Anda di halaman 1dari 18

KEMAJUAN DAN KEMUNDURAN PERADABAN ISLAM

MASA DAULAH MUGHAL

KELOMPOK 4
Ardelia Arista Putri
Keiella Ayudia Haziza
Muhammad Firja Sumbadjindja
Nadia Putri Kirana
Rahmadyah Puspitaloka
Ratu Isabel

MAN 2 PONTIANAK
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang sudah melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyusun makalah ini dengan
baik serta tepat waktu.

Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan dukungan dan bimbingan dalam penyusunan makalah
ini. Makalah ini membahas mengenai “Kemajuan dan Kemunduran Peradaban
Islam Masa Daulah Mughal”. Meskipun kami sudah mengumpulkan banyak
referensi untuk menunjang penyusunan karya ilmiah ini, namun karya ilmiah ini
masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan. Kami mengharapkan saran serta
masukan dari para pembaca demi tersusunnya karya ilmiah lain yang lebih baik
lagi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang bermanfaat dan
membantu kita semua mengetahui kemajuan dan kemunduran peradaban Islam
masa daulah mughal

Pontianak, 19 September 2023

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... 2


DAFTAR ISI ....................................................................................................... 3
BAB I .................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .............................................................................................. 4
A. Latar Belakang ............................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 4

C. Tujuan Penulisan............................................................................................ 4

BAB II ................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN ................................................................................................. 6
A. Kemajuan Peradaban Islam Daulah Mughal ................................................. 6

B. Kemunduran Peradaban Islam Pada Masa Daulah Mughal ........................ 12

1. Faktor Internal ............................................................................................. 13

2. Faktor Eksternal ........................................................................................... 14

BAB III ............................................................................................................... 16


PENUTUP ........................................................................................................... 16
A. Kesimpulan .................................................................................................. 16

B. Saran ............................................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 18

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Daulah Mughal berdiri pada awal abad ke-16, ketika Babur, seorang
pemimpin dari dinasti Turki-Mongol, mendirikan kekaisaran di India setelah
kemenangannya dalam Pertempuran Panipat pada tahun 1526. Inilah awal dari
kekuasaan Mughal di India. Selama periode ini, Mughal mengalami sejumlah
penguasa yang hebat, yang masing-masing memberikan kontribusi unik mereka
terhadap kemajuan kekaisaran.
Kemajuan peradaban Islam pada masa Daulah Mughal tercemin dalam
berbagai aspek. Di bawah pemerintahan Kaisar Akbar, tercipta toleransi beragama
yang tinggi, diwujudkan dalam agama baru Din-illahi yang menggabungkan
elemen dari berbagai keyakinan. Selain itu, terdapat kemajuan signifikan dalam
seni dan arsitektur Mughal, seperti Taj Mahal yang menjadi ikonik. Namun masa
pemerintahan yang lebih kemudian, seperti era Aurangzeb, menyaksikan
kemunduran dengan adanya penindasan terhadap agama-agama minoritas dan
penurunan ekonomi. Hal ini menciptakan ketidakstabilan dan mengurangi
kemakmuran peradaban Islam pada masa itu.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kebijakan pemerintah Daulah Mughal untuk memperkuat
kekuasaannya?
2. Bagaimana peran Daulah Mughal dalam perkembangan Islam di India?
3. Apa saja kemajuan peradaban Islam masa Daulah Mughal?
4. Apa saja kemunduran peradaban Islam masa Daulah Mughal?

C. Tujuan Penulisan
Sebagaimana yang telah di uraikan sebelumnya, berdasarkan latar
belakang dan rumusan masalah di atas maka, tujuan penulisan makalah ini
yaitu:
1. Untuk mengetahui strategi dan kebijakan pemerintah Daulah Mughal.

4
2. Mengetahui sultan-sultan yang memimpin pada masa Daulah Mughal.
3. Mengidentifikasi kemajuan dan kemunduran peradaban Islam pada masa
Daulah Mughal.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kemajuan Peradaban Islam Daulah Mughal


1. Bidang Politik dan Administrasi Pemerintahan
Perluasan wilayah pada masa Daulah Mughal berhasil menguasai Chundar,
Ghond, Chitor, Ranthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir, Orissa,
Deccan, Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah. dan konsolidasi kekuatan.
Usaha ini berlangsung hingga masa pemerintahan Aurangzeb. Aurangzeb
menjalankan roda pemerintahan secaramiliteristik. Hampir semua pejabat
pemerintahan terdiri dari kaum militer. Pemerintahan daerah dipegang oleh seorang
Sipah Salar (kepala komandan), sedang sub-distrik dipegang oleh
Faujdar(komandan). Jabatan-jabatan sipil juga diberi jenjang kepangkatan yang
bercorak kemiliteran. Pejabat-pejabat pada masa itu diharuskan mengikuti latihan
kemiliteran.
Akbar menerapkan politik toleransi sulakhul (universal). Dengan politik ini,
semua rakyat India dipandang sama. Mereka tidak dibedakan karena perbedaan
etnis dan agama. Politik ini dinilai sebagai model toleransi yang pernah
dipraktekkan oleh penguasa Islam. Pada Masa Akbar terbentuk landasan
institusional dan geografis bagi kekuatan imperiumnya yang dijalankan oleh elit
militer dan politik yang pada umumnya terdiri dari pembesar-pembesar Afghan,
Iran, Turki, dan Muslim Asli India.

2. Bidang Ekonomi
Terbentuknya sistem pemberian pinjaman bagi usaha pertanian. Adanya
sistem pemerintahan lokal yang digunakan untuk mengumpulkan hasil pertanian
dan melindungi petani. Setiap perkampungan petani dikepalai oleh seorang pejabat
lokal, yang dinamakan muqaddam atau patel, kedudukan yang dimilikinya dapat
diwariskan, bertanggungjawab kepada atasannya untuk menyetorkan penghasilan

6
dan menghindarkan tindak kejahatan. Kaum petani dilindungi hak pemilikan atas
tanah dan hak mewariskannya, tetapi mereka juga terikat terhadapnya.
Perdagangan dan pengolahan industri pertanian mulai berkembang. Pada
masa Akbar konsesi perdagangan diberikan kepada The British East India
Company (EIC) yaitu Perusahaan Inggris-India Timur untuk menjalankan usaha
perdagangan di India sejak tahun 1600 M. Mereka mengekspor katun dan busa
sutera India, bahan baku sutera, sendawa, nila dan rempah dan mengimpor perak
dan jenis logam lainnya dalam jumlah yang besar.

3. Bidang Agama
Pada masa Akbar, perkembangan agama Islam di Kerajaan Mughal mencapai
suatu fase yang menarik, di mana pada masa itu Akbar memproklamasikan sebuah
cara baru dalam beragama, yaitu konsep Din-Ilahi. Karena aliran ini Akbar
mendapat kritik dari berbagai lapisan umat Islam. Bahkan Akbar dituduh membuat
agama baru. Pada prakteknya, Din-Ilahi bukan sebuah ajaran tentang agama Islam.
Namun konsepsi itu merupakan upaya mempersatukan umat-umat beragama di
India. Perbedaan kasta di India membawa keuntungan terhadap pengembangan
Islam, seperti pada daerah Benggal, Islam langsung disambut dengan tangan
terbuka oleh penduduk terutama dari kasta rendah yang merasa disia-siakan dan
dikutuk oleh golongan Arya Hindu yang angkuh. Pengaruh Persia sangat kuat, hal
itu terlihat dengan digunakanya bahasa Persia menjadi bahasa resmi Mughal dan
bahasa dakwah, oleh sebab itu percampuran budaya Persia dengan budaya India
dan Islam melahirkan budaya Islam India yang dikembangkan oleh Daulah Mughal.

4. Bidang Seni dan Budaya


Munculnya beberapa karya sastra tinggi seperti Padmavat yang mengandung
pesan kebajikan manusia gubahan Muhammad Jayazi, seorang penyair istana. Abu
Fadhl menulis Akbar Nameh dan Aini Akbari yang berisi sejarah Mughal dan
pemimpinnya. Daulah Mughal termasuk sukses dalam bidang arsitektur. Taj mahal
di Agra merupakan puncak karya arsitektur pada masanya, diikuti oleh Istana
Fatpur Sikri peninggalan Akbar dan Mesjid Raya Delhi di Lahore. Bangunan ini

7
didirikan untuk mengenang seorang sufi dan wali Allah bernama Hazrat Salim
Christi.
Di kota Delhi Lama (Old Delhi), lokasi bekas pusat Kerajaan Mughal,
terdapat menara Qutub Minar (1199), Masjid Jami Quwwatul Islam (1197), makam
Iltutmish (1235), benteng Alai Darwaza (1305), Masjid Khirki (1375), makam
Nashirudin Humayun, raja Mughal ke-2 (1530-1555). Di kota Hyderabad, terdapat
empat menara benteng Char Minar (1591). Di kota Jaunpur, berdiri tegak Masjid
Jami Atala (1405). Taman-taman kreasi Mughal menonjolkan gaya campuran yang
harmonis antara Asia Tengah, Persia, Timur Tengah, dan lokal.
Stabilitas politik yang berhasil diciptakan oleh Akbar mendukung pencapaian
kemajuan dalam berbagai bidang, di antaranya dalam bidang ekonomi, ilmu
pengetahuan dan peradaban. Kemajuan dalam bidang ekonomi ditandai dengan
kemajuan sektor pertanian dan perindustrian. Pada masa ini penanganan pertanian
sangat diperhatikan secara terstruktur. Bidang ilmu pengetahuan tidak terlalu
menonjol dibandingkan dengan daulah-daulah sebelumnya. Bidang yang
mengalami kemajuan adalah seni syair dan seni arsitektur. Berbagai bangunan
monumental masih bisa disaksikan hingga sekarang, di antaranya:

1. Benteng Agra atau Agra Fort.


Terbentang seluas 94 hektar, terletak sejajar dengan Sungai Yamuna dan 2
kilometer barat laut dari Taj Mahal. Tepatnya di kota Agra, Uttar Pradesh, India
Utara. Benteng Agra sudah ada sejak masa Sikarwar Rajarputs. Namun setelah
jatuh ke tangan Daulah Mughal, Akbar melakukan renovasi besar-besaran benteng
pada benteng ini. Butuh lebih dari 4000 pekerja dan delapan tahun masa
penyelesaian. Kota Agrapun dijadikan sebagai ibu kota kerajaan Mughal dan
menjadikan benteng ini sebagai kediaman utama sultan-sultan Daulah Mughal
sampai tahun 1638.

2. Benteng Merah atau Red Fort.


Benteng Merah merupakan kediaman utama dari penguasa dari Daulah
Mughal selama hampir 200 tahun sampai tahun 1856. Sultan Shah Jihan

8
menugaskan pembangunan Benteng Merah pada 12 Mei 1639, ketika ia
memutuskan untuk memindahkan ibu kotanya dari Agra ke Delhi. Benteng Merah
atau Red Fort atau Lal Qila ini dibangun selama 10 tahun dan kini terletak di jalan
Netaji Subhash Marg dan Mahatma Gandhi Marg di wilayah Kota Delhi. Di dalam
kompleks benteng yang pada tahun 1857 sempat dirusak pasukan Inggris dan
direstorasi pada 1903 itu terdapat bangunan istana raja yang berhiaskan aneka
lukisan dan ornamen kaca, paviliun, tempat ibadah, jalanan lebar, pasar, tempat
tinggal istri dan selir raja, dan taman.
Tidak hanya indah, bangunan Kompleks Benteng Merah juga memiliki nilai
historis yang panjang. Benteng itu menjadi saksi sejarah berakhirnya Dinasti
Mughal dan para penguasa India.
Di benteng yang didirikan oleh Sultan Shah Jahan pada 1639 itu, Dinasti
Mughal yang telah menguasai India selama tiga abad berakhir. Alkisah, di masa
Sultan Bahadur Shah Zafar, peristiwa itu terjadi. Inggris berhasil menggulingkan
kekuasaan Sultan setelah peristiwa pemberontakan Sepoy yang terjadi pada 1857.
Bahkan, Sultan Bahadur juga diadili di Benteng Merah.
Shah Jahan mendirikan benteng itu sekaligus berfungsi sebagai istana dan
taman. Usai kematian istrinya, Mumtaz Mahal, Sultan yang mulai berkuasa tahun
1628, memindahkan pusat pemerintahannya dari Agra ke Delhi. Ia pun kemudian
membangun kota baru, Shahjahanabad (kini Old Delhi), dan mendirikan istana
barunya di kota yang terlatak di antara Perbukitan Aravalli dan Sungai Yamuna.
Benteng Merah atau Red Fort atau Lal Qila ini dibangun selama 10 tahun dan
kini terletak di jalan Netaji Subhash Marg dan Mahatma Gandhi Marg di wilayah
Kota Delhi. Di dalam kompleks benteng yang pada tahun 1857 sempat dirusak
pasukan Inggris dan direstorasi pada 1903 itu terdapat bangunan istana raja yang
berhiaskan aneka lukisan dan ornamen kaca, paviliun, tempat ibadah, jalanan lebar,
pasar, tempat tinggal istri dan selir raja, dan taman.
Dinamakan Benteng Merah karena dinding raksasanya bermaterialkan batu
pasir merah yang melingkupi kedelapan sisinya. Dinding itu memanjang dari ujung
kota Shahjanabad dengan panjang seluruhnya 2,5 kilometer dan tinggi bervariasi
antara 16 meter hingga 33 meter. Benteng ini merupakan simbol kecemerlangan

9
arsitektur dan kekuasaan Dinasti Mughal. Bangunannya memperlihatkan hasil
karya seni tingkat tinggi peninggalan Kesultanan Mughal.

3. Taj Mahal.
Nama Taj Mahal tentu tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Istana dari
marmer putih gading yang terletak di tepi selatan Sungai Yamuna, Agra India ini
sebenarnya adalah makam dari Mumtaz Mahal, istri kesayangan Shah Jihan.
Dibangun dari tahun 1632-1653 M. Taj Mahal dianggap sebagai contoh terbaik
arsitektur Mughal dan simbol sejarah kekayaan India.
Sama seperti kebanyakan raja lainnya, Shah Jahān memiliki banyak istri.
Namun dari semua istrinya, sang kaisar hanya mencintai satu istrinya bernama
Mumtaz Mahal. Keduanya menikah di tahun 1612. Sayang pernikahan itu tidak
berjalan lama, karena di tahun 1631 sang istri meninggal setelah melahirkan anak
mereka yang ke 14.
Meninggalnya Mumtaz Mahal membuat Shah Jahāl sangat terpukul. Dia pun
memerintahkan untuk pembangunan sebuah makam spektakuler untuk Mumtaz
Mahal, bukan hanya sebagai bukti cinta, pembangunan Taj Mahal juga merupakan
penghormatan atas kesetiaan sang istri selama hidupnya.
Ternyata pembangunan Taj Mahal bukan hanya melibatkan manusia tapi juga
1.000 gajah. Sama seperti para pekerja, gajah-gajah ini juga bekerja selama 20
tahun lebih. Namun berbeda dengan para pekerja biasa, para gajah digunakan untuk
membawa bahan bangunan yang digunakan untuk Taj Mahal, terutama bahan
bangunan yang berat dan tidak bisa dibawa oleh manusia.
Shah Jahān adalah kaisar Mughal ke 5 yang berhasil membawa Dinasti
Mughal yang dipimpinnya ke masa kejayaan. Sayangnya kaisar ini memiliki akhir
hidup yang menyedihkan. Pasalnya sembilan tahun sebelum meninggal, Shah Jahān
jatuh sakit.
Bukannya bersedih, anak-anak Shah Jahān justru sibuk memperebutkan
kekuasaan. Ketika sang kaisar sembuh, dua anaknya dari Mumtaz Mahal yaitu Dara
Shikoh dan Aurangzeb, bertengkar karena tahta. Shah Jahān memihak Dara Shikoh
meski akhirnya putranya itu tewas di tangan Aurangzeb. Tidak sampai di situ, usai

10
membunuh saudaranya, Aurangzeb juga menggulingkan kekuasaan Shah Jahān
pada tahun 1658 dan memenjarakan ayahnya tersebut di Benteng Agra seumur
hidup.
Di tahun-tahun terakhir hidupnya, Shah Jahān tidak bisa lagi mengunjungi
Taj Mahal yang juga menjadi tempat peristirahatan terakhir sang istri tercinta. Satu-
satunya yang dia bisa lakukan adalah memandang Taj Mahal dari kejauhan melalui
celah kecil yang ada di penjaranya.

4. Jama Masjid.
Merupakan salah satu masjid terbesar di India. Masjid ini dibangun oleh
Sultan Mughal Shah Jahan antara 1644 M dan 1656 M. Masjid ini menjadi masjid
kerajaan sampai akhir periode Mughal. Masjid ini juga salah satu masjid terbesar
di India. Halaman Jama Masjid mampu menampung lebih dari 25.000 jamaah.
Melihat kemegahan bangunan-bangunan tersebut, tidak heran jika Daulah Mughal
disebut sebagai salah satu Daulah yang berjaya di abad ke-17. Dunia Islam sangat
beruntung dan berterima kasih ke pemerintah India yang terus melestarikan
peninggalan ini sebagai salah satu sumber pemasukan negara.
Masjid terbesar di India itu karya terakhir Sultan Shah Jahan. Dinamai Masjid
al-Jahannuma atau masjid cermin dunia, juga dikenal sebagai Jama Masjid.
Dibangun setelah sultan menyelesaikan Red Fort di sisi timur masjid sebagai
kediaman barunya, saat memindahkan ibu kota kerajaan dari Agra ke Delhi.
Lokasinya dekat pusat pasar di Delhi Tua, Chadni Chowk. Bangunannya
lebih tinggi 30 anak tangga dari jalan. Memperkerjakan 5.000 pekerja dan
mengeluarkan biaya sebesar 1 juta rupee kala itu. Shah Jahan yang juga
membangun Taj Mahal, tetap mempertahankan bentuk arsitektur Mughal dengan
menggunakan bata tanah merah dan sedikit marbel.
Pembangunannya dimulai pada Jumat, 19 Oktober 1650 bertepatan dengan
10 Syawal 1060 H. Pembangunan masjid ini mendapat perhatian khusus dari Sultan
Shah Jahan. Ia mengutus wazir kerajaan Saadullah Khan untuk mengawasi
langsung proyek.

11
Ada 2 hal yang menjadi perhatian khusus sang raja. Pertama adalah kaligrafi
Alquran dan pembuatan mimbar di mihrab. Mimbar mesjid dibuat harus lebih tinggi
dari singgasana Sultan di Red Fort.
Masjid ini mempunyai tiga pintu utama, utara dan selatan yang lebih kecil
serta gerbang timur yang lebih besar. Pintu besar ini dulunya diperuntukan untuk
penggunaan kerajaan secara khusus dan pintu ini memiliki jalur menuju Red Fort.
Memiliki dua menara dan 3 kubah, awalnya masjid dan Red Fort dirancang menjadi
kota terencana yang lebih besar bernama Shahjananbad. Masjid ini dianggap
memiliki arsitektur terbaik dari semua masjid yang pernah dibangun oleh
Kekaisaran Mughal. Hal ini disebabkan karena memiliki campuran terbaik dari
marmer dan batu kapur.
Bagian dalam masjid tertulis kaligrafi bergaya Persia. Ada juga sebuah ruang
tak jauh dari gerbang utara, menyimpan koleksi peninggalan Nabi Muhammad
SAW, seperti Alquran ditulis di atas kulit rusa, rambut dan janggut merah
Rasulullah, sandal, juga jejak yang tertanam di blok marmer. Selama Ramadan,
masjid ramai setiap siang dan malamnya. Jemaah juga melaksanakan ibadah
berbuka bersama di sana, gratis kepada setiap pengunjung. Salat tarawih juga
digelar sama seperti suasana di Indonesia. Setiap waktu salat, masjid mampu
menampung 25.000 jemaah. Karenanya, muslim di Delhi memusatkan setiap hari-
hari besar agama di masjid tersebut.

B. Kemunduran Peradaban Islam Pada Masa Daulah Mughal


Ada beberapa faktor yang menyebabkan kekuasaan Daulah Mughal
mengalami kemunduran pada setengah abad terakhir sebelum akhirnya berakhir
pada tahun 1858 M. Raja-raja pengganti Aurangzeb merupakan penguasa yang
lemah sehingga tidak mampu mengatasi kemerosotan politik dalam negeri. Tanda-
tanda kemunduran sudah terlihat dengan indikator sebagaimana berikut. Internal;
Tampilnya sejumlah penguasa lemah, terjadinya perebutan kekuasaan, dan
lemahnya kontrol pemerintahan pusat, tidak adanya kejelasan lajur suksesi.
Eksternal; Terjadinya pemberontakan di mana-mana, seperti pemberontakan kaum

12
Sikh di Utara, gerakan separatis Hindu di India tengah, kaum muslimin sendiri di
Timur, dan yang terberat adalah invasi Inggris melalui East India Company (EIC).

1. Faktor Internal
a. Tidak Adanya Kejelasan Lajur Suksesi
Ketidakjelasan suksesi menimbulkan berbagai konflik berkepanjangan di
antara anggota keluarga kerajaan yang merasa mempunyai wewenang dan
kemampuan untuk menjadi raja. Akibatnya, perebutan kekuasaan melalui
kekerasan dan bahkan perang saudara sering tidak terhindarkan. Misalnya
Aurangzeb, ia menjadi raja setelah melakukan perang saudara dengan melibatkan
banyak pangeran, seperti Murad, Syuja’ dan Syikoh.
Sepeninggal Aurangzeb, kekuasaan diperebutkan oleh ketiga orang anaknya
dan akhirnya dimenangkan oleh Bahadur Syah dengan bantuan bangsa Rayput yang
dahulunya justru menjadi musuh besar bagi kerajaan Mughal. Demikian halnya
sepeninggal Bahadar Syah, penggantinya Azimuz Syah yang merupakan anaknya
ternyata telah ditentang oleh Zulkifar Khan, anak Azad Khan, Wazir Aurangzeb.
Setelah Azimuz Syah meninggal, anaknya yang bernama Jihandar Syah
menggantikannya menjadi raja, namun ditentang oleh adiknya Farukh Syah dan
berhasil menyingkirkannya pada tahun 1713 M. Kekuasaan Farukh Syah tidak pula
bertahan lama, karena pada tahun 1719 ia tewas di tangan para pendukungnya
sendiri, dan kedudukannya digantikan oleh Muhammad Syah yang bertahan sampai
tahun 1748 M. sebelum kemudian diusir oleh Nadir Syah dari suku Afsyar yang
sebelumnya berhasil mengalahkan dinasti Safawiyah di Persia.
Dominasi Inggris diduga sebagai faktor pendorong kehancuran Mughal. Pada
waktu itu EIC mengalami kerugian. Untuk menutupi kerugian dan sekaligus
memenuhi kebutuhan istana, EIC mengadakan pungutan yang tinggi terhadap
rakyat secara ketat dan cenderung kasar. Karena rakyat merasa ditekan, maka
mereka, baik yang beragama Hindu maupun Islam bangkit mengadakan
pemberontakan.

13
b. Lemahnya Para Pewaris Tahta Kerajaan
Kebanyakan pewaris tahta kerajaan, terutama setelah Aurangzeb adalah
orang-orang yang lemah dalam kepemimpinan. Hal ini terbukti, bahwa dari 29
Sultan yang pernah memimpin kerajaan Mughal hanya beberapa saja yang tercatat
mampu bertahan lebih dari 20 tahun. Sedangkan selebihnya hanya mampu berkuasa
dalam waktu yang relatif singkat, bahkan ada yang hanya beberapa bulan saja.

2. Faktor Eksternal
a. Terjadinya pemberontakan di mana-mana
Adanya pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan oleh orang-orang
Hindu dan Sikh, selain akibat dari kebijakan politik dan ekonomi para penguasa
Mughal, seperti puritanisme dan pungutan pajak yang sangat tinggi untuk
membiayai kegemaran hidup mewah dan boros para penguasa, kemungkinan juga
oleh sebab-sebab lain, seperti perasaan dendam kesumat sebelumnya berkaitan
dengan penaklukan kota Khithor oleh Sultan Akbar (1556-1605 M) yang
memusnahkan seluruh penduduknya berjumlah 30.000 jiwa. Kota ini dapat direbut
setelah seluruh penduduknya mengorbankan diri termasuk wanita dan anak-anak,
dengan memilih membunuh diri melompot ke dalam nyala api yang amat besar
daripada menjadi tawanan Sultan Akbar.
b. Adanya serangan-serangan dari luar
seperti yang dilakukan oleh Nadir Syah pada tahun 1739 M. karena
menganggap kerajaan Mughal telah banyak sekali memberikan bantuan kepada
para pemberontak Afghan di daerah Persia.
Singkatnya, kemunduran Daulah Mughal disebabkan karena faktor-faktor
sebagai berikut;
1. Terjadinya stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer.
2. Kemerosotan moral dan hidup mewah di lingkungan istana yang mengakibatkan
pemborosan dalam keuangan.

14
3. Pendekatan yang dilakukan oleh Aurangzeb terlalu kasar terhadap toleransi umat
beragama, sehingga konflik antar umat beragama sangat sulit diatasi oleh sultan-
sultan sesudahnya.
4. Semua generasi penerus Daulah Mughal pada periode terakhir adalah orang-
orang yang lemah dalam kepemimpinan.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kerajaan Mughal merupakan salah satu kerajaan Islam yang berdiri tahun
1526 M dengan pendirinya Zahiruddin Muhammad Babur atas kemenangan dari
Ibrahim Lodi, penguasa terakhir kerajaan Delhi melalui peperangan Panipat.
Selanjutnya dikenal sebagai kerajaan Islam termuda di India yang satu-satunya
memberi andil besar terhadap perkembangan Islam di India.
Daulah Mughal menjalankan roda pemerintahan secara militer pada masa
Aurangzeb dan pejabat masa itu harus mengikuti latihan militer. Pada masa Akbar,
konsesi perdangangan diberikan kepada The British East India Company (EIC)
untuk menjalankan usaha perdagangan di India. Konsep Din-Ilahi juga lahir pada
masa yang sama. Bidang budaya yang paling berkembang adalah seni syair dan seni
arsitektur. Kemunduran Daulah Mughal didasari faktor internal dan eksternal, yaitu
terjadinya stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer, kemerosotan moral dan
hidup mewah di lingkungan istana yang mengakibatkan pemborosan dalam
keuangan, pendekatan yang dilakukan oleh Aurangzeb terlalu kasar terhadap
toleransi umat beragama, sehingga konflik antar umat beragama sangat sulit diatasi
oleh sultan-sultan sesudahnya, semua generasi penerus Daulah Mughal pada
periode terakhir adalah orang-orang yang lemah dalam kepemimpinan.

B. Saran
1. Pemahaman lebih mendalam: untuk memahami lebih baik kemajuan dan
kemunduran peradaban Islam pada masa Dinasti Mughal, penting untuk
mendalami studi sejarah, budaya, dan ekonomi periode ini. Lebih banyak
penelitian dan analisis yang mendalam perlu dilakukan untuk mengungkap
aspek-aspek kunci yang memengaruhi perubahan dalam peradaban Islam di
bawah pemerintahan Mughal.

16
2. Menelusuri faktor-faktor ekonomi: studi lebih lanjut tentang faktor-faktor
ekonomi yang mempengaruhi peradaban Islam selama masa Dinasti Mughal
akan membantu kita memahami perubahan dalam perdagangan, pertanian,
dan sistem moneter yang memainkan peran kunci dalam kemajuan atau
kemunduran peradaban.
3. Pendidikan dan kebudayaan: meneliti peranan pendidikan dan kebudayaan
dalam peradaban Islam pada masa itu. Menggali kontribusi dari ilmuwan,
penyair, dan seniman terkenal dari periode tersebut akan membantu
menggambarkan kemajuan dalam aspek intelektual dan artistik.

17
DAFTAR PUSTAKA

Acehkini, T. (2019, Mei 21). Pesona Jama Masjid Delhi, Warisan Arsitektur India
Abad ke-17. Diambil kembali dari Kumparan:
https://kumparan.com/acehkini/pesona-jama-masjid-delhi-warisan-
arsitektur-india-abad-ke-17-1r7ZX9adAdq/full
Benteng Merah Agra (3): Jalur Rahasia. (2019, Februari 1 ). Diambil kembali dari
Gana Islamika: https://ganaislamika.com/benteng-merah-agra-3-jalur-
rahasia/
Marliah, S. (2021, Oktober 25). Sejarah Taj Mahal, Saksi Bisu Kisah Cinta Abadi
dari India. Diambil kembali dari IDN TIMES:
https://www.idntimes.com/science/discovery/lia-89/fakta-taj-mahal-exp-
c1c2?page=all
Masa Keruntuhan Dinasti Mughal. (2021, April 29 ). Retrieved from CNN
Indonesia: https://www.cnnindonesia.com/internasional/20210420172203-
113-632398/masa-keruntuhan-dinasti-mughal
Miri, M. D. (2009). KEMUNDURAN DAN KEHANCURAN KERAJAAN
MUGHAL. el-Harakah, 218-223.
Zuraya, N., & Raharjo, B. (2010, Juli 23). Benteng Merah, Saksi Bisu Tumbangnya
Dinasti Mughal. Diambil kembali dari REPUBLIKA:
https://khazanah.republika.co.id/berita/126047/benteng-merah-saksi-bisu-
tumbangnya-dinasti-mughal

18

Anda mungkin juga menyukai