Anda di halaman 1dari 11

Nama :

NIM :
Kelas :
Tugas 2 Bahasa dan Sastra Indonesia di SD

1. Apa yang dilakukan oleh seorang guru apabila ingin mengetahui kemampuan siswa
dalam menulis puisi, sesuai dengan asesman autentik, jelaskan dan beri contoh :

Jawab :
Dengan cara memberi tugas membuat puisi kepada para peserta didik tentunya didahului dengan
pengertian puisi dan unsur-unsur pembangunnya, setelah itu menilai karya puisi tersebut. Teknik
penilaian yang digunakan untuk menilai keterampilan menulis puisi adalah teknik penilaian produk
(hasil kerja). Penilaian hasil kerja atau produk merupakan penilaian kepada peserta didik dalam
mengontrol proses dan memanfaatkan atau menggunakan bahan untuk menghasilkan sesuatu, kerja
praktik yang dikerjakan peserta didik (Djuanda, 2008:5). Nurgiyantoro (2011:114) mengungkapkan
bahwa penilaian kompetensi bersastra otentik bukan sekadar mengukur pemahaman lewat respons
terhadap jawaban yang telah tersedia, melainkan berupa kinerja berbahasa aktif produktif dengan
bahan dasar teks-teks kesastraan. Jadi, penilaian otentik kompetensi bersastra pasti berkadar apresiatif
tinggi. Roekhan (1991:5-6) menyatakan bahwa hal yang harus diperhatikan agar siswa menghasilkan
karya sastra (puisi) yang kreatif adalah (1) kemampuan berpikir kritis, (2) kepekaan emosi, (3) bakat
(bakat ini dapat dilatih), (4) daya imajinasi yang mampu mengasosiasikan apa yang ditangkap indera.
Roekhan (1991:1) juga menyatakan bahwa kegiatan menulis puisi merupakan bagian dari penulisan
kreatif sastra. Sebagai kegiatan kreatif, puisi dapat dikembangkan secara bertahap, kontinyu, terarah,
dan terintegrasi.

Contoh :

Member tugas membuat puisi kepada peserta didik lalu pemberian apresiasi kepada peserta didik.Saat
pemberian apresiasi terhadap siswa hendaknya tidak berupa nilai saja melainkan seorang guru harus
memberikan kritik dan saran kepada para peserta didik misalnya dalam puisi tersebut ada pemilihan
kata yang kurang pas maka kita sarankan kepada peserta didik dengan menggunkan pemilihan kata
dan rima yang pas dan menarik, tentunya dengan penjelasan maknanya.

2. Jelaskan tahapan dalam menyusun kamus, lengkapi dengan contoh !

Jawab
Tahap-Tahap Menyusun Kamus Berikut merupakan tahap-tahap dalam tim penyusun kamus pada
umumnya. Ada beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut. menyusun kamus yang dilakukan

a. Persiapan.

b. Pengumpulan data.

c. Pengolahan data

1) Pemeriksaan ulang urutan abjad.


2) Penyeleksian data.
3) Klasifikasi data.
4) Pemberian definisi.
5) Penyuntingan hasil pemberian definisi.

d. Pengetikan kartu induk.

e. Penyusunan kartotek.

f. Pengetikan naskah.
g. Koreksi naskah.

h. Cetak coba.

i Koreksi cetak coba.

j. Reproduksi kamus.

Berikut ini adalah penjelasan mengenai tahapan dalam menyusun kamus

a. Persiapan

Tahap persiapan adalah tahap mengadakan segala sesuatu yang dapat memperlancar pelaksanaan
penyusunan kamus, antara lain:

I) menyediakan alat tulis;

2) menyediakan sumber data, seperti buku-buku pelajaran, media massa, cetak, kamus sejenis;

3) Penyediaan bahan sumber rujukan (dapat berupa kamus dan ensiklopedi) baik dalam bahasa Indonesia,
bahasa daerah maupun bahasa asing. Ini diperlukan untuk memperlancar dalam pemberian definisi.

b. Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dari sumber data (buku, majalah, surat kabar) dikumpulkan secara bersistem dengan
cara memindahkannya ke dalam kartu berukuran 15 cm x 10 cm. Pengetahuan dasar yang perlu dikuasai
dalam mengumpulkan data adalah dasar-dasar morfologi.

HILANG

Hi.lang v 1 tidak ada lagi; lenyap; tidak kelihatan: mobil itu sudah--

Yn (Kompas, 23 Agustus 2004)

C. Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan setelah data terkumpul. Kelompok entri hasil pemilahan (butir 2) diperiksa
ulang dan diseleksi, untuk menentukan data mana yang dimanfaatkan dan mana yang tidak
dimanfaatkan. Data yang tidak dimanfaatkan dikeluarkan.

Tahap-tahap pengolahan data:

1) Pemeriksaan urutan abjad


Data yang telah disusun menurut kelompok data itu dipilah-pilah lagi berdasarkan kelompok makna
schingga dapat diperoleh kelompok makan 1, 2, 3, dan seterusnya, angka-angka tersebut dalam kamus
dicetak tebal. Misalnya, (lihat contoh kartu data) makna 1 hilang adalah tidak ada lagi; lenyap; tidak
kelihatan. Makna tersebut merupakan makna denotatif. Makna 2 adalah tidak ada lagi perasaan (seperti
marah, jengkel, suka, duka), kepercayaan, pertimbangan. Langkah selanjutnya adalah menyusun
kelompok data tersebut berdasarkan paradigma. Maksudnya, data diurutkan berdasarkan bentukan dari
sebuah kata yang memperlihatkan konjugasi (sistem perubahan bentuk verba) dan deklinasi (nomina,
adjektiva, pronomina). Pada langkah ini menentukan urutan susunan subentri. Pada langkah ini ada
kemungkinan perubahan letak kartu-kartu data akibat perubahan bentuk makna. Jika hal ini terjadi,
kartu-kartu yang entrinya mengalami perubahan bentuk, letaknya dipindah sesuai dengan urutan abjad
yang seharusnya.
2) Penyeleksian data
Data yang telah disusun secara alfabetis menurut kelompok data dan kelompok makna dikaji dari segi
mutu data, bentuk, makna, dan frekuensi pemakaian. Data yang bermutu adalah data yang disertai
konteks kalimat yang dapat mendukung makna kata yang diambil sebagai data masukan kamus. Data
yang dipilih adalah data yang frekuensi pemakaiannya tinggi.

3) Klasifikasi data
Data yang telah dikartukan secara bersistem dan taat asas serta disusan secara alfabetis diberi label
klasifikasi menurut kategori gramatikal, pembidangan kata, sumber pungutan kata, ragam bahasa, dan f
klasifikasi lain yang diperlukan. Label tersebut diterakan setelah c baik pada entri pokok maupun
subentri.

4) Pemberian definisi
Tahap pemberian definisi selain memerlukan waktu yang paling lam juga memerlukan ketenangan,
ketekunan, ketajaman analisis, ketelitian, kecermatan, kesabaran yang tinggi, serta wawasan yang luas.
Tahap ini merupakan tahap penentu tingkat mutu kamus. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian definisi:

a) Kesejajaran antara entri yang akan diberi batasan dan deskripri makna yang akan diberikan. Jika entri
yang akan dideskripsikan termasuk kelas kata nomina, deskripsi makna yang diberikan harus dimulai
dengan nomina.
Contoh:
Guling n : bantal yang bentuknya bulat panjang (guling berkelas u Surns kata nomina, bantal juga
nomina) du.duk v/ meletakkan tubuh atau letak tubuhnya bertumpu pada pantat (ada bermacam-macam
cara dan namanya, seperti bersila dan bersimpuh)
ku.rus a l kurang berdaging; tidak gemuk (tentang tubuh)

b) Deskripsi makna yang diberikan terhadap sebuah entri dapat menggantikan kedudukan entri itu dalam
kalimat
Contoh: om.zet n jumlah uang hasil penjualan barang (dagangan) tertentu suatu masa jual: para
pedagang banyak mengeluhkan selama karena -- semakin menurun jumlah uang hasil penjualan barang'
dapat menggantikan 'omzet → Para pedagang banyak mengeluhkan karena 'jumlah uang hasil penjualan
barang semakin menurun' bang.krut a menderita kerugian besar sehingga jatuh tidak dapat berusaha lagi
(tentang perusahaan, toko): belum sampai tiga tahun, perusahaannya sudah -- karena banyak
menanggung rugi → belum sampai tiga tahun perusahaannya sudah menderita kerugian besar sehingga
jatuh tidak dapat berusaha lagi karena banyak menanggung rugi.
Teknik pemberian definisi pada kamus ekabahasa maupun dwibahasa pada dasarnya sama.
Perbedaannya terletak pada cara penyajian. Pada kamus dwibahasa mengutamakan bentuk sinonim.
Namun, apabila bentuk sinonimnya tidak jelas pada bahasa sasaran, deskripsi makna perlu didahulukan,
baru kemudian disertai bentuk sinonimnya. Selain itu kamus dwibahasa perlu mencantumkan bentuk
terjemahan terhadap contoh-contoh kalimat pemakaian entri. Perlu diingat di sini adalah bahwa
terjemahan harus didasarkan pada konsep wacana di dalam bahasa sasaran, bukan terjemahan secara
harfiah.

5) Penyuntingan hasil pemberian definisi Tahap penyuntingan hasil pemberian definisi ini
pelaksanaannya memerlukan tenaga yang berwawasan luas serta memiliki ketaatan pada kaidah-kaidah
yang telah disepakati.

d. Pengetikan kartu induk

Kartu induk adalah kartu entri yang akan digunakan sebagai dasar penyusunan kamus. Kartu-kartu induk
kamus tersebut merupakan hasil akhir pelaksanaan pengolahan data, Hasil penyuntingan pemberian
definisi diketik dalam kartu-kartu berukuran 15 x 10 cm.

Contoh pengetikan kartu induk:


I) Entri pokok

HILANG

hi.lang n 1 tidak ada lagi; lenyap; tidak kelihatan: mobil itu sudah-

2) Subentri

(HILANG)

meng.hi.lang v melenyapkan diri, menjadi tidak kelihatan lagi; tidak memperlihatkan diri lagi: pesawat
pemburu itu tiba-tiba dibalik awan

3) Gabungan kata

(HILANG)

-akal tidak dapat berpikir lagi, bingung

e. Penyusunan Kartotek

Kartu-kartu induk kamus disusun secara alfabetis dengan urutan susunan entri yang telah ditetapkan
sebelumnya sesuai dengan tujuan penyusunan kamus. Kartu-kartu itulah yang disebut kartotek. Kartotek
menjadi dasar pengetikan naskah kamus.

f. Pengetikan naskah

Tahap pengetikan naskah dilakukan berdasarkan kartotek yang telah disusun. g Koreksi Naskah

Naskah kamus yang sudah selesai diketik kadang-kadang masih ada kesalahan. Oleh karena itu, harus
mengoreksinya setelah diketik agar naskah kamus yang siap cetak benar-benar bersih dari kesalahan
ketik.

h. Cetak coba

Setelah naskah kamus benar-benar bersih dari kesalahan, siap diserahkan ke percetakan untuk cetak
coba.

i Koreksi cetak coba

Hasil cetak coba dikoreksi sekali lagi supaya hasil reproduksi kamus betul-betul sempurna.

j. Reproduksi

Bila hasil koreksi cetak coba sudah selesai, sampai tahap terakhir, yaitu reproduksi kamus.

3. Unsur pembangun karya sastra ada 2 yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik :

Unsur Intrinsik

Yang dimaksud unsur intrisik adalah unsur-unsur yang terdapat dalam karya sastra yang dapat
mewujudkan struktur karya sastra tersebut.

a. Tokoh dan penokohan

Yaitu cara penulis memberikan watak atau kepribadian tokoh yang ada pada cerita yang dibuatnya.
Dengan melakukan penokohan maka dapat memberikan gambaran mengenai ciri fisik, watak, tingkah
laku, dan kehidupan sosial pada setiap tokoh cerita. Biasanya penulis cerita menggunakan tiga cara untuk
memberikan watak pada tokoh yang di buatnya, diantaranya:

• Analitik yaitu penulis secara langsung menceritakan watak tokoh yang dibuatnya pada cerita.

• Dramatik yaitu penulis secara tidak langsung menceritakan watak tokoh tersebut, misal
menceritakan melalui perbuatan, tingkah lakunya, atau bisa juga melalui percakapan.

• Campuran yaitu gabungan dari cara analitik dan dramatik.

Adapun jenis-jenis tokoh atau pelaku dalam cerita, diantanya:

• Tokoh utama yaitu tokoh yang memiliki peran utama dalam cerita, atau tokoh yang menjadi pusat
cerita dan selalu ada di setiap kejadian.
• Tokoh protagonis yaitu tokoh yang memiliki watak baik, jujur, dan setia.
• Tokoh antagonis yaitu tokoh yang memiliki watak jahat.
• Tokoh tritagonis yaitu tokoh yang muncul selalu di jadikan orang ketiga atau di sebut juga tokoh
yang menjadi penengah.
• Tokoh pembantu yaitu tokoh yang membantu tokoh utama dalam cerita misal bisa sebagai
temanya.

b. Tema

Yaitu suatu pokok pikiran, gagasan, ataupun ide pembuat karya sastra yang nantinya akan ditampilkan
dalam tulisan atau karangannya. Tentunya setiap penulis karya sastra harus memiliki tema sebelum
membuat karangannya, supaya jalan ceritanya menarik dan jelas.

c. Alur

Yaitu jalannya cerita suatu peristiwa yang di mulai dari awal sampai dengan akhir. Alur dibagi menjadi
beberapa tahap misalnya dimulai dari tahap perkenalan, muncul konflik, puncak konflik, hingga tahap
penyelesaian konflik. Alur sendiri dibagi menjadi beberapa macam diantaranya:

• Alur maju yaitu alur yang mengurutkan peristiwa-peristiwa pada cerita dari masa saat ini ke masa
selanjutnya.
• Alur mundur yaitu alur yang menceritakan peristiwa-peristiwa pokok yang terjadi di masalalu
tokoh cerita.
• Alur campuran yaitu Alur mundur yaitu alur yang menceritakan peristiwa-peristiwa masalalu dan
masa yang akan dating.

d. Latar

Yaitu keadaan yang melingkupi tokoh dalam suatu cerita, latar terbagi menjadi beberapa macam-
diantaranya:

• Latar waktu yaitu kapan peristiwa yang di alami tokoh tersebut terjadi, misalnya apakah pagi,
siang, atau malam hari.
• Latar tempat yaitu ditempat mana peristiwa tersebut terjadi, misalnya di gedung, di hutan, atau di
kota.
• Latar suasana yaitu keadaan yang dirasakan dalam peristiwa tersebut, misalnya damai, sepi,
gembira, berduka, menegangkan, dsb.

e. Amanat

Yaitu pesan-pesan yang dapat memberikan manfaat kepada pembaca atau pendengar mengenai cerita
yang telah dibuat penulis. Amanat tersebut bisa berupa pengetahuan, atau sesuatu yang bermakna yang
dapat dijadikan pelajaran dan nasihat.

f. Pusat pengisahan / Sudut pandang penulis


Yaitu posisi pengarang dalam membawakan cerita yang di tulisnya atau dapat di katakan juga sebagai
cara pandang penulis dalam membuat ceritanya, sudut pandang terbagi menjadi beberapa macam,
misalnya:

• Sudut pandang orang pertama yaitu pembuat cerita sebagai pelaku utamanya, misal pelaku utama
diterangkan dengan kata aku, saya, kami, atau kita.
• Sudut pandang orang ketiga yaitu penulis tidak terlibat dalam cerita tersebut jadi dia berada di
luar cerita, misal pelaku utama di terangkan dengan kata ia, dia, mereka, atau dengan nama lain.

Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur atau faktor-faktor yang terdapat di luar karya sastra yang
memengaruhi kelahiran dan keberadaan suatu karya sastra dan mempermudah memahami karya sastra
tersebut. Unsur ini membuat suatu karya sastra memiliki nilai dan terikat hubungan dengan tersendiri
dalam sosial masyarakat.

Faktor-faktor tersebut antara lain biografi pengarang, agama, dan falsafah yang dianut pengarang, sejarah,
dan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang melatarbelakangi terciptanya karya sastra. Dengan faktor-
faktor itu, penikmat karya sastra dapat lebih merasa memiliki karya sastra tersebut.

Contoh :

Naruto
karya : Masashi Kishimoto

Pada 13 tahun yang lalu siluman rubah ekor sembilan yang bernama Kyubi menyerang desa
Konoha. Desa Konoha merupakan sebuah desa shinobi yang terletak di negara api, akibat amukan
siluman rubah ekor sembilan tersebut kekacauan besar terjadi dan banyak korban yang berjatuhan.
Akhirnya ada seseorang yang dapat menghentikan amukan Kyubi dan menyegelnya ke dalam tubuh anak
bayi yang bernama Naruto, orang yang berhasil menyegelnya dikenal sebagai Yondaime Hokage atau
Hokage ke 4 bernama Namikaze Minato dia adalah ayah Naruto sendiri. Yondaime Hokage menyegel
Kyubi kedalam anaknya sendiri karena memiliki maksud tertentu. Karena begitu besarnya kekuatan
Kyubi maka untuk menyegelnya dibutuhkan pengorbanan dan Yondaime Hokage mengorbankan dirinya
sendiri.

Lalu setelah 13 tahun berlalu, Naruto tumbuh menjadi anak remaja yang selalu membuat onar di
desa Konoha, dia melakukan hal tersebut karena ingin mendapatkan perhatian dari para penduduk desa.
Para penduduk menjauhinya karena mereka tahu bahwa di dalam tubuh Naruto terdapat siluman rubah
ekor sembilan yang dulu sudah menghancurkan desa. Meski penduduk desa konoha menjauhi Naruto, dia
tidak patah semangat, dia selalu ceria, selalu bekerja keras, dan pantang menyerah untuk mewujudkan
cita-citanya yaitu menjadi seorang Hokage, lalu mulailah perjalannya untuk mencapai cita-citanya
tersebut. Bersambung..

Dari cerita di atas maka dapat di ambil contoh unsur intrisik, seperti:

• Tema: Naruto yang ingin menjadi Hokage (Hokage itu seperti pemimpin di suatu negara).
• Amanat: Rela berkorban, Jangan pernah menyerah untuk mencapai tujuan.
• Alur: Campuran, karena ceritanya maju mundur menceritakan masa depan dan masa lalu.
• Penokohan: Kyubi pemarah dan perusak. Yondaime Hokage dia bijaksana, dan rela berkorban.
Naruto hiperaktif, ceria, dan pantang menyerah.
• Latar: Tempat di desa Konoha
• Sudut pandang: Sudut pandang orang ke tiga.

Unsur Ekstrinsik :

biografi pengarang

Masashi Kishimoto (岸本 斉史 Kishimoto Masashi, lahir di Prefektur Okayama, Jepang, 8


November 1974; umur 46 tahun[1]) adalah seorang Mangaka Jepang. Masashi Kishimoto mulai
mengembangkan bakatnya akan menggambar semenjak usia SD. Dia menjadi mangaka terkenal semenjak
karyanya, Naruto sukses besar baik di Jepang sendiri ataupun di negara-negara lain. Dia suka membaca
manga sejak usia muda, sampai dia menunjukkan keinginannya untuk menulis manga sendiri. Akira
Toriyama dan Katsuhiro Otomo adalah sebagai inspirasi utamanya. Pada tahun 1999 Naruto pertama kali
dipublikasikan di Shounen jump membuat Kishimoto menerima penghargaan hop step. Saudara kembar
Masashi Kishimoto, Seishi Kishimoto, juga merupakan seniman manga dengan karyanya yang terkenal
666 Satan (O-Parts Hunter) dan Blazer Drive. Selama penerbitan Naruto, Kishimoto menikah dan
menjadi seorang ayah.[2]

4. Unsur intrinsik puisi “menyesal”

Tema : malas. Dalam puisi ini pengarang bercerita tentang masa muda yang menyia-nyiakan waktu.

Rima

• Pada puisi Menyesal terdapat rima sebagai berikut:


• pada bait pertama ab-ab
• pada bait kedua ab-ab
• pada bait ketiga a-bb
• pada bait keempat a-bb
• Puisi Menyesal menggunakan jenis rima akhir, yaitu rima yang terdapat di akhir sajak.

irama

Pada puisi Menyesal terdapat irama yang menonjol di bagian akhir. Seperti digunakannya akhiran /ng/,
/a/, /n/, dan /i/ yang diulang-ulang sehingga memberi kepuitisan pada puisi tersebut.

Diksi:

Pemilihan kata pada puisi “Menyesal” karya Ali Hasjmi ini banyak menggunakan kata bermakna
konotatif. Karena banyak menggunakan makna konotatif, maka terjadilah penyimpangan bahasa dalam
puisi ini. Penyimpangan tersebut adalah penyimpangan semantis dan penyimpangan sintaksis.

1) Penyimpangan semantis, yaitu menunjuk makna ganda. Contonya pada kata pagiku, petang
datang, dan padang bakti. Bagi penyair pagiku adalah masa muda, petang datang adalah umur
yang sudah tua, dan padang bakti adalah masa depan cerah. Bukan seperti kata sehari-hari yang
bermakna waktu dan nama suatu tempat.
2) Penyimpangan sintaksis, seperti pada kalimat menyesal tua tiada guna, padahal menurut kaidah
yang benar adalah tidak ada gunanya menyesal di hari tua.

majas
1. Pagiku Hilang Sudah MelayangBaris pertama pada bait pertama puisi menyesal menggunakan
majas hiperbola, karena kalimat yang digunakan penyair seakan melebih-lebihkan, yaitu :
bagaimana bisa pagi seseorang hilang melayang.
2. Hari Mudaku Sudah Pergi baris kedua pada bait pertama puisi menyesal menggunakan majas
hiperbola, karena kalimat yang digunakan penyair dalam puisi ini seakan melebih-lebihkan,
yaitu : bagaimana caranya hari muda seseorang pergi.
3. Sekarang Petang Datang MembanyangBaris ketiga pada bait pertama puisi menyesal
manggunakan majas hiperbola, karena penyair dalam memilih kata-kata dalam puisinya ini
seakan melebih-lebihkan, yaitu : bangaimana mungkin petang datang membayangi seseorang.
4. Batang Usiaku Sudah TinggiBaris keempat pada bait pertama puisi menyesal menggunakan
majas hiperbola, karena penyair dalam menggunakan kata-kata dalam puisi cintaanya seakan
melebih-lebihkan keadaan, yaitu : bagaimana caraseseorang mengukur tinggi rendahnya usia
seseorang.
5. Kini hidup Meracau HatiBaris ketiga pada bait kedua puisi menyesal menggunakan majas
hiperbola, karena penyair dari puisi menyesal ini seakan melebih-lebihkan keadaan yang terjadi,
yaitu : sesensara apapun manusia pasti perna mengalami kebahagiaan, tapi kata kini hidup
meracau hati didalam puisi menyesal ini, seakan-akan hidupnya tidak perna mengalami
kebahagiaan.
6. Hanya Menambah luka Sukma Baris ketiga pada bait ketiga puisi menyesal menggunakan majas
hiperbola, karena seorang penyair dalam puisi ini menggunakan kata-kata dalam puisinya
seakan melebih-lebihkan keadaan yang terjadi, yaitu : kalau seseorang yang menyesal tidak
mungkin sampai penyesalannya itu membuat luka dalam sukmanya.
1) 7.keempat baris pertama, puisi menyesal menggunakann majas sinekdot, karena kata kepada
yang muda kuharapkan. Penyair menggunakan kata sebagian untuk semua orang yang masih
muda.
7. keempat kalimat ketiga dari puisi menyesal karya Ali Hasjimi menggunakan majas ironi, karena
kata menuju kearah padang bakti merupakan perumpamaan seseorang yang ingin lagi mencari
ilmu atau bahkan bekerja untuk mendapatkan materi.

Citraan

Pagiku hilang sudah melayang, (citra erak)


Hari mudaku sudah pergi (citra gerak)
Kini petang datang membayang (citra penglihatan)
Batang usiaku sudah tinggi (citra penglihatan)
Aku lalai di pagi hari (citra perasaan)
Beta lengah di masa muda (citra pikiran)
Kini hidup meracun hati (citra perasaan)
Miskin ilmu, miskin harta (citra pikiran)
Ah, apa guna kusesalkan (citra perasaan)
Menyesal tua tiada berguna (citra perasaan)
Hanya menambah luka sukma (citra perasaan)
Kepada yang muda kuharapkan (citra pikiran)
Atur barisan di hari pagi (citra gerak)
Menuju arah padang bakti. (citra penglihatan)

Parafrasa

a. Parafrasa Terikat

MENYESAL

Kini PAGIKU HILANG SUDAH MELAYANG entah kemana


Sekarang HARI MUDAKU SUDAH PERGI jauh tak kan pernah kembali
KINI hanya PETANG yang DATANG MEMBAYANGi alam pikiranku
Yang kini BATANG USIAKU SUDAH mulai TINGGI.
Dulu AKU LALAI DI HARI PAGI,
Karena BETA LENGAH DI MASA MUDA yang masih suka bermalas-malasan
Hingga KINI HIDUP menjadi MERACUN HATI tak bisa berbuat apa-apa lagi
Sudah MISKIN ILMU, MISKIN HARTA pula

Namun AH, APA GUNA KUSESALKAN,


Karena MENYESAL TUA itu TIADA BERGUNA,
HANYA MENAMBAH LUKA SUKMA di hati
KEPADA YANG MUDA KUHARAPKAN,
Untuk ATUR BARISAN DI HARI PAGI,
MENUJU KEARAH PADANG BAKTI.

B. Parafrasa Bebas

Puisi meyesal karya Ali Hasjmi mengisahkan seseorang yang menyesali masa mudanya tidak
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.Ia kurang hati-hati dan bermalas-malasan waktu muda dulu.Kini di
hari tuanya, ia merasa miskin ilmu dan miskin harta, tidak berilmu dan tidak punya harta apa-apa. Ia
merasa tidak ada guna menyesali diri. Akan tetapi, ia tidak berhenti dalam sesalnya.Ia berusaha bangkit
dan mengajak generasi muda untuk merencanakan segala sesuatu dari sekarang menuju kearah tempat
yang lebih baik (tempat yang dihormati).

5. Unsur intrinsik cerita “Angsa dan Kura-kura”

tema : mengabaikan nasehat


bukti:Kura-kura bergerak dan jatu padahal angsa jantan berkata “ selama dalam perjalanan kamu harus
selalu diam”

tokoh : Kura-kura,angsa betina dan jantan, anjing tua dan muda.

penokohan :

Kura-kura : Protagonis
angsa betina : Protagonis
angsa jantan : Protagonis
anjing muda : Antagonis
anjing tua : Antagonis

Perwatakan :

Kura-kura : mempunyai sifat yang kurang sabar dan tidak menuruti nasehat
bukti : Kura-kura bergerak dan jatuh padahal angsa jantan berkata “ selama dalam
perjalanan kamu harus selalu diam”

angsa betina : mempunyai sifat yang cerdas dan suka menolong


bukti : “ Ya, aku mempunyai akal, aku dan suamiku akan menggigit sepotong
kayu…..”
angsa jantan : mempunyai sifat yang bijaksana dan suka menolong
bukti :“ selama dalam perjalanan kamu harus selalu diam……” dalam percakapan
tersebut angsa jantan member nasehat kepada sang kura-kura, menunjukkan
angsa jantan memiliki sifat yang bijaksana

anjing kecil : mempunyai sifat yang jujur, buas dan jahat


bukti : “Bukan, itu pasti kura- kura,” bantah anjing kecil lagi, dalam percakapan
tersebut terlihat bahwa anjing kecil mempunyai sikap yang jujur namun anjing
kecil juga memiliki sifat yang buas dan jahat karena anjing tersebut juga
menyantap daging kura-kura.
anjing besar : mempunyai sifat yang licik, berbohong ,jahat,buas dan jahat
bukti : “Heh, tipu muslihatku berhasil,” gumam anjing tua sambil mengunyah daging
kura-kura
Selain itu percakapan anjing tua sebelumnya juga sering mengatakan bahwa yang
dibawa angsa adalah kotoran, dalam hal tersebut jelas anjing besar berbohong
dan licik.

alur : maju
Bukti : dalam cerita tersebut dari awal sampai akhir menunjukkan cerita yang beralur maju tidak ada ciri-
ciri yang menceritakan masa lalu salah satu tokoh.

setting
Tempat : kaki bukit, sebuah telaga, dan perkampungan
Bukti : “ Di kaki bukit terdapat sebuah telaga…”
“ Ketika melewati perkampungan penduduk”
Suasana : Sedih
“ Kura-kura merengek kepada angsa untuk ikut serta”
“ Kura-kura yang hidup sebatang kara…”
“ keluh angsa betina sedih “

Gembira
“ Gagasan yang bagus sekali,” puji kura-kura gembira

Menegangkan
“ Perjalanan ini amat berbahaya “

Kelelahan
“ Sepasang angsa itu sudah merasa kelelahan terbang”

Geram dan marah


“ Anjing tua, tapi bodoh!” maki kura-kura kesal”

Mengenaskan
“Kura-kura pun jatuh. Kulit tubuhnya yang keras pun hancur berkeping-keping

sudut pandang : orang ketiga

Bukti : dalam cerita tersebut pengarang menempatkan dirinya sebagisudut pandangorang ketiga
karena pengarang hanya menceritakan hewan-hewan tersebut, tanpa menyebut dirinya.

amanat : kita harus sabar saat ada orang yang mengejek kita, tidak gampang terpancing emosi
dan mendengarkan nasehat baik dari teman.

Synopsis :
Dikaki bukit terdapat telaga disana hiduplah seekor kura-kura dan sepasang burung angsa mereka
bersahabat karib, namun dikarenakanmusim kemarau air telaga tersebut mengering sehingga
menyebabkan kedua angsa akan pergi meninggalkan tempat tersebut, kura-kura sedih karena akan
ditinggal. Akhirnya kedua angsa tersebut menemukan sebuah cara agar kura-kura bisa ikut dengan
mereka , yaitu dengan sepotong kayu kedua angsa jantan dan betina menggigit ujung kayu disebelah
kanan dan kiri lalu kura-kura berada di tengah. Angsa jantan bertutur kepada kura-kura agar tidak
melepaskan gigitannya apapun yang terjadi. Akhirnya mereka bisa pergi bersama, setelah jauh terbang
tibalah dipermukiman ada dua anjing tua dan muda. Anjing tua dan muda sedang berdebat tentang apa
yang mereka lihat. Berdebatan itu terdengar oleh kura-kura hingga emosinya meluap dan memarahi kedua
anjing tersebut. Akhirnya kura-kura terjatuh dari ketinngian hingga tempurungnya pecah dan tubuhnya
menjadi santapan kedua anjing tersebut, tanpa disadari oleh kedua angsa .Yang ternyata berdebatan kedua
anjing tersebut hanyalah siasat mereka. Kedua angsa merasa sedih, karena kura-kura tak mendengarkan
nasihat mereka. Akhirnya kedua angsa itu melanjutkan perjalanannya.

Anda mungkin juga menyukai