Anda di halaman 1dari 19

Kelompok 12

PEMIKIRAN EKONOMI AL-MAQRIZI DAN NASIRUDDIN THUSI


Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah: Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam
Dosen: Hj. Rahmaniar, M. Si.

Disusun Oleh:

FAMINDA MAULANI
NIM. 1804120794

RIZKI REGI RAMADANI


NIM. 1804120805

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
JURUSAN EKONOMI ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
TAHUN 2019 M/1441 H
KATA PENGANTAR

Alamdulillahirabbil’alamin, Puji dan syukur kehadirat Allah Swt. atas


berkah, karunia dan limpahan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini, guna memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Sejarah Pemikiran
Ekonomi islam dengan materi yang berjudul “Pemikiran Ekonomi Al-Maqrizi
dan Nasiruddin Thusi”. Shalawat serta salam tidak lupa selalu tercurahkan
kepada junjungan Nabi besar Muhammad Saw. yang telah menjadi suri tauladan
dan pedoman yang baik dalam menjalani kehidupan.
Perlu diketahui, bahwasanya dalam penyusunan makalah ini banyak
sekali kendala-kendala yang penulis hadapi. Hal tersebut, disebabkan oleh
keterbatasan penulis sendiri. Namun, setelah semua rampung, penulis sangat
menyadari, bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain dan tidak
bukan berkat dukungan dan dorongan dari berbagai pihak, walaupun di sisi lain
masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sekalian, agar kedepannya
penulis dapat menyusun makalah lainnya dengan lebih baik lagi.
Akhirnya, Penulis mengucapkan banyak terima kasih atas partisipasi
berbagai pihak dalam penyusunan makalah ini, dan dengan mengharap ridho
Allah Swt. semoga makalah ini dapat memberi limpahan manfaat dan juga
tambahan ilmu bagi para pembaca dan penulis sendiri. Aamiin ya Allah, ya
rabbal’alamin.

Palangka Raya, November 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................... 2
D. Metode Penulisan .................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3
A. Biografi Al-Maqrizi ................................................................................ 3
B. Karya Al-Maqrizi .................................................................................... 4
C. Pemikiran Ekonomi Al-Maqrizi ............................................................. 5
D. Biografi Nasiruddin Thusi ...................................................................... 10
E. Karya Nasiruddin Thusi .......................................................................... 12
F. Pemikiran Ekonomi Nasiruddin Thusi.................................................... 13
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 14
A. Kesimpulan ............................................................................................. 14
B. Saran ....................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah ekonomi Islam bersumber dari Al-Qur'an dan Sunnah. Al-
Qur'an sebagai Firman Allah diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. dan
Sunnah sebagai pengamalan dan penjelasan praktis yang mengandung
sejumlah ajaran dan prinsip-prinsip ekonomi yang berlaku untuk berbagai
kondisi. Pemikiran adalah produk dari ide atau pikiran manusia, sedangkan
ajaran Al-Qur'an dan kenabian merupakan wujud penjelasan ilahi. Oleh karena
itu, interpretasi manusia, kesimpulan, dan penerapan mereka dalam berbagai
perubahan zaman, ruang, dan kondisi membentuk tubuh pemikiran ekonomi
(the body of economic thought) dari orang-orang Islam. Para cendekiawan
Muslim menerima ajaran-ajaran ekonomi Al-Qur'an dan Sunnah sebagai dasar
dan titik awal. Kemudian, mereka menggunakan argumentasi tertentu dan
menerapkan prinsip-prinsip dasar yang berasal dari sumber-sumber Islam
untuk memecahkan masalah yang muncul dalam kondisi yang berubah secara
historis dan ekonomi. Mereka tidak pernah ragu-ragu untuk mengambil
manfaat dari pengalaman negara-negara lain. Lebih kurang proses ini terus
berlanjut sepanjang sejarah Islam.
Untuk itu, pada penyusunan makalah ini, penulis akan menjabarkan
terkait pemikiran ekonomi islam dari dua tokoh besar, yaitu Al-Maqrizi dan
Nasiruddin Thusi, sehingga dapat diketahui bagaimana pemikiran dari
keduanya. Mengenai isi materi pembahasan kedua tokoh tersebut, di sini
penulis akan menjabarkan mengenai biografi dari Al-Maqrizi, karya Al-
Maqrizi dan Pemikiran Ekonomi Al-Maqrizi. Tidak lupa pula penulis pun
menjabarkan mengenai biografi Nasiruddin Thusi, kemudian karya-karya
Nasiruddin Thusi, serta pemikiran ekonomi Nasiruddin Thusi tersebut.

1
B. Rumusan Masalah
Untuk menguraikan beberapa hal mengenai pemikiran ekonomi Al-
Maqrizi dan Nasiruddin Thusi, maka rumusan masalah yang digunakan terkait
pembahasan makalah adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana biografi Al-Maqrizi?
2. Apa saja karya Al-Maqrizi?
3. Bagaimana pemikiran ekonomi Al-Maqrizi?
4. Bagaimana biografi Nasiruddin Thusi?
5. Apa saja karya Nasiruddin Thusi?
6. Bagaimana pemikiran ekonomi Nasiruddin Thusi?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dan kegunaan makalah penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan memahami biografi Al-Maqrizi.
2. Untuk mengetahui dan memahami karya Al-Maqrizi.
3. Untuk mengetahui dan memahami pemikiran ekonomi Al-Maqrizi.
4. Untuk mengetahui dan memahami biografi Nasiruddin Thusi.
5. Untuk mengetahui dan memahami karya Nasiruddin Thusi.
6. Untuk mengetahui dan memahami pemikiran ekonomi Nasiruddin Thusi.
D. Metode Penulisan
Adapun metode yang penulis gunakan dalam penyusunan makalah ini,
yaitu dengan metode telaah kepustakaan dan internet, dengan menggunakan
buku-buku dan sumber-sumber terkait sebagai referensi data. Kemudian,
penulis mencari dan mengumpulkan literatur yang sesuai dan berkaitan dengan
materi pada makalah ini, lalu disimpulkan dalam bentuk barisan kata dan
kalimat yang lebih padu dan sederhana.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Al-Maqrizi
Nama lengkap Al-Maqrizi adalah Taqiyuddin Abu Al-Abbas Ahmad bin
Abdul Qadir Al-Husaini lahir di Barjuwan, Kairo, pada 766H (1364-1365 M).
Keluarganya berasal dari Maqarizah, sebuah desa yang terletak di kota Ba’labak.
Karena itu, ia lebih banyak dikenal dengan sebutan Al-Maqrizi.
Kondisi ekonomi ayahnya yang lemah menyebabkan pendidikan masa
kecil dan remaja al Maqrizi beradah dibawah tanggungan kakeknya dari pihak
ibu, Hanafi ibnu Sa’igh, penganut mazhab Hanafi. Al-Maqrizi muda pun tumbuh
berdasarkan pendidikan mazhab ini. Setelah kakeknya wafat pada 786 H (1384
M), Al-Maqrizi beralih ke mazhab Syafi’i. Bahkan dalam perkembangan
pemikirannya, ia menjadi condong ke arah mazhab Dzahiri.1
Sejak kecil ia gemar melakukan rihlah ilmiah seperti fiqh, hadits, dan
sejarah dari para ulama besar yang hidup pada massanya. Tokoh terkenal yang
sangat mempengaruhi pemikirannya adalah Ibnu Khaldun (seorang ulama besar,
penggagas ilmu sosial dan ekonomi). Pada usia 22 tahun tepatnya pada tahun 788
H (1386 M), Al-Maqrizi memulai kiprahnya sebagai pegawai di Diwan Al-Insya
semacam sekretaris negara pada massa pemerintahan dinasti Mamluk. Pada tahun
791 H (1389 M), Sultan Barquq mengangkat Al-Maqrizi sebagai muhtasib di
Kairo.
Pada tahun 811 H (1408 M), Al-Maqrizi diangkat sebagai pelaksana
administrasi wakaf di Qalanisiyah, sambil bekerja di rumah sakit An-Nuri,
Damaskus. Pada tahun yang sama, ia menjadi guru hadits di Madrasah
Asyrafiyyah dan Madrasah Iqbaliyyah.
Pada tahun 834 H (1430 M), ia bersama keluarganya menunaikan ibadah
haji dan bermukim di Makkah selama beberapa waktu untuk menuntut ilmu serta

1
Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakara: P Raja Grafindo
Persada, 2014), hal.414

3
mengajarkan hadits dan menulis sejarah. Al-Maqrizi meninggal dunia di Kairo
pada tanggal 27 Ramadhan 845 H atau bertepatan dengan tanggal 9 Februari
1442.
B. Karya Al-Maqrizi
Karya-karya al Maqrizi yang berbentuk buku besar, , Al-Syayal membagi
menjadi tiga kategori. Pertama, buku yang membahas sejarah dunia, Seperti kitab
Al-Khabar ’an Al-Basyr. Kedua, buku yag menjelaskan tentang sejarah Islam
umum, seperti kitab Al-Durar Al-Mahdi’ah fi tarkh Al-Daulah Al-Islamiyyah.
Ketiga, buku yang menguraikan sejah Mesir pada masa Islam, seperti kitab Al-
Mawa’izh wa Al-I’ibar bi Dzikr Al-Aimmah Al-Fathimiyyin Al-Khulafa, dan kitab
Al-Suluk li Ma’rifah Duwal Al-Muluk.2

Al-Maqrizi mengelompokkan buku-buku karangan dalam empat kategori,


yakni:
1. Buku yang membahas beberapa peristiwa sejarah Islam umum, seperti
kitab Al-Niza’ wa Al-Takhashum fi ma baina Bani Umayyah wa Bani
Hasyim.
2. Buku yang berisi ringkasan sejarah beberapa penjuru dunia Islam yang belum
terbahas oleh para sejarawan lainnya, seperti kitab Al-Ilmam bi Akhbar Man
bi Ardh Al-Habasyah min Muluk Al-Islam.
3. Buku yang menguraikan biografi singkat para raja, seperti kitab Tarajim
Muluk Al-Gharb dan kitab Al-Dzahab Al-Masbuk bi Dzikr Man Hajja min Al-
Khulafa wa Al-Muluk.
4. Buku yang mempelajari beberapa aspek ilmu murni atau sejarah beberapa
aspek sosial dan ekonomi di dunia Islam pada umumnya, dan di Mesir pada
khususnya, seperti kitab Syudzur Al ‘Uqud fi Dzikr Al-Nuqud, kitab Al-Akyal
wa Al-Auzan Al-Syar’iyyah, kitab Risalah fi Al-Nuqud Islamiyyah dan
kitab Ighatsah Al-Ummah bi Kasyf Al-Ghummah.3
C. Pemikiran Ekonomi Al-Maqrizi

2
Nur Chamid, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam,(Yokyakara: Pustaka
Pelajar,2010), hal.289.
3
Hhtp://isnapuriana.blogspot.co.id/2013/04/sejarah-pemikiran-ekonomi-islam-
menuru.html diakses tanggal 4 November 2019 pukul 19.33.

4
Al-Maqrizi berada pada fase kedua dalam sejarah pemikiran ekonomi
Islam, sebuah fase yang mulai terlihat tanda-tanda melambatnya berbagai kegiatan
intelektual yang inovatif dalam dunia Islam.4 Dalam pada itu, Al-Maqrizi
merupakan pemikir ekonomi Islam yang melakukan studi khusus tentang uang
dan inflasi.
1. Konsep Uang
Sebagai seorang sejarawan, Al – maqrizi mengemukakan beberapa
pemikiran tentang uang melalui penelaahan sejarah mata uang yang digunakan
bagi manusia,5 karena dengan menggunakan uang, manusia dapat memenuhi
kebutuhan hidup serta memperlancar aktivitas kehidupannya. Oleh karena itu,
untuk membuktikan validitas premisnya terhadap permasalan ini, ia
mengungkapkan sejarah penggunaan mata uang oleh umat manusia, sejak masa
dahulu kala hingga masa hidupnya yang berada dibawah pemerintahan dinasti
Mamluk.
a. Sejarah dan Fungsi Uang
Bagi Al-Maqrizi, mata uang mempunyai peranan penting dalam kehidupan
umat manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup serta memperlancar aktivitas
kehidupannya. Pada masa sebelummaupun sesudah kedatangan Islam, mata uang
digunakan oleh umat manusia untuk menentukan berbagai harga barang dan biaya
tenaga kerja. Untuk mencapai tujuan ini, mata uang yang dipakai hanya terdiri
dari emas dan perak. Dalam sejarah perkembangannya, Al-Maqrizi menguraikan
bahwa bangsa Arab Jahiliyyah menggunakan dinar emas dan dirham
perak. sebagai mata uang mereka yang masing-masing diadopsi dari Romawi dan
Persia serta mempunyai bobot dua kali lebih berat dimasa Islam. Setelah Islam
datang, Rasulullah saw menetapkan berbagai praktik muamalah yang
menggunakan kedua mata uang tersebut, bahkan mengaitkannya dengan hukum
zakat harta. Penggunaan kedua mata uang ini terus berlanjut tanpa
perubahan sedikitpun hingga tahun 18 H ketika Khalifah Umar bin Al-
Khattab menambahkan lafaz-lafaz Islam pada kedua mata uang tersebut dan

4
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Depok: Gramata Publishing, 2010),
hal.263.
5
Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, hal.420.

5
berlanjut hingga pemerintahan Al-Mu'tashim, khalifah terakhir dinasti Abbasiyah.
Dalam pandangan Al-Maqrizi, kekacauan mulai terlihat ketika pengaruh kaum
Mamluk semakin kuat dikalangan istana, termasuk kebijakan pencetakan mata
uang dirham campuran. Meskipun Al-Maqrizi menekankan urgensi penggunaan
mata uang emas dan perak, ia menyadari bahwa uang bukan merupakan satu
satunya faktor yang mempengaruhi kenaikan harga-harga. Menurutnya,
penggunaan mata uang emas dan perak tidak serta merta meghilangkan inflasi
dalam perekonomian karena inflasi juga dapat terjadi akibat faktor alam dan
tindakan sewenang-wenang dari penguasa.6
b. Implikasi Penciptaan Mata Uang Buruk
Menurut Al-Maqrizi, pencetakan mata uang harus disertai dengan
perhatian yang lebih besar dari pemerintah untuk menggunakan mata uang
tersebut dalam bisnis selanjutnya. Pengabaian dalam hal ini, sehingga terjadi
peningkatan yang tidak seimbang dalam percetakan
uang dengan aktivitas produksi dapat menyebabkan daya beli riil uang mengalami
penurunan.
Dalam hal demikian, Al-Maqrizi memperingatkan para pedagang agar tidak
terpukau dengan peningkatan laba nominal mereka. Menurutnya, mereka akan
menyadari hal tersebut ketika
membelanjakan sejumlah uang yang lebih besar untuk berbagai macam
pengeluarannya. Dengan kata lain, seorang pedagang dapat terlihat memperoleh
keuntungan yang lebih besar sebagai seorang produsen. Namun sebagai seorang
konsumen, ia akan menyadari bahwa dirinya tidak memperoleh keuntungan sama
sekali.
c. Konsep Daya Beli Uang
Menurut Al – Maqrizi, pencetakan mata uang harus disertai dengan
perhatian yang lebih besar dari pemerintah untuk menggunakan mata uang
tersebut dalam bisnis selanjutnya. Pengabaian terhadap hal ini, sehingga terjadi
peningkatan yang tidak seimbang dalam pencetakan uang dengan aktivitas
produksi dapat menyebabkan daya beli riil uang mengalami penurunan.

6
Jurnal Khatulistiwa – Journal Of Islamic Studies, Volume 2 Nomor 1 Maret 2012.

6
Dalam hal yang demikian, Al – Maqrizi memperingatkan para pedagang
agar tidak terpukau dengan peningkatan laba nominal mereka. Menurutnya ,
mereka akan menyadari hal tersebut ketika membelanjakan sejumlah uang yang
lebih besar untuk berbagai pengeluarannya. Dengan kata lain, seorang pedagang
dapat terlihat memperoleh keuntungan yang lebih besar sebagai seorang produsen.
Namun sebagai seorang konsumen, ia akan menyadari bahwa dirinya tidak
memperoleh keuntungan sama sekali.
2. Teori Inflasi
Dengan mengemukakan berbagai fakta bencana kelaparan yang pernah
terjadi di Mesir, Al – Maqrizi menyatakan bahwa peristiwa inflasi merupakan
sebuah fenomena alam yang menimpa kehidupan masyarakat diseluruh dunia
sejak masa dahulu hingga sekarang. Inflasi menurutnya jadi ketika harga – harga
secara umum mengalami kenaikan dan berlangsung terus – menerus. Pada saat ini,
persediaan barang dan jasa mengalami kelangkaan dan konsumen, karena sangat
membutuhkannya, harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk sejumlah barang
dan jasa yang sama. Dalam uraian berikutnya, Al – Maqrizi membahas
permasalahan inflasi secara lebih mendetail. Ia mengklasifikasikan inflasi
berdasarkan faktor penyebabnya kedalam dua hal, yaitu inflasi yang disebabkan
oleh faktor alamiah dan inflasi yang disebabkan oleh kesalahan manusia.
a. Inflasi Alamiah
Sesuai dengan namanya, infalsi jenis ini disebabkan oleh berbagai faktor
alamiah yang tidak bisa dihindari umat manusia. Menurut Al – Maqrizi, ketika
suatu bencana alam terjadi, berbagai bahan makanan dan hasil bumi lainnya
mengalami gagal panen, sehingga persediaan barang – barang tersebut mengalami
penurunan yang sangat drastis dan terjaadi kelangkaan. Di lain pihak, karena
sifatnya yang sangat signifikan dalam kehidupan, permintaan terhadap berbagai
barang mengalami peningkatan. Harga – harga membumbung tinggi jauh melebihi
daya beli masyarakat. Hal ini sangat berimplikasi terhadap kenaikan harga
berbagai barang dan jasa lainnya. Akibatnya transaksi ekonomi mengalami
kemacetan, bahkan berhenti sama sekali, yang pada akhirnya menimbulkan
bencana kelaparan, wabah penyakit, dan kematian dikalangan masyarakat.

7
Keadaan yang semakin memburuk tersebut memaksa rakyat untuk menekan
pemerintah agar segera memerhatikan keadaan mereka. Untuk menanggulangi
bencana itu, pemerintah mengeluarkan sejumlah besar dana yang mengakibatkan
perbendaharaan negara mengalami penurunan drastis karena, di sisi lain,
pemerinatah tidak memperoleh pemasukan yang berarti. Dengan kata lain,
pemerintah mengalami defisit anggaran dana dan negara baik secara politik,
ekonomi, maupun sosial menjadi tidak stabil yang kemudian menyebabkan
keruntuhan sebuah pemerintahan.
Lebih lanjut ia menyatakan bahwa sekalipun bencana telah berlalu,
kenaikan harga - harga tetap berlangsung. Hal ini merupakan implikasi dari
bencana alam sebelumnya yang mengakibatkan aktivitas ekonomi, terutama
disektor produksi mengalami kemacetan. Ketika situasi telah normal, persediaan
barang – barang yang signifikan, seperti benih padi, tetap tidak beranjak naik,
bahkan tetap langka, sedangkan permintaan terhadapnya meningkat tajam.
Akibatnya, harga barang – barang ini mengalami kenaikan yang kemudian di ikuti
oleh kenaikan harga berbagai jenis barang dan jasa lainnya termasuk upah dan
gaji para pekerja.
b. Inflasi Karena Kesalahan Manusia
Selain faktor alam, beliau menyatakan bahwa inflasi dapat terjadi akibat
kesalahan manusia. Ia telah mengindentifikasi tiga hal yang baik secara sendiri –
sendiri maupun bersama – bersama menyebabkan terjadinya inflasi ini. Ketiga hal
tersebut adalah korupsi dan administrasi yang buruk, pajak yang berlebihan, dan
peningkatan sirkulasi mata uang fulus.[10]
1). Korupsi dan Admisnistrasi yang Buruk
Al – Maqrizi menyatakan bahwa pengangkatan para pejabat pemerintah
berdasarkan pemebrian suap, dan bukan kapabilitas, akan menempatkan orang –
orang yang tidak mempunyai kredibilitas pada berbagai jabatan penting dan
terhormat, baik dikalangan legislatif, yudikatif, maupun eksekutif. Mereka rela
menggadaikan seluruh harta miliknya sebagai kompensasi untuk meraih jabatan
yang di inginkan serta kebutuhan sehari – hari sebagai pejabat. Akibatnya, para
pejabat pemerintah tidak lagi bebas dari investasi dan intrik para kroni istana.

8
2). Pajak yang Berlebihan
Menurut Al – Maqrizi, akibat dominasi para pejabat bermental korup
dalam suatu pemerintahan, pengeluaran negara mengalami peningkatan yang
sangat drastis. Sebagai kompensasinya, mereka menerapkan sistem perpajakan
yang menindas rakyat dengan memberlakukan berbagai pajak baru serta
menaikkan tingkat pajak yang telah ada. Hal ini sangat memengaruhi kondisi para
petani yang merupakan kelompok mayoritas dalam masyarakat. Para pemilik
tanah ingin selalu berada dalam kesenangan akan melimpahkan beban pajak
kepada para petani melalui peningkatan biaya sewa tanah. Dengan demikian,
terjadi penurunan jumlah tenaga kerja dan peningkatan lahan tidur yang akan
sangat mempengaruhi tingkat hasil produksi padi serta hasil bumi lainnya dan
pada akhirnya, menimbulkan kelangkaan bahan makanan serta meningkatkan
harga – harga.
3). Peningkatan Sirkulasi Mata Uang Fulus
Pada awalnya uang fulus yang mempunyai nilai intrinsik jauh lebih kecil
dibandingkan dengan nilai nominalnya dicetak sebagai alat transaksi untuk
memenuhi berbagai kebutuhan hidup sehari – sehari yang tidak signifikan. Oleh
sebab itu, jumlah mata uang ini hanya sedikit yang terdapat dalam peredaran.7

D. Biografi Nasiruddin Thusi


Julukan “ilmuwan serba bisa” (multi talented) amat pantas disandang
Nasiruddin At-Thusi. Sumbangannya bagi perkembangan ilmu pengetahuan
modern tak ternilai besarnya. Selama hidupnya, ilmuwan muslim dari Persia itu
mendedikasikan diri untuk mengembangkan beragam ilmu seperti, astronomi,
biologi, kimia, matematika, filsafat, kedokteran, hingga ilmu agama Islam.
Sarjana muslim yang kemasyhurannya setara dengan teolog dan filsuf besar
sejarah gereja, Thomas Aquinas, memiliki nama lengkap Abu Ja'far
Muhammad ibn Muhammad ibn Al-Hasan Nasiruddin At-Thusi. Ia lahir pada
18 Februari 1201 M di kota Thus yang terletak di dekat Meshed, sebelah timur
laut Iran. Sebagai seorang ilmuwan yang amat kondang pada zamannya,

7
Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, hal.424-427.

9
Nasiruddin memiliki banyak nama antara lain, Muhaqqiq At-Thusi, Khuwaja
Thusi, dan Khuwaja Nasir.8
Nasiruddin lahir pada awal abad ke-13 M, ketika dunia Islam tengah
mengalami masa-masa sulit. Pada era itu, kekuatan militer Mongol yang begitu
kuat menginvansi wilayah kekuasaan Islam yang amat luas. Kota-kota Islam
dihancurkan dan penduduknya dibantai habis tentara Mongol dengan sangat
kejam. Hal itu dipertegas J.J. O’Connor dan E.F. Robertson bahwa pada masa
itu, dunia diliputi kecemasan. Hilangnya rasa aman dan ketenangan itu
membuat banyak ilmuwan sulit untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.
Nasiruddin pun tidak dapat mengelak dari konflik yang melanda negerinya.
Sejak kecil, Nasiruddin digembleng ilmu agama oleh ayahnya yang berprofesi
sebagai seorang ahli hukum di Sekolah Imam Kedua belas. Selain digembleng
ilmu agama di sekolah itu, At-Thusi mempelajari fiqh, ushul, hikmah dan
kalam, terutama isyarat-nya Ibnu Sina, dari Mahdar Farid Ad-Din Damad, dan
matematika dari Muhammad Hasib, di Naisabur. Dia kemudian pergi ke
Baghdad dan di sana dia mempelajari ilmu pengobatan dan filsafat dari Qutb
Ad-Din, matematika dari Kamal Ad-Din ibn Yunus dan fiqh serta ushul dari
Salim ibn Badran.9
Pada tahun 1220 M, invasi militer Mongol telah mencapai Thus dan
kota kelahiran Nasiruddin pun dihancurkan, Ketika situasi keamanan tak
menentu, penguasa Ismailiyah Nasiruddin Abdurrahim mengajak sang
ilmuwan itu untuk bergabung. Tawaran itu tak disia-siakannya. Nasiruddin pun
bergabung menjadi salah seorang pejabat di Istana Ismailiyah. Selama
mengabdi di istana itu, Nasiruddin mengisi waktunya untuk menulis beragam
karya yang penting tentang logika, filsafat, matematika, serta astronomi. Karya
pertamanya adalah kitab Akhlaq-i Nasiri yang ditulisnya pada 1232 M.
Pasukan Mongol yang dipimpin Hulagu Khan cucu Jengis Khan pada tahun
1251M akhirnya menguasai Istana Alamut dan meluluh-lantakkannya. Nyawa
Nasiruddin selamat, karena Hulagu ternyata sangat menaruh minat terhadap

8
Saprida, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Palembang: Amanah, 2017, h. 164.
9
Ibid., h. 164-165.

10
ilmu pengetahuan. Hulagu yang dikenal bengis dan kejam memperlakukan
Nasiruddin dengan penuh hormat. Hulagu mengangkat Nasiruddin menjadi
penasihat di bidang ilmu pengetahuan. Meskipun telah menjadi penasihat
pasukan Mongol, Nasiruddin tak mampu menghentikan ulah dan kebiadaban
Hulagu Khan yang membumihanguskan kota metropolis intelektual dunia,
Baghdad, pada tahun 1258 M. Terlebih, saat itu dinasti Abbasiyah berada
dalam kekuasaan Khalifah Al-Musta'sim yang lemah. Terbukti, militer
Abbasiyah tak mampu membendung gempuran pasukan Mongol.
Meskipun tak mampu mencegah terjadinya serangan bangsa Mongol,
paling tidak, Nasiruddin bisa menyelamatkan dirinya dan masih berkesempatan
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Hulagu sangat
bangga karena berhasil menaklukkan Baghdad dan lebih bangga lagi karena
ilmuwan terkemuka seperti At-Thusi bisa bergabung bersamanya. Nasiruddin
meninggal dunia pada tahun 672 H/1274 M dikota Baghdad, yang pada saat itu
di bawah pemerintahan Abaqa (Pengganti Hulagu) yang masih mendapat
dukungan sampai akhir hayatnya.10
E. Karya Nasiruddin Thusi
Pada observatorium yang dipimpinnya, Nasiruddin Ath-Thusi berhasil
membuat table pergerakan planet yang akurat. Kontribusi lainnya yang
amat penting bagi perkembangan astronomi adalah kitab Zij-Ilkhani yang
ditulis dalam bahasa Persia dan lalu diterjemahkan kedalam bahasa arab. Kitab
itu disusun setelah 12 tahun memimpin observatorium Maragha. Selain itu
Nasiruddin juga berhasil menulis kitab terkemuka lainnya yang berjudul At-
Tadhkira fi’ilm Al-Hay’a (Memoar Astronomi). Nasiruddin Thusi mampu
memodifikasi model semesta, yaitu apisiklus Ptolomeus dengan prinsip-
prinsip mekanika untuk menjaga keseragaman rotasi benda-benda langit.
Benar kalau dikatakan bahwa Nasiruddin Thusi adalah seorang
ulama yang menguasai berbagai bidang Ilmu, bukan hanya seorang filsuf
semata. Hal itu terlihat dari berbagai disiplin keilmuan yang ditulisnya dalam
bentuk buku atau kitab. Meskipun Ath-Thusi pandai dalam berbagai cabang

10
Ibid., h. 165.

11
ilmu pengetahuan namun ia bukan seorang ilmuwan/filsuf yang kreatif
sebagaimana filsuf dari Timur. Ia bukan termasuk ahli pikir yang kreatif yang
memberikan gagasan-gagasan murni yang cemerlang. Hal ini tampak pada
kedudukan ia sebagai pengajar gerakan kebangkitan kembali dan dalam karya-
karyanya kebanyakan bersifat eklektis yakni bersifat memilih dari berbagai
sumber. Tetapi meskipun demikian, ia tetap memiliki ciri khas tersendiri dalam
menyajikan bahan tulisannya. Kepandaiannya yang beragam sungguh meng-
agumkan. Minatnya yang banyak dan berjenis-jenis mencakup filsafat,
matematika, astronomi, fisika, ilmu pengobatan, mineralogi, musik, sejarah,
kesusastraan dan dogmatik.11
Khajah Nashir menulis kitab lebih dari 180 kitab dan risalah ilmiah
dalam berbagai tema. Karya-karya terpentingnya antara lain adalah: Asas al-
Iqtibas, Tajrid al-I'tiqad, Syarah Isyarat, Akhlak Nashiri, Akhlak Mukhta-
syami dan Aghaz wa Anjam.12
F. Pemikiran Ekonomi Nasiruddin Thusi
Thusi menyebut ekonomi sebagai political economy, sebagaimana
terungkap dalam kata, siyasah-e-mudun yang ia gunakan. Kata ini berasal dari
dua kata dalam bahasa Arab, yaitu siyasah (politik) dan mudun (kota dan
struktur perekonomiannya). Ia menyatakan bahwa spesialisasi dan pembagian
tenaga kerja telah menciptakan surplus ekonomi sehingga memungkinkan
terciptanya kerja sama dalam masyarakat untuk saling menyediakan barang
dan jasa kebutuhan hidup. Hal ini merupakan tuntutan alamiah sebab seseorang
tidak bisa menyediakan semua kebutuhannya sendiri sehingga menimbulkan
ketergantungan satu dengan lainnya. Akan tetapi, jika proses ini dibiarkan
secara alamiah, kemungkinan manusia akan saling bertindak tidak adil dan
menuruti kepentingannya sendiri-sendiri. Orang yang kuat akan mengalahkan
yang lemah. Oleh karena itu, diperlukan suatu strategi (siyasah/politik) yang

11
Buletin Mitsal, Nasiruddin Ath-Thusi, diakses melalui https://buletinmitsal.wordpress-
.com/sosok/nashiruddin-ath-thusi/, pada tanggal 29 Oktober 2019 pukul 20.40 WIB.
12
WikiShia, Kajah Nashiruddin al-Thusi, diakses melalui http://id.wikishia.net/view/-
Khajah_Nashiruddin_al-Thusi, pada tanggal 29 Oktober 2019 pukul 20.44 WIB.

12
mendorong manusia untuk saling bekerja sama dalam segala hal guna
mencapai kesejahteraan masyarakat.13
At-Thusi sangat menekankan pentingnya tabungan dan mengutuk
konsumsi yang berlebihan serta pengeluaran-pengeluaran untuk aset-aset yang
tidak produktif, seperti perhiasan dan penimbunan tanah tidak produktif. Ia
memandang pentingnya pembangunan pertanian sebagai fondasi pembangunan
ekonomi secara keseluruhan dan untuk menjamin kesejahteraan masyarakat. Ia
juga merekomendasikan pengurangan pajak, di mana berbagai pajak yang tidak
sesuai dengan syariah Islam harus dilarang.14

13
Nur Chamid, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010, h. 300.
14
Boedi Abdullah, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2010,
h. 315.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Nama lengkap Al-Maqrizi adalah Taqiyuddin Abu Al-Abbas Ahmad bin
Abdul Qadir Al-Husaini lahir di Barjuwan, Kairo, pada 766H (1364-1365 M).
Keluarganya berasal dari Maqarizah, sebuah desa yang terletak di kota Ba’labak.
Karena itu, ia lebih banyak dikenal dengan sebutan Al-Maqrizi.
Karya-karya al Maqrizi yang berbentuk buku besar, , Al-Syayal membagi
menjadi tiga kategori. Pertama, buku yang membahas sejarah dunia, Seperti kitab
Al-Khabar ’an Al-Basyr. Kedua, buku yag menjelaskan tentang sejarah Islam
umum, seperti kitab Al-Durar Al-Mahdi’ah fi tarkh Al-Daulah Al-Islamiyyah.
Ketiga, buku yang menguraikan sejah Mesir pada masa Islam, seperti kitab Al-
Mawa’izh wa Al-I’ibar bi Dzikr Al-Aimmah Al-Fathimiyyin Al-Khulafa, dan kitab
Al-Suluk li Ma’rifah Duwal Al-Muluk,
Al-Maqrizi berada pada fase kedua dalam sejarah pemikiran ekonomi
Islam, sebuah fase yang mulai terlihat tanda-tanda melambatnya berbagai kegiatan
intelektual yang inovatif dalam dunia Islam. Dalam pada itu, Al-Maqrizi
merupakan pemikir ekonomi Islam yang melakukan studi khusus tentang uang
dan inflasi.
Al-Maqrizi berada pada fase kedua dalam sejarah pemikiran ekonomi
Islam, sebuah fase yang mulai terlihat tanda-tanda melambatnya berbagai kegiatan
intelektual yang inovatif dalam dunia Islam. Dalam pada itu, Al-Maqrizi
merupakan pemikir ekonomi Islam yang melakukan studi khusus tentang uang
dan inflasi.
Julukan “ilmuwan serba bisa” (multi talented) amat pantas disandang
Nasiruddin At-Thusi. Sumbangannya bagi perkembangan ilmu pengetahuan
modern tak ternilai besarnya. Selama hidupnya, ilmuwan muslim dari Persia itu
mendedikasikan diri untuk mengembangkan beragam ilmu seperti, astronomi,
biologi, kimia, matematika, filsafat, kedokteran, hingga ilmu agama Islam.

14
Pada observatorium yang dipimpinnya, Nasiruddin Ath-Thusi berhasil
membuat table pergerakan planet yang akurat. Kontribusi lainnya yang
amat penting bagi perkembangan astronomi adalah kitab Zij-Ilkhani yang
ditulis dalam bahasa Persia dan lalu diterjemahkan kedalam bahasa arab. Kitab itu
disusun setelah 12 tahun memimpin observatorium Maragha. Selain itu
Nasiruddin juga berhasil menulis kitab terkemuka lainnya yang berjudul At-
Tadhkira fi’ilm Al-Hay’a (Memoar Astronomi). Nasiruddin Thusi mampu
memodifikasi model semesta, yaitu apisiklus Ptolomeus dengan prinsip-
prinsip mekanika untuk menjaga keseragaman rotasi benda-benda langit.
Thusi menyebut ekonomi sebagai political economy, sebagaimana
terungkap dalam kata, siyasah-e-mudun yang ia gunakan. Kata ini berasal dari dua
kata dalam bahasa Arab, yaitu siyasah (politik) dan mudun (kota dan struktur
perekonomiannya). Ia menyatakan bahwa spesialisasi dan pembagian tenaga kerja
telah menciptakan surplus ekonomi sehingga memungkinkan terciptanya kerja
sama dalam masyarakat untuk saling menyediakan barang dan jasa kebutuhan
hidup.

B. Saran
Penulis berharap makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
petunjuk yang dapat membantu serta menambah ilmu pengetahuan bagi pembaca.
Tentunya masih banyak kekurangan dari makalah ini, sehingga untuk memahami
hendaknya tidak bertumpu pada satu sumber saja. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan penerapan materi sesuai dengan prinsip sejarah pemikiran ekonomi
Islam tanpa merugikan pihak lainnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Euis. 2010. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Depok: Gramata


Publishing
Abdullah, Boedi. 2010. Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam. Bandung: Pustaka
Setia.
Buletin Mitsal, Nasiruddin Ath-Thusi, diakses melalui
https://buletinmitsal.wordpress-.com/sosok/nashiruddin-ath-thusi/, pada
tanggal 29 Oktober 2019 pukul 20.40 WIB.

Chamid, Nur. 2010. Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi


Islam. Yokyakara: Pustaka Pelajar.
Hhtp://isnapuriana.blogspot.co.id/2013/04/sejarah-pemikiran-ekonomi-islam-
menuru.html diakses tanggal 4 November 2019 pukul 19:33.
Jurnal Khatulistiwa – Journal Of Islamic Studies, Volume 2 Nomor 1 Maret 2012.
Karim, Adiwarman Azwar. 2014. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Saprida. 2017. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Palembang: Amanah.
WikiShia, Kajah Nashiruddin al-Thusi, diakses melalui
http://id.wikishia.net/view/ Khajah_Nashiruddin_al-Thusi, pada tanggal 29
Oktober 2019 pukul 20.44 WIB.

16

Anda mungkin juga menyukai