Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan, sebuah kreasi bukan semata-
mata sebuah imitasi (dalam Luxemburg, 1989: 5).Karya sastra sebagai bentuk
dan hasil sebuah pekerjaan kreatif, pada hakikatnya adalah suatu media yang
mendayagunakan bahasa untuk mengungkapkan tentang kehidupan
manusia.Oleh sebab itu, sebuah karya sastra, pada umumnya, berisi tentang
permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia.Kemunculan sastra lahir
dilatar belakangi adanya dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan
eksistensi dirinya. (dalam Sarjidu, 2004: 2).
Pendidikan sastra dan bahasa Indonesia mempunyai peranan yang
penting didalam dunia pendidikan. Seperti yang kita ketahui bahwa dalam
kehidupan sehari-hari kita menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat
komunikasi. Apresiasi sastra akan berjalan lancar jika berbahas seorang anak
sudak baik. Dalam apresiasi sastra manfaat yang sangat dirasakan adalah
adanya pengembangan jiwa, dimana kita dapat mengeksplore seluruh potensi
yang ada dalam diri kita terutama hal yang adadalam apresiasi sasta yaitu
seperti puisi, prosa, dan drama.
Apresiasi sastra akan muncul jika pembelajaran berjalan
menyenangkan, adanya stimulus dan respon memberikan dampak yang positif
pada perkembangan apresiasi. Oleh karena itulah peran guru dalam hal ini
sangat diperlukan agar dapat merangsang anak untuk dapat berapresiasi sastra
dengan baik.

1
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan tentang hakikat apresiasi sastra anak?
2. Apa saja manfaat apresiasi sastra anak?
3. Jelaskan tentang teori apresiasi sastra anak?
4. Apa saja contoh apresiasi sastra anak?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan hakikat apresiasi sastra anak.
2. Untuk mengetahui manfaat apresiasi sastra anak.
3. Untuk mengetahui dan memahamiteori apresiasi sastra anak.
4. Untuk mengetahui dan menjelaskan contoh apresiasi sastra anak.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Apresiasi Sastra Anak


Sastra menurut Lukens (2003: 9) menawarkan dua hak utama, yaitu
kesenangan dan pemahaman.Sastra hadir kepada pembaca pertama-tama
adalah memberikan hiburan, hiburan yang menyenangkan.Sastra
menampilkan cerita yang menarik, mengajak pembaca untuk memanjakan
fantasi, membawa pembaca ke suatu alur ke hidupan daya suspense.Lukens
(2003: 4) menegaskan bahwa tujuan memberikan hiburan, tujuan
menyenangkan dan memuaskan pembaca, tidak peduli pembaca dewasa
ataupun anak-anak, adalah hal yang esensial dalam sastra.Apa pun aspek
kandungan di dalam sebuah teks sastra, tujuan memberikan hiburan dan
menyenangkan pembaca harus tetap ada dalam sastra tersebut. Hal inilah
yang menjadi daya tarik utama bagi pembaca, baik itu pembaca usia delapan
maupun limah puluh tahun.
Selanjutnya, kata anak dapat diartikan sebagai manusia kecil (KBBI, 2000:
41). Kata anak yang dimaksud di sini bukanlah anak balita ataupun anak
remaja, tetapi anak usia SD yang berumur antara 6 sampai 13 tahun.
Sastra anak-anak adalah sastra yang mencerminkan perasaan dan pengalaman
anak-anak melalui pandangan anak-anak (Norton,1993). Hunk (1987)
mengemukakan bahwa tidak menjadi masalah siapa yang menulis atau
membuat karya sastra anak asalkan penggambarannya ditekan pada
kehidupan anak yang memiliki nilai kebermaknaan bagi mereka.
Sesuai dengan sasaran pembacanya, sastra anak dituntut untuk dikemas
dalam bentuk yang berbeda dari sastra orang dewasa hingga dapat diterima
anak dan dipahami mereka dengan baik.Sastra anak merupakan pembayangan
atau pelukisan kehidupan anak yang imajinatif ke dalam bentuk struktur
bahasa anak.Sastra anak merupakan sastra yang ditujukan untuk anak, bukan
sastra tentang anak.Sastra tentang anak bisa saja isinya tidak sesuai untuk

3
anak-anak, tetapi sastra untuk anak sudah tentu sengaja dan disesuaikan
untuk anak-anak selaku pembacanya. (Puryanto, 2008: 2)
Menurut Hunt (1995: 12) mendefinisikan sastra anak sebagai buku bacaan
yang dibaca oleh, yang secara khusus cocok untuk, dan yang secara khusus
pula memuaskan sekelompok anggota yang kini disebut anak.Jadi sastra anak
adalah buku bacaan yang sengaja ditulis untuk dibaca anak-anak.Isi buku
tersebut harus sesuai dengan minat dan dunia anak-anak, sesuai dengan
tingkat perkembangan emosional dan intelektual anak, sehingga dapat
memuaskan mereka.
Sastra anak merupakan bagian dari sastra pada umumnya yang dibaca oleh
orang dewasa.Namun dalam beberapa aspek, sastra anak memiliki ciri atau
karakteristik khusus yang membedakannya dengan sastra secara umum atau
sastra orang dewasa.Itulah sebabnya, pengertian sastra secara umum tidak
serta merta dapat diberlakukan untuk pengertian sastra anak.Dalam
pengertian sederhana, Huck (1987: 6) mendefinisikan sastra anak sebagai
karya sastra yang menempatkan sudut pandang anak sebagai pusat
penceritaan. Pengertian lain seperti dikemukakan oleh Sarumpaet (2010: 3).
Menurutnya, sastra anak adalah karya sastra yang khas (dunia) anak, dibaca
anak, serta – pada dasarnya – dibimbing orang dewasa.Kurniawan (2009: 5)
dalam definisinya menyatakan bahwa sastra anak adalah sastra yang dari segi
isi dan bahasa sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual dan emosional
anak.Sementara Ampera (2010: 10) berpendapat bahwa sastra anak adalah
buku-buku bacaan atau karya sastra yang sengaja ditulis sebagai bacaan anak,
isinya sesuai dengan minat dan pengalaman anak, sesuai dengan tingkat
perkembangan emosi dan intelektual anak.Sastra anak dapat didefinisikan
dengan memperhatikan definisi sastra secara umum dan sastra bagaimana
yang sesuai untuk anak. Mengenai hal ini ada beberapa pandangan, yaitu
antara lain:
Pertama, ada pandangan bahwa sastra anak adalah sastra yang sengaja
memang ditujukan untuk anak-anak.Kesengajaan itu dapat ditunjukkan oleh
penulis yang secara eksplisit menyatakan hal itu dalam kata pengantarnya

4
maupun dapat pula ditunjukkan oleh media yang memuatnya, misal buku
atau majalah anak-anak. Misalnya Bobo, Ananda, dan lain-lain.
Kedua, ada pula yang berpandangan bahwa sastra anak berisi tentang
cerita anak.Isi cerita yang dimaksud adalah cerita yang menggambarkan
pengalaman, pemahaman, dan perasaan anak.(Huck, et al., 1987:5).Dalam
cerita anak misalnya, jarang sekali ditemukan perasaan yang nostalgic atau
romantisme karena itu tidak sesuai dengan karakteristik jiwa anak-anak.
Pikiran anak-anak lebih tertuju ke masa depan, karena itu cerita futuristik
lebih banyak ditemukan dalam cerita anak-anak. Cita-cita, keinginan,
petualangan di dunia lain, dan cerita-cerita science fiction sangat sesuai
dengan jiwa anak-anak.
Ketiga, sastra anak adalah sastra yang ditulis oleh anak-anak.Pandangan
ini memang cukup beralasan karena hanya anak-anak yang benar-benar dapat
mengekspresikan pengalaman, perasaan dan pemikirannya dengan jujur dan
akurat.Akan tetapi, tidak dapat disangkal bahwa orang dewasa dapat menulis
sastra anak. Beberapa nama tersebut adalah Anton Hilman, Laila S, dan juga
J.K Rowling penulis novel laris Harry Potter.
Keempat, ada juga yang pandangan bahwa sastra anak adalah sastra yang
berisi nilai-nilai moral atau pendidikan yang bermanfaat bagi anak untuk
mengembangkan kepribadannya menjadi anggota masyarakat yang beradab
dan berbudaya. Pandangan ini merupakan pandangan yang paling “longgar”
dalam membatasi apa itu sastra anak. Oleh karena itu Stewig (1980)
misalnya, memandang bahwa sastra orang dewasa pun dapat digunakan
sebagai “sastra anak” apabila mengandung nilai-nilai moral yang positif bagi
anak. Contohnya adalah cerita rakyat yang pada umumnya berisi cerita
tentang orang atau binatang yang diturunkan dari mulut ke mulut dan
merupakan karya kolektif masyarakat masa lalu ini mengandung nilai-nilai
moral yang bermanfaat bagi generasi muda, termasuk anak-anak.
Pendapat-pendapat di atas mengisyaratkan beberapa hal penting tentang
pengertian sastra anak.Pertama, sastra anak hakikatnya diciptakan untuk
dibaca oleh anak-anak.Walaupun demikian, bukan berarti sastra anak tidak

5
dapat dibaca oleh orang dewasa.Sastra anak dapat dibaca oleh siapa saja
karena keteladanan dalam sastra anak dapat dimanfaatkan oleh siapa
saja.Kedua, Mengisahkan tentang berbagai hal, bahkan hal-hal yang tidak
dapat diterima nalar orang dewasa, seperti kisah tentang hewan yang dapat
berbicara layaknya manusia, dll.Ketiga, bahasa yang digunakan harus relevan
dengan tingkat penguasaan dan kematangan bahasa anak.Artinya, bahasa
dalam karya sastra anak tidak menggunakan kata-kata yang mengandung
makna konotasi dan simbolik yang terlalu mendalam, yang sulit dicerna oleh
daya imajinasi anak-anak.Bahasa yang digunakan dalam karya sastra anak
pun disesuaikan dengan tingkat penguasaan kosakata dan struktur kalimat
anak-anak.Keempat, substansi atau kandungan karya sastra anak lebih
banyak memuat berbagai seluk beluk kehidupan anak-anak, misalnya
persahabatan, cinta kepada orang tua, maupun keindahan alam. Kelima,
sastra anak dapat diciptakan oleh siapa saja, anak-anak bahkan orang dewasa,
yang utama adalah dasar penciptaannya disesuaikan dengan kapasitas
intelektual dan psikologi usia anak. Dalam hal ini, sastra anak diciptakan atas
dasar keterlibatan intelektual dan psikologi anak sehingga benar-benar dekat
dengan dunia atau kehidupan anak.Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa sastra anak adalah karya sastra yang dasar penciptaannya dari
kacamata anak, sehingga mengandung seluk beluk kehidupan anak, dan
sesuai dengan perkembangan intelektual, emosional, dan moral anak.

B. Manfaat Apresiasi Sastra Anak


1. Melatih keempat keterampilan berbahasa, yakni mendengarkan,
berbicara, membaca, dan menulis
2. menambah pengetahuan tentang pengalaman hidup manusia seperti adat
istiadat, agama, kebudayaan, dsb.
3. membantu mengembangkan pribadi.
4. membantu pembentukan watak
5. memberi kenyamanan
6. meluaskan dimensi kehidupan dengan pengalaman baru (Wardani 1981)

6
Selain itu, manfaat lain dari apresiasi sastra, diantaranya :
1) Nilai personal
Memberi kesenangan, mengembangkan imajinasi, memberi
pengalaman yang dapat terhayati, mengembangkan pandangan ke arah
persoalan kemanusiaan, menyajikan pengalaman yang bersifat emosional;

2) Nilai pendidikan
Membantu perkembangan bahasa, meningkatkan kelancaran-
kemahiran membaca, meningkatkan keterampilan menulis,
mengembangkan kepekaan terhadap sastra (Huck 1987)

C. Teori Apresiasi Sastra Anak


a. Pengertian Apresiasi Sastra Anak
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar atau membaca
istilah apresiasi ataupun mengapresiasi diucapkan atau dituliskan orang
dalam berbagai kesempatan.Pengertian apresiasi yang kita maksudkan
disini adalah (1) kesadaran kita terhadap seni nilai-nilai budaya (sastra
anak), dan (2) Penilaian atau penghargaan kita terhadap sesuatu (sastra
anak). Pengertian sastra anak dalam apresiasi sastra disini adalah sesuatu
yang dijadikan pokok pembicaraan atau objek materi yang dibahas
.Sebagaimana kita ketahui bahwa sastra anak adalah karya sastra yang
dikonsumsi oleh anak-anak. Seseorang melakukan apresiasi terhadap
sastra anak setelah seseorang melakukan kegiatan, misalnya membaca ,
mendengarkan, mendeklamasikan , menulis ulang, dan sebagainya.
b. Kegiatan Apresiasi Sastra Anak
Dalam melaksanakan apresiasi sastra anak itu kita dapat melkukan
beberapa kegiatan , antara lain kegiatan apresiasi langsung, kegiatan
apresiasi tidak langsung, pendokumentasian, dan kegiatan kreatif.
1) Kegiatan Apresiasi Langsung
Adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk
memperoleh nilai kenikmatan dan kekhidmatan dari karya sastra anak

7
yang diapresiasi.Kegiatan apresiasi langsung meliputi kegiatan
Membaca sastra anak, Mendengar sastra anak ketika dibacakan atau
dideklamasikan, Menonton pertunjukan sastra anak ketika karya sastra
anak itu dipentaskan.
2) Kegiatan Apresiasi Tak Langsung
Adalah suatu kegiatan apresiasi yang menunjang pemahaman terhadap
karya sastra anak. Cara tidak langsung ini meliputi 3 kegiatan pokok,
yaitu (a) mempelajari teori sastra, (b) mempelajari kritik dan esai
sastra, dan (c) mempelajari sejarah sastra.

3) Pendokumentasian Karya Sastra


Usaha pendokumentasian karya sastra juga termasuk bentuk apresiasi
sastra yang secara nyata ikut melestarikan keberadaan karya
sastra.Bentuk apresiasi atau penghargaan terhadap karya sastra dengan
cara mendokumentasikan karya sastra ini dilihat dari segi fisiknya ikut
memlihara karya sastra, menyediakan data bagi mereka yang
membutuhkan, dan menyelamatkan karya sastra dari kepunahan.
4) Kegiatan Kreatif
termasuk salah satu kegiatan apresiasi sastra. Dalam kegiatan ini dapat
dilakukan adalah menciptakan karya sastra , misalnya membuat puisis
atau menulis cerita pendek. Hasil cipta siswa dapat dikirimkan dan
dimuat dalam majalah dinding , bulletin OSIS, majalah sekolah, surat
kabar ataupun majalah sastra seperti horizon.selain itu juga dapat
dilakukan kegiatan rekreatif, yaitu menceritakan kembali karya sastra
yang dibaca, yang didengar atau ditontonya.

c. Tingkat- tingkat Apresiasi Sastra Anak


Kegiatan memberi penilaian atau penghargaan terhadap sastra anak
itu hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kemampuan
apresiasi, betapapun relative sifatnya.Apresiasi seseorang terhadap sastra
anak itu tidak mungkin langsung tinggi, luas, dan mendalam, tetapi

8
berangsur-angsur meningkat dari taraf yang terendah, tersempit, dan
terdangkal menuju ketaraf yang lebih tinggi, lebih luas, dan lebih
mendalam. Cara meningkatkan apresiasi seseorang terhadap sastra anak itu
dapat melalui kegiatan membaca sastra anak sebanyak-banyaknya,
mendengarkan pembacaan sastra anak sebanyak mungkin , dan menonton
pertunjukan sastra anak.
Sementara itu, Yus Rusyana (1979: 2 ) menyatakan ada 3 tingkatan
dalam apresiasi sastra , yaitu (1) seseorang mengalami pengalaman yang
ada dalam karya sastra, ia terlibat secara emosional, intelektual, dan
imajinatif; (2) setelah mengalami hal seperti itu , kemudian daya
inteklektual seseorang itu bekerja lebih giat menjelajahi medan makna
karya sastra yang di apresiasinya; (3) seseorang itu menyadari hubungan
sastra dengan dunia diluarnya sehingga pemahaman dan penikmatanya
dapat dilakukan lebih luas dan mendalam.

d. Prinsip-prinsip Apresiasi Sastra


Pembelajaran apresiasi sastra meliputi pembelajaran apresiasi
puisi, prosa, dan drama.Ada beberapa prinsip dalam pelaksanaan
pembelajaran apresiasi sastra. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai
berikut :
1) Pembelajaran sastra berfungsi untuk meningkatkan kepekaan rasa pada
budaya bangsa.
2) Pembelajaran sastra memberikan kepuasan batin dan pengayaan daya
estetis melalui bahasa.
3) Pembelajaran apresiasi sastra bukan pelajaran sejarah, aliran, dan teori
sastra.
4) Pembelajaran apresiasi sastra adalah pembelajaran untuk memahami
nilai kemanusiaan di dalam karya yang dapat dikaitkan dengan nilai
kemanusiaan di dalam dunia nyata.

9
e. Penilaian Apresiasi Sastra
Standar kompetensi yang harus dicapai melalui pembelajaran
Bahasa Indonesia adalah meningkatkan kemampuan peserta didik untuk
berkomununikasi dalam Bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun
tulisan serta menimbulkan penghargaan terhadap hasil cipta manusia
Indonesia.Standar kompetensi tersebut dimaksudkan agar peserta didik
siap mengakses situasi multi global lokal yang berorientasi pada
keterbukaan dan kemasa depanan. Untuk itu, maka guru harus dapat
membantu mereka membangun berbagai strategi komunikasi yang
membuat mereka dapat menghadapi situasi kritis yang akan mereka
hadapi.
Begitu pentingnya kemampuan berbahasa, sehingga masalah
kemampuan berbahasa khususnya kemampuan baca-tulis atau literasi
(melek huruf) menurut Azies dan Alwasilah (1997: 12)
dan Akhadiah (1992: 18) di seluruh dunia masalah literasi atau melek
huruf (membaca dan menulis) ini merupakan persoalan manusiawi
sepenting dan semendasar persoalan pangan dan papan. Untuk itu, maka
menurut Gani (1995: 1)proses pendidikan bahasa sejak di sekolah dasar
harus mampu mewujudkan lulusan yang melek huruf dalam arti yang lebih
luas yaitu melek teknologi dan melek pikir yang keseluruhannya juga
mengarah pada melek kebudayaan.
Untuk mengukur keberhasilan pembelajaran ini, terdapat model-
model penilaian pembelajaran keterampilan berbahasa baik lisan maupun
tulis.Menurut Sugito (Santosa, 2003) penilaian pembelajaran keterampilan
berbahasa lisan, meliputi penilaian menyimak dan berbicara, sementara
penilaian keterampilan berbahasa tulis meliputi penilaian keterampilan
membaca dan menulis. Sementara menurut Soegito (Santosa, 2003) dan
menurut Oller ( Rofi’uddin, 1999) jenis-jenis tes yang dapat digunakan
untuk menilai kemamampuan berbahasa banyak ragamnya, seperti jenis
tes untuk penilaian pembelajaran menyimak, di antaranya tes respons
terbatas, tes respons pilihan ganda, tes komunikasi luas, dan dikte.

10
Sementara dalam penilaian kemampuan berbicara terdapat jenis tes, yaitu
tes respon terbatas, tes terpadu, dan tes wawancara, tes kemampuan
berbicara berdasarkan gambar, bercerita, diskusi, dan tes ujaran
terstruktur, seperti mengatakan kembali, membaca kutipan, mengubah
kalimat, dan membuat kalimat.
Penilaian Berbasis Kelas (PBK) merupakan penilaian yang
dilaksanakan terpadu dengan kegiatan belajar mengajar di kelas (berbasis
kelas) melalui pengumpulan kerja peserta didik (portfolio), hasil karya
(produk), penugasan (proyek), kinerja (performance), dan tertulis (paper
and pen).

D. Contoh Apresiasi Sastra Anak

a. Dongeng
Di dalam pembicaraan sehari-hari, dongeng merupakan suatu cerita
yang hidup dikalangan rakyat yang disajikan dengan cara bertutur lisan.
Pada mulanya dongeng berkaita dengan kepercayaan masyarakat yang
berkebudayaan primitif.Adapun, Jacob Grimn mengemukakan bahwa
dongeng menggambarkan peri kehidupan dan kebudayaan nenek moyang
bangsa jerman, serta sumber mempelajari bahasa dan menemukakan
hukum-hukum bahasa jerman.Berdasarkan isinya dongeng digolongkan
atas beberapa jenis, yaitu legenda, fabel, dan cerita rakyat.Contoh : Cerita
Dewi Sri yang dikisahkan sang dewi menolak diperistri oleh Batara Guru.
Dewi Sri meninggal. Ketika dimakamkan dari jenazahnya tumbuh pohon
padi, dari kepala, tumbuh pohon kelapa, dari giginya tumbuh pohon
agung.
b. Fabel
Fabel adalah cerita yang digunakan untuk pendidikan
moral.Kebanyakan fabel menggunakan tokoh-tokoh binatang.Disamping
itu, fabel yang menggunakan tokoh. Tokoh binatang, ada yang
menggunakan manusia atau benda mati sebagai tokoh (Swyer Dar Comer

11
1991 : 78-79). Kesusastraaan Indonesia cukup kaya dengan cerita binatang
ini, misalnya cerita sikancil yang memiliki perilaku yang cerdik, jenaka,
lincah, dsb.Yang amat popular di masyarakat Indonesia.Contoh : Cerita
sikancil dengan kura-kura, dia memiliki akal yang cerdik yang dapat
mengelabui kura-kura.
c. Legenda
Istilah legenda dari kata “legend” (inggris). Dalam kamus Riders
Dictionary oleh Hornby, legend berarti “old story handed from the past. :
one deuftful truth” (cerita purbakala yang meriwayatkan tentang masa lalu
yang belum pasti kebenarannya. Legenda adalah cerita yang isinya tentang
asal usul suatu daerah.Contoh : Gunung Tangkuban Perahu
d. Cerita Rakyat
Cerita rakyat merupakan cerita yang alurnya mirip dengan legenda, yang
mengungkap penyelesaian masalah secara baik dan adil.Setiap kebudayaan
memiliki cerita rakyat.Cerita rakyat digunakan untuk menerangkan suatu
masyarakat, sejarah, dan gejala alam.Contoh : Malin Kundang.
e. Puisi
Puisi merupakan nyanyian tanpa notasi.Puisi merupakan bentuk karya
satra yang paling imajinatif dan mendalam mengenai alam sekitar, cinta,
kasih sayang, perjuangan, dll.Puisi memiliki irama yang indah, ringkas,
dan tepat. Contoh:
Karya Asrul Sani
Surat dari Ibu
Pergi ke laut lepas, anaku sayang
Pergi ke alam bebas
Selama hari belum petang
Dan warna senja belum kemerah-merahan
Menutup pintu waktu lampau.

f. Drama

12
Drama dalam kaitannya dengan pembelajaran di kelas rendah,
berarti yang sesuai dengan karakteristik usia anak. Sehubungan dengan itu,
Hamzah (1985:145) menyatakan bahwa kegiatan drama bagi anak-anak
harus merupakan langkah rekreasi, senilai dengan kegiatan bermain
kelereng, layang-layang, sekolah, rumah-rumahan, bermain boneka
dll.Jadi drama tidak seperti yang dipentasakan oleh orang dewasa.Namun
dalam hal ini drama merupakan sarana untuk menarik minat, melatih, atau
mengenalkan dasar-dasar tentang drama.Jadi drama di kelas rendah masih
merupakan permainan.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Hakikat Apresiasi Sastra Anak


Sastra menurut Lukens (2003: 9) menawarkan dua hak utama, yaitu
kesenangan dan pemahaman.Sastra hadir kepada pembaca pertama-tama
adalah memberikan hiburan, hiburan yang menyenangkan.Sastra
menampilkan cerita yang menarik, mengajak pembaca untuk memanjakan
fantasi, membawa pembaca ke suatu alur ke hidupan daya
suspense.Lukens (2003: 4) menegaskan bahwa tujuan memberikan
hiburan, tujuan menyenangkan dan memuaskan pembaca, tidak peduli
pembaca dewasa ataupun anak-anak, adalah hal yang esensial dalam
sastra.

2. Manfaat Apresiasi Sastra Anak


a. Melatih keempat keterampilan berbahasa, yakni mendengarkan,
berbicara, membaca, dan menulis
b. menambah pengetahuan tentang pengalaman hidup manusia seperti
adat istiadat, agama, kebudayaan, dsb.
c. membantu mengembangkan pribadi.
d. membantu pembentukan watak
e. memberi kenyamanan
f. meluaskan dimensi kehidupan dengan pengalaman baru (Wardani
1981)
3. Teori Apresiasi Sastra Anak
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar atau membaca
istilah apresiasi ataupun mengapresiasi diucapkan atau dituliskan orang
dalam berbagai kesempatan.Pengertian apresiasi yang kita maksudkan
disini adalah (1) kesadaran kita terhadap seni nilai-nilai budaya (sastra
anak), dan (2) Penilaian atau penghargaan kita terhadap sesuatu (sastra
anak).
4. Contoh Apresiasi Sastra Anak
a. Dongeng
b. Fabel
c. Legenda
d. Cerita Rakyat
e. Puisi
f. Drama

14
B. Saran

Dalam kegiatan pengapresiasian sastra hendaknya memperhatikan


audience dari penikmat sastra tersebut.Hal ini, bisa pada tingkatan dewasa
dan anak-anak. Pada tingkatan anak-anak, bahasa yang digunakan adalah
bahasa dalam kehidupan sehari-hari dan tidak baku. Dalam manfaaynya,
sastra diharapkan memiliki unsure-unsur yang dapat mengembangkan
apresiasi anak.Sebagai calon guru atau seorang pendidik memiliki tugas
dalam merangsang kreativitas anak agar dapat tereksplore dengan baik.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://bintarapk12.forum.st/t12-puisi-sahabat

https://mbahbrata.wordpress.com/2009/06/21/apresiasi-sastra-anak/

http://vhynjak.blogspot.co.id/2011/05/apresiasi-sastra-anak.html

16

Anda mungkin juga menyukai