Anda di halaman 1dari 12

Sejarah Pemikiran

Ekonomi Syah Waliullah


dan Muhammad Iqbal
Di susun oleh :
Silvia Oktaviani (B1061181060)
Zalika Melzan (B1061181051)
Rifqi Anugrah P. (B1061171060)
M. Faqih Pahlevi (B1061171084)
 
Jumat, 22 November
2019
I. Biografi Syah Waliullah

Nama lengkapnya adalah Qutb al-Din Ahmad bin Abd al-Rahim bin Wajih al-Din al-Syahid
bin Mu’azam bin Mansur bin Ahmad bin Mahmud bin Qiwam al-Din al-Dihlawi. Ia dilahirkan
pada hari Rabu, tanggal 21 Februari 1703 M atau 4 Syawal 1114 H di Phulat, sebuah kota
kecil di dekat Delhi dan wafat pada tahun 1762 M atau 1176 H. Dia dijuluki “Shah Waliullah”
yang berarti sahabat Allah karena kesalehan yang ia miliki. Dia memulai studinya di usia
lima tahun dan menyelesaikan bacaan dan hafalan dari Al-Quran pada usia tujuh. Dia adalah
pengikut Ahlus Sunnah Wal Jamaah dan penganut mazhab fikih Hanafi.
Bapanya, Shah Abdul Rahim, adalah seorang sufi dan teolog reputasi besar. Dia adalah
ahli pengasas dan guru daripada Madrasah-i-Rahimiyah di Delhi. Shah Abdul Rahim dikaitkan
dengan penyelesaian yang terkenal teks hukum Islam, Fatawa-i-Alamgiri. Dari sisi
genealogisnya (nasab), al-Dihlawi hidup dalam keluarga yang mempunyai silsilah keturunan
dengan atribut sosial yang tinggi di masyarakatnya. Kakeknya (Syaikh Wajih al-Din)
merupakan perwira tinggi dalam tentara kaisar Jahangir dan pembantu Awrangzeb (1658-
1707 M) dalam perang perebutan tahta.
Masa tinggalnya di Hijaz banyak mempengaruhi pembentukan pemikiran al-Dihlawi dan 2
kehidupan selanjutnya. Di tempat itu, ia belajar hadis, fikih, ajaran sufi pada sejumlah guru
yang istimewa di sana, seperti Syekh Abu Thahir al-Kurdi al-Madani, Syekh Wafd Allah al-
Shah Waliallah menerima gelar akademik dan
pendidikan rohani daripada ayahnya. Dia
hafal Al-Quran dan memperoleh pengetahuan
tentang Tafsir, Hadis, spiritualisme,
mistisisme, metafizik, logik, dan Ilm-ul-Kalam
ketika masih di zaman kanak-kanaknya.
Setelah menguasai mata pelajaran ini, dia
mengalihkan perhatian pada Shahih Bukhari
dan Fiqih Islam. Beliau juga belajar ilmu
perobatan dan Thibb. Setelah memperoleh
pengetahuan ini, ia mengajar di Madrasah
ayahnya selama 12 tahun. Dia berangkat ke
Saudi pada tahun 1730 untuk pendidikan
tinggi. Selama tinggal di Saudi, ia dipengaruhi
oleh Syeikh Abu Tahir bin Ibrahim, seorang
sarjana terkenal pada waktu itu. Beliau belajar
di Madinah selama 14 tahun, di mana ia
memperoleh gelar Sanad dalam Hadis. Hal ini
diyakini bahwa sementara Shah Waliallah
berada di Saudi, ia diberkati dengan visi Nabi
(SAW). Dia juga merupakan keturunan Ulama
besar India Mujaddid Alfi Sani Syeikh Ahmad
Sirhindi dan diberitakan bahwa ia akan
berpengaruh dalam menetapkan
pembaharuan Muslim di India. 3
Pada saat ia kembali ke Delhi pada bulan Juli 1732, penurunan kekayaan Mughal telah
bermula. Sosial, politik, ekonomi dan kondisi keagamaan umat Islam sangat miskin. Shah
Waliallah percaya bahwa berbagai permasalahan yang dihadapi umat Islam adalah kerana
ketidaktahuan mereka tentang Islam dan Al-Quran. Oleh karena itu, dilatih secara pribadi
sejumlah pelajar yang diamanahkan dengan tugas penyebaran Islam. Dalam rangka untuk
menyebarkan ajaran Islam dan membuat Al-Quran lebih mudah diakses oleh orang-orang, ia
menterjemah Quran ke Parsi, yang utama dan Bahasa umum daripada orang-orang pada
waktu itu. Dia juga berusaha mengurangkan berbagai perbedaan dari banyak kumpulan
sektarian yang berlaku saat itu.
Shah Waliallah juga membuat upaya untuk mengangkat politik umat Islam di India. Dia
menulis surat kepada Ahmad Shah Abdali untuk membantu warga Muslim di India dalam
menghancurkan Marhattas, yang terus-menerus ancaman bagi Empayar Mughal runtuh.
Pada 1761, Ahmad Shah Abdali, sebagai tanggapan terhadap Shah Waliallah telefon,
diakibatkan kekalahan di Marhattas di Panipat. Shah Waliallah bertanggungjawab atas
kebangkitan di masyarakat keinginan untuk kembali semangat moral dan mempertahankan
kemurniannya. Dia dikebumikan pada 1762. Putra dan pengikut-cakap meneruskan kerja 4
dan misi mulia.
II. Karya-karya Syah
Waliullah
Shah Waliallah adalah seorang penulis yang
produktif dan menulis secara menyeluruh di Fiqh
dan Hadis. Dia akhirnya menulis 51 buku; 23 di
Arab dan 28 dalam Bahasa Parsi. Di antara yang
terkenal adalah karya Hujjat-Ullah-il-Balighah dan
Izalat-ul-Khifa.
Karya Syah Waliullah Al Hujjatullah Al Balighah fi
Asrar Asy Syar’iyah (The conclusive argument from
God) berisi tentang rahasia syari’at dan filsafat
hukum Islam. Dalam kitab ini dibahas secara
terinci faktor-faktor yang membantu pertumbuhan
keadaan masyarakat. Kitab yang lainnya yaitu :

 1.      Al Fath al Munir fi Gharib Al


Qur’an tentang tafsir Al Qur’an,
 2.      Az Zahrawain tafsir QS Al Baqarah dan
Ali Imran,
 3.      Al Mushaffa   syarah dari   kitab Al
Muwaththa karya Imam Malik,  
 4.      Al Maswa merupakan syarah kitab Al
Muwaththa karya Imam Malik,
5
 5. dsb
III. Pemikiran Ekonomi
Syah Waliullah

      Pemikiran
ekonomi Shah Waliallah dapat ditemukan dalam karyanya yang terkenal berjudul, Hujjatullah al-Baligha,
di mana ia banyak menjelaskan rasionalitas dari aturan-aturan syariat bagi perilaku manusia dan pembangunan
masyarakat. Menurutnya, manusia secara alamiah adalah makhluk sosial sehingga harus melakukan kerja sama
antara satu orang dengan orang lainnya. Kerja sama usaha (mudharabah, musyarakah), kerja sama pengelolaan
pertanian, dan lain-lain. Islam melarang kegiatan-kegiatan yang merusak semangat kerja sama ini, misalnya perjudian
dan riba. Kedua kegiatan ini mendasarkan pada transaksi yang tidak adil, eksploitatif, mengandung ketidakpastian
yang tinggi, dan beresiko tinggi.
Ia menganggap kesejahteraan ekonomi sangat diperlukan untuk kehidupan yang baik. Dalam konteks ini, ia
membahas kebutuhan manusia, kepemilikan, sarana produksi, kebutuhan untuk bekerjasama dalam proses produksi
dan berbagai bentuk distribusi dan konsumsi. Ia juga menelusuri evolusi masyarakat dari panggung primitif sederhana
dengan budaya yang begitu kompleks di masanya. Ia juga menekankan bagaimana pemborosan dan kemewahan yang
diumbar akan menyebabkan peradaban menjadi merosot. Dalam diskusinya tentang sumber daya produktif, ia
menyoroti fakta bahwa hukum Islam telah menyatakan beberapa sumber daya alam yang menjadi milik sosial. Ia
mengutuk praktek monopoli dan pengambilan keuntungan secara berlebihan dari lahan perekonomian. Ia menjadikan
kejujuran dan keadilan dalam bertransaksi sebagai prasyarat untuk mencapai kemakmuran dan kemajuan.
6
Shah Waliallah membahas perlunya pembagian dan spesialisasi kerja, kelemahan dari
sistem barter, dan keuntungan dari penggunaaan uang sebagai alat tukar dalam konteks
evolusi masyarakat dari primitif ke negara maju. Menurutnya, kerjasama telah membentuk
satu-satunya dasar hubungan ekonomi yang manusiawi dan Islami. Transaksi yang
melibatkan bunga memiliki pengaruh yang merusak. Praktek bunga menciptakan
kecenderungan untuk menyembah uang. Hal ini menyebabkan masyarakat berlomba-lomba
dalam memperoleh kemewahan dan kekayaan. Poin paling penting dari filsafat ekonominya
adalah bahwa sosial ekonomi memiliki pengaruh yang mendalam terhadap moralitas sosial.
Oleh karena itu, kejujuran moral diperlukan untuk membentuk tatanan ekonomi.
Untuk pengelolaan negara, maka diperlukan adanya suatu pemerintah yang mampu
menyediakan sarana pertanahan, membuat hukum dan menegakkannya, menjamin keadilan,
serta menyediakan berbagai sarana publik seperti jalan dan jembatan. Untuk berbagai
keperluan ini negara dapat memungut pajak dari rakyatnya. Pajak merupakan salah satu
sumber pembiayaan kegiatan negara yang penting, namun harus memerhatikan
pemanfaatannya dan kemampuan masyarakart untuk membayarnya.
Berdasarkan pengamatannya terhadap perekonomian di Kekaisaran India, Waliallah
mengemukakan dua faktor utama yang menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi.
Dua faktor tersebut, yaitu: pertama, keuangan negara dibebani dengan berbagai
pengeluaran yang tidak produktif; kedua, pajak yang dibebankan kepada pelaku ekonomi
terlalu berat sehingga menurunkan semangat berekonomi. Menurutnya, perekonomian dapat
tumbuh jika terdapat tingkat pajak yang ringan yang didukung oleh administrasi yang efisien.
 
7
 
IV. Biografi Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal (Urdu:‫ل‬E‫با‬E‫ق‬E‫حمد ا‬E‫ ) م‬dikenal juga sebagai Allama Iqbal (Urdu:‫ل‬E‫با‬E‫ق‬E‫ ا‬33‫ہ‬E‫م‬E‫) عال‬, adalah
seorang penyair, politisi, dan filsuf besar abad ke-20. Selain itu ia juga seorang ahli hukum, politikus,
reformis sosial, dan sarjana Islam yang besar.
Kontribusi Muhammad Iqbal kepada dunia Muslim sebagai salah satu pemikir terbesar Islam tetap
tak tertandingi. Dalam tulisannya, ia berbicara dan mendesak orang, khususnya kaum muda, untuk
berdiri dan berani menghadapi tantangan hidup. Tema sentral dan sumber utama pesannya adalah
Al-Qur'an.
Allama Iqbal lahir pada 9 November 1877 di Sialkot, Punjab, British India. Ia dianggap sebagai
salah satu tokoh paling penting dalam sastra Urdu, dengan karya sastra yang ditulis baik dalam
bahasa Urdu maupun Persia. Iqbal dikagumi sebagai penyair klasik menonjol oleh sarjana-sarjana
sastra dari Pakistan, India, maupun secara internasional. Meskipun Iqbal dikenal sebagai penyair
yang menonjol, ia juga dianggap sebagai "pemikir filosofis Muslim di masa modern".
Ketika mempelajari hukum dan filsafat di Inggris, Iqbal menjadi anggota "All India Muslim League"
cabang London. Kemudian dalam salah satu ceramahnya yang paling terkenal, Iqbal mendorong
pembentukan negara Muslim di Barat Daya India. Ceramah ini diutarakan pada ceramah
kepresidenannya di Liga pada sesi Desember 1930. Saat itu ia memiliki hubungan yang sangat dekat
dengan Quid-i-Azam Mohammad Ali Jinnah.
8
V. Pemikiran Ekonomi
Muhammad Iqbal
 Pemikirannya tentang ekonomi Islam terfokus pada
konsep-konsep umum yang mendasar. Ia
menganalisis dengan tajam kelemahan kapitalisme
dan komunisme, kemudian ia menampilkan suatu
pemikiran yang mengambil “jalan tengah” yang
sebenarnya telah dibuka oleh Islam.
 Muhammad Iqbal sangat memperhatikan aspek
social masyarakat, ia menyatakan bahwa keadilan  Dalam karyanya Puisi dari Timur ia
social masyarakat adalah tugas besar yang harus menunjukkan tanggapan Islam terhadap
diemban suatu negara. Zakat dianggap Kapitalisme Barat dan reaksi ekstrim dari
mempunyai posisi yang strategis untuk Komunisme. Semangat Kapitalisme, yaitu
mewujudkan keadilan social disamping zakat juga memupuk kapital atau materi sebagai nilai
merupakan kewajiban dalam Islam. Meskipun dasar sistem ini, bertentangan dengan
didunia luas ia lebih dikenal sebagai filosof, semangat Islam. Demikian pula semangat
sastrawan atau juga pemikir politik, Muhammad Komunisme yang banyak melakukan
Iqbal sebenarnya juga memiliki pemikiran- paksaan kepada masyarakat juga
pemikiran ekonomi yang brilian. Pemikirannya bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Pada
memang tidak berkisar hal-hal teknis dalam zaman itu, umat Islam identik dengan
ekonomi, tetapi lebih kepada konsep konsep umum kemiskinan. Hal tersebut dikarenakan
mayoritas orang yang memeluk agama 9
yang mendasar.
Islam hidup dalam tingkat ekonomi yang
rendah. Menurut Iqbal, itu terjadi
Muslim tradisional yang hidup pada zaman itu bersikap konservatif atas kemajuan yang terjadi. Mereka
berpikiran picik dan gemar bertaklid pada ulama yang pandangan keagamaannya mandeg total. Karena
golongan ini sangat benci kepada Inggris, maka segala hal yang berasal dari barat mereka tolak. Mereka
tumbuh menjadi golongan yang picik dan tertutup. Mereka tidak mau mempelajari ilmu pengetahuan modern
sebab berasal dari barat dan tidak juga mau belajar bahasa Inggris untuk meningkatkan pengetahuannya.
Iqbal pun memandang golongan ini sebagai kelompok sosial yang telah kehilangan khudi atau dirinya yang
sejati. Di tangan mereka agama jatuh menjadi sehimpunan upacara dan bentuk peribadatan formal yang tidak
membawa transformasi dan perubahan yang bermakna kepada penganutnya.
Oleh sebab itu, dalam hal ilmu pengetahuan maupun perekonomian, umat Islam cenderung stagnan tanpa
ada ghirah untuk mencapai kemajuan. Keadilan sosial merupakan aspek yang mendapat perhatian besar dari
Iqbal, dan ia menyatakan bahwa Negara memiliki tugas yang besar untuk mewujudkan keadilan sosial ini.
Zakat, yang hukumnya wajib dalam Islam, dipandang memiliki posisi yang strategis bagi penciptaan
masyarakat yang adil. Jika Islam ingin maju seperti zaman kemajuan pada masa Abbasiyah, umat Islam harus
kerja sungguh-sungguh, tampilkan bukti, tunjukkan prestasi bukan lamunan. Kerja sungguh-sungguh akan
mengangkat derajat bangsa menuju kemenangan. Iqbal ingin membangkitkan etos kerja Islam.
Etos kerja Islam pada hakikatnya merupakan bagian dari konsep Islam tentang manusia yang menyejarah
dalam jatuh bangunnya kebudayaan tersebut. Karena itu, etos kerja Islam adalah bagian dari proses eksistensi
diri manusia dalam berbagai lapangan kehidupan manusia yang amat luas dan kompleks. Peradaban-
peradaban lampau dikenal karena meninggalkan karyanya bagi generasi belakangan. Iqbal tidak berpendapat
bahwa Baratlah yang harus dijadikan contoh sebagai model. Kapitalisme dan imperialisme Barat tak dapat
diterimanya. Barat menurut penilaiannya amat dipengaruhi oleh materialisme dan telah mulai meninggalkan
agama, yang harus diambil umat Islam dari Barat hanyalah ilmu pengetahuannya. Bagi Iqbal materialisme
merusak nilai-nilai yang lebih tinggi 10
Kesimpulan

Syah Waliallah mengemukakan dua faktor utama yang menyebabkan


penurunan pertumbuhan ekonomi yaitu: pertama, keuangan negara dibebani
dengan berbagai pengeluaran yang tidak produktif; kedua, pajak yang
dibebankan kepada pelaku ekonomi terlalu berat sehingga menurunkan
semangat berekonomi. Menurutnya, perekonomian dapat tumbuh jika
terdapat tingkat pajak yang ringan yang didukung oleh administrasi yang
efisien.
Dan, Muhammad Iqbal menganggap zakat yang hukumnya wajib dalam
Islam, memiliki posisi yang strategis bagi penciptaan masyarakat yang adil.
Beliau pun tidak dapat menerima kapitalisme dan imperialisme barat. Barat
menurut penilaiannya amat dipengaruhi oleh materialisme dan telah mulai
meninggalkan agama, yang harus diambil umat Islam dari Barat hanyalah
ilmu pengetahuannya. Bagi Iqbal materialisme merusak nilai-nilai yang lebih
tinggi. 11
SEKIAN
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai