Di Susun Oleh:
Dosen Pengampu
BANDA ACEH
2022/2023
KATA PENGANTAR
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan baik
pengolahan maupun penyajian data. Oleh karena itu segala saran yang bersifat membangun
sangatlah diharapkan demi kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang. Akhir kata
penulis mengharapkan semoga karya ilmiah ini dapat menjadi salah satu sumber informasi bagi
yang membacanya. Tak ada sesuatu yang sempurna karena kesempurnaan hanyalah milik Allah
SWT.
Pemakalah
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
A. Pra Mujahiddin Pasca Mughal Dan Era Inggris
Lambat laun, pengaruh EIC semakin kuat di India karena menguasi hampir seluruh lini
perdagangan. Namun, sebenarnya perusahaan dagang itu tak terikat perjanjian atau kontrak
dengan Kerajaan Inggris. Ada dua periode penyerangan yang dilakukan Inggris terhadap India.
Pertama, saat Mughal di bawah kekuasaan Ahmad Khan Durrani dari Afghanistan pada 1671.
Setelah melakukan peperangan yang berkepanjangan dan berlarut-larut, akhirnya Sultan Syah
Alam yang memimpin wilayah Delhi membuat perjanjian damai dengan menyerahkan Qudh,
Benggala dan Orisa kepada Inggris.Di abad ke-18, Kesultanan Mughal membatasi hak-hak
dagang EIC. Dari situ, EIC dan Inggris bekerja sama untuk menggulingkan Kesultanan
Mughal.Dalam pertempuran Plassey pada 1757, pasukan EIC yang dipimpin Robert Clive
bersama sekutunya berhasil menaklukan pasukan Mughal.India kemudian menjadi jajahan yang
paling penting bagi Inggris. Dengan menguasai tanah Hindustan membuat mereka saat itu
menjadi imperium terbesar di dunia, lebih besar dari Kekaisaran Romawi.
Proses penguasaan Inggris atas India mencapai puncaknya saat Pemberontakan Sepoy
terjadi pada 1857 sampai 1859 untuk memerdekakan diri dari cengkeraman Inggris.Kaum Sepoy
pada akhirnya berhasil merebut Delhi, Agra, Kanpur dan Lucknow. Mereka lantas segera
melantik Sultan Mughal yang sudah sepuh.Tak berhenti sampai di situ, pemberontakan terus
terjadi hingga ke wilayah India utara. Inggris kemudian membalas dengan kekuatan penuh dan
berhasil meledakkan gudang senjata pemberontak di Delhi. Mereka juga kembali merebut
wilayah yang dikuasai pemberontak. Pada 1858, Kerajaan Inggris mengambil alih EIC. Saat itu,
pemimpin Dinasti Mughal, Bahadur Syah, melakukan perlawanan lantaran tingginya pungutan
pajak yang diberlakukan oleh EIC.Menurut C.E Boshwir dalam buku Dinasti-Dinasti Islam,
pemberontakan tersebut dengan mudah ditumpas oleh Inggris karena mendapat dukungan dari
para bangsawan dan tokoh penguasa lokal Hindu dan Muslim.Bahadur Syah ditangkap dan
diasingkan ke Burma (Myanmar) hingga meninggal. Jenazahnya dimakamkan di dekat sebuah
masjid di kota Yangon.
Sejak itu, maka kekuasaan Dinasti Mughal yang berjaya lebih dari tiga abad di India berakhir
Gerakan Mujahiddin
B . Keadaan budaya hancur, dan agama sebagaimana biasa dalam masyarakat yang kacau,
menjadi rusak.
Syeh Waliyullah terlahir dengan nama Ahmad bin Abdul Rahman, ia lahir di Delhi,
India. Syeh Waliyullah merupakan seorang penulis produktif dan pemikir yang berpengaruh,
tidak hanya di India tetapi juga di jazirah Arab.Ia mendapat pendidikan dari orang tuanya Syeh
1
H.A. Mukti Ali, Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan Cet.III ( Bandung :
Mizan, 1996) hlm. 14
Abd. Al- Rahim seorang sufi dan ulama yang memiliki madrasah. Setelah dewasa, ia mengajar di
madrasah itu. Selanjutnya, ia pergi haji dan selama setahun di Hijaz ia sempat belajar pada ulama
– ulama yang ada di Mekah dan Madinah. Ia kembali ke Delhi pada tahun 1732 dan meneruskan
pekerjaannya yang lama sebagai guru. Disamping itu ia gemar mengarang dan banyak
menghasilkan karangan – karangan, diantaranya buku Hujjatullah al –Balighah. Dalam karangan
– karangan tersebut dituangkan pemikiran – pemikirannya tentang ide- ide pembaharuannya. Ide
– ide yang dicetuskan oleh syeh Waliyullah pada abad ke - 18 tentang pembaharuan diteruskan
oleh anaknya syah Abd.Aziz.
Salah satu sebab yang membawa kepada kemunduran umat Islam, menuru pemikiran
Syah Waliyullah adalah perubahan sistem pernerintahan dalam Islam dari sistem kekhalifahan
menjadi sistem kerajaan. Kedua sistem in sangatlah berbeda, di mana sistern kekhalifahan
bersifat demokratis sedangkan sistem kerajaan bersifat otokratis.
Jika melihat dari perjalanan sejarah umat Islam, raja-raja Islam pada mumnya
mempunyai kekuasaan absolut. Mereka bebas menentukan besar kecilnya pajak yang harus
dibayar rakyatnya. Pajak tinggi yang harus dibayar rakyat ini, menurut Syah Waliyullah,
membawa pada semakin lemahnya umat Selanjutnya hasil dari pajak tinggi itu, kebanyakan tidak
digunakan untuk kepentingan rakyat, tetapi untuk membelanjai hidup mewah kaum bangsawan
yang tidak mempunyai kontribusi
Pemungutan pajak yang tidak adil ini tentunya menimbulkan kesenjangan di kalangan
masyarakat, dan menimbulkan rasa tidak puas di kalangan rakyat, sehingga dapat mengganggu
keamanan dan ketertiban rakyat itu sendiri. Untuk mengatasi hal tersebut. Syah Waliyullah
berpendapat bahwa sistem pemerintahan absolut harus diganti dengan sistem pemerintahan
demokratis, layaknya sistem kekhalifahan zaman dahulu.
la mendefinisikan khalifah sebagai pemimpin agama yang paling dekat dengan sunnah
Nabi, laki-laki sempurna yang berjuang demi keadilan, dan berusaha menggunakan beberapa
teknik administratif dan yudisial dalam memimpin masyarakatnya menuju kebajikan religius
Dalam pandangan Syah Waliyullah, kehendak Tuhan terpancar melalui khalifah kepada perasaan
dan pikiran rakyatnya. Bahkan dalam ketidakadaan fungsi spiritual in seorang khalifah
membawakan pertahanan politik muslim dan organisasi hukum muslim.2
Perpecahan di bidang keagamaan menurut Syah Waliyullah menjadi salah satu penyebab
lemahnya umat Islam. Perpecahan yang disebabkan pertentangan antara aliran satu dengan yang
lainnya, pada masa itu perpecahan memang melibatkan berbagai aliran, seperti Syiah dan Sunni,
aliran Mutazillah Asyiriah, serta Maturidiah, aliran sufi dan syari'ah, dan antara pengikut dari
masing-masing mazhab hukum yang ada. Oleh sebab itu ia berusaha mensintesakan perbedaan
mazhab hukum dan meredam perselisihan hukum di kalangan muslim
Konflik paling kuat yang terjadi pada masa Syah Waliyullah adalah konflik Syiah dan
Sunni, Syiah dipandang telah keluar dari Islam. ini dilawan oleh Syah Waliyullah, meskipun ia
sendiri seorang Sunni ia menegaskan bahwa kaum Syiah sama halnya dengan kaum Sunni, masih
tetap orang Islam Ajaran ajaran yang mereka jalankan tidak membuat mereka keluar dan Islam
Sebab lain lemahnya umat Islam adalah sinkretisme ajaran Hindu ke ajaran Islam. Di
India umat Islam menurut pandangannya banyak dipengaruhi oleh adat istiadat dan ajaran Hindu.
Keyakinan umat Islam harus dibersihkan dari hal hal yang dapat merusak kemurnian ajaran
Islam. Mereka harus dibawa kembali kepada ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya, yang
bersumber dari Al-Qur'an dan Hadis Oleh karena itu untuk mengetahui ajaran-ajaran Islam yang
murni, orang harus kembali kepada kedua sumber itu, dan bukan kepada buku-buku tafsir, fiqh,
ilmu kalam, dan sebagainya.
Syah Waliyullah tidak setuju dengan taklid, mengikuti dan patuh pada penafsiran dan
pendapat ulama-ulama di masa lampau. Bahkan menurutnya, sikap taklid merupakan salah satu
sebab bagi kemunduran umat Islam la melihat bahwa masyarakat terus berkembang dalam artian
bersifat dinamis Penafsiran yang sesuai untuk suatu zaman belum tentu sesuai dengan zaman
sesudahnya. Oleh karena itu ia menentang taklid dan mengajukan thad mengikuti Ibnu Taimiyah
2
Fazlur Rahman, Gelombang Perubahan dalam Islam: Studi Fundamentalis Islamterj :
Aam Fahmia Ed. 1
baginya pintu ijtihad tidak pernah tertutup. Ajaran-ajaran dasar yang terdapat dalam al-Qur'an
dan melalui thad, harus disesuaikan dengan perkembangan zaman
Pada zaman Syah Waliyullah penerjemahan al-Qur'an ke dalam bahasa asing masih
dianggap terlarang Tetapi ia memandang bahwa muslim di India membaca al-Qur'an tanpa
mengerti isinya. Membaca tanpa mengerti artinya tentu manfaatnya tidak besar untuk kehidupan
mereka. Beranjak dari permasalahan tersebut, la melihat perlunya penerjemahan al-Qur'an agar
dapat dipahami orang awam.
Bahasa yang dipilihnya adalah Lahasa Persia, yang memang saat itu banyak dipakai di
kalangan terpelajar Islam India, Penerjemahan al-Qur'an ke dalam bahasa Persia diselesaikan
Syah Waliyullah pada tahun 1758. Terjemahan itu pada mulanya mendapat berbagai tentangan,
akan tetapi pelan-pelan masyarakat dapat menerimanya. Dengan masyarakat yang telah mau
menerima terjemahan tersebut, putra dari Syah Waliyullah kemudian menerjemahkan al-Quran
ke bahasa Urdu, bahasa yang lebih umum dipakai muslim India.
Shah Waliullah mengeluarkan dua karya besar yang sangat terkenal yaitu Hujjatullah al-
Balighah dan Budur al-Bazighah. Di dalam buku Hujjatullah al-Balighah, dia banyak
menjelaskan rasionalitas dari aturan-aturan syariat bagi perilaku manusia dan serta
pengembangan masyarakat
Salah seorang dari murid Syah Abdul Aziz, yang kemudian berpengaruh dalam gerakan
melaksanakan ajaran – ajaran Syah Waliyullah adalah Sayyid Ahmad Syahid. Ia lahir di tahun
1786 di Rae Bareli, suatu tempat yang terletak di dekat Lucknow. Dimasa mudanya ia memasuki
pasukan berkuda Nawab Amir Khan. Di sinilah ia memperoleh pengetahuan dan pengalaman
militernya yang dibelakang hari berarti baginya dalam memimpin Gerakan Mujahidin. 3
Setelah Nawab Amir Khan mengadakan perdamaian dengan kekuasaan Inggris di India,
ia meninggalkan lapangan militer dan pergi ke Delhi untuk belajar pada Syah Abdul Aziz.
3
Prof. Dr. Harun Nasution,…, hlm. 150
Setelah cukup memperoleh pengetahuan keagamaan, ia mulai mengadakan dakwah di muka
umum, sehingga namanya mulai dikenal. Ia berdakwah bukan di Delhi saja, tetapi juga di daerah
– daerah yang terletak jauh dari ibukota. Di Patna ,ia mempunyai pengikut yang banyak. Di
Ramphur, orang – orang Afghanistan turut mendengar dakwahnya. Di Kalkuta ia disambut
dengan meriah oleh umat Islam yang ada di situ. Dengan dibantu oleh murid – muridnya, ia
mengarang suatu buku bernama Sirat al- Mustaqim. Sebagian besar dari buku itu mengandung
pemikiran – pemikiran pembaharuan yang di kemukakan oleh Syah Waliyullah. Menurut
pendapat Sayyid Ahmad, umat Islam India mundur, karena agama yang mereka anut tidak lagi
Islam yang murni, tetapi islam yang telah bercampurbaur dengan paham dan praktik yang
berasal dari Persia dan India. Umat Islam India harus dibawa kembali ke ajaran Islam yang
murni.
Untuk mengetahui ajaran murni itu orang harus kembali kepada Al – Qur’an dan Hadits.
Dengan kembali kepada kedua sumber asli ini bid’ah yang melekat di tubuh islam akan dapat
dihilangkan. Yang pertam sekali harus dibersihkan ialah tauhid yang dianut umat Islam India.
Keyakinan mereka harus di bersihkan dari paham dan praktik kaum tarekat sufi seperti
kepatuhan tidak terbatas kepada guru dan ziarah ke kuburan wali untuk meminta syafa’at. Juga
dari paham animisme dan adat istiadat Hindu yang masih terdapat dalam kalangan umat Islam
India.5 Lebih terperinci ajarannya mengenai tauhid mengandung hal – hal berikut:
1) Yang boleh disembah hanya Tuhan, secara langsung tanpa perantara dan tanpa upacara yang
berlebih – lebihan. Dalam menanggapi pernyataan di atas penulis berpendapat bahwa
pernyataan“bahwa yang boleh disembah hanya Allah semata” sangat benar sangat sesuai dengan
makna syahdat yaitu tiada yang patut diibadahi dengan benar selain Allah SWT. Sayyid
Ahmad juga menentang taklid pada pendapat ulama, termasuk di dalamnya pendapat keempat
imam besar. Oleh karena itu berpegang teguh pada mazhab tidak menjadi soal penting,
sungguhpun ia sendiri pengikut mazhab Abu Hanifah. Karena taklid ditentang, pintu ijtihad
baginya terbuka dan tidak tertutup. Ijtihad di perlukan untuk memperoleh interpretasi baru
terhadap ayat – ayat Al – Qur’an dan Hadits. Dalam menanggapi permasalahan tentang Taqlid,
menurut analisis penulis dari bebagai sumber ( Guru dan berbagai referensi lainnya) ada taqlid
yang diperbolehkan dan ada pula yang dilarang. Menurut para ulama hukum taqlid
terbagi 3 yaitu:
• Wajib, bagi orang orang awam, yang tidak mempunyai kemampuan memahami dalil, tidak
punya kemampuan mengistinbathkan hukum dari al –Qur’an dan Hadits dan tidak menguasai
alat –alat untuk berijtihad, maka bagi mereka wajib taqlid kepada ulama. Ide yang berpengaruh
kemudian bukanlah ide – ide di atas tetapi pemikirannya dalam bidang politik. Daerah India
telah banyak dikuasai oleh orang bukan islam, dan oleh karena itu bukan lagi merupakan Dar al
– Islam malahan menjadi Dar al – Harb. Terhadap Dar al – Harb orang Islam harus mengambil
salah satu dari dua sikap berikut, berperang melawan Dar al – Harb atau hijrah, meninggalkan
Dar al – Harb pindah ke Dar al – Islam.
Yang dipilih Sayyid Ahmad ialah berperang. Kerajaan Mughal di waktu itu memang
telah menghadapi hari – hari akhirnya. Kerajaan ini didirikan oleh orang –orang yang berasal
dari Asia Tengah, yang berlainan bangsa dan berlainan agama dengan orang Hindu. Mayoritas
rakyat Kerajaan Mughal tetap diterima oleh penduduk asli, maka di ketika Kerajaan Mughal
mulai menurun kekuasaannya, golongan Hindu mulai bergerak, terutama kaum Mahrata. Daerah
– daerah yang terletak jauh dari ibukota melepaskan diri dan dalam keadaan serupa ini kaum
mahrata dapat membentuk kerajaan yang merdeka di India Barat. Kekuasaan mereka dirasakan
samapi ke Delhi. Selain dari Hindu, golongan Sikh juga turut bergerak melawan Kerajaan
Mughal.
Di samping itu berdiri pula kerajaan – kerajaan kecil seperti Gwazlior, Indore, Najpur,
dan Baroda. Inggris dari pihaknya telah pula dapat menundukkan daerah yang besar ke bawah
kekuaasaannya. Daerah kekuasaan Kerajaan Mughal makin lama makin kecil. Sayyid Ahmad
dengan Gerakan Mujahidinnya memulai peperangan terhadap golongan Sikh di India Utara. Ia
serang pusat kekuatan mereka di Akora, sehingga mereka mundur. Ia teruskan peperangan ke
medan datar dan dapat menguasai Pesyawar. Kekuatan militernya menurut keterangan berjumlah
serratus ribu orang. Dengan bantuan Afghanistan ia mengharap dapat mengembalikan daerah –
daerah yang telah lepas dari tangan Islam. Sokongan dalam menjalankan jihad banyak ia peroleh
dari kepala suku – suku bangsa yang ada di daerah tersebut.
Kerajaan Mughal dianggap sudah terlalu lemah dan tidak dapat lagi menguasai keadaan,
dan oleh karena itu perlu dibentuk suatu imamah, Negara yang dikepalai seorang imam. Sebagai
imam dipilih Sayyid Ahmad. Imam mengangkat khalifah atau wakilnya di kota – kota penting.
Diantara tugas mereka ialah mengumpulkan zakat untuk pemerintah imam dan mencari
mujahidin untuk meneruskan jihad. Imamah itu dibentuk di tahun 1827 tetapi tidak bertahan
lama. Para kepala suku – suku bangsa melihat Imamah itu sebagai saingan terhadap kekuasaan
mereka. Juga perubahan dan perbaikan sosial yang mulai dijalankan Sayyid Ahmad mendapat
tantangan dari masyarakat.9 Dalam pada itu perlawanan dari Sikh bertambah kuat dengan
dapatnya mereka menarik golongan – golongan bukan Islam lainnya, seperti golongan Barakzai,
untuk sama – sama melawan Mujahidin. Kekuatan Sayyid Ahmad berkurang dan dalam
pertempuran dengan salah satu pasukan Sikh di Balekot ia mati terbunuh di tahun 1831. Dari
peristiwa inilah ia mendapat gelaran syahid.
1. Syahid Ahmad berpendirian bahwa daerah yang telah jatuh ke bawah tangan bukan islam
harus kembali ke tangan islam
2. Dar Al – Harb mesti menjadi Dar – Al Islam Kembali
3. Dengan demikian timbulalah perang jihad terhadap dua musuh hindu di satu pihak, dan
inggris di pihak lain
DAFTAR PUSTAKA
Tarbiyah Baru
Ali, Mukti. 1996. Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan. Bandung:
Mizan.
Citapustaka Media.
Fadil. 2008. Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah. Malang:
Lavidus, M. Ira. 1975. Sejarah Sosial Umat Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Munawar, Imam. 1985. Mengenal Pribadi 30 Pendekar dan Pemikir Islam dari