Disusun oleh:
Kennisza Fitrina Rizalda
10050018231
Kelas A
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2021
KEMAJUAN PERADABAN PADA MASA KERAJAAN MUGHAL
Berikut beberapa kemajuan peradaban dan keilmuan pada masa Dinasti Mughal antara lain:
Pada masa pemerintahan Akbar, dia berhsil mencapai keemasan. Hal ini berkat
politik yang diterapkannya yaitu politik Sulakhul atau toleransi universal. Sehingga
masa pemerintahannya cukup berhasil dan wilayah kekuasaannya pun semakin meluas
seperti Chubdar, Ghond, Chitor, Kashmir, Bengal, Bihar, Gujarat, Orissa, Deccan,
Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah. Usaha ini berlangsung hingga masa
Aurangzeb. Pada pemerintahan Akbar banyak ditetapkan kebijakan seperti menata
system pemerintahannya dengan system militer termasuk ke seluruh daerah
taklukannya. Pemerintahan daerah dipegang oleh seorang seorang sipah salar (kepala
komandan), sub-distrik dipegang oleh faudjar (komandan). Selain itu terbentuk
landasan institusional dan landasan geografis bagi kekuatan imperiumnya,
pemerintahan Mughal pada umumnya dijalankan oleh pembesar kalangan elit militer
dan politik seperti dari Iran, Turki, Afghanistan, dan Muslim asli India (Thohir, 2004,
p. 205).
Karya seni terbesar yang dicapai pada masa Dinasti Mughal khususnya pada
masa Akbar dibangunnya istana Fatfur Sikri di Sikri, villa dan masjid-masjid yang
indah. Pada masa Syekh Jehan dibangun masjid berlapiskan mutiara dan Taj Mahal di
Agra, masjid Raya Delhi, dan Istana di Lahore (Yatim, 2002, pp. 150–151). Seni lukis,
gubahan syair, dan munculnya sejarawan pada masa Aurangzeb.
4. Bidang Agama
5. Bidang Pengetahuan
Pada zaman ini banyak lahir mausu’at dan mu’jamat (buku kumpulan berbagai ilmu
dan masalah kira-kira seperti ensiklopedia), sehingga pada zaman ini sering juga disebut
zaman mausu’at. Dalam masa ini juga lahir pemikir- pemikir baru nama ijtihadnya hanya
sebatas mazhab.
Pada tahun 1906 M terbentuklah partai “Liga Muslim” yang dibentuk oleh
Muhammad Ali Jinah yang bertujuan untuk membentuk pemerintahan yang Islami.
Kemudian secara bertahap partai ini mampu menarik kaum Muslim dan terbentuklah
negara Pakistan. Awalnya Pakistan terdiri dari dua wilayah yang terpisah, yaitu timur dan
barat. Di bawah Jenderal Ayub Khan dimulailah suatu sistem pemerintahan presidensil
dengan badan esekutif yang kuat. Penerapan sistem presidensil tersebut, didasarkan atas
UUD 1962 yang berlaku sampai tahun 1969.
Sistem pemerintahan presidensil di Pakistan hanya berlangsung 1962 – 1969,
sekarang negera tersebut kembali ke sistem parlementer kabinet. Pada sekitar abad ke-13
M umat Islam mulai mengkonsolidasikan kekuasaannya di seluruh wilayah India yang
kini menjadi Pakistan serta membentuk kesultanan di sekitar New Delhi. Pada abad ke-
16 Dinasti Mughal menguasai seluruh wilayah anak benua ini dengan rajanya yang
pertama bernama Babur, keturunan Timur Lenk yang mulai memerintah tahun 1530.
Akan tetapi kejayaan Mughal hancur bersamaan dengan masuknya Inggeris di India.
Perseteruan keras yang terjadi antara kaum muslimin India dan kaum Hindu India
mendorong Inggris mengambil jalan tengah dengan melaksanakan konferensi antara
pihak muslim India dan kaum Hindu India, namun gagal mencapai mufakat.
Karena Muslim India merasa hak-haknya terabaikan. Melalui Liga Muslim India,
Muhammad Ali Jinnah menyampaikan teori “dua bangsa” dan secara resmi
menyampaikan tuntutan sebuah tanah air Muslim yang terpisah dari India. Dalam resolusi
tahun 1940 Liga Muslim menyampaikan pembentukan negara Pakistan merdeka dan
berdaulat penuh. Dengan berbagai perjuangan yang dilakukan- nya tanggal 15 Agustus
1947 Pakistan lahir sebagai negara berdaulat penuh untuk umat Islam India.
B. Proses Terbentuknya Negara Bangladesh
Bangladesh merupakan negara yang pernah menjadi bagian dari India, Pakistan dan
kemudian pada akhirnya berdiri sebagai negara sendiri. Bangladesh diduduki oleh hampir
90 persen rakyat beragama Islam dan menjadi negara kedua penganut Islam terbanyak.
Tahun 1950-an terjadi konflik antara Pakistan Timur dan Pakistan Barat yang menguasai
kelompok militer dan pegawai sipil. Perpecahan tersebut disebabkan oleh beberapa
faktor, seperti:
a. Faktor Geografis
Pada dasarnya wilayah Bangladesh terdiri atas bagian Bengala sebelah
timur dan beribu kota di Dhaka. Secara geografis, letak Pakistan Barat dan
Pakistan timur sangat berjauhan sehingga sulit terjadinya komunikasi.
b. Faktor Politik
Setelah pembunuhan perdana menteri pertama Pakistan, kekuataan politik
mulai dipusatkan pada presiden Pakistan, dan kadang-kadang militer. Berbagai
keadaan yang terjadi mendorong tampilnya seorang pemimpin dari partai Liga
Awami yang mempunyai kesempatan baik untuk memenangkan pemilihan umum
pada tahun 1970, namun kemenangan tersebut menimbulkan pro dan kontra
karena dengan kemenangan tersebut Partai Liga Awami menuntut kemerdekaan
Pakistan Timur
e. Faktor Ekonomi
Terjadinya kesenjangan ekonomi antara Pakistan Barat dan Pakistan
Timur menimbulkan benih-benih perpecahan. Pemusatan sentra industri, pusat
perdagangan, pusat pemerintahan dan sarana perhubungan di Calcutta India
semakin menguatkan keinginan Pakistan Timur untuk memisahkan diri dari
Pakistan Barat.
Keadaan demikian memuncak pada saat peristiwa kekerasaan yang
dilakukan tentara Pakistan Barat pada 25 Maret 1971, membuat marah orang
Bengali dan semakin memperkuat keinginan pemisahan diri dari Pakistan.
Kemudian Sheikh Mujibur Rahman mendandatangani deklarasi resmi yang
kemudian pada tanggal 26 Maret 1971 secara resmi adalah Hari Kemerdekaan
Bangladesh.
Lahirnya negara Bangladesh pun didukung oleh berbagai macam faktor yang
dapat dipilih menjadi penyebab tidak langsung dan langsung. Penyebab tidak langsung
adalah campuran dari rasa ketidakpuasan dan kekecewaan orang-orang Bengali terhadap
dominasi orang-orang Pakistan Barat dalam bidang politik, administrasi/pemerintahan,
ekonomi dan bahkan sosial-budaya.
Aniroh, A. (2021). Pendidikan Islam Masa Pertengahan (Studi Historis Pendidikan Di Kerajaan
Usmani Kerajaan Safawi Dan Kerajaan Mughal). Qalam: Jurnal Pendidikan Islam, 2(1).
Rohman, Sandi Nur. (2017). Dinasti Mughal: Menelusuri Jejak Peradaban Islam di Tanah
Hindustan. Yogyakarta: Diandra Kreatif.