mampu menciptakan paradigma yang
berbeda dalam setiap sub genre sastra.
Dalam genre sastra anak terdapat karakteristik dari dua sisi, yaitu kebahasaan
dan kesastraan (Rumidjan, 2013). Pada sisi kebahasaan, hal itu dapat dilihat
berdasarkan struktur kalimat, diksi, dan gaya bahasa. Sub genre sastra anak memiliki
kalimat yang sederhana, di lain hal diksi atau pilihan kata dalam karya tersebut mudah
dipahami dan dikenal oleh telinga anak-anak, dan gaya bahasanya masih menggunakan
kata-kata yang sederhana. Karakteristik dalam sisi kesusastraan mengandung hal alur,
tokoh, dan tema dari karya sastra tersebut. Alur yang dibangun harus runtut secara
kronologi, menghadirkan sebab-akibat. Penokohan pada setiap tokoh yang jelas dan
tema pada karya sastra tersebut bersifat tunggal. Penjelasan keseluruhan sebelumnya
dapat diambil bahwa karakteristik sastra anak adalah tokoh, adanya konsep nyata, dan
imajinasi masih dalam jangkauan anak.
Banyak manfaat yang dapat diambil dari sastra anak. Sastra anak bermanfaat
untuk memberi kegembiraan dan kebahagiaan bagi anak-anak; membantu anak dalam
proses membangun imajinasi dan memikirkan kehidupan, gagasan, dan pengalaman;
memberikan pengetahuan dan pengalaman baru seolah-olah dirasakannya sendiri, lalu
mengenalkan anak-anak kepada dunia yang universal, serta meneruskan warisan sastra.
Selain itu, sastra anak juga membantu proses perkembangan bahasa, kognitif,
kepribadian, dan sosial (Purbarani dan Eka, 2017:690). Dalam sisi lainnya, sastra anak
dapat memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan emosional anak,
kecerdasan, rasa sosial, imajinasi, menumbuhkan kepribadian luhur, membangun
kreativitas anak sehingga mampu menciptakan generasi penerus bangsa yang unggul
(Kurniawan, 2013:06).
Dalam makalah ini, saya akan mencoba untuk menganalisis dan menjelaskan
apakah salah satu karya sastra Salwa Mutawa yang berjudul Al-Wazīr al-Ḥakīm
(Menteri yang Bijaksana) termasuk dalam sastra anak atau tidak dengan membuktikan
bahwa karya tersebut memenuhi kriteria-kriteria sebagai sastra anak.
B. Pembahasan

Buku Al-Wazīr al-Ḥakīm merupakan salah satu publikasi Maktabah al-Khodro`


yang menarik. Terinspirasi oleh warisan dunia dan terinspirasi oleh budaya masyarakat
bumi dengan peradabannya yang kaya dan beragam, penuh pelajaran yang ditujukan
kepada anak-anak.
Karya sastra berjudul Al-Wazīr al-Ḥakīm yang dikarang oleh Salwa Muṭawa ini
menceritakan tentang seorang menteri kerajaan yang sangat bijaksana dalam
menghadapi problematika di dalam masyarakat. Hal tersebut tergambarkan jelas pada
kebijakan dan langkah yang diambil dari tokoh menteri tersebut di dalam cerita ini.
Pada penjelasannya sebelumnya sudah dijelaskan bahwa setiap sub genre sastra
memiliki karakteristik untuk membedakannya satu dengan lain. Terdapat beberapa
karakteristik dalam sastra anak, yaitu adanya ilustrasi, tokoh, hubungan karya sastra
dengan konsep nyata maupun abstrak, dan imajinasi masih dalam jangkauan anak.
Karakteristik pertama adalah terdapat banyak ilustrasi dalam cerita. Karya
sastra ini merupakan sastra anak karena di dalamnya terdapat banyak ilustrasi atau
gambar yang sangat disukai oleh anak-anak. Seperti:
Lalu, karakteristik yang selanjutnya adalah tokoh. Tokoh adalah pelaku dalam
sebuah karya sastra. Dalam Cerita ini terdapat beberapa tokoh yang muncul dan
dijelaskan pada bagian awal cerita. Seperti dalam penggalan cerita:
“Saat itu umur menteri Kaldahar telah mencapai 70 tahun. Di wajahnya waktu
meninggalkan dengan jelas jejaknya, jenggot tebal berwarna putih, dan kulit putih
menunjukkan kehalusan dan cinta yang dibawa di setiap hati manusia”.
Kalimat di atas memberikan bukti bahwa cerita Al-Wazīr al-Ḥakīm
mengandung tokoh yaitu Kaldahar. Penjelasan tokoh yang dilakukan pada awal cerita
untuk mempermudah pembaca, khususnya anak-anak dalam memahami karakter setiap
tokoh di dalamnya.

“Menteri berkata sambil terkejut “Hari ini wahai raja?”. Raja menjawab “Iya”.
Menteri berkata “Akan tetapi wahai raja kita memiliki banyak pekerjaan, seperti yang
telah raja ketahui kita di musim panen dan harus memutuskan perkara-perkara antara
para petani dan penjual dalam masalah harga. Kita juga berkumpul dengan para
nelayan untuk berdiskusi masalah-masalah mereka dalam migrasi ikan dari kota kita
ke kota tetangga dan depan kita“. Raja memotong pembicaraan sembari berkata
“Dengarkan wahai menteri, menurut pendapat saya saranku tidak akan menguntungkan
salah satu pihak dan aku memerintahkanmu untuk bersiap dan menyiapkan 2 kuda kuat
dalam setengah jam”.
Percakapan di atas memberikan informasi kepada pembaca bahwa terdapat
tokoh raja yang memiliki sifat sedikit angkuh terhadap suatu hal dan lebih
mementingkan dirinya pribadi dari pada masyarakat.
Karakteristik yang selanjutnya adalah adanya hubungan dengan konsep nyata
maupun abstrak. Hal ini termasuk fundamental dikarenakan mampu menumbuhkan
imajinasi dan kreativitas anak dalam memikirkan sesuatu. Dalam sastra anak,
pengarang diarahkan untuk tidak menciptakan suatu kondisi yang jauh dan tidak
relevan dengan kehidupan. Jika kondisi itu terdapat pada genre ini maka akibatnya
adalah anak-anak akan sulit memahami dan membayangkannya. Seperti dalam
penggalan cerita:

‫ وامللك والوزير احلكيم‬، ‫ وتوسطت الشمس السماء واشتدت احلرارة‬.. ‫كاد النهار أن ينتصف‬
‫ وعندما شاهدا مياهه‬، ‫ واقرتاب أخريا من النهر‬، ‫ يتجوالن يف احلقول وبني املزارع‬، ‫ما زاال فوق جواديهما‬
‫ لذلك اقرتب اجلوادان من‬، ‫ وكذلك شعر اجلوادان ابلعطش أيضا‬، ‫ شعرا بعطش شديد‬، ‫الفضية اجلميلة‬
‫النهر تلقائيا‬
“Hari hampir siang dan matahari telah ditengah langit serta semakin panas. Raja
dan menterinya yang bijaksana masih di atas kudanya, mereka berkeliling kebun dan
sekitar sawah kemudian mendekati ujung sungai. Ketika mereka melihat airnya yang
jernih dan bening, mereka merasakan haus serta juga kedua kudanya merasakan itu.
Oleh sebab itu kedua kuda itu mendekati sungai secara mandiri. Raja dan menterinya
turun mendekati sungai. Mereka mulai meminum air tawar itu ketika kedua kuda itu
hilang dahaganya”.
Jika kita perhatikan lebih dalam kalimat tersebut, dapat dijumpai bahwa kalimat
itu mengandung sebuah kondisi. Raja bersama menterinya yang sedang kehausan di
siang hari melihat sungai dengan air yang jernih. Salah satu sebuah kondisi yang
dimunculkan pada karya sastra ini menunjukkan bahwa adanya hubungan konsep nyata
dengan relevansi kehidupan. Hal itu membuat pembaca, terkhusus anak-anak akan
mudah untuk menimbulkan kejadian yang mungkin pernah mereka rasakan atau lihat,
sekaligus memberikan cara berkehidupan. Manusia akan hidup berdampingan dengan
air maka sudah menjadi kewajiban manusia untuk menjaga sumber air di manapun
berada.
Karakteristik genre sastra anak yang terakhir adalah imajinasi yang masih
dalam jangkauan anak-anak. Ketika pengarang memilih kata / diksi dalam karya sastra
anak dengan bahasa yang sulit maka anak-anak akan sulit untuk menciptakan imajinasi
dalam benak mereka. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa hadirnya sastra
anak ini bertujuan agar membantu anak dalam proses membangun imajinasi dan
memikirkan kehidupan, gagasan, dan pengalaman. Seperti dalam cerita:
“Pada pukul tiga bel berbunyi di menara besar untuk mengumumkan kepada
orang-orang awal hari baru. Orang-orang kota hijau Kandy bangun dari tidur dan
memulai hari baru mereka, tetapi kegelapan mengelilingi kota dari manamana, semua
orang mulai bertanya-tanya mengapa matahari belum muncul. Raja juga terbangun
ketika mendengar bunyi lonceng dari menara tetapi dia juga bingung ketika merasa
gelap menyelimuti Kandy yang hijau, lalu ia pergi ke jendela istana dan membukanya.
Ia pun menemukan kegelapan juga menyelimuti taman dan semuanya. Raja mendengar
suara tangisan dari ruangan sebelah dan berkata “Ini suara Suhan, anakku sayang apa
yang terjadi?”
Dalam penggalan cerita itu menunjukkan bahwa suasana yang masih gelap dan
tidak menggambarkan suasana di pagi hari, namun lonceng sudah berbunyi. Peristiwa
yang terjadi saat itu masih mudah untuk dibayangkan oleh seorang anak saat membaca
sehingga karakteristik akan tercapainya imajinasi anak dapat terimplementasikan
dengan baik.
C. Penutup
Cerita Al-Wazīr al-Ḥakīm karya Salwa Mutawa dapat dikategorikan sebagai
sebuah Adab al-Atfal atau sastra anak berdasarkan hasil analisis pada pembahasan
sebelumnya. Penulis memasukkan banyak ilustrasi atau gambar pada cerita sehingga
buku lebih menarik di mata anak-anak, kemudian penulis juga menjelaskan tokoh pada
awal cerita agar memudahkan anak-anak dalam membaca ceritanya, penulis juga
menggunakan diksi atau gaya bahasa yang sederhana agar anak-anak tidak kesulitan
dalam membaca ceritanya, lalu penulis juga mengaitkan cerita dengan kondisi di dunia
nyata agar anak-anak dapat mengambil pelajaran dari cerita tersebut. Berdasarkan hasil
dari analisis saya, karya sastra karangan Salwa Mutawa yang berjudul Al-Wazīr al-
Ḥakīm ini memiliki karakteristik yang sesuai dengan karakteristik sastra anak. Jadi bisa
disimpulkan bahwa puisi Al-Wazīr al-Ḥakīm merupakan sebuah Adab al-Atfal atau
sastra anak.
Daftar Pustaka
Jatining Panglipur, Purbarani, dan Eka Listiyaningsih. Bahasa dan Sastra
Indonesia dalam Konteks Global. Sastra Anak Sebagai Sarana Pembelajaran Bahasa
dan Sastra Untuk Menumbuhkan Berbagai Karakter di Era Global. Jawa Timur:
Universitas Jember, 2017.
Kurniawan, Heru. Sastra Anak dalam Kajian Strukturalisme, Sosiologi,
Semiotika, Hingga Penulisan Kreatif. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.
Mutawa, Salwa. Al-Wazīr al-Ḥakīm. Kairo: Dār al-Ma’ārif, 2007.
Sarumpet, Riris Toha. Pedoman Penelitian Sastra Anak. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2010.

Anda mungkin juga menyukai