DI KERAJAAN MUGHAL
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah
Sejarah Dan Peradaban Islam II
Disusun oleh :
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
BAB I .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
BAB II ................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN .................................................................................................. 3
BAB III.............................................................................................................. 14
PENUTUP ......................................................................................................... 14
A. Simpulan ................................................................................................. 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kerajaan Mughal merupakan salah satu dari tiga Adidaya Islam
yakni Kerajaan Safawi di Persia dan Kerajaan Turki Utsmani yang
berkuasa hingga ke sebagian daratan Benua Eropa dan Benua Afrika.
Kerajaan Mughal mengalami puncak kejayaannya pada masa
pemerintahan Sultan Jalaludin Muhammad Akbar. Ia disebut-sebut sebagai
pencipta sistem kerajaan ini yang sebenarnya. Sultan Akbar sangat
terkenal dengan gagasan-gagasannya yang sangat radikal dan liberal, baik
dalam aspek sosial ataupun pemikiran keagamaan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses terbentuknya Kerajaan Mughal?
2. Bagaimana biografi Sultan Jalaludin Akbar?
3. Bagaimana penerapan kebijakan politik Suhlakhul pada masa
pemerintahan Sultan Jalaludin Akbar?
4. Bagaimana penerapan konsep Din-i-Ilahi pada masa pemerintahan
Sultan Jalaludin Akbar?
1
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui proses terbentuknya Kerajaan Mughal.
2. Mengetahui biografi Sultan Jalaludin Akbar.
3. Mengetahui penerapan kebijakan politik Suhlakhul pada masa
pemerintahan Sultan Jalaludin Akbar.
4. Mengetahui penerapan konsep Din-i-Ilahi pada masa pemerintahan
Sultan Jalaludin Akbar.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,(Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm.145
2
Ajid Thohir & Ading Kusdiana, Islam di Asia Selatan. (Bandung: Humaniora, 2006), hlm. 93.
3
Ia adalah cucu Timur Lenk, ibunya merupakan keturunan Jenghis Khan. Ia adalah seorang
panglima dan penguasa Ferghana yang berambisi menaklukkan ilaya sekitarnya, terutama
Samarkand. Dengan adanya tawaran ini mengalihkan ambisinya yang semula (Amir K. Ali,
Sejarah Islam, (Jakarta: Trigunting, 1996), hlm.351-352.
3
merupakan cucu Timur Lenk dan penguasa Ferghana. 4 Permintaan itu
langsung diterima dan bersama pasukannya Timur Lenk menyerang
Delhi. Pada 21 April 1526 M. terjadi pertempuran di Panipat. Ibrahim
Lodi dan pasukannya terbunuh, kemudian Zahiruddin Babur langsung
mendeklarasikan kemenangannya dan menegakkan pemerintahan.
Dengan demikian, berdirilah Kerajaan Mughal dan mengakhiri
kesultanan budak-budak Turki.5
Sejak periode ini, corak asimilasi kebudayaan India mulai
mengkristal dalam wujud kekuasaan muslim. Masa kejayaan Mughal
dimulai pada masa pemerintahan Akbar (1556-1605).
4
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, (Jakarta: Rajawali Press,
2004), hlm. 201. Lihat juga [Albert Hourani, Sejarah Bangsa-Bangsa Muslim (A History of The
Arab Peoples) terj. Irfan Abubakar, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2004), hlm.197.
5
Ajid Thohir & Ading Kusdiana, Islam di Asia Selatan. (Bandung: Humaniora, 2006), hlm. 93.
6
Machfud Syaefudin, dkk, Dinamika Peradaban Islam (Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2013), hlm.
231.
7
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,(Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm.148.
8
Ajid dan Ading, Islam di Asia Selatan, (Bandung: Humaniora, 2006), hlm.95.
4
kerajaan tidak dijalankan dengan kekerasan, ia banyak menyatu dengan
rakyat, bahkan rakyat dari berbagai agama tidak dipandangnya sebagai
orang lain dan dirinya pun di buatnya menjadi orang Hindustan sejati. 9
9
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008), hlm.261-262.
10
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,(Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm.148.
11
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,(Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm.149.
5
perlawanan bangsa Rajput yang tidak mau tunduk pada Kerajaan
Mughal. Ia menggempur Benteng Chitor di Udaipur dalam waktu
tujuh bulan, hingga sebagian Rajput dapat ditundukkan. Kemudian
Gujarat ditaklukkan pada tahun 173 oleh Sultan Akbar. Dengan
kemenangan ini, Kerajaan Mughal berbatasan dengan Samudera
Hindia dan memiliki pelabuhan penting. Selanjutnya, Akbar
menaklukkan Benggala pada tahun 173 M dan memasuki
pegunungan Dakka serta mengambil daerah-daerah Ahmadnagar,
Khandes, dan Berar.
Menyusun program ekspansi. Ia berhasil menguasai Chundar,
Ghond, Ranthabar, Kalinjar, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir, Orissa,
Dekkan, Gawilghart, Narthala, dan Asirgah. 12
Memperkuat militer dan mewajibkan pejabat sipil mengikuti latihan
militer.
Membuat kebijakan suhlakhul (toleransi universal).
12
Ading Kusdiana, Sejarah & Kebudayaan Islam Periode Pertengahan, (Bandung: Pustaka Setia,
2013), hlm. 234.
13
Ajid dan Ading, Islam di Asia Selatan, (Bandung: Humaniora, 2006) hlm.96. Lihat juga [Ading
Kusdiana, Sejarah & Kebudayaan Islam Periode Pertengahan, (Bandung: Pustaka Setia, 2013),
hlm. 234.
6
lapisan sosial. Hal tersebut mengantarkan pada sebuah reformasi. Diantara
reformasi yang dilakukannya adalah:
1) Menghapus Jizyah bagi non-muslim
2) Memberikan pelayanan pendidikan yang sama bagi tiap masyarakat.
3) Membentuk undang-undang perkawinan baru, diantaranya melarang
orang-orang kawin muda, berpoligami dan bahkan ia menggalakan
kawin beda agama.
4) Menghapus pajak-pajak pertanian, terutama petani yang miskin.
5) Menghapuskan tradisi perbudakan yang dihasilkan dari tawanan
perang. 14
14
Ajid dan Ading, Islam di Asia Selatan, (Bandung: Humaniora, 2006) hlm.96.
7
ritual harian, ritual harian ini untuk meegakkan legitimasinya, dengan
memasukkan banyak unsur-unsur yang memungkinkan bawahan untuk
mudah mengenali sultan. Ritual harian ini untuk mempertahankan
loyalitas dari kepala Hindu dan penguasa Muslim yang telah masuk ke
dalam kekaisaran, dengan membuat mereka menjadi perpanjangan fisik
Akbar.
Akbar membuat tambahan dari banyak aspek tradisi Hindu, yang
membuat sultan dikenali oleh semua dalam kekaisaran, baik Hindu dan
Muslim. Ini termasuk tradisi seperti jharuka darshan (kunjungan ke
balkon setiap pagi untuk menunjukkan dirinya kepada masyarakat umum
yang berkumpul di bawah), Tuladan (yang mensyaratkan sultan
ditimbang pada kesempatan keberuntungan dan pemberian hadiah
diberikan kepada yang membutuhkan) dan gaya dari darbar (kunjungan
ke Diwan-i 'Am, aula yang digunakan untuk diskusi umum) . Acara ritual
ini adalah penegasan reguler stabilitas kekaisaran, apakah itu dari balkon
istana atau kekaisaran. Sebagian besar interaksi ritual harian antara
Akbar dan jajarannya terjadi selama darbar.15
D. Konsep Din-i-Ilahi
Pada masa kekuasaan Sultan Akbar, India terdiri dari beberapa
kelompok penganut agama. Agama Hindu sebagai agama mayoritas
penduduk India, sedangkan agama Islam sebagian penganut aliran Sunni
dan sebagian lain penganut aliran Syi’ah. Selain itu juga terdapat pemeluk
agama Sikh, Jaina, Buddha, Kristen dan Zoroaster. Pada masa inilah
muncul gagasan Sultan Akbar yang selalu dibicarakan dalam sejarah
Islam, terutama dalam kawasan India khususnya pada Periode Pertengahan
(abad XVI). Gagasan kontroversial tersebut disebut dengan Din-i-Ilahi
(Tawhid Ilahi) atau divine religion/divine faith. 16 Konsep ini menawarkan
15
Mahmudi, J., Perbandingan Konsep Pluralisme Agama Di Indonesia Dengan Konsep Din-I-
Ilahi Sultan Jalaluddin Muhammad Akbar (1560-1605) Pada Dinasti Mughal, (Doctoral
dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2014), hlm. 53.
16
Ira M. Lapidus, A History of Islamic Societies. (Cambridge: Cambridge University Press, 2000),
hlm. 456.
8
penyatuan agama-agama menjadi satu bentuk agama yang disebut din
ilahi 17 . Din-i-illahi menjadi salah satu lembaga dari produk politik
sulakhul. Dengan strategi ini, wilayah Mughal menjadi sangat luas, dua
kota penting sebagai pintu gerbang ke luar, Kabul dan Kandahar,
dikuasai. 18
Gagasan ini bermula pada tahun 1575 M dengan didirikannya
Ibadat Khana di Fatihpur Sikr oleh Akbar. Tempat tersebut digunakan
untuk diskusi keagamaan yang dirancang hanya utuk kaum muslimin. Tapi
justru dari Ibadat Khana inilah kekecewaan Akbar terhadap para ulama
ortodok bermula. Akbar kerap melihat perdebatan diantara para ulama
yang saling memojokkan. Masing-masing menganggap pendapatnya yang
paling benar. Perdebatan ini juga melibatkan dua pejabat keagamaan
istana, yaitu Makdumul Mulk dan Syekh Abdul Nabi. Keduanya kerap
terlibat perdebatan keras seputar masalah-masalah agama.
Kekecewaan Akbar memuncak terutama setelah Syek Abdul Nabi
sebagai sadrul sudur menjatuhkan hukuman mati kepada seorang
brahmana yang didakwa mengambil material untuk membangun masjid
dan mencaci Nabi Muhammad saw. Akbar dan juga sebagian besar pejabat
istana mengkritik vonis tersebut dan menganggapnya terlalu berat.
Kekuasaan Akbar dalam memutuskan hal-hal yang terkait dengan
agama memang terbatas. Kekuasaan tersebut ada di tangan sadrul sudur.
Ini membuat Akbar gerah sehingga dia bercerita kepada Syekh Mubarak,
seorang ulama berpikiran bebas yang juga ayah dari Abu Fazl, seorang
penulis dan pejabat istana. Syaikh Mubarak menjelaskan menurut undang-
undang Islam, jika ada pertikaian pendapat antara ahli hukum, maka
kepala pemerintahan Islam mempunyai otoritas dan berhak memilih salah
satu pendapat. Dari sinilah kemudian disusun sebuah dokumen yang
17
Sayyid Alvi mengomentari Din Ilahy Akbar tidak lebih dari sekedar jenis tarekat yang dicip-
takan Akbar dalam mencari kebenaran agama. Kemunculannya dilatarbelakangi oleh persoalan
yang kompleks. Lembaga yang diciptakannya “Ibadah Khannah” adalah tempat berdiskusi
berbagai tokoh agama Islam, Hindu, Buddha, Nasrani dan Zoroaster yang jumlahnya tidak kurang
dari enam belas orang dan bersifat tertutup.
18
Moh. Nurhakim, Sejarah dan Peradaban Islam Cet. 2, (Malang: UMM Press, 2004), hlm.147.
9
menjelaskan bahwa Akbar mempunyai hak otoritas untuk memilih satu
pendapat yang menguntunkan bangsa, jikalau terjadi perselisihan. Selain
itu Akbar juga berhak mengeluarkan perintah baru, yang tidak hanya
sesuai Al quran, tapi menguntungkan bangsa.
Akbar kemudian membuka Ibadat Khana yang semula hanya untuk
Islam menjadi untuk seluruh agama yang ada di India. Dengan ikut
sertanya non muslim dalam diskusi agama di Ibadat Khana maka terjadilah
pemberontakan di Jaunpur. Tak lama setelah pemberontakan tersebut
dikalahkan, Akbar menyatakan gagasannya tentang Din-i-ilahi pada tahun
1582 M.19 Din-i-ilahi adalah sebuah ajaran yang memandang semua agama
adalah sama, dan agar semua rakyat dapat perlakuan yang sama
berdasarkan atas undang-undang keadilan.
Tujuan dari deklarasi (Din-i-ilahi dan Sulh i kull) adalah untuk
membuat penilaian dan pilihan atas pertanyaan-pertanyaan yang beragam,
sehingga tidak ada yang bisa menolak perintahnya baik agama atau politik.
Dengan cara ini Akbar menyatakan diri sebagai mujtahid Hindustan agar
visi din-i-ilahi sebagai kebijakan sosial untuk mencapai kesejahteraan
dapat terwujud. Keputusan tersebut hanya mengambil hak para mullah
ortodok. Berarti Akbar tidak lagi bergantung pada populasi Muslim di
kerajaannya, pribumi Hindu kini mulai diakui sebagai bagian dari populasi
dan bukan hanya sumber pendapatan atau eksploitasi.
Tujuan lainnya adalah kepentingan stabilitas politik. Dengan
adanya penyatuan agama ini diharapkan tidak terjadi permusuhan antar
pemeluk agama. Untuk merealisasikan ajarannya, Akbar mengawini putri
Hindu sebanyak dua kali, berkhutbah dengan menggunakan simbol hindu,
melarang menulis dengan huruf Arab, tidak mewajibkan khitan dan
melarang menyembelih dan memakan daging sapi. 20
19
Cemil Kutlutürk, A Critical Analysis of Akbar s Religious Policy: Din-i Ilahi, International
Relations, 4(6), hlm. 407.
20
Siti Maryam, dkk, Sejarah Kebudayaan Islam: Dari Klasik hingga Modern, (Yogyakarta:
LESFI, 2009), hlm.184.
10
Usaha lain Akbar adalah membentuk Mansabdharis, yaitu lembaga
public service yang berkewajiban menyiapkan segala urusan kerajaan,
seperti menyiapkan sejumlah pasukan tertentu. Lembaga ini merupakan
merupakan satu kelas penguasa yang terdiri dari berbagai etnis yang ada,
yaitu Turki, Afghan, Persia dan Hindu.
Dari konsep ini melahirkan ketidakterikatan dunia; menghindari
dari nafsu dan sensualitas; menahan diri dari perzinaan, penipuan,
penindasan, sifat tidak etis, intimidasi, kebodohan; dan pembebasan dari
hukuman akhirat dan keraguan tentang Kebenaran semua tergantung pada
mematuhi sepuluh kebajikan. Setelah memberikan peringatan penting ini
sepuluh kebajikan dari Din-i Ilahi dikutip sebagai berikut:
11
sendiri dengan Yang Maha Pemurah sampai waktu pemisahan dari
tubuh duniawinya. 21
21
Cemil Kutlutürk, A Critical Analysis of Akbar s Religious Policy: Din-i Ilahi, International
Relations, 4(6), hlm. 415.
22
Sinkretis” bersifat mencari penyerasian (penyesuaian, penyeimbangan dsb.) antara dua aliran
(agama) atau lebih, sedangkan “Sinkretisme” adalah paham (aliran) baru yang merupakan
perpaduan dari beberapa paham (aliran) yang berbeda untuk mencari keserasian, keseimbangan,
dsb. [Lihat Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, K. R. (2016). KBBI V 0.2.1 Beta (21).]
23
Ajid dan Ading, Islam di Asia Selatan, (Bandung: Humaniora, 2006), hlm.97-98.
12
menghormati serta senantiasa menjungjung tinggi toleransi. 24 Sultan
Akbar meninggal pada 1605 M setelah menderita sakit yang cukup
parah. 25 Masa pemerintahan Akbar adalah periode yang betul-betul
sinkretis yang membumi di India, suatu usaha pemerintahan Islam
untuk bisa diterima dikalangan rakyat India. Sultan Akbar ingin lebih
menembus batas-batas tradisi Hindu dan agama-agama lain di India.
Kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya dapat dipertahankan oleh
sultan-sultan selanjutnya, antara lain Jahangir (1605-1627 M), Syah
Jahan (1628-1658 M) dan Aurangzeb (1659-1707 M). Ketiganya
merupakan sultan-sultan besar Mughal yang didukung dengan berbagai
kecakapan, namun setelahnya sulit ditemukan sultan-sultan yang
tangguh.
24
Dedi Supriyadi, M.Ag, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008), hlm.262.
25
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, (Jakarta: Rajawali Press,
2004), hlm. 207.
13
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Kerajaan Mughal merupakan kerajaan termuda dari ketiga kerajaan
besar Islam. Kerajaan ini berdiri seperempat abad setelah berdirinya
kerajaan Shafawi di Persia. Kerajaan Mughal mengalami puncak
kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Jalaludin Muhammad Akbar.
Ia disebut-sebut sebagai pencipta sistem kerajaan ini yang sebenarnya.
Sultan Akbar sangat terkenal dengan gagasan-gagasannya yang sangat
radikal dan liberal, baik dalam aspek sosial ataupun pemikiran keagamaan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Ali, A. K. (1996). Sejarah Islam. Jakarta: Trigunting.
Maryam, S., dkk. (2009). Sejarah Kebudayaan Islam: Dari Klasik hingga Modern
Cet.3. Yogyakarta: LESFI.
Nurhakim, M. (2004). Sejarah dan Peradaban Islam Cet.2. Malang: UMM Press.
15