Anda di halaman 1dari 16

SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM

PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM PEMIKIRAN EKONOMI SHAH WALIULLAH DAN


MUHAMMAD IQBAL

DOSEN PENGAMPU : Romi Suradi, S.EI., M.E.

DISUSUN OLEH:

Silvia Oktaviani (B1061181060)

Zalika Melzan (B1061181051)

Rifqi Anugrah P. (B1061171060)

M. Faqih Pahlevi (B1061171084)

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PRODI EKONOMI ISLAM

2019

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaniirahim

Alhamdulillah, segala pujian dan sanjungan hanya teruntuk bagi Allah semata. Selawat
dan salam, tidak lupa kita ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai Nabi akhirul jaman
karenanya perjuangan ummat islam tak akan pernah berhenti sampai disini saja.

Makalah ini bertujuan untuk menambah literasi mahasiswa Ekonomi Islam. Dan dalam
rangka memenuhi tugas dari dosen kami, Pak Romi Suradi, S.EI,. M.E. Makalah ini membahas
Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Menurut Muhammad Iqbal dan Syah Waliullah. Mulai dari
biografi mereka hingga pemikiran mereka kepada dunia Islam.

Kami juga menyadari masih banyak kekurangan dalam kepenulisan makalah ini. Dan
masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kami memohon maaf jika ada hal yang demikian.

Mudah-mudahan makalah ini memberi manfaat dan pemahaaman terhadap pemikiran


kita sendiri mengenai syariat islam, ekonomi islam, hukum islam dan pencerahan bagi kita
semua. Sekian yang dapat kami sampaikan. Terimakasih

Pontianak, 20 November 2019

Penyusun

2
3
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Berbagai praktek dan kebijakan ekonomi yang berlangsung pada masa Rasulullah Saw dan Al-
Khulafa’ Ar-Rasyidun merupakan empiris yang dijadikan pijakan bagi para cendekiawan
Muslim dalam melahirkan teori-teori ekonominya. Satu hal yang jelas, fokus perhatian mereka
tertuju pada pemenuhan kebutuhan, keadilan, efisiensi, pertumbuhan dan kebebasan, yang tidak
lain merupakan objek utama yang menginspirasikan pemikiran ekonomi Islam sejak masa awal.

Makalah ini akan membahas pemikiran ekonomi Islam Syah Waliallah dan Muhammad Iqbal
pada fase ketiga yang dimulai pada tahun 1446 hingga 1932 masehi yang merupakan fase
tertutupnya pintu ijtihad (independent judgement) yang mengakibatkan fase ini di kenal juga
sebagai fase stagnasi. Pada fase ini, para fuqaha hanya menulis catatan-catatan para
pendahulunya dan mengeluatkan fatwa yang sesuai dengan aturan standar bagi masing mashab.
Namun demikian, terdapat sebuah gerakan pembaruan selama dua abad terakhir yang menyeru
untuk kembali kepada Al-Qur’an dan al-hadist nabi sebagai sumber pedoman hidup.

B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana pemikiran ekonomi Islam Syah Waliullah ?

2.      Bagaimana pemikiran ekonomi islam Muhammad Iqbal ?

C.    Tujuan

1.      Untuk mengetahui pemikiran ekonomi Islam Syah Waliullah.

2.      Untuk mengetahui pemikiran ekonomi islam Muhammad Iqbal

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pemikiran Ekonomi Syah Waliullah (1114-1176 M / 1703-1762 M)

A.    Biografi   

Nama lengkapnya adalah Qutb al-Din Ahmad bin Abd al-Rahim bin Wajih al-Din al-Syahid bin
Mu’azam bin Mansur bin Ahmad bin Mahmud bin Qiwam al-Din al-Dihlawi. Ia dilahirkan pada
hari Rabu, tanggal 21 Februari 1703 M atau 4 Syawal 1114 H di Phulat, sebuah kota kecil di
dekat Delhi dan wafat pada tahun 1762 M atau 1176 H. Dia dijuluki “Shah Waliullah” yang
berarti sahabat Allah karena kesalehan yang ia miliki. Dia memulai studinya di usia lima tahun
dan menyelesaikan bacaan dan hafalan dari Al-Quran pada usia tujuh. Dia adalah pengikut Ahlus
Sunnah Wal Jamaah dan penganut mazhab fikih Hanafi.

Bapanya, Shah Abdul Rahim, adalah seorang sufi dan teolog reputasi besar. Dia adalah ahli
pengasas dan guru daripada Madrasah-i-Rahimiyah di Delhi. Shah Abdul Rahim dikaitkan
dengan penyelesaian yang terkenal teks hukum Islam, Fatawa-i-Alamgiri. Dari sisi
genealogisnya (nasab), al-Dihlawi hidup dalam keluarga yang mempunyai silsilah keturunan
dengan atribut sosial yang tinggi di masyarakatnya. Kakeknya (Syaikh Wajih al-Din) merupakan
perwira tinggi dalam tentara kaisar Jahangir dan pembantu Awrangzeb (1658-1707 M) dalam
perang perebutan tahta.

Masa tinggalnya di Hijaz banyak mempengaruhi pembentukan pemikiran al-Dihlawi dan


kehidupan selanjutnya. Di tempat itu, ia belajar hadis, fikih, ajaran sufi pada sejumlah guru yang
istimewa di sana, seperti Syekh Abu Thahir al-Kurdi al-Madani, Syekh Wafd Allah al-Makki al-
Maliki, dan Syekh Taj al-Din al-Qala’i al-Hanafi.

Shah Waliallah menerima gelar akademik dan pendidikan rohani daripada ayahnya. Dia hafal
Al-Quran dan memperoleh pengetahuan tentang Tafsir, Hadis, spiritualisme, mistisisme,
metafizik, logik, dan Ilm-ul-Kalam ketika masih di zaman kanak-kanaknya. Setelah menguasai
mata pelajaran ini, dia mengalihkan perhatian pada Shahih Bukhari dan Fiqih Islam. Beliau juga

5
belajar ilmu perubatan dan Thibb. Setelah memperoleh pengetahuan ini, ia mengajar di
Madrasah ayahnya selama 12 tahun. Dia berangkat ke Saudi pada tahun 1730 untuk pendidikan
tinggi. Selama tinggal di Saudi, ia dipengaruhi oleh Syeikh Abu Tahir bin Ibrahim, seorang
sarjana terkenal pada waktu itu. Beliau belajar di Madinah selama 14 tahun, di mana ia
memperoleh gelar Sanad dalam Hadis. Hal ini diyakini bahwa sementara Shah Waliallah berada
di Saudi, ia diberkati dengan visi Nabi (SAW). Dia juga merupakan keturunan Ulama besar India
Mujaddid Alfi Sani Syeikh Ahmad Sirhindi dan diberitakan bahwa ia akan berpengaruh dalam
menetapkan pembaharuan Muslim di India.

Pada saat ia kembali ke Delhi pada bulan Juli 1732, penurunan kekayaan Mughal telah bermula.
Sosial, politik, ekonomi dan kondisi keagamaan umat Islam sangat miskin. Shah Waliallah
percaya bahwa berbagai permasalahan yang dihadapi umat Islam adalah kerana ketidaktahuan
mereka tentang Islam dan Al-Quran. Oleh karena itu, dilatih secara pribadi sejumlah pelajar yang
diamanahkan dengan tugas penyebaran Islam. Dalam rangka untuk menyebarkan ajaran Islam
dan membuat Al-Quran lebih mudah diakses oleh orang-orang, ia menterjemah Quran ke Parsi,
yang utama dan Bahasa umum daripada orang-orang pada waktu itu. Dia juga berusaha
mengurangkan berbagai perbedaan dari banyak kumpulan sektarian yang berlaku saat itu.

Shah Waliallah juga membuat upaya untuk mengangkat politik umat Islam di India. Dia menulis
surat kepada Ahmad Shah Abdali untuk membantu warga Muslim di India dalam
menghancurkan Marhattas, yang terus-menerus ancaman bagi Empayar Mughal runtuh. Pada
1761, Ahmad Shah Abdali, sebagai tanggapan terhadap Shah Waliallah telefon, diakibatkan
kekalahan di Marhattas di Panipat. Shah Waliallah bertanggungjawab atas kebangkitan di
masyarakat keinginan untuk kembali semangat moral dan mempertahankan kemurniannya. Dia
dikebumikan pada 1762. Putra dan pengikut-cakap meneruskan kerja dan misi mulia.

6
B.     Karya - Karya

Shah Waliallah adalah seorang penulis yang produktif dan menulis secara menyeluruh di Fiqh
dan Hadis. Dia akhirnya menulis 51 buku; 23 di Arab dan 28 dalam Bahasa Parsi. Di antara yang
terkenal adalah karya Hujjat-Ullah-il-Balighah dan Izalat-ul-Khifa.

Karya Syah Waliullah Al Hujjatullah Al Balighah fi Asrar Asy Syar’iyah (The conclusive


argument from God) berisi tentang rahasia syari’at dan filsafat hukum Islam. Dalam kitab ini
dibahas secara terinci faktor-faktor yang membantu pertumbuhan keadaan masyarakat. Kitab
yang lainnya yaitu :

1.      Al Fath al Munir fi Gharib Al Qur’an tentang tafsir Al Qur’an,

2.      Az Zahrawain tafsir QS Al Baqarah dan Ali Imran,

3.      Al Mushaffa   syarah dari   kitab Al Muwaththa karya Imam Malik,  

4.      Al Maswa merupakan syarah kitab Al Muwaththa karya Imam Malik,

5.      An Nawadhir min Ahadits Sayyid al Awa’il wa al Awakhir tentang hadits,

6.      Tarajum al Bukhary tentang hadits,  

7.      Syarh Tarajum Ba’d Abwab al Bukhary tentang hadits,

8.      Al Arbain Hadtsan tentang hadits,

9.      Ta’wil al Ahadits tafsir tentang kisah para nabi,

10.  Al Budur al Baziqah dalam ilmu kalam,

11.  ‘Aqd al Jayyid fi Ahkam al Ijtihad wa at Taqlid tentang persoalan ijtihad dan taqlid,

12.  Al Insyaf fi bayan Asbab al Ikhtilaf bain al Fuqaha wa al Mujtahidin tentang munculnya


perbedaan pendapat ahli fiqih,

13.  Ad Durr as Samin fi Mubasyarah an Nabi al Amin tentang keutamaan Nabi Muhammad


Saw,

7
14.  Al Maktubat, tentang kehidupan Rasulullah yang merupakan kumpulan risalah yang ditulis
ayahnya Abd Rahim Ad Dihlawi,

15.  Al Khair al Kasir tentang akhlaq.  

16.  Al Irsyad ila Muhimmat ‘Ilm al afsad, dalam bidang filsafat.

17.  As Sirr al Maktum fi Asbab Tadwin al ‘Ulum, tentang filsafat.

18.  Al Fauz Al Kabir Fi Ushul Tafsir Al Lamahat, tentang fiqih masih dalam bentuk manuskrip.

19.  Izalat Al Khafa ‘An Khilafat Al Khulafa Al anshaf Fi Bayan Asha Al Ikhtilaf Baina Al
Fuqaha Wa al Mujtahiddin Al Maktub al Madani , tentang hakekat tauhid,

20.  Husn al Aqidah, tentang aqidah / tauhid,

21.  Atyab an Nuqam fi Madh Sayyid al Arab wa al Ajam. Al Muqadimah as saniyah fi Intisar al


Firqah as Sunniyah, dalam pemikiran fiqih dan kalam.

22.  Qaul Al Jamil Fi Bayan Sawa Al sabil Fi Suluk Al Qadariyah, Al Jitsiyah Wa


Naqsyabandiyah. ‘Iqd al jayid Fi ahkam Al Ijtihad Wa al Taqlid. Al Intibah Fisalasil Auliya
Allah Tasawwuf ki Haqiqat Au Uska Falsafa Tarikh.  Syifa al Qulub (Terapi hati), Al Tafhimat
al Ilahiyah (Uraian-uraian Ilahiyah), dalam bidang filsafat dan teologi (ilmu kalam), dan

23.  Diwan as Syi’r Arabi, tentang sastra.

C.    Pemikiran Ekonomi

      Pemikiran ekonomi Shah Waliallah dapat ditemukan dalam karyanya yang terkenal
berjudul, Hujjatullah al-Baligha, di mana ia banyak menjelaskan rasionalitas dari aturan-aturan
syariat bagi perilaku manusia dan pembangunan masyarakat. Menurutnya, manusia secara
alamiah adalah makhluk sosial sehingga harus melakukan kerja sama antara satu orang dengan
orang lainnya. Kerja sama usaha (mudharabah, musyarakah), kerja sama pengelolaan pertanian,
dan lain-lain. Islam melarang kegiatan-kegiatan yang merusak semangat kerja sama ini, misalnya

8
perjudian dan riba. Kedua kegiatan ini mendasarkan pada transaksi yang tidak adil, eksploitatif,
mengandung ketidakpastian yang tinggi, dan beresiko tinggi.

Ia menganggap kesejahteraan ekonomi sangat diperlukan untuk kehidupan yang baik. Dalam
konteks ini, ia membahas kebutuhan manusia, kepemilikan, sarana produksi, kebutuhan untuk
bekerjasama dalam proses produksi dan berbagai bentuk distribusi dan konsumsi. Ia juga
menelusuri evolusi masyarakat dari panggung primitif sederhana dengan budaya yang begitu
kompleks di masanya. Ia juga menekankan bagaimana pemborosan dan kemewahan yang
diumbar akan menyebabkan peradaban menjadi merosot. Dalam diskusinya tentang sumber daya
produktif, ia menyoroti fakta bahwa hukum Islam telah menyatakan beberapa sumber daya alam
yang menjadi milik sosial. Ia mengutuk praktek monopoli dan pengambilan keuntungan secara
berlebihan dari lahan perekonomian. Ia menjadikan kejujuran dan keadilan dalam bertransaksi
sebagai prasyarat untuk mencapai kemakmuran dan kemajuan.

Shah Waliallah membahas perlunya pembagian dan spesialisasi kerja, kelemahan dari sistem
barter, dan keuntungan dari penggunaaan uang sebagai alat tukar dalam konteks evolusi
masyarakat dari primitif ke negara maju. Menurutnya, kerjasama telah membentuk satu-satunya
dasar hubungan ekonomi yang manusiawi dan Islami. Transaksi yang melibatkan bunga
memiliki pengaruh yang merusak. Praktek bunga menciptakan kecenderungan untuk menyembah
uang. Hal ini menyebabkan masyarakat berlomba-lomba dalam memperoleh kemewahan dan
kekayaan. Poin paling penting dari filsafat ekonominya adalah bahwa sosial ekonomi memiliki
pengaruh yang mendalam terhadap moralitas sosial. Oleh karena itu, kejujuran moral diperlukan
untuk membentuk tatanan ekonomi.

Untuk pengelolaan negara, maka diperlukan adanya suatu pemerintah yang mampu menyediakan
sarana pertanahan, membuat hukum dan menegakkannya, menjamin keadilan, serta menyediakan
berbagai sarana publik seperti jalan dan jembatan. Untuk berbagai keperluan ini negara dapat
memungut pajak dari rakyatnya. Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan kegiatan
negara yang penting, namun harus memerhatikan pemanfaatannya dan kemampuan masyarakart
untuk membayarnya.

Berdasarkan pengamatannya terhadap perekonomian di Kekaisaran India, Waliallah


mengemukakan dua faktor utama yang menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi. Dua

9
faktor tersebut, yaitu: pertama, keuangan negara dibebani dengan berbagai pengeluaran yang
tidak produktif; kedua, pajak yang dibebankan kepada pelaku ekonomi terlalu berat sehingga
menurunkan semangat berekonomi. Menurutnya, perekonomian dapat tumbuh jika terdapat
tingkat pajak yang ringan yang didukung oleh administrasi yang efisien.

2. Pemikiran Ekonomi Muhammad Iqbal (1356 M / 1938 M)

A. Biografi
Muhammad Iqbal (Urdu: ‫ )محمد اقبال‬dikenal juga sebagai Allama Iqbal (Urdu: ‫)عالمہ اقبال‬,
adalah seorang penyair, politisi, dan filsuf besar abad ke-20. Selain itu ia juga seorang ahli
hukum, politikus, reformis sosial, dan sarjana Islam yang besar.
Kontribusi Muhammad Iqbal kepada dunia Muslim sebagai salah satu pemikir terbesar
Islam tetap tak tertandingi. Dalam tulisannya, ia berbicara dan mendesak orang, khususnya kaum
muda, untuk berdiri dan berani menghadapi tantangan hidup. Tema sentral dan sumber utama
pesannya adalah Al-Qur'an.
Muhammad Iqbal menganggap Qur'an tidak hanya sebagai buku agama (dalam arti
tradisional) tetapi juga sumber prinsip dasar yang di atasnya infrastruktur organisasi harus
dibangun sebagai sistem yang hidup koheren. Menurut Muhammad Iqbal, sistem ini hidup ketika
diimplementasikan sebagai kekuatan hidup adalah ISLAM. Karena didasarkan pada nilai
permanen (absolut) yang terdapat dalam Al Qur'an, sistem ini memberikan harmoni yang
sempurna, keseimbangan, dan stabilitas dalam masyarakat dari dalam dan sumber keamanan dan
perisai dari luar. Hal ini juga memberikan kebebasan memilih dan kesempatan yang sama untuk
pengembangan kepribadian untuk semua orang dalam pedoman Qur'an. Dengan demikian,
menurut Muhammad Iqbal, Islam bukanlah agama di mana individu berusaha untuk
berhubungan subjektif pribadi dengan Tuhan dengan harapan keselamatan pribadi seperti yang
dilakukan dalam sistem sekuler. Muhammad Iqbal tegas menentang teokrasi dan kediktatoran
dan menganggap mereka bertentangan dengan semangat bebas dari Islam.
Kemanusiaan, secara keseluruhan, tidak pernah menghadapi tantangan yang ditimbulkan
oleh besarnya dan kompleksitas masalah manusia, seperti itu menghadapi hari. Masalah telah
diambil pada dimensi global sekarang dan melampaui hambatan ras, warna kulit, bahasa,

10
geografi, dan ideologi sosial, politik dan agama. Sebagian besar masalah manusia bersifat
universal di alam dan, oleh karena itu, memerlukan pendekatan solusi universal. Pesan yang
universal Muhammad Iqbal merupakan upaya untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh
umat manusia.
Allama Iqbal lahir pada 9 November 1877 di Sialkot, Punjab, British India. Ia dianggap
sebagai salah satu tokoh paling penting dalam sastra Urdu, dengan karya sastra yang ditulis baik
dalam bahasa Urdu maupun Persia. Iqbal dikagumi sebagai penyair klasik menonjol oleh
sarjana-sarjana sastra dari Pakistan, India, maupun secara internasional. Meskipun Iqbal dikenal
sebagai penyair yang menonjol, ia juga dianggap sebagai "pemikir filosofis Muslim di masa
modern".
Buku puisi pertamanya, Asrar-e-Khudi, juga buku puisi lainnya termasuk Rumuz-i-
Bekhudi, Payam-i-Mashriq dan Zabur-i-Ajam;; dicetak dalam bahasa Persia pada 1915. Di
antara karya-karyanya, Bang-i-Dara, Bal-i-Jibril, Zarb-i Kalim dan bagian dari Armughan-e-
Hijaz merupakan karya Urdu-nya yang paling dikenal. Bersama puisi Urdu dan Persia-nya,
berbagai kuliah dan surat dalam bahasa Urdu dan Bahasa Inggris-nya telah memberikan
pengaruh yang sangat besar pada perselisihan budaya, sosial, religius dan politik selama
bertahun-tahun. Pada 1922, ia diberi gelar bangsawan oleh Raja George V, dan memberinya titel
"Sir".
Ketika mempelajari hukum dan filsafat di Inggris, Iqbal menjadi anggota "All India
Muslim League" cabang London. Kemudian dalam salah satu ceramahnya yang paling terkenal,
Iqbal mendorong pembentukan negara Muslim di Barat Daya India. Ceramah ini diutarakan pada
ceramah kepresidenannya di Liga pada sesi Desember 1930. Saat itu ia memiliki hubungan yang
sangat dekat dengan Quid-i-Azam Mohammad Ali Jinnah.

Iqbal dikenal sebagai Shair-e-Mushriq (Urdu: ‫رق‬ZZ‫اعر مش‬ZZ‫ )ش‬yang berarti "Penyair dari
Timur". Ia juga disebut sebagai Muffakir-e-Pakistan ("The Inceptor of Pakistan") dan Hakeem-
ul-Ummat ("The Sage of the Ummah"). Di Iran dan Afganistan ia terkenal sebagai Iqbāl-e Lāhorī
(‫وری‬Z‫" اقبال اله‬Iqbal dari Lahore"), dan sangat dihargai atas karya-karya berbahasa Persia-nya.
Pemerintah Pakistan menghargainya sebagai "penyair nasional", hingga hari ulang tahunnya (‫یوم‬
‫ – والدت محمد اقبال‬Yōm-e Welādat-e Muḥammad Iqbāl) merupakan hari libur di Pakistan.

11
Muhammad Iqbal meninggal pada 21 April 1938 (umur 60) di Lahore, Punjab, British
India.

B. Pemikiran Politik
Sepulangnya dari Eropa, Muhammad Iqbal kemudian terjun kedunia politik dan bahkan
menjadi tulang punggung Partai Liga Muslim India. Ia terpilih menjadi anggota legistalif Punjab
dan pada tahun 1930 terpilih sebagai Presiden Liga Muslim.
Pemikiran dan aktivitas Iqbal untuk mewujudkan Negara Islam ia tunjukkan sejak terpilih
menjadi Presidaen Liga Muslimin tahun 1930. Ia memandang bahwa tidaklah mungkin umat
Islam dapat bersatu dengan penuh persaudaraan dengan warga India yang memiliki keyakinan
berbeda. Oleh karenanya ia berfikir bahwa kaum muslimin harus membentuk Negara sendiri. Ide
ini ia lontarkan keberbagai pihak melalui Liga Muslim dan mendapatkan dukungan kuat dari
seorang politikus muslim yang sangat berpengaruh yaitu Muhammad Ali Jinnah (yang mengakui
bahwa gagasan Negara Pakistan adalah dari Iqbal), bahkan didukung pula oleh mayoritas Hindu
yang saat itu sedang dalam posisi terdesak saat menghadapi front melawan Inggris.
Sebagai seorang negarawan yang matang tentu pandangan-pandangannya terhadap
ancaman luar juga sangat tajam. Bagi Iqbal, budaya Barat adalah budaya imperialisme,
materialisme, anti spiritual dan jauh dari norma insani. Karenanya ia sangat menentang pengaruh
buruk budaya Barat. Dia yakin bahwa faktor terpenting bagi reformasi dalam diri manusia adalah
jati dirinya. Dengan pemahaman seperti itu yang ia landasi diatas ajaran Islam maka ia berjuang
menumbuhkan rasa percaya diri terhadap umat Islam dan identitas keislamannya. Umat Islam
tidak boleh merasa rendah diri menghadapi budaya Barat. Dengan cara itu kaum muslimin dapat
melepaskan diri dari belenggu imperialis.
Paham Iqbal yang mampu mambangunkan kaum muslimin dari tidurnya adalah
“dinamisme Islam” yaitu dorongannya terhadap umat Islam supaya bergerak dan jangan tinggal
diam. Intisari hidup adalah gerak, sedang hukum hidup adalah menciptakan, maka Iqbal
menyeeru kepada umat Islam agar bangun dan menciptakan dunia baru. Begitu tinggi ia
menghargai gerak, sehingga ia menyebut bahwa seolah-lah orang kafir yang aktif kreatif "lebih
baik" dari pada muslim yang "suka tidur".
Muhammad Iqbal juga memiliki pandangan politik yang khas yaitu; gigih menentang
nasionalisme yang mengedepankan sentiment etnis dan kesukuan (ras). Bagi dia, kepribadian

12
manusia akan tumbuh dewasa dan matang di lingkungan yang bebas dan jauh dari sentiment
nasionalisme.
Dengan gerakan membangkitkan Khudi (pribadi; kepercayaan diri) inilah Muhammad
Iqbal dapat mendobrak semangat rakyatnya untuk bangkit dari keterpurukan yang dialami
dewasa ini. Ia kembalikan semangat sebagaimana yang dulu dapat dirasakan kejayaannya oleh
ummat Islam. Ujung dari konsep kedirian inilah yang pada akhirnya membawa Pakistan merdeka
dan ia disebut sebagai Bapak Pakistan.

C. Pemikiran Ekonomi
Pemikirannya tentang ekonomi Islam terfokus pada konsep-konsep umum yang
mendasar. Ia menganalisis dengan tajam kelemahan kapitalisme dan komunisme, kemudian ia
menampilkan suatu pemikiran yang mengambil “jalan tengah” yang sebenarnya telah dibuka
oleh Islam.
Muhammad Iqbal sangat memperhatikan aspek social masyarakat, ia menyatakan bahwa
keadilan social masyarakat adalah tugas besar yang harus diemban suatu negara. Zakat dianggap
mempunyai posisi yang strategis untuk mewujudkan keadilan social disamping zakat juga
merupakan kewajiban dalam Islam. Meskipun didunia luas ia lebih dikenal sebagai filosof,
sastrawan atau juga pemikir politik, Muhammad Iqbal sebenarnya juga memiliki pemikiran-
pemikiran ekonomi yang brilian. Pemikirannya memang tidak berkisar hal-hal teknis dalam
ekonomi, tetapi lebih kepada konsep konsep umum yang mendasar.
Dalam karyanya Puisi dari Timur ia menunjukkan tanggapan Islam terhadap Kapitalisme
Barat dan reaksi ekstrim dari Komunisme. Semangat Kapitalisme, yaitu memupuk kapital atau
materi sebagai nilai dasar sistem ini, bertentangan dengan semangat Islam. Demikian pula
semangat Komunisme yang banyak melakukan paksaan kepada masyarakat juga bertentangan
dengan nilai-nilai Islam. Pada zaman itu, umat Islam identik dengan kemiskinan. Hal tersebut
dikarenakan mayoritas orang yang memeluk agama Islam hidup dalam tingkat ekonomi yang
rendah. Menurut Iqbal, itu terjadi dikarenakan etos kerja dari umat Islam yang semakin
melemah.
Muslim tradisional yang hidup pada zaman itu bersikap konservatif atas kemajuan yang
terjadi. Mereka berpikiran picik dan gemar bertaklid pada ulama yang pandangan keagamaannya
mandeg total. Karena golongan ini sangat benci kepada Inggris, maka segala hal yang berasal
dari barat mereka tolak. Mereka tumbuh menjadi golongan yang picik dan tertutup. Mereka tidak

13
mau mempelajari ilmu pengetahuan modern sebab berasal dari barat dan tidak juga mau belajar
bahasa Inggris untuk meningkatkan pengetahuannya. Iqbal pun memandang golongan ini sebagai
kelompok sosial yang telah kehilangan khudi atau dirinya yang sejati. Di tangan mereka agama
jatuh menjadi sehimpunan upacara dan bentuk peribadatan formal yang tidak membawa
transformasi dan perubahan yang bermakna kepada penganutnya.
Oleh sebab itu, dalam hal ilmu pengetahuan maupun perekonomian, umat Islam
cenderung stagnan tanpa ada ghirah untuk mencapai kemajuan. Keadilan sosial merupakan aspek
yang mendapat perhatian besar dari Iqbal, dan ia menyatakan bahwa Negara memiliki tugas yang
besar untuk mewujudkan keadilan sosial ini. Zakat, yang hukumnya wajib dalam Islam,
dipandang memiliki posisi yang strategis bagi penciptaan masyarakat yang adil. Jika Islam ingin
maju seperti zaman kemajuan pada masa Abbasiyah, umat Islam harus kerja sungguh-sungguh,
tampilkan bukti, tunjukkan prestasi bukan lamunan. Kerja sungguh-sungguh akan mengangkat
derajat bangsa menuju kemenangan. Iqbal ingin membangkitkan etos kerja Islam.
Etos kerja Islam pada hakikatnya merupakan bagian dari konsep Islam tentang manusia yang
menyejarah dalam jatuh bangunnya kebudayaan tersebut. Karena itu, etos kerja Islam adalah
bagian dari proses eksistensi diri manusia dalam berbagai lapangan kehidupan manusia yang
amat luas dan kompleks. Peradaban-peradaban lampau dikenal karena meninggalkan karyanya
bagi generasi belakangan. Iqbal tidak berpendapat bahwa Baratlah yang harus dijadikan contoh
sebagai model. Kapitalisme dan imperialisme Barat tak dapat diterimanya. Barat menurut
penilaiannya amat dipengaruhi oleh materialisme dan telah mulai meninggalkan agama, yang
harus diambil umat Islam dari Barat hanyalah ilmu pengetahuannya. Bagi Iqbal materialisme
merusak nilai-nilai yang lebih tinggi

14
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Nama lengkapnya adalah Qutb al-Din Ahmad bin Abd al-Rahim bin Wajih al-Din al-Syahid bin
Mu’azam bin Mansur bin Ahmad bin Mahmud bin Qiwam al-Din al-Dihlawi. Ia dilahirkan pada
hari Rabu, tanggal 21 Februari 1703 M atau 4 Syawal 1114 H di Phulat, sebuah kota kecil di
dekat Delhi dan wafat pada tahun 1762 M atau 1176 H. Dia dijuluki “Shah Waliullah” yang
berarti sahabat Allah karena kesalehan yang ia miliki. Dia adalah pengikut Ahlus Sunnah Wal
Jamaah dan penganut mazhab fikih Hanafi.

Karya Syah Waliullah Al Hujjatullah Al Balighah fi Asrar Asy Syar’iyah (The conclusive


argument from God) berisi tentang rahasia syari’at dan filsafat hukum Islam. Dalam kitab ini
dibahas secara terinci faktor-faktor yang membantu pertumbuhan keadaan masyarakat.

Syah Waliallah mengemukakan dua faktor utama yang menyebabkan penurunan pertumbuhan
ekonomi yaitu: pertama, keuangan negara dibebani dengan berbagai pengeluaran yang tidak
produktif; kedua, pajak yang dibebankan kepada pelaku ekonomi terlalu berat sehingga
menurunkan semangat berekonomi. Menurutnya, perekonomian dapat tumbuh jika terdapat
tingkat pajak yang ringan yang didukung oleh administrasi yang efisien.

 Muhammad Iqbal menganggap zakat yang hukumnya wajib dalam Islam, memiliki posisi yang
strategis bagi penciptaan masyarakat yang adil. Beliau pun tidak dapat menerima kapitalisme dan
imperialisme barat. Barat menurut penilaiannya amat dipengaruhi oleh materialisme dan telah
mulai meninggalkan agama, yang harus diambil umat Islam dari Barat hanyalah ilmu
pengetahuannya. Bagi Iqbal materialisme merusak nilai-nilai yang lebih tinggi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Chamid Nur. 2010.  Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Yogyakarta : Pustaka


Belajar

Mahfudz  Asnawi. 2010.  Pembaharuan Hukum Islam; Telaah Manhaj Ijtihad Shāh Walī Allāh
al-Dihlawī. Yogyakarta: Teras

Nasution Harun. 1992. Pembaruan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan Jakarta: Bulan


Bintang

Adiwarman A, Karim. 2006. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Edisi Ketiga. Jakarta : PT.
RajaGrafindo Persada.

16

Anda mungkin juga menyukai